BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Pengakuan Secara terminologis, ”pengakuan” berarti proses, cara, perbuatan mengaku atau mengakui, sedangkan kata “mengakui” berarti menyatakan berhak. Pengakuan dalam konteks ilmu hukum internasional, misalnya terhadap keberadaan suatu negara/pemerintahan biasanya mengarah pada istilah pengakuan de facto dan de jure. Pengakuan yang secara nyata terhadap entitas tertentu untuk menjalankan kekuasaan efektif pada suatu wilayah disebut dengan pengakuan de facto. Pengakuan tersebut bersifat sementara, karena pengakuan ini ditunjukkan kepada kenyataan- kenyataan mengenai kedudukan pemerintahan yang baru. Apabila kemudian dipertahankan terus dan makin bertambah maju, maka pengakuan de facto akan berubah dengan sendirinya menjadi pengakuan de jureyang bersifat tetap dan diikuti dengan tindakan- tindakan hukum lainnya.1 Moh. Kusnadi dan Bintan R Saragih menjelaskan pengakuan secara hukum (de jure) adalah pengakuan suatu negara terhadap negara lain yang diikuti dengan tindakan-tindakan hukum tertentu, misalnya pembukaan hubungan diplomatik dan pembuatan perjanjian antara 1 http://e-journal.uajy.ac.id/6153/3/MIH201583.pdf diakses pada 31 Juli 2019 Pukul : 22.51 WIB 8 Analisis Hari Lahir..., Rahmat Dwi Nugroho, FKIP UMP, 2019 kedua negara. Hans Kelsen dalam Otje Salman Soemadiningrat menguraikan terminologi “pengakuan” dalam kaitannya dengan keberadaan suatu negara yaitu; terdapat dua tindakan dalam suatu pengakuan yakni tindakan politik dan tindakan hukum.2 Berdasarkan rujukan diatas, dalam pengertiannya mengenai pengakuan hari lahir Pancasila, mengarah kepada pengertian hari lahir Pancasila yang didasarkan pada suatu tindakan politik dan hari lahir Pancasila yang didasarkan pada suatu tindakan hukum. Tinjauan ini dapat menjadi dasar untuk menemukan jawaban atas perdebadan hari lahir Pancasila. 2. Tinjauan tentang Analisis Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata analisis didefinisikan sebagai berikut :Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yg tepat dan pemahaman arti keseluruhan3. Sedangkan menurut Harahap pengertian analisis adalah sebagai berikut: Analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil4. Definisi analisis tersebut memberi gambaran tentang kegiatan membedah unsur-unsur dari sesuatu yang diteliti, dalam hal ini berarti membedah unsur-unsur pandangan pakar kenegaraan mengenai hari 2 http://e-journal.uajy.ac.id/6153/3/MIH201583.pdf ,loc. cit 3 Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002). Departemen Pendidikan Nasional Edisi ke-3. Balai Pustaka, Jakarta. Gramedia. Hal 43 4 Harahap, Sofyan Syarif. 2004. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada hlm.189 9 Analisis Hari Lahir..., Rahmat Dwi Nugroho, FKIP UMP, 2019 lahir pancasila, menelaah masing-masing unsur tersebut, dan menelaah hubungan di antara unsur-unsur tersebut dengan tujuan memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan mendalam atas sesuatu, dalam hal ini adalah hari lahir pancasila. 3. Tinjauan tentang Sejarah Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, sejarah dapat diartikan sebagai silsilah, asal-usul (keturunan), atau kejadian yang terjadi pada masa lampau. Sedangkan para ahli mengemukakan definisi sejarah antara lain sebagai berikut: a.Sejarah menurut Widja adalah suatu studi yang telah dialami manusia diwaktu lampau dan telah meninggalkan jejak diwaktu sekarang, di mana tekanan perhatian diletakkan, terutama dalam pada aspek peristiwa sendiri. Dalam hal ini terutama pada hal yang bersifat khusus dan segi-segi urutan perkembangannya yang disusun dalam cerita sejarah.5 Sejarah menurut Sartono Kartodirdjo adalah gambaran tentang masa lalu manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap. Meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberikan pengertian pemahaman tentang apa yang telah berlalu.6 Sejarah menurut Sidi Gazalba adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun 5 Widja, I Gde. 1989. Dasar- dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta: P2LPTK hlm.9 6 Kartodirdjo, Sartono. (1982), Pemikiran Dan Perkembangan Historiografi Indonesia Suatu Alternatif. Jakarta: Gramedia hlm.12 10 Analisis Hari Lahir..., Rahmat Dwi Nugroho, FKIP UMP, 2019 secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan, yang memberi pengertian tentang apa yang telah berlalu.7 Dari beberapa pengertian sejarah di atas maka dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah ilmu yang mempelajari kejadian- kejadian atau peristiwa pada masa lalu manusia serta merekontruksi apa yang terjadi pada masa lalu. Dengan adanya pembelajaran sejarah Pancasila pada siswa maka dapat membantu siswa dalam memahami perilaku manusia pada masa lalu beserta nilai-nilai yang terkandung, masa sekarang dan masa yang akan datang. Memahami pandangan – pandangan pakar kenegaraan mengenai hari lahir Pancasila adalah salah satu wujud menambah wawasan kebangsaan terkait ideologi Pancasila di masa lampau dan sejalan dengan pernyataan Bung Karno terkait jangan sekali – kali melupakan sejarah (Jasmerah). 4. Tinjaun tentang Pancasila a. Secara etimologis, istilah Pancasila berasal dari kata Sansekerta dari India (bahasa kasta Brahmana) dan bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa Sangsekerta “Pancasila” memiliki dua macam arti yaitu:8 7Sidi Gazalba.1981. Pengantar Ilmu Sejarah.Jakarta. Bharata 8 Noor Ms Bakry,2010, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm.14 11 Analisis Hari Lahir..., Rahmat Dwi Nugroho, FKIP UMP, 2019 1) Panca artinya lima dan syila (vokal i pendek) artinya batu sendi, azas atau dasar, jadi jika dirangkai menjadi dasar yang memiliki lima unsur 2) Panca artinya lima dan syiila (vokal i panjang) artinya peraturan tingkah laku,yang penting atau yang senonoh, jadi jika dirangkai menjadi lima aturan tingkah laku yang penting b. Secara historis ada beberapa alur yang meriwayatkan singkat Pancasila baik dari segi istilah maupun proses perumusan sampai menjadi dasar negara yang sah, berikut ini adalah prosesnya9: Pada mulanya istilah “Pancasila” berasal dari ajaran moral dalam agama Budha yang berarti “lima aturan” berupa “lima pantangan”10 yaitu: 1. Larangan membunuh; 2. Larangan mencuri; 3. Larangan berzina; 4. Larangan berdusta; 5. Larangan minum – minuman keras. Sejak terbitnya buku “Negarakartagama” yang ditulis oleh Empu Prapanca tahun 1365 serta dalam buku “Sutasoma” dari Empu Tantular, masyarakat nusantara di bawah kerajaan Majapahit sudah mengenal istilah Pancasila. Suhadi menjelaskan bahwa, Menurut empu prapanca istilah “ Pancasila itu diartikan sebagai “ lima pantangan”. Sedangkan menurut empu tantular istilah “Pancasila” diartikan sebagai “lima batu sendi” atau “ pelaksanaan kesusilaan yang lima” yaitu: (a) larangan melakukan tindak 9 Hamid Darmadi,2010, Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan,Bandung: Alfabeta, hlm. 240 10 Suhadi, 2002,Dinamika Pancasila, Yogyakarta:Yayasan Humaniora, hlm.1 12 Analisis Hari Lahir..., Rahmat Dwi Nugroho, FKIP UMP, 2019 kekerasan, (b) larangan mencuri, (c) larangan berhati dengki, (d) larnagan berdusta, (e) larangan meminum – minuman keras. Pada masa perumusan dasar negara, istilah Pancasila kembali muncul dengan rangkaian peristiwa sebagai berikut: 1. Perumusan dari sidang BPUPKI pertama Dr Radjiman Widyoningrat mengajukan permasalahan rumusan dasar negara Indonesia yang diisi tiga pembicara yaitu Mr Mochamad Yamin, Dr Soepomo dan Ir Soekarno. 2. Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir Soekarno berpidato secara lisan mengenai rumusan dasar negara Indonesia yang diberi nama Pancasila. 3. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memploklamirkan kemerdekaan 4. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Undang-Undang Dasar 1945 disahkan dan pada alinea IV terdapat rumusan lima prinsip dasar negara. 11 c. Secara terminologis, istilah “Pancasila” dipakai untuk memberi nama dasar filsafat negara Republik Indonesia. Prosesnya adalah sebagai berikut : 1) Tahapan pengusulan 11 Hamid Darmadi, 2010,op. cit. hlm. 240 13 Analisis Hari Lahir..., Rahmat Dwi Nugroho, FKIP UMP, 2019 Dilakukan oleh Ir. Soekarno dalam sidang paripurna BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, tertuang dalam pidato “Lahirnya Pancasila” 2) Tahap perumusan Dilakukan oleh panitia sembilan dari BPUPKI pada tanggal 22 Juni 1945, tertuang dalam Piagam Jakarta. 3) Tahap penetapan Dilakukan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945, tertuang dalam Pembukaan UUD NRI NRI 1945. 4) tahap peresmian, dilakukan oleh MPRS pada tanggal 5 Juli 1966, tertuang di dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS?1966.12 Pancasila dalam pembukaan UUD NRI NRI 1945 alinea IV berisi dasar negara. Secara yuridis dan dalam Bahasa Indonesia disebutkan sebagai berikut13 : (a) Ketuhanan Yang Maha Esa. (b) Kemanusiaan yang adil dan beradab. (c) Persatuan Indonesia. (d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. (e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 12 Suhadi, 2002,op. cit. hlm.2 13 Noor Ms Bakry,op. cit. hlm. 18 14 Analisis Hari Lahir..., Rahmat Dwi Nugroho, FKIP UMP, 2019 5. Tinjauan Tentang Proses Perumusan Dasar Negara 1 Maret 1945, bertepatan dengan tiga tahun dimulainya “Pembangunan Jawa Baru” (pendaratan Tentara Jepang di Jawa) Pemerintah Jepang mengunmumkan bahwa akan segera dibentuk Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.14 29 April 1945, oleh Seikoo Sikikan dibentuklah
Recommended publications
  • Discourses Exploring the Space Between Tradition and Modernity in Indonesia
    In the 8th International Indonesia Forum Conference DISCOURSES EXPLORING THE SPACE BETWEEN TRADITION AND MODERNITY IN INDONESIA i Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). ii In the 8th International Indonesia Forum Conference DISCOURSES EXPLORING THE SPACE BETWEEN TRADITION AND MODERNITY IN INDONESIA Editorial Board: Hermanu Joebagio, Frank Dhont Pramudita Press iii In the 8th International Indonesia Forum Conference Sebelas Maret University, Solo, Indonesia 29 – 30 July 2015 Organized by: Sebelas Maret University and International Indonesia Forum DISCOURSES EXPLORING THE SPACE BETWEEN TRADITION AND MODERNITY IN INDONESIA Editorial Board: Hermanu Joebagio, Frank Dhont Paper Contributor:
    [Show full text]
  • Asian Socialists and the Forgotten Architects of Post-Colonial Freedom
    Lewis, S. L. (2019). Asian Socialists and the Forgotten Architects of Post-Colonial Freedom. Journal of World History, 30(1-2), 55-88. https://doi.org/10.1353/jwh.2019.0028 Publisher's PDF, also known as Version of record Link to published version (if available): 10.1353/jwh.2019.0028 Link to publication record in Explore Bristol Research PDF-document This is the final published version of the article (version of record). It first appeared online via University of Hawaii Press at https://muse.jhu.edu/article/729105. Please refer to any applicable terms of use of the publisher. University of Bristol - Explore Bristol Research General rights This document is made available in accordance with publisher policies. Please cite only the published version using the reference above. Full terms of use are available: http://www.bristol.ac.uk/red/research-policy/pure/user-guides/ebr-terms/ Asian Socialism and the Forgotten Architects of Post-Colonial Freedom, 1952–1956 Su Lin Lewis Journal of World History, Volume 30, Numbers 1-2, June 2019, pp. 55-88 (Article) Published by University of Hawai'i Press For additional information about this article https://muse.jhu.edu/article/729105 Access provided at 11 Jul 2019 10:40 GMT from Bristol University Asian Socialism and the Forgotten Architects of Post-Colonial Freedom, 1952–1956* SU LIN LEWIS University of Bristol N a photograph taken in 1953, Sutan Sjahrir arrives off an airplane in IRangoon and is greeted warmly on the tarmac by Burmese socialist leaders U Ba Swe and U Kyaw Nyein, as well as his close friend Ali Algadri, the Arab-Indonesian chargé d’affairs.
    [Show full text]
  • Sejarah Konstitusi Di Indonesia
    Buku I ■ Latar Belakang, Proses, dan Hasil Perubahan UUD 1945 BAB II LATAR BELAKANG PERUBAHAN UUD 1945 A. SEJARAH SINGKAT UUD INDONESIA Undang-Undang Dasar (UUD) merupakan fundamen atau hukum dasar yang sangat menentukan keberadaan suatu negara yang di dalamnya terkandung cita-cita dan dasar negara sebagai kerangka acuan dasar bagi pelaksanaan kehidupan bernegara. Oleh karena itu, keberadaan UUD sangat penting terutama bagi negara hukum modern yang menghendaki segala sesuatu yang terkait dengan kehidupan bernegara diatur berdasarkan hukum. Indonesia adalah negara hukum yang menggunakan UUD sebagai dasar keberadaannya. Sebelum negara Indonesia berdiri, wilayah Indonesia yang saat itu dijajah oleh Belanda dengan nama Hindia Belanda telah memiliki UUD. UUD yang berlaku pada masa penjajahan Belanda adalah Indische Staatsregeling (IS). Layaknya sebuah UUD, IS mengatur keberadaan lembaga- lembaga negara di bawah pemerintahan Hindia Belanda, yaitu Gouverneur Generaal (Gubernur Jenderal), Volksraad (Parlemen), Hoogerechtsshof (Mahkamah Agung), Algameene 3 Risalah Komprehensif Proses dan Hasil Perubahan UUD 1945 (1999 – 2002) Rekenkamer (Pengawas Keuangan), dan Raad van Nedelandsch Indie (Dewan Pertimbangan Agung).1 Setelah berdiri sebagai negara merdeka, Indonesia memberlakukan UUD yang disusun sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sendiri. UUD negara Indonesia memiliki sejarah yang dinamis sejalan dengan dinamika ketatanegaraan yang berlaku dan berkembang. Sejak negara Indonesia berdiri hingga saat ini telah terjadi beberapa kali pergantian UUD. Terdapat beberapa UUD yang pernah berlaku di Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) berlaku dari 1945 hingga 1949, Konstitusi Republik Indonesia Serikat (Konstitusi RIS) berlaku pada 1949 hingga 1950, Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) berlaku pada 1950 hingga 1959, dan kembali lagi ke UUD 1945 mulai 1959 hingga sekarang.
    [Show full text]
  • Perempuan Dalam Gerakan Kebangsaan
    PEREMPUAN DALAM GERAKAN KEBANGSAAN Triana Wulandari Hilmar Farid Perempuan dalam Gerakan Kebangsaan Triana Wulandari Pengantar : Sri Margana Prakata Penulis : Triana Wulandari Sekapur Sirih : Hilmar Farid Desain Sampul : Ruhtata Tata-Letak : Tim Redaksi Penerbit Cetakan I: November 2017 Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT) Wulandari, Triana. Perempuan dalam Gerakan Kebangsaan. xxxii + 312 hlm.:15,5 x 23 cm ISBN :978-602-72017-7-4 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa seizin tertulis dari Penerbit. Isi di luar tanggung jawab percetakan Sekapur Sirih Oleh:Oleh: Dr. Hilmar Hilmar Farid Farid DirjenDirektur Kebudayaan Jenderal Kemendikbud Kebudayaan RI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia BERBICARA tentang gerakan kaum perempuan, di ujung dunia mana pun, selalu menjadi tema perbincangan yang menarik dan hangat. Bukan saja karena sisi “perempuan”-nya, melainkan lebih karena isu-isu yang diusungnya senantiasa menjadi titik perbincangan menarik di tengah dunia yang didominasi kuasa lelaki ini. Di Indonesia sendiri gerakan kaum perempuan sudah dimulai sejak awal, sejak jaman kolonialisme, bahkan jauh sebelum berdirinya negara Republik Indonesia. Nama-nama seperti Ken Dedes, Tribuana Tunggadewi, Roro Jonggrang, dan lain-lain sudah cukup populer sebagai perempuan legendaris yang menurut beberapa tafsir sejarah –meski perlu dikaji lebih serius—sedikit banyak dapat terhitung sebagai pergerakan perempuan kala itu. Di jaman modern, gerakan kaum perempuan menjadi semakin terorganisir, terstruktur, dan massif, mulai dari era Kartini hingga era reformasi terkini. Sudah banyak hasil yang terlihat dan bisa dinikmati dari gerakan perempuan berabad-abad lamanya itu. Namun demikian, dalam konteks sejarah perjuangan bangsa, peran kaum perempuan kerap diabaikan, bahkan dipandang sebelah mata.
    [Show full text]
  • Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII Semeter 1 Dan 2
    Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII Semeter 1 dan 2 Herlan Firmansyah Dani Ramdani PUSAT PERBUKUAN Departemen Pendidikan Nasional i Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII Semeter 1 dan 2 300.7 HER HERLAN Firmansyah i Ilmu Pengetahuan Sosial 2 : untuk Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII /Semester 1 dan 2 / penulis Herlan Firmansyah, Dani Ramdani ; editor, Emy Kusmiati ; Ilustrator, Tim Redaksi. — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009 viii, 237 hlm. : ilus. ; 25 cm. Bibliografi : hlm. 236-237 Indeks ISBN 978-979-068-675-5 (no.jil.lengkap) ISBN 978-979-068-678-6 1. Ilmu-ilmu Sosial-Studi dan Pengajaran I Judul II. Dani Ramdani III. Emy Kusmiati III. Tim Redaksi Hak Cipta Buku ini dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional dari Penerbit CV. Djatnika Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009 Diperbanyak oleh ….. ii KATA SAMBUTAN Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2009, telah membeli hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis/penerbit untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui situs internet (website) Jaringan Pendidikan Nasional. Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 9 Tahun 2009 tanggal 12 Februari 2009. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penulis/ penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para siswa dan guru di seluruh Indonesia.
    [Show full text]
  • 1. Letak Astronomis Coba Kamu Amati Peta Dunia Di Bawah Ini Dengan Saksama
    Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang Hak Cipta Buku ini dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional dari Penerbit CV. Rizqi Mandiri IPS Untuk SMP/MTs Kelas VIII Penulis : Sutarto Sunardi Nanang Herjunanto Penny Rahmawaty Bambang Tri Purwanto Ilustrasi, Tata Letak : Rini Perancang Kulit : Agus Sudiyanto Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm 300.7 IPS IPS : untuk SMP/MTs kelas VIII/Sutarto… [et.al.]. — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. x, 374 hlm.: ilus.; 25 cm. Bibliografi: 361-363 ISBN 979-462-930-8 1. Ilmu-ilmu sosial-Studi dan Pengajaran II Sutarto Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008 Diperbanyak oleh ... Kata Sambutan Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah membeli hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis/ penerbit untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui situs internet (website) Jaringan Pendidikan Nasional. Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2008. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penulis/penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para siswa dan guru di seluruh Indonesia. Buku-buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departe-men Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (down load), digandakan, dicetak, dialih-mediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun, untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah.
    [Show full text]
  • Bab 2 Wacana Nasionalisme Indonesia Dalam Pandangan Soekarno, Soepomo Dan Hatta
    BAB 2 WACANA NASIONALISME INDONESIA DALAM PANDANGAN SOEKARNO, SOEPOMO DAN HATTA A. Indonesia sebagai Nationale Staat: Membaca Ide Soekarno Dalam sebuah pidato di hadapan sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945, Soekarno memaparkan pandangannya tentang filosofi dan dasar-dasar bagi pendirian Indonesia sebagai sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. Pidato ini kemudian dikenal sebagai penanda lahirnya Pancasila. Berikut beberapa pokok penting buah pemikiran Soekarno, yang merupakan ide-ide yang terus mewarnai bangunan nasionalisme Indonesia hingga beberapa tahun sesudahnya. Salah satu pokok penting tersebut adalah bahwa negara Indonesia yang akan dibangun, menurut Soekarno, haruslah ‘Nationale Staat’, sebuah negara nasional bukan negara berdasarkan agama dan kedaerah tertentu. Soekarno mengatakan: …saya katakan bahwa dasar pertama buat Indonesia ialah dasar kebangsaan. Itu bukan berarti satu kebangsaan dalam arti yang sempit, tetapi saya menghendaki satu nationale staat, seperti yang saya katakan dalam rapat di Taman Raden Saleh beberapa hari yang lalu. Satu Nationale Staat Indonesia bukan berarti staat yang sempit. Soekarno sangat menyadari bahwa secara empirik negara Indonesia yang akan dibangun bersama memiliki keragaman yang luar biasa, baik dalam aspek suku, agama, bahasa, ras dan juga latar belakang politik, dimana sebelumnya sudah ada kerajaan-kerajaan kecil yang bertebaran di seluruh nusantara. Karena itulah ia sangat menekankan pentingnya Indonesia Merdeka sebagai suatu ‘Nationale Staat’, yang luas, mencakup semua aliran, golongan, suku, agama yang ada di nusantara tersebut. Gagasan mengenai ‘Nationale Staat’ itu sendiri, menurut Soekarno sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru, karena sebelumnya di bumi Nusantara ini pernah berdiri suatu national staat yang jaya, yaitu pada zaman kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit.
    [Show full text]
  • Pemberitaan Perempuan Dalam Koran Kedaulatan Rakyat Tahun 1945-1950
    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PEMBERITAAN PEREMPUAN DALAM KORAN KEDAULATAN RAKYAT TAHUN 1945-1950 SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sejarah pada Program Studi Sejarah Disusun oleh: Yunita Maria Ndoi NIM: 124314003 PROGRAM STUDI SEJARAH JURUSAN SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MOTTO “Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri” -Pramoedya Ananta Toer- iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERSEMBAHAN Skripsi yang berjudul “Pemberitaan Perempuan dalam Koran Kedaulatan Rakyat Tahun 1945-1950”, ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya Mama Yosephina Gae dan Bapak Agustinus Tua, kakak-kakak saya Anis, Aris, Ivan, dan kedua adik saya Ayub dan deri yang senantiasa mendukung dan mendoakan saya. Karya ini juga dipersembahkan untuk almamater Program Studi Sejarah, FAkultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK Yunita Maria Ndoi, PemberitaanPerempuandalam Koran Kedaulatan Rakyat Tahun 1945-1950. Skripsi. Yogyakarta: Program StudiSejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, 2018. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dua pertanyaan. Pertama adalah bagaimana keadaan sosial perempuan Yogyakarta dalam pemberitaan media lokal masa Revolusi Kemerdekaan 1945-1950? Kedua, bagaimana pandangan koran kedaulatan rakyat terhadap pemberitaan perempuan pada masa revolusi kemerdekaan tahun 1945-1950. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka pada koran Kedaulatan Rakyat sebagai sumber primer. Analisis dilakukan dengan pengumpulan sumber- sumber primer dan melakukan pembandingan dan interpretasi pada sumber yang berhasil dikumpulkan. Penelitian ini melihat sudut pandang perempuan dan politik.
    [Show full text]
  • Javanese Women and Islam: Identity Formation Since the Twentieth Century
    Javanese Women and Islam: Identity Formation since the Twentieth Century Kurniawati Hastuti Dewi* Despite the vast research over the last three decades devoted to the lives and social interaction of Javanese women, little has been written on the formation of these women’s identity by focusing on its development from the twentieth century up to the early twenty-first. This paper endeavors to show that the religio-cultural iden- tity of Javanese women was forged through a number of sociocultural circumstances. While revealing different features of the relationship between Javanese women and Islam, I shed light on the role Islam played, particularly since the early twentieth century, in providing transformative power to the role and status of Javanese Mus- lim women, manifested by the adoption of such Islamic dress codes as veiling, as also an important means of identity politics. I argue that new Islamic discourses have always been born out of the desire to challenge the conservative understand- ing of the role and status of Javanese women in different historical periods. Keywords: Javanese women, Islam, identity formation, veiling, identity politics Introduction Since the late fifteenth century, Islamization has brought about a significant social trans- formation in Java. Islamization in Java was marked by the transition from the ancient East Javanese Hindu-Buddhist regimes (Majapahit Kingdom) to the Javanese Islamic rulers on the north coast, and later to the Mataram Islamic Kingdom (Yogyakarta). The shifting configuration wrought changes not only in Javanese religiosity but also in Java- nese livelihoods, affecting everyone, including the women. However, over the last three decades, studies of women in Java have tended to overlook Javanese women’s dynamic intersection with Islam, framing it within identity formation.
    [Show full text]
  • Dinamika Internal Kabinet Sjahrir Masa Revolusi Indonesia 1945-1947 Skripsi
    UNIVERSITAS INDONESIA DINAMIKA INTERNAL KABINET SJAHRIR MASA REVOLUSI INDONESIA 1945-1947 SKRIPSI Diajukan sebagai salahsatu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Humaniora Moch. Insan Pratama 0705040339 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH KEKHUSUSAN SEJARAH INDONESIA DEPOK JANUARI 2010 Dinamika internal..., Moch. Insan Pratama, FIB UI, 2010 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa skripsi/tesis/disertasi* ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia. Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya. Jakarta, Moch. Insan Pratama *Pilih yang sesuai. ii Dinamika internal..., Moch. Insan Pratama, FIB UI, 2010 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Moch. Insan Pratama NPM : 0705040339 TandaTangan: Tanggal : iii Dinamika internal..., Moch. Insan Pratama, FIB UI, 2010 iv Dinamika internal..., Moch. Insan Pratama, FIB UI, 2010 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah saya tujukan kepada Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya memberikan kesempatan kepada saya menjalani pendidikan terbaik di Universitas Indonesia. Selama empat tahun lebih, ilmu yang berguna dan pengalaman yang berharga saya dapatkan dalam lingkungan akademik yang
    [Show full text]
  • VU Research Portal
    VU Research Portal Review of Volker Heeschen, An ethnographic grammar of the Eipo language [Review of: (2000) An ethnographic grammar of the Eipo language] de Vries, L.J. published in Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde 2000 document version Publisher's PDF, also known as Version of record Link to publication in VU Research Portal citation for published version (APA) de Vries, L. J. (2000). Review of Volker Heeschen, An ethnographic grammar of the Eipo language [Review of: (2000) An ethnographic grammar of the Eipo language]. Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde, 156(1), 151-154. General rights Copyright and moral rights for the publications made accessible in the public portal are retained by the authors and/or other copyright owners and it is a condition of accessing publications that users recognise and abide by the legal requirements associated with these rights. • Users may download and print one copy of any publication from the public portal for the purpose of private study or research. • You may not further distribute the material or use it for any profit-making activity or commercial gain • You may freely distribute the URL identifying the publication in the public portal ? Take down policy If you believe that this document breaches copyright please contact us providing details, and we will remove access to the work immediately and investigate your claim. E-mail address: [email protected] Download date: 10. Oct. 2021 Book Reviews - A.S. Baer, Philip Houghton, People of the Great Ocean; Aspects of human biology of the early Pacific. Cambridge: Cambridge University Press, 1996, x + 292 pp.
    [Show full text]
  • Book Reviews - A.S
    Book Reviews - A.S. Baer, Philip Houghton, People of the Great Ocean; Aspects of human biology of the early Pacific. Cambridge: Cambridge University Press, 1996, x + 292 pp. - Greg Bankoff, Vicente L. Rafael, Figures of criminality in Indonesia, the Philippines, and colonial Vietnam. Ithaca, NY: Cornell University Southeast Asis Program, 1999, 258 pp. - Harold Brookfield, Donald Denoon, The Cambridge history of the Pacific Islanders. Cambridge: Cambridge University Press, 1997, xvi + 518 pp., Stewart Firth, Jocelyn Linnekin (eds.) - Cynthia Chou, Shoma Munshi, Clifford Sather, The Bajau Laut; Adaptation, history, and fate in a maritime fishing society of south-eastern Sabah. Kuala Lumpur: Oxford University Press, 1997, xviii + 359 pp. - Cynthia Chou, Shoma Munshi, Krishna Sen, Gender and power in affluent Asia. London: Routledge, 1998, xiii + 323 pp., Maila Stivens (eds.) - Freek Colombijn, Arne Kalland, Environmental movements in Asia. Richmond, Surrey: Curzon, 1998, xiii + 296 pp. [Nordic Institute of Asian Studies, Man and Nature in Asia Series 4.], Gerard Persoon (eds.) - Kirsten W. Endres, Phan Huy Chu, Hai trinh chi luoc; Récit sommaire dun voyage en mer (1833); Un émissaire Vietnamien à Batavia. Paris: EHESS, 1994, viii + 228 pp. [Cahier dArchipel 25.] - Aone van Engelenhoven, Veronica Du Feu, Rapanui. London: Routledge, 1996, xv + 217 pp. [Routledge Descriptive Grammars.] - Fukui Hayao, Peter Boomgard, Paper landscapes; Explorations in the environmental history of Indonesia, 1997, vi + 424 pp. Leiden: KITLV Press. [Verhandelingen 178.], Freek Colombijn, David Henley (eds.) - Volker Heeschen, J. Miedema, Texts from the oral tradition in the south-western Birds Head Peninsula of Irian Jaya; Teminabuan and hinterland. Leiden: DSALCUL, Jakarta: ISIR, 1995, vi + 98 pp.
    [Show full text]