LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

ANALISA YURIDIS PENYELAMATAN BANK OLEH PENGELOLA STATUTER MENURUT PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41/POJK.05/2015 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PENGELOLA STATUTER PADA LEMBAGA JASA KEUANGAN

Carlo Diori Tonio*, Hendro Saptono, Sartika Nanda Lestari Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro E-mail: [email protected]

Abstrak

Dalam rangka melindungi kepentingan konsumen, Otoritas Jasa Keuangan dapat mengambil tindakan-tindakan yang dianggap perlu apabila sebuah bank mengalami masalah solvabilitas atau berada dalam status pengawasan, antara lain melakukan penunjukan dan menetapkan penggunaan Pengelola Statuter. Pengelola Statuter yang bertindak sebagai wakil Otoritas Jasa Keuangan dalam melakukan penyelamatan terhadap bank diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 41/POJK.05/2015 tentang Tata Cara Penetapan Pengelola Statuter pada Lembaga Jasa Keuangan. Penelitian ini dilakukan berdasarkan rumusan masalah mengenai kapan Pengelola Statuter ditunjuk dan ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan untuk melakukan penyelamatan terhadap bank dan bagaimanakah kedudukan Pengelola Statuter dalam rangka penyelamatan bank. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis empiris yaitu penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif secara in action. Melalui hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pengelola Statuter digunakan apabila sebuah bank ditetapkan dalam status Bank Dalam Pengawasan Intensif maupun Bank Dalam Pengawasan Khusus hingga sampai bank tersebut dinyatakan sebagai Bank Gagal dan dicabut izin usahanya. Selain itu Pengelola Statuter dan Lembaga Penjamin Simpanan memiliki kedudukan yang sama dan secara bersamaan melakukan penyelamatan terhadap sebuah bank. Demi mewujudkan suasana dan kegiatan perbankan yang kondusif bagi konsumen, maka Pengelola Statuter dan Lembaga Penjamin Simpanan harus dapat berkoordinasi dengan baik dalam merumuskan tindakan-tindakan penanganan serta penyelamatan terhadap sebuah bank. Kata Kunci: Penyelamatan Bank, Pengelola Statuter, Komite Kestabilan Sistem Keuangan

Abstract

In order to defend the customers rights, Financial Service Authorities might need to take necessary actions if a bank is having solvability issues or has been stated under supervision, such as by appointing and pronounced a Statutory Superintendent. Statutory Superintendent as a Financial Services Authorities representative in rescuing a bank is regulated in Financial Services Authorities Decree Number 41/POJK.05/2015 regarding the Procedures of Statutory Superintendent Appointment on a Financial Services Corporation. This research is based on the thesis statements regarding when will a Statutory Superintendent is appointed and pronounced by Financial Services Authorities to rescue on a bank and what is the involvement of the Statutory Superintendent in rescuing a bank. The approach used on this research is juridical empiric, which is a law research on the in action execution and implementation of normative law rulings. Through the research, it can be concluded that the Statutory Superintendent will be appointed and pronounced if a bank is being stated as Intensive Surveillance Bank or Special Surveillance Bank until it is being stated as a Failed Bank and its business permit has revoked. Moreover, Statutory Superintendent and Deposit Insurance Corporation have an equal role and will simultaneously rescue the bank. In order to realize a conducive banking environment and activity for the consumer, Statutory Superintendent and Deposit Insurance Corporation must have a good coordination when formulating the rescue and treatment actions. Key Words: Bank Rescue, Statutory Superintendent, Financial Systems Stability Committe

1

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

I. PENDAHULUAN atau badan hukum yang ditetapkan Untuk mewujudkan Otoritas Jasa Keuangan untuk perekonomian nasional yang mampu melaksanakan kewenangan Otoritas tumbuh secara berkelanjutan dan Jasa Keuangan sebagaimana stabil diperlukan kegiatan yang dimaksud dalam Undang-Undang terselenggara secara teratur, adil, Nomor 21 Tahun 2011 tentang transparan, dan akuntabel di dalam Otoritas Jasa Keuangan. sektor jasa keuangan. Hal ini Pada saat ditunjuk dan menjadikan kehadiran Otoritas Jasa ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan yang memiliki fungsi, Keuangan, Pengelola Statuter tugas, dan wewenang pengaturan dan mengambil alih seluruh wewenang pengawasan terhadap kegiatan di dan fungsi direksi, dewan komisaris dalam sektor jasa keuangan sangat suatu bank sekaligus menonaktifkan diperlukan.1 organ-organ perseroan tersebut. Dalam rangka melindungi Pengelola Statuter dapat berbentuk kepentingan konsumen, Otoritas Jasa perseorangan atau badan hukum, Keuangan dapat mengambil perseorangan yang dapat menjadi tindakan-tindakan yang dianggap Pengelola Statuter harus memenuhi perlu apabila sebuah bank sebagai persyaratan yang setara dengan sebuah lembaga jasa keuangan direksi dan dewan komisaris sesuai mengalami kesulitan yang berpotensi dengan wewenang dan fungsi yang membahayakan kelangsungan diambilalih serta tidak memiliki usahanya, antara lain melakukan benturan kepentingan dengan bank penunjukan dan menetapkan yang akan dikelola, baik dengan para penggunaan Pengelola Statuter. pemegang saham, direksi, dan dewan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan komisaris bank tersebut. untuk menetapkan Pengelola Statuter Pada Pasal 2 ayat (3) huruf a tersebut dituliskan dalam Pasal 8 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Undang-Undang Nomor 21 Tahun Nomor 41/POJK.05/2015 tentang 2011 tentang Otoritas Jasa Tata Cara Penetapan Pengelola Keuangan, sementara Pengelola Statuter pada Lembaga Jasa Statuter sendiri diatur dalam Keuangan dituliskan bahwa Peraturan Otoritas Jasa Keuangan penunjukan dan penetapan Nomor 41/POJK.05/2015 tentang penggunaan Pengelola Statuter Tata Cara Penetapan Pengelola dilakukan apabila berdasarkan Statuter pada Lembaga Jasa penilaian Otoritas Jasa Keuangan Keuangan. Pengertian Pengelola kondisi bank dapat membahayakan Statuter dalam Pasal 1 ayat (2) kepentingan konsumen, sektor jasa Peraturan Otoritas Jasa Keuangan keuangan, dan/atau pemegang saham Nomor 41/POJK.05/2015 tentang tanpa ada penjelasan lebih lanjut Tata Cara Penetapan Pengelola mengenai status pengawasan sebuah Statuter pada Lembaga Jasa bank ketika Pengelola Statuter Keuangan adalah orang perseorangan digunakan untuk melakukan pengurusan terhadap bank tersebut. Sementara jika dibandingkan dengan 1 Otoritas Jasa Keuangan, Booklet peran Lembaga Penjamin Simpanan Perbankan Indonesia 2014, halaman 19.

2

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

yang diatur dalam Undang-Undang Pengelola Statuter dalam melakukan Nomor 24 Tahun 2004 tentang penyelamatan bank serta perbedaan Lembaga Penjamin Simpanan tugas penyelamatan bank yang sebagai sebuah lembaga yang dimiliki oleh Pengelola Statuter dan memiliki peran yang sama dengan Lembaga Penjamin Simpanan. Pengelola Statuter yakni menggantikan posisi organ perseroan Berdasarkan latar belakang ketika kondisi bank dianggap dapat permasalahan di atas, maka menurut membahayakan kepentingan penulis perlu diadakan penelitian konsumen, sektor jasa keuangan, terkait dengan pengendalian dan dan/atau pemegang saham, dituliskan pengelolaan bank oleh Pengelola secara jelas bahwa Lembaga Statuter. Sehingga penulis Penjamin Simpanan digunakan bermaksud untuk mengadakan ketika bank berstatus sebagai bank penelitian dengan judul Analisa gagal, dan menurut Peraturan Bank Yuridis Penyelamatan Bank Oleh Indonesia Nomor: 13/3/PBI/2011 Pengelola Statuter Menurut tentang Penetapan Status dan Tindak Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Lanjut Pengawasan Bank, bank gagal Nomor 41/POJK.05/2015 tentang masuk dalam kategori bank dalam Tata Cara Penetapan Pengelola pengawasan khusus. Sehingga dalam Statuter pada Lembaga Jasa hal ini dapat dilihat bahwa tidak ada Keuangan. definisi yang jelas mengenai status A. Rumusan Masalah pengawasan sebuah bank saat 1. Kapan Pengelola Statuter Otoritas Jasa Keuangan menunjuk ditunjuk dan ditetapkan oleh dan menetapkan Pengelola Statuter Otoritas Jasa Keuangan untuk untuk melakukan pengurusan melakukan penyelamatan terhadap bank tersebut. terhadap bank? Selain permasalahan di atas, 2. Bagaimanakah kedudukan dalam Peraturan Otoritas Jasa Pengelola Statuter dalam rangka Keuangan Nomor 41/POJK.05/2015 penyelamatan bank dalam tentang Tata Cara Penetapan pengawasan intensif maupun Pengelola Statuter pada Lembaga khusus? Jasa Keuangan dituliskan bahwa pada prinsipnya Pengelola Statuter B. Tujuan Penelitian bertugas untuk melakukan 1. Untuk mengetahui kapan penyelamatan terhadap bank, Pengelola Statuter ditunjuk dan sementara dalam Undang-Undang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Nomor 24 Tahun 2004 tentang Keuangan untuk melakukan Lembaga Penjamin Simpanan telah penyelamatan terhadap bank. diatur secara tegas bahwa 2. Untuk mengetahui kedudukan penyelamatan bank merupakan tugas Pengelola Statuter dalam Lembaga Penjamin Simpanan. menyelamatkan bank menurut Adanya kesamaan tugas dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan melakukan penyelamatan terhadap Nomor 41/POJK.05/2015 tentang bank ini menimbulkan pertanyaan Tata Cara Penetapan Pengelola mengenai peran dan kedudukan

3

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Statuter pada Lembaga Jasa Indonesia yang turut serta Keuangan. menjadi tim perancang Rancangan Undang-Undang II. METODE Pencegahan dan Penanganan Berdasarkan rumusan Krisis Sistem Keuangan. masalah dan tujuan penelitian, maka Wawancara dilakukan pada metode yang digunakan adalah tanggal 1 Juli 2016 di Menara pendekatan yuridis empiris. , Bank Pendekatan yuridis empiris yaitu Indonesia, Pusat. suatu pendekatan yang dilakukan b. Data sekunder, antara lain untuk menganalisa keefektifan mencakup dokumen-dokumen pemberlakuan suatu resmi, buku-buku, hasil-hasil peraturan/perundang-undangan atau penelitian yang berwujud laporan hukum2. Faktor yuridis adalah dan sebagainya. peraturan atau norma norma hukum yang berhubungan dengan Pengelola III. HASIL PEMBAHASAN Statuter dan bank‐ dalam pengawasan. Sedangkan faktor A. Penunjukan dan Penetapan empiris adalah kenyataan yang ada Pengelola Statuter oleh mengenai pelaksanaan peran Otoritas Jasa Keuangan Untuk Pengelola Statuter dalam Melakukan Penyelamatan menyelamatkan bank berdasarkan Terhadap Bank POJK No. 41/POJK.05/2015 tentang Tata Cara Penetapan Pengelola 1. Penunjukan dan Penetapan Statuter pada Lembaga Jasa Pengelola Statuter oleh Keuangan. Otoritas Jasa Keuangan Di dalam penelitian, lazimnya jenis data dibedakan Penunjukan Pengelola antara3: Statuter dilakukan apabila a. Data primer yaitu data yang pengelolaan suatu bank dinilai diperoleh langsung dari sumber merugikan kepentingan konsumen pertama melalui penelitian4. Pada sehingga diperlukan pengelola yang penelitian ini yaitu dengan dapat mewakili kepentingan Otoritas wawancara terstruktur atau Jasa Keuangan dan konsumen. Pada berencana dengan Marluga prinsipnya Pengelola Statuter Sidabutar, S.H., LL.M., seorang melaksanakan kewenangan Otoritas ahli dalam bidang hukum Jasa Keuangan antara lain dalam perbankan, pegawai Bank bentuk upaya penyelamatan kelangsungan usaha bank, pengambilalihan seluruh wewenang 2 Soerjono Soekanto, 1982, Pengantar dan fungsi manajemen bank, Penelitian Hukum, Jakarta : UI Press, pembatalan atau pengakhiran halaman 52. 3 Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2013, perjanjian, serta pengalihan Pengantar Metode Penelitian Hukum, portofolio kekayaan atau usaha dari Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. bank. halaman 30. 4 Soerjono Soekanto, op.cit., halaman 12.

4

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Pengelola Statuter dapat masuk dalam kategori Bank dalam digunakan dalam berbagai situasi, Pengawasan Intensif (BDPI) adalah seperti saat terjadi kondisi keuangan bank yang dinilai memiliki potensi bank dapat membahayakan kesulitan yang membahayakan kepentingan konsumen, sektor jasa kelangsungan usahanya dan bank keuangan, dan/atau pemegang saham yang masuk dalam kategori Bank sampai pada apabila pemegang dalam Pengawasan Khusus (BDPK) saham, direksi, dewan komisaris adalah bank dinilai mengalami bank diduga melakukan tindak kesulitan yang membahayakan pidana di sektor jasa keuangan yang kelangsungan usahanya . dapat mengganggu operasional bank. Menurut wawancara yang Namun dalam penelitian ini, dilakukan dengan Marluga Sidabutar pembahasan akan disempitkan pada pada tangal 1 Juli 2016 di Menara kriteria yang dituliskan dalam Pasal Sjafruddin Prawiranegara, Bank 2 ayat (3) huruf (1) Peraturan Indonesia, Jakarta Pusat, Pengelola Otoritas Jasa Keuangan Nomor Statuter dapat ditetapkan untuk 41/POJK.05/2015 tentang Tata Cara mengurus bank dengan status BDPI Penetapan Pengelola Statuter pada maupun BDPK. Hal ini ditujukan Lembaga Jasa Keuangan yaitu agar bank yang masih berpotensi apabila kondisi keuangan bank dapat mengalami kesulitan (BDPI) dapat membahayakan kepentingan langsung mengalami perbaikan dan konsumen, sektor jasa keuangan, penyehatan sehingga terhindar dari dan/atau pemegang saham. risiko penetapan menjadi BDPK. Apabila Pengelola Statuter baru Frasa “membahayakan digunakan ketika sebuah bank sudah kelangsungan usaha” dalam Pasal 2 ditetapkan sebagai BDPK, maka ayat (3) huruf (a) Peraturan Otoritas risiko bank tersebut mengalami Jasa Keuangan Nomor penurunan kesehatan akan semakin 41/POJK.05/2015 tentang Tata Cara tinggi dan besar kemungkinan bank Penetapan Pengelola Statuter pada tersebut akan menjadi Bank Gagal. Lembaga Jasa Keuangan bersifat Marluga Sidabutar menambahkan luas dan umum. Frasa bahwa kriteria dalam Pasal 2 ayat (3) “membahayakan kelangsungan huruf (a) Peraturan Otoritas Jasa usaha” dapat memberikan Keuangan Nomor 41/POJK.05/2015 kebingungan penafsiran apakah tentang Tata Cara Penetapan Pengelola Statuter akan digunakan Pengelola Statuter pada Lembaga ketika sebuah bank ditetapkan dalam Jasa Keuangan sengaja dituliskan status pengawasan intensif ataukah secara umum dengan menggunakan akan baru digunakan ketika sebuah frasa “membahayakan kelangsungan bank berada dalam status usaha”, agar Pengelola Statuter dapat pengawasan khusus. Hal ini digunakan dalam suatu bank baik disebabkan Peraturan Bank yang berstatus BDPI maupun BDPK. Indonesia Nomor 13/ 3 /PBI/2011 Apabila sebuah bank yang Tentang Penetapan Status dan telah berstatus BDPK tidak dapat Tindak Lanjut Pengawasan Bank diselamatkan dan tidak dapat lagi memberikan definisi bank yang memenuhi kewajibannya kepada

5

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

deposan maupun kreditur, maka bank dengan kewenanganan yang tersebut akan dinyatakan sebagai dimilikinya”. Bank Gagal (failing bank). Jika Pengelola Statuter akan tetap mengacu pada Undang-Undang melakukan pengurusan sekalipun Nomor 7 Tahun 1992 Tentang sebuah bank telah melewati status Perbankan jo. Undang-Undang BDPK dan menjadi Bank Gagal. Hal Nomor 10 Tahun 1998 Tentang ini dapat dilihat di dalam Pasal 12 Perbankan serta Undang-Undang ayat (1) huruf b Peraturan Otoritas Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Jasa Keuangan Nomor Indonesia jo. Undang-Undang 41/POJK.05/2015 tentang Tata Cara Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Penetapan Pengelola Statuter pada Indonesia, maka tidak akan Lembaga Jasa Keuangan yang ditemukan definisi Bank Gagal. menyatakan bahwa penggunaan Definisi Bank Gagal diatur dalam Pengelola Statuter pada bank Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang berakhir apabila bank telah dicabut Nomor 24 Tahun 2004 tentang izin usahanya. Lembaga Penjamin Simpanan, dituliskan bahwa “Bank Gagal 2. Pengurusan Bank dalam (failing bank) adalah bank yang Rangka Penyelamatan oleh mengalami kesulitan keuangan dan Pengelola Statuter membahayakan kelangsungan usahanya serta dinyatakan tidak Otoritas Jasa Keuangan dapat dapat disehatkan oleh Lembaga menunjuk orang-perseorangan Pengawas Perbankan5 sesuai sebagai Pengelola Statuter. Sekalipun direksi, dewan komisaris,

5 dan pegawai sebuah bank Lembaga Pengawas Perbankan yang dinonaktifkan oleh Otoritas Jasa dimaksud merupakan Otoritas Jasa Keuangan, hal ini mengacu pada Ketentuan Keuangan, mereka tetap dapat Peralihan Undang-Undang Nomor 21 Tahun ditunjuk menjadi Pengelola Statuter 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan yang selama tidak menjadi pihak yang menyatakan demikian, “Dengan beralihnya menyebabkan bank tersebut menjadi fungsi, tugas, dan wewenang sebagaimana bermasalah. dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2), Lembaga Pengawas Perbankan sebagaimana dimaksud Selain orang-perseorangan, dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun badan hukum juga dapat ditunjuk 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan sebagai Pengelola Statuter, namun (Lembaran Negara Republik Indonesia anggota direksi serta dewan Tahun 2004 Nomor 96, Tambahan komisaris badan hukum tersebut Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4420) sebagaimana diubah dengan harus pula memenuhi kriteria Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009 Pengelola Statuter sebagaimana yang tentang Penetapan Peraturan Pemerintah dituliskan dalam Pasal 5 ayat (2) Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun Peraturan Otoritas Jasa Keuangan 2008 tentang Perubahan atas Undang- Nomor 41/POJK.05/2015 tentang Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan Menjadi Tata Cara Penetapan Pengelola Undang-Undang (Lembaran Negara Statuter pada Lembaga Jasa Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 8, Keuangan. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4963), adalah OJK.”

6

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Pada saat melakukan Pencegahan dan Penanganan Krisis penjunjukan dan penetapan Sistem Keuangan, forum koordinasi Pengelola Statuter maka seluruh yang beranggotakan Menteri wewenang dan fungsi direksi serta Keuangan, Gubernur Bank dewan komisaris suatu bank akan Indonesia, Ketua Dewan Komisioner diambilalih oleh Pengelola Statuter, Otoritas Jasa Keuangan, dan Ketua penetapan tersebut sekaligus Dewan Komisioner Lembaga menonaktifkan direksi dan dewan Penjamin Simpanan yang komisaris bank tersebut, namun sebelumnya diatur dalam Undang- direksi serta dewan komisaris bank Undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut dilarang mengundurkan diri tentang Perubahan atas Undang- selama Pengelola Statuter melakukan Undang Nomor 7 Tahun 1992 pengurusan. Dengan status nonaktif, tentang Perbankan sebagai Komite direksi dan dewan komisaris bank Koordinasi kini berubah menjadi tersebut diwajibkan untuk membantu Komite Stabilitas Sistem Keuangan. Pengelola Statuter dalam melakukan Secara umum, berikut adalah pengurusan terhadap bank. peran lembaga tersebut, Menteri Keuangan sebagai koordinator dan B. Kedudukan Pengelola Statuter perumus kebijakan, Pengelola dalam Rangka Menciptakan Statuter selaku wakil Otoritas Jasa dan Memelihara Stabilitas Keuangan sebagai pengurus bank, Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan sebagai pemegang saham bank, dan 1. Undang-Undang Pencegahan melalui mekanisme dan Penanganan Krisis Sistem sistem pembayaran, akan mendeteksi Keuangan bank yang mengalami kesulitan keuangan dan dapat menjalankan Mekanisme koordinasi dalam fungsinya sebagai lender of last rangka menciptakan dan memelihara resort dengan cara menyuntikan stabilitas sistem keuangan secara modal ke Lembaga Penjamin terpadu dan efektif menjadi semakin Simpanan apabila portofolio penting setelah munculnya krisis Lembaga Penjamin Simpanan keuangan global pada awal tahun dianggap tidak cukup untuk 2008. Indonesia melanjutkan menyelamatkan bank tertentu, penyusunan dan penerapan kebijakan Otoritas Jasa Keuangan juga dapat strategis di berbagai sektor mendeteksi kesulitan tersebut dan keuangan, termasuk mempersiapkan berupaya mengatasi dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun menjalankan fungsi pengawasannya, 2016 tentang Pencegahan dan antara lain berupa tindakan agar Penanganan Krisis Sistem Keuangan pemilik bank menambah modal atau sebagai landasan hukum bagi menjual bank, atau agar bank lembaga untuk berkoordinasi dalam melakukan merger atau konsolidasi menjaga dan menciptakan stabilitas dengan bank lain. sistem keuangan. Melalui Undang-Undang 2. Pengelola Statuter dan Nomor 9 Tahun 2016 tentang Lembaga Penjamin Simpanan

7

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Sama-sama Melakukan didasarkan pada keputusan Komite Penyelematan Bank dalam Stabilitas Sistem Keuangan. Waktu yang Bersamaan Selain Pengelola Statuter, Lembaga Penjamin Simpanan Lembaga Penjamin Simpanan juga dan Pengelola Statuter sama-sama merupakan lembaga yang memiliki memiliki tugas untuk melakukan peran penting untuk menyelamatkan penyelamatan terhadap bank. bank. Namun berbeda dengan Lembaga Penjamin Simpanan Pengelola Statuter yang dapat melakukan penanganan dan mengambilalih pengurusan bank penyelematan bank dengan cara yang masih berada dalam kategori mengambil alih dan menjalankan BDPI ataupun BDPK, Lembaga segala hak dan wewenang pemegang Penjamin Simpanan hanya akan saham, termasuk hak dan wewenang melakukan penyelamatan ketika RUPS . Sementara Pengelola Statuter sebuah bank sudah dinyatakan gagal melakukan penyelamatan bank oleh Otoritas Jasa Keuangan. dengan cara mengambilalih seluruh Tindakan penyelesaian atau wewenang dan fungsi direksi, dewan penanganan Bank Gagal oleh komisaris . Lembaga Penjamin Simpanan didahului berbagai tindakan lain oleh Tabel 1: Langkah-langkah Otoritas Jasa Keuangan melalui Penyelematan Bank Pengelola Statuter ketika bank masih Pengelola Lembaga berada dalam kategori pengawasan Statuter Penjamin BDPI dan BDPK. Apabila Pengelola Simpanan Statuter telah melakukan langkah- Mengambilalih Mengambil alih langkah penyelamatan namun seluruh dan menjalankan kondisi bank yang mengalami wewenang dan segala hak dan kesulitan keuangan tersebut semakin fungsi direksi, wewenang memburuk, antara lain ditandai dewan komisaris pemegang dengan menurunnya tingkat saham, termasuk solvabilitas bank, tindakan hak dan penyelesaian dan penanganan lain wewenang harus segera dilakukan. Dalam RUPS keadaan ini penyelesaian dan Membatalkan meninjau ulang, penanganan Bank Gagal akan atau mengakhiri membatalkan, dibantu oleh Lembaga Penjamin perjanjian yang mengakhiri, Simpanan yang akan bekerja setelah dibuat oleh bank dan/atau terlebih dahulu melakukan dengan pihak mengubah setiap pertimbangan terhadap perkiraan ketiga yang kontrak yang dampak pencabutan izin usaha bank merugikan mengikat Bank terhadap perekonomian nasional. dan/atau menurut Gagal yang Dalam hal pencabutan izin usaha Pengelola diselamatkan bank diperkirakan memiliki dampak Statuter dapat dengan pihak terhadap perekonomian nasional, merugikan ketiga yang tindakan penanganan yang dilakukan kepentingan bank merugikan bank Lembaga Penjamin Simpanan akan dan/atau

8

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

konsumen mereka tempuh berbeda satu dengan yang lainnya. Melakukan Menguasai dan pengalihan mengelola aset IV. KESIMPULAN sebagian atau dan kewajiban seluruh portofolio Bank Gagal Berdasarkan hasil penelitian kekayaan atau yang dan pembahasan pada bab usaha dan/atau diselamatkan sebelumnya, maka dihasilkan kumpulan dana kesimpulan, bahwa penunjukan dan dari bank yang penetapan Pengelola Statuter menurut dilakukan apabila pengelolaan suatu Pengelola bank dinilai merugikan kepentingan Statuter dapat konsumen. Pengelola Statuter dapat mencegah digunakan dalam bank yang kerugian yang berstatus Bank Dalam Pengawasan lebih besar bagi Intensif maupun Bank Dalam bank Pengawasan Khusus hingga sampai bank tersebut dinyatakan sebagai Melakukan menjual dan/atau Bank Gagal dan dicabut izin pengalihan mengalihkan usahanya. sebagian atau aset bank tanpa Kedudukan Pengelola seluruh portofolio persetujuan Statuter sebagai lembaga yang kekayaan debitur dan/atau bertugas untuk melakukan dan/atau kewajiban bank penyelamatan terhadap bank dapat kumpulan dana tanpa dilihat di dalam Undang-Undang dari konsumen persetujuan Nomor 9 Tahun 2016 tentang yang menurut kreditur Pencegahan dan Penanganan Krisis Pengelola Sistem Keuangan sebagai undang- Statuter dapat undang yang ditujukan untuk mencegah menciptakan sinergitas dan kerugian yang sinkronisasi dalam menjaga lebih besar bagi kestabilan sistem keuangan. konsumen Pengelola Statuter dan Lembaga Penjamin Simpanan memiliki Melalui penjelasan di atas kedudukan yang sama dalam dapat diketahui bahwa Pengelola melakukan penyelamatan terhadap Statuter dan Lembaga Penjamin sebuah bank, selain itu kedua Simpanan memiliki kedudukan yang lembaga tersebut dapat secara sama dalam melakukan bersamaan melakukan penyelamatan penyelamatan terhadap sebuah bank, terhadap sebuah bank, hanya saja selain itu kedua lembaga tersebut tugas, fungsi, wewenang, serta dapat secara bersamaan melakukan langkah penyelamatan yang mereka penyelamatan terhadap sebuah bank, tempuh berbeda satu dengan yang hanya saja tugas, fungsi, wewenang, lainnya. Lembaga Penjamin serta langkah penyelamatan yang Simpanan melakukan penanganan dan penyelematan bank dengan cara

9

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

mengambil alih dan menjalankan V. DAFTAR PUSTAKA segala hak dan wewenang pemegang saham, termasuk hak dan wewenang Buku: RUPS. Sementara Pengelola Statuter Pramono, Sigit. 2014. Mimpi Punya melakukan penyelamatan bank Bank Besar, Jakarta : Red dengan cara mengambilalih seluruh and White Publishing. wewenang dan fungsi direksi, dewan komisaris. Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Dalam rangka menciptakan Booklet Perbankan Indonesia kestabilan sistem keuangan maka 2014. dalam melakukan tindakan penyelamatan terhadap bank Soekanto, Soerjono. 1982. Pengelola Statuter harus dapat Pengantar Penelitian Hukum, melaksanakan tugas, fungsi, dan Jakarta : UI Press. wewenangnya dengan baik, maka dari itu Pengelola Statuter harus Amiruddin dan H. Zainal Asikin. mampu melakukan tindakan 2013. Pengantar Metode penyehatan dan penyelamatan Penelitian Hukum, Jakarta : dengan baik, terutama ketika PT. Raja Grafindo Persada. Pengelola Statuter sedang menangani bank yang masih berstatus Bank Jurnal: Dalam Pengawasan Intensif sehingga Sri Haryani, Wiwin. 2012. bank tersebut terhindar dari “Independensi Otoritas Jasa peningkatan status menjadi Bank Keuangan dalam Perspektif Dalam Pengawasan Khusus, ataupun Undang-Undang Nomor 21 menjadi Bank Gagal. Tahun 2011 tentang Otoritas Selain itu Komite Kestabilan Jasa Keuangan”. Jurnal Sistem Keuangan harus dapat Legislasi Indonesia. Vol.9 berkoordinasi dengan baik dalam No.3 Oktober 2012. merumuskan tindakan-tindakan penanganan serta penyelamatan Indriani, Yuanita. 2010. “Peran terhadap sebuah bank. Selain itu, Lembaga Penjamin Pengelola Statuter yang bertindak Simpanan Dalam Pemupukan sebagai wakil dari Otoritas Jasa Modal Koperasi”. Jurnal Keuangan harus mampu bekerjasama Coopetition, Volume 1 dengan Lembaga Penjamin Nomor 1, Maret 2010 Simpanan agar tindakan penyelamatan yang dilakukan oleh Peraturan Perundang-undangan: kedua lembaga tersebut secara Republik Indonesia, Undang-Undang bersamaan dapat menyelamatkan Nomor 9 Tahun 2016 tentang sebuah bank dari pencabutan izin Pencegahan dan Penanganan usaha atau likuidasi. Krisis Sistem Keuangan.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

10

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

tentang Otoritas Jasa Republik Indonesia, Peraturan Bank Keuangan. Indonesia Nomor 13/ 3 /PBI/2011 Tentang Penetapan Republik Indonesia, Undang-Undang Status dan Tindak Lanjut Nomor 40 Tahun 2007 Pengawasan Bank. tentang Perseroan Terbatas. Republik Indonesia, Peraturan Republik Indonesia, Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan Nomor 24 Tahun 2004 Nomor 41/POJK.05/2015 tentang Lembaga Penjamin tentang Tata Cara Penetapan Simpanan sebagaimana telah Pengelola Statuter pada diubah dengan Peraturan Lembaga Jasa Keuangan. Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 sebagaimana telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 sebagaimana telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan.

11