Wage Rudolf Supratman

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Wage Rudolf Supratman WAGE RUDOLF SUPRATMAN Oleh : Bambang Sularto DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDA YAAN DIREKTORAT SEJARAH DAN NILAJ TRADISIONAL PROYEK INVENT ARISASI DAN DOKUMENT ASI SEJARAH NASIONAL JAKARTA 1985 Milik Depdikbud. Tidak'diperdagangkan WAGE RUDOLF SUPRATMAN Oleh: Bambang Sularto DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT SEJARAH DAN NILAI TRADISIONAL PROYEK INVENTARISASI DAN DOKUMENT ASI SEJARAH NASIONAL JAKARTA 1985 Penyunting : 1. Sutrisno Kutoyo 2. P. Wayong 3. M. Soenjata Kartadarmadja iii Gambar kulit oleh : Hafid Alibasyah iv SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL KEBUDAYAAN Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional (IDSN) yang berada pada Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisi­ onal, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidik­ an dan Kebudayaan telah berhasil menerbitkan seri buku-buku biografi dan kesejarahan. Saya menyambut dengan gembira hasil penerbitan tersebut. Buku-buku tersebut dapat diselesaikan berkat adanya kerja sama antara para penulis dengan tenaga-tenaga di dalam proyek. Karena baru merupakan langkah pertama, maka dalam buku-buku hasil Proyek IDSN itu masih terdapat kelemahan dan kekurangan. Diharapkan hal itu dapat disempurnakan pada masa yang akan datang. Usaha penulisan bµku-buku ·kesejarahan wajib kita ting­ katkan mengingat perlunya kita untuk senantiasa memupuk, memperkaya dan memberi corak pada kebudayaan nasional dengan tetap memelihara dan membina tradisi peninggalan sejarah yang mempunyai nilai perjuangan bangsa, kebanggaan serta kemanfaatan nasional. Saya mengharapkan dengan terbitnya buku-buku ini dapat ditambah sarana penelitian dan kepustakaan yang di­ perlukan untuk pembangunan bangsa dan negara, khususnya pembangunan kebudayaan. v Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan ini. Jakarta, Agustus 19 85. Direktur Jenderal Kebudayaan hlr.� NIP. 1301 19123 vi KATA PENGANTAR Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional merupakan salah satu proyek dalam lingkungan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudaya­ an, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang antara lain mengerjakan penulisan biografi "pahlawan nasional" yang 'sudah memperoleh pengesahan dari pemerintah. Ketentuan umum bagi "pahlawan nasional" ialah seseorang yang pada masa hidupnya, karena terdorong oleh rasa cinta tanah air, sangat berjasa dalam memimpin suatu kegiatan yang teratur guna menentang penjajahan di Indonesia, melawan musuh dari luar negeri ataupun sangat berjasa baik dalam lapangan politik, ketatanegaraan, sosial-ekonomi, kebudayaan, maupun dalam lapangan ilmu pengetahuan yang erat hubungannya dengan perjuangan kemerdekaan dan perkembangan Indonesia. Tuj uan utama dari penulisan biografi pahlawan nasional ini ialah membina persatuan dan kesatuan bangsa, membangkit­ kan kebanggaan nasioual, mengungkapkan nilai-nilai budaya bangsa, dan melestarikan jiwa dan semangat kepahlawanan dalam kehidupan bangsa dan negara. Di samping itu penulisan biografi pahlawan nasional juga bertujuan untuk mengungkapkan kisah kehidupan para pahla­ wan nasional yang berguna sebagai suri teladan bagi generasi penerus dan masyarakat pada umumnya. Penulisan itu sendiri vii merupakan kegiatan memelihara darma baktinya kepada nusa dan bangsa, sekaligus juga bermakna sebagai ikhtiar untuk me­ ningkatkan kesadaran d.an minat akan sejarah bangsa dan tanah air. Selanjutnya penulisan biografi pahlawan nasional merupa­ kan usaha dan kegiatan pembangunan yang dapat dimanfaat- ' kan bagi pengembangan pribadi warga negara, serta bermanfaat' bagi pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Takarta, Agustus 1985, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional viii DAFTAR ISi Halaman SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL KEBUDAYAAN. v KAT A PENG ANT AR . .. vii DAFT AR ISi . ix PENDAHULUAN . 1 Bab I. Asal-usul . .. .. .. 3 Bab II. Masa Kanak-kanak Sampai Remaja . 17 2.1 Menjadi Anak Yatim . l 7 2. 2 Kehidupan di Makasar . .... ... ...... ; . 23 2.3 Menuju ke Medan Bhakti . 51 Bab III. Masa Pengabdian . 61 3.1 Menjadi Wartawan . 61 3. 2 Kongres Pemuda Indonesia Pertama dan Wage Rudolf Supratman . 82 3.3 Sekitar Kelahiran PPPI . 95 3.4 Mempersunting Salamah . 108 3. 5 Seki tar Kelahiran PNI . · 111 3. 6 Akad Nikah Menjelang Kongres Pemuda Indonesia Kedua . 121 3.7 Kongres Pemuda Indonesia Kedua dan Wage Rudolf Supratman . 129 3.8 Kongres Perempoean Indonesia Pertama yang Memberi Inspirasi . 155 lX 3.9 Kongres Kedua PNI Akui Indonesia Raya Sebagai Lagu Kebangsaan Indonesia ...... ..... 16 2 3. 10 Lagu Kebangsaan Indonesia Raya Dilarang Oleh Pemerintah Koloriial . 16 6 3. 11 Buku "Perawan Desa" Disita Oleh Pemerintah Kolonia! . 17 5 3. 12 Gerakan Kepanduan dan Wage Rudolf Supratman ........... .................... 17 9 3. 13 Sekitar Kelahiran Indonesia Muda . 18 4 3. 14 Menghadiri Kongre� Ketiga Indonesia Muda. 19 2 3. 15 Sakit dan Berpisah Dengan Salamah ............ 200 Bab IV Hari-hari Akhir Masa Pengabdian . 219 4. 1 Ditangkap Karena "Matahari Terbit" ........... 2119 4.2 Hari-hari Terakhir Wage Rudolf Supratman ... .... 228 4.3 Indonesia Raya Semasa P�ndudukan Jepang dan Sesudah Proklamasi Kemerdekaan I 7 Agustus 1945 .................................... 235 LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................... 24 1 DAFT AR KEPUST AKAAN . 249 DAFTAR INFORMAN . 252 x FOTO ALMARHUM W.R. SOEPRATMA N 1903 - 1938 xi "Setia kepada Indonesia Raya, setia ke­ pada lagu Indonesia Raya yang telah kita ikrarkan bukan saja menj adi lagu kebang­ saan, tetapi pula menjadi lagu Negara kita. Permintaan batin kita ialah Allah s.w.t. menjadikan lagu Indonesia Raya ini menjadi lagu kebangsaan, lagu bangsa kita sampai akhir zaman pula. Jangan ada sesuatu golongan memilih lagu baru, setialah kepada lagu Indonesia Raya, setialah kepada Pancasila." Petikan pidato Presiden Repu­ blik Indonesia 28 Oktober 1953, di Lapangan Ikada, Jakarta, pada Peringatan 25 Tahun Lagu Indonesia Raya. xiii PENDAHULUAN Wage Rudolf Supratman tennasuk di antara para pahlawan nasional yang semasa hayatnya berjuang melawan penjajahan Belanda dengan tidak menggunakan senjata ataupun aksi massa. Perjuangan yang ia lakukan adalah dengan menciptakan karya seni, khususnya lagu-lagu perjuangan. la adalah seorang seniman. Sebagai seniman patriotik yang sadar akan tugas kewaj iban­ nya, ia menjawab tantangan zaman dengan karya seni yang seluruhnya dipersembahkan kepada perjuangan bangsa. Sebagai pejuang idealis, ia berkeyakinan penuh bahwa pada suatu saat kelak, perjuangan bangsa untuk mencapai kemerdekaan Indo­ nesia pasti akan menjadi kenyataan. ldealisme itulah yang men­ dorongnya untuk menciptakan lagu-lagu perjuangan. Salah satu di antaranya adalah "himne nasional". Kesemuanya itu dicipta­ kannya justru pada masa kekuasaan kolonial Belanda masih amat kokoh mencengkeram bangsa Indonesia. lrama lagu-lagu perjuangan, khususnya "Indonesia Raya", telah ikut memper­ teguh keyakinan dalam hati sanubari bangsa Indonesia, bahwa perjuangan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, pada suatu saat kelak pasti akan berhasil. Dengan lagu Indonesia Raya tersebut, sejarah mencatat bahwa bangsa Indonesia telah memiliki himne nasional, jauh sebelum saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 19 45 . Seba­ gai himne nasional, Indonesia Raya, diciptakan untuk kemer- 2 dekaan, persatuan, keselamatan, kemuliaan Bangsa dan Negara Indonesia sepanjang masa. Peranan WR. Supratman dalam per­ juangan melawan penjajahan Belanda dengan berbagai karya seni, khususnya lagu Indonesia Raya yang bernilai abadi bagi bangsa Indonesia, telah menjadikannya seorang tokoh sejarah. Seperti halnya dengan setiap tokoh sejarah, tentulah Wage Rudolf Supratman mempunyai ciri-ciri khas, baik kepribadian­ nya maupun dalam gaya perjuangannya; tentu saja dengan segala kelebilian serta kekurangannya. Namun agaknya riwayat hidup Wage Rudolf Supratman mempunyai arti tersendiri dalam panggung sejarah tanah air, karena sejarah lagu kebangsaan Negara Republik Indonesia tidak mungkin terpisah dengan riwayat hidup si pencipta lagu itu. Semoga jiwa patriotik dan semangat kebangsaan Wage Rudolf Supratman yang sampai saat tarikan nafasnya yang ter­ akhir, tetap setia mengabdikan diri tanpa pamrih kepada per� juangan bangsa itu akan dapat dijadikan suri teladan oleh ang­ ka tan penerus dalam pengabdiannya mengisi kemerdekaan Indo­ nesia di masa pembangunan. BAB I ASAL - USUL Setelah tersiar berita bahwa Pangeran Diponegoro ditang­ kap secara curang oleh Jenderal De Kock di kota Magelang pada tanggal 28 Maret 1830, maka sebagian dari para prajuritnya yang berada di daerah Bagelen, lalu membubarkan diri. Sebagian prajurit yang berasal dari rakyat setempat, kembali ke desa masing-masing. Sebagian lagi yang berasal dari Yogyakarta, enggan kembali ke tempat asalnya. Mereka memilih untuk hidup bersama rakyat setempat, menjadi petani-petani di desa­ desa dalam wilayah Bagelen. Ada juga yang berusaha mencari tempat tinggal baru di pelosok-pelosok. Salah seorang di antara­ nya, bemama Somongari. Ia membuat tempat tinggal baru di sebuah dataran tinggi, tak jauh dari Gunung Seberuk a tau Mung­ gangkitiran dan Pegunungan Kelir. Tempat tinggal Somongari. Letak Desa Somongari lebih kurang empat ratus meter di atas permukaan laut. Meskipun jaraknya hanya lebih kurang dua­ belas kilometer di sebelah tenggara ibukota Kabupaten Purwo­ rejo, namun selama hampir seabad Desa Somongari merupakan daerah terpencil. Keadaan alam desa itu tidak memungkinkan penduduknya untuk bersawah. Mereka mengusahakan per­ kebunan, berladang dan beternak. Perkebunannya menghasilkan buah durian, manggis, dan buah melinjo. Ladangnya menghasil­
Recommended publications
  • Bangsawan Prampoewan Enlightened Peranakan Chinese Women from Early Twentieth Century Java
    422 WacanaWacana Vol. Vol.18 No. 18 2No. (2017): 2 (2017) 422-454 Bangsawan prampoewan Enlightened Peranakan Chinese women from early twentieth century Java Didi Kwartanada ABSTRACT The end of the nineteenth century witnessed paradox among the Chinese in colonial Java. On one hand, they were prospering economically, but were nonetheless held in contempt by the Dutch, encountered legal discrimination and faced challenges if they wanted to educate their children in European schools. Their marginal position motivated them do their utmost to become “civilized subjects”, on a par with Europeans, but they were also inspired to reinvent their Chinese identity. This contribution will highlight role played by “enlightened” Chinese, the kaoem moeda bangsa Tjina. Central to this movement were the Chinese girls known to the public as bangsawan prampoewan (the noblewomen), who wrote letters the newspaper and creating a gendered public sphere. They also performed western classical music in public. Considering the inspirational impact of bangsawan prampoewan’s enlightening achievements on non-Chinese women, it is appropriate to include them into the narrative of the history of the nation’s women’s movements. KEYWORDS Chinese; women; modernity; progress; newspapers; Semarang; Surabaya; western classical music; Kartini. Didi Kwartanada studies history of the ethnic Chinese in Indonesia, especially Java. He is currently the Director of the Nation Building Foundation (NABIL) in Jakarta and is preparing a book on the history of Chinese identity cards in Indonesia. His publications include The encyclopedia of Indonesia in the Pacific War (Leiden: Brill, 2009) as co-editor and contributor, and the most recent work Tionghoa dalam keindonesiaan; Peran dan kontribusi bagi pembangunan bangsa (3 vols; Jakarta: Yayasan Nabil, 2016) as managing editor cum contributor.
    [Show full text]
  • DAFTAR PUSTAKA Sumber Arsip
    DAFTAR PUSTAKA Sumber Arsip: Arsip Nasional Republik Indonesia, Bundel D/66 Indonesia Raya en Perhimpoenan Indonesia - Surat Penasehat Urusam Bumiputera Van der Plas Kepada Gubernur Jendral tertanggal 18 Januari 1929 nomor 108. - Laporan kepala polisi kepada Residen Batavia nomor 250/rahasia tertanggal 9 Maret 1929 - Surat Komisaris Kepala Polisi Feuerstein kepada Residen Batavia 250/rahasia tertanggal 9 Maret 1929 - Surat Jaksa Agung J.K Onnen kepada Gubernur Jendral nomor 468/A.P tertanggal 25 Maret 1929. - Dokumen nomor 418/135 tertanggal 8 April 1929. - Veklaring 7 Maret 1929 - Terjemahan lagu Indonesia Raya dalam bahasa Belanda Arsip Museum W.R Supratman Kota Surabaya Jawa Timur. - Dokumen Lirik Lagu Karya Wage Rudolf Supratman - Foto Piringan Hitam lagu Indonesia Raya - Piagam Bintang Mahaputera Wage Rudolf Suprtaman - Silsilah Keluarga Wage Rudolf Supratman - Foto Penjara Kalisosok tempat Wage Rudolf Supratman di penjara pada tahun 1938 83 84 - Arsip Museum Sumpah Pemuda DKI Jakarta - Dokumen lirik lagu Indonesia Raya hasil dari Panitia Lagu Indonesia Raya tahun 1944. - Foto Piringan Hitam Lagu Indonesia Raya Penetapan Pengadilan Negeri Surabaya No. 1560/1958 tentang kota kelahiran Wage Rudolf Supratman. Peraturan Pemerintah No 44 Tahun 1958 tentang penetapan lagu Indonesia Raya menjadi lagu resmi Kebangasaan Indonesia. Peraturan Pemerintah No 1 tanggal 17 Agustus 1959 tentang ditetapkannya Lagu Indonesia Raya sebagai lagu perjuangan yang termaksud dalam lagu wajib nasional Undang Undang Dasar No 24 tahun 2009 tentang Kodifikasi
    [Show full text]
  • Improving Students' Achievement Through English Day Program
    IMPROVING STUDENTS' ACHIEVEMENT THROUGH ENGLISH DA Y PROGRAM (A Case Study at the Second Year Students of S:\IF\ 112 ,Iakllrta Bani!) A Skripsi Presented to the Faculty of Tarbiyah lind !,'aeh","s' Irllining In Partial Fulfillment of the l~elJuircment~ For the I)l'grt't' of Sarjana Slrata I By: ABDUL HOSYIIl 99140 ISW! THE ENGLISH DEPARTEMENT TIlE FACULTY OF TARBlY,\1I .\\'1> TE·\CIIER'S TRU\I\,(; STATE JSLAJVllC LJNIVEI~SJTY SYARJF HIJ)A YATULLAII JAKARTA J424 11/2004 ,VI IMPROVING STUDENTS' ACHmVEMENT THROUGH ENGLISH DAY PROGRAM (A Case Study at the Second Yeur Students ofSMUN 112 .JalUlrlu Bural) A Skripsi Presented to the Fuculty ofTurhiyuh and Teu('hers' Truining In Purtiul Fulfilhnent of the I~equiremellts For the Degn't' of Sa rjllnll Strum I By: ABDUL ROSY/D 9914015768 Approved By Advisor: Drs. ItA Munir Sonhlldii. ,\I.Ed NIP. 1500506112 THE ENGLISH DEPARTEMENT THE FACULTY OF TARBIYAH ANI> TEACHER'S TRAINING STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HmAYATULLAH JAKARTA 1424 H/ 2004 Legalization of Examination Committee A "skripsi" lilled " IMPROVING STUDENTS' ACHIEVEMENT THROUGH ENGLISH DAY PROGRAM" (A Case Study at the Second Year of Students of SlVIUN 112 Jakarta Barat) was examined at examination session of the Faculty of Tarbiyah of Syarif I-lielayatullah State Islamic University Jakarta on Saturelay. February 7. 2004. This "skripsi" has fulfilleel the requirement for the Degree of Strata-I (S-I) at the English Department. Jakarta, February 7, 2004 Examination Committee 1'11' ·leac )1' Committee The Secretary of Committee Pn2,L_Dr. I-l. Salman I· run NIP. ISO 062 568 Committee Examiner I Examiner II Drs.
    [Show full text]
  • Kwee Kek Beng (Guo Keming)
    Denken over de peranakan identiteit: Kwee Kek Beng (Guo Keming) Que Soei Keng (gepubliceerd in het Hua Yi blad van Maart 2009) seudoniemen: Garem (zout); Thio Boen Hiok. Geboren te Jakarta op 16 P nov 1900 en overleden te Jakarta 31 mei 1975. Gehuwd met Tee Lim Nio. Kwee was publicist en hoofdredacteur van het dagblad Sin Po (1925- 1947). Prominent intellectueel leider van de Chinese gemeenschap in Indonesië en filosoof van de Chinese stroming binnen de Indonesische filosofie. Vader van architect Kwee Hin Goan (Jakarta 4 juni 1932) en journalist-schrijver Xing-hu Kuo (Kwee Hin Houw , Jakarta 12 mei 1938). Opleiding Hollands-Chinese School (HCS) en Hollands- Chinese Kweekschool (HCK) te Jakarta. In 1922 werd hij onderwijzer aan de HCS Tanjakan Empang te Bogor, trad na vier maanden in dienst van Bin Seng (een locaal dagblad van Batavia dat net was opgericht door Tjoe Bou San) en de redactie van het Maleis-Chinese blad Sin Po. Na de dood van Tjoe Bou San in 1925 werd hij hoofdredacteur, een functie die hij tot 1947 zou behouden. Hij vertegenwoordigde evenals zijn voorganger de Chinees nationalistische stroming binnen de Chinese gemeenschap Indonesia Raya en Sin Po (Een bewerking uit de autobiografie “BLOEIENDE BRON, Een architectenleven” door Kwee Hin Goan). In oktober 1910, aan de vooravond van de Chinese revolutie tegen het Manchu- regime, verscheen in toenmalig Batavia een weekblad, “Sin Po” of “Nieuw Blad”. Een jaar later werd het omgezet in een dagblad met Razoux Kuhr, een gewezen Indo ambtenaar (Binnenlands Bestuur), als hoofdredacteur. Sin Po was vervuld van jeugdig enthousiasme en vol vuur voor de revolutionaire beweging in China onder Dr.
    [Show full text]
  • Reiterating Indonesian National Identity in the Globalized World Through a New Romantic Movement
    UGM Digital Press Proceeding of ASIC 2018 2 Social Sciences and Humanities (2018) : 105-110 American Studies International Conference (ASIC) 2018 Reiterating Indonesian National Identity in the Globalized World through a New Romantic Movement Rahmawan Jatmiko Department of Intercultural Studies, Universitas Gadjah Mada. Indonesia. e-mail: [email protected] Abstract This article discusses the possibility of re-evoking and invigorating romantic spirits to reiterate Indonesian national identity. This commences from the fact that despite its comparatively young age, Indonesia has experienced a number of heroic and romantic struggles, notable in our national history; for instance, the “national awakening movement” Boedi Oetomo in 1908, which became the first modern symbol of national struggle in Indonesia, the Sumpah Pemuda in 1928, which instilled in the youth's mind the three factors in common as our national identity, which binds our multi-cultural existence and experiences i.e. the unity of territory, language, and nation; andth the third is Indonesian Declaration of Independence, 17 of August 1945. This study starts from the assumption that those three symbols of struggle and identity are imprinted with romantic spirits, i.e. the sentimental feelings and emotions, which are no longer dealing with the worldly and materialistic considerations. In this discussion, one might question whether Indonesia has ever experienced any romantic movement as what European countries and America had in the end of the 18th century, yet that might not be so critical question in this case. Instead, what might be considered more important is another question such as, “do we need that kind of movement nowadays in order to clearly pronounce our identity?” By careful readings, observations and interpretations based on historiography and other references, this article sees that an attempt to give birth to our own Romanticism might be feasible as a good solution to rebuild our nationalism, since it Keywordsalso deals with recognizing and recalling our lost identity.
    [Show full text]
  • (RPP) ONLINE Nama Pembuat : Darto Paulus Simanihuruk, S.Pd Sekolah
    RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) ONLINE Nama Pembuat : Darto Paulus Simanihuruk, S.Pd Sekolah : SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Surel : [email protected] Mata Pelajaran : IPS Kelas/Semester : VIII ( Delapan )/Genap Materi Pokok : Lahirnya Sumpah Pemuda A. Tujuan Pembelajaran Adapun tujuan pembelajaran dalam materi ini peserta didik diharapkan mampu : 1. Menjelaskan latar belakang lahirnya Sumpah Pemuda 2. Menjelaskan tokoh-tokoh yang berperan dalam melahirkan Sumpah Pemuda 3. Meneladani sikap dan perjuangan pemuda Indonesia dalam mewujudkan lahirnya Sumpah Pemuda. B. Metode Pembelajaran - Menggunakan Aplikasi ZOOM Meeting untuk Proses Pembelajaran - Menggunakan Aplikasi Edmodo untuk evaluasi Pembelajaran C. Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu Pendahuluan 1. Peserta didik bersama guru menyampaikan salam dan 5 Menit berdoa. 2. Guru memberikan motivasi supaya semangat belajar walaupun belajar jarak jauh. 3. Guru mengulas kembali materi pembelajaran minggu lalu yang masih berkaitan dengan materi berikutnya. Kegiatan Inti 1) Guru memberikan gambaran secara sederhana kepada 15 Menit peserta didik tentang materi bagaimana lahirnya Sumpah Pemuda. 2) Peserta didik diminta memberikan pendapat tentang penjelasan secara sederhana yang disampaikan oleh guru. Alokasi Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu 3) Selanjutnya guru memberikan penjelasan materi yang akan dibahas sesuai dengan tujuan pembelajaran Penutup 1). Guru melakukan refleksi kepada siswa atas pembelajaran 10 Menit yang disampaikan 2). Guru menyampaikan kesimpulan materi yang disampaikan kepada siswa 3). Guru menyampaikan tugas sebagai evaluasi pembelajaran lewat Edmodo 4). Guru menyampaikan salam penutup. D. Materi Pembelajaran A. Latar Belakang Lahirnya Sumpah Pemuda Sumpah Pemuda tercetus dalam Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928. Namun dua tahun sebelumnya, seperti diungkap Sudiyo lewat buku Perhimpunan Indonesia sampai dengan Lahirnya Sumpah Pemuda (1989), telah dilakukan Kongres Pemuda I mulai tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926 di Batavia (Jakarta).
    [Show full text]
  • National Heroes in Indonesian History Text Book
    Paramita:Paramita: Historical Historical Studies Studies Journal, Journal, 29(2) 29(2) 2019: 2019 119 -129 ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825 DOI: http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v29i2.16217 NATIONAL HEROES IN INDONESIAN HISTORY TEXT BOOK Suwito Eko Pramono, Tsabit Azinar Ahmad, Putri Agus Wijayati Department of History, Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Semarang ABSTRACT ABSTRAK History education has an essential role in Pendidikan sejarah memiliki peran penting building the character of society. One of the dalam membangun karakter masyarakat. Sa- advantages of learning history in terms of val- lah satu keuntungan dari belajar sejarah dalam ue inculcation is the existence of a hero who is hal penanaman nilai adalah keberadaan pahla- made a role model. Historical figures become wan yang dijadikan panutan. Tokoh sejarah best practices in the internalization of values. menjadi praktik terbaik dalam internalisasi However, the study of heroism and efforts to nilai. Namun, studi tentang kepahlawanan instill it in history learning has not been done dan upaya menanamkannya dalam pembelaja- much. Therefore, researchers are interested in ran sejarah belum banyak dilakukan. Oleh reviewing the values of bravery and internali- karena itu, peneliti tertarik untuk meninjau zation in education. Through textbook studies nilai-nilai keberanian dan internalisasi dalam and curriculum analysis, researchers can col- pendidikan. Melalui studi buku teks dan ana- lect data about national heroes in the context lisis kurikulum, peneliti dapat mengumpulkan of learning. The results showed that not all data tentang pahlawan nasional dalam national heroes were included in textbooks. konteks pembelajaran. Hasil penelitian Besides, not all the heroes mentioned in the menunjukkan bahwa tidak semua pahlawan book are specifically reviewed.
    [Show full text]
  • 1942 Skripsi
    DigitalDigital RepositoryRepository UniversitasUniversitas JemberJember PERANAN PERS TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA DALAM PERGERAKAN NASIONAL 1902 – 1942 SKRIPSI Oleh Saripa Haini Jumita Asmadi NIM. 090110301002 JURUSAN SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS JEMBER 2015 DigitalDigital RepositoryRepository UniversitasUniversitas JemberJember PERANAN PERS TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA DALAM PERGERAKAN NASIONAL 1902 – 1942 SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program Studi pada Jurusan Sejarah (S1) dan mencapai gelar Sarjana Sastra. Oleh Saripa Haini Jumita Asmadi NIM. 090110301002 JURUSAN SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS JEMBER 2015 DigitalDigital RepositoryRepository UniversitasUniversitas JemberJember PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Saripa Haini Jumita Asmadi NIM : 090110301002 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Peranan Pers Tionghoan Peranakan di Surabaya dalam Pergerakan Nasional 1902-1942” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi mana pun dan bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik apabila ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 12 Februari 2015 Yang menyatakan, Saripa Haini
    [Show full text]
  • Newsletter PDA Bina-Qolbu Edisi Oktober 2014
    Newsletter PDA Bina-Qolbu Edisi Oktober 2014 MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN BENAR (TARTIL): Tartil = Standar Bacaan Al-Qur’an secara Benar KEWAJIBAN INDIVIDU (FARDHU ‘AIN) Hukum fardhu ‘ain (kewajiban individual) secara benar Ust. Ir. Muhammad Furqan Alfaruqiy merujuk kepada Al-Qur’an surah al-Muzzammil:4 berikut ini: Pengasuh Pusat Dakwah Al-Qur’an Bina Qolbu (PDA-BQ) Hukum Membaca Bacaan Al-Qur’an dengan Benar Artinya: “ atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an Seorang muslim yang baik senantiasa membaca Al- itu dengan perlahan-lahan .” Qur’an. Bukan saja karena wajib membacanya saat shalat 5 Dari ayat tersebut, kita mengenal satu istilah, yakni tartil , waktu, lebih dari itu karena mendatangkan banyak dengan redaksi kalimat perintah (fi’il amr). Pemahaman ter- keistimewaan (fadhilah) bagi pembaca dan pendengarnya. hadap makna kata inilah yang menentukan standar bacaan Al- Hadits Rasulullah Muhammad SAW antara lain menyebutkan: Qur’an yang memenuhi syarat yang dibenarkan secara syariah. bahwa seorang mukmin yang senantiasa membaca Al-Quran yang menurut ,( َرﺗﻞ ) Kata tartil berakar dari kata ratala bagaikan buah ‘utrujah (sejenis limau/jeruk): aromanya semerbak harum dan manis pula rasanya. Sedangkan mukmin pakar kosakata Al-Qur’an–Imam Raghib al-Isfahani–bermakna, yang jarang membaca Al-Qur’an bagaikan buah kurma, manis ‘menyusun sesuatu dengan rapi secara konsisten ( istiqamah )’. rasanya tapi tak mengeluarkan aroma harum bagi sekitarnya. Setelah berubah menjadi kata tartil , maknanya adalah ‘me- Ada lagi hadits sahih diriwayatkan oleh Imam Muslim, nyampaikan kalimat dari mulut dengan lancar dan konsisten’. yang mengatakan martabat/derajat suatu kaum ditentukan Para ahli qiraah Al-Qur’an juga mempunyai penjelasan oleh kualitas penguasaan mereka terhadap ilmu Al-Qur’an.
    [Show full text]
  • 129 Perjalanan Sejarah Bangsa Indonesia Dan Sistem
    PERJALANAN SEJARAH BANGSA INDONESIA DAN SISTEM PEMERINTAHAN NKRI Mudemar A. Rasyidi Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma [email protected] ABSTRAK Sebagai warga negara Indonesia yang baik dan militan, sudah seharusnya kita menjunjung tinggi Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen, serta mengamalkannya di dalam kehidupan kita sehari-hari tanpa mengenal kompromi. NKRI harga mati. Oleh karena itu setiap warga Negara Indonesia yang baik berada di dalam Negeri maupun di luar Negeri, baik dari segi ancaman maupun penjajahan ataupun rongrongan, baik yang datang dari dalam maupun luar negeri. Hal ini dapat dilihat dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang telah dilakukan oleh para pejuang dalam membela tanah air Indonesia, mulai sejak, dari sebelum, semasa dan setelah penjajahan bahkan sampai kemerdekaan NKRI, yang telah banyak menelan berbagai macam pengorbanan yang luar biasa. Kita sebagai bangsa Indonesia sekarang ini, di dalam mengisi kemerdekaan NKRI, harus tetap setia dan menghormati para pejuang bangsa Indonesia yang telah mendahului kita demi kemerdekaan Republik Indonesia yaitu dengan berbagai cara yang positif dan kreatif serta bertanggung jawab. Disamping itu juga, kita harus mengenal sejarah bangsa kita, untuk dijadikan pedoman dan teladan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik.Kita harus mentaati hukum yang berlaku dan mencintai tanah air di dalam kehidupan kita sehari-hari, dan menjaga tanah air Indonesia. Semua itu agar kita dapat mencapai apa yang dicita-citakan oleh para pejuang bangsa, yaitu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kata Kunci : Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, Adat Istiadat dan budaya bangsa serta menjunjung tinggi Agama, serta berakhlak yang Mulia, serta cinta tanah air.
    [Show full text]
  • Por-Tugu-Ese? the Protestant Tugu Community of Jakarta, Indonesia
    School of Social Sciences Department of Anthropology Por-Tugu-Ese? The Protestant Tugu Community of Jakarta, Indonesia. Raan-Hann Tan Thesis specially presented for the fulfilment of the degree of Doctor in Anthropology Supervisor: Brian Juan O’Neill, Full Professor ISCTE-IUL March, 2016 School of Social Sciences Department of Anthropology Por-Tugu-Ese? The Protestant Tugu Community of Jakarta, Indonesia. Raan-Hann Tan Thesis specially presented for the fulfilment of the degree of Doctor in Anthropology Jury: Dr. Shamsul Amri Baharuddin, Distinguished Professor, Institute of Ethnic Studies, National University of Malaysia Dr. Maria Johanna Christina Schouten, Associate Professor, Department of Sociology, University of Beira Interior Dr. Ema Cláudia Ribeiro Pires, Assistant Professor, Department of Sociology, University of Évora Dr. António Fernando Gomes Medeiros, Assistant Professor, Department of Anthropology, School of Social Sciences, ISCTE- University Institute of Lisbon (ISCTE-IUL) Dr. Marisa Cristina dos Santos Gaspar, Research Fellow, Orient Institute, School of Social and Political Sciences, University of Lisbon (ISCSP-UL). Dr. Brian Juan O’Neill, Full Professor, Department of Anthropology, School of Social Sciences, ISCTE-University Institute of Lisbon (ISCTE-IUL) March, 2016 ABSTRACT Por-Tugu-Ese? The Protestant Tugu Community of Jakarta, Indonesia Keywords: Mardijkers, Betawi, Portuguese identity, Christian village, Keroncong Tugu Although many centuries have passed since Portugal’s Age of Discoveries, enduring hybrid communities are still surviving in places where the Portuguese had been present. Portuguese identity in Malacca, Larantuka, and East Timor, for example, has always been associated with Catholicism. But in Batavia, the Portuguese-speaking population (the Mardijkers, slaves, and Burghers) was converted to Calvinism under Dutch colonization, forming the Protestant Portuguese community in Indonesia.
    [Show full text]
  • 59 UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
    Gambar 18 Infografis skema konsep parodi visual sebagai temuan penelitian. V. PENUTUP A. Kesimpulan Dari bahasan analisis penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa wujud serdadu KNIL Andjing NICA yang tertampilkan kembali pada kehidupan masa kini diwujudkan dengan replika kostum, replika senjata, 59 UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta replika emblem, dan replika pernak-pernik serdadu KNIL dalam aktivitas yang menyenangkan sebagai bagian dari perayaan dan hobby kesejarahan militer, bukan menyangkut politis, ideologi, atau bahkan melestarikan stigma negatif pada figur KNIL sebagai bagian dari kemiliteran jaman Hindia Belanda. Reenactor menirukan karakter visual serdadu KNIL Andjing NICA era 1945-1950 berdasarkan pelbagai dokumentasi sejarah dari dalam dan luar negeri. Peniruan dilakukan melalui aktivitas-aktivitas yang dalam penelitian ini dipakai dengan istilah ―Panggung Depan‖ dan ―Panggung Belakang‖. ―Panggung Depan‖ terkait tampilan fisik dan visual beserta aktivitas reenactment dan non-reenactment yang dilakukan. Sedangkan ―Panggung Belakang‖ adalah realitas kehidupan keseharian dalam kehidupan bermasyarakat sebagai sikap ―tersembunyi‖ (menjadi ‗the real structure‘) yang membentuk perilaku karakteristik visual serdadu KNIL Andjing NICA pada masa kini. ―Panggung Belakang‖ sangat terkait dengan situasi psikologis dan karakterististik individu yang melatar belakangi munculnya ekspresi dan tampilan pada ―Panggung Depan‖. Dalam perspektif kajian poskolonial, karakteristik visual serdadu KNIL pada masa kini dimaknai sebagai bentuk identitas
    [Show full text]