Soeharto, Militer Dan G 30 S/Pki

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Soeharto, Militer Dan G 30 S/Pki PERAN SOEHARTO DALAM PERISTIWA G 30 S/PKI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Abdul Ghofur 103033227773 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PERAN SOEHARTO DALAM PERISTIWA G 30 S/PKI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Abdul Ghofur 103033227773 Dibawah Bimbingan Dr. Nawiruddin, MA. NIP. 19720105 200112 1003 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA i KATA PENGANTAR Puji serta rasa syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan dan menunjukan jalan kebenaran yakni Islam kepada umat manusia di seluruh alam semesta. Selanjutnya, dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami hambatan dan pudarnya rasa semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini dalam rangka memperoleh gelar sarjana, namun berkat bantuan, dorongan dan semangat dari berbagai pihak, baik berupa moril dan materil, semua kesulitan tersebut dapat di atasi. Oleh karena itu, sudah sepantasnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Ketua Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Bapak Prof. Dr. Bachtiar Effendi, MA. 2. Sekretaris Jurusan Ilmu Politik Bapak Zaki Mubarak, MA. 3. Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Dr. Nawirudin, MA. Terima kasih atas pengarahan dan kritikan kepada penulis sampai selesainya skripsi ini. Semoga Allah selalu memberikan keberkahan yang berlimpah, amin.. 4. Ayah dan Ibu tercinta, H. Nurhasan (alm) dan Hj. Asiah Ibrahim yang telah mengasuh, membesarkan, membimbing dan mendidik serta selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis baik moril maupun ii materil hingga selesainya skripsi ini. Semoga Allah mengasihi beliau sebagaimana beliau mengasihi penulis, amin… 5. Abang dan tetehku tersayang semua, yang selalu memberikan kritikan konstruktif kepada penulis, keponakanku yang memancing tawa riang selalu dalam kehidupan penulis serta kawanku semua di Indonesia. 6. Sahabatku di PPI angkatan 2003 dan tim KKN Kraksaan Probolinggo yang telah menunjukan pasir berbisik di Bromo. Serta semua pihak-pihak yang telah membantu hingga selesai skripsi ini. Dengan penuk kerendahan hati, penulis berdoa semoga Allah SWT membalas bantuan dan dorongan mereka semua dengan keangunganNya, amin…. Depok, 01 Juni 2010 Penulis iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................. 8 C. Tujuan Penelitian ............................................................ 9 D. Metode Penelitian ........................................................... 9 E. Sistematika Penulisan ..................................................... 11 BAB II MILITER INDONESIA DALAM RUANG LINGKUP 13 SEJARAH................................................................................ A. Sejarah Pembentukan Militer Indonesia ………………. 13 B. Dwi Fungsi Sebagai Legitimasi Politik Militer .............. 18 1. Proses Terbentuknya Konsep Dwifungsi ………… 19 2. Militer Sebagai Pertahanan dan Keamanan Negara .................................................................... 23 3. Militer Sebagai fungsi Sosial Politik …………….. 26 BAB III PROFIL PARTAI KOMUNIS INDONESIA........................ 30 A. Sejarah Singkat Berdirinya PKI ……………………….. 30 1. Awal Gerakan Komunis ………………………….. 30 B. PKI Sebagai Instrumen Politik ………………………… 34 1. Kepemimpinan PKI ………………………………. 34 2. Move PKI dibawah Muso ………………………... 36 3. Move PKI dibawah Aidit ………………………… 37 4. Penguatan Partai ………………………………….. 40 iv BAB IV SOEHARTO DAN G 30 S/PKI …… 43 A. Peristiwa GESTAPU (Gerakan Tiga Puluh September) . 43 B. Soeharto dan Penumpasan G 30 S/PKI……. 50 1.Biografi Singkat Soeharto …………………………… 50 2. Penumpasan G 30 s/PKI oleh Soeharto……………... 52 C. Soeharto, Militer dan Supersemar ……………………... 57 BAB V PENUTUP ............................................................................ A. Kesimpulan ................................................................... 61 B. Saran ............................................................................. 64 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 65 1 BAB I PERAN SOEHARTO DALAM PERISTIWA G 30 S/PKI A. Latar Belakang Masalah Thomas Hobbes, filsuf Inggris, menjadi saksi perang saudara di Inggris pada penghujung abad ke–17. Demi darah yang ia lihat, memaksanya berkesimpulan bahwa manusia adalah serigala bagi manusia yang lain (homo homoni lupus). Menurut Hobbes sifat buruk manusia tersebut harus ditundukkan dengan cara penandatanganan kontrak (social contract). Produk dari penandatanganan itu di sebut negara, tempat segala bentuk sifat buruk manusia di tundukkan melalui UU yang telah di sepakati bersama melalui parlemen atau anggota legislatif yang telah dipilih oleh rakyat sebagai wakilnya dalam mengakomodir setiap permasalahan rakyat dari negara tersebut.1 Dalam sebuah negara masalah pertahanan dan menjaga stabilitas keamanan menjadi sangat penting, apalagi negara yang baru merdeka dari kolonialisasi. Maka peran militer, menjadi sangat sentral dalam negara yang baru terbentuk. Militer merupakan kelompok orang-orang terorganisir dan disiplin. Salah satu tugasnya adalah untuk menjaga negara dari rongrongan pihak luar maupun dalam. Menurut Muhammad Hatta, hakikat tugas militer yang sebenarnya dalam negara, ialah melatih diri dan mengadakan perlengkapan untuk menghadapi musuh dari luar, mereka harus bertanggungjawab dalam berbagai bidang 2 keamanan dan keselamatan umum. 1 Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, ( Jakarta: Gramedia pustaka Utama, 2001) 2 Mohammad Hatta, Demokrasi Kita, (Djakarta: Pandji Masyarakat, 1960), Cet ke-1, h. 15-16 2 Dari konsep di atas maka akan muncul pikiran bahwa fungsi militer di dalam negara adalah melakukan tugas dibidang pertahanan dan keamanan, yang disebut fungsi militer. Sedang tugas di luar bidang pertahanan dan kemanan menjadi tugas masyarakat sipil. Tugas ini disebut fungsi non militer atau fungsi sipil, dengan demikian akan terdapat perbedaan yang jelas tentang prinsip, tanggungjawab dan fungsi pokok antara golongan militer dan golongan sipil dalam kehidupan bernegara.3 Akan tetapi di negara-negara yang baru berkembang, kaum militer dalam kadar yang berbeda-beda dan dengan variasi yang bermacam-macam melakukan fungsi-fungsi social politik dengan memikul tugas-tugas sipil, bahkan militer bukan sekedar ikut berpartisipasi di dalam urusan-urusan politik, tetapi pada banyak negara mereka memegang peranan- peranan politik yang lebih dominan bahkan melebihi kaum sipil itu sendiri. Ada beberapa sebab yang mendorong militer secara aktif memasuki arena politik dan memainkan peranan politik. Pertama, karena adanya ketidakstabilan sistem politik. Keadaan seperti ini akan menyebabkan terbukanya kesempatan dan peluang yang sangat besar untuk menggunakan kekerasan dalam kehidupan politik; kedua, karena kemampuan golongan militer untuk mempengaruhi atmosfir kehidupan politik, bahkan memperoleh peranan-peranan politik yang menentukan. Yang menarik dalam kaitan ini adalah, dalam beberapa hal dominasi militer justru diundang dan dipermudah oleh golongan sipil. Ini biasanya terjadi sewaktu pemimipin sipil mengambil keputusan untuk memperbesar personil militer atau meningkatkan persenjataan militer yang diperlukan untuk menghadapi musuh dari 3 Yahya A Muhaimin, Perkembangan Militer Dalam Politik Indonesia 1945-1966, (Yogyakarta : UGM Press, 1982), h. 2. 3 luar atau untuk mengatasi pergolakan politik dalam negeri; ketiga, karena political perspective kaum militer. Yaitu: mengenai peranan dan status mereka di dalam masyarakat dan juga berkenaan dengan persepsi mereka terhadap kepemimpinan kaum sipil dan terhadap sistem politik secara keseluruhan.4 Asal mula Militer Indonesia adalah kumpulan pemuda bentukan belanda yang tergabung daam Koninklÿk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL) dan Pembela Tanah Air (PETA) pada jaman Jepang. Selain bentukan pemerintah kolonial baik Belanda maupun Jepang. Milisi sipil di Indonesia telah merebak, diantaranya yang paling dikenal militansinya antara lain Laskar Hijbullah, dan Pesindo pada masa awal revolusi fisik. Dua milisi yang disebutkan terakhir adalah milisi yang dilikuidasi keberadaannya oleh Pemerintahan Mohamad Hatta dalam rangka membentuk Tentara Nasional Indonesia (TNI) profesional yang ditulang- punggungi oleh alumni-alumni Koninklÿk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL) dan Pembela Tanah Air (PETA).5 Perpolitikan Indonesia juga tidak lepas dari militer, sejak berdirinya bangsa ini, militer telah terlibat dalam pengambilan kebijakan politik yang semestinya menjadi tanggungjawab sipil. Bahkan dalam kesimpulan Salim Said sebagaimana yang dikutip oleh Eep Saipullah Fatah menyebutkan bahwa 6 keterlibtan militer dalam politik sama tuanya dengan dengan sejarah republik ini. 4 Muhaimin, Perkembangan Militer
Recommended publications
  • CHAPTER FOUR FINDING and ANALYSIS A. Academic Freedom: from the Ancient Greek Civilization to the End of World War II the Pionee
    CHAPTER FOUR FINDING AND ANALYSIS A. Academic Freedom: From the Ancient Greek Civilization to the End of World War II The pioneer of academic freedom is believed to occur at time of the Trial of Socrates. It was pioneered by the principle to seek and to reveal the truth to the public during Socrates’ life and after his death by Plato.1 Through the centuries, Frederick I Barbarossa established Authentica Habita as the source of legal protection for scholars in 1155 AD, where roads were unsafe, and dangers were everywhere threating everyone.2 Nearly eight centuries later, during the World War II, Franklin Delano Roosevelt3 introduced Four Freedoms in 1941 namely Freedom of Speech, Freedom of Religion, Freedom from Fear, and Freedom from Want4 which was declared as the Universal Declaration of Human Rights by the UN in 1948. From the Declaration, bore many legislations in respect with freedom of academic and its enforcement through decades.5 1 Waterfield, Robin, 2009, Why Socrates Died: Dispelling the Myths, New York, W. W. Norton and Company, p. 14 2 Moraw, Peter, Op.Cit. 3 Franklin Delano Roosevelt served as the 32nd President of the United States of America from 1933 until his death in 1945. He was a statesman and political leader of Democrat Party. 4 These Four Freedoms were introduced by Franklin Delano Roosevelt on his speech at the 1941 State of the Union Address “The Four Freedoms” in 6th of January 1941. See further his speech text at http://voicesofdemocracy.umd.edu/fdr-the-four-freedoms-speech-text/, accessed on 24th of December 2018 at 12:15 am 5 Hannum, Hurst, “The Universal Declaration of Human Rights in National and International Law”, Health and Human Rights, Volume 3(2), 1998, Boston, Harvard University Press, p.
    [Show full text]
  • National Heroes in Indonesian History Text Book
    Paramita:Paramita: Historical Historical Studies Studies Journal, Journal, 29(2) 29(2) 2019: 2019 119 -129 ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825 DOI: http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v29i2.16217 NATIONAL HEROES IN INDONESIAN HISTORY TEXT BOOK Suwito Eko Pramono, Tsabit Azinar Ahmad, Putri Agus Wijayati Department of History, Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Semarang ABSTRACT ABSTRAK History education has an essential role in Pendidikan sejarah memiliki peran penting building the character of society. One of the dalam membangun karakter masyarakat. Sa- advantages of learning history in terms of val- lah satu keuntungan dari belajar sejarah dalam ue inculcation is the existence of a hero who is hal penanaman nilai adalah keberadaan pahla- made a role model. Historical figures become wan yang dijadikan panutan. Tokoh sejarah best practices in the internalization of values. menjadi praktik terbaik dalam internalisasi However, the study of heroism and efforts to nilai. Namun, studi tentang kepahlawanan instill it in history learning has not been done dan upaya menanamkannya dalam pembelaja- much. Therefore, researchers are interested in ran sejarah belum banyak dilakukan. Oleh reviewing the values of bravery and internali- karena itu, peneliti tertarik untuk meninjau zation in education. Through textbook studies nilai-nilai keberanian dan internalisasi dalam and curriculum analysis, researchers can col- pendidikan. Melalui studi buku teks dan ana- lect data about national heroes in the context lisis kurikulum, peneliti dapat mengumpulkan of learning. The results showed that not all data tentang pahlawan nasional dalam national heroes were included in textbooks. konteks pembelajaran. Hasil penelitian Besides, not all the heroes mentioned in the menunjukkan bahwa tidak semua pahlawan book are specifically reviewed.
    [Show full text]
  • 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Sebagai Suatu
    BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan tokoh besar dengan mendokumentasikan asal-usul kejadian, menganalisis geneologi, lalu membangun dan mempertahankan keistimewaan suatu peristiwa, memilih peristiwa yang dianggap spektakuler (seperti perang).1 Bagi sejarawan yang ingin memahami perjalanan sejarah Indonesia Modern, hal yang terkadang menimbulkan rasa frustrasi ialah justru karena kejadian yang paling misterius ternyata merupakan salah satu babak kejadian yang terpenting. Kebenaran sejarah terletak dalam kesediaan sejarawan untuk meneliti sumber sejarah secara tuntas, sehingga dapat diharapkan sejarawan akan mengungkapkan secara objektif.2 Perjalanan sejarah banyak meninggalkan kesan faktual betapa pemikiran seorang tokoh mempunyai peran penting dan kontribusi di jamannya. Negara Indonesia lahir dan diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Dwitunggal Soekarno-Hatta atas nama Bangsa Indonesia. Sejak pengakuan kedaulatan, nyaris tidak ada hari tanpa konflik yang menerpa Indonesia. Peritiwa sejarah Indonesia ketika menghadapi Agresi Militer 1 Rhoma Dwi Aria Y, Fiktif Sejarah, Sejarah Fiktif, Istoria, vol. 2 nomor 1, September 2006, hlm.121. 2 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang Budaya, 1955, hlm.13. 1 2 Belanda II3, setelah itu perang-perang menyusul menghantam Republik Indonesia sampai Indonesia terseret dalam konfrontasi merebut Papua Barat yang kemudian diberi nama Irian Jaya. Usai konflik ini melanda lahir kembali konfrontasi menentang pembentukan Federasi Malaysia4 tahun 1963. Peristiwa-peristiwa tersebut sangat menguras energi nasional, kehidupan berbagai sektor tidak stabil. Namun bagi Angkatan Darat, keadaan ini membuka peluang untuk tampil sebagai benteng pertahanan Republik.5 Salah satu organ yang perlu dimiliki oleh Pemerintah suatu negara adalah Militer, yang merupakan satu kelompok orang-orang yang diorganisir dengan disiplin untuk melakukan pertempuran, yang diperbedakan dari orang-orang sipil.
    [Show full text]
  • 4.1.03 Urusan Wajib PU ATA 23-03-2015
    LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014 4.1.3 URUSAN WAJIB PEKERJAAN UMUM 4.1.3.1 KONDISI UMUM Urusan pekerjaan Umum dilaksanakan dalam penyelenggaraan pemerinatahan daerah karena berfungsi strategis sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi baik regional maupun lintas wilayah pemerintahan. Pekerjaan Umum erat kaitannya dengan pembangunan Infrstruktur baik menyediakan sistem transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg, 1988). Pelaksanaan urusan ini di Pemerintah Kota Semarang secara teknis dilakukan oleh Dinas Bina Marga Kota Semarang, Dinas PSDA & ESDM Kota Semarang dan Dinas Penerangan Jalan dan Pengelolaan Reklame Kota Semarang. 4.1.3.2 KEBIJAKAN PROGRAM Pelaksanaan Kebijakan Program pada tahun ini masih mengacu pada pada perwujudan keseimbangan pertumbuhan dan pelayanan wilayah yang lebih diakselerasikan melalui (1) pembentukan struktur jaringan jalan sesuai dengan hirarki dan pelayanan jalan, interkoneksi antar bagian wilayah pengembangan dan antar pusat pelayanan transportasi dan pusat pelayanan perkotaan serta peningkatan kapasitas jalan; (2) pengendalian dan penanggulangan banjir dan rob terpadu dan sistemik ; (3) penyelesaian DAM jatibarang beserta komponennya, pembangunan sistem drainase wilayah dan kawasan, dan (4) penyempurnaan wajah kota (5) pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat serta menjaga kualitas dan kuantitas sumber daya air. Wujud pelaksanaan Urusan Pekerjaan Umum ini diimpelemntasikan dalam RKPD dan APBD Kota Semarang Tahun 2014 adalah sebagai berikut: Program-program penunjang, yang meliputi : 1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran; 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur; 3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur; 4. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan. hal | 103 LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014 Program-Program Spesifik sebagai Pelaksanaan Teknis Urusan Pekerjaan Umum, yang meliputi : 1.
    [Show full text]
  • Changing Images of Women and Java
    Background paper for presentation by Sita van Bemmelen and Mies Grijns: Locating the Discourse on Gender Identity in Indonesia: an Exploration of the Scholarly Literature, Panel 9, Parallel Session 3, July 13, 2005. WHAT HAS BECOME OF THE SLENDANG? CHANGING IMAGES OF WOMEN AND JAVA Sita van Bemmelen and Mies Grijns The images of women in Java as depicted in academic studies, like their realities, have changed over the last half-century. An illuminating analogue can be found in the use of the slendang, a wide shawl originally made from batik cloth or from lurik, a striped coarsely woven material for daily use. To us, the transformation of the slendang over the past decades runs parallel to the development of studies on women in Java. The slendang is a predominantly female attribute, used by women and girls. Men occasionally use a slendang, but only for carrying small children. The anthropologist Hildred Geertz describes the slendang in the 1950s as more than just a piece of cloth for practical use: “Carrying a baby in a shawl is called nggéndong; and it is this action that is usually re-enacted as symbolic of the mother’s total care — for instance, at the wedding ceremony or at the harvest when the first ears of rice are carried home in a slendang. The slendang represents complete security…” (Geertz 1961:94). Women also use the slendang as a working “tool,” to transport other loads than babies such as firewood, trading goods, or jamu. The saying “sapikul, sagendong” depicts the different ways men and women carry goods: men in two baskets on a bamboo shoulder-pole, women in one basket fastened in a slendang on their backs.
    [Show full text]
  • ANTARA BIOGRAFI DAN HISTORIOGRAFI (Studi 36 Buku Biografi Di Indonesia )
    Antara Biografi dan Historiografi ANTARA BIOGRAFI DAN HISTORIOGRAFI (Studi 36 Buku Biografi di Indonesia ) Safari Daud PPs UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta [email protected] Abstract The writing of the religious leaders in Indonesia ranks the second after political figures ones. This ranking is the result of Gerry van Klinken’ research on biographies writings in Indonesia from 1950 to 2000 as many as 2,629 books . As the domain of science history , the quantity of writing biographies have not shown the quality of historiography. A total of 36 biography books that the writer analyzed using prevalence history method found out four historiographical issues. First, in the writing of character’s biography about his life has an impact on a critical attitude gap between academic interests of biographer and psychological pressure from mainstream figures who has written. Second, there is a plurality of the biographer rated from reporter, historians, scholars and experts from various professions with their own characteristics of literacy. Third, a biography written by historian is more scientific which shows the portion of the balance in the selection of figures, while the non- historian biographer is more interested in contemporary issues and prefer well-known figures. A variety of professions of the biographer is one of a consequences of the biography writing that much or even related to historiography. Abstrak Penulisan tokoh agama di Indonesia menempati urutan kedua setelah tokoh politik. Peringkat ini merupakan hasil penelitian Gerry van Klinken terhadap penulisan biografi di Indonesia dari tahun 1950 sampai tahun 2000 sebanyak 2.629 buku. Sebagai ranah keilmuan sejarah, kuantitas penulisan biografi belum menunjukkan kualitas historiografi.
    [Show full text]
  • Kelas3 Ips Danangendarto.Pdf
    Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-Undang IPS Terpadu 3 Untuk SMP/MTs Kelas IX 300.7 ILM Ilmu Pengetahuan Sosial 3 : Untuk SMP/MTs Kelas ix / Danang Endarto…[et al] ; penyunting, Achmad Buchory, llustrator, Purwanto . — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009. xii, 286 hlm. : ilus. ; 25 cm. Bibliografi : hlm. 279-280 Indeks ISBN 978-979-068-675-5 (no.jilid lengkap) ISBN 978-979-068-681-6 1. Ilmu-ilmu Sosial-Studi dan Pengajaran I. Judul II. Achmad Buchory III. Purwanto Hak Cipta Buku ini dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional dari Penerbit CV. HaKa MJ Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009 Diperbanyak oleh ..... ii IPS Terpadu SMP dan MTs Kelas IX Kata Sambutan Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2009, telah membeli hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis/penerbit untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui situs internet (website) Jaringan Pendidikan Nasional. Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2007 tanggal 25 Juni 2007. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penulis/ penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para siswa dan guru di seluruh Indonesia. Buku-buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (down load), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat.
    [Show full text]
  • Analisis Perbandingan Sikap Indonesia Dan Singapura Terhadap
    ANALISIS PERBANDINGAN SIKAP INDONESIA DAN SINGAPURA TERHADAP KEINGINAN TIMOR-LESTE MENJADI ANGGOTA ASEAN SKRIPSI Diajukan Oleh: Gharby Saidi 14323084 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2019 ANALISIS PERBANDINGAN SIKAP INDONESIA DAN SINGAPURA TERHADAP KEINGINAN TIMOR-LESTE MENJADI ANGGOTA ASEAN SKRIPSI Diajukan Kepada Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Hubungan Internasional Oleh: Gharby Saidi 14323084 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2019 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………...i HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………....ii PERNYATAAN ETIKA AKADEMIK ............................. Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................... Error! Bookmark not defined. HALAMAN MOTTO…………………………………………………………………...iv KATA PENGANTAR ....................................................... Error! Bookmark not defined. DAFTAR SINGKATAN.................................................... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK……………………………………………………………………….……..xiii BAB I PENDAHULUAN………...……………………………………………………1 1.1 Latar Belakang ..................................................Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah .............................................Error! Bookmark not defined. 1.3 Tujuan Penelitian
    [Show full text]
  • PAKET 3 UN 2018/2019 Jumlah Soal : Durasi : Kelas 12 IPS 50 Butir 2 Jam RTO- QO08FA3
    K o d e S o a l PAKET 3 UN 2018/2019 Jumlah Soal : Durasi : Kelas 12 IPS 50 Butir 2 jam RTO- QO08FA3 1. Read the dialogue below carefully! Roy : “Sean! It’s so nice to see you here!” Sean : “Of course! I need to witness your legendary performance.” Roy : “Thanks for coming, Bro.” Sean : “Congratulations, friend! You’re so cool.” The underlined expression is the example of …. a. Expression of trust b. Expression of agreement c. Expression of congratulating d. Expression of reporting e. Expression of thanking 2. Read the text below carefully! Alex : I heard that Professor Andrew criticized Romeo and Juliet in the discussion yesterday. Tom : Yes, he did Alex : What was so wrong about it? Tom : he said that the love of Romeo and Juliet for one another, not only destroys their families, but also destroys them as well. Their love and devotion for one another causes them to rebel against the institution of family. Based on the dialogue, the story of Romeo and Juliet is criticized for …. a. Being very famous and expensive b. Its best quality of the story c. The popularity of the writer, Shakespeare d. Exposing destructive value e. The originality of the story 3. Read the text below carefully! Interviewer : Good morning. Nice to meet you. Are you ready for the interview? Interviewee: yes, Ma'am. Interviewer : You may start explaining yourself. Interviewee: My name is Prasetyo. I am 23 years old. I have graduated from Sentosa University in Bogor Kunci dan pembahasan dapat dilihat dari aplikasi Ruangguru dengan scan QR Code dan input Kode Soal di pojok kanan atas soal.
    [Show full text]
  • 243 Daftar SP 2
    Entry LKO Lampiran Siaran Pers No. 90/HM/KOMINFO/03/2021 tentang Publikasi Penyelenggara Pos yang Mendapat Sanksi Teguran Tertulis dan Sanksi Teguran Kedua melalui Website No Nama Perusahaan Alamat Perusahaan Alamat Ijin Alamat Operasional Propinsi No Ijin Jenis Pelayanan Tahun Ijin Status Ijin Tahun LKO Jl. Kalimantan No. 34, RT. 003 / RW. 002, Kel. Kasin, Kec. Jl. Kalimantan No. 34 RT. 003/02, Kel. Kasin, Kec. 1 Tirta Jaya Trapac Jl. Kalimantan No. 36 Malang JAWA TIMUR 020 Tahun 2016 Paket 2016 Aktif 2020 Klojen, Malang, Jawa Timur Klojen, Malang, Jawa Timur Ruko Palm Spring Blok D2 No. 6, Kel. Taman Baloi, Kec. Ruko Palm Spring Blok D2 No. 6, Kel. Taman Baloi, Kec. Ruko Palm Spring Blok D2 No. 6, Kel. Taman Baloi, 2 Vicky Mandiri KEPULAUAN RIAU 097 Tahun 2016 Paket 2016 Aktif 2020 Batam Kota, Batam, Kepulauan Riau Batam Kota, Batam, Kepulauan Riau Kec. Batam Kota, Batam, Kepulauan Riau Pusat Niaga Roxy Mas Blok C-3/34, Jl. KH. Hasyim Ashari Pusat Niaga Roxy Mas Blok C-3/34, Jl. KH. Hasyim Ashari Pusat Niaga Roxy Mas Blok C-3/34, Jl. KH. Hasyim 3 Aeronusa Inti Raya No. 125, Kel. Cideng, Kec. Gambir, Jakarta Pusat, DKI No. 125, Kel. Cideng, Kec. Gambir, Jakarta Pusat, DKI Ashari No. 125, Kel. Cideng, Kec. Gambir, Jakarta DKI JAKARTA 079 Tahun 2016 Paket 2016 Aktif 2020 Jakarta Jakarta Pusat, DKI Jakarta Jl. Mangga Besar VIII, No. 12 -J, Kel. Tamansari, Kec. Jl. Mangga Besar VIII, No. 12 -J, Kel. Tamansari, Kec. Jl. Mangga Dua Dalam Komplek Ruko Bahan Komunikasi Tertulis / 4 Akas Kartika Sakti DKI JAKARTA 037 Tahun 2016 2016 Aktif 2020 Tamansari, Jakarta Barat, DKI Jakarta Tamansari, Jakarta Barat, DKI Jakarta Bangunan Blok H.2 No.
    [Show full text]
  • LAPORAN KEGIATAN KONSORSIUM IA-PTM/A (Bidang Keuangan)
    LAPORAN KEGIATAN KONSORSIUM IA-PTM/A (Bidang Keuangan) SURAKARTA 18 Maret 2021 LAPORAN KEGIATAN Konsorsium IA-PTM/A (Bidang Keuangan) Surakarta 18 Maret 2021 RIWAYAT KONSORSIUM IA-PTM/A BIDANG KEUANGAN DAN HASIL YANG DICAPAI 1. Pertemuan 1 di UM Surakarta tgl 27 Agustus 2018 pembentukan awal konsorsium menyiapkan legalitas konsorsium dan pembentukan pengurus konsorsium 2. Pertemuan ke 2 di UMGorontalo (26-27 Feb 2019) pembahasan dan pengesahan AD/ART konsorsium 3. Pertemuan ke 3 di UMMalang (28-29 Agustus 2019) mendapatkan legalitas dari PP Muhammadiyah. Merencanakan membuat draft buku panduan audit internal bidang keuangan bagi PTM/A 4. Pertemuan konsorsium ke 4 di UM Jakarta soft lauching dan sosialisasi buku panduan audit internal bidang keuangan PTM/A. 5. Pertemuan konsorsium ke 5 di UM Surakarta Kerjasama dengan LPPK PP Muhammadiyah dalam bentuk webinar bersama dengan zoom (daring) LAPORAN INTI KEGIATAN KONSORSIUM KE-5 DI UM SURAKARTA Pada tanggal 18 Maret 2021 bertempat di Universitas Muhammadiyah Surakarta dilakukan pertemuan konsorsium IA PTM/A yang ke-5 dengan zoom yang diketuai oleh Kepala Biro Auditor Internal UMS, Dra Rina Trisnawati Msi.Ak.Ph.D.CA. Acara ini dihadiri oleh perwakilan LPPK PP Muhammadiyah, Rektor UMS dan dihadiri oleh 117 peserta yang berasal dari 50 PTM/A se-Indonesia. Tema konsorsium IA-PTM/A bidang keuangan ke-5 ini adalah‘ Sinergivitas Konsorsium Internal Auditor bidang keuangan PTM/A dengan LPPK PP Muhammadiyah untuk mewujudkan Good University Governance. Agenda acara adalah sebagai berikut: AGENDA
    [Show full text]
  • Rok 1965 W Indonezji W Spektaklach Papermoon Puppet Theatre Z Yogyakarty I Filmie Scena Zbrodni Joshuy Oppenheimera
    Studia Azjatystyczne 1 (2015), str. 64-76 Marianna Lis Instytut Sztuki Polskiej Akademii Nauk, Warszawa Rok 1965 w Indonezji w spektaklach Papermoon Puppet Theatre z Yogyakarty i filmie Scena zbrodni Joshuy Oppenheimera Rok 1965 jest datą, która często była pomijana w najnowszej historii Indonezji i świata. Samozwańcza organizacja, Ruch 30 Września (ind. Gerakan 30 September, G30S), składająca się z przedstawicieli indonezyjskich sił zbrojnych, 1 października 1965 roku przeprowa- dziła zamach stanu. We wczesnych godzinach porannych członkowie G30S podjęli próbę uprowadzenia siedmiu przywódców indonezyj- skiej armii: do domu każdego z nich przybyli przedstawiciele Ruchu, informując wojskowych, że są wezwani na spotkanie z prezydentem Sukarno (1901-1970). Trzech spośród wojskowych, dowódca armii Ahmad Yani (1922-1965), oficer Mas Tirtodarmo Haryono (1924- 1965) i generał Donald Isaac Pandjaitan (1925-1965), zostało za- mordowanych przez członków G30S we własnych domach, trzech ko- lejnych, generałowie Soeprapto (1920-1965), Siswondo Parman (1918-1965) oraz Sutoyo Siswomiharjo (1922-1965), zostało upro- wadzonych i wywiezionych do Lubang Buaya, bazy Ruchu znajdują- cej się na obrzeżach Dżakarty, gdzie zostali zamordowani tego same- go dnia. Siódmy z dowódców, który miał zostać schwytany, generał Abdul Haris Nasution (1918-2000), zdołał uciec, przeskakując do są- siadującej z jego domem ambasady Iraku. Zamiast niego pojmany zo- Rok 1965 w Indonezji w spektaklach Papermoon Puppet Theatre... 65 stał przez pomyłkę jego osobisty adiutant, Pierre Andreas Tendean (1939-1965). G30S został później obciążony odpowiedzialnością za śmierć dwunastu osób, poza sześcioma generałami zginęło również trzech innych wojskowych, ochroniarz, Albert Naiborhu, bratanek generała Pandjaitana oraz pięcioletnia córka generała Nasution, Ade Irma Suryani Nasution, która zmarła w wyniku odniesionych ran kil- ka dni później.
    [Show full text]