Nation Building

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Nation Building KAMUS SEJARAH INDONESIA NATION FORMATION JILID I KAMUS SEJARAH INDONOESIA NATION FORMATION JILID I KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 2017 KAMUS SEJARAH INDONOESIA JILID II NATION BUILDING PENGARAH Hilmar Farid (Direktur Jenderal Kebudayaan) Triana Wulandari (Direktur Sejarah) NARASUMBER Suharja, Amurwani Dwi Lestariningsih, Abdurahman, Didik Pradjoko EDITOR Susanto Zuhdi, Nursam PEMBACA UTAMA Taufik Abdullah PENULIS Budi Harjo Sayoga, Dirga Fawakih Isak Purba, Martina Safitry Raisye Soleh Haghia TATA LETAK DAN GRAFIS M. Abduh, Kurniawan SEKRETARIAT DAN PRODUKSI Tirmizi, Isak Purba, Bariyo, Haryanto, Maemunah, Dwi Artiningsih Budi Harjo Sayoga, Esti Warastika, Martina Safitry, Dirga Fawakih PENERBIT Direktorat Sejarah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jalan Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Tlp/Fax: 021-5725042017 ISBN 978-602-1289-77-8 KATA PENGANTAR DIREKTUR SEJARAH Kesulitan yang seringkali ditemukan guru sejarah dalam proses pembelajaran adalah munculnya istilah-istilah kesejarahan yang sulit dan tidak ditemukan penjelasannya dalam buku teks pelajaran sejarah. Ketiadaan penjelasan atau penjelasan yang tidak komprehensif dalam buku teks menjadi salah satu penghambat bagi guru dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, diperlukan buku kamus yang memuat daftar informasi kesejarahan yang dapat memudahkan guru khususnya dan umumnya masyarakat luas dalam mencari istilah-istilah sulit yang kerap ditemukan dalam pembelajaran sejarah. Berangkat dari permasalahan tersebut, Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggagas penyusunan kamus sejarah Indonesia. Penyusunan kamus ini bertujuan untuk memudahkan akses informasi kesejarahan sulit yang kerap muncul dalam teks-teks buku pelajaran sejarah, sehingga dapat menunjang kegiatan pembelajaran di dalam kelas khususnya. Kamus sejarah ini terdiri dari dua jilid buku, masing- masing jilid memuat informasi kesejarahan yang meliputi nama tokoh, peristiwa dan istilah yang disusun secara alfabetis, ringkas dan padat. Jilid I memuat daftar informasi kesejarahan pada kurun waktu 1900 – 1950, yakni pada masa pembentukan negara (nation formation). Jilid II memuat daftar informasi kesejarahan pada kurun waktu 1951 – 1998, yakni pada masa pembangunan negara (nation building). Dengan buku ini guru sejarah khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya diharapkan dapat mengakses berbagai informasi kesejarahan dengan mudah, cepat dan tepat. Selain itu, buku ini berperan sebagai pintu gerbang penyaji informasi awal dalam memahami sejarah Indonesia. Penyusunan buku ini tidak lepas dari berbagai kesilapan. Oleh karena itu, saran dan masukan dari para pembaca sangat membantu dalam proses penulisan yang lebih baik kedepannya. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh elemen yang terlibat dalam penyusunan kamus sejarah Indonesia Jilid I dan II ini. Kepada tim penulis, tim editor dan tim sekretariat yang tidak lelah dalam menyajikan penulisan sejarah yang baik. Kami berharap buku ini dapat memudahkan para guru sejarah dalam peroses pembelajaran di sekolah. Dan lebih luas lagi, kami berharap buku ini bermanfaat bagi masyarakat luas sebagai bahan acuan awal dalam mempelajari sejarah Indonesia. Direktur Sejarah Triana Wulandari KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL KEBUDAYAAN Pada 17 September 1901, Ratu Wilhelmina yang baru saja naik tahta menegaskan dalam pidato pembukaan parlemen Belanda bahwa pemerintah kolonial Belanda mempunyai panggilan moral dan hutang budi terhadap bangsa bumiputera di Hindia Belanda. Ratu Wilhelmina mengejawantahkan panggilan moral tersebut ke dalam kebijakan politik etis yang kemudian diwujudkan dalam program Trias van Deventer yang meliputi irigasi, imigrasi dan edukasi. Selama masa pembentukan dan pembangunan bangsa, muncul banyak tokoh bangsa yang berjasa besar dalam mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka. Berbagai peristiwa besar dilewati oleh bangsa yang sedang menjajaki kemapanannya. Hal inilah yang bukan saja penting untuk diingat, tapi juga penting untuk dicatat dalam historiografi nasional, agar kemudian generasi masa kini dan akan datang memahami bahwa bangsa ini dibentuk dan dibangun tidak secara serta merta, namun dengan pengorbanan panjang yang menguras tenaga, pikiran dan materi. Oleh karena itu, pemahaman terhadap sejarah bangsa berperan penting sebagai pemantik tumbuhnya kesadaran nasional yang akan terwujud dalam sikap cinta tanah air. Penyusunan dua jilid kamus ini bukan saja sebagai upaya pengarsipan sejarah nasional, namun lebih dari itu, dengan kamus ini diharapkan guru, siswa dan masayarakat luas dapat memetik pelajaran dari sejarah perjalanan bangsa yang pada akhirnya berimplikasi pada terbentuknya generasi yang tidak hanya cerdas tapi juga berkarakter. Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DIREKTUR SEJARAH .............................. i KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL KEBUDAYAAN .... iv DAFTAR ISI .......................................................................... vii A .......................................................................................... 1 B .......................................................................................... 39 C .......................................................................................... 49 D .......................................................................................... 53 E .......................................................................................... 62 F .......................................................................................... 65 G .......................................................................................... 69 H .......................................................................................... 75 I ........................................................................................... 85 J ........................................................................................... 100 K .......................................................................................... 106 L .......................................................................................... 140 M ......................................................................................... 151 N .......................................................................................... 187 O.......................................................................................... 193 P,Q ...................................................................................... 200 R .......................................................................................... 250 S .......................................................................................... 260 T .......................................................................................... 298 U .......................................................................................... 309 V .......................................................................................... 314 W ......................................................................................... 315 X .......................................................................................... 323 Y .......................................................................................... 324 Z .......................................................................................... 326 DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 327 NATION BUILDING (1951-1998) -A- Abdoel Gaffar Pringgodigdo. Menteri Kehakiman Indonesia dari 21 Januari-6 September 1950, lahir di Bojonegoro, 21 Agustus 1904 dan wafat 1988. Pendidikannya dilalui di Europeech Lagere School (1911-1918), Hogere Burger Shool (selesai 1923), dan melanjutkan ke Leiden. Abdoel Gaffar lulus pada 1927 sebagai sarjana hukum dengan gelar Meester in de Rechten (Mr.). Ketika kembali dari sekolah di negeri Belanda, ia bekerja di tanah air sebagai juru tulis, menjadi wedana Karang Kober di bagian timur Kabupaten Purbalinga. Menjelang akhir masa pendudukan Belanda di Indonesia, Pringgodingdo menjadi sekretaris Badan Penyelidik Badan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Rajiman Wedyonigrat, Ketua BPUPKI). A.G Pringgodingdo menjadi anggota panitia lima, yang bertanggung jawab atas perumusan Pancasila. Setelah kemerdekaan, Pringgodingdo bertugas sebagai sekretaris negara di bawah Presiden Sukarno sampai Januari 1950. Ketika Agresi Militer Belanda II, Pringodingdo juga ditanggap dan dibuang bersama pemimpin Indonesia lainnya. Menjadi menteri kehakiman dari (21 Januari-6 September 1960) mewakili Masyumi. Setelah pensiun dari politik, Pringgodigdo menjadi pengajar. Dia mulai sebagai dosen besar luar biasa di Universitas Gadjah Mada, mengajar ilmu hukum. Lalu pindah ke Surabaya dan mengajar di Universitas Airlangga, dan akhirnya menjadi 1 KAMUS SEJARAH INDONESIA JILID II dekan pertama dari Fakultas Hukum Universitas Airlangga, (1953-1954). Dia lalu menjabat sebagai Presiden Universitas Airlangga (November 1954-September 1961). Ia bertugas sebagai Rektor Universitas Airlangga dalam waktu yang tak lama karena pindah ke Universitas Hasanuddin Makassar. Di kampus baru ini, ia pun menjabat sebagai Rektor Universitas Hasanuddin. Selesai menjalankan tugas selama satu periode sebagai Presiden Universitas Hasanuddin, Pringgodigdo kembali ke Surabaya dan mengajar di IKIP Surabaya. Pringgodigdo juga merupakan pendiri Sekolah Tinggi Ilmu Hukum bersama Kho Siok Hie dan Oey Pek Hong.
Recommended publications
  • A Review of Thee Kian Wie's Major
    Economics and Finance in Indonesia Vol. 61 No. 1, 2015 : 41-52 p-ISSN 0126-155X; e-ISSN 2442-9260 41 The Indonesian Economy from the Colonial Extraction Period until the Post-New Order Period: A Review of Thee Kian Wie’s Major Works Maria Monica Wihardjaa,∗, Siwage Dharma Negarab,∗∗ aWorld Bank Office Jakarta bIndonesian Institute of Sciences (LIPI) Abstract This paper reviews some major works of Thee Kian Wie, one of Indonesia’s most distinguished economic historians, that spans from the Colonial period until the post-New Order period. His works emphasize that economic history can guide future economic policy. Current problems in Indonesia were resulted from past policy failures. Indonesia needs to consistently embark on open economic policies, free itself from "colonial period mentality". Investment should be made in rebuilding crumbling infrastructure, improving the quality of health and education services, and addressing poor law enforcement. If current corruption persists, Indone- sia could not hope to become a dynamic and prosperous country. Keywords: Economic History; Colonial Period; Industrialization; Thee Kian Wie Abstrak Tulisan ini menelaah beberapakarya besar Thee Kian Wie, salah satu sejarawan ekonomi paling terhormat di Indonesia, mulai dari periode penjajahan hingga periode pasca-Orde Baru. Karya Beliau menekankan bahwa sejarah ekonomi dapat memberikan arahan dalam perumusan kebijakan ekonomi mendatang. Permasalahan yang dihadapi Indonesia dewasa ini merupakan akibat kegagalan kebijakan masa lalu. In- donesia perlu secara konsisten menerapkan kebijakan ekonomi terbuka, membebaskan diri dari "mentalitas periode penjajahan". Investasi perlu ditingkatkan untuk pembangunan kembali infrastruktur, peningkatan kualitas layanan kesehatan dan pendidikan, serta pembenahan penegakan hukum. Jika korupsi saat ini berlanjut, Indonesia tidak dapat berharap untuk menjadi negara yang dinamis dan sejahtera.
    [Show full text]
  • Beberapa Tahun Belakangan, Konstelasi Politik DKI Jakarta Memanas. Tahun 2007 Merupakan Tahun Dimulainya Pemilihan Gubernur
    Jurnal PolGov Vol. I No. 1, 2019 35 Gubernur DKI Jakarta Dipilih Presiden: Sebuah Wacana yang Patut Dipertimbangkan Agung Wicaksono1 Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mempertimbangkan wacana pemilihan gubernur DKI Jakarta oleh presiden. Wacana ini bisa dianggap sebagai jalan keluar dari kegaduhan politik yang ditimbulkan akibat pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta. Pilgub DKI Jakarta bermuara pada iklim politik yang tidak sehat. Polarisasi masyarakat semakin menguat dan itu tidak hanya terjadi di DKI Jakarta tetapi seluruh pelosok negeri. Masyarakat yang secara politik tidak terkait dengan DKI Jakarta pun turut ambil bagian dalam memanaskan situasi politik. Instabilitas politik di DKI Jakarta bisa berdampak pada instabilitas ekonomi. Tulisan ini berusaha menelaah wacana pemilihan gubernur DKI Jakarta oleh presiden dengan menggunakan konsep desentralisasi asimetris. Ada dua mekanisme yang bisa digunakan, yakni mekanisme “minimum demokrasi prosedural” dan “zero demokrasi prosedural”. Studi literatur digunakan untuk menyintesiskan data-data dan argumentasi yang dibangun oleh penulis. Harapannya, tulisan ini bisa memberikan pemikiran dan alternatif baru dalam khazanah ilmu politik, khususnya dalam kajian mengenai pemilihan kepala daerah. Kata Kunci: DKI Jakarta; Pilkada; Desentralisasi Asimetris Pendahuluan Beberapa tahun belakangan, konstelasi politik DKI Jakarta memanas. Tahun 2007 merupakan tahun dimulainya pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta secara langsung oleh rakyat.2 Kemudian, 1 Penulis adalah dosen pada Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Islam Riau 2 Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2007 Jakarta hanya diikuti oleh dua pasangan, yakni Fauzi Bowo-Prijanto dan Adang Daradjatun-Dani Anwar. Dari tiga pilgub yang telah terjadi di Jakarta pasca dipilih langsung oleh rakyat (2007, 2012, dan 2016), pilgub ini tergolong lebih minim gejolak. Pilgub ini dimenangkan oleh Fauzi Bowo-Prijanto dengan mendapat suara sebesar 57,87%.
    [Show full text]
  • Stud Y Guide
    INTRODUCTION N SEPTEMBER 30TH, 1965, an unsuccessful Ocoup d’état triggered a series of events that have decided the course of Indonesia’s history to this very day. The leadership of President Sukarno, the man who led Indonesia to independence in NICK WILSON h 1949, was undermined, and the ascendancy of his successor, Suharto, was established. The orientation of this new nation, an amalgamation of peoples of dis- parate religions and languages living across a huge archipelago, was to change from fragile de- mocracy and neutral alignment (dependent upon balancing the GUIDE competing infl uences of Com- munism, Western colonialism, and a power-hungry army) to a military dictatorship aligned with the West. STUDY ISSUE 29 AUSTRALIAN SCREEN EDUCATION ABOVE: RICE FARMERS, CENTRAL JAVA 1 THE FAILED COUP TRIGGERED a or since, but now a full and frank ac- were part of a broader response to terror campaign, led by General Su- count of the slaughter of hundreds of events in South-East Asia. The Viet- harto. This culminated in the deposing thousands of people can be given. The nam War was escalating in 1965, and of Sukarno and the establishment of fi lm even explains some of the reasons the anti-Communist West decided Suharto’s New Order in 1966. At least for the West’s silence. that President Sukarno’s power de- fi ve hundred thousand people and pended upon Communist sup- perhaps as many as one million port. His removal from power and were killed during this period in replacement with an acceptable, purges organized by the military anti-Communist leader became a in conjunction with civilian militias.
    [Show full text]
  • Tugas Akhir Pengaruh U – Turn (Putar Balik Arah) Terhadap Kinerja Arus Lalu – Lintas Ruas Jalan Raden Eddy Martadinata Kota Samarinda
    TUGAS AKHIR PENGARUH U – TURN (PUTAR BALIK ARAH) TERHADAP KINERJA ARUS LALU – LINTAS RUAS JALAN RADEN EDDY MARTADINATA KOTA SAMARINDA Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Strata Satu ( S1 ) Di Ajukan Oleh : Lalu Aditiya Mardinata NPM. 09.11.1001.7311.138 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha untuk meminimalisir permasalahan pergerakan Lalu lintas, khususnya terhadap keamanan dan kenyamanan pada ruas jalan dapat dilakukan dengan pembuatan median. Median sebagai bagian dari geometrik jalan adalah suatu pemisah fisik jalur lalu lintas yang berfungsi untuk menghilangkan konflik lalu lintas dari arah yang berlawanan, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan keselamatan lalu lintas. Dalam perencanaan median disediakan pula bukaan median yang memungkinkan kendaraan merubah arah perjalanan berupa gerakan putar balik arah atau diistilahkan sebagai gerakan u – turn. Gerakan u – turn Jauh lebih rumit dengan gerakan belok kanan atau belok kiri, karena kemampuan manuver kendaraan umumnya dibatasi oleh lebar badan jalur, lebar median dan bukaannya, serta arus lalu lintas yang ada pada jalur yang searah maupun jalur berlawanan arah yang menjadi tujuan dari kendaraan u – turn. Salah satu pengaruh ketika melakukan gerak u – turn yaitu terhadap kecepatan kendaraan dimana kendaraan akan melambat atau berhenti. Perlambatan ini akan mempengaruhi arus lalu lintas pada arah yang sama. Pada kendaraan tertentu, untuk melakukan gerak u – turn tidak bias secara langsung melakukan perputaran dikarenakan kondisi kendaraan yang tidak memiliki radius perputaran yang cukup, sehingga akan menyebabkan kendaraan lain akan terganggu bahkan berhenti baik dari arah yang sama maupun dari arah yang berlawanan yang akan dilalui.
    [Show full text]
  • 23 Populasi MIGRATION, ETHNICITY and LOCAL
    Populasi Volume 24 Nomor 2 2016 Halaman 23-36 MIGRATION, ETHNICITY AND LOCAL POLITICS: THE CASE OF JAKARTA, INDONESIA Aulia Hadi and Riwanto Tirtosudarmo Research Center for Society and Culture, Indonesian Institute of Sciences Correspondence: Aulia Hadi (email: [email protected]) Abstract As the capital city of a country with the world’s fourth largest population, Jakarta, like many other big cities in the developing economies, for example, Mexico City or New Delhi, hosts migrants from all regions of the country. Without a doubt, Jakarta has increasingly become the major core of the agglomeration processes transforming it and its satellite cities into a Mega Urban Region (MUR). This paper traces historically the interactions between migration, ethnicities and local politics in Jakarta from the 1960s to the 2000s focusing on the latest development, in which the phenomenon ‘Ahok’, the nickname of Basuki Tjahaja Purnama, a Chinese-Christian from the small district of Belitung, has become an increasingly popular Governor of Jakarta. The paper argues that through the recent developments in Jakarta the politics have apparently been transformed into more civic, rather than ethnic politics. The nature of Jakarta as a proliferating migrant city transcends narrow cultural identities as well as conventional party politics into a more active citizenry through the widespread use of social media. Keywords: migration, ethnicity, local politics, new media Introduction had already started in the 17th century. Because of the low number of inhabitants, the Government of the Dutch East Indies The interconnection between migration, encouraged people to move to Batavia1 to ethnicity and politics has been thoroughly meet its labour needs.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah Intelektual Di Indonesia Ketika “ Bahasa” Ditemukan Atau Ketika “Bahasa “
    BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah Intelektual di Indonesia ketika “ bahasa” ditemukan atau ketika “bahasa “ menemukan penuturnya, maka saat itulah dengan sendirinya hadir seorang Intelektual atau sekelompok orang intelegensia yang bisa disebut cendikiawan, artinya sebelum masuknya istilah Intelektual di Indonesia pada dasarnya di Indonesia sudah ada Intelektual. Istilah intelektual Muslim mulai di kenal sejak Syarekat Dagang Islam (SDI) muncul pada tahun 1905 dan SI pada 1911. Kehadiran Intelektual Muslim Indonesia dapat di rasakan pada era tahun 60-an, saat itu Indonesia mengalami booming para sarjana Muslim yang berasal dari alumni Jong Islamieten Bond ( JIB), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pelajar Islam Indonesia (PII). Sehingga kehidupan intelektual seperti tradisi diskusi, kepenulisan buku, seminar mulai berkembang di indonesia. Lafran pane terilhami oleh hasrat intelektual Muslim generasi terdahulu yang telah mendirikan organisasi-organisasi seperti Jong Islamieten Bond atau JIB pada 1925 dan Student Islamieten Studiclub atau SIS pada 1934. Lafran Pane berasal dari kampung Pangurabaan, kecamatan Sipirok- Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Lafran Pane adalah anak keluarga Sutan Pangurabaan Pane, ayahnya Sutan Pangurabaan Pane termasuk salah seorang pendiri Muhammadiyah di Spirok pada 1921. Kakeknya adalah seorang ulama bernama Syekh Badurrahman. Lafran adalah adik dari sastrawan dan seniman terkenal yaitu 1 Sanusi Pane dan Armijn Pane. Lafran yang saat itu merupakan mahasiswa ketua III Senat di sekolah Tinggi Islam di Yogyakarta, dan pada saat itu Lafran masih bersatus sebagai pengurus Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY). Kota Yogyakarta sebagai Ibu Kota Indonesia dikenal dengan “kota Pelajar”. Namun akibat dari penjajahan Belanda dunia pendidikan dan kemahasiswaan di Indonesia telah dipengaruhi unsur-unsur dan sistem pendidikan Barat yang mengarah kepada kurangnya ilmu agama pada setiap kehidupan manusia.
    [Show full text]
  • Pergolakan Andi Azis Di Makassar
    PERGOLAKAN ANDI AZIS DI MAKASSAR Bustan Buhari Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar (UNM) E-mail: [email protected] Abstract Andi Azis was born in Barru, South Sulawesi 19 September 1924. He had attended Europe Leger School but was not finished. Andi Azis was later taken by a Dutch Resident Assistant Resident to the Netherlands. Andi Aziz by many people is believed to be a member of the military with a good person but in the scale of military unity KNIL in South Sulawesi itself more inclined as a puppet. Colonel Schotborg and Sumokil are the main controllers of KNIL force in Makassar City. When the Andi Aziz rebellion in Makassar, to anticipate the RIS Government in Jakarta has formed a joint forces Expedition East Indonesia. These troops consist of battalions from West Java, Central Java and East Java supported and Police. Commander of the Command appointed Colonel Kawilarang Panglima. Keyword: Upheval, Andi Azis, Makassar. Abstrak Andi Azis dilahirkan di Barru, Sulawesi Selatan 19 September 1924. Beliau pernah sekolah di Europe Leger School namun tidak sampai tamat. Andi Azis kemudian dibawa oleh seorang pensiunan Asisten Residen bangsa Belanda ke negeri Belanda. Andi Aziz oleh banyak kalangan diyakini sebagai anggota militer dengan pribadi yang baik. Namun dalam skala kesatuan militer KNIL di Sulawesi Selatan dirinya lebih condong sebagai boneka. Kolonel Schotborg dan Sumokil adalah pengendali utama kekuatan KNIL di Kota Makassar. Ketika berlangsung pemberontakan Andi Aziz di Makassar, untuk mengantisipasinya Pemerintah RIS di Jakarta telah membentuk pasukan gabungan Expedisi Indonesia Timur. Pasukan ini terdiri dari batalyon dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur didukung dan Kepolisian.
    [Show full text]
  • Gaya Komunikasi Pemimpin Di Media
    GAYA KOMUNIKASI PEMIMPIN DI MEDIA (Analisis Semiotika Gaya Komunikasi Basuki Tjahaja Purnama “ Ahok” Dalam Tayangan Mata Najwa On Stage “ Semua Karena Ahok “ Di Metro TV) SKRIPSI MAWADDATUR RAHMAH 130904145 Program Studi Jurnalistik UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI MEDAN 2018 i Universitas Sumatera Utara GAYA KOMUNIKASI PEMIMPIN DI MEDIA (Analisis Semiotika Gaya Komunikasi Basuki Tjahaja Purnama “ Ahok” Dalam Tayangan Mata Najwa On Stage “ Semua Karena Ahok “ Di Metro TV) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara MAWADDATUR RAHMAH 130904145 Program Studi Jurnalistik DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 ii Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Mawaddatur Rahmah NIM : 130904145 Departemen : Ilmu Komunikasi Judul Skripsi : GAYA KOMUNIKASI PEMIMPIN DI MEDIA (Analisis Semiotika Gaya Komunikasi Basuki Tjahaja Purnama “Ahok” Dalam Tayangan Mata Najwa On Stage “Semua Karena Ahok” Di Metro TV) Dosen Pembimbing Ketua Departemen Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos, M.Si Dra.Dewi Kurniawati, M.Si. Ph.D NIP.198011072006042002 NIP. 196505241989032001 Dekan FISIP USU Dr. Muryanto Amin, M.Si NIP. 197409302005011002 ii Universitas Sumatera
    [Show full text]
  • National Heroes in Indonesian History Text Book
    Paramita:Paramita: Historical Historical Studies Studies Journal, Journal, 29(2) 29(2) 2019: 2019 119 -129 ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825 DOI: http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v29i2.16217 NATIONAL HEROES IN INDONESIAN HISTORY TEXT BOOK Suwito Eko Pramono, Tsabit Azinar Ahmad, Putri Agus Wijayati Department of History, Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Semarang ABSTRACT ABSTRAK History education has an essential role in Pendidikan sejarah memiliki peran penting building the character of society. One of the dalam membangun karakter masyarakat. Sa- advantages of learning history in terms of val- lah satu keuntungan dari belajar sejarah dalam ue inculcation is the existence of a hero who is hal penanaman nilai adalah keberadaan pahla- made a role model. Historical figures become wan yang dijadikan panutan. Tokoh sejarah best practices in the internalization of values. menjadi praktik terbaik dalam internalisasi However, the study of heroism and efforts to nilai. Namun, studi tentang kepahlawanan instill it in history learning has not been done dan upaya menanamkannya dalam pembelaja- much. Therefore, researchers are interested in ran sejarah belum banyak dilakukan. Oleh reviewing the values of bravery and internali- karena itu, peneliti tertarik untuk meninjau zation in education. Through textbook studies nilai-nilai keberanian dan internalisasi dalam and curriculum analysis, researchers can col- pendidikan. Melalui studi buku teks dan ana- lect data about national heroes in the context lisis kurikulum, peneliti dapat mengumpulkan of learning. The results showed that not all data tentang pahlawan nasional dalam national heroes were included in textbooks. konteks pembelajaran. Hasil penelitian Besides, not all the heroes mentioned in the menunjukkan bahwa tidak semua pahlawan book are specifically reviewed.
    [Show full text]
  • Page : Date : Time : 02/04/2018 15:20:43 1 AS AT
    PT CAPITALINC INVESTMENT TBK REGISTER OF SHAREHOLDERS Date : 02/04/2018 MENARA JAMSOSTEK, MEN.SELATAN LT.10 DAFTAR PEMEGANG SAHAM Time : 15:20:43 SORT BY : NAME Page : 1 JL.JEND. GATOT SUBROTO NO. 38 AS AT : 31/03/2018 Total Share Issued : 31,842,082,852 Seq. Ledger Shareholder Name & GroupTotal Share Participant Name Persentase No. No. Shareholder Address Status Total SKS Citizenship 1 80002546-7 A DANOL DEWANTOJ9 65,000 YJ 0.0002 JL.KELAPA TIGA NO.22 IND 0 PT Lotus Andalan Sekuritas RT004/006 KEL.LENTENG AGUNG INA KEC.JAGAKARSA 2 80003142-0 A TIE J9 100,000 YU 0.0003 JL.SETIABUDI NO.21 IND 0 PT. CIMB SECURITIES INDONESIA RT008 RW004 KEL. LUBUK PAKAM PEKAN INA KEC. LUBUK PAKA 3 80000670-1 A YOSPANTOROJ9 85,000 CP 0.0003 CITRA VILLA BLOK K 18 NO.13 RT.007 IND 0 PT VALBURY ASIA SECURITIES RW.028 KEL.MANGUNJAYA KEC.TAMBUN INA SELATAN 4 00004882-4 A'AN HERNAWANJ2 30 0.0000 JL. SAWAH LIO II DLM RT.010/008 IND 6 JAKARTA BARAT INA 5 80001906-8 A. HARRISUSANTOJ9 30,030 OD 0.0001 JL. KEAMANAN NO 32 RT 002 RW 005 IND 0 PT DANAREKSA SEKURITAS KEL PONDOK BAMBU KEC DUREN SAWIT INA 6 80001968-8 A. SAWERIGADINGJ9 100 PC 0.0000 JL. A. MAKKASAU, RT.002/RW.001 IND 0 PT PAC SEKURITAS INDONESIA INA 7 80000540-7 A. ZAENAL ABIDINJ9 681,900 CC 0.0021 DS. PEKALONGAN RT 003 RW 002, IND 0 PT MANDIRI SEKURITAS PEKALONGAN, WINONG INA 8 80000078-9 A.A GEDE ARI SUDHANA DALEMJ9 20,000 AI 0.0001 JL.PADANG GALERIA II/123 DPS PADANG IND 0 PT UOB KAY HIAN SECURITIES SUMBU TENGAH KEL.PADANGSAMBIAN INA KELOD KEC.DENPASAR 9 80001723-1 A.A ISTRI MANIK NOVITA DEWIJ9 20,000 NI 0.0001 LINGK./BR UMA KAPAL IND 0 PT BNI SECURITIES KAPAL MENGWI INA 10 80002018-5 A.K.PRAHASTA SAMIAJI, ST.MSCJ9 200,000 PD 0.0006 JLN AGUNG JAYA 3 BLOK D ID/5 RT.
    [Show full text]
  • Dinaspu Report Renja
    RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PERANGKAT DAERAH TAHUN 2021 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN 2022 KOTA JAMBI NAMA PERANGKAT DAERAH : DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG Rencana Tahun 2021 Prakiraan Maju Rencana Tahun 2022 Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan Indikator kode Daerah dan Program/Kegiatan Kinerja Program /Kegiatan Catatan Penting Target Capaian Kebutuhan Dana/Pagu Target Capaian Kinerja Kebutuhan Dana/ Lokasi Sumber Dana Kinerja Pagu Indikatif 1.01.03.01.01 Program Pelayanan Administrasi dan Sarana Prasarana Perkantoran 1.01.03.01.01.01 Penyediaan Jasa Surat Menyurat dan 52,500,000 APBDKOTA 55,125,000 Perizinan 1.01.03.01.01.02 Penyediaan Jasa dan Komponen/Instalasi 480,690,000 APBDKOTA 504,724,500 Telekomunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik 1.01.03.01.01.03 Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan dan 3,065,797,350 APBDKOTA 3,219,087,218 Aset 1.01.03.01.01.04 Penyediaan Jasa Tenaga Pendukung/Tenaga 220,000,000 APBDKOTA 231,000,000 Administrasi/Teknis Perkantoran 1.01.03.01.01.05 Penyediaan Alat Tulis Kantor, Barang 84,000,000 APBDKOTA 88,200,000 Cetakan dan Penggandaan 1.01.03.01.01.06 Penyediaan Makanan dan Minuman 21,000,000 APBDKOTA 22,050,000 1.01.03.01.01.07 Pengadaan, Pemeliharaan Peralatan dan 488,250,000 APBDKOTA 512,662,500 Perlengkapan Perkantoran dan Gedung Kantor 1.01.03.01.01.09 Pengadaan, Pemeliharaan dan Rehabilitasi 700,000,000 APBDKOTA 735,000,000 Kendaraan Jabatan/Dinas/Operasional 1.01.03.01.01.10 Pembangunan, Pemeliharaan dan Rehabilitasi 420,000,000 APBDKOTA 420,000,000 Gedung/Bangunan Utilitas Kantor 1.01.03.01.02
    [Show full text]
  • From Paradise Lost to Promised Land: Christianity and the Rise of West
    School of History & Politics & Centre for Asia Pacific Social Transformation Studies (CAPSTRANS) University of Wollongong From Paradise Lost to Promised Land Christianity and the Rise of West Papuan Nationalism Susanna Grazia Rizzo A Thesis submitted for the Degree of Doctor of Philosophy (History) of the University of Wollongong 2004 “Religion (…) constitutes the universal horizon and foundation of the nation’s existence. It is in terms of religion that a nation defines what it considers to be true”. G. W. F. Hegel, Lectures on the of Philosophy of World History. Abstract In 1953 Aarne Koskinen’s book, The Missionary Influence as a Political Factor in the Pacific Islands, appeared on the shelves of the academic world, adding further fuel to the longstanding debate in anthropological and historical studies regarding the role and effects of missionary activity in colonial settings. Koskinen’s finding supported the general view amongst anthropologists and historians that missionary activity had a negative impact on non-Western populations, wiping away their cultural templates and disrupting their socio-economic and political systems. This attitude towards mission activity assumes that the contemporary non-Western world is the product of the ‘West’, and that what the ‘Rest’ believes and how it lives, its social, economic and political systems, as well as its values and beliefs, have derived from or have been implanted by the ‘West’. This postulate has led to the denial of the agency of non-Western or colonial people, deeming them as ‘history-less’ and ‘nation-less’: as an entity devoid of identity. But is this postulate true? Have the non-Western populations really been passive recipients of Western commodities, ideas and values? This dissertation examines the role that Christianity, the ideology of the West, the religion whose values underlies the semantics and structures of modernisation, has played in the genesis and rise of West Papuan nationalism.
    [Show full text]