Pendekatan Etika Dan Budaya Pancasila
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PENDEKATAN ETIKA DAN BUDAYA PANCASILA Dra. Komang Sriningsih, M.Si. PENDIDIKAN PEMBANGUNAN KAREKTER BANGSA UNIVERSITAS UDAYANA 2019 1 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur kehadapan Allah swt, bahwa materi perkuliahan PPKB dapat dirampungkan sebagai materi ISBD. Memahami kebudayaan suatu masyarakat berarti: mengungkapkan kenormalannya tanpa mengurangi keistimewaannya Analisis budaya merupakan suatu upaya untuk masuk ke dalam dunia kontektual kelompok mnusia tertentu baikan dengan ideologinya. Ia berusahan untuk memahami nilai- nilai, konsep-konsep, dan gagasan-gagasan melalui mana dan dengan apa kelompok manusia itu hidup, serta memahami baik pengalaman sendiri maupun dunia dimana mereka hidup. Untuk memahmi suatu masyarakat, adalah memalui memahami tingkah laku anggotanya dalam kontek berkebudayaan, karena budaya merupakan kristalisasi dari pola dan kehidupan masyarakat yang telah dilaksanakan dan menjadi pemahaman bersama sebagai pola kehidupan dalam pergaulan secara internal maupun secara eksternal. Perkembangan dunia dan perilaku manusia pada masa 4.0 (four poin zero) dengan perkembangan teknologi begitu pesat dan beragam, sehingga sumber informasi bisa datang dan muncul dari segala penjuru dunia. Dengan jiwa yang statis dan lekstar dinamis, maka ada kehidupan yang harus disesuaikan sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan zaman, tetapi ada pula, kehidupan yang statis sebagai fundamen kehdupan permananen yang tidak mengalami perubahan dalam situasi yang berubah. Demikianlah karya ilmiah ini dibuat untuk bahan seminar dan menjadi bahan untuk pembelajaran mahasiswa dalam mata kuliah ilmu sosiao dan budaya dasar. Sekian dan terima kasih. Denpasar, Juni 2019 Komang Sriningsih 2 DAFTAR ISI PENGANTAR ................................................................................................................................... 2 DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... 3 BAB I. PENDAHULUAN ........................................................... ....................................................... 4 BAB II. LAHIRNYA PANCASILA ...................................................................................................... 6 BAB III. SISTEMA FILSAFAT PANCASILA .................................................................................... 12 BAB IV. PANCASILA SEBAGAI MOTODE ....................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 24 3 BAB I PENDAHULUAN Pendekatan analisis budaya berusahan untuk memehami suatu objek, tidak dengan kacamat yang asing.Tindakan sebuah proses dalam situasi sistem perilaku manusia dalam makna motivasional baginya. Berbicara dengan tingkah laku orang lain, tentu saja menganalisasi pendekatan budaya yang selalu menggunakan penafsiran tentang bagaimana perilaku sendiri dalam memberi makna terhadap tindakan-tindakan. Mengapa pendekatan kebudayaan ialah yang memasok sipelaku dengan motivasi mendukung segala norma, ide, nilai, dan sebagainya. Pendek kata kebudayaan itulah yang memberikan makna serta legitimasi bagi tindakan manusia, baik individu maupun tindakan sosial. Tugas analisis budaya ialah menganalisis, mensistematisasi, menjabarkan pengamatan serta penafsiran dari dalam sedemikian rupa, sehingga ia mampu mengungkapkan norma dan logika, tingkah laku sosial masyarakat, dengan tanpa mengurangi keistimewaannya. Indonesia sebagai bangsa dan negara dalam menentukan identitas yang baru. Identitas baru yang sudah dilahirkan, harus memperhitungkan dua kenyataan, yaitu bangsa dan negara. Manusia mahluk sosial yang monoloyalitas untuk menjadi dirinya sendiri dan dibutuhka orang lain. Dimensi sosial tidak sekedar merupakan lampiran tambahan kepada hakekat menusia, hakkat untuk tujuan praktis, merupakan suatu yang inheren pada hakekat amnusia itu sendiri. Individu mempunyai kepentingan terhadap masyarakat dan korelasinya, oleh karena itu, secara pribadi terdorong untuk mengambil bagaian dalam proses sosial. Kehidupan bersama yang diberikan oleh masyarakat dan tujuan bersama yang dirumuskan, sesungguhnya, melampau kepentingan pribadi anggota masyarakat 4 yang bersangkutan. Apakah yang dapay membuat orang itu secara sukarela yang dibatasi oleh kebebasannya. Apakah yang secara formal membentuk sebuh masyarakat adalah penerimaan umum oleh semua anggota msyarakat terhadap sebuah pola tingkah laku yang normatif. Pola tingkah laku yang normatif ialah harus dipandang sebagai unsur paling teras dari fenomena masyarakat sebagai sebuah struktur yang terintegrasi. Setiap sistem aksi selalu mempunyai empat dimensi, yaitu kultural, sosial, psikologi, dam biologis. Keampuhan Pancasila melalui analisa historis dan kultural. Pancasila sebgai pilihan satu satunya, oleh karena itu berakar pada kebudayaan bersama masyarakat, bukan sekedar refleksi dari lapisan budaya yang ada. Bahwa ia diterima oleh semua, namun lebih dari itu semua lapisan budaya melihat diri mereka tercermin dalam Pancasila. Dimensi Kultural terjadi berarti tidak ada atau kurang kesepahaman terhadap atau mengenai asumsi asumsi dasar dalam masyarakat, fenomena itu bisa disebut disintegrasi nilai. Banyak perbedaan primordial yang terdapat dalam negara yang mencerminkan dimensi ini. Dimensi disintegrasi norma, bila terdapat ketidak sepahaman mengenai aturan permainan di dalam masyarakat atau kelompok masyarakat berpegang kepada norma yang berbeda. Dimensi Struktural, terjadi apabila terjadi konflik mengenai siapa yang mempunyai kendali terhadap lembaga pengambilan keputusan. Berbicara mengenai Indonesia, terdapat suatu asumsi yang umum bahwa baik upaya untuk mencari identitas baru maupun untuk mencapai suatu kesepakatan nilai, telah tercapai melalui konsesus Pancasila . Pancasila seperti apa adanya, akan terlihat pada bagian dan mempertanyakan Apakah Pancasila telah menjawab kebutuhan bangsa Indonesia yang pluralisme, pada pihak lain menyajikan dasar yang kokoh bagi membangun suatu masyarakat dan bangsa Indonesia yang modern. 5 BAB II LAHIRNYA PANCASILA 2.1. Proses Lahirnya Pancasila Pada hari Jumat 1 Juni 1945, diucapkan pidato pertama tentang Pancasila di dalam suatu rapat digedung Kementerian Luar Negeri (sekarang). Pada hari Jumat 22 Juni 1945, pidato Bung Karno, 1 Juni 1945 itu dirumuskan dalam satu naskah, yang disebut “Piagam Djakarta” di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta (kini menjadi Jalan Proklamasi, sebaiknya dikembalikan menjadi ”Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta”. Naluri, anak bangsa mengatakan: ”Pegangsaan Timur 56 Jakarta”. Dalam sidang-sidang BPUPKI, Pancasila dimaksudkan sebagai: dasar filsafat (filosofischegrondslag) dan pandangan dunia (wetanschauung) bangsa Indonesia, juga sekaligus sistem filsafati yang melandasi kehidupan masyarakat dalam wadah negara Indonesia yang merdeka, sehingga memiliki sisi penting: 1. In concreto sebagai political consensus, 2. In abstracto sebagai philosophical consensus. Yang Hadir Sidang 1 Juni 1945: Ketua : Dr. K. R.T. Radjiman Wediodiningrat Ketua Muda : R.P. Suroso Itibangase Yosio Anggota: 6 (1). Ir. Soekarno, (2). Mr. Muhammad Yamin, (3).Dr. R.Kusuma Atmadja, (4). R. Abdurahman Pratalykrama, (5). R. Aris, (6).K.H. Dewantara, (7).K. Bagus A. Bintoro, (8).K.B.P.H. Bintoro, (9).A.K. Muzakir, (10). B.P.H. Purubojo, (11).R.A.A. Wirakusuma, (12).Munandar, (13). Oey Tiang Tjui, (14). Drs. Moh Hatta, (15). Oey Tjong Hauw, (16). H. Agus Salim, (17). M. Sutardjo Kartohadikusumo, (18). R.M. Margono Djojohadikusumo, (19). K.H. Abdul Halim, (20). K.H. Masjur, (21). R. Sudirman, (22). Prof. Dr. P.A.H. Djajadiningrat, (23).Prof. Dr. Soepomo, (24). Prof. Ir. R. Rooseno, (25). Mr. R.P. Singgih, (26). Mr. Maria Ulfah Santoso, (27). R.M.T.A. Surjo, (28). R.Rooslan Wongsokusumo, (29). Mr. R.Susanto Tirtoprodjo, (30). Nj. R.S.S.Soenarjo Mangupuspito, (31).P. Suriohamidjojo, (32). R. Asikin Natanegara, (33). H. Abdul Fatah Hasan, (34). Chaiirul Saleh, (35). Dr. Buntaran Martoatmodjo, (36). Liem Kun Hian, (37). Mr. J. Latuharhary, (38). Mr. R.Hendromartono, (39). R.Sukardjo Wirjopranoto, (40). H. Ah Sanusi, (41). A.M. Dasaad, (42). Mr. Tan Eng Hoa, (43). Ir. R.M.P. Surachman Tjokroadisurio, (44). R.A.A. Sumitro K. Purbonegoro, (45). K.R.M.T.H. Wurjoningrat, (46). Mr. Achmad Subardjo, (47). Prof. Dr. R. Djenal Asikin Widjajakusuma, (48). Abikusno Tjokrosujoso, (49). Parada Harahap, (50). Mr. R.M. Sartono, (51). K.H.M. Mansjur, (52). Drs. K.R.M.A. Sostrodiningrat, (53).Mr. R. Suwandi, (54). K.H.A. Wachid Hasjim, (55). P.F. Dahler, (56). Dr. Sukiman Wirjosandjojo, (57). Mr. K.R.M.T. Wongsonegoro, (58). R. Otto Iskandar Dinata, (59). A.R. Baswedan, (60).H.R. Abdulkadir, (61). Dr. Samsi, 62.Mr. A.A. Maramis, (63). Mr. R. Samsudin, (64). Mr. R.Sastromuljono, (65). Sukarni, (66).Abdulkaffar, (67). Mr. M. Besar, (68). Ir. M. Noor. Pidato 1 juni 1945 Bung Karno, pada sidang BPUPKI (Badan Penyidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Bung Karno mengemukan Dasar Negara Indonesia Merdeka, yang dalam bahasa Belanda disebut philosofische grondslag. Bung Karno menyampaikan Dasar Negara merdeka: 1. Dasar pertama, yang baik diijadikan dasar buat negara Indonesia ialah dasar kebangsaan, kita mendirikan satu negara kebangsaan Indonesia. 2. Philosofisch principe yang nomer dua dinamanakan Internasionalisme. 7 3. Kemudian, apakah dasar yang ke-3, dasar itu ialah dasar mufakat, dasar perwakilan, dasar permusjawaratan. .............. saya yakin