Pergolakan Andi Azis Di Makassar

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pergolakan Andi Azis Di Makassar PERGOLAKAN ANDI AZIS DI MAKASSAR Bustan Buhari Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar (UNM) E-mail: [email protected] Abstract Andi Azis was born in Barru, South Sulawesi 19 September 1924. He had attended Europe Leger School but was not finished. Andi Azis was later taken by a Dutch Resident Assistant Resident to the Netherlands. Andi Aziz by many people is believed to be a member of the military with a good person but in the scale of military unity KNIL in South Sulawesi itself more inclined as a puppet. Colonel Schotborg and Sumokil are the main controllers of KNIL force in Makassar City. When the Andi Aziz rebellion in Makassar, to anticipate the RIS Government in Jakarta has formed a joint forces Expedition East Indonesia. These troops consist of battalions from West Java, Central Java and East Java supported and Police. Commander of the Command appointed Colonel Kawilarang Panglima. Keyword: Upheval, Andi Azis, Makassar. Abstrak Andi Azis dilahirkan di Barru, Sulawesi Selatan 19 September 1924. Beliau pernah sekolah di Europe Leger School namun tidak sampai tamat. Andi Azis kemudian dibawa oleh seorang pensiunan Asisten Residen bangsa Belanda ke negeri Belanda. Andi Aziz oleh banyak kalangan diyakini sebagai anggota militer dengan pribadi yang baik. Namun dalam skala kesatuan militer KNIL di Sulawesi Selatan dirinya lebih condong sebagai boneka. Kolonel Schotborg dan Sumokil adalah pengendali utama kekuatan KNIL di Kota Makassar. Ketika berlangsung pemberontakan Andi Aziz di Makassar, untuk mengantisipasinya Pemerintah RIS di Jakarta telah membentuk pasukan gabungan Expedisi Indonesia Timur. Pasukan ini terdiri dari batalyon dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur didukung dan Kepolisian. Sebagai pimpinan Komando ditunjuk Kolonel Kawilarang Panglima. Kata Kunci: Pergolakan, Andi Azis, Makassar. A. Riwayat Andi Azis meneruskan ke Lyceum sampai tahun 1944. Andi Azis memiliki hasrat untuk Andi Azis lahir tanggal 19 September memasuki sekolah militer di negeri Belanda 1924, di Barru. Ia pernah sekolah di Europe untuk menjadi seorang prajurit. Tetapi niat Leger School namun tidak selesai. Andi Azis itu tidak terlaksana karena pada waktu itu kemudian dibawa oleh seorang pensiunan pecah Perang Dunia II. Kemudian Andi Azis Asisten Residen ke negeri Belanda. Di memasuki Koninklijk Leger. Di Koninklijk Belanda tahun 1935 ia memasuki Leger Leger, Andi Azis bertugas sebagai tim School dan tamat tahun 1938, selanjutnya pertempuran bawah tanah melawan T E B A R S C I E N C E Jurnal Kajian Sosial dan Budaya, 1 (1), September 2017, 35-42 | 35 Tentara Pendudukan Jerman (NAZI). Dari harapan dapat kembali bersama dengan pasukan bawah tanah kemudian Andi Azis orang tuanya di Makassar. dipindahkan ke garis pertahanan Jerman, Pada tanggal 19 Januari 1946 Andi Azis untuk menghancurkan pertahanan Jerman bersama dengan pasukannya mendarat di dari dalam karena di Eropa kedudukan Jawa. Pada waktu itu ia menjabat komandan sekutu semakin terjepit, maka secara diam- regu, kemudian bertugas di Cilinding. Pada diam Andi Azis dengan kelompoknya tahun 1947 mendapat kesempatan cuti menyeberang ke Inggris. panjang ke Makassar dan mengakhiri dinas Di Inggris Andi Azis mengikuti latihan militernya. Di Makassar Andi Azis merasa pasukan komando di sebuah Kamp di luar tidak punya kegiatan setelah pensiun dari London. Andi Azis lulus dengan pujian dinas militer, maka ia kembali ke Jakarta sebagai prajurit komando. Selanjutnya dan mengikuti pendidikan kepolisian di mengikuti pendidikan Sekolah calon Bintara Menteng Pulo. Pada pertengahan 1947 ia di Inggris dan menjadi sersan kadet tahun dipanggil lagi masuk KNIL dan diberi 1945. Di bulan Agustus 1945 karena SEAC pangkat Letnan Dua. Selanjutnya ia menjadi dalam usaha mengalahkan Jepang di front Ajudan Senior Sukowati yang ketika itu timur memerlukan anggota tentara yang menjabat sebagai Presiden NIT. Jabatan ini dapat berbahasa Indonesia, maka Andi dijalaninya hampir satu setengah tahun, Abdul Azis kemudian ditempatkan ke kemudian ia ditugaskan sebagai salah komando Perang Sekutu di India, seorang instruktur di Bandung-Cimahi pada berpindah-pindah ke Colombo dan akhirnya pasukan Sekolah Pasukan Payung (SSOP) ke Calcutta dengan pangkat Sersan. milik KNIL bernama School tot Opleiding Andi Azis adalah salah satu orang Voor Parachusten. Indonesia yang mendapat latihan pasukan Pada tahun 1948 Andi Azis dikirim komando. Andi Azis juga ikut menjadi kembali ke Makassar dan diangkat sebagai bagian dari kelahiran pasukan-pasukan Komandan kompi dengan pangkat Letnan komando dunia seperti SAS milik Inggris Satu. Di Makassar Andi Azis memiliki 125 dan KST Belanda walaupun tidak secara orang anak buahnya KNIL yang langsung. Andi Azis, seperti halnya berpengalaman dan kemudian masuk TNI. Westerling, merupakan orang luar di negeri Dalam struktur ketentaraan di TNI yang Belanda yang ikut membebaskan Belanda pada waktu bernama Angkatan Perang dari pendudukan Jerman. Andi Azis juga Republik Indonesia Serikat (APRIS), Andi orang Indonesia yang ikut serta dalam Azis dinaikkan pangkatnya menjadi kapten perang Dunia II di front Barat Eropa. dan tetap memegang kompinya tanpa Setelah Jepang menyerah tanpa syarat banyak mengalami perubahan anggotanya. pada sekutu, Andi Azis diperbolehkan Pasukan kompi yang pimpin oleh Andi memilih tugas yakni ikut dalam satuan- Azis memiliki kemampuan tempur di atas satuan sekutu yang akan bertugas di Jepang standar pasukan reguler Belanda maupun atau ikut bertugas di gugus selatan yakni TNI. Pasukan Andi Azis ini menjadi salah Indonesia. Dengan pertimbangan tersebut satu pasukan handal di Makassar disamping bahwa telah 11 tahun tidak bertemu orang pasukan Belanda. Pergolakan yang dipimpin tuanya di Sulawesi Selatan, akhirnya ia oleh Andi Azis hampir melibatkan semua memilih bertugas ke Indonesia, dengan unsur pasukan Belanda untuk terlibat terutama KNIL non pasukan komando. 36 | Jurnal Kajian Sosial dan Budaya, 1 (1), September 2017, 35-42 T E B A R S C I E N C E B. Lintasan Pergolakan Andi Azis mundur untuk selanjutnya bergerilya. Tertangkapnya Kolonel Mokoginta diminta Beberapa hari setelah pelantikannya agar dirinya datang ke kamp Andi Azis. sebagai perwira TNI, Andi Azis beserta Sebagai Letnan Kolonel, permintaan dari pasukannya menyerang perumahan kapten bawahannya itu ditolak oleh perwira TNI dan asrama CPM Verlegde Mokoginta. Tanpa bisa melawan Kolonel Klapperlaan. Salah satu faktor yang Mokoginta pun ditahan bersama stafnya menyebabkan pemberontakan Andi Azis dan dibawa ke markas Andi Azis. adalah akan mendaratnya pasukan TNI Setelah Andi Azis menahan panglima dari Batalyon Worang tahun 1950 ke TNI kolonel Moginta, pasukannya Sulawesi Selatan. Berita tentang ditempatkan di daerah strategis dibalik pendaratan TNI itu mendapat kecaman bukit untuk menghadapi pendaratan TNI dari Andi Azis. Hal ini sesuai dengan yang dari Batalyon Worang. Mereka mengatur dikatakan andi Azis: “Buat apa didatangkan arah dan posisi senjatanya mengarah ke pasukan APRIS dari Jawa,kalau pasukan ex kapal. Sebuah pesawat pembom B-25 KNIL di Makassar yaitu pasukan APRIS Mitchel, telah siap membantu perlawanan dan sanggup mengamankan NIT. Andi Azis. Kekuatan pasukan Andi Azis ada Tindakan Andi Azis untuk menentang sekitar 800 orang dengan senjata lengkap. kedatangan TNI di Makassar mendapat Jumlah tentara KNIL antara tahun dukungan dari banyak serdadu KNIL di 1945-1949 adalah sekitar 60.000 personil. Makassar dan sekitanya. Sebelum Dalam formasi KNIL saat itu, komposisi melakukan pemberontakan terlebih dahulu serdadu Ambon dan non Ambon secara mereka mengadakan rapat tanggal 3 April keseluruhan adalah satu banding lima. 1950. Bekas serdadu KNIL tersebut Mereka tinggal dalam tangsi-tangsi membentuk ‘Panitia Pembentukan bersama anak dan istrinya. Orang-orang Peralihan KNIL ke APRIS’ yang disingkat Ambon yang masuk KNIL biasanya PPPKA. Sebagai ketua, ditunjuk bekas beragama Kristen Protestan. Sersan Mayor KNIL Christoffel. Rapat ini Ketika pasukan Andi Azis melakukan dihadiri sekitar 700 orang anggota KNIL. pergolakan, Letnan Kolonel Musch, Dalam rapat tersebut diputuskan beberapa pimpinan militer Belanda di Makassar hal yakni: Pertama, mendesak pucuk tidak bisa melakukan tindakan apa-apa pimpinan KNIL dan APRIS supaya KNIL untuk mencegah pemberontakan Andi Azis Makassar dimasukkan sebagai anggota tersebut. Tujuan utama Andi Azis adalah APRIS; Kedua, mendesak pemerintah RIS mempertahankan NIT. Akan tetapi supaya pengiriman bekas TNI ke Indonesia pemerintah NIT sendiri justru kecewa atas timur ditunda untuk sementara waktu; tindakan Andi Azis itu, seperti pidato PM Ketiga, mendesak pemerintah NIT Diapari di Radio Makassar pada tanggal 7 mencegah kedatangan di Makassar dan April 1950. seluruh NIT dari APRIS bekas TNI. Sewaktu Andi Azis melakukan Pada tanggal 5 April 1950 pasukan Andi pergolakan, Julius Tahiya yang merupakan Azis secara mendadak menyerang asrama perwira KNIL pernah bergerilya melawan CPM dan perumahan perwira Staf Kwatier Jepang di Maluku semasa pendudukan TNI. Dalam serangan ini letnan Kolonel Jepang pernah diajak untuk ambil bagian Mokoginta dan pengawalnya ditangkap. dalam pemberontakan tersebut. Akan Sebagian CPM tertawan dan sebagian lagi tetapi Julius menolak karena tidak lagi T E B A R S C I E N C E Jurnal Kajian Sosial dan Budaya, 1 (1), September 2017, 35-42 | 37 tertarik untuk menjadi seorang militer. Ia dalam satu wadah dan satu komando yaitu memberitahu bahwa Kapten Andi Azis, Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ketiga pemimpin bekas batalyon tentara
Recommended publications
  • State and Revolution in the Making of the Indonesian Republic
    Jurnal Sejarah. Vol. 2(1), 2018: 64 – 76 © Pengurus Pusat Masyarakat Sejarawan Indonesia https://doi.org/10.26639/js.v%vi%i.117 State and Revolution in the Making of the Indonesian Republic Norman Joshua Northwestern University Abstract While much ink has been spilled in the effort of explaining the Indonesian National Revolution, major questions remain unanswered. What was the true character of the Indonesian revolution, and when did it end? This article builds a case for viewing Indonesia’s revolution from a new perspective. Based on a revisionist reading of classic texts on the Revolution, I argue that the idea of a singular, elite-driven and Java-centric "revolution" dismisses the central meaning of the revolution itself, as it was simultaneously national and regional in scope, political and social in character, and it spanned more than the five years as it was previously examined. Keywords: Revolution, regionalism, elite-driven, Java-centric Introduction In his speech to Indonesian Marhaenist youth leaders in front of the Istana Negara on December 20, 1966, President Soekarno claimed that “[The Indonesian] revolution is not over!”1 Soekarno’s proposition calls attention to at least two different perspectives on revolution. On the one hand, the Indonesian discourse of a continuous revolution resonates with other permanent leftist revolutions elsewhere, such as the Cultural Revolution in Maoist China, Cuban Revolution in Castroist Cuba, or the Bolivarian 1 Soekarno, Revolusi belum selesai: kumpulan pidato Presiden Soekarno, 30 September 1965, pelengkap Nawaksara, ed. Budi Setiyono and Bonnie Triyana, Cetakan I (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2014), 759. Jurnal Sejarah – Vol.
    [Show full text]
  • Kelas3 Ips Danangendarto.Pdf
    Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-Undang IPS Terpadu 3 Untuk SMP/MTs Kelas IX 300.7 ILM Ilmu Pengetahuan Sosial 3 : Untuk SMP/MTs Kelas ix / Danang Endarto…[et al] ; penyunting, Achmad Buchory, llustrator, Purwanto . — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009. xii, 286 hlm. : ilus. ; 25 cm. Bibliografi : hlm. 279-280 Indeks ISBN 978-979-068-675-5 (no.jilid lengkap) ISBN 978-979-068-681-6 1. Ilmu-ilmu Sosial-Studi dan Pengajaran I. Judul II. Achmad Buchory III. Purwanto Hak Cipta Buku ini dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional dari Penerbit CV. HaKa MJ Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009 Diperbanyak oleh ..... ii IPS Terpadu SMP dan MTs Kelas IX Kata Sambutan Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2009, telah membeli hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis/penerbit untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui situs internet (website) Jaringan Pendidikan Nasional. Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2007 tanggal 25 Juni 2007. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penulis/ penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para siswa dan guru di seluruh Indonesia. Buku-buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (down load), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat.
    [Show full text]
  • The Negation of Prri in High School History Textbooks
    THE NEGATION OF PRRI IN HIGH SCHOOL HISTORY TEXTBOOKS Sarilan Doctoral Student of History Education, Sebelas Maret University, Surakarta Email: [email protected] ABSTRACT Textbooks are a means of conveying subject matter to students. This study aims to analyze the causes and approach of the settlement carried out by the central government towards the events of the Revolutionary Government of the Republic of Indonesia (PRRI), which was proclaimed by Colonel Ahmad Husein based in Bukittingi, West Sumatra. The method used is Critical Discourse Analysis (CDA) on textbook material High School History Curriculum 1984, Education Unit Level Curriculum (KTSP) in 2016, and Curriculum in 2013. The results showed that in all three textbooks, events that occurred were categorized as a rebellion against the Jakarta's central government so that its suppression was carried out through military operations. However, the causes were not stated in full as initiated by the regional and central government's disharmony. The injustice of central government in distributing development cake, economic difficulties, complicated licensing, dropping regional employees from the center, demands regional autonomy, regional discontent arose mainly due to the resignation of Hatta as Deputy President, the castration of the power of the West Sumatra armed group by KSAD General Abdul Haris Nasution, and the dominance of the PKI after the 1948 Madiun incident. Keywords: confirmation, PRRI, history textbooks, senior high school INTRODUCTION On 15 February 1958, the establishment of the revolutionary government in Sumatra was announced with its headquarters in Bukittinggi. This government is known by the name of the Revolutionary Government of the Republic of Indonesia (PRRI).
    [Show full text]
  • Jurnal Ilmu Budaya Sultan of Ternate Iskandar Djabir Syah
    1 | JURNAL ILMU BUDAYA Volume 4, Nomor 1,J uni 2 0 1 6 , ISSN: 2 3 5 4 - 7294 SULTAN OF TERNATE ISKANDAR DJABIR SYAH: FROM MALINO CONFERENCE TO BECOME THE MINISTER OF HOME AFFAIRS OF EASTERN INDONESIA STATE (NEGARA INDONESIA TIMUR/NIT) 1946-1950 Rustam Hasyim1 Program Doktor Ilmu-ilmu Humaniora Fakultas Ilmu Budaya UGM/ Dosen PKn FKIP Unkhair Ternate) [email protected] Abstract This study aims to reconstruct the political participation of Iskandar Djabir Syah (the 47th Sultan of Ternate) in the establishment of the State of Eastern Indonesia. The study focuses on outlining some political events involving Iskandar Djabir Syah such as the Malino and Denpasar conferences and becaming the Minister of Home Affairs of the Eastern Indonesia State for 1949 to 1950 periods. The method used in this paper is a heuristic method that is history, criticism, interpretation and historiography. The results showed that: (1) the participation of Sultan of Ternate Iskandar Djabir Syah in the unitary state started in the early independence of the Republic of Indonesia; it was characterized by conducting Malino and Denpasar conferences in 1946. The establishment of the Eastern Indonesia State became the political inspiration for Iskandar Djabir Syah to involve as the senate member of the Eastern Indonesia State/NIT representing North Maluku, as well as one of its designers. (2) As one of the leaders who agreed to the idea of van Mook to form a federalist country in the Malino and Denpasar conference, so that when the Eastern Indonesia State was formed, he was appointed as the Minister of Home Affairs in the cabinet of J.E.
    [Show full text]
  • Sahru Romadloni & Robit Nurul Jamil
    MODUL PENDIDIKAN PANCASILA SAHRU ROMADLONI & ROBIT NURUL JAMIL Sahru Romadloni Robit Nurul Jamil PENDIDIKAN PANCASILA i Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 8: Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atau Ciptaan Pasal 9: (1) Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan: a. Penerbitan Ciptaan; b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya; c. Penerjemahan Ciptaan; d. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan; e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya; f. Pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman Ciptaan; h. Komunikasi Ciptaan; i. Penyewaan Ciptaan. (2) Setiap Orang yang melaksanakan hak ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendapatkan izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. (3) Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara Komersial Ciptaan. Ketentuan Pidana Pasal 113: (1) Setiap Orang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau
    [Show full text]
  • Kata Pengantar
    KATA PENGANTAR Undang-Undang No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan mengamanatkan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) untuk melaksanakan pengelolaan arsip statis berskala nasional yang diterima dari lembaga negara, perusahaan, organisasi politik, kemasyarakatan dan perseorangan. Pengelolaan arsip statis bertujuan menjamin keselamatan dan keamanan arsip sebagai bukti pertanggungjawaban nasional dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Arsip statis yang dikelola oleh ANRI merupakan memori kolektif, identitas bangsa, bahan pengembangan ilmu pengetahuan, dan sumber informasi publik. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu pengolahan arsip statis, maka khazanah arsip statis yang tersimpan di ANRI harus diolah dengan benar berdasarkan kaidah-kaidah kearsipan sehingga arsip statis dapat ditemukan dengan cepat, tepat dan lengkap. Pada tahun anggaran 2016 ini, salah satu program kerja Sub Bidang Pengolahan Arsip Pengolahan I yang berada di bawah Direktorat Pengolahan adalah menyusun Guide Arsip Presiden RI: Sukarno 1945-1967. Guide arsip ini merupakan sarana bantu penemuan kembali arsip statis bertema Sukarno sebagai Presiden dengan kurun waktu 1945-1967 yang arsipnya tersimpan dan dapat diakses di ANRI. Seperti kata pepatah, “tiada gading yang tak retak”, maka guide arsip ini tentunya belum sempurna dan masih ada kekurangan. Namun demikian guide arsip ini sudah dapat digunakan sebagai finding aid untuk mengakses dan menemukan arsip statis mengenai Presiden Sukarno yang tersimpan di ANRI dalam rangka pelayanan arsip statis kepada pengguna arsip (user). Akhirnya, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pimpinan ANRI, anggota tim, Museum Kepresidenan, Yayasan Bung Karno dan semua pihak yang telah membantu penyusunan guide arsip ini hingga selesai. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa membalas amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara berikan.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
    1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Konferens Meja Bundar merupakan sebuah awal dari perjuangan Indonesia dalam berbangsa dan bernegara, tepatnya pada tanggal 27 Desember 1949, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia meskipun tidak sepenuhnya karena Irian atau Papua masih dibawah pengaruh kerajaan Belanda, namun pengakuan dari Belanda membuat Indonesia dapat bernafas sejenak selagi mempersiapkan masa depan Bangsa. Setelah pengakuan kedaulatan pemerintah mulai membangun bangsa yang lebih baik dengan meletakan pondasi negara. Sebagai awal membangun negara Indonesia menggunakan sistem demokrasi liberal yang sepenuhnya diadopsi dari demokrasi gaya barat dengan sistem pemerintahan parlementer, dalam masa demokrasi liberal ini perubahan konstitusi, dari konstitusi RIS ke Undang- Undang sementara serta merubah bentuk negara menjadi kesatuan, melakukan pemilihan umum. Namun masalah tidak hanya muncul dalam aspek politik saja, masalah ekonomi dan kesejahteraan masyarakat pun tidak sedikit memberikan masalah yang harus dipecahkan oleh pemeritah. Hutang yang ditanggung Indonesia dari perjanjian KMB sangat besar, serta pemulihan ekonomi pasca perang kemerdekaan perlu usaha yang ekstra. Selain masalah politik dan ekonomi, masalah muncul diri segi keamanan (Ricklefs, 2009, hlm. 949 ). Masalah keamanan muncul dengan berbagai dasar dan kepentingan. Masalah keamanan ini muncul dari kebijakan pemerintah serta dinamika politik Indonesia itu sendiri yang apakah itu ketidakadilan dalam melakukan kebijakan atau dalam hal berbeda pandangan dan ideologi dalam membangun sebuah negara. Salah satu contoh ancaman keamanan dari hasil Muhammad Azhari, 2017 SIKAP DAN PANDANGAN KOLONEL ALEX EVERT KAWILARANG TERHADAP PERJUANGAN RAKYAT SEMESTA, 1952-1961 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2 perjanjian KMB di Bandung yang takut posisi dan haknya tidak dipenuhi muncul dari bekas KNIL yang deikenal dengan gerakan APRA (angkatan Perang Ratu Adil) dipimpin oleh Westerling yang menebar terror pada pasukan divisi Siliwangi.
    [Show full text]
  • The Exodus of KNIL Soldiers from Maluku to the Netherlands in 1950S
    TAWARIKH: Journal of Historical Studies, Volume 12(2), April 2021 Published every October and April p-ISSN 2085-0980, e-ISSN 2685-2284 Journal of Historical Studies ABDUL HARIS FATGEHIPON The Exodus of KNIL Soldiers from Maluku to the Netherlands in 1950s ABSTRACT: The transition of power on 27 December 1949, resulted in a conflict between pro- Indonesian and pro-Dutch forces, namely the KNIL (Koninklijke Nederlands Indische Leger or the Royal Netherlands Indies Army). The group that was pro-Dutch, chose to exodus to the Netherlands. The research method used is historiography, the Author conducted interviews with ex-KNIL families in the second and third generations, interviews were conducted in the Netherlands. Researcher also conduct document and library research. Respondents of this study were the second and third generation of ex-KNIL families from Maluku who lived in the Netherlands since 1950s. The second and third generations of the Ex-KNIL family, see Indonesia as their ancestral land but they do not have the emotional ties as strong as the first generation. RMS (Republik Maluku Selatan or South Maluku Republic) for them is just their old man’s dream in the past, unrealistic for now. The love of the Maluku people for their country is manifested by helping the government in carrying out various positive activities. In Indonesia, they help develop health, education, and agriculture. Hopefully the dark story of RMS in the past will be a memory and lesson for current and future generations. KEY WORDS: Exodus; KNILSoldier; Maluku, Indonesia; Netherlands. INTRODUCTION On 27 December 1949, de jure Indonesia was recognized by the international community as an independent country, with a temporary constitution.
    [Show full text]
  • Jurnal Ilmu Budaya Sultan of Ternate Iskandar Djabir Syah
    1 | JURNAL ILMU BUDAYA V o l u m e 4 , N o m o r 1 , J uni 2 0 1 6 , ISSN : 2 3 5 4 - 7294 SULTAN OF TERNATE ISKANDAR DJABIR SYAH: FROM MALINO CONFERENCE TO BECOME THE MINISTER OF HOME AFFAIRS OF EASTERN INDONESIA STATE (NEGARA INDONESIA TIMUR/NIT) 1946-1950 Rustam Hasyim1 Program Doktor Ilmu-ilmu Humaniora Fakultas Ilmu Budaya UGM/ Dosen PKn FKIP Unkhair Ternate) [email protected] Abstract This study aims to reconstruct the political participation of Iskandar Djabir Syah (the 47th Sultan of Ternate) in the establishment of the State of Eastern Indonesia. The study focuses on outlining some political events involving Iskandar Djabir Syah such as the Malino and Denpasar conferences and becaming the Minister of Home Affairs of the Eastern Indonesia State for 1949 to 1950 periods. The method used in this paper is a heuristic method that is history, criticism, interpretation and historiography. The results showed that: (1) the participation of Sultan of Ternate Iskandar Djabir Syah in the unitary state started in the early independence of the Republic of Indonesia; it was characterized by conducting Malino and Denpasar conferences in 1946. The establishment of the Eastern Indonesia State became the political inspiration for Iskandar Djabir Syah to involve as the senate member of the Eastern Indonesia State/NIT representing North Maluku, as well as one of its designers. (2) As one of the leaders who agreed to the idea of van Mook to form a federalist country in the Malino and Denpasar conference, so that when the Eastern Indonesia State was formed, he was appointed as the Minister of Home Affairs in the cabinet of J.E.
    [Show full text]
  • Biografi-Daripada-Soeharto.Pdf
    pustaka-indo.blogspot.com BIOGRAFI DARIPADA SOEHARTO © all rights reserved Hak Cipta Dilindungi Undang‐Undang by: A. Yogaswara 215 hlm ISBN: 979‐222‐217‐0 Published by: MedPress Digital 2012 http://www.media‐pressindo.com [email protected] Undang-undang RI Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Ketentuan Pidana Pasal 72: 1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait Daftar Isi 1. “The Old Man Has Resigned” .............................................. 7 Kejatuhan yang Tak Diduga ..................................................... 10 Mengapa Soeharto Mundur? .................................................... 12 Keterlibatan Pihak Asing : “Kudeta Camdessus”.......................... 15 De Javu dalam Transisi Kekuasaan ........................................... 17 2. Asal Usul yang Penuh Misteri ............................................18 Masa Kecil Soeharto ............................................................... 19 Pindah ke Wuryantoro ............................................................ 21 Filosofi
    [Show full text]
  • 1 from National Sacrifice to Compensation Claims: Changing
    From national sacrifice to compensation claims: changing Indonesian representations of the Westerling massacres in South Sulawesi (1946-1947) Katharine McGregor Contact details School of Historical and Philosophical Studies Arts West Melbourne University Victoria, 3010 Tel. 03 83443379 [email protected] Biographical notes Katharine McGregor is a Senior Lecturer in Southeast Asian History in the School of Historical and Philosophical Studies at the University of Melbourne and an Australian Research Council Future Fellow for the project ‘Confronting historical injustice in Indonesia: memory and transnational human rights activism’ (FT130100957). She has published extensively on Indonesian historiography and memory debates. Her recent publications include ‘Memory studies and human rights in Indonesia’, Asian Studies Review, Vol. 37, No. 3, 2013, pp. 350–61: ‘Time, memory and historical justice: an introduction’, Time and Society, Vol. 21, No. 1, 2012, pp. 1-16 and The Contours of mass violence in Indonesia 1965-1968 (SEAP Series Singapore University Press, University of Hawaii Press and KITLV, Singapore, 2012) co-edited with Douglas Kammen. Katharine co-founded the Network for Historical Justice and Memory with Professor Klaus Neumann in 2011, and is co-editor with Jemma Purdey of the recently launched monograph series: Translating accounts of the 1965 mass violence in Indonesia. 1 2 From national sacrifice to compensation claims: changing Indonesian representations of the Westerling massacres in South Sulawesi (1946-1947) On 8 August 2013, the Dutch government agreed to pay compensation to the families of victims of massacres committed by Dutch troops in South Sulawesi in 1946-1947 and made an open apology for the crimes committed.
    [Show full text]
  • Andi Selle Dalam Pergolakan Bersenjata Di Sulawesi Selatan (1950-1964)
    Yupa: Historical Studies Journal, 1 (1), 2017: 26-37 ISSN: 2541-6960 Andi Selle dalam Pergolakan Bersenjata di Sulawesi Selatan (1950-1964) Sainal Abidin Guru Sejarah Sekolah Menengah Kejuruan Telkom Makassar [email protected] ABSTRACT This paper describes the background, role and impact of the involvement of Andi Selle in the throes of armed in South Sulawesi. This research is a descriptive-analytic nature by using the historical method through phases of heuristics, critique, interpretation, and historiography. The involvement of Andi Selle in the throes of armed caused by internal conflict on TNI. Andi Selle was involved in a series of conflicts with several parties from the time of independence until the period before independence. The upheaval affects ethnic hatred caused by acts of violence and the monopoly of trade in the region committed soldiers, so that hurt the people of Mandar. Keywords: Andi Selle, Armed Unrest, South Sulawesi. ABSTRAK Tulisan ini menjelaskan tentang latar belakang, peranan dan dampak keterlibatan Andi Selle dalam pergolakan bersenjata di Sulawesi Selatan. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan metode historis yang melalui tahapan heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Keterlibatan Andi Selle dalam pergolakan bersenjata disebabkan oleh konflik internal dalam tubuh TNI. Andi Selle terlibat dalam serangkaian konflik dengan beberapa pihak sejak masa sebelum kemerdekaan sampai periode kemerdekaan. Pergolakan tersebut berdampak pada kebencian etnis yang disebabkan oleh tindak kekerasan dan monopoli perdagangan di wilayah tersebut yang dilakukan prajuritnya, sehingga dianggap melukai hati rakyat Mandar. Kata Kunci: Andi Selle, Pergolakan Bersenjata, Sulawesi Selatan. PENDAHULUAN Selle bersama dengan pasukannya yang Dinamika militer di Indonesia, merupakan salah satu bagian sejarah khususnya di Sulawesi Selatan memiliki yang menarik untuk diperhatikan.
    [Show full text]