Sahru Romadloni & Robit Nurul Jamil

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Sahru Romadloni & Robit Nurul Jamil MODUL PENDIDIKAN PANCASILA SAHRU ROMADLONI & ROBIT NURUL JAMIL Sahru Romadloni Robit Nurul Jamil PENDIDIKAN PANCASILA i Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 8: Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atau Ciptaan Pasal 9: (1) Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan: a. Penerbitan Ciptaan; b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya; c. Penerjemahan Ciptaan; d. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan; e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya; f. Pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman Ciptaan; h. Komunikasi Ciptaan; i. Penyewaan Ciptaan. (2) Setiap Orang yang melaksanakan hak ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendapatkan izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. (3) Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara Komersial Ciptaan. Ketentuan Pidana Pasal 113: (1) Setiap Orang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). PENDIDIKAN PANCASILA Hak Cipta ©2020 Sahru Romadloni & Robit Nurul Jamil All rights reserved Penulis Sahru Romadloni Robit Nurul Jamil Desain Muka & Penata Letak Robit Nurul Jamil Hak Cipta Dilindungi oleh Undang-Undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi Modul ini tanpa izin penulis TUJUAN PERTEMUAN Dalam Modul: Mahasiswa mampu memahami kesejarahan Pancasila yang meliputi; (1) Kajian Pancasila pada beberapa fase secara komprehensif. (2) Analisis objektif tentang kebenaran nilai Pancasila yang utuh. (3) Bertanggungjawab atas keputusan yang diambil dari pengambilan kajian Pancasila yang dipandang benar berdasarkan hasil kajian yang dilakukan secara kolektif-etis. INDIKATOR: 1) Mempunyai pemahaman komprehensif atau utuh mengenai Pancasila beserta problem-problem yang mengitarinya 2) Mempunyai kemampuan memilah nilai-nilai Pancasila yang obyektif, terutama terkait dengan tafsir pancasila dalam setiap periode kekuasaan. 3) Bertangungjawab secara akademik-moral atas kajian Pancasila yang bersifat komprehensif. 4) Mampu mengimplementasikan pemahaman pancasila tersebut untuk terciptanya pemikiran kritis, konstruktif, dan inklusif atas makna Pancasila untuk kemajuan bangsa indonesia menghadapi tantangan-tantangan zaman kini. PENGANTAR MODUL PANCASILA: SUMBER ETIKA BANGSA INDONESIA Oleh Prof. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd. Pancasila adalah ideologi bangsa yang dirumuskan sebagai pedoman dan etika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Disebut ideologi karena Pancasila itu rangkaian nilai yang disusun berdasarkan sistem berpikir, dan dari sistem berpikir itu kemudian diimplementasikan dalam dasar-dasar kehidupan politik, sosial, ekonomi, serta pertahanan dan keamanan (Sirait, 2008). Sebagai sistem berpikir, Soekarno mengajukan dalam Sidang BPUPK, dan selanjutnya disepakati secara bersama (common denominator) oleh peserta sidang (Latif, 2011). Kesepakatan itu kemudian disusun urutannya oleh PPKI, dan menjadi philosofische gronslag. Para pendiri bangsa sangat sadar bahwa pengalaman keterpurukan kehidupan akibat diskriminasi dan marjinalisasi sosial ekonomi dan sosial politik oleh pemerintah kolonial Belanda sangat melukai dan menyakitkan. Exploitation de l’homme par l’homme menjadi istilah kaum bergerakan untuk menjelaskan kepada khalayak bagaimana keserakahan manusia terhadap sesamanya (Haryono, 2013). Soekarno adalah tokoh sentral dalam memformulasikan philosofische gronslag, weltanschauung, dan leitstar bangsa yang diakui oleh pemimpin sidang BPUPK, Radjiman Widyodiningrat. Formulasi itu disusun Soekarno ketika dia mengamati dan mendialektika kehidupan masyarakat masa itu, baik di Jawa maupun di luar Jawa selama masa pembuangannya. Formulasi kemudian disempurnakan oleh PPKI menjadi urutan sila yang indah, bahkan tidak ada duanya di dunia ini, dan sila itu adalah: (1) Ketuhanan yang mahaesa, (2) Kemanusian yang adil dan beradab, (3) Pesatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kesepakatan wakil-wakil komunitas bangsa tersebut di atas adalah perwujutan dari kesadaran mereka akan pentingnya pedoman berbangsa dan bernegara di masa mendatang. Bahkan Suseno (2007: 149) menyebutnya sebagai the fundamental ethical principle of the new Republic [of Indonesia]. Fondasi etika itu untuk mengindari mencuatnya persoalan kepentingan kelompok pada negara baru yang sedang berdiri yang membutuhkan penataan pemerintahan baik dalam bidang-bidang legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Pada sisi lain, fondasi etika harus menjadi dasar mental dan daya juang menghadapi zaman baru yang penuh tantangan mewujutkan Indonesia baru. Sumber Etika Fondasi etika dalam hubungan ini adalah berkaitan dengan ucapan Soekarno dalam sidang bahwa merdeka itu suatu political independence dengan berpijakan philosofische gronslag, weltanschauung, dan leitstar. Dalam pikiran Soekarno merdeka itu harus didasari prinsip kebangsaan (persatuan) yang bersanding dengan internasionalisme (kemanusiaan). Mengapa? Karena merdeka hanya dapat dicapai dengan persatuan tanpa melihat perbedaan, dan dalam persatuan mengutamakan prinsip kemanusiaan yang di dalamnya terkandung nilai-nilai humanitarian, keadilan, dan pengentasan kemiskinan. Prinsip kemanusiaan itu sudah berakar dan membumi dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia berdasarkan pada ketuhanan dan musyawarah mufakat (demokrasi) sebagai dasar menyepakati gagasan suatu kelompok/warga masyarakat (Sunoto, 1981). Nusantara adalah kawasan pelayaran dan perdagangan, dan kawasan ini dikunjungi para pedagang dari Asia dan Eropa. Dengan wilayah antarpulau itulah dikembangkan peradaban maritim. Peradaban maritim itu mendorong mereka saling mengenal melalui kegiatan dagang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam waktu yang sama masyarakat sekitar Nusantara (Indocina), Cina, dan India turut serta melakukan kegiatan dagang (Nugroho, 2011). Meminjam pendapat Fritjof Capra interaksi antarpedagang di Nusantara, baik penganut agama Hindu-Budha maupun pedagang Muslim, secara perlahan-lahan justru membangun struktur masyarakat organik (Capra, 2014). Struktur masyarakat organik kala itu meliputi dua segi, yakni segi material dan spiritual. Pada aspek material, interaksi dagang antarmereka menunjukkan indikasi saling membutuhkan untuk mengembangkan kegiatan perekonomian. Sementara itu aspek spiritual antarmereka saling berelasi dan toleransi, serta saling memahami antarkeyakinan, sehingga terjadi konversi keagamaan dari Hindu- Budha menjadi Islam. Namun demikian proses interaksi dan relasi antarmereka itu kemudian menumbuhkan prinsip mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi atau kelompok (Capra, 2014). Kepentingan umum itu secara simbolik simplifikasi dari kebersamaan atau bersatu. Makna bersama atau bersatu itu sebuah bentuk kesadaran bahwa antarmereka itu sejatinya berbeda, baik segi pikiran, agama, maupun budaya. Dengan begitu antarmereka saling memahami terhadap gagasan yang dimilikinya, karena mereka memusyawarahkan gagasan-gagasan yang diletakkan untuk perbaikan lingkungan sosial demi kemaslahatan bersama. Dalam perspektif politik keberhasilan memufakati suatu gagasan menunjukkan individu yang duduk bermusyawarah itu mempunyai otoritas yang berdaulat (independece) yang tidak gampang didekte oleh orang lain ataupun kepentingan lain. Etika yang dapat dipetik dari paparan di atas menunjukkan adanya kesediaan individu menerima gagasan orang lain dalam perhelatan musyawarah itu. Hal ini menjadi etika fundamental yang sangat penting. Mengapa? Karena kesediaan individu melakukan musyawarah mufakat di dalamnya terkandung berbagai nilai, yakni nilai toleransi, persaudaraan, kerjasama, memuliakan hak dasar warga masyarakat, keadilan sosial, dan lain sebagainya. Fenomena ini bentuk keadaban Pancasila yang menjunjung persatuan, dan melestarikan simbol kebhinekaan. Soekarno penggali dan yang memformulasikan Pancasila dari living values (nilai kehidupan) masyarakat lokal Nusantara, serta menjadi leitstar (bintang penunjuk) itu karena kesadarannya bahwa gotongroyong adalah inti nilai kehidupan Nusantara. Di dalam gotongroyong itu terkandung nilai-nilai kehidupan
Recommended publications
  • DAFTAR PUSTAKA Sumber Arsip
    DAFTAR PUSTAKA Sumber Arsip: Arsip Nasional Republik Indonesia, Bundel D/66 Indonesia Raya en Perhimpoenan Indonesia - Surat Penasehat Urusam Bumiputera Van der Plas Kepada Gubernur Jendral tertanggal 18 Januari 1929 nomor 108. - Laporan kepala polisi kepada Residen Batavia nomor 250/rahasia tertanggal 9 Maret 1929 - Surat Komisaris Kepala Polisi Feuerstein kepada Residen Batavia 250/rahasia tertanggal 9 Maret 1929 - Surat Jaksa Agung J.K Onnen kepada Gubernur Jendral nomor 468/A.P tertanggal 25 Maret 1929. - Dokumen nomor 418/135 tertanggal 8 April 1929. - Veklaring 7 Maret 1929 - Terjemahan lagu Indonesia Raya dalam bahasa Belanda Arsip Museum W.R Supratman Kota Surabaya Jawa Timur. - Dokumen Lirik Lagu Karya Wage Rudolf Supratman - Foto Piringan Hitam lagu Indonesia Raya - Piagam Bintang Mahaputera Wage Rudolf Suprtaman - Silsilah Keluarga Wage Rudolf Supratman - Foto Penjara Kalisosok tempat Wage Rudolf Supratman di penjara pada tahun 1938 83 84 - Arsip Museum Sumpah Pemuda DKI Jakarta - Dokumen lirik lagu Indonesia Raya hasil dari Panitia Lagu Indonesia Raya tahun 1944. - Foto Piringan Hitam Lagu Indonesia Raya Penetapan Pengadilan Negeri Surabaya No. 1560/1958 tentang kota kelahiran Wage Rudolf Supratman. Peraturan Pemerintah No 44 Tahun 1958 tentang penetapan lagu Indonesia Raya menjadi lagu resmi Kebangasaan Indonesia. Peraturan Pemerintah No 1 tanggal 17 Agustus 1959 tentang ditetapkannya Lagu Indonesia Raya sebagai lagu perjuangan yang termaksud dalam lagu wajib nasional Undang Undang Dasar No 24 tahun 2009 tentang Kodifikasi
    [Show full text]
  • Improving Students' Achievement Through English Day Program
    IMPROVING STUDENTS' ACHIEVEMENT THROUGH ENGLISH DA Y PROGRAM (A Case Study at the Second Year Students of S:\IF\ 112 ,Iakllrta Bani!) A Skripsi Presented to the Faculty of Tarbiyah lind !,'aeh","s' Irllining In Partial Fulfillment of the l~elJuircment~ For the I)l'grt't' of Sarjana Slrata I By: ABDUL HOSYIIl 99140 ISW! THE ENGLISH DEPARTEMENT TIlE FACULTY OF TARBlY,\1I .\\'1> TE·\CIIER'S TRU\I\,(; STATE JSLAJVllC LJNIVEI~SJTY SYARJF HIJ)A YATULLAII JAKARTA J424 11/2004 ,VI IMPROVING STUDENTS' ACHmVEMENT THROUGH ENGLISH DAY PROGRAM (A Case Study at the Second Yeur Students ofSMUN 112 .JalUlrlu Bural) A Skripsi Presented to the Fuculty ofTurhiyuh and Teu('hers' Truining In Purtiul Fulfilhnent of the I~equiremellts For the Degn't' of Sa rjllnll Strum I By: ABDUL ROSY/D 9914015768 Approved By Advisor: Drs. ItA Munir Sonhlldii. ,\I.Ed NIP. 1500506112 THE ENGLISH DEPARTEMENT THE FACULTY OF TARBIYAH ANI> TEACHER'S TRAINING STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HmAYATULLAH JAKARTA 1424 H/ 2004 Legalization of Examination Committee A "skripsi" lilled " IMPROVING STUDENTS' ACHIEVEMENT THROUGH ENGLISH DAY PROGRAM" (A Case Study at the Second Year of Students of SlVIUN 112 Jakarta Barat) was examined at examination session of the Faculty of Tarbiyah of Syarif I-lielayatullah State Islamic University Jakarta on Saturelay. February 7. 2004. This "skripsi" has fulfilleel the requirement for the Degree of Strata-I (S-I) at the English Department. Jakarta, February 7, 2004 Examination Committee 1'11' ·leac )1' Committee The Secretary of Committee Pn2,L_Dr. I-l. Salman I· run NIP. ISO 062 568 Committee Examiner I Examiner II Drs.
    [Show full text]
  • Reiterating Indonesian National Identity in the Globalized World Through a New Romantic Movement
    UGM Digital Press Proceeding of ASIC 2018 2 Social Sciences and Humanities (2018) : 105-110 American Studies International Conference (ASIC) 2018 Reiterating Indonesian National Identity in the Globalized World through a New Romantic Movement Rahmawan Jatmiko Department of Intercultural Studies, Universitas Gadjah Mada. Indonesia. e-mail: [email protected] Abstract This article discusses the possibility of re-evoking and invigorating romantic spirits to reiterate Indonesian national identity. This commences from the fact that despite its comparatively young age, Indonesia has experienced a number of heroic and romantic struggles, notable in our national history; for instance, the “national awakening movement” Boedi Oetomo in 1908, which became the first modern symbol of national struggle in Indonesia, the Sumpah Pemuda in 1928, which instilled in the youth's mind the three factors in common as our national identity, which binds our multi-cultural existence and experiences i.e. the unity of territory, language, and nation; andth the third is Indonesian Declaration of Independence, 17 of August 1945. This study starts from the assumption that those three symbols of struggle and identity are imprinted with romantic spirits, i.e. the sentimental feelings and emotions, which are no longer dealing with the worldly and materialistic considerations. In this discussion, one might question whether Indonesia has ever experienced any romantic movement as what European countries and America had in the end of the 18th century, yet that might not be so critical question in this case. Instead, what might be considered more important is another question such as, “do we need that kind of movement nowadays in order to clearly pronounce our identity?” By careful readings, observations and interpretations based on historiography and other references, this article sees that an attempt to give birth to our own Romanticism might be feasible as a good solution to rebuild our nationalism, since it Keywordsalso deals with recognizing and recalling our lost identity.
    [Show full text]
  • (RPP) ONLINE Nama Pembuat : Darto Paulus Simanihuruk, S.Pd Sekolah
    RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) ONLINE Nama Pembuat : Darto Paulus Simanihuruk, S.Pd Sekolah : SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Surel : [email protected] Mata Pelajaran : IPS Kelas/Semester : VIII ( Delapan )/Genap Materi Pokok : Lahirnya Sumpah Pemuda A. Tujuan Pembelajaran Adapun tujuan pembelajaran dalam materi ini peserta didik diharapkan mampu : 1. Menjelaskan latar belakang lahirnya Sumpah Pemuda 2. Menjelaskan tokoh-tokoh yang berperan dalam melahirkan Sumpah Pemuda 3. Meneladani sikap dan perjuangan pemuda Indonesia dalam mewujudkan lahirnya Sumpah Pemuda. B. Metode Pembelajaran - Menggunakan Aplikasi ZOOM Meeting untuk Proses Pembelajaran - Menggunakan Aplikasi Edmodo untuk evaluasi Pembelajaran C. Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu Pendahuluan 1. Peserta didik bersama guru menyampaikan salam dan 5 Menit berdoa. 2. Guru memberikan motivasi supaya semangat belajar walaupun belajar jarak jauh. 3. Guru mengulas kembali materi pembelajaran minggu lalu yang masih berkaitan dengan materi berikutnya. Kegiatan Inti 1) Guru memberikan gambaran secara sederhana kepada 15 Menit peserta didik tentang materi bagaimana lahirnya Sumpah Pemuda. 2) Peserta didik diminta memberikan pendapat tentang penjelasan secara sederhana yang disampaikan oleh guru. Alokasi Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu 3) Selanjutnya guru memberikan penjelasan materi yang akan dibahas sesuai dengan tujuan pembelajaran Penutup 1). Guru melakukan refleksi kepada siswa atas pembelajaran 10 Menit yang disampaikan 2). Guru menyampaikan kesimpulan materi yang disampaikan kepada siswa 3). Guru menyampaikan tugas sebagai evaluasi pembelajaran lewat Edmodo 4). Guru menyampaikan salam penutup. D. Materi Pembelajaran A. Latar Belakang Lahirnya Sumpah Pemuda Sumpah Pemuda tercetus dalam Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928. Namun dua tahun sebelumnya, seperti diungkap Sudiyo lewat buku Perhimpunan Indonesia sampai dengan Lahirnya Sumpah Pemuda (1989), telah dilakukan Kongres Pemuda I mulai tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926 di Batavia (Jakarta).
    [Show full text]
  • Pergolakan Andi Azis Di Makassar
    PERGOLAKAN ANDI AZIS DI MAKASSAR Bustan Buhari Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar (UNM) E-mail: [email protected] Abstract Andi Azis was born in Barru, South Sulawesi 19 September 1924. He had attended Europe Leger School but was not finished. Andi Azis was later taken by a Dutch Resident Assistant Resident to the Netherlands. Andi Aziz by many people is believed to be a member of the military with a good person but in the scale of military unity KNIL in South Sulawesi itself more inclined as a puppet. Colonel Schotborg and Sumokil are the main controllers of KNIL force in Makassar City. When the Andi Aziz rebellion in Makassar, to anticipate the RIS Government in Jakarta has formed a joint forces Expedition East Indonesia. These troops consist of battalions from West Java, Central Java and East Java supported and Police. Commander of the Command appointed Colonel Kawilarang Panglima. Keyword: Upheval, Andi Azis, Makassar. Abstrak Andi Azis dilahirkan di Barru, Sulawesi Selatan 19 September 1924. Beliau pernah sekolah di Europe Leger School namun tidak sampai tamat. Andi Azis kemudian dibawa oleh seorang pensiunan Asisten Residen bangsa Belanda ke negeri Belanda. Andi Aziz oleh banyak kalangan diyakini sebagai anggota militer dengan pribadi yang baik. Namun dalam skala kesatuan militer KNIL di Sulawesi Selatan dirinya lebih condong sebagai boneka. Kolonel Schotborg dan Sumokil adalah pengendali utama kekuatan KNIL di Kota Makassar. Ketika berlangsung pemberontakan Andi Aziz di Makassar, untuk mengantisipasinya Pemerintah RIS di Jakarta telah membentuk pasukan gabungan Expedisi Indonesia Timur. Pasukan ini terdiri dari batalyon dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur didukung dan Kepolisian.
    [Show full text]
  • National Heroes in Indonesian History Text Book
    Paramita:Paramita: Historical Historical Studies Studies Journal, Journal, 29(2) 29(2) 2019: 2019 119 -129 ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825 DOI: http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v29i2.16217 NATIONAL HEROES IN INDONESIAN HISTORY TEXT BOOK Suwito Eko Pramono, Tsabit Azinar Ahmad, Putri Agus Wijayati Department of History, Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Semarang ABSTRACT ABSTRAK History education has an essential role in Pendidikan sejarah memiliki peran penting building the character of society. One of the dalam membangun karakter masyarakat. Sa- advantages of learning history in terms of val- lah satu keuntungan dari belajar sejarah dalam ue inculcation is the existence of a hero who is hal penanaman nilai adalah keberadaan pahla- made a role model. Historical figures become wan yang dijadikan panutan. Tokoh sejarah best practices in the internalization of values. menjadi praktik terbaik dalam internalisasi However, the study of heroism and efforts to nilai. Namun, studi tentang kepahlawanan instill it in history learning has not been done dan upaya menanamkannya dalam pembelaja- much. Therefore, researchers are interested in ran sejarah belum banyak dilakukan. Oleh reviewing the values of bravery and internali- karena itu, peneliti tertarik untuk meninjau zation in education. Through textbook studies nilai-nilai keberanian dan internalisasi dalam and curriculum analysis, researchers can col- pendidikan. Melalui studi buku teks dan ana- lect data about national heroes in the context lisis kurikulum, peneliti dapat mengumpulkan of learning. The results showed that not all data tentang pahlawan nasional dalam national heroes were included in textbooks. konteks pembelajaran. Hasil penelitian Besides, not all the heroes mentioned in the menunjukkan bahwa tidak semua pahlawan book are specifically reviewed.
    [Show full text]
  • Newsletter PDA Bina-Qolbu Edisi Oktober 2014
    Newsletter PDA Bina-Qolbu Edisi Oktober 2014 MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN BENAR (TARTIL): Tartil = Standar Bacaan Al-Qur’an secara Benar KEWAJIBAN INDIVIDU (FARDHU ‘AIN) Hukum fardhu ‘ain (kewajiban individual) secara benar Ust. Ir. Muhammad Furqan Alfaruqiy merujuk kepada Al-Qur’an surah al-Muzzammil:4 berikut ini: Pengasuh Pusat Dakwah Al-Qur’an Bina Qolbu (PDA-BQ) Hukum Membaca Bacaan Al-Qur’an dengan Benar Artinya: “ atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an Seorang muslim yang baik senantiasa membaca Al- itu dengan perlahan-lahan .” Qur’an. Bukan saja karena wajib membacanya saat shalat 5 Dari ayat tersebut, kita mengenal satu istilah, yakni tartil , waktu, lebih dari itu karena mendatangkan banyak dengan redaksi kalimat perintah (fi’il amr). Pemahaman ter- keistimewaan (fadhilah) bagi pembaca dan pendengarnya. hadap makna kata inilah yang menentukan standar bacaan Al- Hadits Rasulullah Muhammad SAW antara lain menyebutkan: Qur’an yang memenuhi syarat yang dibenarkan secara syariah. bahwa seorang mukmin yang senantiasa membaca Al-Quran yang menurut ,( َرﺗﻞ ) Kata tartil berakar dari kata ratala bagaikan buah ‘utrujah (sejenis limau/jeruk): aromanya semerbak harum dan manis pula rasanya. Sedangkan mukmin pakar kosakata Al-Qur’an–Imam Raghib al-Isfahani–bermakna, yang jarang membaca Al-Qur’an bagaikan buah kurma, manis ‘menyusun sesuatu dengan rapi secara konsisten ( istiqamah )’. rasanya tapi tak mengeluarkan aroma harum bagi sekitarnya. Setelah berubah menjadi kata tartil , maknanya adalah ‘me- Ada lagi hadits sahih diriwayatkan oleh Imam Muslim, nyampaikan kalimat dari mulut dengan lancar dan konsisten’. yang mengatakan martabat/derajat suatu kaum ditentukan Para ahli qiraah Al-Qur’an juga mempunyai penjelasan oleh kualitas penguasaan mereka terhadap ilmu Al-Qur’an.
    [Show full text]
  • Soekarno Dan Kemerdekaan Republik Indonesia
    SOEKARNO DAN PERJUANGAN DALAM MEWUJUDKAN KEMERDEKAAN RI (1942-1945) SKRIPSI Robby Chairil 103022027521 FAKULTAS ADAB HUMANIORA JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 / 1431 H ABSTRAKSI Robby Chairi Perjuangan Soekarno Dalam Mewujudkan Kemerdekaan RI (1942-1945) Perjuangan Soekarno dimulaii pada saat beliau mendirika Partai Nasional Indoonesia (PNI) tahun 1927, dan dijadikannya sebagai kendaraan poliitiknya. Atas aktivitasnya di PNI yang selalu menujuu kearah kemerdekaan Indonesia, ditambah lagi dengan pemikiran dan sikapnya yang anti Kolonialliisme dan Imperialisme, dan selalu menentang selalu menentang Kapitalisme-Imperialisme. Dengan perjuangan Soekarno bersama teman-temannya pada waktu itu dan bantuan Tentara Jepang, penjajahan Belanda dapat diusir dari Indonesia. Atas bantuan Jepang mengusir Belanda dari Indonesia, maka timbulah penjajah baru di Indonesia yaitu Jepang pada tahun 1942. Kedatangan tentara Jepang ke Indonesia bermula ingin mencari minyak dan karet, dan disambut dengan gembira oleh rakyat Indonesia yang dianggap akan membantu rakyat Indonesia mewuudkan kemakmuran bagi bangsa-bangsa Asia. Bahkan, pada waktu kekuuasaan Jepang di Indonesia, Soekarno dengan tterpaksa turut serta bekerja sama dengan Jepang dan ikut ambil bagian dalam organisassi buatan Jepang yaitu, Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyyat (PUTERA), Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI), dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Terjalinnya kerjasama dengan Jepang, membawa dampak yang sangat besar baginya yaitu, Soekarno dijulukii sebagai Kolaborator dan penjahat perang, Soekarno memanfaatkan kerjasama itu dengan menciptakan suatu pergerakan menuju Indonesia merdeka. Dengan pemikiran, sikap dan ucapan Sokarno yang selalu menentang Kolonialisme, Kapitaisme, Imperialisme, dan bantuan teman seperjuangan Soekarno pada waktu itu, akhirnya dapat mendeklarasikan teks Proklamasi di rumah Soekarno, di Jalan Pengangsaan Timur No. 56, pada harri Jumat tanggal 17 Agustus 1945.
    [Show full text]
  • Oleh : SUCIYANI
    DISKURSUS TOKOH ISLAM DALAM PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA Oleh : SUCIYANI, S.H.I NIM : 1420311069 TESIS Diajukan Kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Sosial Program Studi Hukum Islam Kosentrasi Studi Politik dan Pemerintahan Islam YOGYAKARTA 2017 ABSTRAK Tesis ini menganalisis Tokoh nasionalis yang dianggap tidak mewakili umat Islam dalam perumusan Pancasila sebagai ideologi negara. Pengkatagorian dominasi kekuasaan dan pemikiran menjadi permasalahan di kalangan umat Islam. Dari permasalahan ini saya mengambil kajian mengenai diskursus tokoh Islam dalam perumusan Pancasila sebagai ideologi negara. Tujuan dari tesis ini untuk meneliti diskursus para tokoh Islam dalam perumusan Pancasila, seperti ide dan konsep serta korelasinya dengan kekuasaan dan politik saat itu. Studi ini lebih menekankan pada sebab dan akar masalah adanya penggolongan nasionalis Islam dan nasionalis sekuler. Teori yang digunakan dalam menganalisis permasalahan diatas dengan teori diskursus Michel Foucault dan dilanjutkan teori paradigma karakteristik pemikiran Islam. Kedua teori tersebut menjadi alat untuk memcari fakta dibalik diskursus tokoh Islam dengan menggunakan pendekatan sejarah. Melalui studi kepustakaan dengan menelaah tulisan-tulisan karya tokoh Islam yang terlibat dalam perumusan Pancasila. Penelitian ini hanya mengambil dua tokoh Islam sebagai fokus kajian. Dua Tokoh besar inilah yang menjadi kunci penentuan Pancasilayaitu KH. Abdul Wahid Hasyim dan Ki Bagus Hadikusumo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wacana keterlibatan tokoh Islam dalam perumusan Pancasila merupakan dampak dari kekuasaan. Tokoh Islam mempunyai budaya berperan dibalik layar, karena konsep dikotomi budaya Islam di Indonesia. Keislaman dipandang sebagai Pengetahuan daripada kekuasaan atau politik. Pokok permasalahannya adalah diskursus, yang mana penyebutan golongan nasionalis sekuler dan nasionalis Islam berada pada ide bukan kekuasaan.
    [Show full text]
  • Another Look at the Jakarta Charter Controversy of 1945
    Another Look at the Jakarta Charter Controversy of 1945 R. E. Elson* On the morning of August 18, 1945, three days after the Japanese surrender and just a day after Indonesia's proclamation of independence, Mohammad Hatta, soon to be elected as vice-president of the infant republic, prevailed upon delegates at the first meeting of the Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI, Committee for the Preparation of Indonesian Independence) to adjust key aspects of the republic's draft constitution, notably its preamble. The changes enjoined by Hatta on members of the Preparation Committee, charged with finalizing and promulgating the constitution, were made quickly and with little dispute. Their effect, however, particularly the removal of seven words stipulating that all Muslims should observe Islamic law, was significantly to reduce the proposed formal role of Islam in Indonesian political and social life. Episodically thereafter, the actions of the PPKI that day came to be castigated by some Muslims as catastrophic for Islam in Indonesia—indeed, as an act of treason* 1—and efforts were put in train to restore the seven words to the constitution.2 In retracing the history of the drafting of the Jakarta Charter in June 1945, * This research was supported under the Australian Research Council's Discovery Projects funding scheme. I am grateful for the helpful comments on and assistance with an earlier draft of this article that I received from John Butcher, Ananda B. Kusuma, Gerry van Klinken, Tomoko Aoyama, Akh Muzakki, and especially an anonymous reviewer. 1 Anonymous, "Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945: Pengkhianatan Pertama terhadap Piagam Jakarta?," Suara Hidayatullah 13,5 (2000): 13-14.
    [Show full text]
  • 129 Perjalanan Sejarah Bangsa Indonesia Dan Sistem
    PERJALANAN SEJARAH BANGSA INDONESIA DAN SISTEM PEMERINTAHAN NKRI Mudemar A. Rasyidi Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma [email protected] ABSTRAK Sebagai warga negara Indonesia yang baik dan militan, sudah seharusnya kita menjunjung tinggi Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen, serta mengamalkannya di dalam kehidupan kita sehari-hari tanpa mengenal kompromi. NKRI harga mati. Oleh karena itu setiap warga Negara Indonesia yang baik berada di dalam Negeri maupun di luar Negeri, baik dari segi ancaman maupun penjajahan ataupun rongrongan, baik yang datang dari dalam maupun luar negeri. Hal ini dapat dilihat dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang telah dilakukan oleh para pejuang dalam membela tanah air Indonesia, mulai sejak, dari sebelum, semasa dan setelah penjajahan bahkan sampai kemerdekaan NKRI, yang telah banyak menelan berbagai macam pengorbanan yang luar biasa. Kita sebagai bangsa Indonesia sekarang ini, di dalam mengisi kemerdekaan NKRI, harus tetap setia dan menghormati para pejuang bangsa Indonesia yang telah mendahului kita demi kemerdekaan Republik Indonesia yaitu dengan berbagai cara yang positif dan kreatif serta bertanggung jawab. Disamping itu juga, kita harus mengenal sejarah bangsa kita, untuk dijadikan pedoman dan teladan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik.Kita harus mentaati hukum yang berlaku dan mencintai tanah air di dalam kehidupan kita sehari-hari, dan menjaga tanah air Indonesia. Semua itu agar kita dapat mencapai apa yang dicita-citakan oleh para pejuang bangsa, yaitu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kata Kunci : Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, Adat Istiadat dan budaya bangsa serta menjunjung tinggi Agama, serta berakhlak yang Mulia, serta cinta tanah air.
    [Show full text]
  • State and Revolution in the Making of the Indonesian Republic
    Jurnal Sejarah. Vol. 2(1), 2018: 64 – 76 © Pengurus Pusat Masyarakat Sejarawan Indonesia https://doi.org/10.26639/js.v%vi%i.117 State and Revolution in the Making of the Indonesian Republic Norman Joshua Northwestern University Abstract While much ink has been spilled in the effort of explaining the Indonesian National Revolution, major questions remain unanswered. What was the true character of the Indonesian revolution, and when did it end? This article builds a case for viewing Indonesia’s revolution from a new perspective. Based on a revisionist reading of classic texts on the Revolution, I argue that the idea of a singular, elite-driven and Java-centric "revolution" dismisses the central meaning of the revolution itself, as it was simultaneously national and regional in scope, political and social in character, and it spanned more than the five years as it was previously examined. Keywords: Revolution, regionalism, elite-driven, Java-centric Introduction In his speech to Indonesian Marhaenist youth leaders in front of the Istana Negara on December 20, 1966, President Soekarno claimed that “[The Indonesian] revolution is not over!”1 Soekarno’s proposition calls attention to at least two different perspectives on revolution. On the one hand, the Indonesian discourse of a continuous revolution resonates with other permanent leftist revolutions elsewhere, such as the Cultural Revolution in Maoist China, Cuban Revolution in Castroist Cuba, or the Bolivarian 1 Soekarno, Revolusi belum selesai: kumpulan pidato Presiden Soekarno, 30 September 1965, pelengkap Nawaksara, ed. Budi Setiyono and Bonnie Triyana, Cetakan I (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2014), 759. Jurnal Sejarah – Vol.
    [Show full text]