Andi Selle Dalam Pergolakan Bersenjata Di Sulawesi Selatan (1950-1964)
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Yupa: Historical Studies Journal, 1 (1), 2017: 26-37 ISSN: 2541-6960 Andi Selle dalam Pergolakan Bersenjata di Sulawesi Selatan (1950-1964) Sainal Abidin Guru Sejarah Sekolah Menengah Kejuruan Telkom Makassar [email protected] ABSTRACT This paper describes the background, role and impact of the involvement of Andi Selle in the throes of armed in South Sulawesi. This research is a descriptive-analytic nature by using the historical method through phases of heuristics, critique, interpretation, and historiography. The involvement of Andi Selle in the throes of armed caused by internal conflict on TNI. Andi Selle was involved in a series of conflicts with several parties from the time of independence until the period before independence. The upheaval affects ethnic hatred caused by acts of violence and the monopoly of trade in the region committed soldiers, so that hurt the people of Mandar. Keywords: Andi Selle, Armed Unrest, South Sulawesi. ABSTRAK Tulisan ini menjelaskan tentang latar belakang, peranan dan dampak keterlibatan Andi Selle dalam pergolakan bersenjata di Sulawesi Selatan. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan metode historis yang melalui tahapan heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Keterlibatan Andi Selle dalam pergolakan bersenjata disebabkan oleh konflik internal dalam tubuh TNI. Andi Selle terlibat dalam serangkaian konflik dengan beberapa pihak sejak masa sebelum kemerdekaan sampai periode kemerdekaan. Pergolakan tersebut berdampak pada kebencian etnis yang disebabkan oleh tindak kekerasan dan monopoli perdagangan di wilayah tersebut yang dilakukan prajuritnya, sehingga dianggap melukai hati rakyat Mandar. Kata Kunci: Andi Selle, Pergolakan Bersenjata, Sulawesi Selatan. PENDAHULUAN Selle bersama dengan pasukannya yang Dinamika militer di Indonesia, merupakan salah satu bagian sejarah khususnya di Sulawesi Selatan memiliki yang menarik untuk diperhatikan. Andi sisi menarik dan penting untuk diamati. Selle merupakan salah satu tokoh yang Persoalan yang dimaksud pernah tampil sebagai pejuang dalam berkaitan dengan perang kemerdekaan. Namun, ia memilih kepentingan politik yang untuk keluar dari Tentara Nasional memunculkan pertentangan dalam Indonesia dan melakukan gerilya. internal TNI. Sebagai contoh, tindakan Berdasarkan uraian di atas, tulisan ini pembangkangan yang dilakukan Andi berusaha untuk memaparkan beberapa 26 Andi Selle dalam Pergolakan Bersenjata di Sulawesi Selatan (1950-1964) 27 bagian dari Andi Selle. Pertama, Andi Selle salah satu sudut pandang dalam merupakan tokoh sentral di Pinrang menjelaskan terjadinya gerakan sosial. dalam perang pada masa kemerdekaan. Pada dasarnya, deprivasi relatif Namun, dalam perkembangannnya terjadi merupakan kondisi psikologis yang penentangan terhadap pemerintahan menguntungkan. Crosby menganggap yang sah, terutama pertentangannya bahwa deprivasi dapat diukur dari kondisi dengan Kolonel Andi Muhammad Jusuf psikologis seperti marah, tidak puas, yang menggantikan Brigjen Andi cemburu, putus asa, tidak bahagia dan Mattalatta, Panglima Kodam lain-lain. Namun demikian, mereka XIV Hasanuddin. Kedua, dalam memberikan catatan bahwa aspek menjalankan tugasnya di daerah Polewali- psikologis tersebut berhubungan dengan Mandar, Mamasa, Majene, dan Mamuju, deprivasi apabila berkaitan dengan Andi Selle banyak menimbulkan keadilan (Faturochman, 1998: 7). keresahan bagi masyarakat di daerah Teori Konflik tersebut. Kondisi sosial yang terjadi dalam Pendekatan teoritis yang juga lingkup masyarakat Mandar, memiliki digunakan dalam tulisan ini adalah teori kaitan dengan monopoli dagang yang konflik. Konsep ini dianggap mampu dijalankan. Ketiga, pada tahun 2003, membantu dalam melakukan beredar kabar di kalangan masyarakat, penyelidikan terhadap pergolakan terutama di kalangan pendukungnya pada bersenjata yang melibatkan Andi Selle di masa perang kemerdekaan dan masa Sulawesi Selatan. Sebagai makhluk gerilya, bahwa Andi Selle belum individu, manusia tidak dapat lepas dari meninggal dan dia muncul kembali di ketergantungan sejak lahir dan proses tengah-tengah masyarakat pada masa itu. perkembangannya, hingga proses menuju Keempat, penelitian-penelitian tentang kematian. Dalam dinamika kehidupan Andi Selle belum banyak mendapat masyarakat, semua difokuskan pada tempat dalam historiografi Indonesia. pemenuhan harkat dan martabat dalam kehidupan sosial. Interaksi sosial yang TINJAUAN PUSTAKA Teori Deprivasi dilakukan dalam kehidupan sehari-hari Relatif terkadang tidak sesuai dengan harapan, Teori yang dianggap membantu sehingga melahirkan konflik. Hal berbeda dalam mengamati dan menganalisis dikemukakan oleh Hebridge bahwa fenomena perlawanan ataupun konflik menggambarkan solidaritas, dan pemberontakan terhadap kondisi Negara para kritikus telah mempertukarkan satu adalah deprivasi relatif. Dalam teori-teori komunitas, wilayah, atau bangsa dengan ilmu sosial, deprivasi relatif merupakan yang lain terhadap lahirnya kelas sosial. Salah satunya adalah menggunakan 28 YUPA: HISTORICAL STUDIES JOURNAL, Tahun Pertama, Nomor 1, Januari 2017 subkultur yang didefinisikan sebagai berbeda pendapat walaupun sumber budaya yang tidak sepenuhnya dapat datanya sama. Namun, yang terpenting berdiri sendiri dan di dalam budaya yang adalah sumbernya jelas dan dapat lebih besar (Burke, 2015: 183). dilakukan pengecekan kebenarannya. Historiografi merupakan tahap akhir METODE PENELITIAN dari seluruh rangkaian metodologi Tulisan ini merupakan penelitian penulisan sejarah. Pada tahap ini, realitas sejarah dengan menggunakan pendekatan sejarah dipahami sesuai dengan semua deskriptif analitis yang memberikan yang terjadi, sehingga dapat mengisahkan penekanan pada aspek kronologis tentang “Peranan Andi Selle dalam terhadap peranan Andi Selle dalam Pergolakan Bersenjata di Sulawesi pergolakan bersenjata di Sulawesi Selatan Selatan: 1950-1964”. (1950-1964). Tulisan ini berusaha menggambarkan tentang peran Andi Selle PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Peranan Andi Selle dalam Organisasi dalam pergolakan bersenjata dilakukan di Kelaskaran BPRI Suppa Sulawesi Selatan, khususnya di Kabupaten Kemerdekaan RI diproklamasikan di Pinrang. Jakarta oleh Soekarno Hatta tanggal 17 Langkah pertama yang dilakukan Agustus 1945 dan berita tersebut dengan dalam metode penelitian sejarah yaitu cepat menyebar ke seluruh pelosok Tanah pengumpulan data (heuristik). Teknik Air. Kegembiraan rakyat akan pengumpulan data yang digunakan dalam kemerdekaan itu diwujudkan dengan tulisan ini adalah studi kepustakaan pengibaran bendera Merah Putih, sebagai (library reseach). Pengumpulan data juga bentuk kecintaan mereka terhadap dilakukan dengan cara wawancara, Indonesia yang sekian lama dijajah oleh dokumentasi dan pengkajian arsip. bangsa asing, terutama Belanda dan Data yang diperoleh pada tahap Jepang. Berita kemerdekaan juga tersebar heuristik masih diragukan validitasnya. di daerah Sulawesi Selatan hingga ke Oleh karena itu, perlu dilakukan kritik daerah-daerah pedalaman. Di daerah sumber. Setiap sumber memiliki aspek Parepare dihimpun kekuatan dari eksteren dan interen. Aspek eksteren berbagai golongan, tak terkecuali berkaitan dengan validitas sumber yang keterlibatan para pemuda. Bendera Merah dibutuhkan, sedangkan aspek interennya Putih dikibarkan di berbagai daerah, tidak berkaitan dengan apakah sumber sesuai terkecuali di daerah Suppa. dengan yang dibutuhkan atau tidak. Dalam upaya mencegah gangguan Setelah data dikritik sumbernya, susulan di pihak penjajah, Andi Selle selanjutnya dilakukan interpretasi data. mengerahkan seluruh rakyat di Alitta Dalam interpretasi, seorang peneliti bisa Andi Selle dalam Pergolakan Bersenjata di Sulawesi Selatan (1950-1964) 29 untuk berangkat menuju Suppa dalam internal TNI. Di satu sisi, reorganisasi dan rangka mempertahankan kemerdekaan rasionalisasi dilakukan untuk RI. Wadah perjuangan pun dibentuk meminimalisir keuangan negara di awal dengan nama Badan Pemberontak kemerdekaan, termasuk biaya hidup Republik Indonesia (BPRI), sesuai dengan tentara. Kebijakan tersebut justru sikap mereka yang lebih tegas dalam merugikan laskar pejuang kemerdekaan melakukan pemberontakan terhadap yang tidak diikutsertakan sebagai TNI. penjajah Belanda (Pawiloy, 1989: 167). Persoalan rasionalisasi pada dasarnya BPRI Suppa dalam perkembangannya berawal dengan adanya silang pendapat mengalami perubahan arti menjadi Badan yang terjadi di Markas Besar Angkatan Penunjang Republik Indonesia dan Darat di Jakarta tentang profil TNI. berpusat di Dolangan. BPRI Suppa Syarat menjadi anggota tentara dibentuk pada pertengahan September nasional seperti yang diperdebatkan pada 1945 dan dipimpin langsung oleh Datu Mabes AD ialah bekas pejuang yang tidak Suppa Andi Abdullah Bau Massepe dan buta huruf. Hal ini dianggap bertentangan sebagai wakilnya diserahkan kepada Andi dengan kondisi gerilyawan kemerdekaan Selle yang sebelumnya pernah menjadi Sulawesi termasuk pimpinan Kahar Koordinator Pemuda Suppa. Dalam Muzakkar ataupun yang tergabung organisasi tersebut juga bergabung Andi dibawah komando Andi Selle. (Paeni, Arsyad, La Bangnga, Ambo Siraje, Ambo 1992). Komandan Batalion 710 merasa Nonci, dan Pettana Rajeng (Kila, 1996). dirugikan dengan kebijakan tersebut, Meskipun demikian, yang bertindak sebab anak buahnya kebanyakan tidak sebagai pimpinan dalam BPRI Suppa lebih pernah mengenyam pendidikan, sehingga banyak dikendalikan oleh Andi Selle. Andi memicu pembangkangan Andi Selle Abdullah Bau Massepe disibukkan dengan terhadap setiap perintah atasan demi berbagai urusan kedatuan, sebab waktu