Kebudayaan Islam
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Kebudayaan Islam Almuzahidin, et al. Editor: Dr. Hj. Hamdanah, M.Ag. Penerbit K-Media Yogyakarta, 2018 KEBUDAYAAN ISLAM KALIMANTAN TENGAH vi+ 314 hlm.; 15,5 x 23 cm ISBN: 978-602-451-221-7 Penulis : Almuzahidin, et al. Editor : Dr. Hj. Hamdanah, M.Ag. Tata Letak : Uki Desain Sampul : Nasir Nur H Cetakan : Juli 2018 Copyright © 2018 by Penerbit K-Media All right reserved Hak Cipta dilindungi Undang-Undang No 19 Tahun 2002. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektris maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penulis dan Penerbit. Isi diluar tanggung jawab percetakan Penerbit K-Media Anggota IKAPI Perum Pondok Indah Banguntapan, Blok B-15 Potorono, Banguntapan, Bantul. 55196. Yogyakarta e-mail: [email protected] ii Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada semua penulis sehingga dapat menyelesaikan sebuah tulisan dengan judul Budaya di Kalimantan Tengah. Indonesia merupakan suatu Negara yang sangat kaya akan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dimana masing-masing suku bangsa tersebut memiliki perbedaan dan keunikan baik dari segi bahasa daerah, adat istiadat, kebiasaan dan berbagai hal lain yang memperkaya keanekaragaman dari budaya Indonesia itu sendiri. Pelestarian Budaya sangatlah penting khususnya Budaya Lokal, dengan tetap melestarikan nilai-nilai yang terkandung dan sudah tertanam di masyarakat sejak lama. Budaya lokal merupakan budaya yang dimiliki oleh suatu wilayah dan mencerminkan keadaan sosial di wilayahnya masing-masing, melestarikan budaya yang ada akan menjadikannya tetap ada ditengah era-zaman modern sekarang ini, sehingga tidak akan luntur nilai-nilainya oleh perkembangan zaman. Dalam hal ini penting sekali untuk dipelajari oleh para generasi agar tetap lestari sehingga dapat memperkenalkan sekaligus mempertontonkan kepada orang banyak bahkan tidak hanya lokal, nasional bahkan internasional. Melestrikan kebudayaan lokal berarti ikut berperan serta dalam masyarakat dalam hal ini generasi muda bangsa untuk mewujudkan cita-cita bangsa yang luhur dan tetap menjaga keutuhan warisan dari nenek moyang Buku ini sekilas menggambarkan nilai-nilai sosial, budaya, agama dan non agama yang terkandung dalam masing-masing budaya daerah yang ada di Kalimantan Tengah. Besar harapan iii semoga buku ini bermanfaat dan menjadi khazanah bagi Kalimantan Tengah pada umumnya dan bagi para penulis khususnya. Saran dan masukannya sangat diharapkan untuk kesempurnaan yang lebih mendalam dimasa penyusunan yang akan datang. Terimakasih kepada semua pihak yang membatu dalam menyelesaikan buku ini, semoga Allah selalu meridhoi apa yang kita kerjakan. Penulis iv KATA PENGANTAR .................................................................. iii DAFTAR ISI ..................................................................................v I AGAMA DAN BUDAYA ......................................................1 Oleh: Almuzahidin II TRADISI BA’AYUN MAULID .......................................... 27 Oleh: Ahmad Dahlan III BADEWA ............................................................................ 49 Oleh: Dede Arnanda K. IV RITUAL SIMAH LAUT ..................................................... 63 Oleh: Husaini V MANEJEK HUMA ............................................................. 85 Oleh: Kaspul Rahman VI HUMA BETANG ................................................................ 99 Oleh: Muhdir VII UPACARA ADAT POTONG PANTAN .......................... 111 Oleh: Mukhyati VIII BAPALAS BIDAN, BATUYANG DAN TASMIYAH ...................................................................... 121 Oleh: Norsam IX BAANTARAN JUJURAN ................................................ 149 Oleh: Nurhidayati v X TUYANG MULUD .......................................................... 169 Oleh: Nurul Majidah XI BUDAYA BAPAPAI, MANDI MANUJUH BULAN DAN MANDI SETELAH MELAHIRKAN .................... 189 Oleh: Rabiatul Adawiyah XII UPACARA ADAT MENYANGGAR .............................. 219 Oleh: Ramayana XIII RITUAL MENANAM DAN PANEN PADI MASYARAKAT BANJAR .............................................. 235 Oleh: Rosmanto XIV RITUAL TOLAK BALA PADA TRADISI MANDI SAFAR .............................................................................. 249 Oleh: Sadikin XV KHATAMAN AL-QUR'AN............................................. 263 Oleh: Yayu M. XVI PERKAWINAN ADAT DAYAK .................................... 277 Oleh: Hartono XVII BAPALAS BIDAN DAN TASMIYAH ............................ 289 Oleh: Mulyati BIODATA SINGKAT PENULIS ............................................. 311 vi 1 Oleh: Almuzahidin I. PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak abad ke-1 Hijriah abad ke-7 Masehi, kawasan Asia Tenggara mulai berkenalan dengan ―Tradisi‖ Islam, meskipun frekuensinya tidak terlalu besar. Pengenalan ini berlangsung sejalan dengan munculnya para Saudagar Muslim dibeberapa tempat di Asia tenggara. Bukti tertua adanya ―Komunitas‖ Muslim di Asia Tenggara adalah dua buah yang bertarikh sekitar abad ke-5 Hijriah/ke-11 Masehi di Pandurangga (kini Panrang,Vietnam) dan di Leran (Gresik, Indonesia). Kehadiran Islam secara lebih nyata di Indonesia terjadi pada sekitar abad ke-13 Masehi, yaitu dengan adanya makam dari Sultan Malik as-Saleh yang mangkat pada bulan Ramadhan 696 Hijriah/1297 Masehi. Ini berarti bahwa pada abad ke-13 Masehi di Nusantara sudah ada institusi kerajaan yang bercorak Islam. Pada saudagar Muslim sudah melakukan aktivitas dagangnya sejak abad ke-7 Masehi. Beberapa kerajaan hindu dan Budha di Nusantara sudah melakukan hubungan dagang dan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan Islam di Timur tengah. Bukti-bukti arkeologis yang mendukung kearah itu ditemukan indikator ―keIslaman‖ yang berupa sebuah cetakan tangkup(mould) yang bertulisan asma‘ul husnah. Sejak awal perkembangannya, Islam di Indonesia telah menerima akomodasi budaya. Karena Islam sebagai agama memang ~ Kebudayaan Islam Kalimantan Tengah ~ 2 banyak memberikan norma-norma aturan tentang kehidupan dibandingkan dengan agama-agama lain. Dalam istilah lain proses akulturasi antara Islam dan Budaya lokal ini kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan local genius, yaitu kemampuan menyerap sambil mengadakan seleksi dan pengolahan aktif terhadap pengaruh kebudayaan asing,sehingga dapat dicapai suatu ciptaan baru yang unik, yang tidak terdapat diwilayah bangsa yang membawa pengaruh budayanya. Pada sisi lain local genius memiliki karekteristik antara lain: mampu bertahan terhadap budaya luar; mempunyai kemampuan mengintegrasi unsur budaya luar kedalam budaya asli; dan memiliki kemampuan mengendalikan dan memberikan arah pada perkembangan budaya selanjutnya. Sebagai suatu norma, aturan, maupun segenap aktivitas masyarakat Indonesia, ajaran Islam telah menjadi pola anutan masyarakat. Dalam konteks Islam sebagai agama sekaligus telah menjadi budaya masyarakat Indonesia. Disisi lain budaya-budaya lokal ini sebagian terus dikembangkan dengan mendapat warna- warna Islam. Perkembangan ini kemudian melahirkan ―akulturasi budaya‖ antara budaya lokal dan Islam. Sehingga Penulis bisa merumuskan bagaimana perbedaan konsep antara agama dan budaya, implikasi masuknya Islam terhadap budaya di Indonesia, proses asimilasi Islam dan masyarakat Indonesia serta terjadinya akulturasi antara Islam dan budaya Nusantara. dengan tujuan dan harapan penulis mengetahui perbedaan konsep agama dan budaya serta seiring dengan rumusan yang dikendaki oleh penulis. Bahwa adanya perbedaan pendapat dalam menyikapi budaya dan agama merupakan sesuatu yang logis, namun tidak merubah ~ Kebudayaan Islam Kalimantan Tengah ~ 3 substansi keyakinan dalam akidah seoarang muslim walaupun hidup dalam fluralisme antara budaya dan agama. II. KONSEP TEORITIK A. Pengertian Agama Kata agama berasal dari bahasa sansekerta dari kata a berarti tidak dan gama berarti kacau. Jadi fungsi agama dalam pengertian ini memelihara integritas dari seseorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan Tuhan, sesamanya, dan alam sekitarnya. Ketidak kacauan itu disebabkan oleh penerapan peraturan agama tentang moralitas,nilai-nilai kehidupan yang perlu dipegang, dimaknai dan diberlakukan. Pengertian itu jugalah yang terdapat dalam kata religion (bahasa inggris) yang berasal dari kata relegio (bahasa latin), yang berakar pada kata religare yang berarti mengikat. Dalam pengertian relegio termuat peraturan tentang kebaktian bagaimana manusia mengutuhkan hubungannya dengan realitas tertinggi (vertikal) dalam penyembahan dan hubungannya secara horizontal.1 Islam juga mengadopsi kata agama, sebagai terjemahan dari kata Al-Din seperti yang dimaksudkan dalam Al-Qur‘an surat 3:19 (Zainul Arifin Abbas, 1994:4). Agama Islam disebut Din dan Al-Din, sebagai lembaga Ilahi untuk memimpin manusia untuk mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Secara fenomenoligis, agama Islam dapat dipandang sebagai corpus syariat yang diwajibkan oleh tuhan yang harus dipatuhinya, karena melalui syariat itu hubungan manusia 1 Mulyono Sumardi, Penelitian Agama, Masalah dan Pemikiran, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, hal. 71 ~ Kebudayaan Islam Kalimantan Tengah ~ 4 dengan Allah menjadi utuh. Cara pandang ini membuat agama berkonotasi kata benda sebab agama dipandang sebagai himpunan doktrin. Komaruddin Hidayat seperti yang dikutip oleh Muhammad Wahyuni Nifis (Andito ed, 1998:47) lebih memandang agama sebagai sebagai kata kerja, yaitu