Kronologi Soeharto

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kronologi Soeharto Tempointeraktif.com - Kronologi Soeharto Search | Advance search | Registration | Help | About us Home dibuat oleh danendro : Radja Nasional Nasional Ekonomi&Bisnis Berita Terkait Nusa Jakarta Kronologi Soeharto Jum'at, 30 April 2004 | 17:35 WIB • Asvi: Ada Polarisasi di Komnas Indikator HAM soal Kasus Soeharto Narasi • Tutut Mendapat Surat Lunas dari TEMPO Interaktif, Jakarta: 8 Juni 1921 Majalah BPPN Soeharto lahir di Kemusuk, Argamulya, Yogyakarta. Ia anak Koran • LSM: Selidiki Pelanggaran HAM tunggal pasangan Sukirah dan Kertoredjo alias Wagiyo alias Soeharto Panjang alias Kertosudiro. • Komnas HAM: Lima Pelanggaran HAM Berat di Masa Soeharto Juni 1940 • Koalisi Pemberantasan Korupsi Soeharto masuk sekolah tentara KNIL di Gombang. Desak Pembentukan Panitia Khusus Soeharto 26 Desember 1947 Kejaksaan Agung Tak Akan • Menikah dengan Raden Ayu Siti Hartinah, anak KRMT Hentikan Penyidikan Soeharto Soemoharyomo, seorang Wedana, di Solo. • Kejaksaan Akan Minta Saran Dokter dalam Kasus Soeharto 1 Maret 1949 • Soeharto Pulang dalam Kondisi Atas saran Sri Sultan Hamengkubuwono IX kepada Panglima Optimal Besar Soedirman, Brigade-10 yang dipimpin Letnan Kolonel • Soeharto Kembali ke Cendana Soeharto menyerang dan berhasil enam jam menguasai • ICMI Mendukung Abolisi dengan Yogyakarta. Peristiwa tersebut dalam sejarah disebut-sebut Pertimbangan Kemanusiaan sebagai bukti bahwa negara RI masih ada. >selengkapnya... 17 Oktober 1959 Nasution memecat Soeharto sebagai Pangdam Diponegoro, Referensi setelah Soeharto diketahui menggunakan institusi militernya untuk mengumpulkan uang dari perusahaan-perusahaan di Jawa Tengah. Soeharto ditempatkan di Seskoad di Bandung. • Kronologi Soeharto Maret 1961 Komentar Anda Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) terbentuk, - Kirim dengan Soeharto sebagai komandan. - Baca [0] komentar 2 Januari 1962 Brigadir Jenderal Soeharto menjadi panglima komando Berita Utama Mandala Pembebasan Irian Barat. Lalu Lintas Jakarta Dialihkan 3 Oktober 1965 • Pintu M1 Diblokir, Enam Mayjen Soeharto diangkat sebagai Panglima Kopkamtib. • Penerbangan Dibatalkan Jabatan ini memberikan wewenang besar kepadanya, • Ditemukan Bom Di Temanggung membersihkan orang-orang yang dituduh terlibat G30 S/ PKI. • Merapi Memasuki Fase Letusan 14 Oktober 1965 • Demonstran Menuju Istana Mayor Jenderal Soeharto dilantik sebagai Menteri Panglima << Angkatan Darat. Tidakan pertamanya adalah membubarkan April,2004 >> PKI dan ormas-ormasnya. M SnSl R K J S 01 02 03 11 Maret 1966 04 05 0607 08 09 10 Letjen Soeharto menerima Surat Perintah Sebelas Maret 11 12 1314 15 16 17 18 19 2021 22 23 24 (Supersemar) dari Presiden Soekarno, yang isinya 25 26 2728 29 30 memberikan kekuasaan kepada Letjen Soeharto untuk dan http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/04/30/nrs,20040430-02,id.html (1 of 4)4/30/2006 6:13:07 PM Tempointeraktif.com - Kronologi Soeharto atas nama Presiden/Panglima Tertinggi/Panglima Besar Revolusi mengambil tindakan yang dianggap perlu demi terjaminnya keamanan, ketenangan, serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi. 12 Maret 1966 Dengan memegang Supersemar, Soeharto mengumumkan pembubaran PKI, dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang. 22 Februari 1967 Soeharto --selaku pemegang Ketetapan MPRS No. XXXIII/ 1967-- menerima penyerahan kekuasaan pemerintahan dari Presiden Soekarno. 7 Maret 1967 Melalui Sidang Istimewa MPRS, Soeharto ditunjuk sebagai pejabat Presiden sampai terpilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan umum. 12 Maret 1967 Jenderal Soeharto dilantik sebagai Presiden RI ke-2. 10 Juni 1968 Presiden Soeharto mengumumkan susunan Kabinet Pembangunan I. 15 Juni 1968 Presiden Soeharto membentuk Tim Ahli Ekonomi Presiden, terdiri dari: Prof Dr. Widjojo Nitisastro, Prof. Dr. Ali Wardhana, Prof Dr. Moh. Sadli, Prof Dr. Soemitro Djojohadikusumo, Prof Dr. Subroto, Dr. Emil Salim, Drs. Frans Seda, dan Drs. Radius Prawiro. 24 Maret 1973 Soeharto dilantik kembali sebagai Presiden RI, dengan Wakil Presiden Sri Sultan Hamengkubuwono IX. 22 Maret 1978 Soeharto dipilih oleh MPR sebagai presiden untuk periode ketiga kalinya. Adam Malik wakil presiden. 1 Maret 1983 Sidang Umum MPR memutuskan memilih kembali Soeharto sebagai Presiden RI, dan Umar Wirahadikusumah sebagai Wakil Presiden RI. 16 Maret 1983 Presiden Soeharto mengumurnkan susunan Kabinet Pembangunan IV yang terdiri atas 21 menteri, tiga menteri koordinator, delapan menteri muda dan tiga pejabat setingkat menteri. 10 Januari 1984 Presiden Soeharto resmi menjadi anggota Golkar. 21 Juli 1986 Presiden Soeharto mendapat penghargaan dari lembaga pangan PBB, FAO, karena keberhasilannya mewujudkan swasembada pangan. 10 Maret 1988 http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/04/30/nrs,20040430-02,id.html (2 of 4)4/30/2006 6:13:07 PM Tempointeraktif.com - Kronologi Soeharto Soeharto dipilih MPR sebagai presiden untuk kelima kalinya. Sudharmono wakil presiden. 8 Juni 1989 Presiden Soeharto mendapat piagam penghargaan perorangan di bidang kependudukan Indonesia di Markas Besar PBB, New York, karena dinilai sukses dalam program Keluarga Berencana di Indonesia. Maret 1993 Soeharto dipilih MPR sebagai presiden untuk yang keenam kalinya. Try Sutrisno wakil presiden. 29 April 1996 Istri Soeharto, Siti Hartinah, meninggal dunia. 15 Januari 1998 Presiden Soeharto menandatangani letter of intent dengan IMF di Jalan Cendana, Jakarta, disaksikan oleh Direktur Pelaksana IMF Michael Camdessus. 18 Februari 1998 Soeharto berencana membentuk currency board system (CBS) untuk menstabilkan rupiah. IMF mengancam akan memotong dana jika CBS diterapkan. Maret 1998 Soeharto dipilih MPR sebagai presiden untuk lima tahun lagi. Habibie wakil presiden. 14 Mei 1998 Karena situasi memburuk di Tanah Air, Presiden Soeharto meninggalkan pertemuan G-15 di Kairo dan pulang ke Tanah Air. 16 Mei 1998 Di kediaman Soeharto, Senat Guru Besar UI menyampaikan hasil simposium UI tentang reformasi. Isinya: meminta Presiden Soeharto mundur. 19 Mei 1998 Soeharto mengundang tokoh-tokoh yang dinilai reformis ke Istana Merdeka. Para tokoh meminta Presiden Soeharto mundur. 20 Mei 1998 Saadillah Mursjid memberikan surat pernyataan 14 menteri kepada Pak Harto. 21 Mei 1998 Di Istana Merdeka, Soeharto membacakan pidato pengunduran diri sebagai presiden. 5 Juli 1998 Soeharto menggugat majalah Time edisi Asia, karena majalah tersebut memberitakan transfer dana atas namanya sebesar US$ 9 miliar dari rekening bank di Swiss ke Austria. Pengadilan kemudian memenangkan Time. 22 November 1998 Soeharto menyerahkan Yayasan Supersemar, Dharmais, Dakap, Amal Bakti Muslim Pancasila, Itana Sejahtera Mandiri, http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/04/30/nrs,20040430-02,id.html (3 of 4)4/30/2006 6:13:07 PM Tempointeraktif.com - Kronologi Soeharto Dana Gotong Royong, dan Trikora kepada pemerintah. 12 Januari 1999 The Asian Wall Street Journal menulis Soeharto sebagai presiden terkaya di dunia, dengan 1.247 perushaan keluarga. 31 Agustus 2000 Pengadilan atas Soeharto dimulai. Soeharto tidak hadir. Dokternya mengatakan bahwa ia sakit sehingga tidak bisa memberikan kesaksian. 28 September 2000 Pengadilan memutuskan Soeharto secara medis tidak mungkin diajukan ke pengadilan dan menghentikan kasus tersebut. 5 Mei 2003 Mantan Presiden Soeharto menjenguk Hutomo Mandala Putera alias Tommy di LP Batu Nusakambangan, Cilacap Jawa Tengah. Pusat Data dan Analisa Tempo buatan danendro English | Japanese | Registrasi | Help | About us copyright TEMPO 2003 Kembali ke atas Home | Nasional | Ekonomi & Bisnis | Nusa | Jakarta | Indikator | Opinet Majalah | Koran Tempo | Pusat Data http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/04/30/nrs,20040430-02,id.html (4 of 4)4/30/2006 6:13:07 PM.
Recommended publications
  • National Heroes in Indonesian History Text Book
    Paramita:Paramita: Historical Historical Studies Studies Journal, Journal, 29(2) 29(2) 2019: 2019 119 -129 ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825 DOI: http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v29i2.16217 NATIONAL HEROES IN INDONESIAN HISTORY TEXT BOOK Suwito Eko Pramono, Tsabit Azinar Ahmad, Putri Agus Wijayati Department of History, Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Semarang ABSTRACT ABSTRAK History education has an essential role in Pendidikan sejarah memiliki peran penting building the character of society. One of the dalam membangun karakter masyarakat. Sa- advantages of learning history in terms of val- lah satu keuntungan dari belajar sejarah dalam ue inculcation is the existence of a hero who is hal penanaman nilai adalah keberadaan pahla- made a role model. Historical figures become wan yang dijadikan panutan. Tokoh sejarah best practices in the internalization of values. menjadi praktik terbaik dalam internalisasi However, the study of heroism and efforts to nilai. Namun, studi tentang kepahlawanan instill it in history learning has not been done dan upaya menanamkannya dalam pembelaja- much. Therefore, researchers are interested in ran sejarah belum banyak dilakukan. Oleh reviewing the values of bravery and internali- karena itu, peneliti tertarik untuk meninjau zation in education. Through textbook studies nilai-nilai keberanian dan internalisasi dalam and curriculum analysis, researchers can col- pendidikan. Melalui studi buku teks dan ana- lect data about national heroes in the context lisis kurikulum, peneliti dapat mengumpulkan of learning. The results showed that not all data tentang pahlawan nasional dalam national heroes were included in textbooks. konteks pembelajaran. Hasil penelitian Besides, not all the heroes mentioned in the menunjukkan bahwa tidak semua pahlawan book are specifically reviewed.
    [Show full text]
  • Kedudukan Wakil Presiden Dalam Sistem Pemerintahan Presidensial Di Indonesia Dan
    KEDUDUKAN WAKIL PRESIDEN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL DI INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT TESIS Oleh: NAMA : MUH. SAHDAM HUSEN, SH. NPM : 15912037 BKU : HTN/HAN PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2017 KEDUDUKAN WAKIL PRESIDEN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL DI INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT TESIS Oleh: NAMA : MUH. SAHDAM HUSEN, SH. NPM : 15912037 BKU : HTN/HAN PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2017 i ii iii MOTTO Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasulmu (Muhammad) dan juga janganlah kamu menkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui ( QS. Al-Anfal: 27 ) Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan, sesungguhnya jika kamu bersukur, pasti kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesugguhnya azab-Ku sungguh pedih. ( QS. Ibrahim: 7 ) Sebaik-baik manusia ialah orang yang banyak bermanfaat (kebaikannya) kepada manusia lain. ( HR. Qadla’ie dari Jabir ) iv PERSEMBAHAN Kupersembahkan tesisku ini untuk almamaterku tercinta, Program Studi Magister Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universita Islam Indonesia Rasa hormatku dan terimakasihku kepada para keluargaku tercinta Ayahanda Hi. Salmin Husen dan Ibunda Hj. Hadjijah Hasyim; kakaku Irfan Husen, Rosmawati Husen, Mardan Husen, Fibriyanti Husen, serta ponakanku Fibriyanti, Ramdhan, Sukri, Ramdhani, Naufal, Fajhar, Franchiska, Franchisko, dan Mario. Spesial untuk keluarga kecilku; Istriku tersayang Siti Hadjar Abdul Sikecilku yang cantik Federikha M Sahdam. v vi KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatauh. Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan anugerahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya yang sederhana ini. Salawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada baginda Nabiullah Muhammad SAW, beserta para sahabat dan keluarga beliau.
    [Show full text]
  • Soeharto, Militer Dan G 30 S/Pki
    PERAN SOEHARTO DALAM PERISTIWA G 30 S/PKI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Abdul Ghofur 103033227773 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PERAN SOEHARTO DALAM PERISTIWA G 30 S/PKI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Abdul Ghofur 103033227773 Dibawah Bimbingan Dr. Nawiruddin, MA. NIP. 19720105 200112 1003 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA i KATA PENGANTAR Puji serta rasa syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan dan menunjukan jalan kebenaran yakni Islam kepada umat manusia di seluruh alam semesta. Selanjutnya, dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami hambatan dan pudarnya rasa semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini dalam rangka memperoleh gelar sarjana, namun berkat bantuan, dorongan dan semangat dari berbagai pihak, baik berupa moril dan materil, semua kesulitan tersebut dapat di atasi. Oleh karena itu, sudah sepantasnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Ketua Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Bapak Prof. Dr. Bachtiar Effendi, MA. 2. Sekretaris Jurusan Ilmu Politik Bapak Zaki Mubarak, MA. 3. Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Dr. Nawirudin, MA. Terima kasih atas pengarahan dan kritikan kepada penulis sampai selesainya skripsi ini. Semoga Allah selalu memberikan keberkahan yang berlimpah, amin.
    [Show full text]
  • Indo 10 0 1107123622 195
    194 Note: In addition to the positions shown on the chart, thepe are a number of other important agencies which are directly responsible to the Commander of the Armed Forces and his Deputy. These include the following: Strategic Intelligence Center, Institute of National Defense, Institute of Joint Staff and Command Education/Military Staff and Command College, Military Academy, Military Industries, Military Police, Military Prosecutor-General, Center of People’s Resistance and Security, and Information Center. CURRENT DATA ON THE INDONESIAN MILITARY ELITE AFTER THE REORGANIZATION OF 1969-1970 (Prepared by the Editors) Periodically in the past, the editors of Indonesia have prepared lists of the officers holding key positions in the Indonesian army to keep readers abreast of developments. (See the issues of April 1967, October 1967, and April 1969). Until very recently, the important changes meredy involved individual officers. But on Armed Forces Day, October 5, 1969, General Suharto announced a major structural reorganization of the military hierarchy, and these changes were put into effect between November 1969 and April 1970. According to the military authorities, MThe concept of reorganization, which is aimed at integrating the armed forces, arose in 1966 after the communist coup attempt of 1965. The idea was based on the view that developing countries suffer from political instability due to con­ flict between competing groups."1 On October 6, the then Chief of Staff of the Department of Defense and Security, Lt. Gen. Sumitro, said that the integration of the armed forces "will prevent the occurrence of situations like those in Latin America where the seizure of power is always accompanied by activities on the part of one of the armed forces or individuals from the armed forces."2 The main thrust of the reorganization (for details of which see the footnotes) is in the direction of greatly increased centraliza­ tion of control within the Department of Defense and Security.
    [Show full text]
  • Changing Images of Women and Java
    Background paper for presentation by Sita van Bemmelen and Mies Grijns: Locating the Discourse on Gender Identity in Indonesia: an Exploration of the Scholarly Literature, Panel 9, Parallel Session 3, July 13, 2005. WHAT HAS BECOME OF THE SLENDANG? CHANGING IMAGES OF WOMEN AND JAVA Sita van Bemmelen and Mies Grijns The images of women in Java as depicted in academic studies, like their realities, have changed over the last half-century. An illuminating analogue can be found in the use of the slendang, a wide shawl originally made from batik cloth or from lurik, a striped coarsely woven material for daily use. To us, the transformation of the slendang over the past decades runs parallel to the development of studies on women in Java. The slendang is a predominantly female attribute, used by women and girls. Men occasionally use a slendang, but only for carrying small children. The anthropologist Hildred Geertz describes the slendang in the 1950s as more than just a piece of cloth for practical use: “Carrying a baby in a shawl is called nggéndong; and it is this action that is usually re-enacted as symbolic of the mother’s total care — for instance, at the wedding ceremony or at the harvest when the first ears of rice are carried home in a slendang. The slendang represents complete security…” (Geertz 1961:94). Women also use the slendang as a working “tool,” to transport other loads than babies such as firewood, trading goods, or jamu. The saying “sapikul, sagendong” depicts the different ways men and women carry goods: men in two baskets on a bamboo shoulder-pole, women in one basket fastened in a slendang on their backs.
    [Show full text]
  • ANTARA BIOGRAFI DAN HISTORIOGRAFI (Studi 36 Buku Biografi Di Indonesia )
    Antara Biografi dan Historiografi ANTARA BIOGRAFI DAN HISTORIOGRAFI (Studi 36 Buku Biografi di Indonesia ) Safari Daud PPs UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta [email protected] Abstract The writing of the religious leaders in Indonesia ranks the second after political figures ones. This ranking is the result of Gerry van Klinken’ research on biographies writings in Indonesia from 1950 to 2000 as many as 2,629 books . As the domain of science history , the quantity of writing biographies have not shown the quality of historiography. A total of 36 biography books that the writer analyzed using prevalence history method found out four historiographical issues. First, in the writing of character’s biography about his life has an impact on a critical attitude gap between academic interests of biographer and psychological pressure from mainstream figures who has written. Second, there is a plurality of the biographer rated from reporter, historians, scholars and experts from various professions with their own characteristics of literacy. Third, a biography written by historian is more scientific which shows the portion of the balance in the selection of figures, while the non- historian biographer is more interested in contemporary issues and prefer well-known figures. A variety of professions of the biographer is one of a consequences of the biography writing that much or even related to historiography. Abstrak Penulisan tokoh agama di Indonesia menempati urutan kedua setelah tokoh politik. Peringkat ini merupakan hasil penelitian Gerry van Klinken terhadap penulisan biografi di Indonesia dari tahun 1950 sampai tahun 2000 sebanyak 2.629 buku. Sebagai ranah keilmuan sejarah, kuantitas penulisan biografi belum menunjukkan kualitas historiografi.
    [Show full text]
  • Research Study
    *. APPROVED FOR RELEASE DATE:.( mY 2007 I, Research Study liWOlVEXZ4-1965 neCoup That Batkfired December 1968- i i ! This publication is prepared for tbe w of US. Cavernmeat officials. The formaf coverage urd contents of tbe puti+tim are designed to meet the specific requirements of those u~n.US. Covernment offids may obtain additional copies of this document directly or through liaison hl from the Cend InteIIigencx Agency. Non-US. Government usem myobtain this dong with rimikr CIA publications on a subscription bask by addressing inquiries to: Document Expediting (DOCEX) bject Exchange and Gift Division Library of Con- Washington, D.C ZOSaO Non-US. Gowrrrmmt users not interested in the DOCEX Project subscription service may purchase xeproductio~~of rpecific publications on nn individual hasis from: Photoduplication Servia Libmy of Congress W~hington,D.C. 20540 f ? INDONESIA - 1965 The Coup That Backfired December 1968 BURY& LAOS TMAILANO CAYBODIA SOUTU VICINAY PHILIPPIIEL b. .- .r4.n MALAYSIA INDONESIA . .. .. 4. , 1. AUSTRALIA JAVA Foreword What is commonly referred to as the Indonesian coup is more properly called "The 30 September Movement," the name the conspirators themselves gave their movement. In this paper, the term "Indonesian coup" is used inter- changeably with "The 30 September Movement ," mainly for the sake of variety. It is technically correct to refer to the events in lndonesia as a "coup" in the literal sense of the word, meaning "a sudden, forceful stroke in politics." To the extent that the word has been accepted in common usage to mean "the sudden and forcible overthrow - of the government ," however, it may be misleading.
    [Show full text]
  • Kisah Tiga Jenderal Dalam Pusaran Peristiwa 11-Maret
    KISAH TIGA JENDERAL DALAM PUSARAN PERISTIWA 11‐MARET‐1966 Bagian (1) “Kenapa menghadap Soeharto lebih dulu dan bukan Soekarno ? “Saya pertama‐tama adalah seorang anggota TNI. Karena Men Pangad gugur, maka yang menjabat sebagai perwira paling senior tentu adalah Panglima Kostrad. Saya ikut standard operation procedure itu”, demikian alasan Jenderal M. Jusuf. Tapi terlepas dari itu, Jusuf memang dikenal sebagai seorang dengan ‘intuisi’ tajam. 2014 Dan tentunya, juga punya kemampuan yang tajam dalam analisa June dan pembacaan situasi, dan karenanya memiliki kemampuan 21 melakukan antisipasi yang akurat, sebagaimana yang telah dibuktikannya dalam berbagai pengalamannya. Kali ini, kembali ia Saturday, bertindak akurat”. saved: Last TIGA JENDERAL yang berperan dalam pusaran peristiwa lahirnya Surat Perintah 11 Maret Kb) 1966 –Super Semar– muncul dalam proses perubahan kekuasaan dari latar belakang situasi (89 yang khas dan dengan cara yang khas pula. Melalui celah peluang yang juga khas, dalam suatu wilayah yang abu‐abu. Mereka berasal dari latar belakang berbeda, jalan pikiran dan 1966.docx ‐ karakter yang berbeda pula. Jenderal yang pertama adalah Mayor Jenderal Basuki Rachmat, dari Divisi Brawijaya Jawa Timur dan menjadi panglimanya saat itu. Berikutnya, yang kedua, Maret ‐ 11 Brigadir Jenderal Muhammad Jusuf, dari Divisi Hasanuddin Sulawesi Selatan dan pernah menjadi Panglima Kodam daerah kelahirannya itu sebelum menjabat sebagai menteri Peristiwa Perindustrian Ringan. Terakhir, yang ketiga, Brigadir Jenderal Amirmahmud, kelahiran Jawa Barat dan ketika itu menjadi Panglima Kodam Jaya. Pusaran Mereka semua mempunyai posisi khusus, terkait dengan Soekarno, dan kerapkali Dalam digolongkan sebagai de beste zonen van Soekarno, karena kedekatan mereka dengan tokoh puncak kekuasaan itu. Dan adalah karena kedekatan itu, tak terlalu sulit bagi mereka untuk Jenderal bisa bertemu Soekarno di Istana Bogor pada tanggal 11 Maret 1966.
    [Show full text]
  • Menguak Tabir Peristiwa 1 Oktober 1965 Bagian Pertama
    Lifting the Curtain on the Coup of October 1st 1965 – Suing for the Justice Menguak Tabir Peristiwa 1 Oktober 1965 Mencari Keadilan Lifting the Curtain on the Coup of October 1st 1965 Suing for the Justice Dihimpun oleh: Cyntha Wirantaprawira Diterbitkan oleh Lembaga Persahabatan Jerman - Indonesia Heidelberg RF Jerman 2 Menguak Tabir Peristiwa 1 Oktober 1965 – Mencari Keadilan Dipersembahkan kepada Seluruh Korban Rezim Jendral Suharto Dedicated to all victims of the General Suharto´s Regime 3 Lifting the Curtain on the Coup of October 1st 1965 – Suing for the Justice Kata pengantar Buku ini adalah bunga rampai tulisan-tulisan mengenai “Gerakan Satu Oktober 1965” (Coup d´État ´65), yang saya baca dan kumpulkan selama bulan September – Oktober 2005 dari berbagai Mailinglist di Internet dalam rangka Membuka Tabir Sejarah Republik Indonesia “40 Tahun Tragedi Nasional Republik Indonesia” (01.10.1965 – 01.10.2005). Sebagai generasi muda yang lahir tahun 1983 dan hidup di luar Indonesia, saya ingin mengetahui sebab-sebab, mengapa Bapak saya yang tercinta, Willy R. Wirantaprawira, yang oleh Pemerintah Republik Indonesia diberi tugas untuk belajar di Eropah Timur (1963 – 1968), sejak umur 24 tahun sampai saat ini, lebih dari 42 tahun terpaksa kelayaban di mancanegara. Tulisan-tulisan dalam buku ini disajikan se-adanya, tanpa di-modifikasi dan tanpa komentar dari saya pribadi. Hak cipta dari pada tulisan-tulisan tersebut adalah milik penulis yang bersangkutan. Penerbitan buku ini saya biayai sendiri dan disebar- luaskan secara gratis kepada perpustakaan-perpustakaan diseluruh Indonesia dan kepada mereka yang tidak mempunyai akses ke Internet. Dipersembahkan kepada seluruh “anak bangsa, - korban rezim OrBa Jendral Soeharto - yang terpaksa kelayaban di mancanegara” (Gus Dur 2000).
    [Show full text]
  • LAPORAN KEGIATAN KONSORSIUM IA-PTM/A (Bidang Keuangan)
    LAPORAN KEGIATAN KONSORSIUM IA-PTM/A (Bidang Keuangan) SURAKARTA 18 Maret 2021 LAPORAN KEGIATAN Konsorsium IA-PTM/A (Bidang Keuangan) Surakarta 18 Maret 2021 RIWAYAT KONSORSIUM IA-PTM/A BIDANG KEUANGAN DAN HASIL YANG DICAPAI 1. Pertemuan 1 di UM Surakarta tgl 27 Agustus 2018 pembentukan awal konsorsium menyiapkan legalitas konsorsium dan pembentukan pengurus konsorsium 2. Pertemuan ke 2 di UMGorontalo (26-27 Feb 2019) pembahasan dan pengesahan AD/ART konsorsium 3. Pertemuan ke 3 di UMMalang (28-29 Agustus 2019) mendapatkan legalitas dari PP Muhammadiyah. Merencanakan membuat draft buku panduan audit internal bidang keuangan bagi PTM/A 4. Pertemuan konsorsium ke 4 di UM Jakarta soft lauching dan sosialisasi buku panduan audit internal bidang keuangan PTM/A. 5. Pertemuan konsorsium ke 5 di UM Surakarta Kerjasama dengan LPPK PP Muhammadiyah dalam bentuk webinar bersama dengan zoom (daring) LAPORAN INTI KEGIATAN KONSORSIUM KE-5 DI UM SURAKARTA Pada tanggal 18 Maret 2021 bertempat di Universitas Muhammadiyah Surakarta dilakukan pertemuan konsorsium IA PTM/A yang ke-5 dengan zoom yang diketuai oleh Kepala Biro Auditor Internal UMS, Dra Rina Trisnawati Msi.Ak.Ph.D.CA. Acara ini dihadiri oleh perwakilan LPPK PP Muhammadiyah, Rektor UMS dan dihadiri oleh 117 peserta yang berasal dari 50 PTM/A se-Indonesia. Tema konsorsium IA-PTM/A bidang keuangan ke-5 ini adalah‘ Sinergivitas Konsorsium Internal Auditor bidang keuangan PTM/A dengan LPPK PP Muhammadiyah untuk mewujudkan Good University Governance. Agenda acara adalah sebagai berikut: AGENDA
    [Show full text]
  • Current Data on the Indonesian Army Elite
    CURRENT DATA ON THE INDONESIAN ARMY ELITE (Prepared by the Editors) The following list contains the changes in key positions and personnel in the Indonesian Army from September 1967 through February 1969. The format follows that used in the previously- published lists: "Data on the Current Military Elite," Indonesia (April 1967 , pp. 205-216), and "Recent Changes in Army Commands," Indonesia (October 1967, pp . 227-229). As far as possible, the following information is given for each position: the name of the present occupant, his predecessor, his date of installation, his previous position, his divisional background and his ethnic origin. Sample OFFICEHOLDER DATE OF INSTALLATION PREDECESSOR OFFICEHOLDER’S PREVIOUS POSITION DIVISIONAL ETHNIC BACKGROUND ORIGIN Abbreviations Divisions Ethnic Group B = Brawidjaja J = Javanese D = Diponegoro S = Sundanese SI = Siliwangi I. CENTRAL ARMY COMMAND Commander of the Army General Maradean Panggabean 17.V.68 becomes full Commander; had been Acting Commander since 29.V .67 General Suharto Vice-Commander of the Army TT/II Toba Batak (South Sumatra) 195 196 Vice-Commander of the Army Lt. Gen. Umar Wirahadikusumah 29.V.67 Lt. Gen. Panggabean Commander of Army Strategic Reserve (KOSTRAD) SI S First Deputy (Operations) to the Commander of the Army Maj. Gen. Soemitro 11.V.67 Maj. Gen. Soerono Second Assistant (Operations) to the Commander of the Army; Commander of Kodam VIII B J Second Deputy (Administration) to the Commander of the Army Maj. Gen. Hartono 11.V.67 Wirj odiprodj o Lt. Gen. Panggabean Fourth Assistant (Logistics) to the Commander of the Army Corps of Engineers J Third Deputy (Finance/Civil Relations) to the Commander of the Army Maj.
    [Show full text]
  • Timeasia.Com 05/24/99
    TIMEasia.com 05/24/99 TIME IN PRINT Subscribe TIME Asia International Editions Customer Service TIME Asia Home FAQs Current Issue Contact Us Asia News Pacific News May 24, 1999 Technology Business The Family Firm Suharto Inc.: All in Arts the Family A TIME investigation into Indonesian officials Travel the wealth of Indonesia's say they can't find Photos Suharto and his children evidence of ill-gotten Special Features uncovers a $15 billion wealth. But a four- Magazine Archive fortune in cash, month TIME property, art, jewelry and investigation reveals Subscribe to TIME jets that the former Customer Service By JOHN COLMEY and DAVID LIEBHOLD President and his About Us Jakarta children now have Write to TIME Asia assets worth $15 When the end came for Suharto, Indonesia's billion, including TIME.com long-serving President appeared oddly passive. fancy homes, TIME Canada As students and angry mobs took to the streets jewelry, fine art and and soldiers responded with gunfire and tear TIME Europe private jets gas, the five-star general hovered in the TIME Pacific background, making few attempts to set things A Talent for Latest CNN News right. When he finally quit a year ago this week, Business he stood meekly to the side as his successor, B. Cash and assets J. Habibie, took the oath of office. Suharto has acquired by the hardly been heard from since. family over 30 years TIME Digest But Indonesia's onetime autocrat has been far "I Never Asked" FORTUNE.com busier than most of his countrymen realize. Just The Attorney FORTUNE China after his fall from power there began feverish General has few movements of his personal fortune.
    [Show full text]