Ragam Bentuk Artefak Kayu Situs Cindai Alus
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Sunarningsih Balai Arkeologi Kalimantan Selatan RAGAM BENTUK ARTEFAK KAYU SITUS CINDAI ALUS, Jalan Gotong Royong II RT 3 RW 6, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN Banjarbaru; email: [email protected] THE FORMS OF WOODEN ARTIFACTS FROM CINDAI Diterima 15 Oktober 2018 ALUS, IN THE REGENCY OF BANJAR, SOUTH Direvisi 7 November 2018 KALIMANTAN PROVINCE Disetujui 14 Desember 2018 Abstrak. Sebagai pulau yang memiliki wilayah hutan yang luas, Kalimantan kaya akan sumberdaya hayati berupa kayu. Kayu dimanfaatkan oleh masyarakat guna menunjang kegiatan dan keperluan sehari-hari hingga sekarang. Pemanfaatan kayu sebagai alat tampaknya telah dimulai sejak masa lampau. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ragam data arkeologi dari kayu (artefak kayu) dan fungsinya, yang ditemukan di situs pemukiman kuno Cindai Alus, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Data tersebut selanjutnya akan dibandingkan dengan ragam peralatan kayu yang menjadi koleksi Museum Lambung Mangkurat, temuan di situs pemukiman kuno, dan yang masih digunakan oleh masyarakat sekarang. Hasil penelitian memberikan gambaran ragam bentuk (yang masih bertahan dan yang sudah ditinggalkan) dan peranan peralatan kayu bagi masyarakat di Kalimantan Selatan. Kata kunci: Kalimantan Selatan, Cindai Alus, pemukiman kuno, artefak kayu. Abstract. As an island that has a vast forest area, Kalimantan is rich in biological resources of wood. Wood used by the community to support activities and daily needs until now. Utilization of wood as a tool seems to have started since the past. This study aims to describe the variety of archaeological data from wood (wooden artifacts) and its function which have been found on the site of ancient settlements namely Cindai Alus, in Banjar district, South Kalimantan. The data will be compared with the variety of wooden equipments that became museum collections, the wooden artifacts from other ancient settlement sites, and which are still used by the community now. The results provide a picture of the various forms (that are still survive and which have been abandoned) and the roles of wooden equipments for the community. Keywords: South Kalimantan, Cindai Alus, ancient settlement, wooden artifacts. PENDAHULUAN dalam rumah tangga, yang menyangkut masalah ruang, status, gender, dan hubungan Sebagai ilmu yang mempelajari kehidupan antarmanusia dalam organisasi tersebut (Allison masyarakat pada masa lalu, arkeologi 1999: 2). Data artefak yang diperoleh dalam menggunakan benda sebagai objek penelitian arkeologi hanya dapat berbicara penelitiannya. Benda atau artefak yang tentang ragam bentuk dan fungsi artefak, sehingga ditinggalkan oleh manusia tersebut digunakan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat dapat untuk memperoleh berbagai gambaran tentang dijabarkan. Meskipun demikian, data artefak kehidupan di masa lalu. Salah satu jenis artefak tersebut tidak bisa digunakan untuk menjelaskan yang banyak ditemukan pada penelitian arkeologi tingkah laku dan aspek kehidupan sosial lainnya. adalah peralatan rumah tangga pada situs hunian. Oleh karena itu, data etnografi dan etnosejarah Melalui peralatan tersebut, arkeolog ditantang sangat diperlukan dalam penelitian household, untuk dapat menjelaskan kehidupan masyarakat untuk dapat menjelaskan tingkah laku anggota pendukung hunian tersebut. Dalam kajian rumah keluarga dalam hunian (Allison 1999:3). tangga (household study) hal-hal yang dapat Masyarakat di Kalimantan yang lebih dikenal dipelajari antara lain adalah susunan organisasi sebagai masyarakat Dayak, telah hidup bersama Ragam Bentuk Artefak Kayu Situs Cindai Alus, Kabupaten Banjar, 17 Kalimantan Selatan-Sunarningsih (17-40) kelompoknya dalam rumah panjang (hidup secara fondasi di dalam tanah) dan sisa peralatan yang komunal). Salah satu masyarakat Dayak yang jatuh dari lantai atau yang sengaja dibuang karena hidup secara komunal tersebut adalah sudah rusak atau tidak digunakan lagi. Oleh masyarakat Ngaju yang tinggal di sepanjang aliran karena itu, bentuk arsitektur rumah kuno yang Sungai Barito, Sungai Kapuas, Sungai Kahayan, ditemukan kembali kebanyakan tidak bisa Sungai Katingan, dan Sungai Mentaya, dengan diketahui secara utuh (bentuk dinding, atap, pintu, rumah panjang yang disebut betang (Hamidah dan dan jendelanya). Hanya denah rumah saja yang Garib 2014: 25). masih dapat ditelusuri kembali berdasarkan Salah satu situs hunian kuno yang menarik jumlah tiang kayu yang tersisa. untuk dikaji karena banyaknya temuan artefak Demikian juga dengan situs pemukiman kuno peralatan rumah tangganya adalah situs Cindai di Cindai Alus. Fitur yang ditemukan hanya berupa Alus, dengan jumlah temuan terbanyak adalah sisa tiang (yang masih membentuk denah) dan peralatan dari kayu. Kayu merupakan benda berbagai artefak yang bersifat portable. Temuan organik yang mudah rusak ketika sudah terkubur artefak dari situs Cindai Alus berupa berbagai di dalam tanah. Oleh karena itu, tidak semua jenis macam peralatan kayu tersebut menarik untuk artefak kayu dapat ditemukan kembali. Hanya diteliti. Berbagai macam peralatan kayu tersebut kayu tertentu yang bisa bertahan pada situs hingga akan menjadi data utama dalam penelitian ini. ditemukan kembali oleh masyarakat baik sengaja Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ragam maupun tidak, atau melalui proses penelitian bentuk dan fungsi masing-masing alat, sehingga arkeologi. Terdapat jenis kayu yang menjadi kuat dapat diperoleh informasi jenis aktivitas yang ketika berada di dalam tanah, terutama tanah yang dilakukan oleh penghuni situs pada masa itu. berair, yaitu kayu besi (Eusideroxylon zwageri) atau istilah lokal disebut dengan ulin atau belian. METODE Kalimantan merupakan hutan hujan tropis yang menjadi habitat tumbuhan kayu besi, sehingga Penelitian ini bersifat deskriptif dengan jenis kayu tersebut sudah dimanfaatkan oleh penalaran induktif. Data artefak kayu yang masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya digunakan merupakan hasil penelitian Balai sejak zaman dulu. Tampaknya, pemanfaatan kayu Arkeologi Kalimantan Selatan di wilayah Provinsi keras tersebut semakin intensif dilakukan ketika Kalimantan Selatan. Selain data utama berupa peralatan logam mulai dikenal. artefak kayu dari situs Cindai Alus, juga akan Masyarakat Kalimantan mulai membangun diuraikan temuan artefak kayu dari beberapa situs rumah panggung menggunakan tiang ulin yang pemukiman kuno yang ada di sepanjang Daerah besar dan panjang. Rumah bertiang memang Aliran Sungai Barito. Data pembanding diperoleh menjadi salah satu pilihan masyarakat yang dari artefak kayu koleksi Museum Lambung memilih tinggal di tepian sungai di Kalimantan. Mangkurat, dan beberapa referensi yang memiliki Tidak semua rumah dibangun dengan tiang ulin, informasi tentang bentuk dan fungsi peralatan sebagian tiang menggunakan jenis kayu lain yang kayu, baik dari masa lalu maupun sekarang. juga tahan terhadap air, seperti kayu nibung, atau Artefak situs Cindai Alus akan dianalisis jenis kayu keras lainnya yang mudah didapatkan. morfologinya (ukuran dan bentuk). Untuk Kayu yang melimpah juga digunakan untuk bagian mengetahui fungsinya akan digunakan data rumah lainnya, seperti lantai, dinding, dan atap. pembanding dari situs pemukiman kuno lainnya Selain itu, kayu juga dimanfaatkan untuk membuat dan artefak kayu koleksi museum. Untuk peralatan lain yang dibutuhkan oleh masyarakat mengetahui aspek sosial politik yang ada dalam sehari-hari, seperti perahu, dayung, alat dapur, komunitas penghuni rumah di situs Cindai Alus dll. Dari rumah yang pernah dibangun pada masa akan digunakan data etnografi masyarakat Dayak lalu tersebut, ditemukan kembali hanya pada di Kalimantan. bagian tiang rumah (tidak utuh, hanya bagian 18 Kindai Etam Vol. 4 No.1 November 2018-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan informasi pemilik lahan, beliau membeli tanah sekitar tujuh tahun yang lalu, Situs Cindai Alus sebagian areal tanah tersebut kemudian dijual dengan sistem kaplingan. Sisa tanah yang tidak Situs pemukiman kuno ini berada di Desa dijual kemudian ditanami karet, tetapi karena Cindai Alus, Kelurahan Martapura, berjarak sekitar peristiwa kebakaran, yang terjadi pada musim 10 km dari Kota Martapura. Situs ini dekat wilayah kemarau, tanah dibiarkan dalam keadaan tidak perbatasan dengan Banjarbaru. Untuk sampai ke diolah. Pada tahun 2015, pencari kayu situs dapat dilakukan dengan mudah melalui menemukan tiang (tonggak kayu yang masih akses jalan darat, dan berada di dekat tempat tertanam di tanah) dan sebagian di antaranya pemancingan Al Fatin, yang tepat berada di dicabut (dua tiang) dan terlihat bahwa tonggak belakang Pondok Pesantren Darul Hijrah Putra. kayu tersebut merupakan tiang rumah, bukan sisa Dari lokasi pemancingan Al Fatin, situs bisa batang pohon seperti dugaan semula. Tidak dicapai dengan berjalan kaki sekitar 200 meter berhenti sampai di situ, masyarakat mulai mencari di jalan tanah menuju areal tanah kapling. Lokasi benda-benda berharga di sekitar tiang. situs berada di kawasan rawa yang akan basah Selanjutnya, pada tahun 2015 tim penelitian pada musim hujan dan kering pada musim Balai Arkeologi Kalimantan Selatan ditugaskan kemarau (Gambar 1). Hampir setiap tahun pada untuk melakukan kegiatan survei dan ekskavasi saat musim kemarau yang panjang, rawa tersebut di situs Cindai Alus. Tujuan dari penelitian adalah mengalami kebakaran. untuk mengetahui ragam bentuk artefak, fungsi Sumber: Dok. Balai Arkeologi Kalsel Gambar 1 Lokasi Situs Cindai Alus, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan Ragam Bentuk Artefak Kayu Situs Cindai Alus, Kabupaten