Vol. 21 No. 2, Agustus 2020: 113-126

Makna Simbolik Musik Daak Maraaq dan Daak Hudoq dalam Upacara Hudoq Bahau di Samarinda Kalimantan Timur

Asril Gunawan1 Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur,

ABSTRACT The Symbolical Meaning of Daak Maraaq Music and Daak Hudoq of Hudoq Bahau Ritual in Samarinda, East Borneo. The ritual of Hudoq is an annual cultural practice performed by Dayak Bahau people in Samarinda. This ritual’s performance consists of some phases in which every stage represents the symbolical meaning closely related to the ceremony’s value. Those phases are (1) Lemivaa Lalii’; (2) Hudoq Taharii’; (3) Lemivaa Tasam; (4) Hudoq Kawit; and (5) Hudoq Pakoq. Daak Maraaq and Daak Hudoq music and Hudoq dance are performed during the ritual. Daak Maraaq and Daak Hudoq are two different kinds of music; both have different styles of performance, stage of implementation, and music style. Due to its complexity, it becomes especially important to analyze the role of the symbolical meaning of music performed in the ritual of Hudoq. It is a qualitative research within an ethnomusicological approach—music within the cultural perspective—which is done through a descriptive-analytical method. The theoretical approach used for this case study is symbolic interpretation and music (transcription) analyses. The theoretical approaches used for this case study are symbolic interpretation and music (transcription) analyses. The research objective, apart from analyzing the symbolic meaning of Daak Maraaq and Daak Hudoq music, is expected to provide information on the vehicle for studying music from an ethnomusicological perspective accompanied by other relevant sciences. According to the data collected, the ritual of Hudoq has an essential role in performing the symbolical meaning of the identical value of practice, social, and existential purpose for the lives of Dayak Bahau people in Samarinda city, East Borneo. Keywords: symbolical meaning; Daak Maraaq; Daak Hudoq; Hudoq ritual

ABSTRAK Upacara Hudoq adalah peristiwa kebudayaan yang setiap tahunnya diselenggarakan oleh masyarakat Dayak Bahau di kota Samarinda. Pelaksanaan upacara Hudoq terdiri dari beberapa tahapan, dimana setiap prosesinya merepresentasikan makna simbolik yang syarat akan nilai ritualnya. Tahapan upacara Hudoq di Samarinda meliputi: (1) Lemivaa Lalii’; (2) Hudoq Taharii’; (3) Lemivaa Tasam; (4) Hudoq Kawit; dan (5) Hudoq Pakoq. Prosesi upacara Hudoq juga melibatkan kesenian yang meliputi; musik (Daak Maraaq dan Daak Hudoq) dan tarian (tarian Hudoq). Selanjutnya, musik Daak Maraaq dan Daak Hudoq adalah dua bentuk musik yang berbeda baik secara bentuk penyajian, tempat pertunjukan dan karateristik musikalnya. Melihat prosesi upacara Hudoq yang sangat kompleks, maka penting untuk melihat bagaimana peran makna simbolik musik dalam prosesi ritual upacara Hudoq. Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan pendekatan etnomusikologis yakni musik dalam perpektif budayanya melalui metode deskriptif analisis. Adapun teori yang dianggap mewakili dalam bahasan ini adalah penafsiran simbol dan transkrip musik. Tujuan penelitian, selain untuk menganalisis makna simbolik musik Daak Maraaq dan Daak Hudoq, penelitian diharapkan menjadi informasi terhadap wahana kajian musik dalam perspektif etnomusikologis disertai dengan ilmu lainnya yang dianggap relevan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan upacara Hudoq memiliki peranan penting dalam memainkan peran simbolik terhadap sejumlah nilai-nilai identitas, ritual, sosial dan eksistensi bagi kehidupan masyarakat Dayak Bahau di kota Samarinda, Kalimantan Timur. Kata kunci: makna simbolik; Daak Maraaq; Daak Hudoq; upacara Hudoq

1 Alamat korespondensi: Prodi Etnomusikologi Fakultas Imu Budaya Universitas Mulawarman, Jalan Pulau Flores No. 1 Samarinda Kalimantan Timur. E-mail: [email protected]; HP.: 081227062609.

Naskah diterima: 20 Mei 2020 | Revisi akhir: 27 Juli 2020 113 Gunawan, Makna Musik Daak Maraaq dan Hudoq

Pendahuluan Sajian musik Daak Maraaq menunjukan identitas bagi pemilik masyarakat Dayak Bahau. Kesenian dan kepercayaan (religi) merupakan Musik Daak Maraaq yang dihadirkan dalam dua substansi yang saling terkait dalam pencapaian upacara ritual Hudoq perlakuannya sangat berbeda kualitas sakral, sekaligus representasi makna dengan musik yang bersifat hiburan. Sebagai simbolik atas serangkaian aktivitas manusia. perilaku simbolik, ritual memiliki standarisasi Kesenian tradisi musik dan tari pada upacara ritual, sosial, karena tindakan ritual memiliki kualitas merupakan peristiwa budaya yang praktiknya formalnya sehingga terstruktur dengan makna sering dijumpai dalam kehidupan masyarakat simbolik (Heriyawati, 2016). Berdasarkan perilaku tradisi. Peristiwa kesenian ini selanjutnya, simbolik, musik Daak Maraaq tergolong ke dalam diartikulasikan sebagai pemahaman terhadap proses musik ritual dengan berdasarkan pertimbangan diseminasi kebudayaan lokal. Proses diseminasi waktu dan tempat kejadiannya. dalam fungsinya disesuaikan dengan kebutuhan Upacara Hudoq hingga kini keberadaannya pendukungnya, musik untuk hiburan atau sebagai masih disakralkan oleh masyarakat Bahau. Setiap ritual. Musik untuk hiburan, dipersepsikan sebagai tahunnya upacara Hudoq diperingati dan kompleks karya seni yang melahirkan nuansa estetis bagi karena melibatkan banyak unsur yang meliputi; penikmatnya. Kemudian musik untuk ritual, hubungan sosial, religi, dan kesenian. Hubungan adalah suatu ranah majemuk, karena ritus dapat sosial diartikan sebagai perilaku yang terintegrasi, diamati sebagai sintetis dari suatu realitas yang dan pengertian religi diartikan sebagai fenomena bermakna: simbolik dan sosial; individual dan kultural. Hubungan sosial melalui peristiwa kolektif; serta ritus lazimnya mengutamakan dan kesenian dan upacara, menjadikan keakraban mengendalikan tahap simbolik, dari beragam masyarakat Dayak Bahau menjadi lebih dinamis kesenjangan dimasyarakat (Eriksen, 2009). dan terpelihara dengan baik. Kesenian sebagai hiburan ataupun ritual Kesenian Dayak Bahau yakni musik dan penerapannya perlu disesuaikan pada konteksnya. tari sebagai fenomena kultural tidak terpisahkan Secara substansi, kesenian bukan persoalan dalam upacara ritual Hudoq. Upacara ritual Hudoq tontonan atau estetika semata, ia adalah bentuk dan kesenian melebur sebagai suatu domain yang perwujudan terhadap pertunjukan budaya yang disebut sebagai religi. Persepsi religi mempunyai mengisyaratkan arti identitas dan kekhasan bagi ragam unsur misalnya keyakinan, ritus, upacara, suatu etnik (masyarakat). Identitas terjadi melalui perbuatan dan pola sikap, dan alam pemikiran, norma rakyat yang secara intens selalu menciptakan perasaan para pengikutnya (Humaeni, 2015). dan melaksanakan rencana aktivitas seni budaya Unsur ritus (ritual) yang ditandai dengan upacara (Irhandayaningsih, 2018). Hudoq, didalamnya terdapat; ragam dari ritual, Indonesia dikenal kaya akan keberagaman perbuatan dan pola tingkah laku melalui tarian budaya etniknya, termasuk kesenian yang secara Hudoq yang disertai musik. Tarian Hudoq tidak utuh memiliki muatan nilai-nilai dan pemaknaan lain adalah bagian dari prosesi upacara adat suku simbolik. Keutuhan tersebut tercermin melalui dayak yang dilaksanakan saat masyarakat membuka simbol yang merepresentasikan arti sakral, lahan untuk bercocok tanam (Yanti, 2019). kemudian manusia menangkap makna sebagai Upacara Hudoq yang dilaksanakan secara simbol (perlambang) sakral, dalam hubungannya kolektif selalu mengutamakan prinsip bergotong musik dengan konteks upacaranya (Pratiwinindya royong dan persiapannya sangatlah kompleks. et al., 2017). Adapun pemaknaan simbolik dari Dikatakan kompleks, karena terdiri dari beberapa kesenian tradisi salahsatunya terdapat pada musik tahapan dan kelengkapan upacara yang meliputi; Daak Maraaq. Musik Daak Maraaq dalam konteks sesaji, waktu pelaksanaan, pelaku upacara (Dayung, kebudayaan, sebagai sarana untuk menciptakan penari Hudoq, pemusik), hingga tahapan prosesi realitas simbolik dengan berdasarkan kesepakatan upacara. Adapun tahapan upacara Hudoq meliputi; bersama antara kelompok atau individu. prosesi Lemivaa Lalii’, Hudoq Taharii’, Lemivaa

114 Vol. 21 No. 2, Agustus 2020

Tasam, Hudoq Kawit dan Hudoq Pakoq. Pembahasan pemberkatan dengan tujuan semua peserta yang dari tahapan upacara Hudoq tersebut, akan dibatasi terlibat dalam keadaan hati yang suci dan terjaga. dan difokuskan pada prosesi Lemivaa Lalii’ dan Selama prosesi Lemivaa Lalii’, alunan musik Daak Hudoq Taharii’. Tujuan pembatasan adalah untuk Maraaq tetap turut dimainkan secara konsisten. melihat sejauhmana relevansi keterlibatan makna Musik disini menjadi sarana untuk memudahkan simbolik musik Daak Maraaq dan Daak Hudoq Dayung dapat lebih khusyuk saat prosesi ritual. dalam upacara Hudoq. Bentuk musik Daak Maraaq Adapun prosesi ritual ditandai ketika Dayung dan Daak Hudoq masing-masing memiliki peranan sedang membacakan doa suci disertai alunan musik simbolik yang ditempatkan dalam prosesi yang Daak Maraaq. Suasana alunan musikal dengan berbeda. Secara musikal kedua bentuk musiknya irama konsisten menjadikan suasana upacara dan memiliki kesan auditif yang mampu menghadirkan peserta larut dalam suasana sakral. makna simbolik dalam setiap pertunjukannya. Instrumen musik Daak Maraaq adalah jenis Secara garis besar musik dapat dipahami instrumen yang disakralkan oleh masyarakat sebagai ekspresi manusia yang diungkapkan lewat Bahau. Musik Daak Maraaq umumnya terdiri medium suara atau bunyi. Musik juga mengandung dari instrumen gong dan Mebang. Ke-dua jenis unsur irama dan struktur waktu. Pertunjukan instrumen terbuat dari bahan perunggu atau musik ini lebih dominan dalam pengertian seni besi dan secara bentuk ada yang berpencon dan auditif, atau bagi penikmat musik lebih kepada rasa tidak berpencon. Instrumen berpencon, termasuk tangkapan atau persepsi pendengaran (Indrawan dalam jenis instrumen gong, sedangkan yang et al., 2018). Persepsi pendengaran jika mengacu tidak berpencon masuk dalam jenis instrumen pada konsteksnya, pertunjukan musik Daak Mebang. Melihat bentuk, peran dan fungsinya Maraaq dan Daak Hudoq adalah seni auditif yang begitu penting, maka keberadaannya patut untuk memiliki peranan makna simbolik. Penyajian dijaga dan dilestarikan. Dijelaskan juga bahwa, musik Daak Maraaq dan Daak Hudoq meskipun melihat kesamaan dan perbedaan jenis musik, berbeda, namun aspek musikalnya memiliki baik pada instrumen, fungsi, maupun bentuk pemaknaan simbolik atas nilai ritual dan sakral. pertunjukannya, menunjukan bahwa kekayaan Dikatakan sakral karena musikal, Daak Maraaq budaya musik tradisi sebagai unsur keragaman dan Daak Hudoq memiliki pola ritme yang tidak budaya Nusantara sangat perlu untuk dilestarikan, boleh dirubah atau dikreasikan. Hal itu tidak lepas diteliti dan dikaji lebih serius (Haryanto, 2015). dengan teks dan konteks penggunaannya, musik Alunan sakral musikal Daak Maraaq dapat untuk upacara ritual Hudoq. meningkatkan konsentrasi Dayung saat dilakukan Pelaksanaan upacara Hudoq dalam tradisi Maraaq (pembacaan doa). Disisi lain, suara alunan masyarakat Dayak Bahau umumnya dipimpin musikal Daak Maraaq dipercayai dapat membantu oleh seorang Dayung dari kaum perempuan. Dayung agar terhindar dari suara-suara yang Dipercaya sebagai seorang Dayung dalam upacara dianggap tidak baik. Musikal Daak Maraaq dalam jika ia memiliki peran status sosial dimasyarakat. konteks simboliknya, terkait erat dengan konteks Status sosial Dayung dapat ditentukan dengan mitos. Relasi mitos, dianggap relevan dengan musik berdasarkan keturunan yakni Hipui. dijadikan sarana untuk menghindari suara-suara Seorang Dayung dianggap memiliki kemampuan yang dianggap pantang didengar oleh Dayung istimewa, yaitu dapat berkomunikasi dengan roh selama prosesi berlangsung. Artinya, mitos disini atau dewa (Yanti, 2019). Saat prosesi berlangsung telah menguatkan arti pentingnya keberadaan Dayung tidaklah sendirian, melainkan ia tetap musik Daak Maraaq dalam setiap upacara Hudoq. didampingi oleh dua sampai tiga orang Dayung Tujuannya untuk mengendalikan tindakan dan perempuan. Adapun peran Dayung diantaranya perilaku dengan disesuaikan pada budaya dan mempimpin jalannya prosesi upacara yang diawali moral masyarakat setempat (Humaeni, 2013). dengan ritual Lemivaa Lalii’. Prosesi Lemivaa Karakteristik pola ritmis musik Daak Lalii’, secara simbolik adalah pembersihan atau Maraaq yang terdiri dari intrumen gong dan

115 Gunawan, Makna Musik Daak Maraaq dan Hudoq

Mebang membentuk interlocking figuration Hudoq Taharii’ secara simbolik sebagai media (saling mengikat). Rangkaian irama ritmis meski spiritual dan transendental. Pada prinsipnya, terkesan monoton, namun kedengarannya tetap pertunjukan musik Daak Hudoq menjadi penting harmonis dan bernuansa sakral. Keharmonisan dalam mengaktualisasikan makna simbolik rasa musikalitas tidak terpisahkan juga pada saat prosesi Hudoq Taharii’. Pertunjukan musik irama musik yang dihasilkan dan peran pemain Daak Hudoq sebagai representasi spiritual yang (Gunawan, 2017). Adapun pelaku/pemain musik mengandung aspek simbolik dan ter-ekpresikan tidak berarti hanya orang tertentu saja, namun secara kolektif. Dengan aspek simbolik itu, peran boleh juga dimainkan oleh orang lain dengan dalam menciptakan tanda-tanda diwujudkan catatan telah memahami pola irama musik Daak melalui upacara untuk memberikan pesan spiritual Maraaq. transendentalnya (Hendriyana, 2009). Fase Terkait uraian di atas, maka sebelumnya selanjutnya, transendental yang ‘rasa’ ini akan akan dipaparkan terlebih dahulu definisi musik diartikulasikan melalui wujud simbol-simbol akar Daak Maraaq dan musik Daak Hudoq. Definisi budayanya. Hal tersebut merupakan awal mula musik Daak Maraaq dapat dijelaskan ke dalam terjadinya ritual, upacara religi dan simbol-simbol dua pengertian yang berbeda, secara terminologi religi (Muthohar & Masykhur, 2020). dan harafiah. Secara terminologi, musikDaak Mengingat pentingnya keberadaaan Maraaq berasal dari dua suku kata, Daak dan musik Daak Maraaq dan Daak Hudoq, maka Maraaq. Daak adalah musik atau tabuhan sedang- disayangkan jika tidak terperhatikan, terlebih kan Maraaq adalah ungkapan atau doa. Pengertian pengaruh perkembangan zaman. Disini diperlukan secara harafiah, musikDaak Maraaq adalah musik kesadaran bagaimana menempatkan praktik yang dimainkan dengan menggunakan instrumen kesenian dengan tidak mengabaikan nilai-nilai gong dan Mebang saat Dayung membacakan doa lokalitasnya. Artinya, ada kekhawatiran praktik ritual. Musik Daak Maraaq yang terkesan mono- kesenian musik Daak Maraaq dan Daak Hudoq ton, dianggap mampu merepresentasikan makna perlahan-lahan akan punah atau tidak bertahan simbolik akan nilai spiritualitas masyarakat Dayak lama, karena kuatnya pengaruh perkembangan Bahau. Hal ini sejalan dengan budaya masyarakat zaman. Dampak perkembangan zaman akan begitu Bahau, dimana musik melingkupi dunia spiritual cepat dapat merubah perilaku masyarakat. Strategi dan transendental. Sifat transendental dimaksud- pelestarian bagaimanapun menjadi skala proritas kan insan akan semakin terbuka, bahwa pada diri agar praktik kesenian tradisi tetap berkelanjutan insan masih ada ruang, dan dorongan, dan terdapat dikalangan generasi penerusnya. Tujuannya adalah pengetahuan buat diisi dan menciptakan sesuatu mendukung kesenian tradisi sebagai penguatan (Hardjana, 2005). Artinya spiritual dan transen- makna simbolik, senantiasa dapat terpelihara dental akan terbentuk dan mengenal konsep diri dan terjaga keberlangsungannya. Adapun bentuk dan lingkungannya ketika masyarakat Dayak Bahau penguatan makna simbolik musik dalam upacara tidak terpisahkan pada lingkungan dan alamnya. Hudoq, nantinya akan dijelaskan pada bab Selanjutnya, definisi musik Daak Hudoq pembahasan selanjutnya. adalah musik yang terdiri dari instrumen Tuvung Seiring perkembangannya, perhatian dan (gendang), gong dan Mebang. Pendefinisian eksistensi kesenian tradisi yakni; musik, tari dan tersebut diamati berdasarkan peran musik dalam upacara ritual sangat perlu mendapatkan apresiasi prosesi Hudoq Taharii’. Pada umumnya musik dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat, Daak Hudoq digunakan untuk mengiringi Ngarang budayawan, peneliti, akademisi seni, serta instansi Hudoq (tarian Hudoq) dilapangan terbuka. Dengan pemerintahan. Tujuan apresiasi, sebagai bentuk dan demikian dapat dikatakan musik Daak Hudoq upaya menciptakan lingkup sosial yang terorganisir, sangat berbeda dengan musik Daak Maraaq menjadi ruang kontemplatif (kesadaran) bagi namun keduanya memiliki peran sebagai arena pelestarian seni tradisi yang berkelanjutan. Secara simbolik. Musik Daak Hudoq dalam upacara substansi, bentuk dukungan pelestarian di atas,

116 Vol. 21 No. 2, Agustus 2020 dilakukan dengan mengarah pada riset (kajian) Selanjutnya data di lapangan dievaluasi dengan berbagai pendekatan ilmu humaniora meliputi; (1) pemilihan data hasil trans-kripsi; dan displin ilmu-ilmu lainnya yang relevan (trans- (3) wawancara; dan (3) hasil rekaman audio. Data disiplin dan multi-disiplin). Salah satu bentuk yang diperoleh dari hasil pengamatan dijadikan dukungan dalam hal ini adalah dengan pendekatan data utama untuk dianalisis. Tahap pencatatan, kajian etnomusikologis. dilakukan dengan mencatat semua data yang Kajian etnomusikologis dianggap penting masuk baik dari studi pustaka, observasi, maupun untuk melihat persoalan keberlanjutan praktik wawancara. Selanjutnya disusun dan diklarifikasi musik tradisi, agar dapat terdokumentasikan berdasarkan permasalahan masing-masing. Metode dengan baik. Dengan demikian, musik dalam deskriptif analisis penting untuk menguraikan konteks budaya di Kalimantan Timur pun perlu sistematika penelitian lapangan, dari pola yang digali secara mendalam. Cakupannya seperti pada simpel hingga pola yang multi-kompleks, sehingga bentuk kesenian, konsep musikal, fenomena musik, tujuan menjadi tepat sasaran. Deskriptif terkait pemaknaan simbol musik, persebaran musik, pemaparan makna simbolik musik dalam upacara fungsi, sosial dan kontinuitas musik dan lain Hudoq yang dilaksanakan setahun sekali oleh sebagainya. Adapun literasi terhadap kajian atau masyarakat Dayak Bahau di Samarinda Kalimantan penelitian tentang musik Daak Maraaq dan Daak Timur. Kemudian data analisis dilakukan dengan Hudoq sebagai arena simbolik hingga saat masih pendekatan secara etnomusikologis. Pendekatan sangat jarang ditemukan. etnomusikologis, bertujuan untuk menganalisis Berdasarkan latar belakang di atas, maka musikal Daak Maraaq dan Daak Hudoq dengan makna simbolik musik dalam upacara Hudoq di menggunakan teknik transkripsi musik (notasi Samarinda, Kalimantan Timur dianggap penting musik) berdasarkan rekaman audio lapangan. untuk diungkap dan dijelaskan dalam penelitian Disamping itu, analisis juga dilakukan berdasarkan ini. relasi makna simbolik dan kompleksitasnya lain- nya. Metode Penelitian Hasil dan Pembahasan Penelitian ini termasuk dalam penelitian Upacara Hudoq: Arena Simbolik kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif dan analisis. Pengumpulan data riset dilakukan Masyarakat Dayak Bahau di Samarinda, dengan teknik wawancara ke beberapa informan masih memegang teguh adat istiadat dan nilai- yang dianggap mengetahui secara langsung objek nilai tradisinya melalui upacara Hudoq. Sebelum yang diteliti termasuk, pelaku musik dan Dayung. memasuki prosesi Hudoq, masyarakat terlebih Penulis juga melakukan observasi aktif sejak dahulu melakukan prosesi yang diawali dengan beberapa tahun terakhir sebagai proses pengamatan, kegiatan Ngurang dan Menughal. Ngurang adalah dan tambahan informasi data lapangan. Penelitian kegiatan memasak Lemang (nasi dalam bambu) dilakukan dengan studi lapangan, untuk yang akan dikonsumsi sebelum Menughal kelengkapan data berupa rekaman audio dan (menanam padi) dan setelah Menughal. Kegiatan dokumentasi foto. Proses pengumpulan data, Menughal dilaksanakan dengan kesepakatan oleh juga disertai dengan tinjauan pustaka khususnya ketua adat. Namun terkait waktu pelaksanaan, penulisan yang membahas tentang upacara Hudoq berdasarkan kondisi geografis antara daerah maupun tarian Hudoq. Disebutkan bahwa, tugas Mahulu (pedalaman) dan kota Samarinda itu pokok seorang etnomusikolog adalah mengamati, berbeda. Upacara Hudoq di Samarinda biasanya mencari data, merancang perangkat analisis musik dilaksanakan pada bulan November setelah sasarannya, mencari pengetahuan dan teori tentang melakukan Menughal. musik tersebut berdasarkan kenyataan di lapangan Berdasarkan pengamatan di lapangan, upacara (Santosa, Aton Rustandi Mulyana, 2007). ritual Hudoq dilaksanakan di dua tempat yang

117 Gunawan, Makna Musik Daak Maraaq dan Hudoq berbeda. Tempat upacara merupakan bagian dari aspek kegunaan dan fungsionalnya dapat direlasikan arena simbolik. Adapun ke-dua tempat prosesi melalui beberapa tahapan yaitu: sebagai arena simbolik dilaksanakan dirumah “(1) mengundang kekuatan gaib, (2) men- Dayung dan di lapangan terbuka. Prosesi dirumah jemput roh-roh baik, (3) mendatangkan roh meliputi; Lemivaa Lalii’ dan Lemivaa Tassam di tempat pemujaan, (4) peringatan pada kemudian dilapangan meliputi; prosesi Hudoq leluhur, (5) perangkat upacara digunakan Taharii’, Hudoq Kawit dan Hudoq Pakoq. saat-saat tertentu dalam putaran waktu (6) Prosesi Lemivaa Lalii’, diawali dengan perangkat upacara dengan lapisan hidup Temiva (pensucian) kepada peserta upacara agar manusia, (7) manifestasi dari keinginan untuk nantinya tidak mempunyai beban rohani karena mengungkapkan keindahan semesta (Sudana, telah disucikan batinnya. Setelah dilakukan 2015). prosesi Lemivaa Lalii’ kemudian dilanjutkan dengan prosesi Hudoq Taharii’ yang ditempatkan Penjelasan di atas, merupakan gambaran dari dilapangan terbuka. Setelah itu, dilanjutkan kompleksitas pelaksanaan upacara Hudoq sebagai dengan prosesi Lemivaa Tasam yang juga memiliki arena simbolik. Kompleksitasnya tidak terbatas persamaan dengan prosesi Lemivaa Lalii’ sebagai pada aspek kegunaan saja namun juga dalam tanda pensucian. Prosesi Lemivaa Tasam bedanya perspektif fungsionalnya. Pelaksanaan upacara terdapat pembersihan pada benda-benda pusaka Hudoq terkait erat pada kepercayaan masyarakat yakni Mandau dan sebagainya. Dayak Bahau sebagai aktifitas budaya. Hubungan Secara simbolik, prosesi Lemivaa Tasam sebagai tersebut menunjukan masyarakat Dayak Bahau, bentuk perlindungan agar peserta dalam upacara mengenal pola struktur akan pandangan hidup dapat terlindungi dari ganguan makhluk lain atau dan sistem keyakinan dalam menciptakan terhindar dari hal-hal buruk saat melakukan ritual simbol-simbol yang teratur dan dinamis sebagai Hudoq Kawit (dilapangan). arena simbolik. Menurut kepercayaan masyarakat Semua prosesi upacara dilakukan dengan Dayak, Hudoq ini akan menjadi penghubung atas persiapan matang baik penentuan waktu, kedatangan dewa yang bertujuan melindungi kelengkapan upacara meliputi; sesaji, peserta tanaman dari penyakit hama dan binatang hama, upacara, musik Daak Maraaq, Daak Hudoq dan sehingga diharapkan kelak memberikan hasil yang penari Hudoq. Adapun keseluruhan pelaksanaan dapat mencukupi kebutuhan pangan masyarakat dari upacara Hudoq sebagai arena simbolik, terdiri (Winahyuningsih, 2013). Oleh karena itu, untuk dari; (1) Lemivaa Lalii’; (2) Hudoq Taharii’; (3) mendukung kelancaran proses upacara, maka segala Lemivaa Tasam; (4) Hudoq Kawit dan; (5) Hudoq persiapan upacara termasuk sesaji dan kelengkapan Pakoq. Rangkaian tahapan upacara di atas, memiliki lainnya wajib untuk diadakan. Hal ini bertujuan pemaknaan simbolik yang saling terhubung antara agar prosesi upacara berjalan lancar tanpa hambatan kegunaan dan fungsinya. Menurut Edi Sedyawati apapun dan sesuai yang diharapkan. Kelancaran itu juga tidak terlepas dari keterlibatan panitia secara aktif, Dayung, pemusik, penari Hudoq dan peserta lainnya baik yang pasif maupun peserta aktif. Semua itu turut berperan secara simbolik.

Makna Simbolik Musikal Daak Maraaq

Musik Daak Maraaq sebagai sebuah simbol didasarkan pada kolektivitas yang disepakati oleh Gambar 1: Suasana prosesi Lemivaa Lalii’. (Foto: kondisi tertentu. Peran simbolik musik Daak Dokumentasi Studi Pengetahuan Musik Nusantara Maraaq dalam kolektifitasnya tidak saja sebagai 2019, Kresna Syuhada) kesenian semata, melainkan ia adalah ekspresi

118 Vol. 21 No. 2, Agustus 2020 simbolik didalamnya terdapat fungsi ritual dan berlaku di masyarakat Bahau selalu memiliki daya fungsi sosial yang saling terintegrasi. Ekspresi kekuatan simbol. Kemudian Dillistone (2002) simbolik ini membuktikan musik Daak Maraaq juga menambahkan bahwa, daya kekuatan simbol sebagai kesenian masyarakat Bahau memiliki terletak didalam sifat dasar sosial kemudian emosi keunikan dan kekhasan jika dihadapkan pada yang menarik masyarakat untuk bertindak melalui bentuk kebudayaan musik lainnya. Ditegaskan ideologi simbol dan bisa dipertahankan (Nur juga, simbol atau tanda dapat diamati sebagai Islami, 2014). Mitos yang berlaku dimasyarakat sebuah ekspresi simbolik yang dipercaya manusia akan bertahan bilamana diikuti dengan kekuatan sebagai pengkhasan sesuatu yang lain (Fretisari, simbol. Hal ini sejalan dengan pertunjukan musik 2016). Kekhasan ini dianggap sebagai simbol, Daak Maraaq terkait erat dengan mitos dan perannya sangat krusial terhadap kebudayaan, upacara, dan hingga kini masih bertahan karena karena simbol menampakan representasi global didalamnya terdapat kekuatan simbol. yang memerlukan dan membutuhkan simbol Musikal Daak Maraaq dan Daak Hudoq saat mengungkap dan menangkap sesuatu hal dianggap penting dalam menjaga keseimbangan (Agustianto, 2011). Konteks pernyataan dari kata mikrokosmos dan makrokosmos. Hadirnya “mengungkap dan menangkap” tidak lain keunikan musik Daak Maraaq dan Daak Hudoq dalam dan kekhasan adalah simbol itu sendiri. upacara Hudoq adalah bentuk legitimasi terhadap Pertunjukan musik Daak Maraaq yang adanya kesadaran mitos yang dipercayai untuk sakral meski dimainkan secara monoton (terus menjaga kehidupan yang seimbang, antara alam menerus) namun dipercaya dapat membangkitkan makrokosmos (hubungan manusia dengan alam ruang sakralitas dan bersifat kontemplatif. Lebih semesta) dan mikrokosmos (manusia dan sifat lanjut ditegaskan Sepdwiko, bahwa pertunjukkan kemanusiaan yang tak kasat mata) alam gaib. musik memiliki kualitas sakral, unsur-unsur Ke-dua musik tersebut menjadi bertahan dan musik umumnya irama/ritme jika di ulang-ulang berlangsung hingga saat ini, dikarenakan adanya maka tabuhan tersebut akan memuat makna kesadaran kolektif terhadap kepercayaan mitos tingkatan kesakralannya pada roh leluhur dan pada masyarakat Bahau. Lewat mitos itu orang menghasilkan kedekatan emosionalnya terhadap bisa turut dan mengikuti bagian pada peristiwa- leluhur (Sepdwiko, 2016). Kondisi tersebut relevan peristiwa sekitarnya, bisa menanggapi daya-daya terhadap musikal Daak Maraaq yang memiliki kekuatan alam. Turut menjadi yang dinamakan nuansa monoton namun secara simbolik, justru partisipasi (Van Peursen et al., 2000). Adapun menguatkan nilai sakralitas dan mistiknya. bentuk partisipasi dilakukan melalui kesadaran Disamping itu, sekaligus mengingatkan kita bahwa kolektif terhadap mitos terkomunikasikan melalui peranan musik yang digunakan menjadi media aktivitas upacara dan praktik kesenian. Dengan ritual dipercayai mampu memanifestasikan dan kata lain, pengalaman terhadap mitos orang-orang mempengaruhi kondisi kekuatan manusia yang terhubung oleh alam semesta, sehingga jalinan komunikasi antara manusia, makhluk halus dan roh-roh leluhur dapat terjalin (Irawati, 2014). Selanjutnya, suatu simbol juga tidak lepas dari sebuah mitos yang melekat pada masyarakat, dan itu memerlukan multi interpretasi untuk memahaminya. Manusia tidak pernah mengamati atau mendapatkan secara langsung, melainkan dengan melalui interpretasi simbol. Peristiwa musik Daak Maraaq hubungannya terhadap mitos telah Gambar 2: Prosesi Lemivaa Lalii’: penyucian alat menunjukkan eksistensinya sebagai arena simbolik. musik gong dan mebang. (Dokumentasi oleh: Kresna Kondisi itu, dapat dipertahankan agar mitos yang Syuhada, 2018)

119 Gunawan, Makna Musik Daak Maraaq dan Hudoq dapat berbagi suatu sistem sosial spesifik dengan kesadaran adanya bantuan dewa (mikrokosmos). menggunakan banyak pola adat istiadat dan cara Secara spiritual, masyarakat Bahau menyakini hidup, dan menangkap dengan lebih baik nilai- adanya kekuatan selain dari diri manusia nilai yang mengikat para anggota komunitas dengan memanjatkan doa-doa suci kepada sebagai kelompok utuh (Danesi, 2010). leluhur dan dewa dengan harapan hasil panen Fungsi mitos penting untuk melihat terjaga, dan mendatangkan kemakmuran bagi bagaimana simbol terwujud karena berbagai masyarakatnya. Keberhasilan prosesi upacara aktivitas yang melingkupinya begitu kompleks. Hal Hudoq tidak terlepas dengan pendukung lainnya ini dapat diamati pada upacara Hudoq melibatkan yang disebut sebagai sesaji upacara. aktivitas yang kompleks sebagai arena simbolik. Berdasarkan Eksegetical Meaning, sesaji Prosesi Lemivaa Lalii’ secara simbolik terdiri adalah sarana simbolik untuk menunjukkan dari ucapan doa dari seorang Dayung yang rasa hormat terhadap leluhur. Adapun beberapa mempercayai adanya kekuatan yang lebih besar sesaji yang dihadirkan saat prosesi Lemivaa dari diri manusia, dan doa menjadi pelindung dari Lalii’ adalah; (1) Beras, yang secara simbolik kekuatan negatif atau roh-roh jahat. Situasi tersebut sebagai ucapan salam kepada roh Hudoq; (2) membawa masyarakat Bahau terlibat dalam Air, disimbolkan sebagai lambang kesegaran peristiwa kehidupannya, yang tanggap terhadap bagi peserta upacara, memiliki hati yang daya-daya kekuatan alam sebagaimana tindakan damai dan bahagia; (3) Kepiting, disimbolkan mereka melalui kegiatan upacara adat Hudoq sebagai pembawa kebaikan dan membuang dengan tujuan menghadirkan roh-roh dewa dari hal-hal buruk; (4) Daun Uro’ Urip, sebagai langit untuk mencapai kepentingan hidup umat simbol mudah rejeki; dan (4) Mandau (senjata manusia (Asung et al., 2019). Selanjutnya, musikal pusaka) sebagai simbol kekuatan agar tidak yang disakralkan dalam upacara Hudoq merupakan lemah. Berbagai jenis sesaji di atas memiliki bentuk dari representasi simbolik yang membentuk kandungan makna simbolik dan syarat akan sistem religi dan interaksi dialektis bagi identitas maknanya khususnya sesaji sebagai Eksegetical masyarakat Dayak Bahau. Meaning. Berdasarkan klasifikasi Victor Turner hubung- b. Operational meaning an makna simbolik musik Daak Maraaq dan Upacara Hudoq dalam tingkat makna Daak Hudoq dalam upacara Hudoq, terdapat tiga operasional, adalah kegiatan ritual yang tingkatan, dan secara utuh dapat dirumuskan melibatkan mitos-mitos yang sesuai dengan sebagai berikut: keyakinan masyarakat Bahau. Sebagaimana a. Eksegetical meaning kita ketahui musik Daak Maraaq secara simbolis Didapatkan melalui informan, prosesi merupakan media yang paling disakralkan saat upacara Hudoq merupakan tradisi bagi Dayung melakukan prosesi upacara adat Lemivaa masyarakat Dayak Bahau. Praktik upacara tidak Lalii’. Berdasarkan wawancara dikatakan bahwa: lain untuk menciptakan keselarasan dengan “Yang digunakan tadi tuh ada dua gong dan lingkungan alam, agar mendapatkan jaminan satu mebang, penamaan musik nya adalah keberhasilan panen di ladang dengan bantuan Daak Maraa. Doa yang musik ini disaat oleh dewa (Fauzia, 2013). Menurut pendapat ada prosesi ritual pasti dimainkan untuk Hadiprayitno (2017:433), semua itu dilakukan mengiringi “Maraaq nya para Dayung karena banyak hal diluar batas kemampuan serta diucapkan pasti diiringin oleh musik ini, akal manusia, seringkali dituturkan didalam bertujuan supaya suara suara yang diluar mitos yang menggambarkan betapa besar yang ibarat mengganggu konsetrasi para pengaruh kekuatan diluar dirinya (Pudjasworo Dayung ini tidak terdengar” (Nando, 10 et al., 2017). Pendapat tersebut sejalan dengan November 2019). makna simbolik eksegetical, yang tercermin di Musik Daak Maraaq yang dimainkan secara dalam setiap prosesi upacara Hudoq, dengan konsisten dan polanya monoton, namun secara

120 Vol. 21 No. 2, Agustus 2020 simbolik didalamnya memiliki kekuatan ekspresi hingga saat ini masih terjaga dalam kebudayaan dan spritiual. Hal ini sesuai dengan tujuan musik masyarakat Dayak Bahau di Kalimantan Timur. Daak Maraaq yang tidak lain adalah menjadikan Adapun kesakralan dari sebuah topeng Hudoq upacara menjadi lebih khusyuk dan sakral. Peran secara Operational Meaning (makna operasional), musik juga dipercayai untuk menghindari suara- dapat ditandai dalam prosesi Hudoq Taharii’ dan suara yang tidak diinginkan seperti, suara bersin Hudoq Kawit. dan suara burung gagak. Suara pantangan sangat Operational Meaning dari prosesi Hudoq dihindari oleh Dayung disaat melakukan prosesi Taharii’ secara simbolik ditandai melalui berbagai Lemivaa Lalii’ karena menandakan adanya prosesinya, sebagaimana saat prosesi Napog. kesialan atau petanda buruk yang akan terjadi. Istilah Napoq adalah prosesi penyambutan atas Pengamatan dilapangan, prosesi Hudoq kedatangan Hudoq dengan memegang telur Taharii’ dan Hudoq Kawit sebagai Operational dan mengenakan gelang berwarna putih lalu Meaning memperlihatkan bagaimana penari menuju ke lapangan, dan dilanjutkan dengan Hudoq dilengkapi dengan kostum berhiaskan prosesi Ngarang Hudoq (menari Hudoq). rumbai daun pisang. Selain peserta menggunakan Saat prosesi Napoq dilangsungkan, iringan kostum Hudoq (daun pisang), peserta juga wajib musik Daak Maraaq (gong dan mebang) tetap menggunakan topeng Hudoq. Masyarakat suku dimainkan dan disertai dengan pembacaan doa Dayak di Kalimantan mewarisi topeng Hudoq oleh Dayung. Setelah seluruh penari Hudoq yang biasanya hadir sebagai seni sakral dalam memasuki lapangan barulah akan dilakukan upacara ritual Hudoq yang memohon kesuburan Ngarang Hudoq (menari Hudoq) disertai musik atau rasa syukur atas panen yang melimpah Daak Hudoq. Kondisi ini menggambarkan (Kadek, 2011). Topeng Hudoq sebagai suatu perubahan dari musik Daak Maraak berubah benda yang disakralkan, terlihat ketika menjadi musik Daak Hudoq masyarakat suku Dayak menyakini adanya Prosesi Ngarang Hudoq dilakukan dengan keberadaan sosok di luar manusia yang memiliki mengitari lapangan sambil menari bersama dalam kekuasaan lebih tinggi dan menjadikan topeng suasana suka dan gembira.Ngarang Hudoq bagi Hudoq sebagai media untuk menampakkan masyarakat Dayak Bahau merupakan ekspresi keberadaan mereka melalui manusia (Asung et gerak tarian dinamis yang merupakan wujud al., 2019). Jenis topeng Hudoq yang digunakan penghomatan terhadap roh leluhur dan biasanya oleh setiap penari Hudoq, meski terlihat saling dilakukan sebagai bagian dari upacara adat berbeda, namun satu sama lainnya tetap estetik (Suprayitno et al., 2018). Iringan musik yang dan sakral. Pada umumnya topeng Hudoq yang dimainkan saat Ngarang Hudoq menggunakan diukir menyerupai binatang-binatang dimaknai musik Daak Hudoq dengan semangat suka sebagai roh-roh dewa yang menjelma menjadi cita. Hal inti yang dapat dipetik dari konsep binatang dengan tujuan dapat mengusir hama pemikiran ini bahwa, eksistensi sebuah tari tidak yang mengganggu tanaman mereka. dapat dilepaskan dengan kehadiran musik yang Topeng Hudoq secara simbolik dihadirkan teratur, terpola, ritmis atau musik yang berirama juga sebagai media untuk berkomunikasi (Firmansyah et al., 2019). Pendapat tersebut dengan para dewa yang bertujuan memberikan sejalan dimana musik dan tari sebagai satu kesuburan dan keberkahan hasil tanaman. kesatuan dan keteraturan saat Ngarang Hudoq. Menurut Curt Sach (1965) menjelaskan, Secara Operational Meaning, ritual Hudoq bentuk-bentuk topeng di atas, merupakan Taharii’ dan Hudoq Kawit menunjukkan adanya warisan kepercayaan terhadap binatang totem hubungan sosial yang berlangsung baik secara dari kebudayaan lampau yang ada relevansinya individu atau kolektif sebagai interaksi simbolik. dengan totemisme yang banyak terdapat pada Dengan kata lain, individu secara mental tidak zaman Neolith (Hadi, 2006). Penjelasan tersebut hanya membentuk makna dan simbol semata, menegaskan bagaimana kepercayaan totemisme tetapi ia juga proses pembelajaran atas makna

121 Gunawan, Makna Musik Daak Maraaq dan Hudoq

dan simbol selama hubungan sosial masih kehidupan sehari-hari sebagai dimensi berlangsung (Haris & Amalia, 2018). Bentuk horizontal dan dimaknai sebagai keyakinan yang interaksi sosial ditandai oleh adanya respon fisik transenden sebagai dimensi vertikal. Keyakinan melalui proses komunikatif antara penari dengan terhadap transendental adalah bentuk berserah penonton. Penonton adalah pelaku individu atau diri kepada Amitinge (tuhan) dan dewa yang kolektif dengan tujuan hadir untuk menyaksikan diyakini mampu mendatangkan kebaikan. sebuah pertunjukan seni (Hartitom, 2019). Dalam prosesi ini Dayung membacakan doa Hubungan interaksi ini sebagai bentuk keselamatan kepada peserta upacara disertai pengalaman estetis karena peristiwa pertunjukan alunan musik Daak Maraaq dan disajikan benda- seni Ngarang Hudoq orang-orang dapat saling benda pusaka dengan tujuan mendapatkan berinteraksi secara langsung dengan menari kebaikan dan terhindar dari roh-roh jahat bersama. Penonton yang hadir tidak saja dari (Agustianto, 2011). Secara simbolik musik Daak kalangan masyarakat dayak Bahau tetapi juga Maraaq dalam dimensi horizontal berhubungan dari masyarakat lainnya. Keyakinan interaksi dengan manusia dan manusia (makrokosmos). sosial inilah yang mendasari seni pertunjukan Artinya, musikal Daak Maraaq memberikan tidak terpisahkan dari unsur yang saling terkait sugesti sosial untuk berkumpul bersama dalam pada latar belakang pengetahuan, sosial budaya, suasana sakral khususnya prosesi Lemivaa Lalii’ ekonomi, dan kebiasaan masyarakat (Rustim & dan Lemivaa Tasam. Suasana sakral dan gembira Simatupang, 2019). bercampur aduk saat prosesi Hudoq Taharii’ Hasil interaksi sosial merupakan bentuk dan Hudoq Kawit yang disertai dengan menari dari kontak sosial. Adapun kontak sosial bersama (Ngarang Hudoq). Selanjutnya, dimensi dalam hal ini dapat diterjemahkan ke dalam vertikal ditandai dengan prosesi upacara ketika tiga kategori yakni; (1) kontak sosial yang Dayung menyampaikan doa dan harapan kepada memungkin setiap orang terjadi kontak antar Amitinge (tuhan) dan mendatangkan roh roh perorangan, (2) kontak sosial antara perorangan Dewa atau Leluhur (mikrokosmos). Kondisi dengan kelompok tertentu, dan (3) kontak tersebut diposisikan berdasarkan konteksnya sosial kelompok satu dengan kolompok bahwa masyarakat Bahau di Kalimantan Timur, lainnya (Wadiyo, 2006). Dengan demikian, sangat menjunjung tinggi akan nilai-nilai adat maka interaksi sosial sebagai penguatan makna istiadatnya. Oleh sebab itu, setiap perayaan simbolik terintegrasi secara Operational Meaning upacara Hudoq selalu ramai dikunjungi dari yang membuktikan upacara Hudoq sebagai berbagai eleman masyarakat, seniman, maupun Arena simbolik. budayawan. c. Positional meaning Positional meaning, merupakan interpretasi Makna Simbolik Musikal Daak Hudoq dalam hubungannya dengan simbol lain. Dalam perspektif ontologis, sebuah simbol menyangkut Musik Daak Hudoq yang disajikan saat prosesi Hudoq Taharii’ merupakan musik yang sangat attraktif dan komunikatif. Makna simbolik Daak Hudoq yang bersifat sakral namun sajiannya juga memberikan fungsi hiburan. Ia dikatakan sakral karena secara simbolik digunakan dalam Hudoq Taharii’ untuk meminta perlindungan atas keberhasilan perladangan masyarakat Bahau kepada Dewa (mikrokosmos). Begitu juga halnya musik Daak Hudoq adalah peristiwa simbolik, Gambar 3: Suasana prosesi Hudoq Taharii’. (Doku- didalamnya terdapat perilaku individu maupun mentasi pribadi: Asril Gunawan, 2014) kolektif dalam menciptakan terwujudnya

122 Vol. 21 No. 2, Agustus 2020 simbol-simbol berdasarkan nilai yang melekat di sikap penari tradisi (Rustiyanti, 2019). Gerakan masyarakat Dayak Bahau. tarian Hudoq bukanlah hal yang sulit untuk Penyajian musik Daak Hudoq secara musikal dilakukan karena anak-anak maupun dewasa sangat sederhana. Hal mendasar untuk diperhatikan sebagian besar pandai dalam berimprovisasi. bahwa peristiwa musikal selalu melibatkan aspek Dalam artian, menari sudah menjadi tradisi bagi pendengaran (auditif) bagi manusia (Sumaryanto, kehidupan masyarakat Dayak Bahau. 2000). Namun, dibalik aspek pendegaran (auditif) Selanjutnya, makna simbolik musikal Daak tadi, penyajian musik Daak Hudoq tidaklah Hudoq sebagai konsep perilaku atau tindakan mudah. Musik harus dimainkan secara terus adalah unsur yang substansial. Tindakan manusia menerus dengan saling bergantian dan musik merupakan realitas sosial yang melahirkan tindakan tidak boleh terputus karena sedang mengiringi simbolis. Adapun tindakan simbolis dimana irama Ngarang Hudoq (menari Hudoq). Semangat para atau ritmis menjadi pokok utama dalam komposisi pemain dalam memainkan musik, secara simbolik musik iringan tari karena pada dasarnya instrumen adalah bentuk tanggung jawab dalam memainkan yang digunakan lebih ditekankan pada alat musik perannya. Kondisi itu, serupa bagi semua peserta ritmis (Ekasari, 2017). Menurut pandangan Bekker, dalam memainkan setiap perannya, disertai dengan tindakan manusia dibedakan berdasarkan tingkatan sikap tanggung jawab. Artinya, Kontribusi setiap penghayatannya salah satunya adalah, tindakan orang (panitia, seniman, budayawan) diperlukan, simbolis sifat komunikasi berjangka lama (dalam walaupun kondisinya bervariasi, semua tergantung Agustianto, 2011). pada kemampuan dan perannya masing-masing Musikal Daak Hudoq sebagai tindakan (Adi & Ma’arif, 2020). Kondisi yang sama, pemain simbolis dapat menjadi sarana komunikasi budaya. musik memiliki pengaruh besar dalam menciptakan Komunikasi budaya tidak lain sebagai ikatan suasana, selain dimengerti oleh pendengar juga simbolik. Artinya, manusia dalam konteks budaya, diharapkan menghasilkan alunan musik yang sejatinya tidak terpisahkan dengan ikatan simbolik dapat dinikmati (Perdana et al., 2017). Melalui dalam merepresentasikan nilai-nilai kearifan kemampuan pemusik dalam menghasilkan riuh lokalnya. Manusia akan selalu membutuhkan dan ramainya alunan musik yang dimainkan, secara pembinaan dalam menggunakan musikal sebagai tidak langsung mempengaruhi penari menjadi representasi makna simbolik. Pembinaan musikal lebih ekspresif. Penonton yang hadir meyaksikan yang baik nantinya dapat memberikan kontribusi acara, biasanya spontan ikut menari dengan terlibat terhadap eksistensi dan interaksi seseorang di langsung ke dalam lingkaran karena terbawa oleh tengah lingkungannya (Djohan, 2009). Oleh sebab pengaruh alunan musik. itu, seorang pemain musik Daak Hudoq pastinya Instrumen musik Daak Hudoq umumnya memiliki kemampuan musikal yang paham akan terdiri dari instrumen gong dan tuvung (perkusi). lingkungan budaya musiknya. Jumlah instrumen musik dikondisikan sesuai jumlah instrumen yang ada. Ke-dua instrumen tadi secara karakteristik musikal, dipengaruhi oleh tempo. Alunan dan tempo Daak Hudoq, secara konsisten merepresentasikan identitas, keyakinan dan simbol ekspresi bagi masyarakat Bahau di Samarinda. Musik simbol ekspresi, terlihat ketika alunan dan tempo musik dimainkan, maka penari Hudoq akan merespon secara aktif dengan menari secara estetis dan ekspresif. Sebagai penari sudah menjadi tuntutan terhadap kepekaan, reflektivitas (improvisasi yang terlatih) dalam sikap siaga dan Gambar 4: Penyajian musik Daak Hudoq. (Doku- luwes terhadap segala kemungkinan, sebagaimana mentasi pribadi: Asril Gunawan, 2014)

123 Gunawan, Makna Musik Daak Maraaq dan Hudoq

Transkrip Notasi Daak Maraaq dan Daak Daak Hudoq dimainkan dengan teknik Tutti Hudoq (satu suara) dan tidak menutup kemungkinan dimainkan secara Interlocking Figurations a. Notasi Daak Maraaq antara instrumen Tuvung (gendang) dan gong. Musik Daak Maraaq sebagaimana Perbedaan intrumen tersebut Tuvung dan gong dijelaskan pada bab sebelumnya, terdiri dari dalam pembentukan musikalnya memiliki dua jenis instrumen yakni gong (agung) dan karakter dan warna suara yang khas. Perbedaan Mebang. Berdasarkan transkrip musik (notasi) timbre suara sangat ditentukan oleh beberapa di atas menunjukkan bahwa pola ritme tabuhan hal seperti organologi akustiknya, dan teknik musik Daak Maraaq dimainkan dengan cara permainan instrumen (Firmansyah et al., 2019). saling mengisi antara instrumen gong dan Selanjutnya ditegaskan juga bahwa, kualitas suara mebang (Interlocking Figurations). Adapun yang dikeluarkan tergantung kepada materi atau permainan musik Daak Maraaq dimainkan bahan alat musik itu sendiri (Syeilendra, 2012). dengan ritme repetisi (pengulangan). Prinsipnya adalah pembuatan dan karakteristik Pola ritme Daak Maraaq menggunakan musikal Tuvung dan gong sebenarnya ditentukan birama empat perempat (4/4). Angka empat pada kebutuhan masyarakat pendukungnya. di atas (4/) menunjukkan ada empat ketukan Permainan musikal Daak Hudoq sangat dalam setiap birama dan angka empat (/4) di dipengaruhi permainan tempo. Tempo adalah bawah menunjukkan not seperempat (1/4). Ke- kecepatan dalam ukuran langkah tertentu; satuan bunyi repetisi (pengulangan) yang di- kecepatan dengan membandingkan gerak hasilkan dari pola ritme tersebut secara simbolik atau gerak tari tertentu (Banoe, 2003). Kesan adalah sakral dan bernuansa mistis. Hal ini dapat semangat pada musik Daak Hudoq tidak lain dianalogikan sebagaimana instrumen perunggu digunakan untuk mengiringi tarian Ngarang lainnya jika dimainkan secara berulang memiliki Hudoq agar semakin hidup. aura mistis. Pola ritme sederhana jika didengar- kan secara kontinyu akan membawa efek hip- notis, terutama ketika ritme dalam kesyahduan,

ritual (Tatubeket et al., 2019). Oleh karena itu Notasi 2: Pola ritme Daak Hudoq. (Ditranskrip oleh Asril musik Daak Maraaq yang dihadirkan dalam Gunawan) prosesi Lemivaa Lalii’ secara simbolik sangat Berdasarkan transkrip notasi di atas dapat relevan dengan sifatnya yang sakral dan mistis. dijelaskan bahwa, pola ritme musik Daak Hudoq menggunakan birama 4/8 (empat per delapan). Angka empat di atas (4/) menunjukkan ada empat ketuk dalam setiap birama dan angka Notasi 1: Pola ritme Daak Maraaq. (Ditranskrip oleh Asril delapan dibawah (/8) menunjukkan nilai Gunawan) not seperdelapan. Secara simbolik pola irama b. Notasi Daak Hudoq musikal Daak Hudoq yang terkesan energik Secara karakteristik, bentuk sajian musik dan semangat, sebagai bentuk rasa syukur dan Daak Hudoq dengan musik Daak Maraaq harapan hasil panen yang melimpah. sangatlah berbeda. Musik Daak Hudoq memiliki kecendrungan lebih energik dan semangat, Kesimpulan sementara musik Daak Maraaq lebih hikmat dan sakral. Penyajian musikal Daak Hudoq Upacara Hudoq yang diselenggarakan setiap dan Daak Maraaq tidak jauh berbeda karena tahunnya oleh masyarakat Bahau di Samarinda, keduanya dimainkan secara berulang-ulang telah menunjukan antusiasme masyarakat berlaku namun tetap menggunakan pola ritme yang secara kolektif. Sebagai bukti, kesenian tradisi berbeda. Ketukan dan aksentuasi irama musik musik Daak Maraaq dan Daak Hudoq mampu

124 Vol. 21 No. 2, Agustus 2020 merepresentasikan makna simbolik yang sejalan Banoe, P. (2003). Kamus Musik. Yogyakarta: dengan tujuan spiritual masyarakat Bahau. Musik Kanisius. Daak Maraaq dan Daak Hudoq hakikatnya Djohan, D. (2009). Kemampuan Musikalitas terintegrasi ke dalam wujud pemersatu bagi realitas Sebagai Sarana Pengembangan Keterampilan sosial masyarakat Dayak Bahau di Samarinda. Sosial. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Upacara Hudoq adalah rangkaian peristiwa sakral Pendidikan, 13(1), 111–129. yang bertujuan mendatangkan roh-roh kebaikan Ekasari, A. (2017). Karakteristik Musik Iringan agar produktivitas tanaman menjadi meningkat Tari Topeng Ireng Di Wonolelo. Pend. Seni dan mendapatkan hasil yang lebih baik saat panen Musik-S1, 6(5), 332–341. tiba. Hadirnya musik Daak Maraaq dan Daak Eriksen, T. H. (2009). Antropologi Sosial dan Hudoq, juga berperan sebagai sarana komunikasi Budaya Sebuah Pengantar, terj. Yosef Maria simbolik dalam dimensi vertikal (manusia dan roh/ Florisan. Yogyakarta: Titian Galang Printika. dewa) maupun horizontal (manusia dan manusia). Fauzia, L. (2013). Tarian dan Topeng Hudoq Artinya, dalam pelaksanan upacara Hudoq, peran Kalimantan Timur. Humaniora, 4(1), 712– musik secara simbolik menjadi sarana mediasi 722. https://doi.org/10.21512/humaniora. spiritual, untuk meningkatkan konsentrasi spiritual v4i1.3481 Dayung saat prosesi upacara berlangsung. Firmansyah, F., Simatupang, G. R. L. L., Kusmayati, Representasi makna simbolik musikal Daak A. M. H., & Sushartami, W. (2019). Aksiologi Maraaq dan Daak Hudoq, semua akan kembali Musikal pada Pertunjukan Tari Tradisional pada kesadaran mitos itu sendiri. Ia akan selalu ada Linda dalam Ritual Adat Keagamaan Karia dan terus konsisten bilamana simbol yang ditandai di Daerah Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi melalui kekuatan mitos selalu terjaga dan terpeli- Tenggara. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan hara. Sebaliknya representasi simbol, akan hilang (Journal of Performing Arts), 20(3), 132–149. bilamana mitos yang berlaku sudah tidak diyakini Fretisari, I. (2016). Makna Simbol Tari Nimang lagi akibat bergesernya cara pandang masyarakat Padi dalam Upacara Adat Naek Dango dalam menempatkan mitos. Seiring perkembangan Masyarakat Dayak Kanayant. RITME, 2(1), zaman, pelaksanaan upacara Hudoq dan kesenian 68–77. tradisi; musik Daak Maraaq, Daak Hudoq, dan ta- Gunawan, A. (2017). Musik Pa’rawana dan Sayyang rian Hudoq sebagai arena simbolik menjadi penting Pattuddu dalam Prosesi Upacara Khatam untuk dipertahankan keberlanjutannya. Alquran Suku Mandar di Provinsi Sulawesi Barat (sebuah Pendekatan Etnomusikologis). Kepustakaan Journal of Culture, Arts, Literature, and Linguistics, 3(2), 109–126. https://doi. Adi, B. T. K., & Ma’arif, S. (2020). Komunitas org/10.30872/calls.v3i2.877 Lima Gunung: Concept of Art Communitas Hadi, Y. S. (2006). Topeng dan Cerita on Five Slopes Mountain of Central Java, Roman Panji dalam Perjalanan Budaya‖ Indonesia. International Journal of Visual and dalam buku Jaringan Makna Tradisi hingga Performing Arts, 2(2), 60–71. Kontemporer. In M. A. Burhan (Ed.), 1 Agustianto, A. (2011). Makna Simbol dalam Februari. BP ISI Yogyakarta. Kebudayaan Manusia. Jurnal Ilmu Budaya Hartitom, H. (2019). Rabab Pasisia sebagai Unilak, 8(1), 1–7. Pertunjukan Seni Tutur di Kabupaten Pesisir Asung, D. D., Dahlan, D., & Purwanti, P. Selatan. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (2019). Religiositas dalam Mitos Upacara (Journal of Performing Arts), 20(1), 1–12. Adat Hudoq Dayak Bahau di Ujoh Bilang Haryanto, N. (2015). Musik Suku Dayak: Sebuah Kecamatan Long Bagun Kabupaten Mahulu. Catatan Perjalanan di Pedalaman Kalimantan. Jurnal Ilmu Budaya, 3(4), 430–441. https:// ISI Yogyakarta. doi.org/10.5281/ilmubudaya.v3i4.2178 Heriyawati, Y. (2016). Seni Pertunjukan dan

125 Gunawan, Makna Musik Daak Maraaq dan Hudoq

Ritual. Yogyakarta : Penerbit Ombak. Tubuh Padusi sebagai Musik Internal Humaeni, A. (2013). Makna Kultural Mitos dalam Visualisasi Koreografi NeoRandai. Resital: Budaya Masyarakat Banten. Antropologi Jurnal Seni Pertunjukan (Journal of Performing Indonesia, 33(3), 159–179. https://doi. Arts), 20(3), 161–175. org/10.7454/ai.v33i3.2461 Santosa, Aton Rustandi Mulyana, Z. M. (2007). Indrawan, A., Gathut Bintarto, A., Rokhani, U., Etnomusikologi Nusantara: Perspektif dan Masa Dona Hapsari, P., Suryati, S., Wahyu Widodo, Depannya. ISI Press Surakarta. T., & Tyasrinestu, F. (2018). Berbagi Musik: Sepdwiko, D. (2016). Hadirnya Musik Gong Persembahan untuk Sang Maha Guru. BP ISI Perunggu Dalam Upacara Adat Kenduri Sko Yogyakarta. Pada Masyarakat Kerinci Provinsi Jambi. Irawati, E. (2014). Makna Simbolik Pertunjukan Jurnal Sitikara, 1(3), 1–14. https://doi.org/ Kelentangan dalam Upacara Belian Sentiu http://dx.doi.org/10.31851/sitakara.v0i0.702 Suku Dayak Benuaq Desa Tanjung Isuy, Sudana, I. W. (2015). Eksistensi Rerajahan Sebagai Kutai Barat, Kalimantan Timur. Jurnal Manifestasi Manunggalnya Seni Dengan Kajian Seni, 1(1), 60–73. https://doi.org/ Religi. Imaji, 7(2), 141–158. https://doi. doi.org/10.22146/art.5876 org/10.21831/imaji.v7i2.6631 Kadek, S. (2011). Topeng Menyingkap Karakter Sumaryanto, F. T. (2000). Kemampuan Musikal Manusia dan Sejarah Masyarakat. Artikel (Musical Ability) Dan Pengaruhnya Terhadap Bulan Juli (2011), 2(7), 1. Prestasi Belajar Musik. Harmonia Journal of Muthohar, A., & Masykhur, A. (2020). Islam Arts Research and Education, 1(1), 1–8. https:// Dayak: Dialektika Identitas Dayak Tidung doi.org/10.15294/harmonia.v1i1.839 dalam relasi Sosial-agama di Kalimantan Suprayitno, A. M. P. H., Wardani, L. K., & Frans, Timur. Hikmah Journal of Islamic Studies, S. M. (2018). Implementasi Rumah Lamin 11(1), 1–32. Pada Pusat Kesenian Suku Dayak di Kota Nur Islami, M. E. (2014). Simbol Dan Makna Samarinda. Intra, 6(2), 325–335. Ritual Yaqowiyu Di Jatinom Klaten. Media Syeilendra, S. (2012). Instrumen Musik Talempong Wisata, 12(2), 102–115. Minangkabau dalam Kajian Organologis. Perdana, F., Sunarto, S., & Utomo, U. (2017). Komposisi: Jurnal Pendidikan Bahasa, Kesenian Rampak Kenthong sebagai Media Sastra, dan Seni, 10(1), 54–59. https://doi. Ekspresi Estetik Masyarakat Desa Kalirejo org/10.24036/komposisi.v10i1.56 Kabupaten Pekalongan. Catharsis, 6(1), 1–8. Tatubeket, R. M., Agustina, A., & Efi, A. (2019). Pratiwinindya, R. A., Iswidayati, S., & Triyanto, Peran Musik Tuddukat Dalam Ritual Arat T. (2017). Simbol Gendhèng Wayangan Sabulungan Di Kabupaten Mentawai. Jurnal pada Atap Rumah Tradisional Kudus dalam Sosiologi Agama, 13(1), 75–105. Perspektif Kosmologi Jawa-Kudus. Catharsis, Wadiyo. (2006). Seni sebagai Sarana Interaksi 6(1), 19–27. https://doi.org/10.15294/ Sosial (Art as a Tool of Social Interactions). catharsis. v6i1.17028 Harmonia: Jurnal Pengetahuan Dan Pemikiran Pudjasworo, B., Prasetya, H. B., Wayan Senen, I., Seni, 7(2), 1–9. https://doi.org/10.15294/ HB Raditya, M., Rokhani, U., & Yudiaryani, harmonia.v7i2.771 Y. (2017). Karya Cipta Seni Pertunjukan. Winahyuningsih, M. H. (2013). Tatag De Penyawo: Yogyakarta: JB Publisher. Perenungan Atas Identitas Kesukuan. Resital: Rustim, R., & Simatupang, G. R. L. L. (2019). Jurnal Seni Pertunjukan, 14(1), 9–23. https:// Interaksi Sosial Tradisi Bagurau Saluang doi.org/10.24821/resital.v14i1.391 Dendang Minangkabau di Sumatera Barat. Yanti, N. H. (2019). Makna Simbolik Topeng Tarian Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (Journal of Hudoq Pada Upacara Panen Masyarakat Suku Performing Arts), 20(1), 36–51. Dayak. Imaji: Jurnal Seni dan Pendidikan Seni, Rustiyanti, S. (2019). Metode ‘TaTuPa’Tabuh 17(1), 13–26.

126