Di Jawa Timur 1948-1949

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Di Jawa Timur 1948-1949 JURNAL STUDI SOSIAL, Th. 5, No. 2, Nopember 2013, 80-88 Denyut Nadi “KPPD” di Jawa Timur 1948-1949 Ari Sapto Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri malang email: [email protected] Abstrak: KPPD (Komisariat Pemerintah Pusat di Djawa) merupakan bagian dari PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia), kehadirannya mengisi kekosongan pemerintahan akibat pimpinan nasional berhasil ditawan Belanda dalam Agresi Militer II. Sebelum ditawan wakil presiden sempat memerintahkan untuk membentuk pemerintah darurat. Di tengah konflik senjata yang berlangsung keberadaan KPPD jelas mempunyai arti penting, baik secara internal maupun eksternal dalam hidup bernegara. Upaya menghidupkan KPPD dalam situasi konflik senjata di salah satu wilayah menjadi bukti bahwa RI tidak hancur dengan serangan militer. Kata-kata kunci: pemerintah darurat, eksistensi, Jawa Timur Abstract: KPPD (Komisariat Pemerintah Pusat di Jawa), Commisariat of Central Government in Djawa is part of PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) emergency government of Indonesia Republic, the existence it to fill in the empty of government because of national leader was succeeded to be arrested by Nederland in second military aggression. Before being arrested vice president gave command to make emergency government. In middle of conflict which was on going, the existence of KPPD had importance meaning in external or internal in life of state. The trying to live KPPD in conflict situation of gun in one of area to be the prove that RI was not collapse because of military aggression. Key words: Emergency government, existence, East Java Pasca persetujuan Renville proses perundingan itu akan dipakai oleh wakil KTN Cochran untuk diplomatik antara Indonesia dengan Belanda tampak terbang ke Yogya memberitahu pemerintah Republik tanda-tanda akan menemui jalan buntu. Kalangan mengenai keputusan sepihak Belanda itu. Pada pukul militer Republik menganggap perundingan dengan 01.00 Soedjono ditangkap (Agung, 1991: 206-207). Belanda sebagai taktik mengulur waktu. Memberikan Praktis Soedjono hanya sempat memegang surat waktu yang cukup bagi Belanda untuk memperbesar pembatalan gencatan senjata selama 1 jam 20 menit. kekuatan militer. Kebuntuan perundingan diamati Hingga perang berakhir pemberitahuan pembatalan betul oleh para pemimpin Republik, baik sipil maupun gencatan senjata secara resmi tidak pernah diterima militer, sehingga timbul keyakinan bahwa serangan oleh Pemerintah RI di Yogyakarta. Belanda hanyalah soal waktu saja. Argumen ini di- Pada tanggal 19 Desember 1948, pagi-pagi perkuat adanya kenyataan bahwa ketua delegasi tentara Belanda dengan menggunakan lintas udara Belanda, Stikker, tidak kembali ke Yogyakarta dan menyerang lapangan terbang Maguwo. Pukul 05.45 tuntutan Belanda yang praktis tidak mengalami datang lima pesawat Jagers, tidak lama kemudian perubahan. Semakin diperkuat juga dengan adanya disusul enam pesawat sejenis sambil menembaki pelanggaran-pelanggaran gencatan senjata (Surat sasaran di bawah. Gemuruh suara pesawat, rentetan Tentara, Yogya Dokumenten, ANRI, no. inv. 318). tembakan, dikira penduduk sebagai bagian dari Hari Sabtu, malam minggu, tanggal 18 Desember latihan perang-perangan tentara Republik yang 1948 jam 23.40, anggota delegasi Belanda J. Riphagen sebelumnya memang telah diumumkan. Tujuan memberitahukan melalui surat kepada Soedjono, Belanda dalam Agresi Militer II adalah menghan- Sekretaris Jenderal Delegasi Republik di Jakarta, curkan Negara Republik Indonesia yang diproklama- bahwa nanti jam 24.00 malam gencatan senjata sikan Sukarno-Hatta 17 Agustus 1945. Rencana itu dipandang tidak berlaku lagi. Oleh karena tidak ada akan segera terwujud dengan cara menduduki kemungkinan mengirim kawat ke Yogyakarta malam ibukota dan menangkap para pemimpinnya. itu juga, maka pemerintah Republik di Yogyakarta Menurut penguasa Belanda lahirnya Republik bukan tidak dapat menerima kabar tentang pembatalan dari kebangkitan kembali nasionalisme rakyat. gencatan senjata itu dengan resmi. Surat pernyataan Republik adalah produk daripada kolaborator Indo- Dr. Beel atas nama pemerintah Belanda tidak segera nesia. Republik akan hancur apabila para pemimpin- disampaikan ke Yogya karena semua hubungan nya ditangkap. Pada “rencana pendudukan menye- telepon/telegram telah diputus. Demikian pula pesa- luruh” yang digagas militer Belanda, perlawanan ter- wat Amerika dilarang terbang. Sejatinya pesawat gantung kepada kelompok pemimpin yang mem- 80 80 Ari Sapto, Denyut Nadi “KPPD” di Jawa Timur 1948-1949 pengaruhi massa. Oleh karena itu aksi akan berjalan panggilan untuk kembali ke Yogyakarta guna dengan cepat apabila pemimpin-pemimpin itu menghadapi perundingan dengan Belanda. dilumpuhkan (Groen, 1991: 29). Setelah itu Belanda Perundingan lanjutan dengan delegasi Belanda yang akan mendirikan negara sesuai dengan keinginan- dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Stikker. Seperti nya, yaitu negara federal yang mempunyai hubungan terlihat nanti, hasil perundingan tidak membuahkan dengan Belanda. RI perintang keinginan ini, hasil. Semakin menambah keyakinan Moh. Hatta karenanya harus dihancurkan. Pihak Belanda yakin bahwa Belanda menjadi tidak sabar dan segera dengan menguasai ibukota, menawan pemimpin- memanfaatkan kekuatan militer. Saat Moh. Hatta pemimpinnya, dan menguasai kota-kota penting, RI harus meninggalkan Sumatera, Syafruddin telah habis. Anggapan ini keliru, sebab RI adalah cita- Prawiranegara dan beberapa pejabat masih tetap cita yang telah hidup lebih dari 30 tahun yang lalu. tinggal di Sumatera. Moh. Hatta selanjutnya Dipupuk oleh semangat dan disiram oleh berbagai mengeluarkan Ketetapan Wakil Presiden No. 84/ problem, sehingga cita-cita tidak akan hilang WKP/Sum/48 tanggal 26 Nopember 1948 yang berisi demikian saja oleh gempuran militer Belanda. Satu petunjuk-petunjuk umum bagi Komisariat hal yang dilupakan, demi cita-cita itu para pejuang Pemerintah Pusat di Sumatera (Chaniago, 1989: 75- rela menyerahkan dan mengerahkan apa saja, 77). Menurut Syafruddin Prawiranegara pada waktu termasuk yang paling berharga: nyawanya. itu muncul gagasan membagi pemerintahan menjadi Tulisan ini mencoba mencari jawab terhadap tiga untuk meneruskan perjuangan. Presiden Sukarno permasalahan bagaimana tanggapan daerah akan memimpin perjuangan diplomasi internasional terhadap situasi nasional. Lebih khusus lagi mencoba dari luar negeri. Wakil Presiden/Perdana Menteri mengetahui keberadaan KPPD (Komisariat Moh. Hatta akan memimpin perjuangan dari suatu Pemerintah Pusat di Djawa) sebagai upaya mengisi tempat di Sumatera. Beberapa orang menteri dan kekosongan pemerintahan akibat ditawan pimpinan pimpinan Angkatan Perang akan meneruskan nasional. Jawa Timur dipilih dengan pertimbangan perjuangan di Jawa (Rosidi, 1986: 107). bahwa aktifitas sebagian anggota KPPD berada di Moh. Hatta juga melakukan kontak dengan Jawa Timur. Nehru melalui konsul India agar Presiden dan Sjahrir diterbangkan ke India untuk mengangkat persoalan PDRI: Rencana Menjadi Kenyataan RI di luar negeri, sekaligus melindungi dari Pada tanggal 18 Nopember 1948 Moh. Hatta, kemungkinan terbunuh jika serangan Belanda benar- Menteri Kemakmuran Syafruddin Prawiranegara, benar terjadi (Zed, 1997: 58). Dalam rapat kabinet dan beberapa pejabat tinggi berangkat ke Bukittinggi tanggal 16 Desember 1948 diputuskan, karena dalam rangka penyelesaian masalah militer dan Presiden akan pergi ke India dan PM Moh. Hatta kemungkinan pendirian pemerintahan darurat di mengambil cuti karena sakit, maka pemerintahan Sumatera (Imran, Djambari, Chaniago, 2003: 54; Zed, akan dijalankan oleh Soekiman, Soesanto Tirtoprodjo, dkk., 1997: 580). Bagi Moh. Hatta kunjungan ini untuk dan Djuanda (Yayasan 19 Desember 1948, 1994: 52; yang keduakalinya. Perjalanan Moh. Hatta pertama Imran, Djamhari, Chaniago, 2003: 54) ke Sumatera berlangsung tanggal 3 Juni 1947. Dalam rapat kabinet yang diadakan untuk Kunjungan pertama berkaitan dengan meletusnya menghadapi situasi gawat akibat Agresi Militer dua revolusi sosial, masing-masing di Aceh dan Belanda II diputuskan bahwa pimpinan Sumatera Timur. Alasan lain kunjungannya pemerintahan tidak akan mengungsi, memberikan berkaitan dengan pemberontakan yang muncul di mandat kepada menteri kemakmuran yang sedang kampung Moh. Hatta sendiri pada 3 Maret 1947. berada di Sumatera, dan jika usaha Syafruddin Pemberontakan ditujukan kepada pegawai sipil dan Prawiranegara gagal maka perwakilan RI di luar militer (Zed, dkk., 1997: 39; Rosidi, 1986: 107). negeri (sedang berada di New Delhi) diperintahkan Dalam kunjungannya kedua ini Moh. Hatta untuk membentuk pemerintahan di pengasingan melakukan persiapan-persiapan untuk memindah- (Chaniago, dkk., 1989: 102). Rupanya Sukarno-Hatta kan pemerintahannya ke Bukittinggi, jika sekiranya percaya akan kekuatan strategi diplomasinya. Peran terjadi serangan Belanda di Jawa. Moh. Hatta memilih Hatta dalam pengambilan keputusan sidang kabinet Sumatera sebagai kedudukan pemerintahan darurat, menjadi penting, karena selain sebagai PM juga karena Sumatera memberi kemungkinan yang jauh sebagai Menteri Pertahanan. Hatta yakin akan lebih menguntungkan untuk melanjutkan perang dukungan internasional terhadap legalitas gerilya. Bagi Moh. Hatta, Sumatera adalah daerah pemerintahannya. Didasarkan kemenangannya atas alternatif dan sekaligus masa depan perjuangan. kekuatan-kekuatan prokomunis pada Peristiwa Diperhitungkan luas daerah dan faktor ekonomi. Madiun. Keberhasilan itu paling tidak membuka Sumatera jelas lebih luas dan relatif belum banyak peluang Republik mendapat dukungan dari Barat, dibuka.
Recommended publications
  • 22 BAB II PEMBENTUKAN KABINET HATTA I A. Kondisi Politik Sebelum
    BAB II PEMBENTUKAN KABINET HATTA I A. Kondisi Politik Sebelum Kabinet Hatta I Periode revolusi fisik tahun 1945 sampai 1950 dalam Pemerintah Republik Indonesia identik dengan jatuh bangunnya kabinet. Menurut Herbert Feith, jatuh bangunnya kabinet ketika itu karena pemimpin sentral Republik Indonesia terpecah mengenai berbagai aspek dari pandangan dan persepsi mengenai Republik Indonesia dan dunia. Dalam bidang politik luar negeri, persaingan antar elit terjadi di seputar dua pertanyaan, yaitu; pertama, bagaimana menghadapi Belanda; dan kedua, persoalan perumusan identitas internasional Republik Indonesia. Mengenai yang pertama, pemerintah Republik Indonesia menghadapi tekanan politik yang amat kuat dalam perundingan dengan Belanda. Mengenai yang kedua, para elit bersaing, yang terpecah dalam garis politik dan ideologi, serta berbeda pandangan dalam konteks bipolarisme dunia.1 Dari argumen Herbert Feith dapat diuraikan beberapa contoh peristiwa sebagai berikut: 1. Tekanan Politik Belanda dalam Perundingan. Pada tanggal 17 Maret 1946 Sutan Syahrir mengajukan satu usul kompromi dengan memberikan konsesi yang tak sesuai dengan ikrar proklamasi.2 Salah satunya adalah pengakuan secara de facto Republik Indonesia atas Jawa dan Sumatra oleh Belanda. Hal ini mengakibatkan 1 Ganewati Wuryandari, Dharurodin Mashad, Tri Nuke Pujiastuti, dkk, Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Pusaran Politik Domestik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hlm. 67 - 68. 2 Adam Malik, Mengabdi Republik Jilid II: Angkatan 45, Jakarta: Gunung Agung, 1984, hlm. 163. 22 23 pertentangan berbagai golongan mengenai hasil Perjanjian Linggarjati terutama para pengikut Tan Malaka dalam Persatuan Perjuangan.3 Pada malam hari tanggal 27 Juni 1946 Sutan Syahrir ditangkap oleh satuan - satuan tentara di Surakarta dalam perjalanan keliling ke Jawa Timur. Penangkapan Sutan Syahrir ini diharapkan akan memungkinkan Dwitunggal memberikan kemerdekaan 100 persen.
    [Show full text]
  • 461114 1 En Bookbackmatter 209..247
    Conclusion: Convergent Paths In November 1945, the President of the Republic of Vietnam, Hồ Chí Minh, sent a letter addressed to ‘the President of the Republic of Indonesia’, proposing that a joint declaration of solidarity to be made by Indonesia and Vietnam in the form of a ‘Preparatory Commission Struggling for a Federation of the Free Peoples of Southern Asia’. The letter, entrusted to an American journalist named Harold Isaacs, did not reach President Soekarno.1 It was handed to Vice-President Mohammad Hatta, who then passed it on to Prime Minister Sutan Sjahrir. Sjahrir discussed the offer with Soedjatmoko Koko, the interpreter to foreign correspon- dents of the Republican government, but told him that he would not reply and preferred just to ignore the letter. Sjahrir indifference sprang from his conviction that the situation in Indonesia and Vietnam were very different. The Indonesian nationalists were up against the Dutch, who were ‘a weak colonial power and could be defeated quickly.’ Hồ Chí Minh had to contend with the French, who could and would resist him for a long time. Furthermore, he looked askance at the fact that the DRV government depended on support from the communists, which was not the case in Indonesia. In conclusion, Sjahrir argued, ‘If we ally ourselves with Hồ Chí Minh, we shall weaken ourselves and delay Independence.’2 The story of the missed opportunity for cooperation between Vietnam and Indonesia3 as a result of Sjahrir’s ‘betrayal of the greater Asian revolution’,as 1Harold Robert Isaacs is the author of No Peace for Asia, which has been cited widely in this dissertation.
    [Show full text]
  • Bab 02 Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan
    PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA Rowland Bismark Fernando Pasaribu 9/9/2013 Belum teraktualisasinya nilai dasar Pancasila secara konsisten dalam tataran praksis perlu terus menerus diadakan perubahan, baik dalam arti konseptual maupun operasional. Banyak hal harus ditinjau kembali dan dikaji ulang. Beberapa mungkin perlu dirubah, beberapa lagi mungkin perlu dikembangkan lebih lanjut dan dijelaskan atau diperjelas, dan beberapa lagi mungkin perlu ditinggalkan. BAB 2 PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA Nilai–nilai Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara. Proses terbentuknya negara Indonesia melalui proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu hingga munculnya kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV sampai pada zaman merebut kemerdekaan Republik Indonesia. A. Zaman Kutai Pada zaman ini masyarakat Kutai yang memulai zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampilkan nilai-nilai sosial politik, dan ketuhanan. B. Zaman Sriwijaya Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam sesuatu negara telah tercermin pada kerajaan Sriwijaya yang berbunyi yaitu " marvuat vanua criwijaya siddhayara subhika " (suatu cita-cita negara yang adil & makmur). C. Zaman Kerajaan-Kerajaan Sebelum Kerajaan Majapahit Pada zaman ini diterapkan antara lain untuk Raja Airlangga sikap tolerensi dalam beragama nilai-nilai kemanusiaan (hubungan dagang & kerjasama dengan Benggala, Chola, dan Chompa) serta perhatian kesejahteraan pertanian bagi rakyat dengan dengan membangun tanggul & waduk. D. Zaman Kerajaan Majapahit Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gadjah Mada berisi cita-cita mempersatukan seluruh Nusantara. E. Zaman Penjajahan Setelah Majapahit runtuh maka berkembanglah agama Islam dengan pesatnya di Indonesia. Bersama dengan itu maka berkembang pula kerajaan-karajaan Islam seperti kerajaan Demak.
    [Show full text]
  • DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website
    DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/ ANALISA YURIDIS PENYELAMATAN BANK OLEH PENGELOLA STATUTER MENURUT PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41/POJK.05/2015 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PENGELOLA STATUTER PADA LEMBAGA JASA KEUANGAN Carlo Diori Tonio*, Hendro Saptono, Sartika Nanda Lestari Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro E-mail: [email protected] Abstrak Dalam rangka melindungi kepentingan konsumen, Otoritas Jasa Keuangan dapat mengambil tindakan-tindakan yang dianggap perlu apabila sebuah bank mengalami masalah solvabilitas atau berada dalam status pengawasan, antara lain melakukan penunjukan dan menetapkan penggunaan Pengelola Statuter. Pengelola Statuter yang bertindak sebagai wakil Otoritas Jasa Keuangan dalam melakukan penyelamatan terhadap bank diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 41/POJK.05/2015 tentang Tata Cara Penetapan Pengelola Statuter pada Lembaga Jasa Keuangan. Penelitian ini dilakukan berdasarkan rumusan masalah mengenai kapan Pengelola Statuter ditunjuk dan ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan untuk melakukan penyelamatan terhadap bank dan bagaimanakah kedudukan Pengelola Statuter dalam rangka penyelamatan bank. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis empiris yaitu penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif secara in action. Melalui hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pengelola Statuter digunakan apabila
    [Show full text]
  • 1 11103100105681 Irwadi Batubara, MM. Universitas Ibnu Chaldun M 2 11103100106543 Leonardus Subagyo, M.Sc
    Hasil Laporan No. Nomor Sertifikat Nama Tempat Tugas Keterangan BKD BKD 1 11103100105681 Irwadi Batubara, MM. Universitas Ibnu Chaldun M 2 11103100106543 Leonardus Subagyo, M.Sc. Universitas Ibnu Chaldun M 3 11103100112471 Urhen Lukman, MA. Universitas Ibnu Chaldun M 4 08156103357 Ir. Mulki Siregar, MT. Universitas Islam Jakarta M 5 08156109369 Ir. Achmad Sutrisna, MT. Universitas Islam Jakarta M 6 08156110926 Muhammad Ali Yusuf, SE., M.Pd. Universitas Islam Jakarta M 7 08156110927 Farhana, SH., MH. Universitas Islam Jakarta M 8 091156100635 Edi Suhara, SE, MM. Universitas Islam Jakarta M 9 091156101331 Hamdan Azhar Siregar, SH, MH. Universitas Islam Jakarta M 10 091156102156 Ir. Untung Setiyo Purwanto, MT. Universitas Islam Jakarta M 11 091156105753 Endang Saefuddin Mubarok, SE, MM. Universitas Islam Jakarta M 12 101156100184 Siti Miskiah, SH., MH. Universitas Islam Jakarta M 13 101156100185 Mimin Mintarsih, SH,. MH. Universitas Islam Jakarta M 14 101156100186 Otom Mustomi, SH,. MH. Universitas Islam Jakarta M 15 11103100303161 Eka Sutisna, SE., MM. Universitas Islam Jakarta M 16 11103100306739 H. Lukman Achmad, SE., MM. Universitas Islam Jakarta M 17 11103100308546 Nur Aida, SH., M.Si. Universitas Islam Jakarta M 18 11103100309779 Ritawati, SH., MH. Universitas Islam Jakarta M 19 11103100315557 Bambang Sukamto, SH., MH. Universitas Islam Jakarta M 20 11103100316046 Fatimah, SH., MH. Universitas Islam Jakarta M 21 11103100318366 Yusri Ilyas, SE., MM. Universitas Islam Jakarta M 22 12103100313055 Untoro, SH., MH. Universitas Islam Jakarta M 23 08156211262 Tri Rumayanto, S.Si., M.Si. Universitas Jakarta M 24 08156210928 Jamalullail, S.IP, MM Universitas Jakarta M 25 091156200718 Dra. Dwi Murdiati, M.Hum. Universitas Jakarta M 26 091156202158 Dra.
    [Show full text]
  • Download Download
    CREATIVE UNDERSTANDING DALAM PROGRESSIVISME PEMIKIRAN ISLAM POLITIK SYAFRUDDIN PRAWIRANEGARA (1911-1989): SEBUAH PENDEKATAN KOMUNIKASI HASAN MUSTAPA, M. ANWAR SYI’ARUDDIN UIN Sunan Gunung Djati Bandung, STAI Darul Arqam Garut [email protected], [email protected] _________________________________________________________________ Abstrak Peran intelektual tokoh Masyumi cenderung terpinggirkan karena kelemahan posisi politik baik di masa rezim Orde Lama maupun Orde Baru. Kendati gagasan mereka sangat relevan dengan pengentasan problem umat. Beberapa di antaranya seperti Syafruddin Prawiranegara, merespons sikap politik penguasa dengan komunikasi politik yang santun nan progresif. Proses komunikasi politik intelektual Masyumi tersebut diurai melalui beberapa aspek seperti: creative understanding, identity values, aesthetic appeal, community agreement serta reform of society. Menghadapi strategi politik propaganda Soekarno dan Soeharto terhadap sikap politik yang berbeda, Syafrudin Prawiranegara merespons dinamika politik baik Orde Lama maupun Orde Baru lebih bersifat retorik di mana ia bertumpu pada argumentasi yang mengandalkan kekuatan logika serta pendekatan persuasi dan apresiasi yang berimbang dalam melihat peristiwa, tokoh, maupun pergulatan politik yang terjadi. Kata Kunci: Intelektual Progressif, Syafruddin Prawiranegara, Komunikasi Politik __________________________________________________________________ A. PENDAHULUAN Proses komunikasi seorang tokoh dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ideologi, kondisi sosial politik
    [Show full text]
  • Pancasila Ideologi Negara Indonesia: Pendekatan Etika Dan Budaya
    PANCASILA IDEOLOGI NEGARA INDONESIA: PENDEKATAN ETIKA DAN BUDAYA Dra. Komang Sriningsih, M.Si. PENDIDIKAN PEMBANGUNAN KAREKTER BANGSA UNIVERSITAS UDAYANA 2019 1 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur kehadapan Allah swt, bahwa materi perkuliahan PPKB dapat dirampungkan sebagai materi ISBD. Memahami kebudayaan suatu masyarakat berarti: mengungkapkan kenormalannya tanpa mengurangi keistimewaannya Analisis budaya merupakan suatu upaya untuk masuk ke dalam dunia kontektual kelompok mnusia tertentu baikan dengan ideologinya. Ia berusahan untuk memahami nilai- nilai, konsep-konsep, dan gagasan-gagasan melalui mana dan dengan apa kelompok manusia itu hidup, serta memahami baik pengalaman sendiri maupun dunia dimana mereka hidup. Untuk memahmi suatu masyarakat, adalah memalui memahami tingkah laku anggotanya dalam kontek berkebudayaan, karena budaya merupakan kristalisasi dari pola dan kehidupan masyarakat yang telah dilaksanakan dan menjadi pemahaman bersama sebagai pola kehidupan dalam pergaulan secara internal maupun secara eksternal. Perkembangan dunia dan perilaku manusia pada masa 4.0 (four poin zero) dengan perkembangan teknologi begitu pesat dan beragam, sehingga sumber informasi bisa datang dan muncul dari segala penjuru dunia. Dengan jiwa yang statis dan lekstar dinamis, maka ada kehidupan yang harus disesuaikan sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan zaman, tetapi ada pula, kehidupan yang statis sebagai fundamen kehdupan permananen yang tidak mengalami perubahan dalam situasi yang berubah. Demikianlah karya ilmiah ini dibuat
    [Show full text]
  • 2020; Tanggal 18 Agustus 2020 Tentang Penetapan Peserta Lulus Seleksi Jalur Mandiri Tumou Tou (T2) Tahun 2020 Pada Universitas Sam Ratulangi
    LAMPIRAN: KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS SAM RATULANGI NOMOR: 879/UN 12/PD/2020; TANGGAL 18 AGUSTUS 2020 TENTANG PENETAPAN PESERTA LULUS SELEKSI JALUR MANDIRI TUMOU TOU (T2) TAHUN 2020 PADA UNIVERSITAS SAM RATULANGI NOMOR TES NAMA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER (KBK) 120101070209 ABRAHAM DOTULUNG 120101160056 AMANDA NATASHA RORING 120101210406 ANANDA PRICILIA SAMBULELE 120101130051 BELLANTY COSTANTY TOGAS 120101020171 BRENDA WONGKAREN 120101100202 BYRGITA YOHANA PANGEMANAN 120101120229 CHINDY FERNANDA MONGDONG 120101120018 CLEVER CHRISTOVE LEARNT LONTAAN 120101050177 DWIPANIA GLORY SETIAWAN PUTRI 120101190248 ELSHADAI TAMPI 120101020045 ESTELINA IRENE BENJAMIN 120101070070 ESTER RIBCHANIA SERAN 120101080194 ESTERIN FELICIA ANAADA TATAWI 120101110088 EUPHEMIA LARASTIKA MANUMPIL 120101030115 FEIBY CIUAILEEN TOLIU 120101090173 FEYSIRA CRISTI EKA PUTRI KOWEL 120101040224 FIORENZA ANGELIKA KINDANGEN 120101080101 FRANSISKUS VALENTINO LANGI 120101100181 GISELA SONIA MONICA PITOY 120101060087 GLORIA PINLY REY 120101170025 GRIFFITH CHRISTIANE IMANUELA RUMAGIT 120101190087 GUINEVERE MIKHA VICTORIA PAENDONG 120101040147 HAHOLONGAN EVLYN REZKY PASARIBU 120101140141 HANA NASRANI ERKHOMAI NATALIA NGANTUNG 120101070109 IMANUELA MARETHA JULIA SEMBEL 120101150024 IMANUELA PUTRI TIWOUW 120101080183 ISHAK ALVITO ASSA 120101210566 JENIFER MAGDALENA BOLANG 120101100155 JOHANA ELISSA MAWIKERE 120101020069 JOHANES JUAN FERNANDO NGONGOLOY 120101140033 JOSEPH SIMKA GINTING 120101190132 KALISTA LUMENTE 120101060152 MARCHELLA RACHEL NANANGKONG 120101020163 MARDHITA
    [Show full text]
  • Laporan Kegiatan-Kegiatan Kabinetnya, Disertai Penekanan Bahwa Tidak Ada Pilihan Lain Bagi RI Selain Berjuang Melalui Jalan Damai Dan Perundingan
    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERANAN SUTAN SJAHRIR DALAM PEMERINTAHAN INDONESIA (1945-1947) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh : Bernarda Prihartanti NIM: 051314006 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERANAN SUTAN SJAHRIR DALAM PEMERINTAHAN INDONESIA (1945-1947) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh : Bernarda Prihartanti NIM: 051314006 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MOTTO When love and skills work together expect a masterpiece Ketika cinta dan kemampuan bekerja bersama akan menghasilkan mahakarya. (Jhon Ruskin) Kesalahan terbesar yang bisa dibuat oleh manusia di dalam kehidupannya adalah terus-menerus mempunyai rasa takut bahwa mereka akan membuat kesalahan. (Elbert Hubbard) Kita tidak tahu bagaimana hari esok, yang bisa kita lakukan ialah berbuat sebaik- baiknya dan berbahagia pada hari ini. (Samuel Taylor Coleridge) iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan kepada: 1) Kedua orangtuaku Bapak Pakomeum dan Ibu Yasinta Rampan yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh cinta dan kasih sayang, 2) Kakakku Agnes Erpiyanti serta kedua adikku Vinsensius Prambetu dan Romana Noviyanti yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan, 3) Abangku yang telah memberikan banyak pelajaran berharga tentang hidup dan cinta, 4) Para Pendidik dan sahabat-sahabatku di Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
    [Show full text]
  • Persepsi Masyarakat Terhadap Karakter Taman Kota Studi Kasus : Taman Menteri Supeno Di Semarang
    4th International Symposium of NUSANTARA URBAN RESEARCH INSTITUTE (NURI) “CHANGE + HERITAGE IN ARCHITECTURE + URBAN DEVELOPMENT” November 7th, 2009, Architecture Department of Engineering Faculty, Diponegoro University, Tembalang Campuss Jl.Prof.H.Sudharto, SH, Semarang, Central Java, Indonesia Persepsi Masyarakat Terhadap Karakter Taman Kota Studi Kasus : Taman Menteri Supeno di Semarang Arief Aryo Adinata, ST1), Ir. Titien Woro Murtini, MSA2) ; Ir. Wijayanti, M.Eng3) Kota adalah merupakan wujud fisik yang Abstrak— Taman kota sebagai bagian dari ruang publik, dihasilkan oleh manusia dari waktu ke waktu yang sering tidak disadari oleh masyarakat kota akan bertungsi untuk mewadahi aktifitas hidup masyarakat kota peranannya di dalam menyelaraskan pola kehidupan kota yang kompleks dan luas. Oleh karena itu pertumbuhan yang sehat. Pemanfaatan ruang taman kota cenderung fisik kota sering menimbulkan permasalan bagi lingkungan rnenyimpang dari fungsinya, adanya perubahan aktifitas di perkotaan maupun sosial masyarakat kota. dalam taman menunjukan kekurang-pahaman masyarakat Salah satu kebutuhan kota adalah tersedianya kota di dalam memanfaatkan taman kota terhadap ruang-ruang terbuka untuk mewadahi kebutuhanan keseimbangan kehidupan lingkungan kota. masyarakat dalam melakukan aktifitas sekaligus untuk Makna yang sangat dalam mengenai kota yang mengendalikan kenyamanan iklim mikro dan keserasian berwawasan lingkungan adalah selalu menghadirkan estetikanya. taman yang hijau menjadi elemen utama yang tidak dapat Pada kenyataannya ruang terbuka di dalam kota ditinggalkan begitu saja. Bahkan karakter masyarakat sering terdesak oleh pertumbuhan massa dari gedung- sebuah kota dapat tercermin pada perilaku masyarakat kota gedung bangunan yang cenderung untuk menutup di dalam memanfaatkan taman kota. Begitu berperanya permukaan tanah sehingga dikhawatirkan terhadap taman kota terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat pengurangan infiltrasi air ke dalam tanah dan juga kota akan fasilitas ruang publik, sehingga memerlukan menimbulkan potensi iklim mikro menjadi panas.
    [Show full text]
  • Teuku Mohammad Hasan (Sumatra), Soetardjo Kartohadikoesoemo (Jawa Barat), R
    GUBERNUR PERTAMA DI INDONESIA GUBERNUR PERTAMA DI INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA GUBERNUR PERTAMA DI INDONESIA PENGARAH Hilmar Farid (Direktur Jenderal Kebudayaan) Triana Wulandari (Direktur Sejarah) NARASUMBER Suharja, Mohammad Iskandar, Mirwan Andan EDITOR Mukhlis PaEni, Kasijanto Sastrodinomo PEMBACA UTAMA Anhar Gonggong, Susanto Zuhdi, Triana Wulandari PENULIS Andi Lili Evita, Helen, Hendi Johari, I Gusti Agung Ayu Ratih Linda Sunarti, Martin Sitompul, Raisa Kamila, Taufik Ahmad SEKRETARIAT DAN PRODUKSI Tirmizi, Isak Purba, Bariyo, Haryanto Maemunah, Dwi Artiningsih Budi Harjo Sayoga, Esti Warastika, Martina Safitry, Dirga Fawakih TATA LETAK DAN GRAFIS Rawan Kurniawan, M Abduh Husain PENERBIT: Direktorat Sejarah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jalan Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Tlp/Fax: 021-572504 2017 ISBN: 978-602-1289-72-3 SAMBUTAN Direktur Sejarah Dalam sejarah perjalanan bangsa, Indonesia telah melahirkan banyak tokoh yang kiprah dan pemikirannya tetap hidup, menginspirasi dan relevan hingga kini. Mereka adalah para tokoh yang dengan gigih berjuang menegakkan kedaulatan bangsa. Kisah perjuangan mereka penting untuk dicatat dan diabadikan sebagai bahan inspirasi generasi bangsa kini, dan akan datang, agar generasi bangsa yang tumbuh kelak tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter. Oleh karena itu, dalam upaya mengabadikan nilai-nilai inspiratif para tokoh pahlawan tersebut Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan kegiatan penulisan sejarah pahlawan nasional. Kisah pahlawan nasional secara umum telah banyak ditulis. Namun penulisan kisah pahlawan nasional kali ini akan menekankan peranan tokoh gubernur pertama Republik Indonesia yang menjabat pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia. Para tokoh tersebut adalah Teuku Mohammad Hasan (Sumatra), Soetardjo Kartohadikoesoemo (Jawa Barat), R. Pandji Soeroso (Jawa Tengah), R.
    [Show full text]
  • Agen Allianz Life Yang Berlisensi Syariah Aktif Per 31 Mei 2021.Pdf
    DAFTAR AGEN YANG BERLISENSI SYARIAH AKTIF - AS OF 31 MEI 2021 NO AGENT_NAME LICENSE_NUMBER 1 A A AYU MANIK AW 3321012036482020 2 A ARI KARUNIAWAN 3321012006150020 3 A SALAM MUHAMMADONG 3321011025615319 4 A. A PUTU EKA PARYANTI 3321012008479521 5 A. BAROIL 3321012052451719 6 A. HARIS 3321012076460320 7 A. INDRA JAYA 14902553S 8 A. M. GANDA MARPAUNG 3321012010214720 9 A. M. YUDHISTIRA SEKUNDHITA 3321012010295421 10 A. RETNO KUSWARDHANI 3321012074445020 11 A. ROBITH SYA'BANI 3321012097213820 12 A. TIKA WIDYAWARDHANI 3321012044831519 13 A.D. KUSUMA WARDHANA 3321012002801320 14 AAN CHAERANI 3321011025616819 15 AAN DARMAWAN 3321012020846021 16 AAN DIANA 3321012064398519 17 AAN HANDOKO ANG 14443135S 18 AAN JUNAIDI 3321012027911420 19 AAN SAHIDA 3321012019837621 20 AANG YONDA ANGELA 11021161S 21 AARON ABIA JUNIAS 3321012051539419 22 AARON ADHIPUTRA WIJAYA 3321012028297020 23 AB ROHMAN 3321012016588221 24 ABANG IBNU SYAMSURIZAL 10063318S 25 ABBIET SUBIYAKTO 11075737S 26 ABD FAISAL HULA 14073438S 27 ABD HALIM 14897951S 28 ABD RHAKHMAN RAMLI 3321012001302720 29 ABDI ALAMSYAH HARAHAP 11328895S 30 ABDI SOMAD 3321012014853221 31 ABDILLAH PAHRESI 3321012031421720 32 ABDIUSTIAWAN 3321012097978220 33 ABDUL AZIS 3321012004080821 34 ABDUL AZIZ 3321012098577620 35 ABDUL FATAH 3321012091888520 36 ABDUL FIKRI GUNAWAN 3321012010309021 37 ABDUL HAKIM GALIB BELFAS 3321012016206421 38 ABDUL HARIS 14473674S 39 ABDUL HARIST GANI 3321012028298420 40 ABDUL JALIL 3321012001457020 41 ABDUL RACHMAN 14888820S 42 ABDUL RACHMAN N 3321012066747519 43 ABDUL RAHMAN 3321012038907219
    [Show full text]