Jurnal Sosiologi 81 Volume II Edisi 2, Desember 2019

RITUAL TIWAH SANDUNG RUNI DAN TIWAH SANDUNG TULANG (Studi Kasus Keluarga Gi dan Keluarga Ru Di Desa Bangkal Kecamatan Seruyan Raya Kabupaten Seruyan)

Ina Malaniaª ªProdi Sosiologi FISIP UPR [email protected]

ABSTRAK:

Penulisan skripsi ini berdasarkan rumusan masalah yaitu 1) Bagaimana pelaksanaan upacara Tiwah Sandung Runi dan Sandung Tulang. 2) Apakah makna upacara Tiwah Sandung Runi dan Tiwah Sandung Tulang. fokus dari penelitian ini adalah pelaksanaan upacara ritual Tiwah Sandung Runi dan Tiwah Sandung Tulang di Desa Bangkal serta tujuan dari pelaksanaan upacara Tiwah Sandung Runi dan Sandung Tulang. Pelaksanaan ritual Tiwah, alat dan bahan yang di gunakan, tahapan-tahapan upacara Tiwah, nilai-nilai, serta makna bagi umat di Desa Bangkal. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam menganalisis data secara interaktif yang dimana di dalamnya terdapat tiga hal yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Sehingga data yang diperolah peniliti dapat dirangkum, memilih hal-hal yang pokok memfokuskan pada hal penting dengan demikian data telah direduksi akan memberi gambaran yang lebih jelas. Hasil penelitian ini menemukan bahwa dianalisis dengan teori ritus bahwa masyarakat desa Bangkal yang melaksanakan Ritual Tiwah ini tidak memandang agama, latar belakang. Masyarakat desa Bangkal akan melaksanakan Tiwah ini bersama-sama ketika ada keluarga mereka yang meninggal dan masih menganut agama Kaharingan. Dalam kehidupan sehari- hari umat Kaharingan dituntut untuk selalu menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, dengan Tuhan (ilah), Roh Leluhur, dan dengan lingkungan alam sekitar. Dalam upacara ini juga menggunakan simbol-simbol seperti alat-alat yang sangat wajib dan sakral dalam upacara tersebut seperti agung, gandang, kalenang, katambung, lunju, behas bahenda, Mandau dan hewan kurban seperti bawui, manuk merupakan binatang yang utama untuk persembahan dan diikuti berbagai macam alat dan bahan lainnya yang dibutuhkan dalam upacara tersebut. Dianalisis dengan teori religi bahwa ritual Tiwah merupakan sebuah ritual religi yang berkaitan dengan ritual pemeluk agama Kaharingan, dengan pelaksanaan Ritual Tiwah ini masyarakat desa Bangkal khususnya mempercayai bahwa setelah melakukan ritual Tiwah ini mereka meyakini bahwa tidak akan mendapatkan segala sial, sakit-penyakit, mimpi buruk, tidak terganggu lagi ataupun tidak merasa ada beban lagi.

Kata kunci: Ritual, Tiwah Sandung Runi dan Tiwah Sandung Tulang, Umat Kaharingan.

Tema: Aspek Sosial Budaya Kehidupan Keluarga Urban Jurnal Sosiologi 82 Volume II Edisi 2, Desember 2019

ABSTRACT:

Thesis writing is based formulation of the problem,that is 1) How is the ceremony Tiwah Sandung Runi and Tiwah Sandung Tulang. 2) What is the meaning of the Tiwah Sandung Runi and Tiwah Sandung Tulang ceremony. The focus of this research is the implementation of the ceremony Tiwah Sandung Runi and Tiwah Sandung Tulang in the village Bangkal and the purpose of the ceremony Tiwah Sandung Runi and Sandung Tulang. The implementation of the Tiwah ritual, tools and materials used, the stages of the Tiwah ceremony, the values, and the meanings for the network people in Bangkal Village. This study uses a type of qualitative approach research with data collection methods through observation, interviews and documentation. In analyzing data interactively where there are three things, namely data reduction, data presentation and conclusion drawing. So that the data obtained by researchers can be summarized, choosing the main things focusing on the important things so that the data has been reduced will give a clearer picture. The results of this study found that: Analyzed with the rite theory that the Bangkal village community carried out the ritual Tiwah it does not look at religion, background. Bangkal village community will carry out this Tiwah together when their family dies and still adheres to Kaharingan religion. In the daily life of Kaharingan people required to always maintain good relations with fellow human beings, with God (god), Ancestral Spirit, and with the surrounding natural environment. In this ceremony also uses symbols such as tools that are very mandatory and sacred in the ceremony such as agung, gandang, kalenang, katambung, lunju, behas bahenda, Mandau and sacrificial animals as bawui, manuk is the main animal for offerings and followed variously kinds of tools and other materials needed at the ceremony Analyzed with the theory of religion that ritual Tiwah is a ritual religion relating to the rituals of Kaharingan followers with implementation ritual Tiwah this is society village Bangkal especially believe that after performing this Tiwah ritual they believe that nothing will get bad luck, illnesses, nightmares, not bothered anymore or don’t feel a burden anymore.

Keywords: Ritual, Tiwah Sandung Runi and Tiwah Sandung Tulang, Kaharingan

I. PENDAHULUAN Agama dan sistem kepercayaan lainnya Dayak Ngaju adalah upacara Tiwah, upacara sering terintegrasi dengan kebudayaan. perkawinan, upacara mapalas/pengobatan, Agama adalah unsur kebudayaan yang penting upacara menetek pantan, upacara mamapas dalam sejarah umat manusia. Dalam budaya lewu dan masih banyak upacara adat lainnya tradisional, masa lalu sangat dihormati dan yang ada di Kalimantan Tengah ini. Ritual- simbol-simbol yang ada sangat dihargai bagi ritual ini bermakna dan berfungsi dalam masyarakat suku Dayak Ngaju khususnya kehidupan masyarakat. yang beragama Hindu Kaharingan. Upacara- Dalam pandangan masyarakat Suku upacara tradisional di Kalimantan tengah Dayak yang masih mempertahankan keyakinan merupakan suatu mata rantai yang tidak dapat leluhurnya, khususnya yang beragama Hindu dipisahkan dari Tattwa yang merupakan inti Kaharingan bahwa ritual upacara Tiwah dari ajaran agama Hindu Kaharingan. Ritual masih dilakukan dan umat Hindu Kaharingan adat yang biasa diselenggarakan oleh para suku meyakini bahwa Tiwah merupakan ritual yang

Tema: Aspek Sosial Budaya Kehidupan Keluarga Urban Jurnal Sosiologi 83 Volume II Edisi 2, Desember 2019 wajid dilaksanakan, karena jika seseorang yang II. KAJIAN TEORITIS telah meninggal belum di Tiwah maka ia belum 2.1. Teori Ritus masuk ke dalam surga. Dalam upacara Tiwah, Dalam bukunya itu Robertson Smith roh orang yang telah meninggal diantarkan ke memiliki tiga gagasan penting mengenai asas- swarga loka agar dapat tinggal bersama dengan asas dari religi atau agama secara umum. roh-roh leluhur. Upacara Tiwah agama Hindu Gagasan yang pertama, bahwa kepercayaan Kaharingan di Kalimantan Tengah dari setiap dan dogma bagi pengetahuan religi penting daerah berbeda-beda tata cara pelaksanaannya daripada ritual, sistem upacara merupakan tergantung bagaimana keputusan dan tradisi suatu perwujudan religi atau agama yang dari masing-masing daerah. memerlukan studi dan analisa yang khusus. Adapun tradisi yang terdapat di Desa Gagasan yang kedua, mengenai makna sosial Bangkal, tata cara pelaksanaan ritualnya ada religi. Gagasan yang ketiga, ialah tentang teori dua cara ritual yaitu Tiwah Sandung Runi dan persembahan korban yaitu menurut smith Tiwah Sandung Tulang, yang berbeda dari adalah bentuk persembahan korban tertua. daerah-daerah lainnya. Sedangkan di daerah- dimana manusia menyajikan sebagian dari daerah lain tata cara pelaksaan Tiwah hanya seekor binatang, terutama darahnya kepada memiliki satu cara ritual Tiwah saja yaitu Tiwah dewa, kemudian memakan sendiri sisa daging Sandung. Di Desa Bangkal untuk pelaksanaan dan darahnya. Dalam kamus besar Bahasa atau acara puncak Tiwah hanya membutuhkan , ritus berarti tata cara dalam upacara waktu tiga sampai empat hari. Di daerah lain keagamaan. Upacara ritual Tiwah merupakan untuk pelaksanaan Tiwahnya membutuhkan ritual para penganut Kaharingan, kepercayaan waktu tujuh hari sampai satu bulan. suku Dayak. ritual ini merupakan bagian dari Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan penyatuan dalam bentuk religi yang kemudian rumusan masalah yang ada yaitu menjelaskan religi yang dilakukan adalah bagian dari dan menganalisis pelaksanaan upacara Tiwah kehidupannya yang tidak dipisahkan. Sandung Runi dan Tiwah Sandung Tulang yang ada di Desa Bangkal. serta menjelaskan 2.2. Pengertian Ritual Tiwah Menurut dan menganalisis makna dari upacara Tiwah Masyarakat Dayak Ngaju Sandung Runi dan Sandung Tulang. Adapun Tiwah merupakan upacara kematian manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang biasanya digelar atas seseorang yang telah ini adalah untuk memberi pemahaman meninggal dan di masukan dalam Runi (peti mengenai ritual Tiwah Sandung Runi dan mati). Ritual Tiwah bertujuan sebagai ritual Tiwah Sandung Tulang yang ada di Desa untuk meluruskan perjalanan salumpuk liau bangkal, serta menambah wawasan mengenai menuju lewu tatau agar dapat bersatu dengan ritual Tiwah Sandung Runi dan Tiwah Sandung nenek moyangnya serta sangiang, Tiwah ini Tulang yang ada di Kalimantan Tengah. juga memiliki maksud bagi masyarakat Suku Penelitian ini juga diharapkan mampu untuk Dayak Kalimantan Tengah sebagai prosesi menambah referensi terhadap kajian sosiologi untuk melepas kesialan bagi keluarga yang terkait dengan Ritual Tiwah Sandung Runi dan ditinggalkan dari pengaruh-pengaruh buruk Tiwah Sandung Tulang yang ada di Kalimantan yang menimpa. Ritual Tiwah merupakan Tengah, serta mampu menjadikan penelitian upacara tradisional yang menghubungkan ini sebagai bahan acuan dan referensi pada dengan orang yang sudah meninggal, yaitu penelitian sejenis yang dilakukan dimasa yang mengantarkan runi atau tulang belulang akan datang. kerangka orang mati menuju suatu rumah

Tema: Aspek Sosial Budaya Kehidupan Keluarga Urban Jurnal Sosiologi 84 Volume II Edisi 2, Desember 2019

yang ukuran sedang atau kecil yang memang dan memakai pakaian tertentu pula. Begitu sengaja di buat untuk menyimpan runi atau halnya dalam ritual upacara kematian, banyak tulang belulang orang yang meninggal, rumah perlengkapan, benda-benda yang harus ini di namakan sandung. disiapkan dan dipakai. Ritual adalah cara, Upacara Tiwah bagi Suku Dayak tanda, simbol, lambang tentang ketuhanan yang sangatlah sakral, pada acara Tiwah ini dapat membangkitkan kekuataan kepercayaan. sebelum Runi atau tulang-tulang diantar dan Spiritual lebih merujuk pada batin, mental dan diletakkan ke Sandung, banyak sekali acara- kejiwaan seorang umat Tuhan dan ritual lebih acara ritual, tarian, suara gong, bukung dan mengacu pada kegiatan fisik demi kepentingan lainnya. Sampai akhirnya Runi atau tulang- ketuhanan. Upacara adalah kesatuan rangkaian tulang diletakkan atau dimasukan ke dalam berbagai bentuk dan unsur berkomunikasi Sandung. Masyarakat Dayak Ngaju khususnya atau berelasi dengan ilah-ilah, roh nenek di desa Bangkal percaya apabila mereka belum moyang, dan roh alam. Koentjaningrat meniwahkan keluarganya, salumpuk liau akan mengidentifikasikan sebelas unsur upacara tetap berada di bumi dan tidak bisa menuju ke (ritus), yakni bersaji, berkurban, berdoa, surga. Itu sebabnya bagi masyarakat dayak, makan bersama, menari, menyanyi, berprofesi, mengadakan upacara Tiwah adalah wajib berseni drama, berpuasa, intoksinasi, bertapa dilaksanakan jika orang yang meninggal itu dan bersemedi. masih menganut agama Hindu Kaharingan. Ritual upacara kematian khususnya Bagi seluruh keluarga yang ditinggalkan atau ritual Tiwah umat Hindu Kaharingan wajib yang masih hidup, melaksanakan upacara dilaksanakan dan sangat bermakna, tujuan Tiwah ini merupakan penghormatan terakhir. ritual Tiwah itu dilaksanakan agar masyarakat Masyarakat Dayak mempersiapkan atau keluarga yang ditinggalkan dapat tenang upacara Tiwah selama berbulan-bulan dan dan jauh dari penyakit dan segala sial yang pelaksanaan Tiwah berlangsung selama tiga menimpa mereka karena ditinggal dari hari, tujuh hari atau satu bulan. Pelaksanaan salah satu anggota keluarganya yang telah Tiwah ini dari setiap daerah berbeda-beda meninggal. Ritual ini juga bertujuan agar tergantung dari keputusan setiap daerah dan arwah yang meninggal dapat berangkat dan tergantung dari keputusan keluarga itu sendiri. sampai menuju lewu liau yang dihantarkan Upacara Tiwah merupakan upacara besar yang melalui upacara Tiwah ini. pelaksanaannya membutuhkan biaya yang sangat besar. Biaya-biaya tersebut digunakan 2.4. Teori Sistem Religi untuk memenuhi persyaratan-peryaratan Religi juga dipandang penting para dalam upacara ritual Tiwah, yang diantaranya ilmuwan, khususnya dibidang sosial karena yaitu menyediakan makanan, hewan kurban dipandang mampu menghasilkan suatu dan sesaji. Makanan dan daging hewan kurban kebudayaan bila bicara mengenai kontek berguna untuk menjamu para tamu yang ritualnya dan segala aturan yang mengelola datang dan membuat sesaji untuk roh-roh kehidupan pemeluknya. Menurut E.B.Tylor, leluhur maupun roh-roh halus. bahwa asal mula religi adalah adanya kesadaran 2.3. Makna Ritual manusia akan adanya jiwa. Kesadaran ini disebabkan oleh dua hal, yaitu: Pada dasarnya ritual adalah rangkaian 1. Perbedaan yang tampak pada manusia kata, tindakan pemeluk agama dengan mengenai hal-hal yang hidup dan hal-hal menggunakan benda-benda, peralatan dan yang mati. suatu mahluk pada satu saat perlengkapan tertentu, di tempat tertentu

Tema: Aspek Sosial Budaya Kehidupan Keluarga Urban Jurnal Sosiologi 85 Volume II Edisi 2, Desember 2019

dapat bergerak-gerak, berbicara, makan, masyarakat yang percaya seperti cerita ada menangis, berlari-lari dan sebagainya, patahu(menjaga kehidupan umat manusia), artinya mahluk itu ada dalam keadaan jin, beruang, anjing, ular, buaya putih(jata) hidup, tetapi pada saatnya yang lain mahluk dan yang lainnya, yang dapat menjaga dan itu seolah-olah tidak melakukan aktifitas memberikan rejeki untuk mereka, namun jika apa-apa, tidak ada tanda-tanda gerak pada tidak dijaga atau tidak di rawat dengan betul mahluk itu, artinya makhluk itu telah mati. bisa memakan tuannya sendiri dan keselamatan Demikian lambat laun manusia mulai sadar orang lain. Roh leluhur atau sanak keluarga bahwa gerak dalam alam itu, atau hidup yang meninggal yang masih percaya baik itu, disebabkan oleh suatu hal yang ada yang gaib karena kesaktiannya maupun karena di samping tubuh-jasmani, dan kekuatan- belum di laksanakannya upacara ritual Tiwah, kekuatan itulah yang disebut sebagai jiwa. yang dianggap sering hadir dan berkeliaran 2. Peristiwa mimpi, dalam mimpinya manusia dalam lingkungan keluarga dan sekitar rumah melihat dirinya di tempat-tempat lain dari baik yang di ketahui maupun yang tidak di pada tempat tidurnya. Demikian, manusia ketahui. mulai membedakan antara tubuh jasmaninya yang ada di tempat tidur, dan suatu bagian III. METODOLOGI lain dari dirinya yang pergi ke tempat-tempat lain, bagian itulah yang disebut sebagai Metode yang digunakan dalam jiwa. Selanjutnya Tylor mengatakan bahwa penelitian ini adalah menggunakan pendekatan jiwa yang lepas ke alam disebutnya dengan metode kualitatif. metode kualitatif digunakan roh atau mahluk halus. Inilah penyebabnya untuk memahami keadaan dengan fokus manusia berkeyakinan kepada roh-roh yang mendalam dan terperinci agar dapat yang menempati alam. sehingga manusia mengetahui hasil data yang berupa kata-kata memberikan penghormatan berupa upacara tertulis maupun lisan dari orang-orang atau doa, sesajian dll. perilaku yang diamati. Dalam penelitian ini, penulis memilih lokasi penelitian ini di Desa 2.5. Konsep Roh Menurut Masyarakat Bangkal Kecamatan Seruyan Raya Kabupaten Dayak Ngaju Seruyan Provinsi Kalimantan tengah. Hal ini Menurut masyarakat Dayak Ngaju, guna untuk melihat langsung bagaimana situasi roh sebagai wujud yang kasat mata tidak di tempat penelitian dan untuk memperoleh terlihat namun memang benar adanya, dan data yang di harapkan oleh penulis dalam sering di dengar kadang membawa hal yang mencari jawaban dari setiap permasalahan baik maupun hal yang tidak baik.menurut yang ada dalam rumusan masalah tentang masyarakat dayak roh ada yang jahat dan ada bagaimana pelaksanaan dan Tujuan upacara yang baik, ada roh leluhur atau sanak keluarga Tiwah Sandung Runi dan Tiwah Sandung yang meninggal. Roh yang jahat adalah Tulang yang masih ada di Kalimantan Tengah dimana roh ini dipercaya dapat mengganggu ini khususnya di Desa Bangkal. ketentraman dan kenyamanan masyarakat Sumber data dalam penelitian ini dibagi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. menjadi dua yaitu Data primer merupakan Roh baik yaitu roh yang seperti penjaga data yang diperoleh dari narasumber yang bagi kehidupan masyarakat khususnya umat berhubungan langsung dengan permasalahan Kaharingan, memang tidak kelihatan namun yang akan diteliti. Data sekunder merupakan masyarakat tahu dan percaya. Roh tersebut data yang diperoleh dengan cara tidak seperti sahabat yang menjaga kehidupan langsung, data-data diperoleh dari sumber-

Tema: Aspek Sosial Budaya Kehidupan Keluarga Urban Jurnal Sosiologi 86 Volume II Edisi 2, Desember 2019

sumber yang dapat mendukung penelitian baik beberapa orang didalamnya. diperoleh dari arsip, dokumen maupun bahan Sedangkan Tiwah sandung tulang ini pustaka. merupakan tiwah yang dimana runi seseorang Adapun teknik pengumpulan data yang akan dibakar setelah melalui beberapa dalam penelitian ini menggunakan beberapa proses ritual sebelum dimasukkan kedalam teknik yaitu: Observasi, peneliti melakukan sandung, dari seseorang yang baru meninggal pengamatan dan pencatatan secara sistematis kemudian melaksanakan ritual malancak, terhadap pelaksanaan upacara Tiwah Sandung setelah itu dilaksanakan ritual Tiwah sandung Runi dan Tiwah Sandung Tulang yang tampak tulang hingga beberapa hari melalui berbagai pada objek penelitian yang ditinjau secara proses ritual. hingga pada hari puncaknya runi langsung di Desa Bangkal Kecamatan Seruyan tersebut diturunkan dari balai pali menuju Raya Kabupaten Seruyan Provinsi Kalimantan tenda dekat sangkaraya itu kemudian setelah Tengah. Wawancara adalah percakapan dengan rukun disitu runi dibawa ke laha (tempat maksud untuk mendapatkan informasi secara membakar runi dimana kayu yang didirikan langsung dengan mengajukan pertanyaan. berbentuk condong) dibakar hingga menjadi Dokumentasi merupakan catatan peristiwa abu kemudian setelah dibakar lalu tulang yang yang berbentuk tulisan, gambar atau foto-foto masih tersisa disitu diambil dimasukkan ke yang di gunakan untuk keperluan penelitian. dalam botol kecil yang sudah disediakan. Penelitian ini menggunakan teknik analisa Alat Yang Digunakan Dalam Tiwah data interaktif. Model interaktif ini terdiri dari Sandung Runi Dan Tiwah Sandung Tulang tiga hal utama reduksi data, pengkajian data, yaitu Basir pelaksana 3-5 orang, Gong tempat penerikan kesimpulan. duduk Basir, upacara dilakukan dirumah duka, rotan, bamboo, daun kelapa, garantung, IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN gandang kalenang, mandau, lunju, kain kuning, kain merah dan kain putih, ayam dan babi 13 Tiwah sandung runi merupakan Tiwah ekor kerbau 1 ekor(Tiwah Sandung Runi), yang dilaksanakan masyarakat Dayak sapundu, behas bahenda, katambung, dawen Khususnya umat Kaharingan, Tiwah sandung sawang, bahalai, laung, sipa dan ruku, sio runi ini merupakan ritual kematian bagi umat atau manas, behas hambaruan, babi dan ayam Kaharingan, dimana upacara ini dilaksanakan 15 ekor dan kerbau 1 ekor(Tiwah Sandung ketika ada seseorang yang meninggal dunia Tulang), kayu untuk membuat laha(Tiwah dan seseorang itu masih menganut Kaharingan Sandung Tulang), botol tempat tulang setelah maka dilaksanakan ritual Tiwah sandung dibakar, katip atau pejepit dari bambu untuk runi. Ritual Tiwah sandung runi ini memakan mengambil tulang di laha tersebut. waktu hingga berhari-hari, dalam pelaksanaan Dalam pelaksanaan Tiwah Sandung Tiwah sandung runi ini dimana seseorang Runi dan Tiwah Sandung Tulang ini juga yang meninggal melalui beberapa proses atau memiliki pantangan tersendiri untuk keluarga beberapa tahapan ritual kemudian setelah maupun untuk masyarakat yang datang dan melalui beberapa proses ritual tersebut. Pada menyaksikan upacara tersebut. Pantangan- hari puncaknya rukun Tiwah ini kemudian pantangan untuk keluarga liau selama runi diturunkan dari balai pali menuju tenda melaksanakan Tiwah ada beberapa jenis sangkaraya dan setelah rukun itu runi dibawa sayuran, jenis ikan, jenis daging. ke sandung dan dimasukkan ke dalam sandung Pantangan dalam ritual Tiwah Sandung yang berbentuk rumah yang seukuran dengan Runi dan Tiwah Sandung Tulang ini sama runi/peti mati itu yang bisa menampung saja tidak ada bedanya. Proses pelaksanaan

Tema: Aspek Sosial Budaya Kehidupan Keluarga Urban Jurnal Sosiologi 87 Volume II Edisi 2, Desember 2019 ritual tiwah sandung runi yaitu hari pertama, dan hari keduanya sama saja dengan proses Basir memulai rukun diawal dengan Ngapetik, tiwah sandung runi, namun berbeda pada hari keluarga serta masyarakat bergotong puncaknya. hari ketiga atau hari puncak tritual royong baik dalam membuat kalengkang/ tiwah sandung tulang ini pada pagi harinya ancak maupun membuat yang seusatu yang basir dan keluarga liau pergi ke laha untuk diperlukan, malam harinya bukung-bukung memulai rukun dan mendirikan laha yang berdatangan.hari kedua, pagi harinya bukung digunakan untuk membakar liau nantinya, berdatangan, kemudian setelah bukung- kemudian setelah rukun dilaha kemudian basir bukung selesai keluargapun dikumpulkan mulai menawur samping sangkaraya,keluarga semua didekat runi, kemudian baris memulai menganjan mengelilingi sapundu dan rukun memapas runi dan keluarga disitu, sangkaraya selama 3kali, setelah itu kemudian dilanjutkan dengan Nyompal runi, kemudian keluarga mendirikan tenda muatan runi didekat disitu diceritakan riwayat hidup orang yang sagkaraya dan setelah selesai kemudian runi meninggal itu, setelah rukun itu kemudian dan barang-barang runi dibawa turun ke tenda, alat music, barang-barang liau serta runi kemudian basir memulai rukunnya memapas dibawa ke balai pali, setelah semuanya runi dan Nganjuhi, setelah rukun disitu selesai dipindahkan ke balai pali kemudian keluarga kemudian runi dibawa ke laha, sesampayna di maupun masyarakat yang hadir memainkan laha kemudian runi dibakar setelah dibakar api bola api didalam rumah, setelah itu keluarga dipadamkan kemuadian tulang liau yang masih membersihkan diri, kemudian dilanjutkan tersisa dimasukkan kedalam botol, setelah itu rukun selanjutnya laluhan dan memotong tulang serta barang liau digantungkan didekat pantan, setelah itu mendirikan sapundu, laha dan ditinggal disitu selama satu mala, sangkaraya dan hewan kurban ditaruh didekat kemudian keluarga balik kerumah acara, dan sangkaraya, kemudian keluarga menganjan dilanjutan rukun selanjutnya membunuh hewan tidak henti-hentinya. kurban kerbau babi dan ayam setelah itu selesai Hari ketiga, basir menawur samping rukun selanjutnya memindahkan sangkaraya sangkaraya, keluarga menganjan mengelilingi ke dalam rumah kemudian dilanjutkan dengan sangkaraya selama 3kali, kemudian rukun bapalas, sua minyak, kemudian hari ke empat selanjut nya mendirikan tenda dekat tiwah ini keluara dan basir kembali ke laha sangkaraya dan runi itu diturunkan dari mengambil tulang liau serta barangbarang balai pali menuju tenda yang sudah dibuat, liau dan digantungkan didekat laha tersebut, Basir memulai rukun didalam tenda tersebut kemudian tulang liau tersebut dibawa ke memapas runi dan Nganjuhi runi dibawa ke sungai untuk dimandikan dibersihkan dan sandung dan runi tersebut dimasukkan kedalam disitu basir juga memulai sanga, setelah rukun sandung. Kemudian keluarga kembali ke disungai selesai kemudian tulang tersebut rumah acara dengan membunuh hewan kurban dibawa kerumah berpamitan kemudian tulang seperti kerbau ayam dan babi, kemudian tersebut dibawa ke sandung tulang kemudian rukun selanjutnya mendirikan sangkaraya dimasukkan ke dalam sandung, setelah didalam rumah, lanjut dengan rukun bapalas itu keluarga erta basir kembali kerumah dan memasangkan manas di setiap anggota membersihkan diri dan menyantap makanan keluarga, dengan memasang manas ditangan yang telah disediakan keluarga acara. mereka itu menandakan bahwa mereka sudah Makna dari Ritual Tiwah Sandung Runi menyelesaikan ritual tersebut. dan Tiwah Sandung Runi ini di laksanakan Proses pelaksanaan tiwah sandung bertujuan untuk meluruskan perjalanan liau tulang, proses tiwah ini pada hari pertama atau mengantarkan liau ke lewu tatau dan agar

Tema: Aspek Sosial Budaya Kehidupan Keluarga Urban Jurnal Sosiologi 88 Volume II Edisi 2, Desember 2019

liau dapat menjalankan kehidupan yang baru pertama menawur memberitahukan kepada di lewu tatau bersama ranying hattala dan roh-roh yang baik maupun yang jahat supaya bersama keluarga atau para leluhurnya yang tidak mengganggu selama proses pelaksanaan sudah mendahului sebelum liau, dan tidak Tiwah itu berlangsung, malam harinya bukung- lagi mengganggu keluarga atau berkeliaran di bukung berdatangan, hari kedua pagi harinya lingkungan sekitar rumah, membuang segala bukung dengan jenis lain datang lagi, setelah sial, dijauhkan dari segala sakit-penyakit, itu menurunkan runi ke balai pali, lalu setelah marabahaya maupun segala sesuatu yang tidak semua selesai keluarga membersihkan diri diinginkan. bagi pasangan yang ditinggalkan dan dilanjutkan dengan laluhan, mendirikan bertujuan untuk melepaskan ikatan status janda sangkaraya, sapundu dan mengikat kerbau dan duda dan mereka sudah bisa memulai dan binatang lain di dekat sangkaraya, lalu hidup baru dengan keluarga yang baru. masyarakat menganjan tidak henti-hentinya sampai kepada hari ketiga. V. KESIMPULAN Hari puncak acara Tiwah sandung runi, runi di turunkan ke dalam tenda samping Ritual Tiwah Sandung Runi dan Tiwah sangkaraya, Basir dan keluarga memapas runi Sandung Tulang ini adalah dua cara atau liau itu sebagai bukti peghormatan terakhir proses yang sedikit berbeda pada puncak agar liau meluruskan jalannya dan melanjutkan acara namun tujuan dari kedua Tiwah ini sama hidupnya di tempat yang baru di lewu tatau. saja. Hanya saja ritual Tiwah sandung tulang Setelah itu runi dibawah ke sandung dan di ini sudah jarang dilaksanakan bahkan hampir masukkan ke dalam sandung. Hari puncak tidak pernah dilaksanakan di daerah lain selain ritual Tiwah Sandung Tulang ini pagi harinya di desa bangkal. Ritual Tiwah Sandung Runi Basir dan keluarga liau berangkat ke tempat ini lebih banyak dilakukan umat Kaharingan dimana laha atau tempat pembakaran runi di karena tidak terlalu rumit prosesnya, di desa laksanakan, disana Basir mulai menawur dan Bangkal ritual ini masih dilaksanakan secara syarat untuk mendirikan laha itu menggunakan per anggota keluarga atau keluarga masih babi dan ayam bisa juga di tambahkan dengan sanggup meniwahkan keluarga mereka yang kerbau itu tergantung kemampuan keluarga, meninggal dengan dana sendiri. setelah itu lanjut rukun di rumah acara runi di Ritual Tiwah Sandung Runi dan Tiwah turunkan dari balai pali ke dalam tenda dekat Sandung Tulang di Desa Bangkal, proses sangkaraya, disitu juga ada rukun Basir dan pelaksanaannya hanya dalam 3 sampai 4 keluarga memapas runi, setelah itu runi di hari, seminggu sebelum pelaksanaan Tiwah bawa ke laha dan dibakar, keluarga dan basir sudah mendirikan balai pali, mendirikan dan menunggu runi sampai benar-benar menjadi memasang garantung dan alat musik lainnya abu sampai tersisa tulang disitu. Setelah itu di dalam rumah. Setelah semuanya di dirikan tulang-tulang liau di ambil dari tulang kepala gong itu di bunyikan dan menandakan Tiwah hingga ujung kaki dimasukkan ke dalam botol, siap di laksanakan dan masyarakat yang lalu keluarga kembali kerumah membunuh ingin babukung sudah di perbolehkan sampai hewan kurban babi ayam dan kerbau. pelaksanaan Tiwah itu di mulai. Ritual Tiwah ini Lalu Hari ke empat acara, basir dan dilaksanakan dan di pimpin oleh Rohaniawan keluarga kembali ke laha untuk mengambil yang disebut Basir Upu dan ditemani oleh tulang-tulang liau untuk dimandikan dan Basir pembantu. Basir biasanya berjumlah tiga diberi pakaian, setelah itu tulang-tulang liau sampai lima orang. Pelaksanaan Tiwah selama itu di masukkan ke dalam sandung tulang. 3 hari melalui beberapa tahapan seperti hari Adapun makna dari ritual Tiwah Sandung

Tema: Aspek Sosial Budaya Kehidupan Keluarga Urban Jurnal Sosiologi 89 Volume II Edisi 2, Desember 2019

Runi dan Tiwah Sandung Tulang ini untuk Daftar Pustaka mengantarkan dan meluruskan perjalanan Abdi, Usman Rianse. 2012. Metodologi liau menuju lewu tatau dan menjalankan Penelitian Sosial Dan Ekonomi Teori kehidupan yang baru bersama Ranying Hatalla Dan Aplikasi. Bandung: Alfabet. Langit, serta bersatu dengan keluarga dan para Baal. J. Van. 1987. Sejarah Dan Pertumbuhan leluhur yang terdahulu. bertujuan juga agar Teori Antropologi Budaya. Jakarta: PT arwah orang yang meninggal ini tidak lagi Gramedia. berkeliaran dan mengganggu di sekitar rumah Badan Pusat Statistik. 2017. Kecamatan atau keluarga yang ditinggalkan, dan juga Seruyan Raya Dalam Angka. Kabupaten Seruyan bertujuan untuk membuang segala sial keluarga Baier, M. 2007. Dari Agama Politeisme Ke yang ditinggalkan di rumah itu, di jauhkan dari Agama Ketuhanan Yang Esa – Teologi segala marabahaya, sakit-penyakit, dijauhkan Sistematika Agama Hindu Kaharingan. dari segala sesuatu yang tidak di inginkan. dari Pontianak, Indonesia: Balai Penerbit ritual ini juga masyarakat dapat berkumpul Pontianak Amu Lanu. dan bergotong-royong, saling berinteraksi, Faisal, Sanapiah. 2007. Format-Format mempererat hubungan antar masyarakat antar Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Grafindo satu desa maupun masyarakat dari desa lain. Persada Dalam penelitian ini peneliti mengunakan Koenjaraninggrat. 1986. Pengantar Ilmu teori ritus dan teori sistem religi yang dianggap Antropologi. Jakarta : Askara Baru cocok untuk menganalisis dan dihubungkan Koentjaraningrat. 2002. Pengantar dengan penelitian Ritual Tiwah Sandung Runi antropologi: Pokok-pokok Etnogafi II. dan Tiwah Sandung Tulang, kedua teori ini Jakarta: PT Rineka Cipta. akan membantu peneliti untuk memaknai ritual Mulyana, Dedy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Tiwah Sandung Runi dan Tiwah Sandung Runi Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya. pada masyarakat sekarang. Bandung: Remaja Rosda Karya. Profil Desa Bangkal. 2017. Sekretaris Desa Acknowledgment Bangkal Kecamatan Seruyan Raya Kabupaten Seruyan. Saya persembahkan Skripsi ini sebagai Sugiono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif ungkapan kasih sayang saya kepada Tuhan Kualitatif dan R&D Cetakan ke-19. Yesus atas berkat rahmat karunia-Nya setiap Bandung : Alfabet waktu untuk saya hingga dapat menyelesaikan Sulasman. 2013. Teori-Teori Kebudayaan. pendidikan saya hingga dijenjang ini. Kepada Bandung: Pustaka Setia. keluarga tercinta terutama kepada Ayah, Suprayogo, Imam. 2001. Metodologi Ibu serta adik terimakasih sudah menjadi Penelitian Sosial Agama. Bandung: penyemangat serta memberikan dukungannya Remaja Rosda Karya. selama ini. Kepada dosen-dosen Fakultas Ilmu Penyang, Walter. 2016. Panaturan. Majelis Sosial dan Ilmu Politik Universitas Palangka Besar Agama Hindu Kaharingan (MB- Raya, saya ucapkan terimakasih atas saran, AHK ) Pusat . bimbingan maupun motivasinya. Kepada Swantie. 2017. Ritual Tuntulak Ambun Rutas sahabat dan teman-teman, saya ucapkan Matei Suku Dayak Ngaju Kaharingan terimakasih atas motivasi dan bantuannya. di Kota Palangka Raya. Marlina, Tuti. 2017. Fungsi dan Makna Ritus Terimakasih Almamaterku. Babukung Dalam Kepercayaan Agama Kaharingan.

Tema: Aspek Sosial Budaya Kehidupan Keluarga Urban Jurnal Sosiologi 90 Volume II Edisi 2, Desember 2019

Sari, Sely. 2017. Kajian Terhadap Ritual Mearuhkan Laman di Desa Topalan Kecamatan Menthobi Raya Kabupaten Lamandau.

Tema: Aspek Sosial Budaya Kehidupan Keluarga Urban