Nilai Keagamaan dalam Lirik Lagu Tingkilan Muhammad Sadli Mustafa

NILAI KEAGAMAAN DALAM LIRIK LAGU TINGKILAN

Religious Values In Song Lyrics Tingkilan

MUHAMMAD SADLI MUSTAFA

Peneliti Balai Penelitian dan AbstrAk Pengembangan Agama, Makasar JJl. A.P. Pettarani No. 72 Makassar Arus globalisasi saat ini membawa masyarakat Kalimantan Timur cenderung lebih Email: muhammadsadlimustafa@ menyukai musik modern dan musik ala barat. Sehingga seni musik lokal semakin tersisih. gmail.com Padahal, mereka memiliki seni musik lokal yang sarat muatan kearifan lokal. Salah satu di Naskah diterima : 30 Januari 2015 Naskah direvisi : 23 Maret – 4 April antaranya adalah seni musik tingkilan. Bahkan, lirik lagu tingkilan ada yang bermuatan 2015 keagamaan. Oleh karena itu, Penelitian ini bermaksud menemukan dan mendeskripsikan Naskah disetujui : 22 Juni 2015 tentang nilai keagamaan yang terkandung dalam lirik lagu seni musik tingkilan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ternyata sebagian dari lirik lagu tingkilan yang ada mengandung nilai keagamaan yang mendalam. Nilai keagamaan dimaksud antara lain syukur nikmat, belajar al-Qur’an dan makan minum sesuai dengan ajaran Islam. Kata kunci: Nilai Keagamaan, Lirik Lagu Tingkilan.

AbstrAct This globalization era brought people of East Kalimantan tend to prefer modern music and western music. This cause the local or traditional music art is marginalized. On the other hand, they have a local music art containing a lot of local wisdom. One of them is tingkilan music. Lyrics of tingkilan contain religious values. Therefore, this study intends to find and to describe the religious values in the song lyrics of the tingkilan musical arts. This study uses a qualitative research method. The research shows that in fact some tingkilan song lyrics have a deep religious value. Some of those religious values are thanksgiving favors, learning of the holly Qur’an, the way of eating and drinking in accordance with the Islamic teaching.

Keyword: Religious Values, Song Lyrics Tingkilan.

109 Analisa Journal of Social Science and Religion Volume 22 No. 01 June 2015 halaman 109-120

Pendahuluan budaya begitu penting. Ini sekaligus menunjukkan Manusia dalam kehidupannya senantiasa keberagaman dan jati diri sebagai bangsa yang berinteraksi dengan sesama di dalam lingkungan kaya dan penuh potensi (Dinas Kebudayaan dan sekitar. Interaksi itu dapat memberi efek positif Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan, 2012: atau negatif yang dapat dirasakan oleh masing- 1). Oleh Karena itu, penggalian nilai-nilai seni masing individu. Manusia kemudian merespons budaya dapat mengungkap berbagai segi kearifan apa yang dirasakan itu dalam bentuk yang berbeda lokal yang sejalan dengan nilai keagamaan yang tergantung tingkat pengetahuan dan pengalaman memuat pesan-pesan moral, seperti pesan- masing-masing individu atau kelompok pesan moral terkait kerukunan umat beragama, masyarakat. Respons dari apa yang dirasakan itu persaudaraan, perdamaian, kasih sayang, dan kemudian dapat menumbuhkan kreatifitas yang sebagainya (Muslim, 2013: 232). melahirkan seni dan budaya dalam masyarakat. dikenal sebagai negara yang kaya Salah satu wujudnya yang dapat dilihat sampai dengan seni dan budaya yang beragam dan saat ini misalnya adalah karya-karya sastra yang bervariasi antara satu daerah dan daerah lainnya. bernilai seni tinggi, seperti ungkapan-ungkapan Salah satu di antaranya adalah seni musik tingkilan. dalam bentuk syair, puisi atau pantun. Untaian Tingkilan merupakan seni musik khas suku Kutai kata-kata yang diungkapkan itu dirangkai Kalimantan Timur. Kesenian ini termasuk dalam sedemikian rupa sehingga begitu indah terdengar pilar seni budaya pesisir Kalimantan Timur dan juga sarat makna. Karena pada dasarnya yang banyak mendapat pengaruh kebudayaan manusia menyukai keindahan dan mendambakan Islam (Sudiran, 2006: 27 – 36). Alat musik yang ketenangan dan kedamaian. Seni itu sendiri digunakan berupa gambus (sejenis gitar berdawai adalah keindahan, yang muncul dari sisi terdalam 6), dan ketipung (semacam gendang kecil). Lirik manusia karena dorongan naluriah atau fitrah lagu yang didendangkan dalam kesenian ini yang dianugerahkan Tuhan sehingga memiliki berupa pantun atau syair yang bersifat nasihat/ kecenderungan kepada yang indah. religi, percintaan, hal-hal yang berhubungan Salah satu yang membedakan manusia dengan alam, dan yang bersifat jenaka (Sjahbandi dengan makhluk lain adalah kreatifitasdkk., seni 1995/1996: 55). dan budaya yang dimilikinya yang merupakan Dewasa ini, seni tingkilan semakin tersisih. sesuatu yang baik atau makruf. Tidak ada satu Hal ini akibat masuknya arus globalisasi dengan pun agama di dunia ini yang melarang hal itu, tak semakin marak dan berkembangnya berbagai terkecuali Islam, sepanjang tidak menodai norma- aliran musik dan penetrasi budaya asing. norma agama yang berlaku. Islam mendukung Masyarakat cenderung lebih menyukai musik manusia berkreasi mewujudkan karya seni dan modern dan musik ala barat (Hakim, 2011: 55- budaya selama tidak bertentangan dengan nilai- 60). Padahal, sebagai bangsa yang berbudaya nilai ajaran agama. Bahkan, dalam al-Qur’an sudah semestinya budaya lokal seperti tingkilan khususnya Q.S. Ali Imran / 3: 104 diperintahkan lebih diperhitungkan dan dipelihara karena sarat untuk menegakkan kebajikan, memerintahkan dengan muatan kearifan lokal dan tidak sedikit perbuatan makruf dan mencegah perbuatan yang berisi nasihat atau pesan-pesan moral yang munkar. Oleh karena itu, nilai-nilai seni dan relevan dengan nilai-nilai ajaran agama (Hakim, budaya yang makruf dan sejalan dengan ajaran 2011: 51). Paling tidak, sebagai salah satu filter agama penting untuk dipelihara sebagai pilar terhadap penetrasi budaya asing yang tidak sedikit utama dalam upaya membangun karakter bangsa. berimplikasi negatif terhadap moral generasi Kebudayaan merupakan aspek nilai yang hidup dan muda. tumbuh dalam masyarakat yang menjadi landasan Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian berpikir dan bertingkah laku. Pembangunan ini penting dilakukan untuk mengungkap tentang

110 Nilai Keagamaan dalam Lirik Lagu Tingkilan Muhammad Sadli Mustafa nilai keagamaan atau pesan-pesan moral yang disadur langsung dari literatur relevan seperti terkandung di dalam lirik lagu seni musik tingkilan lirik Intan Sayang dan Buah Bolok. Sedangkan khususnya pada beberapa lirik lagu yang bertema lirik yang diperoleh dari hasil wawancara dengan religi. penciptanya sekaligus merujuk pada dokumen lagu dari penciptanya sendiri seperti lirik Jepen Tulisan yang terkait dengan seni musik Muslim dan Surat Kiriman dari Allah. tingkilan di Kalimantan Timur masih kurang. Tulisan terbaru terkait dengan seni musik Salah satu ciri penelitian kualitatif, yang tingkilan misalnya karya Aji Qamara Hakim (2011) menjadi instrumen adalah peneliti (Sugiyono, yang membahas tentang dinamika perkembangan 2010: 305). Oleh karena itu, analisis data seni musik tingkilan, Fl. Sudiran (2006) yang dilakukan sejak penelitian ini berlangsung hingga menemukan tentang adanya pengaruh Islam proses pengumpulan data berakhir. Namun, lebih dalam seni musik tingkilan, dan Dwi Hariyanto dkk. difokuskan selama proses pengumpulan data di (2009) yang menginventarisir lirik lagu tingkilan lokasi penelitian (Sugiyono, 2010: 336). Data yang di Kalimantan Timur. Sedangkan penelitian ini dikumpulkan selama penelitian, dianalisis pada fokus untuk menemukan nilai-nilai keagamaan tingkat reduksi data, disajikan dan dijelaskan atau pesan-pesan moral yang terkandung dalam secara deskriptif. Dalam arti bahwa, proses analisis lirik lagu tingkilan. data dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai datanya jenuh. MeTode PeneliTian Lirik lagu tingkilan yang ditemukan dianalisis Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. dengan menggunakan analisis wacana kritis Pengumpulan data lapangan dilakukan di Kota dengan mengacu pada prinsip action (tindakan) Samarinda dan Tenggarong Kabupaten Kutai dan konteks yang merupakan bagian dari prinsip Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. analisis wacana kritis (Eriyanto, 2011: 8 - 10). Pengumpulan data dilakukan dengan Selanjutnya, data yang telah diperoleh dalam observasi, wawancara, dan dokumentasi yang penelitian ini disajikan dalam bentuk naratif merupakan teknik yang lazim digunakan dalam berdasarkan sudut pandang penulis dan diolah penelitian kualitatif (Sugiyono, 2010: 309). dari hasil wawancara dan/atau literatur relevan Observasi dilakukan dengan mengamati pusat yang dapat membantu mengungkap nilai-nilai pengembangan seni budaya seperti sanggar keagamaan yang terkandung dalam lirik lagu seni serta pertunjukan seni terutama seni tingkilan tersebut. musik tingkilan yang dilakukan oleh seniman tingkilan. Wawancara dilakukan dengan teknik hasil dan PeMbahasan snow ball terhadap seniman, pemerhati seni dan Seputar Seni Budaya di Provinsi pejabat terkait di lingkup Dinas Kebudayaan dan Kalimantan Timur Pariwisata terkait substansi penelitian. Data yang Provinsi Kalimantan Timur terdiri dari tiga dikumpulkan termasuk sumber-sumber tertulis kota dan tujuh kabupaten. Tiga kota dimaksud atau literatur yang relevan dengan substansi adalah Kota Samarinda (ibukota provinsi), penelitian. Bontang, dan Balikpapan. Sedangkan tujuh Data terkait dengan seni musik tingkilan kabupaten dimaksud adalah Kabupaten Kutai diperoleh melalui wawancara dan studi dokumen Kartanegara, Kutai Timur, Kutai Barat, Berau, atau literatur relevan. Sedangkan data terkait Mahakam Ulu, Paser, dan Penajam Paser Utara. lirik lagu tingkilan, sebagian diperoleh melalui Terdapat beragam suku yang tersebar di Provinsi wawancara langsung dengan seniman dan Kalimantan Timur. Mereka terdiri dari suku merujuk dokumen seniman bersangkutan. Selain asli dan pendatang. Suku asli di antaranya suku itu, juga diperoleh melalui literatur. Lirik yang Dayak, Kutai, Paser, dan Berau. Meskipun mereka

111 Analisa Journal of Social Science and Religion Volume 22 No. 01 June 2015 halaman 109-120 suku asli namun justru jumlah mereka sedikit adat dangai, hudoq, pelas tahun, dan lain-lain. dibanding dengan suku pendatang utamanya Jawa Sedangkan seni dan budaya keraton merupakan dan Bugis. Dengan populasi sebanyak 3.908.737 seni dan budaya yang berasal dan dilakukan oleh jiwa, 29,55% di antaranya adalah Suku Jawa, kalangan keraton. Seni dan budaya dimaksud Bugis (18,26%), Banjar (13,94%), Toraja (1,96%), seperti erau tepung tawar, mengulur naga, dan Sunda (1,59%), Madura (1,24%), Tionghoa lain-lain (Bidang Kesenian, 1982: 4 – 200). Seni (1,16%). Sedangkan etnis Dayak hanya (9,91%), dan budaya tersebut masih dilaksanakan hingga Kutai (9,21%), Paser, Berau dan lain-lain (13,18%). kini (wawancara dengan Hamdani, 21 Mei 2014). Sedangkan prosentase penduduk berdasarkan agama terdiri dari Islam (87,62%), Kristen – Sekilas Perkembangan Seni Musik Protestan dan Katolik– (11,96%), Hindu (0,18%), Tingkilan dan Budha (0,24%) (http://www.kemendagri. Kata tingkilan berasal dari kata tingkil (bahasa go.id, di-download, 22 Mei 2014). Kutai) yang berarti bertalu-talu, maksudnya adalah bunyi atau suara “ting – tang” dari dentingan Meski etnis Jawa, Bugis, dan Banjar dawai gambus atau petikan bolak-balik dari alat merupakan suku pendatang, namun leluhur musik gambus yang dimainkan (wawancara mereka telah ada dan hidup di Banjar sebelum dengan Asrani, 17 Juni 2014). Tingkil juga berarti abad ke-20, sehingga mereka juga telah dianggap pantun. Betingkilan berarti bertingkah-tingkahan sebagai penduduk asli Kalimantan (wawancara atau bersahut-sahutan atau saling berbalas pantun dengan Hamdani, seniman dan budayawan, (wawancara dengan Hamdani, 16 Juni 2014). 21 Mei 2014). Itulah sebabnya, ada sebagian Tingkil dalam bahasa Kutai juga bermakna sindir. seni budaya yang berkembang di Kalimantan Penambahan akhiran “an” membuat maknanya Timur yang sesungguhnya akar budayanya menjadi sindiran. Sindiran dimaksud berisi kritik berasal dari luar Kalimantan Timur, seperti Tari dan saran yang disampaikan melalui lagu yang Tenun (Bugis), mappanre ri tasi (Bugis), , diiringi alat musik gambus dan ketipung (Hakim, , (Jawa), dan mamanda (Banjar) 2011: 12-13). (wawancara dengan Awang Khalik, Kepala Seksi Seni dan Film Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Berdasarkan pendapat tersebut dapat Provinsi Kalimantan Timur, 20 Mei 2014). Secara dipahami bahwa tingkilan adalah salah satu bagian garis besar, seni dan budaya di Kalimantan dari seni musik yang menggunakan alat musik Timur terbagi atas tiga pilar yaitu; seni dan gambus dan ketipung mengiringi lagu bersifat budaya pesisir, seni dan budaya pedalaman, dan sindiran, berbentuk pantun saling berbalas, dan seni dan budaya keraton (UPTD Taman Budaya berisi kritik dan saran. Provinsi Kalimantan Timur, t.th.: t.h., dan Dinas Pada awalnya, tingkilan hanya menggunakan Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan dua alat musik yakni gambus dan ketipung yang Timur, 2014: t.h.). kemudian dikenal sebagai tingkilan tradisional. Seni dan budaya pesisir merupakan seni Seiring perkembangan zaman, seni tingkilan dan budaya yang dikembangkan oleh masyarakat sudah menggunakan alat musik lainnya seperti pesisir Kalimantan Timur seperti tari jepen, tarsul, biola, okulele, gitar, bas, dan selo (Sjahbandi dkk., tingkilan, upacara mappanre ri tasi’ dan sebagainya. 1995/1996: 55). Tingkilan jenis ini dikenal dengan Seni dan budaya pedalaman adalah seni dan tingkilan modern. Orang yang memainkan alat budaya yang dikembangkan oleh masyarakat di musik tingkilan disebut juga peningkil (wawancara daerah pedalaman Kalimantan Timur yang pada dengan Asrani,17 Juni 2014). umumnya merupakan masyarakat etnis Dayak. Pegiat seni tingkilan ini cukup banyak terdapat Seni dan budaya dimaksud seperti seni sampe, utamanya di daerah Kutai dan Samarinda. Meski upacara belian, upacara adat kwangkai, upacara dikatakan banyak mendapat pengaruh arab

112 Nilai Keagamaan dalam Lirik Lagu Tingkilan Muhammad Sadli Mustafa atau Islam, akan tetapi tidak semua pegiat seni Tidak terdapat keterangan jelas tentang kapan ini berlatar agama Islam. Ada juga non muslim, seni musik tingkilan muncul atau siapa yang misalnya saja Lamhin, seorang seniman tingkilan membawa dan mengembangkannya pertama tradisional yang berdomisili di Kutai Kartanegara kali di Kalimantan Timur khususnya di wilayah beragama Katolik. Lebih dari itu, ia berlatar Kerajaan Kutai zaman dahulu. Menurut Hamdani etnis Dayak Benuaq. Meski Lamhin buta, namun (wawancara, 16 Juni 2014), diperkirakan musik ia piawai memainkan gambus dan ketipung tingkilan berawal dari Kalimantan Selatan yang sekaligus. Itu merupakan buah dari hasil latihan kemudian dibawa oleh para pedagang muslim sejak usia dini (9 tahun). Tingkilan diajarkan dan berkembang di Kalimantan Timur tidak lama oleh orang tuanya yang juga menyukai musik ini setelah agama Islam mulai dikenal dan menjadi (wawancara dengan Lamhin, 19 Juni 2014). Setiap agama resmi di Kerajaan Kutai Kartanegara hari –termasuk ketika penulis menemuinya– sekitar abad XVI M. (Hakim, 2011: 11). kegiatan ini dilakoninya untuk mencari nafkah Hal tersebut menjadi salah satu indikator dengan mengambil tempat di sekitar Museum kentalnya pengaruh budaya Islam dalam seni Tenggarong Mulawarman. Namun, ketika ia musik tingkilan. Selain itu, alat musik gambus memainkan musik tingkilan, ia lebih banyak yang menjadi alat musik vital tingkilan merupakan menyanyikan lirik yang bertema alam yang alat musik yang lahir dari proses akulturasi musik intinya mengajak pelancong untuk berwisata ke gambus kasidah ala Timur Tengah/Islam. Hal itu, Kalimantan Timur khususnya Kutai Kartanegara. diakui oleh banyak kalangan termasuk seniman Sementara di Samarinda, salah satu sanggar yang dan budayawan tingkilan (wawancara dengan terkenal dengan tingkilan-nya adalah Bina Seni Hamdani, 16 Juni 2014). Bahkan, bentuk alat Budaya Indonesia (BSBI) yang dibina oleh Asrani, musik tingkilan yakni gambus memiliki makna seorang seniman yang menguasai tidak hanya filosofis yang islami. Misalnya jika gambus itu tingkilan namun juga berbagai alat musik lainnya. ditegakkan maka ia menjadi simbol huruf “alif”. Yang disebut terakhir ini memadukan alat musik Jika pengaitnya –yang hanya dianggap oleh tradisional tingkilan dengan alat musik modern masyarakat pada umumnya sebagai wadah untuk dalam pementasannya. Sebab menurut Asrani, menggantungnya ketika tidak dimainkan– dibalik masyarakat Kalimantan Timur saat ini cenderung sehingga posisinya berada di bawah maka ia lebih menyukai musik modern dan lagu-lagu menjadi simbol huruf “lam”. Jika “ditidurkan” barat. Sehingga, syair lagu yang mengiringi musik atau ditelungkupkan di mana posisi senar gambus tingkilan yang dipentaskannya seringkali juga berada di bawah maka menjadi simbol huruf bukan hanya pantun khas tingkilan tetapi lagu “mim”. Dan ketika ditelentangkan dengan posisi modern, lagu barat, dan lagu-lagu dari daerah atau senar gambus berada di atas maka menjadi simbol etnis lainnya seperti anging mamiri, anak kukang huruf “ba”. Sedangkan titik “ba”-nya adalah pusar (Makassar), cucak rowo (jawa), dan lain-lain pun seseorang ketika alat musik itu dimainkan. “Ba” ikut mewarnai musik tingkilan yang dibawakannya. bermakna memulai segala sesuatu hendaknya Baginya, tingkilan adalah alat musik yang fleksibel, dengan basmalah (wawancara dengan Tri Andy, dapat masuk atau mengiringi lagu apa saja, tidak pemerhati seni, 19 Juni 2014). hanya pantun (wawancara dengan Asrani, 17 Juni 2014). Rumah sang seniman sekaligus dijadikan Tingkilan pada awalnya hanya dimainkan sebagai sekretariat BSBI. Setiap kali penulis oleh peningkil (pemusik sekaligus vokalis) berkunjung ke tempat ini selalu dilakukan latihan untuk mengisi waktu luang selepas bekerja seni dan tari termasuk seni musik tingkilan dan atau bertani. Akan tetapi, pada perkembangan tari jepen. Menurut Hafiza, seniman sanggar selanjutnya tingkilan menjadi sebuah kesenian BSBI (wawancara, 13 Juni 2014), latihan tersebut yang dipersembahkan untuk dan perwakilan memang selalu dilakukan setiap malam. Kerajaan Kutai. Sehingga peningkil yang diakui

113 Analisa Journal of Social Science and Religion Volume 22 No. 01 June 2015 halaman 109-120 kehebatannya diundang oleh kerajaan untuk lagu tingkilan tidak hanya menggunakan lirik menghibur dan menyambut tetamu kerajaan dengan bahasa Kutai saja sebagai upaya dalam (Hakim, 2011: 11). Itulah sebabnya, tingkilan mempertahankan eksistensi seni ini (wawancara disebut sebagai kesenian rakyat, sebab ia lahir dengan Asrani, 17 Juni 2014). dari rakyat. Di saat bersamaan, kesenian keraton Lirik lagu tingkilan dapat dikategorikan juga berkembang. Kesenian keraton merupakan dalam dua jenis yaitu tradisional dan modern. hasil kreasi seniman keraton dan berkembang di Pada awalnya, lirik lagu tingkilan sesungguhnya lingkungan keraton (Hariyanto dkk., 2009: 10). tidak menggunakan naskah tertentu setiap kali Pada awalnya, tingkilan berkembang di dimainkan. Akan tetapi, lirik lagu tingkilan Kutai yang saat ini menjadi Kabupaten Kutai tradisional sifatnya adalah spontanitas. Dahulu, Kartanegara. Kemudian selanjutnya, berkembang dalam suatu acara, ketika musik tingkilan di beberapa daerah sekitarnya seperti Samarinda dimainkan, seorang peningkil (pemain musik dan Balikpapan (Hariyanto dkk., 2009: 9). tingkilan) biasanya juga sekaligus bertindak sebagai vokalis yang kemudian menyanyikan sebuah bait Tingkilan pernah mengalami perkembangan pantun yang “menggelitik” pendengarnya sebagai yang pesat atau masa keemasan di tahun 1960- suatu “pancingan”. Pendengar yang punya bakat an hingga 1990-an. Di masa itu, hampir di setiap atau kepandaian berpantun dan “terpancing” kecamatan terdapat grup dan maestro kesenian dengan lagu yang dimainkan kemudian membalas, tingkilan dan jepen yang handal (Hariyanto dkk., sehingga terjadilah saling balas pantun sembari 2009: 9). Seiring dengan perkembangan zaman, diiringi dengan musik tingkilan. Itulah sebabnya kesenian tingkilan semakin tersisih di kalangan tak ditemukan naskah-naskah kuno terkait masyarakat dengan marak dan berkembangnya lirik lagu tingkilan. Ia hanya diceritakan atau seni musik atau orkes modern termasuk musik diwariskan dari generasi ke generasi dalam bentuk barat (wawancara dengan Asrani, 17 Juni 2014). tradisi tutur (termasuk sastra lisan). Hanya saja, Keadaan ini memunculkan kreativitas seniman generasi selanjutnya kemudian menuliskan apa tingkilan. Untuk dapat tetap eksis dalam blantika yang didengarkan tersebut. Sehingga lirik lagu musik, mereka melakukan perubahan-perubahan tingkilan tradisional, yang berasal dari spontanitas baik dari sisi alat musik yang digunakan maupun itu masih dapat dijumpai hingga kini. Bahkan, kostum, bahasa dan lirik (Hariyanto dkk., spirit dari apa yang dituturkan oleh leluhur itu 2009: 15-16). Dari sisi alat musik, dahulu hanya menginspirasi untuk menciptakan lirik tingkilan menggunakan gambus dan ketipung, sekarang yang baru. Sedangkan lirik tingkilan modern sudah ditambah dengan beberapa alat musik sifatnya tidak lagi spontan tetapi naskahnya dibuat lainnya (Wawancara dengan Asrani, 17 Juni 2014). atau diciptakan oleh orang tertentu (wawancara Dahulu, pakaian yang digunakan oleh pemain dengan Asrani, 17 Juni 2014). tingkilan adalah pakaian adat Kutai (Hariyanto dkk., 2009: 26). Sekarang, tidak lagi terikat kostum Diamati dari bentuknya, lirik lagu tingkilan tertentu atau bebas (wawancara dengan Asrani, 17 dapat dibedakan dalam tiga bentuk yakni pantun, Juni 2014). Dari sisi bahasa, dahulu bahasa yang syair, dan lirik yang bentuknya bebas atau modern digunakan dalam lirik lagu tingkilan adalah bahasa (Hariyanto dkk., 2009: 31). Kutai. Namun, saat ini bahasa yang digunakan Sebagaimana pantun pada umumnya, pantun dalam lirik lagu tingkilan tidak hanya bahasa Kutai dalam tingkilan terdiri dari empat baris dan saja tetapi juga dinyanyikan dalam bahasa Banjar bersajak bersilih dua-dua dalam setiap baitnya. dan bahasa Indonesia (Hariyanto dkk., 2009: 27). Dua baris awal merupakan sampiran dan dua Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan baris kedua merupakan isi (Hariyanto dkk., kondisi sosial masyarakat Kalimantan Timur yang 2009: 31). Menurut Asrani (wawancara, 17 Juni plural. Sehingga seniman tingkilan menciptakan 2014), yang membedakan dengan pantun pada

114 Nilai Keagamaan dalam Lirik Lagu Tingkilan Muhammad Sadli Mustafa umumnya adalah pantun dalam tingkilan diiringi Siapa bersyukur (sayang) nikmatnya Tuhan dengan alat musik sedangkan pantun pada Tuhan berjanji akan menambahkan Jika ingkar pada nikmat Tuhan umumnya tidak diiringi dengan alat musik. Syair Azabnya pedih tak terperikan dalam lirik tingkilan juga terdiri dari empat baris. Hajat anda (sayang) jadi kenyataan Namun, syair tidak dibedakan antara sampiran Itu karunia daripada Tuhan dan isi. Adapun lirik yang sifatnya bebas, tidak Kalau gagal dalam perjuangan terpaku pada bentuk pantun dan syair namun ia Berputus asa dilarang Tuhan mengalir apa adanya tergantung pesan yang ingin (Hariyanto dkk., 2009: 78 - 79) disampaikan oleh penciptanya, dan dapat pula Lirik tersebut di atas pada umumnya di dalam satu tema syair bebas itu di dalamnya menggunakan bahasa Indonesia hanya kata bercampur antara bait yang berbentuk pantun dan jambun (melimpah) dan raba (pohon) yang yang tidak berbentuk pantun. merupakan bahasa Kutai. Lirik tersebut terdiri Pada awalnya, lirik lagu tingkilan biasanya dari enam bait dan dua puluh empat baris. Setiap bertema cinta kasih. Seiring perkembangan zaman, bait terdiri dari empat baris. Baris pertama dan tema-tema dalam liriknya pun berkembang tidak baris kedua pada setiap bait adalah sampiran hanya terbatas pada tema cinta kasih belaka, sedangkan baris ketiga dan baris keempat pada tetapi juga tentang alam, penerangan terhadap setiap baitnya merupakan isi. Oleh karena itu masyarakat, dan nasihat keagamaan atau religi dapat dikatakan lirik lagu tersebut berjenis pantun (wawancara dengan Asrani, 17 Juni 2014). dengan pola persajakan yang berbeda di setiap bait. Ada yang berpola aaaa yang ditunjukkan Kandungan Nilai Lirik Lagu Tingkilan pada bait keempat, kelima dan keenam, dan ada Lirik lagu yang mengiringi musik tingkilan yang berpola abab yang ditunjukkan pada bait dengan tema religi ada yang secara eksplisit kedua dan ketiga (Hariyanto dkk., 2009: 80). mengandung pesan agama dan ada pula yang Secara eksplisit lirik di atas mengandung secara inplisit menyiratkan pesan-pesan pesan agama. Terlihat jelas dalam pantun tersebut keagamaan. Pesan-pesan itu “menjelma” dalam nasihat untuk tidak berpangku tangan dengan bahasa lokal yang bila dicerna terdapat pesan- hanya menghayal saja yang dapat berakibat pada pesan keagamaan yang terkandung di dalamnya. kesedihan dan kesusahan. Itu ditunjukkan dalam Lirik lagu tingkilan yang secara eksplisit bait pertama dan kedua. Nasihat untuk selalu bertema religi antara lain: bersikap terbuka ditunjukkan pada bait ketiga. Nasihat untuk berharap dan berdoa hanya kepada 1. Intan Sayang Tuhan ditunjukkan pada bait keempat. Peringatan Kalimantan (sayang) banyak bergunung untuk tidak kufur nikmat tetapi selalu bersyukur Mengandung intan bernilai jambun atas nikmat Tuhan ditunjukkan pada bait kelima. Wahai kawan jangan melamun Dan larangan untuk berputus asa ditunjukkan Kalau melamun wajahmu murung pada bait terakhir. Demikian pula menurut Siapa suka (sayang) makan mentimun Timun penurun si darah tinggi Hariyanto dkk. (2009: 80 – 82) terkait dengan isi Jangan suka duduk melamun dari lirik lagu di atas. Melamun itu menyusah hati Di dalam lirik tersebut terdapat selipan kata Api berkobar (sayang) di lereng gunung Bapak petani membakar raba “sayang” pada setiap bait. Kata “sayang” itu dapat Gelora hati (sayang) jangan dikurung dimaknai sebagai “pengetuk hati” bagi orang yang Kalau dikurung menjadi siksa mendengar lirik ini dinyanyikan untuk menjadi Ya Allah ya Tuhan (sayang) Maha Kuasa perhatian terhadap pesan yang disampaikan. Tempat bersyukur atas rahmatnya Muda mudi (sayang) mari berdoa Menurut Hariyanto dkk. (2009: 81) bahwa Kepada Tuhan mohon ridhonya pada pada bait keempat, kelima dan keenam

115 Analisa Journal of Social Science and Religion Volume 22 No. 01 June 2015 halaman 109-120 memiliki korelasi antara sampiran dengan isi, tidak sampiran namun karena yang ingin dibangun seperti pantun pada umumnya yang se-mata-mata adalah penyadaran maka liriknya dikonstruksi hanya mencari perpaduan dan keharmonisan sedemikian rupa dengan bahasa agama untuk bunyi persajakan pada akhir tiap barisnya. menggugah kesadaran orang yang mendengarnya Sampiran pada bait keempat mengandung makna sehingga terbangun spirit atau semangat bahwa permohonan atau doa dan syukur hanya untuk bekerja dengan tekun dan gigih dalam pantas dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha membangun daerahnya sendiri sehingga tidak Kuasa lagi Maha Rahman. Bahkan, pada bait menjadi penonton di negeri atau daerah sendiri. kelima terlihat jelas terinspirasi dari al-Qur’an khususnya Q.S. Ibrahim / 15: 7 yang dituangkan 2. Jepen Muslim dalam gaya bahasa pantun. Dan sampiran pada Ditengah semaraknya muslim muslimat bait keenam mengandung makna bahwa apa yang Di saat gemerlapnya lampu-lampu diskotik Hai saudaraku muslim dan muslimat dicita-citakan atau dihajatkan seseorang dapat Jangan tergoda nafsu dunia terwujud hanya dengan usaha yang gigih tak kenal Wahai kawanku…remaja seiman putus asa. Tuntutlah ilmu dunia akhirat Iman dan taqwa dipelihara Setelah dicermati secara mendalam ternyata Agar selamat dunia akhirat semua sampiran pada setiap bait justru terdapat Kepedulian kita tingkatkan sesama umat hubungan yang relevan dan kuat antara sampiran Setia kawan ramah dan sopan dilestarikan dengan isi. Tidak hanya pada bait keempat, kelima Harta kekayaan hanya titipan dalam dunia dan keenam saja. Fakir dan miskin sebaiknya kita santuni (Asrani, 2014: 8) Sampiran pada bait pertama misalnya mengandung makna bahwa Kalimantan Ketika syair lagu ini selesai didendangkan merupakan daerah yang mempunyai kekayaan oleh Asrani (wawancara, 17 Juni 2014) di alam melimpah oleh karena itu tidak pantas hadapan penulis, ia kemudian menjelaskan latar penduduknya hanya tinggal diam berpangku diciptakannya syair tersebut. Menurut Asrani, tangan saja dengan melamun atau menghayal lirik lagu ini diciptakannya untuk menggugah tetapi mesti dikelola dengan baik. Sampiran pada kesadaran kaum muslim. Sebab, dari pengalaman bait kedua mengandung makna bahwa penyakit hidupnya ia melihat, ternyata tidak sedikit saudara dapat saja timbul akibat suka melamun. Sampiran se-muslim yang tergoda pada silaunya kemewahan pada bait ketiga berbicara tentang api yang duniawi sehingga melupakan Tuhan dan tidak berkobar membakar pepohonan, api merupakan peduli pada sesama. simbol dari siksaan itu sendiri. Pesan agama terlihat jelas terkandung di Dicermati secara keseluruhan lirik dari dalam syair lagu ini. Syair ini berisi pesan khusus lagu “intan sayang”, pada intinya mengandung buat orang-orang Islam untuk menahan hawa pesan untuk senantiasa tawakkal, syukur, dan nafsu (bait pertama). Untuk selamat dunia akhirat, pantang menyerah. Berdasarkan hal itu, jika iman dan taqwa mesti dijaga serta meluaskan dihubungkan dengan konteks masyarakat yang wawasan dengan menuntut ilmu (bait kedua). plural dan sumber daya alam di tanah Kalimantan Syair ini juga berisi pesan untuk menjaga etika dan yang melimpah maka dapat dikatakan bahwa meningkatkan kepedulian kepada sesama dengan wacana yang dibangun dan ingin disampaikan menyantuni orang-orang yang membutuhkan ke publik adalah penyadaran masyarakat tentang (bait ketiga). Dapat dikatakan bahwa memelihara pentingnya menggali sumber daya alam melimpah dengan baik hablun minallah (hubungan dengan yang terdapat di tanah Kalimantan, meskipun Allah) dan hablun minannas (hubungan dengan yang terkait dengan sumber daya alam itu hanya sesama manusia) merupakan inti dari pesan yang disinggung pada bait pertama dalam bentuk disampaikan dalam syair lagu ini.

116 Nilai Keagamaan dalam Lirik Lagu Tingkilan Muhammad Sadli Mustafa

3. Surat Kiriman dari Allah Lagi renik perayakkan Qur’an utama, Qur’an paling kucinta Sudah besar malu-maluan Qur’an tenaga hati Qur’an saudara kita Kalau mudik ke kampong Marah Al-Qur’an surat kiriman dari Allah Pergi jua ke Tuana Taha Pak guru lekaslah bacakan kepadaku Kalau suka berhati marah A..pakah isinya… Urang pemarah si cepat tuha Pertama ajarkan aku membaca huruf melulu Jangan asek memutik hara Kemudian ajarkan pula arti bacaan itu Buah hara jatoh ke lompor Jikalau tidak diajar betapa akukan tahu Jangan asek berhati lara Ya..Rabbi ajarkan kami kitab-Mu yang Maha Akibatnya endia membawa umur Suci Anak leso mati berenang Penyakit segala hati, obatnya hanyalah ini Mati berenang diluan langkan Dengan nur cahaya ini hatiku penuh ya Rabbi Mati bok hawai kugenang (Asrani, 2014: 16) Mati kekasih hawai kumakan Kembang jepun kembang cupila Syair lagu ini, setelah didendangkan oleh Asrani Mari ditaruh di dalam bokat (wawancara, 17 Juni 2014) di hadapan penulis juga Minta ampun dan minta rela dijelaskan tentang sebab diciptakannya. Menurut Dari dunia sampai akhirat Asrani, lirik lagu ini tercipta karena terinspirasi Marilah etam memetik hara dari kenyataan bahwa masih banyak kaum muslim Parak puhun kembang melati Marilah etam riang gembira yang hingga dewasa masih buta aksara al-Qur’an. Jangan asek besusah hati Ia berharap dengan lirik ini bisa memberi motivasi Marilah etam jalan perlahan kepada kaum muslim untuk giat belajar al-Qur’an. Minum di sumur betutup kajang Marilah etam mohon ke Tuhan Lirik lagu ini jelas terlihat merupakan syair Supaya diberi umur yang panjang bersifat bebas, tidak terikat dengan bentuk pantun (Djumri Obeng, 1980: 21) ataupun syair sebagaimana umumnya. Bait pertama berisi lima baris, bait kedua dan ketiga masing-masing berisi tiga baris. Pesan yang ingin Lirik di atas berbahasa Melayu-Kutai. disampaikan dalam lirik lagu ini adalah al-Qur’an Namun, ada beberapa kata yang perlu dimaknai di merupakan bacaan mulia berasal dari Allah yang sini sehingga dapat dipahami secara utuh antara Maha Mulia. Oleh karena itu, mesti dipelajari lain; keranji/kuranji (di atas), layaran (berlayar), bacaan dan maknanya sebab ia merupakan obat mabok (mabuk), berahi (syahwat), jentanek hati. Ini relevan dengan ayat al-Qur’an khususnya (menuju), renik perayakkan (ramai dirayakan), Q.S. Al-Muzzammil / 73: 4 yang berisi ajakan urang (orang), tuha (tua), asek (/tenggelam untuk membaca al-Qur’an dengan baik. Juga dalam), lompor (lumpur), endia (nanti), leso relevan dengan al-Qur’an khususnya Q.S. Al-Isra’ (lesu), diluan langkan (saat/ketika sedang/ / 17: 82 yang berisi pesan bahwa al-Qur’an yang dalam proses), bok hawai kugenang (aku malas diturunkan oleh Tuhan dapat menjadi obat dan mengenang), bokat (wadah), besusah (bersusah/ rahmat bagi kaum mukmin. bersedih), etam (kita), parak puhun (dekat pohon), betutup kajang (beratap daun nipah) (wawancara Sedangkan lirik lagu tingkilan yang secara dengan Hamdani, 16 Juni 2014). inplisit mengandung pesan-pesan keagamaan dapat dilihat dalam pantun berikut: Lirik lagu di atas berbentuk pantun. Setelah Buah Bolok dicermati, mengandung pesan untuk bersabar Buah bolok keranji papan atau menahan diri dari amarah, nafsu, dan tidak Layaran anak ke Indragiri larut dalam duka dan kesusahan, senantiasa Hilang mabok berahi datang Kemana tempat membuang diri tawakkal dan berdoa kepada Tuhan memohon Jentanek gunung senekai ridhanya hingga diberi umur yang panjang. Pucuk pisang layu-layuan Lirik lagu buah bolok ini juga mempunyai

117 Analisa Journal of Social Science and Religion Volume 22 No. 01 June 2015 halaman 109-120 versi lain, sebagai berikut: 20, kalimat “Museum Tenggarong Mulawarman” Buah bolok kuranji papan mengindikasikan kebaruannya. Sebab, Museum Dimakan mabok dibuang sayang Tenggarong yang masih berdiri kokoh hingga Busu embok etam kumpulkan Rumah-rumah jabok etam lestarikan kini, di zaman dahulu sesungguhnya adalah istana Buah salak muda diperam Kerajaan Kutai (Zularfi dkk., 1999/2000: 6 – 7). Dimakan kelat dibuang sayang Tema lagu ini menginspirasi seniman tingkilan Spupudeng sanak etam kumpulkan zaman sekarang mencipta atau menggubah Untuk menyambut wisatawan lagunya sesuai dengan kondisi zaman (wawancara Buah terong digangan nyaman dengan Asrani, 17 Juni 2014). Jukut blanak tolong panggangkan Museum tenggarong Mulawarman Lirik lagu Buah Bolok versi kedua tersebut Yok dengsanak etam kerangahkan meski liriknya berbeda dengan yang pertama Buah bolok kuranji papan namun setelah dicermati ternyata nuansa Dimakan mabok dibuang sayang Kroan kanak sekampongan keagamaan masih tetap tergambar dalam liriknya. Etam begantar bejepenan (Asrani, 2014: 3) Sebagai contoh, dua baris pertama pada bait pertama, bait kedua, dan bait ketiga ketika dibaca Lirik tersebut juga berbahasa Melayu-Kutai. atau didengar sepintas seakan hanya pemanis lagu Namun, ada beberapa kata yang perlu diberi atau sampiran pantun saja. Namun bila dicerna makna agar dapat dipahami secara utuh, antara ternyata menyiratkan makna yang mendalam lain; busu embok (paman dan bibi), rumah- khususnya ajaran tentang kesederhanaan atau rumah jabok (rumah lapah), kelat (pekat), larangan untuk memperturutkan sifat manusia spupudeng (sepupu), sanak (saudara), digangan yang terkadang berlebih-lebihan. Ini berarti (dibuat sayur), nyaman (enak), jukut (ikan), yok bahwa lagu ini sesungguhnya mengandung dengsanak etam kerangahkan (mari saudara kita nilai keagamaan. Setelah ditelusuri lebih dalam, promosikan), kroan kanak sekampongan (semua terdapat ajaran tentang hal ini dalam al-Qur’an anak sekampung), begantar bejepenan (menari khususnya Q.S. Al-A’raf / 7: 31, yang artinya “… gantar dan jepen) (Asrani, 2014: 3). dan makan dan minumlah tetapi jangan berlebih- Lirik lagu buah bolok versi kedua ini yang lebihan.” Sedangkan dua baris isi dari lirik lagu paling banyak dikenal saat ini, tidak hanya tersebut mengandung ajakan untuk senantiasa dimainkan dengan iringan musik tingkilan, tetapi memperkuat silaturrahim, melestarikan budaya, sudah ada dalam bentuk lagu pop modern. Bahkan menghargai orang lain (tamu), dan menjunjung dengan mudah dapat ditemukan di internet. kebersamaan. Dalam pagelaran seni pada acara “Welcome Konteks masyarakat Kalimantan Timur yang Dinner Gelar Teknologi Tepat Guna Nasional XVI mayoritas merupakan penganut agama Islam di Provinsi Kalimantan Timur” tanggal 18 Juni menjadi inspirasi bagi seniman tingkilan untuk 2014 di Samarinda, lirik ini juga sempat dimainkan mengkonstruksi wacana bersifat keagamaan oleh grup BSBI binaan Asrani. Sayangnya, lirik dalam bentuk lirik lagu tingkilan. Artinya bahwa ciptaan Asrani yang bertema religi lainnya seperti seniman tingkilan berinteraksi dengan konteks Jepen muslim dan Surat Kiriman dari Tuhan tidak sosial yang ada di sekitarnya. Hasil dialektika dimainkan. Grup BSBI lebih banyak memainkan antara keahlian dalam mencipta lirik lagu dengan lirik yang bertema alam. Karena menurut Asrani kondisi yang dihadapi menginspirasi untuk (wawancara, 18 Juni 2014), hal itu dilakukan mengkonstruksi gagasan dalam bentuk lirik lagu untuk menyesuaikan dengan keadaan atau acara. tingkilan. Ini dapat dipahami sebagai sebuah Buah Bolok sesungguhnya merupakan lagu tindakan (action) dari sang seniman dalam lama, namun lirik lagu buah bolok versi kedua beriteraksi dengan konteks sosial yang dihadapi. ini kelihatannya adalah karya baru di abad ke- Menurut Teun A. van Dijk (dalam Eriyanto, 2011:

118 Nilai Keagamaan dalam Lirik Lagu Tingkilan Muhammad Sadli Mustafa

8 - 10) bahwa tindakan (action) dan konteks dafTar PusTaKa merupakan bagian dari prinsip analisis wacana Al-Qur’an al-Karim kritis. Jadi, Pesan-pesan yang terkandung dalam lirik lagu tingkilan dapat dipahami sebagai kritik Abu Muslim. 2013. “Artikulasi Religi Sajak-sajak sang seniman terhadap fakta atau konteks sosial Basudara di Maluku”. Jurnal Al-Qalam. yang terjadi di sekitarnya sebagai sebuah upaya Volume 19 Nomor 2. untuk menggugah kesadaran masyarakat dalam Aji Qamara Hakim. 2011. Tingkilan (Alunan yang beragama dan dalam berinteraksi dengan sesama Mengarungi Abad). Samarinda: Nuansa manusia dan alam. Harmoni. Pesan-pesan yang disampaikan dalam bentuk Asrani. 2014. Daftar Lagu-lagu Tingkilan. Koleksi lirik lagu tingkilan bertema religi yang ditemukan pribadi, tidak diterbitkan. merupakan kritik sekaligus nasihat bagi kaum Bidang Kesenian. 1982. Cetak Ulang Kumpulan muslimin untuk menggugah kesadaran mereka Naskah Kesenian 1976. Samarinda: Kantor akan pentingnya menjaga iman dan taqwa atau Wilayah Departemen Pendidikan dan hablunminallah (hubungan dengan Allah), hablun Kebudayaan Provinsi Kalimantan Timur. minannas (hubungan dengan sesama manusia), dan hablun minal alam (hubungan dengan alam Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi sekitar). Namun, yang paling utama dari semua Kalimantan Timur. 2014. Data Seni dan pesan yang disampaikan dalam lirik lagu tingkilan Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang ditemukan tersebut adalah pentingnya Provinsi Kalimantan Timur, tidak diterbitkan. bersyukur atas nikmat Tuhan, giat belajar al- Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Qur’an, serta bersikap sederhana dan tidak Provinsi Sulawesi Selatan. 2012. Mozaik berlebih-lebihan khususnya dalam hal makan dan Kepurbakalaan Sulawesi Selatan. Makassar: minum. Culture and Tourism Office of South Sulawesi.

PenuTuP Djumri Obeng. 1980. Tingkilan dan Tarsulan Kesimpulan Suku Kutai. Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Seni musik tingkilan merupakan media bagi Sastra Indonesia dan Daerah. seniman untuk menyampaikan pesan-pesan. Dwi Hariyanto dkk. 2009. Tingkilan di Pesan yang disampaikan dalam bentuk lirik lagu Kalimantan Timur dalam Dinamika Zaman. tersebut ternyata mengandung nilai keagamaan. Laporan Hasil Penelitian. Samarinda: Kantor Nilai keagamaan yang terkandung dalam lirik Bahasa Provinsi Kalimantan Timur. lagu tingkilan yang ditemukan antara lain syukur Eriyanto. 2011. Analisis Wacana (Pengantar nikmat, belajar al-Qur’an dan makan minum Analisis Teks Media). Yogyakarta: LKiS. sesuai dengan ajaran Islam. Fl. Sudiran. 2006. “A Brief Study on The Rekomendasi Musical Performance of Tingkilan from East Kepada para seniman tingkilan, perlu Kalimantan”. Jurnal Humaniora. Volume 18 dibudayakan untuk lebih banyak mendendangkan Nomor 1. lirik-lirik yang bernilai keagamaan di setiap pementasannya di antaranya seperti lirik-lirik yang ditemukan sebagai upaya untuk membangun kesadaran beragama masyarakat.

119 Analisa Journal of Social Science and Religion Volume 22 No. 01 June 2015 halaman 109-120

Sjahbandi dkk. 1995/1996. Wujud Arti dan UPTD Taman Budaya Provinsi Kalimantan Timur. Fungsi Puncak-puncak Kebudayaan Lama t.th. “Sekilas Kebudayaan Kalimantan dan Asli di Kalimantan Timur. Samarinda: Timur”. Makalah, tidak diterbitkan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Zularfi dkk. 1999/2000. Buku Panduan Museum Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Negeri Propinsi Kalimantan Timur Nilai-nilai Budaya Kalimantan Timur. “Mulawarman”. Samarinda: Bagian Proyek Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pembinaan Permuseuman Kalimantan Timur. (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R & http://www.kemendagri.go.id/pages/profil- D). Bandung: Alfabeta. daerah/provinsi/detail/64/kaliman tan- timur. Di-download, 22 Mei 2014.

120