Modul : Penguatan Partisipasi Perempuan Bela Negara Iii Tim Penyusun

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Modul : Penguatan Partisipasi Perempuan Bela Negara Iii Tim Penyusun PENGUATAN PARTISIPASI PEREMPUAN BELA NEGARA PARTISIPASI PENGUATAN MODUL MODUL PENGUATAN PARTISIPASI PEREMPUAN KEMENTERIAN BELA NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN Jl. Medan Merdeka Barat No. 15, Jakarta 10110 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Telepon/Fax. (021) 381 3351 REPUBLIK INDONESIA website: www.kemenpppa.go.id 2018 MODUL I : WAWASAN KEBANGSAAN DAN JATI DIRI BANGSA MODUL II : BELA NEGARA DI LINGKUNGAN PEREMPUAN INDONESIA MODUL III : ANCAMAN TERHADAP PEREMPUAN MODUL IV : PENGEMBANGAN NILAI-NILAI DAN PEMBUDAYAAN BELA NEGARA KAUM PEREMPUAN MODUL V : NILAI-NILAI DASAR BELA NEGARA BAGI PEREMPUAN ii Modul : Penguatan Partisipasi Perempuan Bela Negara iii TIM PENYUSUN Pembina Prof. DR. Yohana Susana Yembise, Dip.Apling, MA Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Penanggung jawab Ir. Agustina Erni, M.Si Deputi Bidang Kesetaraan Gender Pengarah Materi Dr. A. Darsono Sudibyo, M.Si Asdep Kesetaraan Gender Bidang Politik, Hukum dan Hankam Koordinator Dr. Tri Yoga Budi Prasetyo, M.Si Tim Penyusun Modul : 1. Riza Mahardhika, M.Si 2. Jeanne Francois, M.Si (Han) 3. Juniawan Priono, M.Si (Han) 4. Lifani Kurnia, M.Si (Han) 5. Zuhria Ninda, M.Si Kontributor : 1. Direktur Bela Negara Kementerian Pertahanan 2. Ses LP2M Universitas Pertahanan 3. Kapuslit Bela Negara, Universitas Pertahanan 4. Universitas UPN Veteran 5. Peniliti Universitas Pertahanan ii Modul : Penguatan Partisipasi Perempuan Bela Negara iii 6. Kepala Pusat Pertahanan, Kementerian Pertahanan 7. Kepala LEMHANAS 8. Kementerian Koordinator Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan 9. Kalemdiklat Polri 10. Pimpinan Dewan Ketahanan Nasional 11. Kabadiklat Kementerian Pertahanan 12. Aster Mabes TNI 13. Asterad TNI AD 14. Aspers TNI AU 15. Aspers TNI AL 16. Pusat Kajian Politik UI 17. CEPP UI 18. Kaukus Perempuan Politik 19. Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI Pendukung Teknis : 1. Rina Nursanti, SH, M.Si 2. Mohamad Udin, S.Sos 3. Agam Bekti Nugraha, S.Pd, M.Pd 4. Dr. Nurdin, M.Si Pendukung Administrasi : 1. Wiyarso Suwarsono, SH 2. Sri Murni, SAP 3. Thomas Rizal, SP 4. Ratna Oeni Cholifah, SE, MM 5. Supriyanto 6. Agnes Rarasati, S.Pd iv Modul : Penguatan Partisipasi Perempuan Bela Negara v MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA Pada kesempatan ini, kami mengucapkan syukur khadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya, kini telah terbit Modul Pengutan Partisipasi Perempuan Bela Negara. Modul ini merupakan bagian penting dalam upaya peningkatan kualitas perempuan yang secara khusus untuk menyiapkan peran perempuan dalam pembangunan karakter bangsa yang lebih kuat dalam menghadapi tantangan global. Peran perempuan dalam bela negara, secara filosofis merupakan naluri keterpanggilan perempuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, agar bangsa Indone- sia tetap eksis untuk memiliki karakter dan jati diri yang memiliki jiwa patriotik dan nasionalisme yang kuat. Dalam perspektif his- toris, kegiatan bela negara sebagai dinamika inti proses kebang- saan yang terjadi secara berkelanjutan mengikuti irama sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara, baik pada zaman penjaja- han maupun zaman kemerdekaan serta zaman pembangunan. Secara sosiokultural, bela negara merupakan keniscayaan dari suatu bangsa yang religious yang mampu mempertahankan ek- sistensi bangsa dan negaranya. iv Modul : Penguatan Partisipasi Perempuan Bela Negara v Berdasarkan landasan Inpres Nomor 7 tahun 2018 ten- tang Rencana Aksi Nela Negara Tahun 2018 – 2019 yang me- wajibkan pelaksanaan Rencana Aksi Bela Negara Tahun 2018 – 2019 bahwa setiap warga negara tidak terkecuali perempuan memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan bela negara. Hak dan kewajiban ini menjadi tanggung jawab yang melekat pada setiap warga negara. Sebagai program ini perlu terus digalak- kan di tengah memudarnya nasionalisme dan patriotisme akibat kikisan gelombang globalisasi yang menerpa sendi kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Berkenaan dengan posisi strategis kaum perempuan dalam usaha-usaha bela negara dalam kehidupan berbangsa dan bernega- ra, sudah sepatutnya mereka memiliki kesadaran bela negara. Ke- sadaran berpartisipasi dalam bela begara ini meliputi upaya sadar akan hak dan kewajiban untuk melakukan bela negara. Kesadaran ini diawali dengan pemahaman akan wawasan kebangsaan sebagai suatu cara pandang untuk melihat bangsa dan negara sebagai satu kesatuan yang utuh dalam suatu landasan idiil, ideologi negara Pan- casila dan didasarkan pada landasan konstitusional UUD 1945 baik secara ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya serta pertahanan dan keamanan. Maka Modul Penguatan Partisipasi Perempuan Bela Ne- gara ini dapat menjadi wahana pembelajaran guna memotivasi perempuan dimanapun keberadaan baik di perdesaan maupun perkotaan termasuk perempuan yang terhimpun dalam lembaga masyarakat dan perempuan kader partai politik, serta perempuan profesional. Perempuan sebagai calon ibu dan ibu yang melahir- kan generasi bangsa dapat memberikan kontribusi positif dalam melangsungkan kehidupan kebangsaan dan kenegaraan Indonesia yang tercinta. Perempuan yang memiliki kesadaran hak dan ke- wajiban bela negara secara sadar dan sungguh-sungguh menjaga vi Modul : Penguatan Partisipasi Perempuan Bela Negara vii dan mempertahankan keutuhan NKRI dari berbagai hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan baik yang bersifat internal maupun eksternal. Hal ini dapat dilakukan melalui penguatan partisipasi perempuan bela negara dalam berbagai bidang pem- bangunan di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya serta pertahanan dan keamanan. Kami juga menyadari bahwa modul ini masih perlu menerima masukan guna penyempurnaan sesuai dengan perkembangan baru terkait partisipasi belana. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut aktif dalam penyusunan modul ini, semoga modul ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuh- kan dan bagi perempuan di seluruh Indonesia. Jakarta, Nopember 2018 Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia ttd Yohana Susana Yembise vi Modul : Penguatan Partisipasi Perempuan Bela Negara vii viii Modul : Penguatan Partisipasi Perempuan Bela Negara ix KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 15, JAKARTA 10110, Telepon (021) 3842638, 3805562 FAXIMILE (021) 3805559, 3805562 Situs www.kemenpppa.go.id PENGANTAR Puja dan puji syukur senantiasa kami persembahkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia- Nya, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, cq Deputi Kesetaraan Gender bekerjasama dengan Universi- tas Pertahanan (Unhan) dapat menyusun Modul Penguatan Partisi- pasi Perempuan Bela Negara. Penyusunan Modul ini adalah bagian dari upaya dan langkah strategis Deputi Kesetaraan Gender untuk meningkatkan kualitas perempuan dalam berkehidupan, berbangsa dan bernegara. Berdasarkan landasan Inpres Nomor 7 tahun 2018 tentang Rencana Aksi Bela Negara Tahun 2018 – 2019 yang mewajibkan pelaksanaan Rencana Aksi Bela Negara Tahun 2018 – 2019 bahwa setiap warga negara tidak terkecuali perempuan memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan bela negara. Salah satu upaya Kemen- terian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak membuat Modul Penguatan Partisipasi Perempuan Bela Negara. Perempuan sebagai bagian warga negara niscaya memiliki sikap dan perila- ku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, Pelatihan Penguatan Partisipasi Perempuan viii Modul : Penguatan Partisipasi Perempuan Bela Negara ix Bela Negara merupakan wahana strategis untuk membentuk watak dan mental yang kuat sebagai modal guna membangun bangsa dan negara. Perempuan yang memiliki watak atau kepribadian dan men- tal yang kuat akan menjadikan negara dan bangsa yang kuat. Modul pelatihan ini terdiri dari lima bagian yaitu: (1) Wawa- san Kebangsaan dan Jati Diri Bangsa; (2) Bela Negara di Ling- kungan Perempuan di Indonesia; (3) Ancaman terhadap Perem- puan; (4) Pengembangan Nilai –Nilai dan Pemberdayaan Bela Negara Kaum Perempuan; (5) Nilai – Nilai Dasar Bela Negara bagi Perempuan. Kementerian Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak cq Deputi Kesetaraan Gender mengucapkan terima kasih kepada para narasumber dan tokoh-tokoh politik yang terlibat secara aktif dalam memberikan masukan dan kritikan demi menjaga kualitas materi modul ini. Meskipun demikian, kami meneri- ma masukan ide-ide baru terkait dengan bela negara. Semoga modul pelatihan ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh semua pihak yang berkepentingan untuk meningkatkan partisipasi perempuan bela negara. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menerima amal ibadah yang tulus bagi para pihak yang ikut serta aktif da- lam penyusunan modul ini. Terima Kasih. Deputi Kesetaraan Gender, ttd Ir. Agustina Erni, M.Sc x Modul : Penguatan Partisipasi Perempuan Bela Negara xi DAFTAR ISI Sampul i Tim Penyusun iii Sambutan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia v Kata Pengantar Deputi Bidang Kesetaraan Gender ix Daftar Isi xi Modul I Wawasan Kebangsaan dan Jati Diri Bangsa 1 Modul II Bela Negara di Lingkungan Perempuan Indonesia 83 Modul III Ancaman Terhadap Perempuan 125 Modul IV Pengembangan Nilai-nilai dan Pembudayaan Bela Negara Kaum Perempuan 229 Modul V Nilai-nilai Dasar Bela
Recommended publications
  • Existent Terrorism in Indonesia and the Opportunities for the Growth of Radical Islam and ISIS September, 2016
    ISS Risk Special Report: Existent Terrorism in Indonesia and the Opportunities for the Growth of Radical Islam and ISIS September, 2016 Intelligent Security Solutions Holding Limited Room 501, 5/f, Chung Ying Building 20 Connaught Road West Sheung Wan Hong Kong Phone: +852 5619 7008 China Phone: +861 3910 9907 39 www.issrisk.com Copyright Intelligent Security Solutions Limited. All rights reserved. Neither this publication nor any part of it may be reproduced, photocopied, stored in a retrieval system, or transmitted without the express prior consent of Intelligent Security Solutions Limited. Intelligent Security Solutions Limited Frontier & Emerging Markets Analysis Table of Contents Abstract ................................................................................................................................................... 2 Introduction.............................................................................................................................................. 2 Contextualisation ..................................................................................................................................... 4 1. Political backdrop to today‟s terrorist landscape ............................................................................. 4 2. The consequences brought by globalisation of jihad to local groups ............................................. 5 a) Jemaah Islamiyah (JI) ................................................................................................................. 6 b)
    [Show full text]
  • Menegosiasikan Islam
    MENEGOSIASIKAN ISLAM, KEINDONESIAAN DAN MONDIALITAS Peran dan Tantangan Pendidikan Islam di Era Disrupsi Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan da-lam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. (Pasal 1 ayat [1]). 2. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan: a. Penerbitan ciptaan; b. Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya; c. Penerjemahan ciptaan; d. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransforma-sian ciptaan; e. pendistribusian ciptaan atau salinannya; f. Pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman ciptaan; h. Komunikasi ciptaan; dan i. Penye-waan ciptaan. (Pasal 9 ayat [1]). 3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pen-cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipi-dana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (Pasal 113 ayat [3]). 4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). (Pasal 113 ayat [4]). MENEGOSIASIKAN ISLAM, KEINDONESIAAN DAN MONDIALITAS Peran dan Tantangan Pendidikan Islam di Era Disrupsi Editor: Supriyanto Abdi M Nurul Ikhsan Saleh Kurniawan Dwi Saputra Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Studi Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia MENEGOSIASIKAN ISLAM, KEINDONESIAAN DAN MONDIALITAS Peran dan Tantangan Pendidikan Islam di Era Disrupsi xii + 336 hlm; 15,5 x 23 cm ISBN: 978-623-7313-98-4 Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang.
    [Show full text]
  • Islam Dan Negara Pemikiran Abu Bakar Ba'asyir Tentang
    ISLAM DAN NEGARA PEMIKIRAN ABU BAKAR BA’ASYIR TENTANG NEGARA ISLAM Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : Praga Adidhatama NIM: 104033201141 PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H./2009 M. PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul ISLAM DAN NEGARA; PEMIKIRAN ABU BAKAR BA’ASYIR TENTANG NEGARA ISLAM telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 11 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) pada Program Studi Pemikiran Politik Islam. Jakarta, 11 Desember 2009 Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota, Dr. Hendro Prasetyo, MA. Joharatul Jamilah, M.Si. NIP: 19640719 199003 1 001 NIP: 19680816 199703 2 002 Anggota, Dr. Sirodjudin Ali, MA. A. Bakir Ihsan, M.Si. NIP: 19540605 200112 1 001 NIP: 19720412 200312 1 214 Pembimbing, M. Zaki Mubarak, M.Si. NIP: 19730927 200501 1 008 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (satu) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
    [Show full text]
  • THE INDIGENISATION of a TRANSNATIONAL ISLAMIC MOVEMENT in CONTEMPORARY INDONESIA a Study of Hizbut Tahrir Indonesia
    THE INDIGENISATION OF A TRANSNATIONAL ISLAMIC MOVEMENT IN CONTEMPORARY INDONESIA A Study of Hizbut Tahrir Indonesia DIMAS OKY NUGROHO A Thesis in fulfilment of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy School of Humanities and Languages Faculty of Arts and Social Sciences March 2016 ORIGINALITY STATEMENT ‘I hereby declare that this submission is my own work and to the best of my knowledge it contains no materials previously published or written by another person, or substantial proportions of material which have been accepted for the award of any other degree or diploma at UNSW or any other educational institution, except where due acknowledgement is made in the thesis. Any contribution made to the research by others, with whom I have worked at UNSW or elsewhere, is explicitly acknowledged in the thesis. I also declare that the intellectual content of this thesis is the product of my own work, except to the extent that assistance from others in the project's design and conception or in style, presentation and linguistic expression is acknowledged.’ Signed …………………………………………….............. Date …………………………………………….............. COPYRIGHT STATEMENT ‘I hereby grant the University of New South Wales or its agents the right to archive and to make available my thesis or dissertation in whole or part in the University libraries in all forms of media, now or here after known, subject to the provisions of the Copyright Act 1968. I retain all proprietary rights, such as patent rights. I also retain the right to use in future works (such as articles or books) all or part of this thesis or dissertation.
    [Show full text]
  • The Islamic Caliphate's Influence in Southeast Asia Rohan Gunaratna
    9th Berlin Conference on Asian Security (BCAS) International Dimensions of National (In)Security Concepts, Challenges and Ways Forward Berlin, June 14-16, 2015 A conference jointly organized by Stiftung Wissenschaft und Politik (SWP), Berlin and Konrad-Adenauer -Stiftung (KAS), Berlin Discussion Paper Do Not Cite or Quote without Author’s Permission Session IV: Islamic State and Asia Rohan Gunaratna S. Rajaratnam School of International Studies Singapore The Islamic Caliphate's influence in Southeast Asia Rohan Gunaratna Introduction June 29, 2015 marks the first anniversary of the Islamic Caliphate (IS). As it seeks to expand its core area of Iraq and Syria, enlists support groups and individuals, and create provinces worldwide, the rise of IS presents a global threat. Despite military, diplomatic, political, economic, and other efforts by the International Community to target IS, the group has expanded operationally in theatre and its influence worldwide. As IS eclipse al Qaeda as the dominant global threat, the world faces a hybrid threat from two networks of terrorists and extremists: Al Qaeda and IS. In Asia too, both these networks present a formidable challenge. In Southeast Asia, governments are still coming to terms with IS and its affiliated groups in the region. The Context The AQ-centric global threat landscape is eclipsed by an IS-AQ hybrid threat. The threat groups worldwide have either pledged allegiance to IS leader Abu Bakr al Baghdadi or expressed support to IS. Both in the physical and virtual space, IS footprint is expanding. With Asian foreign fighters traveling to Syria and Iraq, IS presents a growing threat to the stability and security of Asia.
    [Show full text]
  • General Assembly Security Council Seventy-Fourth Session Seventy-Fifth Year Agenda Item 109 Measures to Eliminate International Terrorism
    United Nations A/74/751–S/2020/204 General Assembly Distr.: General 18 March 2020 Security Council English Original: Russian General Assembly Security Council Seventy-fourth session Seventy-fifth year Agenda item 109 Measures to eliminate international terrorism Letter dated 11 March 2020 from the Permanent Representative of the Russian Federation to the United Nations addressed to the Secretary-General I have the honour to transmit herewith a copy of an analytical document entitled “Consolidated assessment of future terrorist threats”, prepared by the Meeting of Heads of Special Services, Security Agencies and Law-Enforcement Organizations (see annex). I should be grateful if you would circulate the present letter and its annex as a document of the General Assembly, under agenda item 109, and of the Security Council. (Signed) V. Nebenzia 20-04203 (E) 250320 310320 *2004203* A/74/751 S/2020/204 Annex to the letter dated 11 March 2020 from the Permanent Representative of the Russian Federation to the United Nations addressed to the Secretary-General Consolidated assessment of future terrorist threats At present, international terrorism remains a major global threat. International terrorist organizations are showing flexibility in their tactical choices, as they adapt to counter-terrorism actions, form sleeper cells, and actively use modern technology to recruit supporters and carry out attacks. The activities of the Islamic State in Iraq and the Levant (ISIL), Al-Qaida, Katibat al Tawhid wal-Jihad and the terrorist alliance Levant Liberation Organization pose the greatest threat at present. The terrorist organization ISIL is moving away from the image of a quasi-state to shape the image of a global-scale international terrorist organization with a number of affiliates in different regions of the world.
    [Show full text]
  • Freedom of Religion and Belief in the Southeast Asia
    FREEDOM OF RELIGION AND BELIEF IN THE SOUTHEAST ASIA: LEGAL FRAMEWORK, PRACTICES AND INTERNATIONAL CONCERN FREEDOM OF RELIGION AND BELIEF IN THE SOUTHEAST ASIA: LEGAL FRAMEWORK, PRACTICES AND INTERNATIONAL CONCERN Alamsyah Djafar Herlambang Perdana Wiratman Muhammad Hafiz Published by Human Rights Working Group (HRWG): Indonesia’s NGO Coalition for International Human Rights Advocacy 2012 1 Freedom of Religion and Belief in the Southeast Asia: ResearchLegal Framework, team Practices and International Concern : Alamsyah Djafar Herlambang Perdana Wiratman EditorMuhammad Hafiz Expert: readerMuhammad Hafiz : Ahmad Suaedy SupervisorYuyun Wahyuningrum : Rafendi Djamin FirstMuhammad edition Choirul Anam : Desember 2012 Published by: Human Rights Working Group (HRWG): Indonesia’s NGO Coalition for International Human Rights Advocacy Jiwasraya Building Lobby Floor Jl. R.P. Soeroso No. 41 Gondangdia, Jakarta Pusat, Indonesia Website: www.hrwg.org / email: [email protected] ISBN 2 CONTENTS FOREWORD INTRODUCTION BY EDITOR Chapter I Diversities in Southeast Asia and Religious Freedom A. Preface ChapterB.IIHumanASEAN Rights and and Guarantee Freedom for of ReligionFreedom of Religion A. ASEAN B. ASEAN Inter-governmental Commission on Human Rights (AICHR) C. Constitutionalism, Constitutions and Religious Freedom ChapterD.IIIInternationalThe Portrait Human of Freedom Rights Instruments of Religion in in ASEAN Southeast StatesAsia A. Brunei Darussalam B. Indonesia C. Cambodia D. Lao PDR E. Malaysia F. Myanmar G. Philippines H. Singapore I. Thailand ChapterJ. IVVietnamThe Attention of the United Nations Concerning Religious Freedom in ASEAN: Review of Charter and Treaty Bodies A. Brunei Darussalam B. Indonesia C. Cambodia D. Lao PDR E. Malaysia F. Myanmar G. Philippines H. Singapore I. Thailand J. Vietnam 3 Chapter IV The Crucial Points of the Guarantee of Freedom of Religion in Southeast Asia A.
    [Show full text]
  • Counter Terrorist Trends and Analysis ISSN 2382-6444 | Volume 7, Issue 4 | May 2015
    Counter Terrorist Trends and Analysis www.rsis.edu.sg ISSN 2382-6444 | Volume 7, Issue 4 | May 2015 A JOURNAL OF THE INTERNATIONAL CENTRE FOR POLITICAL VIOLENCE AND TERRORISM RESEARCH The Call of ISIS: The Medium and the Message Attracting Southeast Asians ANTON CHAN Myanmar at The Crossroads: The Shadow of Jihadist Extremism LAURA STECKMAN The Road to ISIS: How Indonesian Jihadists Travel to Syria and Iraq MUH TAUFIQURROHMAN Impact of ISIS’ Online Campaign in Southeast Asia NUR AZLIN MOHAMED YASIN Counter Terrorist Trends and Analysis Volume 7, Issue 4 | May 2015 1 Building a Global Network for Security Editorial Note Southeast Asia Focus e are pleased to release Volume 7, Issue 4 (May 2015) of the Counter Terrorist Trends and Analysis (CTTA) at www.rsis.edu.sg/research/icpvtr/ctta (ISSN 2382-6444) by the International Centre for Political Violence and Terrorism Research at the S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore. W TheW threat of the Islamic State of Iraq and Greater Syria (ISIS) has reverberated in Southeast Asia, from where individuals, including young women and individuals with families, have travelled to conflict zones in Syria and Iraq. The seriousness of the threat of ISIS however, comes from Southeast Asian fighters who will return home from battle with fresh combat skills, radical ideologies and extensive networks. The potential for these Southeast Asian terrorist returnees to mount attacks and to further radicalise and recruit other individuals, is therefore, of notable concern to governments in this region. In this issue, Anton Chan discusses the medium and the message used by ISIS that has appealed to its legions of supporters in Southeast Asia.
    [Show full text]
  • Islamism, and the Ideological Questioning of the Pancasila
    This document is downloaded from DR‑NTU (https://dr.ntu.edu.sg) Nanyang Technological University, Singapore. Islamism, and the ideological questioning of the pancasila Mahfuh Haji Halimi 2018 Mahfuh Haji Halimi. (2018). Islamism, and the ideological questioning of the pancasila. Doctoral thesis, Nanyang Technological University, Singapore. http://hdl.handle.net/10356/73211 https://doi.org/10.32657/10356/73211 Downloaded on 02 Oct 2021 22:26:49 SGT ISLAMISM, AND THE IDEOLOGICAL QUESTIONING OF THE PANCASILA MAHFUH BIN HAJI HALIMI S. Rajaratnam School of International Studies Thesis submitted to the Nanyang Technological University in partial fulfilment of the requirement for the degree of Doctor of Philosophy (Strategic Studies) 2018 ACKNOWLEDGEMENTS I would like to thank all those who have provided me with invaluable support and assistance throughout my research for this thesis. I am particularly grateful to my supervisors: Amb Barry Desker, Prof Joseph Liow, and Prof Rohan Gunaratna for their support and advice. Also to Prof Martin van Bruinessen for his invaluable comments and suggestions. I am indebted to Assoc Prof Bilveer Singh for introducing me to many people in Jakarta and Yogyakarta who were of great assistance to my research. Special thanks go to General (Retired) Prof Dr A.M. Hendropriyono, Inspector General (Retired) Drs Ansyaad Mbai, Police-General Dr M. Tito Karnavian, Major General Agus Surya Bakti, KH Dr As’ad Said Ali, Amb Harry Purwanto, Prof Abdul Munir Mulkhan, Prof Sugeng, Prof Noorhaidi Hasan, Prof Zuly Qodir, Prof Hilman Latief, Prof Sidik Jatmika, Prof Khamami Zada, Prof Irfan Idris, Prof Robi, Drs Solahudin and Sidney Jones.
    [Show full text]
  • State and Religion: Considering Indonesian Islam As Model of Democratisation for the Muslim World
    CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk Provided by eDoc.VifaPol OccasionalPaper 122 State and Religion: Considering Indonesian Islam as Model of Democratisation for the Muslim World Syafi q Hasyim If you wish to support our work: Commerzbank Berlin BIC 100 400 00 Donations account: 266 9661 04 Donations receipts will be issued. Imprint: Published by the Liberal Institute Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit Reinhardtstraße 12 D–10117 Berlin Phone: +49 30.28 87 78-35 Fax: +49 30.28 87 78-39 [email protected] www.freiheit.org COMDOK GmbH Office Berlin First Edition 2013 STATE AND RELIGION: CONSIDERING INDONESIAN IsLAM AS MODEL OF DEMOCRATISATION FOR THE MUSLIM WORLD Syafiq Hasyim Paper prepared for the Colloquium on Models of Secularism, hosted by the Friedrich Naumann Stiftung, Berlin, July 31, 2013. Contents Introduction 5 Compatibility between Islam and Modern State 6 History of Indonesian Islam 10 Pancasila State 13 Indonesian Islam in Public Sphere and the State 16 Islam in the Political Sphere 19 Reform Era: Revitalisation of Islamic Ideology? 21 Indonesian Salafi-Wahhabi Groups and their Question on the Pancasila State 25 Conclusion 27 Bibliography 27 About the author 32 4 5 Introduction Since the fall of Suharto in 1998, Indonesia has been noticed by the interna- tional community as the largest Muslim country in the world (Mujani & Liddle 2004, pp. 110-11; Ananta et al. 2005). This recognition is because Indonesia has hinted more progress and improvement in democracy and human rights than other Muslim countries such as Turkey, Egypt and Pakistan. Freedom of press, the implementation of fair general elections, the distribution of power among the state institutions (trias politica) and some many others are main indicators depicting the rapid democratisation of Indonesia.
    [Show full text]
  • Jamaah Anshorut Tauhid
    BAB III JAMAAH ANSHORUT TAUHID A. Sejarah Awal Berdirinya Jamaah Anshorut Tauhid Berdirinya Jamaah Anshrut Tauhid lahir dari perpecahan di dalam Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) akibat perbedaan sejumlah pandangan. Benih perpecahan di Majelis Mujahidin Indonesia sejak awal sudah terlihat. Bahkan proses terbentuknya MMI juga melalui serangkaian perdebatan panjang di dalam kelompok-kelompok Islam yang bertemu saat itu. Ketika beberapa tahun menjadi Amir di MMI posisi Abu Bakar Ba‟asyir yang memimpin sejak 7 Agustus 2000 harus menghadapi sejumlah kasus hukum yang dikaitkan kepadanya. Situasi ini terkait dengan aksi-aksi teror peledakan Bom yang terus berlanjut di berbagai wilayah di Indonesia. Tekanan kepada pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan kasus-kasus aksi teror kian gencar terutama setelah peristiwa serangan gedung World Trade Center (WTC) 9/11 2001 di New York. Arah sangkaan selalu memunculkan nama Abu Bakar Ba‟syir sebagai Amir JI yang memberikan perintah kepada aksi-aksi teror yang terjadi saat itu di Indonesia. Namun berbagai tuduhan tersebut tidak dapat dibuktikan di pengadilan terkait keberadaan kelompok JI dan posisi Abu Bakar Ba‟asyir di dalamnya. Tahun 2002 Abu Bakar Ba‟asyir menghadapi tuntutan hukum yang membuatnya harus mendekam lagi di dalam penjara. Akhirnya Abu Bakar Ba‟asyir bebas dari tahanan pada tahun 2006 setalah proses hukum yang berliku-liku. Keinginan Abu Bakar Ba‟asyir yang sempat tertunda terhadap perubahan sistem di MMI baru dapat dilaksanakan setelah keluar dari penjara. Tuntutan perubahan itu di dasari atas beberapa persoalan seperti soal model jamaah, struktur kepemimpinan, tata cara pemilihan pemimpin, 48 posisi amir dengan Majelis Syura. Seperti yang ditegaskan oleh Fuad Al Hazimi bahwa akar persoalaan itu sebagai berikut: “Nah ketika beberapa tahun di MMI.
    [Show full text]
  • The Aceh-Based Militant Network: a Trigger for a View Into the Insightful Complex of Conceptual and Historical Links
    The RSIS Working Paper series presents papers in a preliminary form and serves to stimulate comment and discussion. The views expressed are entirely the author’s own and not that of the S. Rajaratnam School of International Studies. If you have any comments, please send them to the following email address: [email protected]. Unsubscribing If you no longer want to receive RSIS Working Papers, please click on “Unsubscribe.” to be removed from the list. No. 214 The Aceh-based Militant Network: A Trigger for a View into the Insightful Complex of Conceptual and Historical Links Giora Eliraz S. Rajaratnam School of International Studies Singapore 15 November 2010 About RSIS The S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS) was established in January 2007 as an autonomous School within the Nanyang Technological University. RSIS’ mission is to be a leading research and graduate teaching institution in strategic and international affairs in the Asia-Pacific. To accomplish this mission, RSIS will: • Provide a rigorous professional graduate education in international affairs with a strong practical and area emphasis • Conduct policy-relevant research in national security, defence and strategic studies, diplomacy and international relations • Collaborate with like-minded schools of international affairs to form a global network of excellence Graduate Training in International Affairs RSIS offers an exacting graduate education in international affairs, taught by an international faculty of leading thinkers and practitioners. The teaching programme consists of the Master of Science (MSc) degrees in Strategic Studies, International Relations, International Political Economy and Asian Studies as well as The Nanyang MBA (International Studies) offered jointly with the Nanyang Business School.
    [Show full text]