Masyarakat Kesenian Di Indonesia

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Masyarakat Kesenian Di Indonesia MASYARAKAT KESENIAN DI INDONESIA Muhammad Takari Frida Deliana Harahap Fadlin Torang Naiborhu Arifni Netriroza Heristina Dewi Penerbit: Studia Kultura, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara 2008 1 Cetakan pertama, Juni 2008 MASYARAKAT KESENIAN DI INDONESIA Oleh: Muhammad Takari, Frida Deliana, Fadlin, Torang Naiborhu, Arifni Netriroza, dan Heristina Dewi Hak cipta dilindungi undang-undang All right reserved Dilarang memperbanyak buku ini Sebahagian atau seluruhnya Dalam bentuk apapun juga Tanpa izin tertulis dari penerbit Penerbit: Studia Kultura, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara ISSN1412-8586 Dicetak di Medan, Indonesia 2 KATA PENGANTAR Terlebih dahulu kami tim penulis buku Masyarakat Kesenian di Indonesia, mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkah dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan buku ini pada tahun 2008. Adapun cita-cita menulis buku ini, telah lama kami canangkan, sekitar tahun 2005 yang lalu. Namun karena sulitnya mengumpulkan materi-materi yang akan diajangkau, yakni begitu ekstensif dan luasnya bahan yang mesti dicapai, juga materi yang dikaji di bidang kesenian meliputi seni-seni: musik, tari, teater baik yang tradisional. Sementara latar belakang keilmuan kami pun, baik di strata satu dan dua, umumnya adalah terkonsentasi di bidang etnomusikologi dan kajian seni pertunjukan yang juga dengan minat utama musik etnik. Hanya seorang saja yang berlatar belakang akademik antropologi tari. Selain itu, tim kami ini ada dua orang yang berlatar belakang pendidikan strata dua antropologi dan sosiologi. Oleh karenanya latar belakang keilmuan ini, sangat mewarnai apa yang kami tulis dalam buku ini. Adapun materi dalam buku ini memuat tentang konsep apa itu masyarakat, kesenian, dan Indonesia—serta terminologi-terminologi yang berkaitan dengannya seperti: kebudayaan, pranata sosial, dan kelompok sosial. Latar belakang teori dan metode kami dapatkan dari berbagai disiplin ilmu kemanusiaan dan sosial. Teori-teori yang dimuat di buku ini adalah teori yang paling lazim digunakan dalam mengkaji kesenian, seperti: semiotika, fungsionalisme, strukturalisme, sejarah, difusi, monogenesis, poligenesis, adaptasi, dan lain-lain. Sementara metode yang kami kaji terutama adalah metode kualitatif, sebagai metode yang paling lazim digunakan dalam mengkaji kesenian. Kemudian kajian dilanjutkan kepada analisis umum terhadap kesenian (musik, tari, dan teater) suku bangsa atau etnik dari mulai Aceh, Sumatera Utara, Minangkabau, Kalmantan, Sunda, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Dunia Melayu. Tentu saja kajian ini baru dalam tahap awal, belum ke tahap pendalaman. Ke depan kami ingin menyempurnakan kajian kesenian Indonesia ini lebih dalam lagi. Semoga saja buku ini dapat bermanfaat kepada para pembaca, khsususnya mahasiswa di Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, dan iii berbagai perguruan tinggi di Indonesia lainnya. Tentu saja buku ini bagaikan tak ada gading yang tak retak. Untuk itu kami mohon kritik dan saran untuk menyempurnakan buku ini di masa-masa yang akan datang. Medan, Juni 2008 Wassalam, Tim Penulis Takari, Frida, Fadlin, Torang, Arifni, dan Heristina iv DAFTAR ISI Konsep tentang Masyarakat, Kesenian, dan Indonesia ............................................. 1 Konsep Kebudayaan Nasional Indonesia ................................................................. 24 Berbagai Teori dan Metode Saintifik dalam Mengkaji Kesenian ............................. 35 Gambaran Umum Suku-suku Bangsa di Indonesia. Dalam Konteks Ras dan Wilayah Budaya Austronesia .......................................... 66 Masyarakat dan Kesenian Nanggroe Aceh Darussalam .......................................... 84 Masyarakat dan Kesenian Sumatera Utara ............................................................. 93 Masyarakat dan Kesenian Minangkabau ................................................................ 130 Masyarakat dan Kesenian Kalimantan .................................................................... 140 Masyarakat dan Kesenian Sunda ........................................................................... 167 Masyarakat dan Kesenian Jawa ............................................................................ 174 Masyarakat dan Kesenian Bali dan Nusa Tenggara ............................................... 192 Masyarakat dan Kesenian Sulawesi ........................................................................ 208 v Bab I: Konsep tentang Masyarakat, Kesenian, dan Indonesia BAB I KONSEP TENTANG MASYARAKAT, KESENIAN, DAN INDONESIA 1.1 Pengantar Pada masa sekarang ini, dengan mudah kita masyarakat Indonesia menonton pertunjukan-pertunjukan di televisi seperti: ketoprak, wayang kulit, wayang wong, wayang golek, gondang sabangunan, gerenek Melayu, keroncong, musik populer, sinetron, film televisi, dan tak lupa kesenian untuk iklan yang menopang hidupnya media massa televisi, dan lain-lainnya. Begitu juga di sekitar kita sering dipertunjukkan berbagai tontonan seperti layar tancap, komedi putar, berbagai hiburan di plaza-plaza, pasar malam, bahkan topeng monyet, dan lain-lainnya. Pada umumnya rumah-rumah penduduk di Indonesia juga pada ruang utama dan ruang lainnya digantungi lukisan- lukisan yang relatif murah sampai jutaan rupiah harganya. Kadang kita tak menyadari bahwa kegiatan-kegiatan ini menceminkan sejauh mana peringkat peradaban dan jati diri kita. Seperti sama-sama diketahui bahwa Indonesia adalah sebuah negara bangsa, yang kaya akan warisan seni budaya, dan dapat mendukung sektor pariwisata. Kegiatan seni ini, dalam sejarah bangsa Indonesia, memliki berbagai fungsi sosial, temasuk fungsi ekonomis dan kultural. Untuk itu mari kita lihat konsep mengenai apa itu (a) masyarakat, (b) kesenian, dan (c) Indonesia, sebagai tiga kata kunci dalam kajian pada buku ini. Sementara konsep kesenian akan diperluas kepada kebudayaan, wujud kebudayaan, isi kebudayaan, seni musik, lagu, seni tari, seni teater, dan lainnya. 1.2 Masyarakat dan Kesatuan Hidup Manusia Masyarakat adalah sekumpulan manusia, yang dalam kehidupannya melakukan kerjasama secara kolektif, karena saling ketergantungan sosial di antara mereka. Dalam kenyataan di dunia ini, kehidupan kolektif tidak hanya terjadi dalam kelompok manusia saja, tetapi juga banyak jenis makhluk lain bersama individu-individu sejenisnya hidup dalam bentuk gabungan. Melalui ilmu mikrobiologi para ilmuwan dapat mengetahui bahwa protozoa hidup bersama makhluk sel sejenis dalam suatu kolektif dengan ribuan sel. Masing-masing merupakan individu yang berdiri sendiri. Dalam kolektif-kolektif protozoa seperti jenis Hydractinia, terjadi pembagian kerja antara subkolektifnya. Ada subkolektif yang terdiri dari ratusan sel yang fungsinya mencari makan bagi seluruh kolektif lain. Subkolektif lain yang fungsinya mereproduksi jenis dengan cara membelah diri. Kemudian subkolektif lain memiliki fungsi meneliti keadaan lingkungan melalui kemampuannya membedakan suhu yang terlalu tinggi atau rendah, untuk mendeteksi adanya bahan yang dapat dimakan. Selain itu memindai lingkungan yang cocok untuk reproduksi dan lain-lain (Huxley 1912:125). 1 Masyarakat Kesenian di Indonesia Banyak jenis serangga, seperti semut, lebah, belalang, dan lain-lain hidup secara kolektif atau berkelompok. Dalam kehidupan kolektif serangga ini kita dapat mengamati terjadinya pembagian kerja yang luas antara berbagai sub-kolektif individu. Ada beberapa jenis semut yang menurut para ahli terbagi ke dalam 16 subkolektif dengan fungsinya masing-masing. Ada yang hanya bertugas dalam fungsi reproduksi dengan bertelur, mencari makan, membersihkan sarang, mempertahanan sarangnya, dan sebagainya. Selain makhluk sel dan serangga, juga banyak jenis binatang yang kelasnya lebih tinggi, seperti ikan, burung, serigala, banteng, dan makhluk-makhluk primat,1 hidup sebagai kesatuan kolektif (Haskins 1939:50-120). Dengan mempelajari kolektif binatang seperti itu, kita dapat mengabstraksikan beberapa ciri yang dapat kita anggap ciri khas kehidupan kolektif; yaitu: (1) pembagian kerja yang tetap antara berbagai subkesatuan atau golongan individu dalam kolektifnya untuk melaksanakan berbagai fungsi kehidupan; (2) ketergantungan individu terhadap individu lain dalam kolektifnya sebagai akibat dari pembagian kerja; (3) kerjasama antarindividu yang disebabkan sifat keter- gantungan; (4) komunikasi antara individu yang diperlukan untuk melaksanakan kerjasama; (5) berlakunya diskriminasi antara individu-individu sebuah kolektif dan individu-individu dari luarnya (Wheeler 319-321). Pentingnya asas-asas pergaulan antara makhluk dalam kehidupan alam. Filosof Spencer menyatakan bahwa asas egoisme atau asas "mendahulukan kepentingan diri sendiri di atas kepentingan yang lain." Mutlak diperlukan oleh makhluk untuk dapat bertahan dalam alam yang kejam. Sikap egois dapat membuat makhluk menjadi kuat. Sehingga ia cocok dengan alam untuk dapat bertahan dan hidup langsung. Di sisi lain, terdapat bebapa filosof yang menunjukkan bahwa lawan asas egoisme, yaitu altruisme, "hidup berbakti untuk kepentingan lain,” dapat membuat makhluk tersebut menjadi kuat, sehingga dapat bertahan pada proses seleksi alam yang kejam. Dapat mengerti bahwa asas altruisme begitu berarti bagi makhluk-makhluk yang hidup secara kolektif. Disebabkan altruisme yang kuat, maka jenis makhluk kolektif mampu mengembangkan hubungan saling membantu serta bekerjasama, sehingga kolektifnya menjadi begitu kuat. Sesuai untuk bertahan dan hidup di alam yang kejam. Misalnya, pada semut ada individu-individu untuk mencari makan,
Recommended publications
  • This Keyword List Contains Indian Ocean Place Names of Coral Reefs, Islands, Bays and Other Geographic Features in a Hierarchical Structure
    CoRIS Place Keyword Thesaurus by Ocean - 8/9/2016 Indian Ocean This keyword list contains Indian Ocean place names of coral reefs, islands, bays and other geographic features in a hierarchical structure. For example, the first name on the list - Bird Islet - is part of the Addu Atoll, which is in the Indian Ocean. The leading label - OCEAN BASIN - indicates this list is organized according to ocean, sea, and geographic names rather than country place names. The list is sorted alphabetically. The same names are available from “Place Keywords by Country/Territory - Indian Ocean” but sorted by country and territory name. Each place name is followed by a unique identifier enclosed in parentheses. The identifier is made up of the latitude and longitude in whole degrees of the place location, followed by a four digit number. The number is used to uniquely identify multiple places that are located at the same latitude and longitude. For example, the first place name “Bird Islet” has a unique identifier of “00S073E0013”. From that we see that Bird Islet is located at 00 degrees south (S) and 073 degrees east (E). It is place number 0013 at that latitude and longitude. (Note: some long lines wrapped, placing the unique identifier on the following line.) This is a reformatted version of a list that was obtained from ReefBase. OCEAN BASIN > Indian Ocean OCEAN BASIN > Indian Ocean > Addu Atoll > Bird Islet (00S073E0013) OCEAN BASIN > Indian Ocean > Addu Atoll > Bushy Islet (00S073E0014) OCEAN BASIN > Indian Ocean > Addu Atoll > Fedu Island (00S073E0008)
    [Show full text]
  • Analysis on Symbolism of Malang Mask Dance in Javanese Culture
    ANALYSIS ON SYMBOLISM OF MALANG MASK DANCE IN JAVANESE CULTURE Dwi Malinda (Corresponing Author) Departement of Language and Letters, Kanjuruhan University of Malang Jl. S Supriyadi 48 Malang, East Java, Indonesia Phone: (+62) 813 365 182 51 E-mail: [email protected] Sujito Departement of Language and Letters, Kanjuruhan University of Malang Jl. S Supriyadi 48 Malang, East Java, Indonesia Phone: (+62) 817 965 77 89 E-mail: [email protected] Maria Cholifa English Educational Department, Kanjuruhan University of Malang Jl. S Supriyadi 48 Malang, East Java, Indonesia Phone: (+62) 813 345 040 04 E-mail: [email protected] ABSTRACT Malang Mask dance is an example of traditions in Java specially in Malang. It is interesting even to participate. This study has two significances for readers and students of language and literature faculty. Theoretically, the result of the study will give description about the meaning of symbols used in Malang Mask dance and useful information about cultural understanding, especially in Javanese culture. Key Terms: Study, Symbol, Term, Javanese, Malang Mask 82 In our every day life, we make a contact with culture. According to Soekanto (1990:188), culture is complex which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society. Culture are formed based on the local society and become a custom and tradition in the future. Culture is always related to language. This research is conducted in order to answer the following questions: What are the symbols of Malang Mask dance? What are meannings of those symbolism of Malang Mask dance? What causes of those symbolism used? What functions of those symbolism? REVIEW OF RELATED LITERATURE Language Language is defined as a means of communication in social life.
    [Show full text]
  • Cross-Gender Attempts by Indonesian Female Impersonator Dancer Didik Nini Thowok
    Cross-Gender Attempts by Indonesian Female Impersonator Dancer Didik Nini Thowok Madoka Fukuoka Graduate School of Human Sciences, Osaka University, Japan [email protected] ABSTRACT This article examines the creative stages of Didik Nini Thowok (1954‒), a female impersonator and cross-gender dancer based in Java, Indonesia. In addition, it discusses his endeavours of crossing gender boundaries by focusing on his use of costumes and masks, and analysing two significant works: Dwimuka Jepindo as an example of comedic cross-gender expression and Dewi Sarak Jodag as an example of serious cross-gender expression. The findings indicate three overall approaches to crossing gender boundaries: (1) surpassing femininity naturally expressed by female dancers; (2) mastering and presenting female characters by female impersonators and cross-gender dancers; and (3) breaking down the framework of gender itself. Keywords: Didik Nini Thowok, cross-gender, dance, Java, Indonesia © Penerbit Universiti Sains Malaysia, 2014 58 Wacana Seni Journal of Arts Discourse. Jil./Vol.13. 2014 INTRODUCTION This article examines the creative stages of Didik Nini Thowok (1954‒), a female impersonator and cross-gender dancer based in Java, Indonesia.1 In addition, it discusses his endeavours of crossing gender boundaries by focusing on the human body's role and Didik's concept of cross-gender dance, which he has advocated since his intensive study of the subject in 2000. For the female impersonator dancer, the term "cross-gender" represents males who primarily perform female roles and explore the expression of stereotypical femininity. Through his artistic activity and unique approach, Didik has continued to express various types of femininity to deviate from stereotypical gender imagery.
    [Show full text]
  • Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa Utara Nomor 01 Tahun 2013
    PERATURAN DAERAH KABUPATEN MINAHASA UTARA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MINAHASA UTARA TAHUN 2013-2033 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MINAHASA UTARA, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Minahasa Utara dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan memelihara ketahanan nasional, perlu disusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah dan masyarakat, maka Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa Utara merupakan arahan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi pembangunan yang akan dilaksanakan pemerintah, masyarakat dan dunia usaha; c. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka perlu penjabaran ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; dan d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c perlu menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa Utara dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perubahan kedua; 2. Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Minahasa Utara di Provinsi Sulawesi Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 148, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4343); 3. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4.
    [Show full text]
  • ICTROPS Balikpapan, 26-27 Agustus 2018 "Towards Sustainable Tropical Marine: a Holistic Approach for Welfare Development of Indonesia"
    0 Proceeding 2nd ICTROPS Balikpapan, 26-27 Agustus 2018 "Towards Sustainable Tropical Marine: A Holistic Approach for Welfare Development of Indonesia" Ditulis oleh: Tim Penulis 2nd ICTROPS Diterbitkan oleh: Mulawarman University Press i Proceeding 2nd ICTROPS Penulis : Tim Penulis 2nd ICTROPS Director : Dr. Sc. Mustaid Yusuf, M.Sc Chairman : Dr. Dewi Embong Bulan, S.Kel., M.P Co-Chairman : Dr. Jusmaldi, S.Si., M.Si Secretary : Dr. Muhammad Syahrir R., S.Pi., M.Si Co-Secretary : Zhafira Kurnia Fitri, S.IP Treasurer : Dr. Nova Hariani, S.Si., M.Si Comittee : Honorary Board Prof. Dr. H. Masjaya, M.Si (Rector, Mulawarman Unversity) Prof. Dr. Ir. Mustofa Agung Sardjono Dr. Bohari Yusuf, M.Si Prof. Dr. Enos Tangke Arung, S.Hut Dr. Zeni Haryanto, M.Pd Dr. Anton Rahmadi, M.Sc Reviewer Prof. Dr. Enos Tangke Arung, S.Hut Dr. Rudy Agung Nugroho, S.Si., M.Si Dr. Ritbey Ruga, S.Si., M.P Dr. Sc. Mustaid Yusuf, M.Sc Dr. Dewi Embong Bulan, S.Kel., M.P Dr. Anton Rahmadi, M.Sc Editor dan tata letak : Fahrizal Adnan Desain sampul : Agung Yusuf, S.Sos ISBN : 978-602-6834-00-6 © 2019. Mulawarman University Press Penerbit HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG . Dilarang keras menerjemahkan, menyalin, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari pemegang hak cipta. ii Prakata Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga Buku Proceeding 2nd ICTROPS tahun 2018 telah dapat diselesaikan. Buku ini sebagai produk keluaran dari kegiatan 2nd ICTROPS yang telah dilaksanakan pada 26-27 Agustus 2018. Terimakasih disampaikan kepada Prof Dr.
    [Show full text]
  • From the Jungles of Sumatra and the Beaches of Bali to the Surf Breaks of Lombok, Sumba and Sumbawa, Discover the Best of Indonesia
    INDONESIAThe Insiders' Guide From the jungles of Sumatra and the beaches of Bali to the surf breaks of Lombok, Sumba and Sumbawa, discover the best of Indonesia. Welcome! Whether you’re searching for secluded surf breaks, mountainous terrain and rainforest hikes, or looking for a cultural surprise, you’ve come to the right place. Indonesia has more than 18,000 islands to discover, more than 250 religions (only six of which are recognised), thousands of adventure activities, as well as fantastic food. Skip the luxury, packaged tours and make your own way around Indonesia with our Insider’s tips. & Overview Contents MALAYSIA KALIMANTAN SULAWESI Kalimantan Sumatra & SUMATRA WEST PAPUA Jakarta Komodo JAVA Bali Lombok Flores EAST TIMOR West Papua West Contents Overview 2 West Papua 23 10 Unique Experiences A Nomad's Story 27 in Indonesia 3 Central Indonesia Where to Stay 5 Java and Central Indonesia 31 Getting Around 7 Java 32 & Java Indonesian Food 9 Bali 34 Cultural Etiquette 1 1 Nusa & Gili Islands 36 Sustainable Travel 13 Lombok 38 Safety and Scams 15 Sulawesi 40 Visa and Vaccinations 17 Flores and Komodo 42 Insurance Tips Sumatra and Kalimantan 18 Essential Insurance Tips 44 Sumatra 19 Our Contributors & Other Guides 47 Kalimantan 21 Need an Insurance Quote? 48 Cover image: Stocksy/Marko Milovanović Stocksy/Marko image: Cover 2 Take a jungle trek in 10 Unique Experiences Gunung Leuser National in Indonesia Park, Sumatra Go to page 20 iStock/rosieyoung27 iStock/South_agency & Overview Contents Kalimantan Sumatra & Hike to the top of Mt.
    [Show full text]
  • POTENTIALS and INVESTMENT OPPORTUNITIES GOVERNOR VICE GOVERNOR OLLY DONDOKAMBEY, SE Drs
    GOVERNMENT OF NORTH SULAWESI PROVINCE POTENTIALS AND INVESTMENT OPPORTUNITIES GOVERNOR VICE GOVERNOR OLLY DONDOKAMBEY, SE Drs. S. O. KANDOW NORTH SULAWESI IN THE WORLD MAP GENERAL INFORMATION 1. Geography The Province of North Sulawesi is located in Northern Peninsula of Sulawesi Island, and constitutes one of the three (3) Provinces in Indonesia which located in Northern part of Khatulistiwa Line (equator line), Two other Provinces are; South Sulawesi Province and Aceh Province. On the geographical position perspective, North Sulawesi Province is located between 0.300 – 4.300 North Latitude and 1210-1270 East Longitude. Barang ALKI I ALKI II ALKI III 2. Territory Length and Division 15,272.44 km2 area is spacious, has 4 cities and 11 regancies. Most of the land area consists of mountains, hills and valleys. Height from sea level is varied 0 - > 1,000 meters. Barang Bukit Doa, Tomohon 3. Climate North Sulawesi is a tropical area that is affected by the wind muzon. In November to April the West wind blows that brought rain on the north coast , while in May to October there is a change of dry southerly winds. The average rainfall ranges from 2000-3000 mm per year, and the number of rainy days between 90-139 days. Temperatures range from 20 0C - 32 0C. Barang Mount Lokon , Tomohon Pulau Bunaken 4. Demography Total population of 2.54725 million people, scattered in the regancy/city as follows : REGANCIES/CITIES POPULATION KOTA MANADO 484.744 KOTA BITUNG 223.980 KOTA TOMOHON 97.775 KOTA KOTAMOBAGU 123.623 KAB. MINAHASA UTARA 222.062 KAB.
    [Show full text]
  • Performance in Bali
    Performance in Bali Performance in Bali brings to the attention of students and practitioners in the twenty-first century a dynamic performance tradition that has fasci- nated observers for generations. Leon Rubin and I Nyoman Sedana, both international theatre professionals as well as scholars, collaborate to give an understanding of performance culture in Bali from inside and out. The book describes four specific forms of contemporary performance that are unique to Bali: • Wayang shadow-puppet theatre • Sanghyang ritual trance performance • Gambuh classical dance-drama • the virtuoso art of Topeng masked theatre. The book is a guide to current practice, with detailed analyses of recent theatrical performances looking at all aspects of performance, production and reception. There is a focus on the examination and description of the actual techniques used in the training of performers, and how some of these techniques can be applied to Western training in drama and dance. The book also explores the relationship between improvisation and rigid dramatic structure, and the changing relationships between contemporary approaches to performance and traditional heritage. These culturally unique and beautiful theatrical events are contextualised within religious, intel- lectual and social backgrounds to give unparalleled insight into the mind and world of the Balinese performer. Leon Rubin is Director of East 15 Acting School, University of Essex. I Nyoman Sedana is Professor at the Indonesian Arts Institute (ISI) in Bali, Indonesia. Contents List
    [Show full text]
  • Tentative Lists Submitted by States Parties As of 15 April 2021, in Conformity with the Operational Guidelines
    World Heritage 44 COM WHC/21/44.COM/8A Paris, 4 June 2021 Original: English UNITED NATIONS EDUCATIONAL, SCIENTIFIC AND CULTURAL ORGANIZATION CONVENTION CONCERNING THE PROTECTION OF THE WORLD CULTURAL AND NATURAL HERITAGE WORLD HERITAGE COMMITTEE Extended forty-fourth session Fuzhou (China) / Online meeting 16 – 31 July 2021 Item 8 of the Provisional Agenda: Establishment of the World Heritage List and of the List of World Heritage in Danger 8A. Tentative Lists submitted by States Parties as of 15 April 2021, in conformity with the Operational Guidelines SUMMARY This document presents the Tentative Lists of all States Parties submitted in conformity with the Operational Guidelines as of 15 April 2021. • Annex 1 presents a full list of States Parties indicating the date of the most recent Tentative List submission. • Annex 2 presents new Tentative Lists (or additions to Tentative Lists) submitted by States Parties since 16 April 2019. • Annex 3 presents a list of all sites included in the Tentative Lists of the States Parties to the Convention, in alphabetical order. Draft Decision: 44 COM 8A, see point II I. EXAMINATION OF TENTATIVE LISTS 1. The World Heritage Convention provides that each State Party to the Convention shall submit to the World Heritage Committee an inventory of the cultural and natural sites situated within its territory, which it considers suitable for inscription on the World Heritage List, and which it intends to nominate during the following five to ten years. Over the years, the Committee has repeatedly confirmed the importance of these Lists, also known as Tentative Lists, for planning purposes, comparative analyses of nominations and for facilitating the undertaking of global and thematic studies.
    [Show full text]
  • Glossary.Herbst.Bali.1928.Kebyar
    Bali 1928 – Volume I – Gamelan Gong Kebyar Music from Belaluan, Pangkung, Busungbiu by Edward Herbst Glossary of Balinese Musical Terms Glossary angklung Four–tone gamelan most often associated with cremation rituals but also used for a wide range of ceremonies and to accompany dance. angsel Instrumental and dance phrasing break; climax, cadence. arja Dance opera dating from the turn of the 20th century and growing out of a combination of gambuh dance–drama and pupuh (sekar alit; tembang macapat) songs; accompanied by gamelan gaguntangan with suling ‘bamboo flute’, bamboo guntang in place of gong or kempur, and small kendang ‘drums’. babarongan Gamelan associated with barong dance–drama and Calonarang; close relative of palégongan. bapang Gong cycle or meter with 8 or 16 beats per gong (or kempur) phrased (G).P.t.P.G baris Martial dance performed by groups of men in ritual contexts; developed into a narrative dance–drama (baris melampahan) in the early 20th century and a solo tari lepas performed by boys or young men during the same period. barungan gdé Literally ‘large set of instruments’, but in fact referring to the expanded number of gangsa keys and réyong replacing trompong in gamelan gong kuna and kebyar. batél Cycle or meter with two ketukan beats (the most basic pulse) for each kempur or gong; the shortest of all phrase units. bilah Bronze, iron or bamboo key of a gamelan instrument. byar Root of ‘kebyar’; onomatopoetic term meaning krébék, both ‘thunderclap’ and ‘flash of lightning’ in Balinese, or kilat (Indonesian for ‘lightning’); also a sonority created by full gamelan sounding on the same scale tone (with secondary tones from the réyong); See p.
    [Show full text]
  • Teater ‘Uraong Ulu WARGA MOTAC Hatinya Luke Lagih’ Oleh Kumpulan Kesenian Uraong Ulu (Keulu) Telah I Memenangi Tempat Ketiga Dalam Festival Teater Malaysia 2006
    3 FESTIVAL OF ASEAN CULTURAL EXPRESSIONS Festival Kesenian 2015 Orang Asli dan Peribumi Antarabangsa 2015 JKKN MENERAJUI HARI SUKAN NEGARA Teater ‘Uraong Ulu WARGA MOTAC Hatinya Luke Lagih’ Oleh Kumpulan Kesenian Uraong Ulu (Keulu) Telah i Memenangi Tempat Ketiga Dalam Festival Teater Malaysia 2006. Sudut Berita JKKN SEKILAS TINTA EDITOR YBhg. Datuk Norliza Rofli Ketua Pengarah YBrs. En. Mohamad Razy Mohd Nor Timbalan Ketua Pengarah (Sektor Dasar dan Perancangan) YBrs. Tn. Hj. Mesran Mohd Yusop Timbalan Ketua Pengarah (Sektor Kebudayaan dan Kesenian) Editor Assalamualaikum dan Salam 1Malaysia. Mohd Zin Mohd Sahid Penolong Editor Seni Budaya Malaysia semakin mengalami ketirisan. Membina masyarakat Zuriah Mohamad yang berbudaya dan berkeperibadian tinggi adalah menjadi tanggungjawab SIDANG EDITORIAL setiap rakyat Malaysia kerana setiap kita adalah pemimpin diperingkat sidang redaksi Penulis masing-masing. Peristiwa-peristiwa negatif yang pernah berlaku akibat • Mohd Zin Mohd Sahid kebiadaban segelintir rakyat yang tidak bertanggungjawab, seharusnya • Zuriah Mohamad • Muhammad Haqkam Hariri dijadikan iktibar agar tidak berulang dan menjadi gejala yang memusnahkan • Ismarizal Zulamran bangsa Malaysia. Kebiadaban tersebut seharusnya dibendung supaya ia • Muhammad Faizal Ruslee tidak menjadi gejala kepada masyarakat keseluruhannya. Hanya dengan • Siti Anisah Abdul Rahman • Fauziah Ahmad disiplin, kesedaran dan keimanan yang jitu pada setiap insan sahaja yang akan dapat mengatasinya. Pereka Grafik/Kreatif Bafti Hera Abu Bakar Sama-samalah kita menjadikan iktibar dan pengajaran bahawa salah Jurufoto Zaman Sulieman satu sebab kejatuhan kerajaan Melayu Melaka pada tahun 1511 ialah ‘angkara sikitul yang menjual maklumat kepada portugis’ ketika itu. Jika SIDANG REDAKSI kita sama-sama berpegang teguh kepada rukun negara dan disiplin • Unit Komunikasi Korporat diri, InshaAllah seni budaya Malaysia akan terus relevan selaras dengan • Bahagian Khidmat Pengurusan ungkapan ‘Tidak akan Melayu hilang di dunia’.
    [Show full text]
  • Risk and Policy in Indonesian Toll Road Development: from the Perception of Public and Private Sector Study Case of Pandaan – Malang & Manado - Bitung
    Risk and Policy in Indonesian Toll Road Development: from the Perception of Public and Private Sector Study Case of Pandaan – Malang & Manado - Bitung A Research Paper presented by: Fadil Arif Nadia (Indonesia) in partial fulfilment of the requirements for obtaining the degree of MASTER OF ARTS IN DEVELOPMENT STUDIES Major: Governance, Policy and Political Economy (GPPE) Specialization: (delete if not applicable) Public Policy and Management Members of the Examining Committee: Dr. Sunil Tankha (Supervisor) Dr. Joop de Wit (Reader) The Hague, The Netherlands December 2016 ii iii Contents List of Tables vi List of Figures vi List of Maps vi List of Appendices vi List of Acronyms vii Acknowledgements viii Abstract ix Chapter 1 Introduction 1 A. Backgrounds 1 B. Problem Statement 2 C. Objectives of the study 3 D. Research question 4 E. Methodology 4 F. Scope and Limitation 5 Chapter 2 Literature Review and Analytical Framework 7 A. Public Private Partnership 7 B. Risk 9 Concept of Risk 9 Risk Allocations 10 Risk in Toll Road 11 C. Government Guarantee 13 D. Institutions 14 Chapter 3 Toll Road Development in Indonesia 15 A. Toll Road in Indonesia 15 B. Toll Road Policy Reform in Indonesia 16 C. Toll Road Company (PT. Jasamarga) 18 Chapter 4 Government Guarantee of Toll Road in Indonesia 21 A. Government Guarantee in Indonesia 21 B. Mechanism and Implementation of Toll Road Government Guarantee 22 C. Stakeholders Mapping 25 Rules-in-use 26 The Action Arena 26 iv D. Case Study 31 4.2.1 Pandaan Malang 31 4.2.2 Manado Bitung 32 Chapter 5 Findings & Analysis 34 A.
    [Show full text]