Kajian Struktur Dan Makna Tari Barong Banjar Pada Upacara Perkawinan Masyarakat Banjar Di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kajian Struktur Dan Makna Tari Barong Banjar Pada Upacara Perkawinan Masyarakat Banjar Di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat KAJIAN STRUKTUR DAN MAKNA TARI BARONG BANJAR PADA UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BANJAR DI DESA TANJUNG IBUS KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT TESIS Oleh: HILMA MITHALIA SHALIHAT NIM: 117037002 PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 Universitas Sumatera Utara KAJIAN STRUKTUR DAN MAKNA TARI BARONG BANJAR PADA UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BANJAR DI DESA TANJUNG IBUS KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.) dalam Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Oleh: HILMA MITHALIA SHALIHAT NIM: 117037002 PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 Universitas Sumatera Utara Judul Tesis : KAJIAN STRUKTUR DAN MAKNA TARI BARONG BANJAR PADA UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BANJAR DI DESA TANJUNG IBUS KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT Nama : Hilma Mithalia Shalihat Nomor Pokok : 117037002 Program Studi : Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Menyetujui Komisi Pembimbing, Dr.H. Muhizar Muchtar, M.S Yusnizar Heniwaty, SST, M.Hum NIP. 195411171980031002 NIP. 196510211992032003 Program Studi Magister (S-2) Fakultas Ilmu Budaya Penciptaan dan Pengkajian Seni Dekan, Ketua, Drs. Irwansyah, M.A. Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP 196212211997031001 NIP 195110131976031001 Tanggal lulus: Universitas Sumatera Utara Telah diuji pada Tanggal PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS Ketua : Drs. Irwansyah, M.A. (……………………..) Sekretaris : Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. (..…..………………..) Anggota I : Dr. H. Muhizar Muchtar, M.S (….………....….……) Anggota II : Yusnizar Heniwaty, SST, M.Hum (...……………………) Anggota III : Drs. Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D (..…….……...………) Universitas Sumatera Utara ABSTRACT This study aims to find out the history, structure and meaning of the Barong Dance Banjar Banjar community marriage ceremony in the village of Tanjung Ibus Secanggang Langkat. Dance at Banjar community is one of the inherited culture of his ancestors. Dance at wedding ceremonies are performed entourage groom who bride. Banjar Barong Dance is a dance presented by dancers at a ceremony associated with the commemoration of the life stages, such as the wedding ceremony. This dance serves as a ritual in Banjar people's lives in the village of Tanjung Ibus, Secanggang, Langkat. Banjar Barong Dance is a dance presented by dancers at a ceremony associated with the traditional wedding ceremony. Banjar Barong event is made, if one of the brides dream that organized the event Barong ie Indarok Head of / Head of a dragon. So after the bride's dream, to be held ceremonies and wedding wear the Head of Indarok. If not done, the family will get a disaster or a disease. In the event there Banjar Barong dance possessed by the spirits of past ancestors. Dancers not been specifically but chosen by the spirit - the spirit of the ancestors. Dancers must be people who bleed Banjar who have hereditary follow the traditional Barong Banjar. People who danced this dance expression there are sad, happy or excited, and angry. According to legend, Banjar Barong dance originated from the story of the wedding of Princess uphold Froth with child of the King of Majapahit. The lady who gave birth to the Banjar is still customary to know Banjar. History and Barong dance performance Banjar is a unity that must be understood by the dancers. At the presentation of the Barong dance Banjar in marriage ceremonies consists of six varieties, ie the range of motion limbai, kale limbai, lontang, grandiose axis fly, Surefire pedestal, and sit cross-legged. Accompanying music is drum, violin, and gongs are played by men hats as a marker of Muslim musicians. Therefore, dancer wearing makeup simple and veiled with white clothes color as a sacred symbol / hygiene and unseen; red symbol of the courage; and, as a form of clothing yellow A prince and princess who gave birth to the Banjar on the island of Borneo. Keywords:, Head of Indarok, Barong Banjar, Wedding Ceremonies. Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur dan makna Tari Barong Banjar pada upacara perkawinan masyarakat Banjar yang ada di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Penelitian Tari Barong Banjar dilakukan dengan menggunakan metode peelitian kualitatif deskriptif untuk mendeskripsikan bentuk penyajian Tari Barong Banjar pada saat penelitian dilakukan. Berdasarkan bentuk penyajian tari ini, maka akan dideskripsikan makna gerakan tari yang melatarbelakangi gerakan tari sesuai dengan adat suku Banjar. Dengan teori struktur da morfologi yaitu kajian struktur akan dilihat dari hubungan tari yang ditampilkan pada upacara perkawinan, sedangkan morfologi akan dianalisis dari gerak, property, musik, busana dan kelengkapan lainnya. Dan dengan menggunakan teori semiotic yang berdasarkan dari segi tiga makna, terdiri dari tiga elemen yakni tanda (sign), object dan interpretant. Di artikan dengan Simbol ( tanda yang muncul dari kesepakatan), ikon ( tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan indeks ( tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Pada proses penyajian tari dan persiapan sebelum membawakan tari. Merupakan rentetan aplikasi dari cara menyajikan tari, tahapan penyajian, dan waktu penyajian. Sedangkan persiapan merupakan seluruh perlengkapan. Bentuk gerakan ini sebagai iti dari bentuk penyajian tari. Tari pada masyarakat Banjar merupakan salah satu budaya yang diwariskan para leluhurnya. Tari pada upacara adat perkawinan yang dibawakan rombongan pengantin laki-laki yang mengarak pengantin. Tari ini berfungsi sebagai upacara ritual dalam kehidupan masyarakat Banjar di Desa Tanjung Ibus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.Tari Barong Banjar merupakan tari yang disajikan oleh penari pada upacara yang berkaitan dengan upacara adat perkawinan. Acara Barong Banjar ini dibuat, jika salah satu dari pengantin bermimpi agar diselenggarakan acara Barong yaitu Kepala Indarok / Kepala naga. Maka setelah si pengantin bermimpi, harus diselenggarakan upacara adat dan pesta perkawinan memakai Kepala Indarok tersebut. Jika tidak dikerjakan, keluarga akan mendapat musibah atau suatu penyakit . Di acara Barong Banjar terdapat tarian yang dirasuki oleh roh-roh nenek moyang terdahulu. Penari bukan dipilih khusus melainkan dipilih oleh roh – roh nenek moyang tersebut. Penari harus orang yang berdarah Banjar yang telah turun temurun mengikuti adat Barong Banjar. Orang yang menarikan tari ini ekspresinya ada yang sedih, senang atau gembira, dan marahPada penyajian tari Barong Banjar dalam upacara perkawinan terdiri dari enam ragam, yaitu gerak limbai kisar, kangkung limbai, lontang, terbang paksi muluk, ayal alas, dan duduk bersila. Kata Kunci :, Kepala Indarok, Tari Barong Banjar, Upacara Pe rkawinan. Universitas Sumatera Utara PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karuniaNya, karena berkat dan rahmatNya tesis ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Tesis ini berjudul “ Kajian Struktur dan Makna Tari Barong Banjar pada Upacara Perkawinan Masyarakat Banjar di Desa Tanjung Ibus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat”. Pemilihan judul ini atas dasar keinginan penulis untuk memperkuat dan melestarikan kesenian Banjar yang ada di Kabupaten Langkat. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang S-2 dan memperoleh gelar Master Seni (M.Sn) pada Program Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Tesis ini berisikan hasil penelitian mengenai tinjauan umum masyarakat Banjar, deskripsi struktur upacara perkawinan dalam masyarakat Banjar, makna tari Barong Banjar dalam upacara perkawinan adat Banjar. Pokok permasalahan yang dibahas adalah struktur dalam upacara perkawinan; Bagaimana cara penyajian tari Barong Banjar; Bagaimana pelaksanaa upacara perkawinan Barong Banjar dan Bagaimana makna tari Barong Banjar? Tanpa disadari, penulis masih memiliki keterbatasan kemampuan serta pengalaman sehingga harus menghadapi kendala dalam menyelesaikan studi ini. Akan tetapi, hal ini dapat teratasi karena bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya dan rasa hormat kepada para pembimbing yakni Bapak Dr. Muhizar Muchtar, M.S, sebagai pembimbing I dan Ibu Yusnizar Universitas Sumatera Utara Heniwaty, SST, M.Hum sebagai pembimbing II serta para penguji yakni Bapak Drs. Irwansyah, M.A, Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum, dan Bapak Drs. M. Takari, M.Hum, Ph.D. Tim pembimbing dan penguji ini sungguh banyak membantu penulis selama penyusunan tesis. Mereka juga memberikan banyak pelajaran kepada penulis terutama kesabaran dan ketelatenan dalam penulisan. Arahan-arahan tersebut membuat penulis semakin termotivasi dan semangat untuk menyelesaikan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Ketua dan sekretaris Program Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Ponisan selaku pegawai Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, yang telah memberikan banyak bantuan yang bersifat administratif kepada penulis sejak awal duduk dibangku perkuliahan hingga menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis hanturkan kepada kedua orang tua, ayahanda tercinta dan tersayang yang telah meninggalkan kami
Recommended publications
  • Training Report on Cultural Heritage Protection
    , 7U DLQLQJ&RXUVHIRU5HVHDUFKHUVLQ&KD Training Report on UJ HRI&XOWXUDO+HULWDJH Cultural Heritage Protection Training Course for Researchers in Charge of Cultural Heritage Protection in Asia and the Pacic 2012 - Indonesia - 12 June-12 July, 2012, Nara, Japan 3URWHFWLR Q LQ $VLDDQGWKH3DFL¿F,QGRQHVLD Cultural Heritage Protection Cooperation Oce, Asia-Pacic Cultural Centre for UNESCO (ACCU) 2 Training Report on Cultural Heritage Protection Training Course for Researchers in Charge of Cultural Heritage Protection in Asia and the Pacific 2012 - Indonesia - 12 June-12 July, 2012, Nara, Japan Cultural Heritage Protection Cooperation Office, Asia-Pacific Cultural Centre for UNESCO (ACCU) Edited and Published by Cultural Heritage Protection Cooperation Office, Asia-Pacific Cultural Centre for UNESCO (ACCU) Nara Prefecture Nara Branch Office Ground Floor 757 Horen-cho, Nara 630-8113 Japan Tel: +81(0)742-20-5001 Fax: +81(0)742-20-5701 e-mail: [email protected] URL: http://www.nara.accu.or.jp Printed by Meishinsya Ⓒ Cultural Heritage Protection Cooperation Office, Asia-Pacific Cultural Centre for UNESCO (ACCU) 2013 The on-site lecture in Horyu-ji Area, Nara Mr Kobayashi (right) explained how to prepare traditional wall clay at Himeji-jo Castle. An explanation on how the fallen chimney by the Great Hanshin Earthquake was restored. At the west pagoda in Yakushi-ji Temple Adjusting a shutter speed and an aperture value Practical training of photography at Gango-ji Temple Scale drawing in Tanaka Family Residence Practicing yari-ganna, a spear plane A lecture by Mr Hayashi at NNRICP The closing ceremony at the ACCU Nara office Preface The Cultural Heritage Protection Cooperation Office, Asia-Pacific Cultural Centre for UNESCO (ACCU Nara) was established in August 1999 with the purpose of serving as a domestic centre for promoting cooperation in cultural heritage protection in the Asia-Pacific region.
    [Show full text]
  • Tiga Dimensi ) Rumah
    RANCANG BANGUN APLIKASI 3D (TIGA DIMENSI ) RUMAH ADAT SE-INDONESIA BERBASIS MOBILE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Komputer Jurusan Teknik Informatika Pada Fakultas Sains dan Teknlogi UIN Alauddin Makassar Oleh ANDI RISKAL IR ANDI BOLLE NIM : 60200112111 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR 2017 ii iii iv KATA PENGANTAR بِ ۡس ِم ٱ هَّللِ ٱل هر ۡح َٰ م ِن ٱل هر ِحي ِم Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan taufiq, rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Rancang Bangun Aplikasi 3D ( Tiga Dimensi ) Rumah Adat Se-Indonesia Berbasis Mobile”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana untuk program studi Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Dalam pelaksanaan penelitian sampai pembuatan skripsi ini, penulis banyak sekali mengalami kesulitan dan hambatan. Tetapi berkat keteguhan dan kesabaran penulis akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan juga. Hal ini karena didukung dan bantuan dari berbagai pihak yang dengan senang hati memberikan dorongan dan bimbingan yang tak henti-hentinya kepada penulis. Melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya dan perhargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si. v 2. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Arifuddin Ahmad, M.Ag. 3. Ketua Jurusan Teknik Informatika, Faisal, S.T., M.T. dan Sekretaris Jurusan Teknik Informatika, A. Muhammad Syafar, S.T., M.T.
    [Show full text]
  • Bentuk Rumah Joglo Sebagai Ide Penciptaan Loker 2018
    BENTUK RUMAH JOGLO SEBAGAI IDE PENCIPTAAN LOKER TUGAS AKHIR KARYA Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Kriya Seni Jurusan Kriya Oleh: IDA FITRIYA NIM. 13147104 FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA 2018 ii iii MOTTO Kau akan berhasil dalam setiap pelajaran, dan kau harus percaya akan berhasil, dan berhasillah kau; anggap semua pelajaran mudah, dan semua akan jadi mudah; jangan takut pada pelajaran apa pun, karena ketakutan itu sendiri kebodohan awal yang akan membodohkan semua. (Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia) iv ABSTRAK Ida Fitriya: 13147104. “BENTUK RUMAH JOGLO SEBAGAI IDE PENCIPTAAN LOKER” deskripsi karya. Program Studi S1-Kriya Seni, Institut Seni Indonesia Surakarta. Tugas Akhir kekaryan yang dikerjakan oleh penulis ini berupa perwujudan karya loker berdasarkan desain terpilih yang telah dirancang menggunakan sumber ide bentuk rumah joglo. Rumah joglo tidak hanya sekedar tempat hunian namun juga simbol serta filosofi yang bermanfaat bagi hidup manusia. Loker berupa mebel almari tetapi bentuknya lebih kecil seringkali berupa kotak sehingga mendukung penataan ruang, proses pembuatan karya loker menggunakan teknik inlay dengan bahan utama kayu mindi dan sonokeling, setiap karya melambangkan jenis rumah joglo. Karya loker yang dibuat berfungsi sebagai penyimpan barang sekaligus penghias ruangan, adapun ruangannya berupa kamar tidur, ruang tengah, dan ruang tamu. Adapun teori yang digunakan untuk pembuatan loker ini berdasarkan SP Gustami, yaitu eksplorasi, perancangan dan perwujudan, serta tiap-tiap karya mengandung tiga asas yaitu, (1) Kesatuan utuh dapat dilihat dari bentuk joglo maupun loker sehingga masing-masing unsur saling terikat, (2) Tema, karya loker dapat dilihat dari bentuk maupun estetik yang ada pada tiap karya loker, (3) Perkembangan dapat dilihat dari bentuk loker yang menyerupai bentuk rumah joglo.
    [Show full text]
  • 01512010 Ayang Cempaka.Pdf
    0 PUSAT KEBUDAYAAN Dl JOGJAKARTA ART CENTER IN JOGJAKARTA NUANSA KOLONIAL KAWASAN BUDAYA SEBAGAI KONSEP DASAR PERANCANGAN BANGUNAN ISLAM %zam£m&& AYANG CEMPAKA 01 512 010 JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2005 Affl (-t\ ;'. !,. i LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR BIDANG PERANCANGAN Telah diperiksa dan disetujui Laporan Tugas Akhir dengan judul PUSAT KEBUDAYAAN Dl JOGJAKARTA ART CENTER IN JOGJAKARTA Disusun oleh: AYANG CEMPAKA 01512 010 JOGJAKARTA, DESEMBER 2005 MENYETUJUI Dosen Pembimbing lr. H. Munichy B. Edrees, M.Arch MENGETAHUI, Ketua Jurusan Arsitektur Ir.Revianto Budi KATA PENGANTAR Assalamu' alaikum Wr. Wb. Puji dan syukur kita panjatkan Kehadirat Allah SWT atas segala taufik dan hidayahnya serta shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, ulama beserta para pengikutnya hingga akhir zaman. Berkat rahmat Allah pula sehingga pada saat ini penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul "Pusat Kebudayaan di Jogjakarta " Tugas Akhir ini merupakan prasyarat untuk memperoleh predikat kesarjanaan Strata 1 dari Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Jogjakarta. Selama pelaksanaan hingga tersusunnya laporan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada : 1. Bapak Widodo, MSCE, Ph.D selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia. 2. Bapak Revianto Budi Santosa.M. Arch selaku Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Islam Indonesia. 3. Bapak Ir. Munichy B. Edrees, M. Arch selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penyusun dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
    [Show full text]
  • The 19Th Century Traditional Houses of the Banjar Islamic (Muslim) Community: a Display of Power
    This paper is part of the Proceedings of the 1st International Conference on Islamic Heritage Architecture and Art (IHA 2016) www.witconferences.com The 19th century traditional houses of the Banjar Islamic (Muslim) community: a display of power I. Marwoto Department of Archaeology, Faculty of Humanities, Universitas Indonesia, Indonesia Abstract As mentioned by Christopher Tilley, a house can be a medium to do negotiations among the individuals and their community. The house can become a site to collect and display cultural capital in terms of individual relations with others to place themselves socially. Rumah Bubungan Tinggi which I researched is a traditional house of the Banjar Islamic Malay Kingdom in Banjarmasin, South Kalimantan, functioning as one where kings have lived. According to the research which has been conducted, there are just about seven wooden houses with rich Islamic caligraphy. The objective of the research is to reveal some facts that this Rumah Bubungan Tinggi as a material culture is used to display those who live in the houses and expose their social power in identity contestation. Keywords: Rumah Bubungan Tinggi, Islam, Banjar Kingdom, display, identity. 1 Introduction As stated by Shank and Tilley [1], the discussion on power according to the archaeology perspective has so far been related to ranking and control. Power is seen as something owned and moving in a top-down manner in a community. This paper will discuss power in a different perspective, meaning that power is seen from something which is not owned by an institution, but is a result of individual activities in any social activities.
    [Show full text]
  • Bidang Etnoarkeologi
    KAPITA SELEKTA ARKEOLOGI KALIMANTAN 6. Bidang Etnoarkeologi/Antroplogi Budaya TAHUN PROPINSI/ JUDUL LPA/TIM PENELITI IKHTISAR HASIL PENELITIAN KABUPATEN/ SITUS 1995 Kalimantan Punan Benau Masyarakat Tradisional Latar belakang 1. Informasi mengenai keberadaan masyarakat Sajau di Kecamatan Timur/Kabupaten di Hulu Sungai Sajau, Kabupaten Tanjung Palas, Bulungan yang masih menghuni gua-gua dan hidup Bulungan/Dayak Bulungan (Puslit Arkenas/M. Fadhlan berburu dengan sumpit beracun serta membuat api dari batu dan rotan. Punan Benau S. Intan, Arfian, Rokhus Due Awe) 2. Masyarakat Sajau merupakan kerabay Dayak Punan yang dikenal sebagai Punan Batu dan tinggal di bukit-bukit Pegunungan Benau di hulu Sungai Sajau (informasi lokasi: Tanjung-Selor-Sajau 8 jam perjalanan darat, Sajau-Benau 20 jam perjalanan air/sungai, Benau-gua- gua hunian masyarakat Sajau 6 jam jalan darat). 3. Wilayah pemukiman Punan Batu berupa hutan yang berbukit-bukit. Masyarakatnya hidup secara nomaden di hutan-hutan pedalaman mengikuti ketersediaan sumber makanan. mereka adalah kelompok pemburu dan pengumpul makanan. masyarakat Punan hidup dalam kelompok-kelompok kecil keluarga inti, yang menempati ceruk/gua alam, atau pohon besar, atau kemah sederhana yang dibuat dari daun. Mereka menganut anismisme. Setiap kelompok memiliki pemimpin yang dianggap paling kuat dan perpengalaman. Permasalahan - Tujuan 1. Mengungkapkan kehidupan masyarakat gua di Pegunungan Benau 2. Bagaimana masyarakat Punan Kelana (Benau) bertindak dan berusaha mempertahankan hidup sehari-hari, sistem social ekonomi dan religinya 3. Bagaimana pembagian sub-kelompok yang menghuni tiap-tiap gua 4. Latar belakang pembagian kelompok pada tiap-tiap gua. Sasaran Masyarakat Punan di wilayah Pegunungan benau, hulu Sungai Sajau Metode Etnoarkeologi dengan deskripsi teknologi dan mata pencaharian Hasil penelitian 1.
    [Show full text]
  • Ragam Bentuk Artefak Kayu Situs Cindai Alus
    Sunarningsih Balai Arkeologi Kalimantan Selatan RAGAM BENTUK ARTEFAK KAYU SITUS CINDAI ALUS, Jalan Gotong Royong II RT 3 RW 6, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN Banjarbaru; email: [email protected] THE FORMS OF WOODEN ARTIFACTS FROM CINDAI Diterima 15 Oktober 2018 ALUS, IN THE REGENCY OF BANJAR, SOUTH Direvisi 7 November 2018 KALIMANTAN PROVINCE Disetujui 14 Desember 2018 Abstrak. Sebagai pulau yang memiliki wilayah hutan yang luas, Kalimantan kaya akan sumberdaya hayati berupa kayu. Kayu dimanfaatkan oleh masyarakat guna menunjang kegiatan dan keperluan sehari-hari hingga sekarang. Pemanfaatan kayu sebagai alat tampaknya telah dimulai sejak masa lampau. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ragam data arkeologi dari kayu (artefak kayu) dan fungsinya, yang ditemukan di situs pemukiman kuno Cindai Alus, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Data tersebut selanjutnya akan dibandingkan dengan ragam peralatan kayu yang menjadi koleksi Museum Lambung Mangkurat, temuan di situs pemukiman kuno, dan yang masih digunakan oleh masyarakat sekarang. Hasil penelitian memberikan gambaran ragam bentuk (yang masih bertahan dan yang sudah ditinggalkan) dan peranan peralatan kayu bagi masyarakat di Kalimantan Selatan. Kata kunci: Kalimantan Selatan, Cindai Alus, pemukiman kuno, artefak kayu. Abstract. As an island that has a vast forest area, Kalimantan is rich in biological resources of wood. Wood used by the community to support activities and daily needs until now. Utilization of wood as a tool seems to have started since the past. This study aims to describe the variety of archaeological data from wood (wooden artifacts) and its function which have been found on the site of ancient settlements namely Cindai Alus, in Banjar district, South Kalimantan.
    [Show full text]
  • 149 Ragam Arsitektur Masjid Tradisional Banjar
    URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 12 Nomor 2 Desember 2017: 149 - 161 ISSN 2085-6091 Terakreditasi No : 709/Akred/P2MI-LIPI/10/2015 RAGAM ARSITEKTUR MASJID TRADISIONAL BANJAR KALIMANTAN SELATAN DAN MAKNA SIMBOLISNYA THE ARCHITECTURES VARIETIES OF TRADITIONAL BANJAR SOUTH KALIMANTAN MOSQUE AND SYMBOLIC MEANING Wajidi Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Jl. Dharma Praja I Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Banjarbaru, Indonesia e-mail: [email protected] Diserahkan: 20/07/2017, Diperbaiki: 29/08/2017, Disetujui: 20/09/2017 Abstrak Masjid tradisional Banjar Kalimantan Selatan menarik untuk dikaji karena selain memiliki keragaman model arsitektur yang relatif sama, juga mengandung makna simbolis sebagai cerminan adanya pengaruh budaya pra-Islam dalam konstruksi dan ragam hiasnya. Kajian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui gambaran konstruksi masjid tradisonal Banjar; (2) Mengetahui pengaruh ragam hias pra-Islam yang mencerminkan hubungan antara Islam dan budaya pada arsitektur masjid tradisional Banjar. Penelitian ini mengambil tempat di Kota Banjarmasin, Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dan Kabupaten Tabalong yaitu di tempat masjid tradisional Banjar berada. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode pendekatan antropologis, sejarah, budaya dan keagamaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meski sama-sama beratap tumpang (bertingkat), masjid tradisional Banjar di Kalimantan Selatan mempunyai perbedaan dengan masjid tradisional Indonesia lainnya. Perbedaan tersebut
    [Show full text]
  • Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2018
    Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2018 KATALOGBUKU SATU KATALOG WARISAN BUDAYA TAKBENDA INDONESIA 2018 Buku Satu Diterbitkan Oleh: Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan CETAKAN I 2018 Daftar Isi ACEH RENCONG . 22 TARI SAMAN . 22 DIDONG . 23 KERAWANG GAYO . 24 KOPIAH RIMAN . 24 RUMOH ACEH . 25 TARI SEUDATI . 26 PINTO ACEH . 26 TARI BINES . 27 TARI DAMPENG . 28 TARI RABBANI WAHID . 28 TARI RAPA’I GELENG . 29 CANANG KAYU . 30 GUEL . 30 LIKOK PULO . 31 MAK MEUGANG . 32 MARACU . 33 MENATAKHKEN HINEI . 34 NANDONG . 34 PACU KUDE . 35 GRIMPHENG . 36 LANDOK SAMPOT . 36 PASENATKEN . 37 PAYUNG MESIKHAT . 38 RAPA’I PASE . 38 KENI GAYO . 39 KEUMAMAH . 40 KUAH BEULANGONG . 41 LAWEUT . 42 LIKEE . 43 PANGLIMA LAOT . 44 PEMAMANAN . 45 BALI MAKEPUNG . 48 SENI PERTUNJUKAN TEKTEKAN BALI . 48 BARIS UPACARA . 49 BARONG KET . 49 DRAMATARI GAMBUH . 50 DRAMATARI WAYANG WONG . 51 ENDEK . 51 Katalog Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2018 - Buku Satu 3 GRINGSING TENGANAN . 52 JOGED . 53 REJANG . 53 SANGGING KAMASAN BALI . 54 TARI LEGONG KRATON . 54 TARI SANGHYANG . 55 TOPENG SIDAKARYA . 56 GEBUG ENDE . 56 NGREBEG MEKOTEK . 57 TER-TERAN . 58 BETUTU . 58 GAMELAN SELONDING . 59 KARE-KARE TENGANAN PEGRINGSINGAN . 60 LEKO . 61 SIAT TIPAT BANTAL . 61 USABA DANGSIL . 62 USABA SUMBU . 63 Basmerah (Nyambleh Sasih Kanem) Desa Taman Pohmanis . 64 JEGOG JEMBRANA . 65 MEGIBUNG . 66 MESABAT-SABATAN BIU . 67 NGAREBONG KESIMAN . 68 NYAKAN DIWANG . 69 SENI LUKIS BATUAN . 70 SIAT GENI DESA ADAT TUBAN . 71 SONGKET BERATAN . 71 TARI BARIS CINA RENON DAN SANUR . 72 TARI BARIS WAYANG LUMINTANG . 73 TARI TARUNA JAYA . 74 TEROMPONG BERUK . 75 BANTEN DEBUS BANTEN .
    [Show full text]
  • Study on the History and Architecture
    DIMENSI − Journal of Architecture and Built Environment, Vol. 46, No. 2, December 2019, 141-154 DOI: 10.9744/dimensi.46.2.141-154 ISSN 0126-219X (print) / ISSN 2338-7858 (online) VERNACULAR ANSWERS TO SPATIAL NEEDS OF HUMAN ACTIVITIES: INDONESIAN HOUSES Zuber Angkasa Wazir1*, Irma Indriani2 1 Departemen Arsitektur, Universitas Muhammadiyah Palembang, Jalan Jenderal Ahmad Yani 13 Ulu Seberang Ulu II, Kec. Plaju, Sumatera Selatan 30116, Indonesia 2 Departemen Arsitektur, Universitas Tridinanti Palembang, Jalan Kapten Marzuki 2446 Kamboja Palembang, Sumatera Selatan 30129, Indonesia *Corresponding author; Email: [email protected] ABSTRACT This study seeks to identify the variation of vernacular house designs in Indonesia and the strengths and weaknesses of them, in relation to their service to human activities for mass-produced houses. It used a literature study approach by reviewing various studies on vernacular houses. A total of 51 houses from 31 ethnics and 28 provinces were reviewed and compared to find common relations between the activities and dimensions of the vernacular space. We found nine typologies based on space flexibility, distance from the ground, kitchen position, gender segregation, house mobility, sun-related orientation, openings extensivity, aisle existence, and privacy. A classification system was created based on typologies and evaluated the strengths and weaknesses of 15 houses from 14 ethnics. The finding is expected to be a reference for developing simple, mass-built houses considering the habits of local residents, and to build comprehensive classification systems for vernacular houses in Indonesia. Keywords: Vernacular house; living activities; spatial needs; space size; space functional flexibility. INTRODUCTION However, a number of problems can be identified as how narrow the space for family activities, the Indonesia is a country with very wide variations absence of a kitchen, a very small bath space, or a of vernacular houses.
    [Show full text]
  • Anatomi Bubungan Tinggi Sebagai Rumah Tradisional Utama Dalam Kelompok Rumah Banjar (Wafirulaqli)
    Anatomi Bubungan Tinggi sebagai Rumah Tradisional Utama dalam Kelompok Rumah Banjar (WafirulAqli) ANATOMI BUBUNGAN TINGGI SEBAGAI RUMAH TRADISIONAL UTAMA DALAM KELOMPOK RUMAH BANJAR Wafirul Aqli Jurusan Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat 10510 [email protected] ABSTRAK. Rumah Bubungan Tinggi merupakan Rumah adat suku Banjar, Kalimantan Selatan yang menempati strata paling tinggi dari kelompok Rumah Banjar yang berjumlah 11 jenis. Dengan fungsinya sebagai rumah raja atau sultan yang berkuasa dan merupakan jenis rumah Banjar tertua di antara rumah-rumah lainnya menjadikan jenis Bubungan Tinggi ini sebagai wajah dari arsitektur tradisional Kalimantan Selatan. Nilai-nilai yang terkandung dalam filosofi rumah Bubungan Tinggi menjadikan rumah tradisional ini sebagai ekspresi keberagaman latar belakang kepercayaan serta tanggapan terhadap potensi lokal dalam hal kekayaan hasil alam seperti kayu-kayuan. Dalam tulisan ini diuraikan secara anatomis bagaimana wujud rumah Bubungan Tinggi dan diharapkan dapat terurai lebih lanjut kajian-kajian yang lebih dalam menjelaskan konteks filosofi, fungsi dan lainnya yang berkaitan dengan metode desain arsitektural. copyright Kata Kunci: Rumah Banjar, Bubungan Tinggi ABSTRACT. Bubungan Tinggi is one of 11 types in Banjar‘s (South .alimantan) Traditional Houses group, which occupies the highest strata within the group. With its function as the home of the ruling king or sultan, and the oldest type among other type of house, makes this Bubungan Tinggi as the main character/ typical image of traditional architecture in South Kalimantan. The values embodied in the philosophy of the house makes this traditional house as an expression of the diversity of beliefs background and responses to the local potential in terms of natural resources such as various woods.
    [Show full text]
  • Bandar Sukabumi in the Beginning Of
    Naditira Widya Vol.14 No.2 Oktober 2020-Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan p-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125 BANDAR SUKABUMI IN THE BEGINNING OF THE 19TH CENTURY: THE ROLE OF POLITICAL AUTHORITY IN THE DEVELOPMENT OF RIVER-CITY IN KOTAWARINGIN REGION, SOUTHWESTERN KALIMANTAN BANDAR SUKABUMI PADA AWAL ABAD KE-19 MASEHI: PERAN OTORITAS POLITIK DALAM PENGEMBANGAN KOTA SUNGAI DI KAWASAN KOTAWARINGIN, KALIMANTAN BARAT DAYA Moh Ali Fadillah Department of History Education, Faculty of Education and Teacher Training Program, University of Sultan Ageng Tirtayasa, Serang–Banten, Indonesia; email: [email protected] Diterima 2 Juli 2020 Direvisi 19 September 2020 Disetujui 8 Oktober 2020 Abstract. Kotawaringin is the name of a small kingdom founded in the first half of the 17th century, centered in Kotawaringin Lama on the upper reaches of Sungai Lamandau, in southwestern Kalimantan. In the early 19th century the royal capital was moved to Pangkalan Bun. The shift of the capital city is an important factor in the history of human geography as a cause of changes in demography and urbanization. This research aimed to find clarity about the agglomeration of river cities in terms of symbolic and pragmatic aspects. Such aspects include the origin, existence, reasons for shifting capital and the type of culture that underlies the function of Kotawaringin as a center of government and trade that grew during the early colonial period. The research used methods which were carried out by observing sites indicated as capitals and ports, combining it with studies of historical sources, as well as collecting physical evidence, including a number of symbolic objects associated with royal legitimacy.
    [Show full text]