15 2. TINJAUAN PUSTAKA Kedatangan Penjelajah Dari Eropa
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
2. TINJAUAN PUSTAKA Kedatangan penjelajah dari Eropa sejak abad ke-XVI ke Nusantara, dan penjajahan yang berlangsung selanjutnya, membawa berbagai bentuk kebudayaan Barat masuk ke dalam Indonesia khususnya di Pulau Jawa mendorong terjadinya akulturasi budaya dari budaya Barat dengan budaya Jawa yang menghasilkan budaya Indis tanpa meninggalkan ciri-ciri budaya lama-nya. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Budaya Indis tersebut kemudian mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat Jawa dan Barat dalam bentuk kelengkapan hidup, kesenian dan religi yang terekspresikan dalam bentuk arsitektur bangunan berupa elemen interior dan pengisi ruang. Bangunan merupakan bagian dari perkembangan arsitektur suatu jaman yang selalu berkembang. Perkembangan arsitektur suatu bangunan berdasarkan tempat, waktu, dan juga budaya dari kelompok masyarakat tertentu tersebut. Sehingga perkembangan arsitektur dibagi secara garis besar berdasarkan tempat di mana bermukim masyarakat yang memiliki perbedaan budaya dan pola pikir yaitu Barat dan Timur kemudian dikaitkan pada dimensi waktu. Bagian ini akan menjelaskan tentang kebudayaan Indis dan arsitekturnya, gaya desain, perkembangan arsitektur Barat, sejarah perkembangan arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia, rumah tradisonal Jawa, sejarah dan perkembangan gereja di Indonesia. 2.1. Kebudayaan Indis dan Arsitekturnya 2.1.1. Kebudayaan Budaya atau kebudayaan (berasal dari bahasa sansekerta buddayah, yang merupakan kata jamak bagi perkataan buddhi, artinya budi pekerti atau akal) secara umum membicarakan hal-hal berkaitan budi dan akal manusia. Di dalam pengertian yang luas mempunyai arti segala sesuatu yang dibawa atau dikerjakan oleh manusia, berlawanan dengan "perkara semula jadi"' yang bukan diciptakan atau boleh diubah oleh manusia. Di dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut 15 Universitas Kristen Petra sebagai culture, yang berasal daripada bahasa Latin colore yang bermaksud menanam atau mengerjakan. Kebudayaan bagi manusia adalah sebagai pedoman untuk menghadapi kehidupan yang nyata. Kluckhohn melihat kebudayaan sebagai sistem ide atau pengetahuan manusia dan bukan mencakup segala-galanya. Kebudayaan merupakan tingkat perkembangan dan corak kebudayaan yang dimiliki oleh manusia dengan peran sebuah sejarah. Kebudayaan berakar dalam kehidupan sosial dan pribadi dari warga masyarakat yang bersangkutan dan bukanlah sesuatu yang dapat dipaksakan kehadirannya (Suparlan 5-6). Kebudayaan mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan adalah keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta struktur- struktur kemasyarakatan, keagamaan selain penghasilan seni dan intelektual yang membentuk ciri-ciri khas sebuah masyrakat. Pengertian kebudayaan Andrea Eppink disetujui oleh Edward B. Taylor yang memandang budaya sebagai satu konsep menyeluruh yang rumit mengandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, tata susila, undang-undang, adat istiadat dan lain-lain yang merupakan kebiasaan dari manusia sebagai anggota masyarakat. Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi juga mengemukakan bahwa kebudayaan sebagai alat penghasilan karya seni, rasa dan penciptaan di dalam masyarakat. Menurut Melville J. Herskovit dan Bronislaw Malinowski kebudayaan adalah segala sesuatu yang terdapat di dalam sebuah masyarakat yang mempunyai hubungan taut boleh ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Paham ini dikenal di kalangan ahli antropologi sebagai paham determinisme (penentuan) budaya. Seterusnya Herskovits memandang budaya sebagai sesuatu yang diturunkan dari satu generasi ke generasi seterusnya, konsep ini disebut sebagai organik lampau. Kebudayaan sebagai keseluruhan cara hidup manusia yaitu warisan sosial yang diperoleh seseorang dari kelompoknya. Kebudayaan secara umum terbagi menjadi dua yaitu kebudayaan secara umum dan kebudayaan secara spesifik. Kebudayaan secara spesifik adalah kebudayaan suatu kelompok masyarakat tertentu contohnya adalah kebudayaan Jawa, kebudayaan Sumatra dan lain-lain. 16 Universitas Kristen Petra Kebudayaan-kebudayaan tersebut muncul dari hakekat manusia dan bentuk- bentuknya dibatasi oleh ciri-ciri biologi manusia dan hukum-hukum alam. Kebudayaan merupakan pengetahuan yang dimiliki warga kelompok yang diakumulasi (dalam memori manusia, dalam buku, dan objek-objek) untuk digunakan di masa depan (Suparlan 78). Komponen atau unsur-unsur kebudayaan menurut beberapa ahli antropologi: a. Melville J. Herskovit - Alat-alat teknologi - Sistem ekonomi - Keluarga - Kekuasaan politik b. Bronislaw Malino - Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya - Organisasi ekonomi - Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) - Organisasi kekuatan (politik) c. Edward B. Taylor - Tatanan kehidupan (order) - Proses (process) - Visi (goals) (Supriyoko 2) Kebudayaan memiliki wujud yang merupakan bentuk nyata atau hasil dari sebuah kebudayaan tersebut. Wujud budaya menurut J. J. Hoenigman kebudayaan dibedakan menjadi tiga gagasan yaitu: a. Gagasan Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini 17 Universitas Kristen Petra terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut. b. Aktivitas Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan. c. Artefak Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda- benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan dikomuntasikan. Artefak memiliki sifat paling konkret diantara ketiga wujud budaya. Berdasarkan wujud-wujud kebudayaan tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama: a. Kebudayaan material Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan- temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi, yakni mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci. b. Kebudayaan nonmaterial Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional. 18 Universitas Kristen Petra 2.1.2. Kebudayaan Indis dan Perkembangannya Pada abad ke XVI orang Belanda datang ke Indonesia untuk berdagang. Saat datang ke Indonesia, orang Barat secara tidak langsung juga membawa kebudayaanya masuk ke Indonesia. Hal tersebut yang menjadi awal mula dari proses pembentukan kebudayaan Indis. Kebudayaan Indis merupakan buah percampuran dari kebudayaan masyarakat pribumi (Jawa) dengan masyarakat pendatang (orang Barat). Kebudayaan Indis ini kemudian berkembang pada masyarakat pendukungnya seperti yang dijelaskan oleh Prof. Dr. Djoko Soekiman dalam disertasinya, Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup Masyarakat Pendukungnya di Jawa. Orang-orang Belanda yang datang dengan maksud berdagang setelah melihat keadaan Indonesia yang subur, mereka berubah menjadi penguasa yang dengan serakah ingin menguasai Indonesia. Awalnya mereka membangun gudang-gudang untuk menimbun rempah-rempah di Banten, Jepara, dan Jayakarta. Gudang penyimpanan dan kantor didirikan dengan benteng pertahanan di sekelilingnya. Orang-orang Belanda juga membangun tempat tinggal di dalam benteng pertahanan karena saat itu keadaan dirasa kurang aman bagi orang-orang Belanda akibat konflik dengan masyarakat pribumi. Benteng semacam ini menjadi hunian pada masa awal orang Belanda di Pulau Jawa tahun 1650. Segala kesibukan perdagangan dan kehidupan sehari-hari berpusat di benteng semacam ini (Soekiman 1-4). Semua hal yang dianggap penting atau berharga oleh orang Belanda disimpan di dalam benteng ini untuk menghindari kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Kemudian sesuai berjalannya waktu keadaan semakin membaik dan saat dirasa mulai aman dari amukan rakyat maka orang Belanda mulai memberanikan diri membangun rumah di luar benteng. Semua kegiatan pemerintahan tetap dilakukan di dalam benteng seperti upacara penerimaan utusan bangsa asing, upacara resmi, dan pesta-pesta yang berarti semua detak jantung ekonomi Kompeni masih berlangsung di dalam benteng. Penguasa VOC membangun pos-pos penjagaan yang diperkuat dengan benteng-benteng kecil. Para pejabat VOC mulai membangun rumah-rumah 19 Universitas Kristen Petra peristirahatan di luar benteng. Rumah-rumah peristirahatan tersebut diberi taman yang luas dengan model gaya rumah di Belanda dari abad XVIII yang biasa disebut landhuis. Bangunan landhuis pada waktu itu mempunyai