ARSITEKTURA Vol 16, No.1, 2018
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
ARSITEKTURA Vol 16, No.1, 2018; halaman 25-38 Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan ISSN:1693-3680 (PRINT) E- ISSN:2580-2976 (ONLINE) https://jurnal.uns.ac.id/Arsitektura DOI: http://dx.doi.org/10.20961/arst.v16i1.16350 ARABIC ETHNIC HOUSES IN KAMPUNG ARAB PASAR KLIWON AS THE PRODUCT OF ACCULTURATION RUMAH TUA ETNIK ARAB DI KAMPUNG ARAB PASAR KLIWON SEBAGAI HASIL AKULTURASI Najmi Muhamad Bazher* MENARA, Study and Research Center of Arab Ancestry in Indonesia Email : [email protected]* Abstract The wave of migration to Indonesia cause multiculturalism in their communities. Acculturation happened when the imigrant’s culture meet and blend with the native’s culture. Hadhrami immigrants came and stayed in Indonesia, bringing their original culture from Yaman. Islam as their religion became the important part of their life and effecting the culture, wherever they live. Adapting to the native culture and local condition was needed when they chose to settle in Indonesia. Dutch colonization at that time effected Indonesian society’s way of life, so are the immigrants. Socio-cultural dynamics will influence and expressed by architecture form. The objective of this study was to identify acculturation between Arab, Islam, Indonesia, and Dutch culture on architecture of Arab’s antique houses in Kampung Arab Pasar Kliwon. Research method used in this study is qualitative-explorative and using descriptive as analysis method. Acculturation between Arab, Islam, Indonesia, and Dutch cultures on the Arab’s antique houses in Kampung Arab Pasar Kliwon, found through the existence of Arab vernacular architecture, islamic concept architecture, tropical-humid architecture, and Dutch colonial architecture on the design program, interior elements, and exterior elements. Keywords: acculturation, Arab-Indonesian, antique house, kampung Arab, Pasar Kliwon. 1. PENDAHULUAN Arab tersebut tidak hanya datang ke Indonesia Sejak dulu, Indonesia memiliki kontak dagang untuk berdagang, namun juga untuk dengan bangsa asing, khususnya India, Arab, menyebar-kan agama. Ajaran dari agama Cina, dan Eropa (Usman, 2009). Gelombang tersebut mem-bentuk kebudayaan Islam yang migrasi dari luar negeri ke nusantara menye- melebur dengan kebudayaan Arab yang babkan keberagaman budaya (multikulturalis- dibawa oleh kaum Hadhrami (warga dari me) (Ashworth dkk, 2007). Imigran berke- Hadhramaut). Persama-an agama juga budayaan tertentu tersebut mengalami kontak mendorong terjadinya perkawi-nan antara sosial dengan kebudayaan asing di tempat imigran Hadhrami dengan wanita pribumi baru, hingga terjadi penyesuaian budaya yang (Kesheh, 2007) hingga terjadi pen-campuran disebut akulturasi (Koentjaraningrat, 1985). budaya Arab dengan Indonesia. Hal lain yang menyebabkan persatuan antara kaum Berbeda dengan warga timur asing lainnya, Hadhrami dengan pribumi adalah perju-angan yaitu Cina dan India yang relatif terpisah de- melawan penjajahan dari Belanda (Ke-sheh, ngan kaum pribumi, imigran Arab (mayoritas 2007). Keberadaan penjajah Belanda dari Hadhramaut, Yaman) sejak semula me- memberikan pengaruh pada pola hidup masya- nyatu dengan pribumi (Kesheh, 2007). Hal ini rakat di Indonesia seperti dalam hal bermukim. dikarenakan adanya persamaan kepercayaan Pihak koloni menerapkan politik wijkenstelsel yaitu agama Islam (Kesheh, 2007). Imigran Arsitektura, Vol. 16, No.1, April 2018: 25-38 atau passen stelsel dibuat untuk mengisolasi dan mengidentifikasikan peleburan antara ke- warga timur asing (termasuk Hadhrami) dari budayaan Arab, Islam, Indonesia, dan Belanda pribumi melalui penempatan pada kawasan pada arsitektur rumah tua etnis Arab di Kam- tersendiri (Kesheh, 2007). Kawasan tempat di pung Arab Pasar Kliwon, Surakarta. Untuk mana orang Arab tersebut tinggal selanjutnya mencapai tujuan tersebut, maka sasaran dalam dikenal sebagai kampung Arab. Menurut F. penelitian ini adalah mengidentifikasi elemen Christian (1992), dinamika sosial-budaya akan arsitektur Arab (khususnya Yaman), arsitektur sangat mempengaruhi dinamika arsitektur. Islam, arsitektur tropis Indonesia, dan Sehingga proses akukturasi yang ter-jadi dapat arsitektur kolonial Belanda di Indonesia pada diidentifikasi melalui obyek arsitek-tur. pola ruang, interior, dan eksterior rumah tua Arsitektur rumah di Jazirah Arab sebagai hasil etnis Arab di Kampung Arab Pasar Kliwon, budaya Arab, arsitektur rumah islami yang Surakarta. Menurut E. B. Tylor, kebudayaan mewujudkan konsep ajaran Agama Islam, adalah kom-pleks yang mencakup arsitektur bangunan kolonial dengan pengaruh pengetahuan, kepercaya-an, moral, hukum, Belanda, dan arsitektur tropis dengan kesenian, adat, dan kebiasaan yang didapatkan pengaruh budaya serta konteks tropis oleh manusia sebagai anggota dari masyarakat. Indonesia yang masing-masing memiliki Fenomena yang timbul seba-gai hasil, jika karakter. kelompok-kelompok manusia dengan Solo merupakan salah satu kota tua di Indone- kebudayaan yang berbeda bertemu dan sia yang menyimpan berbagai peninggalan mengadakan kontak secara langsung dan terus- kebudayaan dari bermacam etnik (Himawan, menerus, yang kemudian menimbulkan 2001). Oleh karena itu, Solo dirasa tepat digu- peruba-han dalam pola kebudayaan yang nakan sebagai lokasi penelitian untuk melacak original dari salah satu kelompok atau pada sejarah akulturasi etnis Arab. Etnis Arab di keduanya, dise-but akulturasi (Harsojo, 1984). Solo bermukim di Kampung Arab Pasar Kli- Proses akultura-si diawali dengan fase won. Obyek arsitektur sebagai obyek akomodasi yaitu saat suatu kelompok dengan penelitian yang dipilih adalah bangunan kelompok lain saling berkompromi/bersepakat berumur di atas 50 tahun (sesuai kriteria terhadap suatu hal sehingga menimbulkan konservasi) yang be-lum terkena arus perdamaian (Koentara-ningrat, 1985). Fase globalisasi, sehingga akar bu-dayanya masih selanjutnya adalah asimi-lasi yaitu suatu dapat terlacak. Elemen fisik yang signifikan proses sosial yang telah lanjut (berlangsung membentuk suasana atau sense of place lama), ditandai oleh kurangnya perbedaan Kampung Arab Pasar Kliwon adalah rumah antar individu dan antar kelompok, serta tua milik etnis Arab (Bazher dkk, 2017). makin eratnya persatuan aksi, sikap, dan Bangunan tersebut dipilih sebagai obyek studi proses mental yang berhubungan dengan karena sesuai dengan kriteria obyek penelitian. kepentingan bersama (Harsojo, 1984). Guy T. Menurut Amos Rapoport (1981), arsitektur Petherbridge (1989) menyatakan bah-wa adalah ruang tempat hidup manusia yang lebih prinsip rumah tinggal masyarakat Arab antara dari sekedar fisik, tapi juga menyangkut prana- lain adanya pembagian ruang publik dan ruang ta-pranata budaya dasar. Dikatakan oleh Clyde privat, adanya pintu samping, dan kebe-radaan Kluckhohn (1953) bahwa arsitektur tergolong courtyard. Edward T. Hall (1966) men- peralatan dan perlengkapan hidup manusia jelaskan bahwa pembagian ruang dilakukan yang termasuk dalam tujuh unsur kebudayaan karena budaya yang berkembang di universal. Kebudayan seseorang dapat terlihat masyarakat Arab tentang persepsi publik dan pada arsitektur rumah tinggalnya. Dalam kasus privat, bukan karena agama. Ruang publik ini, rumusan masalahnya adalah sejauhmana biasanya diperun-tukkan bagi ruang laki-laki peleburan kebudayaan Arab, Islam, Indonesia, (birun) untuk menerima tamu dan bekerja. dan Belanda pada arsitektur rumah tua etnis Sedangkan ruang privat diperuntukkan bagi Arab di Kampung Arab Pasar Kliwon? wanita (anderun/ha-rem) seperti ruang tidur, ruang keluarga, ruang makan, dan dapur. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji hubu- Pemisahan ruang tersebut didukung dengan ngan antara budaya dengan elemen arsitektur 26 Najmi Muhamad Bazher, Arabic Ethnic Houses… pemberian akses masuk un-tuk wanita menuju peletakan bukaan (jendela, pintu, lubang ke ruang privat berupa pintu samping. Di angin) untuk memungkinkan terjadinya belakang rumah terdapat halaman/ courtyard ventilasi silang. (Rahim, 2012) (Berg, 1989) sebagai respon iklim Arab yang Arsitektur kolonial adalah arsitektur panas kering di siang hari. L.W.C. van den cangkokan dari negeri induknya Eropa ke Berg (1989) mengatakan bahwa pera-bot daerah jajahan-nya, dan arsitektur kolonial orang kaya maupun miskin di Yaman sangat Belanda adalah arsitektur Belanda yang sederhana; orang duduk di lantai yang ditutup dikembangkan di Indo-nesia (Soekiman,2011). permadani atau tikar dengan bantal. Klen Arsitektur kolonial Belanda adalah gaya besar patrilineal (keturunan keluarga) amat desain yang dipopularkan oleh Belanda, jelas eksistensinya pada orang Arab di mana memiliki ciri antara lain tampak simetris, pun dia berada dan gambaran ini meru-pakan material dari batu bata atau kayu tanpa karakteristik yang dominan dari orang Arab di pelapis, entrance mempunyai dua daun pintu, tanah asal mereka, Hadhramaut. Ma-syarakat pintu masuk terletak di samping bangu-nan, Hadhramaut hidup dalam kelompok-kelompok denah simetris, jendela besar berbingkai kayu, yang dinamakan qabilah yaitu kelompok dan terdapat dormer/bukaan pada atap patrilineal (Shahab, 2005). Kebang-gaan dan (Wardani, 2009). Elemen arsitektur lainnya kepedulian sebagai anggota satu klen tampak yang sering digunakan pada arsitektur kolonial pada kepedulian mereka untuk menge-tahui adalah gavel (gable), dinding tebal, ornament dan menyimpan silsilah keluarga. Meru-pakan dekoratif (ragam hias), dan jendela tinggi. hal yang biasa di rumah orang Arab memiliki Gaya bangunan kolonial empire style diterap- silsilah keturunan yang dijadikan hiasan kan pada bangunan rumah tinggal yang disebut dinding di rumahnya