p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan e-ISSN 2721-0154  Vol. 5, No. 1, Juli 2021

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM K.H. ABDUL HALIM SINTESIS FUNGSI TEOLOGIS DAN SOSIOLOGIS PENDIDIKAN ISLAM

Caswita

SDN Saguling Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya [email protected]

DOI : http://doi.org/10.37730/edutrained.v5i1.133 Diterima: 4 April 2021 | Disetujui: 24 Juni 2021 | Dipublikasikan: 6 Juli 2021

Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi akan pentingnya asepk moralitas/akhlakul karimah dan skill/keterampilan kerja bagi lulusan pendidikan Islam. Salah satu pemikir tokoh pendidikan Islam yaitu K.H Abdul Halim yang mencoba melakukan sintesis fungsi pendidikan Islan antara teologis dengan sosilogis. Tujuan Penelitian ini untuk menggali pemikiran tokoh pendidikan Islam K.H Abdul Halim bagaimana sebaiknya pendidikan Islam terjadi sintesis antara fungsi teologis dengan fungsi sosiologis. Metode penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Dalam penelitian pustaka dilakukan dengan cara menuliskan mengklarifikasi, mereduksi, dan menyajikan data dari berbagai sumber tertulis. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemikiran tokoh pendidikan Islam K,H Abdul Halim masih sangat relevan untuk diterapkan pada saat ini yaitu menghasilkan out put pendidikan yang berakhlakul karimah dan memiliki keterempilan kerja. Kata kunci: Pendidikan Islam K.H Abdul Halim, Sintesis fungsi teologis dan sosiologis.

Abstract This research is motivated by the importance of morality/akhlakul karimah and skills/work skills for graduates of Islamic education. One of the leading thinkers of Islamic education, K.H Abdul Halim, tried to synthesize the functions of Islamic education between theological and sociological ones. The purpose of this research is to explore the thoughts of Islamic education figure K.H Abdul Halim how should Islamic education occur a synthesis between theological and sociological functions. This research method is library research. In library research, it is done by writing, clarifying, reducing, and presenting data from various written sources. The results of the study show that the thoughts of Islamic education leaders K, H Abdul Halim are still very relevant to be applied at this time, namely producing educational outputs that have good morals and have work skills.

Keywords: Islamic Education, K.H Abdul Halim, Synthesis, theological function, sociological.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License

59

p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan  e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 1, Juli 2021

PENDAHULUAN para pemimpin, birokrat dan para Islam adalah ajaran yang menyeluruh professional. (As Syaibani, 1979:476) dan terpadu, yang mengatur seluruh Pendidikan Islam, juga harus bisa aspek kehidupan manusia baik dalam menghasilkan terbentuknya kepribadian unsur-unsur keduniawian, maupun yang umat berdasarkan nilai-nilai dan ukuran menyangkut keakheratan. Pendidikan Islam, tetapi pendidikan Islam tidak adalah hal yang tidak terpisahkan dari terlepas dari tujuan-tujuan yang bersifat ajaran Islam secara keseluruhan, yang operasional, sehingga dapat dirumuskan merupakan bagian terpadu dari aspek- tahap-tahap proses pendidikan Islam aspek ajaran Islam. Oleh karena itu mencapai tujuan-tujuan lebih jauh. sumber pendidikan Islam inhern dengan Di pemikiran pendidikan sumber ajaran Islam itu sendiri, yang Islam telah ada sejak zaman sebelum bersumber dari prinsip-prinsip Islam merdeka hingga sekarang. Hal ini dapat dan seluruh perangkat dilihat dari fenomena tumbuh kebudayaannya.(Azra, 1998:8). Islam kembangnya program dan praktek menempatkan pendidikan dalam posisi pendidikan Islam yang dilaksanakan di vital, terbukti dengan lima ayat pertama nusantara, baik yang berupa pondok yang diwahyukan kepada Nabi , madrasah, sekolah, tempat- Muhammad Saw, dalam Surat Al-alaq tempat ibadah dan lain sebagainya. Hal dimulai dengan perintah membaca. tersebut menunjukan adanya pemikiran (Rahim, 1995:146). tentang pengembangan pendidikan Usaha pendidikan adalah salah satu Islam. Berangkat dari semua itu para bentuk usaha masyarakat atau pemikir dan tokoh pendidikan Islam sekelompok manusia yang sadar akan telah berusaha memikirkan berbagai adanya hal-hal budaya yang harus persoalan pendidikan Islam agar tujuan dikembangkan atau harus ditransfer pendidikan Islam dapat dicapai secara pada generasi berikutnya. Dalam Islam utuh. sendiri pendidikan merupakan Diantara tokoh pendidikan Islam kewajiban dalam rangka menyampaikan Indonesia yang juga seorang ulama yang risalah ama'r “maruf nahi mun’kar. telah berusaha memikirkan pendidikan (Ismail,1995:146). Sehingga dalam Islam Islam dan menerapkannya, adalah K.H. segala aktivitas pendidikan dihargai Abdul Halim. sebagai ibadah. K.H. Abdul Halim adalah seorang Dalam masyarakat Islam pendidikan ulama dan tokoh pembaharuan tidak saja berfungsi teologis tetapi juga pendidikan Islam berasal dan Majalengka sosiologis, konsep aktualisasi dan Jawa barat yang cukup terkenal, praktek dari konsep tersebut, akan mempunyai pemikiran pendidikan Islam menentukan jalannya sejarah umat Islam yang integritas yakni mementingkan ditengah kehidupan manusia. Dari kedua pendidikan fungsi teologis dan fugsi pendidikan tersebut akan sosiologis. Pemikiran beliau dituangkan menentukan tujuan pendidikan Islam dalam sebuah lembaga pendidikan Islam yaitu tercapainya tujuan yang ideal yakni yaitu Santi Asromo yang didirikan pada terbentuknya manusia yang beriman dan tahun 1932. Sampai pada akhirnya Santi bertakwa sekaligus dapat berperan Asromo berorientasi pada sekolah ditengah masyarakat. agama. Namun demikian K.H. Abdul Pendidikan Islam seharusnya Halim telah berusaha memikirkan difungsikan untuk membimbing generasi permasalahan pendidikan Islam agar muda muslim dalam konteks mencapai tujuan yang ideal untuk dunia pengembangan keinginan dan bakat dan akherat. Selain itu pemikiran mereka, disamping diarahkan sebagai pendidikan Islam beliau juga dituangkan bentuk suasana yang sesuai bagi dalam beberapa organisasi diantaranya kemajuan umat tertentu, untuk Hayatul Qulub, Jamiat I’anatul Muta memenuhi tersedianya para ahli pikir, ’allimin, Persyerikatan Ulama (PU), 60

p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan  e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 1, Juli 2021

Persatuan Umat Islam (PUI), dengan Perenial Essensialis salafi, Kontekstualis mendirikan berbagai sekolah dan Falsifikatif dan Rekonstruksi Sosial. madrasah, yang berada dibawah Perenial Esensialis Salafi lebih naungan organisasi PUI. Pemikiran K.H. menonjolkan wawasan kependidikan Abdul Halim juga dituangkan dalam Islam era salaf, sehingga berfungsi bentuk tulisan untuk disosialisasikan sebagai upaya melestarikan dan kepada seluruh anggota PUI dan mempertahankan nilai-nilai (illahiyah masyarakat pada umumnya. dan insaniyah), tradisi dan kebiasaan era salaf (era kenabian dan sahabat), karena mereka dipandang sebagai masyarakat KAJIAN PUSTAKA ideal. Perenial Essensialis Madzhabi, lebih menonjolkan wawasan Dalam pemikiran pendidikan Islam, kependidikan Islam yang tradisionalis Hasan Langgulung menyatakan. bahwa dan kecenderungan untuk mengikuti sumber-sumber pendidikan Islam adalah pemahaman atau doktrin suatu al-Qur’an dan al-Hadits, kata sahabat, mazdhab. Dalam pemikiran ini kemaslahatan sosial, nilai-nilai dan pendidikan Islam berfungsi untuk kebiasaan sosial serta pemikir-pemikir mempertahankan serta mengembangkan Islam, pendapat ini hampir sama dengan pemikiran terdahulu dan kurang berani yang dinyatakan al-Syabani. mengubah materinya. Modernis lebih (Langgulung, 180:187) menonjolkan wawasan kependidikan Hasan Langgulung dan al-Syaibani Islam yang bebas, modifikatif, progressif mempunyai pendapat bahwa pendidikan dan dinamis dalam menghadapi dan Islam tidak hanya regresif dan merespon tuntutan zaman. konservatif terhadap pemikir Perenial essensialis kontekstualis terdahulunya, tetapi juga harus falsifikatif mengambil jalan tengah. melakukan kontekstualisasi dan antara mengambil masa lalu dengan verifikasi dengan tuntutan lingkungan melakukan kontekstualisasi dan dan kebutuhan zaman. Selain itu mengembangkan dengan tuntutan diperlukan kajian kritis terhadap zaman serta perubahan sosial. pemikiran non-muslim untuk tidak Rekonstruksi sosial lebih mengutamakan terjebak terhadap filsafat yang tidak sikap proaktif dan antisifatif sehingga islami. (Muhaimin,, 2003:45). Sedangkan tugas pendidikan adalah agar fungsi menurut Muhammad Quthb, Sumber pendidikan Islam sebagai upaya pendidikan Islam hanya al-qur’an dan as- menumbuhkan kreatifitas peserta didik, Sunnah. (Quthb, 184:14) memperkaya khazanah budaya manusia, Secara esensial ajaran Islam dan memperkaya nilai-nilai Ilahiyah dan nilai-nilai mendasar yang terkandung insaniyah serta menyiapkan tenaga kerja dalam al-Qur’an dan as-sunnah produktif. (Muhaimin, 2003:45) bercirikan universal dan abadi, hampir Al-Qur’an dan as-Sunnah meskipun dapat dipastikan bahwa setiap pemikir memuat nilai-nilai kebenaran yang muslim akan berkesimpulan yang sama universal dan abadi, namun tidak berarti jika menangkap intinya. Namun akan ada mencakup persoalan-persoalan yang perbedaan jika yang ditangkap adalah bersifat operasional (praktik empirik nilai-nilai instrumentalnya. Boleh jadi pendidikan). Sedangkan masalah- mereka mempunyai pemikiran yang masalah operasional lebih berbeda. Al-Qur’an dan as-Sunnah dikembangkan di dunia barat. Karena itu memberikan peluang untuk ditafsirkan tidak ada salahnya pemikiran pendidikan menurut konteks zaman, tempat dan Islam dibangun dari akumulasi berbagai keadaan. Dalam tataran ini akan pemikiran yang ada tanpa menimbulkan tipologi pemikiran yang mempermasalahkan datangnya dari berbeda, yaitu: Perenialis Essensialis, mana, yang penting penyusunnya Perenial Essensial Madzhabi, Modernis, menjiwai dan menyinari dengan sinar 61

p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan  e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 1, Juli 2021

syariat Islam, atau dengan islamisasi 1. Sumber Data terlebih dahulu. a. Sumber Primer Telah ada beberapa penelitian yang Sumber primer adalah menjadikan, K.H. Abdul Halim sebagai sumber-sumber yang objek benelitian, tentunya dari berbagai memberikan data langsung segi kajian, diantaranya: Disertasi dari tangan pertama atau asli Jalaludin berjudul, Santi Asromo dan K.H. baik berupa dokumen atau Abdul Halim (IAIN Syarif Hidayatullah peninggalan-peninggalan Jakarta, 1990). Penelitian ini membahas lain. Untuk penelitian ini gerakan pembaharuan yang dilakukan sumber primer yang oleh K.H.Abdul Halim, khususunya dalam digunakan adalah buku atau bidang pendidikan, yang dilakukakan tulisan karya K.H. Abdul dengan mendirikan lembaga pendidikan Halim, diantaranya adalah Santi Asromo. Kemudian Tesis, H. pertama, buku dengan judul: Dudung Ahmad Nur, dengan judul, Ketetapan di Sekolah Pemikiran K.H. Abdul Halim Pimpinan Ibtidaiyah (rendah), PUI Tentang Pendidikan, (IAI AlAqidah (Majalengka: Persjarikatan Jakarta 2002 ) xyalaupun judul Oelama Madjlis Pergoeroean, penelitian tersebut tentang pendidikan P.O.M.P 1934). Kedua, artikel namun pembahasannya tidak terfokus tulisan K.H. Abdul Halim, pada pendidikan, tetapi melebar dengan Ulama dan Hukama, dalam, membahas berbagai aktifitas dan As-Syuro, No. 1 Tahun v11, gerakan, K.H. Abdul Halim. Kemudian 1836. Skripsi Muhammad Musa Suriadinata, b. Sumber Sekunder beljudul K.H. Abdul Halim Sejarah dan Sumber data sekunder yaitu Pergerakannya (IAIN Syarif Hidayatullah, sumber yang memiliki bahan Jakarta 1982), yang menguraikan yang diperoleh dari orang pembahasan dari segi sejarah hidup dan lain baik dalam bentuk pergerakannya. turunan, salinan atau oleh Berkaitan dengan. hal-hal tersebut, bukan tangan yang pertama. penulis bermaksud mengkaji penulisan Adapun sumber sekunder yang telah ditulis oleh penulis terdahulu, yang digunakan dalam tentunya dan' sudut pandang yang pemelitian ini diantaranya, berbeda. Yaitu Pemikiran Pendidikan Moh. Akim, K.H. Abdul Halim Islam K.H. Abdul Halim difokuskan Penggerak PUI, (Majalengka: kepada, bagaimana pemikiran beliau Yayasan K.H. Abdul Halim, dalam melakukan penggabungan fungsi 1964), S. Wanta, K.H.A Halim teologis dan sosiologis pendidikan Islam, Iskandar dan Pergerakannya. sehingga dapat mencapai tujuan (Majalengka: PB PUI 1997), pendidikan Islam yang ideal, yaitu Deliar Noer, Gerakan Modem tercapainya kebahagiaan dunia dan Islam di Indonesia, 1900- akherat. 1942 (Jakarta: LP3ES, Cet Ke VII, 1996), Karel A Steenbrink, Pesantren, METODE PENELITIAN Madrasah, Sekolah, Pendidikan Islam Dalam Penelitian ini merupakan Kurun Moderen, (Jakarta: penelitian kepustakaan (library LP3ES Cet.II 1994) research). Dalam penelitian pustaka 2. Tekhnik Pengumpulan Data dilakukan dengan cara menuliskan, Teknik pengumpulan data mengklarifikasi, mereduksi dan digunakan untuk mengumpulkan menyajikan data yang diperoleh dari data sesuai tata cara penelitian berbagai sumber tertulis. sehingga diperoleh data yang 62 p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan  e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 1, Juli 2021

dibutuhkan. Menurut Sugiyono berdasarkan data yang (2012 : 224), teknik akurat. pengumpulan data merupakan 4. Metode Komperatif yaitu langkah yang paling strategis dimaksudkan untuk melihat dalam penelitian, karena tujuan pemikiran pendidikan Islam K.H. utama dari penelitian adalah Abdul Halim dibandingkan mengumpulkan data. Teknik dengan pemikiran pendidikan pengumpulan data dalam Islam kontemporer. Digunakan penelitian ini menggunakan sebagai alat menganalisis dalam teknik dokumentasi, observasi, mencari relevansi pemikiran K.H dan wawancara. Abdul Halim dengan. pendidikan Islam kontemporer. 3. Tekhnik Analisis Data Pengambilan Kesimpulam yaitu Untuk menganalisis data pengambilan kesimpulan dari ketiga yang sudah terkumpul, langkah tersebut. digunakan dengan analisis isi Pengempulan data dilakukan dengan (Content Analysis), yaitu mencermati masing-masing HASIL PENELITIAN DAN literatur kemudian diklarifikasi PEMBAHASAN untuk mengetahui objek permasalahannya, yaitu 1. Hasil Penelitian pemikiran pendidikan Islam K.H. Setting Sosial K.H Abdul Halim Abdul Halim. Adapun dalam K.H. Abdul Halim adalah seorang pembahasan digunakan beberapa ulama terkenal berasal dari Majalengka, metode pembahasan, Jawa Barat. Beliau dilahirkan di Desa diantaranya adalah: Sutawangi, Kec. Jatiwangi, Kab. a. Metode Deskriptif Analitis Majalengka pada hari Sabtu pon tanggal yaitu penyelidikan yang 4 Syawal 1304 H atau 26 Juni 1882 M. kri'tis terhadap struktur Jatiwangi adalah sebuah kecamatan dan kelompok, obyek, self kondisi, kewedanaan di kota Majalengka yang suatu sistem pemikiran atau dilalui jalan -Bandung, atau suatu kelas peristiwa untuk sekitar 40 kilometer dari Cirebon. ?nembuat paparan, gambaran K.H. Abdul Halim adalah .putra atau lukisan secara dari H. Iskandar bin Abdul Komar bin sisitematis, faktual, akurat Nursalim. Beliau adalah seorang tentang fakta, sifat serta penghulu kewedanaan Jatiwangi. hubungan antar fenomena Menurut sejarah K.H. Abdul Halim adalah yang diselidiki. Langkah keturunan Banten, karena pada waktu deskrijizf ini digunakan itu tahun 1750-1753, terjadi untuk menjelaskan dan pemberontakan Zainal Asyikin, Sultan ke menggambarkan sejarah XI I dan menyebabkan banyak ulama hidup KH Abdul Halim, secara diasingkan oleh pemerintah Belanda ke obyektif dan langkah analitis Serang. Pada tahun 1822 _bergolak lagi digunakan untuk pemberontakan rakyat Banten melawan menganalisis keadaan sosial pemerintahan penjajah Belanda, dan masyarakat dan politik pada akibatnya banyak para ulama yang waktu itu. diasingkan lagi ke daerah Cirebon, ada b. Metode Interpretatif yaitu pula karena desakan atau pengejaran langkah tafsiran, mencoba pihak penjajah akhirnya mereka menfsirkan pemikiran K.H. melarikan diri hijrah kedaerah lain, Abdul Halim yang menjadi diantaranya adalah K. Iskandar yang obyek penelitian dengan hijrah ke Majalengka.

63

p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan  e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 1, Juli 2021

Nama kecil K.H. Abdul Halim A. Tujuan Pendidikan Islam adalah Otong Syatori, sejak anak-anak K.H Abdul Halim seorang tokoh beliau sudah tidak merasakan belaian pembaharu pendidikan Islam telah kasih sayang ayalmya, karena ayahnya merumuskan tujuan pendidikan Islam sudah meninggal dunia. Beliau adalah yang komprehensif, terlihat dari putra bungsu dari delapan bersaudara pergerakan dan lembaga pendidikan yang tnenjadi curahan ibu dan saudara- yang beliau dirikan. Setidaknya tujuan saudaranya, diantara saudara-saudara pendidikan Islam K.H Abdul Halim K.H. Abdul Halim adalah, Ny. Iloh meliputi, tujuan kebahagiaan dunia dan Mardiyah, Ny. Empon Kobtiyah, Ny. akherat, tujuan pembentukan akhlak dan Empeu Sodariyah, K.H. J ubaedi, Ny. Iping moral dan tujuan untuk menjadikan Maesaroh, K.H. Hidayat dan Ny. Siti peserta didik dapat berperan ditengah Sa’djyah. masyarakat. Semasa kecilnya K.H. Abdul Dalam bidang pendidikan, KH. Halim atau Otong Syatori tidak terlihat Abdul Halim memiliki pokok pemikiran adanya mnda-tanda keistimewaan. yang sangat luar biasa. Seperti pada bab Beliau bergaul bermain dengan anak- hakikat pendidikan, beliau bersumber anak biasa sesuai dengan lingkungan dari penafsirannya tentang konsep as- pergaulan saat itu di J atiwangi, bermain salam. Menurutnya, agama Islam adalah dengan anak-anak Tiong Hoa (China), agama yang memuata ajaran-ajaran yang dan Arab sehingga anak-anak pekauman bertujuan untuk membimbing manusia dengan mereka sudah berbaur. Sifat agar mereka dapat hidup selamat supel bergaul terpancar sejak masa kecil didunai dan memperoleh kesejahteraan pada diri beliau, sehingga menyebabkan. di akhirat. Kedua macam kehidupan ia menjadi panutan teman-teman tersebut merujuk pada hubungan sebayanya dan tempat bertanya bagi kausalitas atau hubungan timbal baik. saudara-saudaranya. Pada usia 10 tahun Sehingga dalam membangun sistem K.H. Abdul Halim atau Otong Syatori pendidikan, KH. Abdul Halim berupaya telah belajar mengaji (membaca) mushaf untuk mengintegrasikan sistem ajaran al-Qur’an. Dimulai dari mengenal huruf dipesantren dan sistem ajaran umum di hijaiyah, dengan sistem yang berlaku pendidikan umum yang hanya pada waktu itu yaitu sistem bagdadiyah, mementingkan aspek keduniawian. yang disusun dan digabungkan dalam (Santoso,K: 2021). pcrmulaan (kitab turutan) mushaf al- Dalam segala perjuangannya baik Qur’an, Juz “amma (juz Ke XXX), dalam bidang sosial, pendidikan, selanjutnya baru membaca al-Qur'an di dakwah, ekonomi dan politik. bawah bimhingan seorang kiyai di Sesungguhnya K.H. Abdul Halim mencita- kampung Cideres, Desa dan Kec. Dawuan, citakan dua bentuk tujuan, yaitu yang Kab. Majalengka. K.H. Abdul Halim juga pertama ketika zaman penjajahan beliau belajar tulis-baca huruf latin kepada ingin membebaskan bangsanya dari seorang pendeta Kristen Protestan penindasan yang dilakukan oleh bangsa bernama Van Hoeven, berkebangsaan penjajah. Yang kedua pada saat sudah Belanda di Cideras pula, karena di merdeka beliau bercita-cita Cideres merupakan pusat zending dan terbentuknya negara kesatuan Republik mempunyai rumah sakit. Disamping itu Indonesia yang adil dan makmur yang beliau juga sedikit belajar bahasa penuh dengan ampunan ilahi, beliau Belanda pada Van Hoeven, selanjutnya menghendakai agar dari putra-putri diteruskan sendiri. Beliau tidak pernah Indonesia memencar cahaya ilahi. Islam duduk dibangku sekolah di zaman harus dijadikan budi perangai bangsa penjajahan Belanda, pendidikan dan ilmu Indonesia. Supaya kehidupan dan pengetahuannya hanya didapat dari pergaulan hidup ada dalam suasana pesantren ke pesantren. rukun dan damai. Beliau ingin merombak bangsanya terutama umat Islam dari 64

p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan  e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 1, Juli 2021

kehidupan yang statis dan pasif menjadi Secara sistematis tujuan suatu bangsa atau umat yang dinamis pendidikan Islam, K.H. Abdul Halim dan revolisionir, tidak peduli dengan terbagi menjadi, tujuan jangka panjang, segala tantangan dan rintangan dan jangka menengah dan jangka pendek berbagai pihak. yang lebih bersifat operasional. Tujuan Secara garis besar tujuan jangkan panjang yaitu untuk membentuk pendidikan Islam menurut K.H. Abdul anak didik yang beriman dan bertakwa Halim adalah untuk mendidik putra- kepada Allah, mengerti kewajiban putri Islam kepada tahap hidup yang terhadap agamanya. Dalam rangka benar-benar mengerti syariat, hakekat menuju kebahagiaan dunia dan akherat. dan makrifat. Menurut beliau Islam Tujuan jangka menengah yaitu untuk bukan terletak pada sorban (Simbolis), menjadikan anak didik mampu Islam itu ada pada hati manusia itu menghadapi kehidupan di dunia, mampu sendiri yang harus disinari dengan hidup mandiri dan berperan ditengah cahaya Islam dan dituangkan dnegan masyarakat dan tidak membebani orang sari-sari ilmu alam Islami. Selain itu lain. Tujuan jangka pendek yaitu pendidikan Islam harus menjadikan menjadikan anak didik agar mampu putra-putri Islam agar supaya kelak bekeija dan mempunyai keteramnilan menjadi manusia yang berharga dan kelja agar mampu mamasuki salah satu berbahagia di dunia .dan akherat, juga bidang kehidupan yang ada di menjadikan kaum muslimin agar benar- masyarakat, dengan dibekali benar memahami dan tertanam rasa keterampilan kerja terlebih dahulu, keimanan kepada agama Islam. K.H. sesuai dengan bakat dan minat yang Abdul Halim merumuskan tujuan dimiliki peserta didik agar kelak mampu pendidikan Islam yang meliputi : berwiraswasta tanpa menggatungkan Pertama, Pembentukan akhlak yang diri kepada orang lain Tujuan ini lebih mulia.(setia, jujur, lurus, mengerti bersifat bperasional dan biasanya kewajiban terhadap Allah dan Rasul-Nya, diterapkan dalam tujuan lembaga serta terhadap Ibu dan Bapak). Kedua, pendidikan Islam yang didirikan oleh pembentukan intelek. Ketiga, K.H. Abdul Halim. pembentukan rasa dan sifat sosial. Dan Tujuan Pendidikan Islam keempat, pembentukan warga yang baik menurut K.H. Abdul Halim juga dapat (mengerti terhadap kewajiban tanah dibedakan menjadi tujuan umum dan tumpa darahnya, berlaku adil sesama tujuan khusus. Tujuan umum sebagai mahluk Allah) tujuan akhir yang akan dicapai adalah Menurut K.H. Abdul Halim tujuan anak didik agar menjadi manusia yang pendidikan Islam harus diarahkan pada dapat membekali dirinya dengan bekal usaha mendidik anak agar mampu untuk hidup di dunia yaitu dengan ilmu mencari rizqi sendiri yang halal, tidak pengetahuan dan bekal pengetahuan dan nlembebani orang lain dan dapat pengamalan agama untuk bekal hidup di membantu orang lain yang akherat. Sedangkan tujuan khusus yang membutuhkannya, dan berangsur- ingin dicapai oleh anak didik yang angsur dapat berwiraswasta sendiri, berkaitan dengan bakat, lingkungan, berdasarkan konsep Self Help kondisi sosial, kemampuan pendidik dan (memenuhi kebutuhan hidup sendiri) tugas kelembagaan adalah untuk dan autoactiviteit (percaya pada diri membentuk anak didik menjadi manusia sendiri). Dengan istilah lain menjadikan yang mandiri dan dapat berwiraswasta. santri lucu bukan santri kaku. Tujuan B. Kurikulum Pendidikan pendidikan Islam menurut beliau adalah Islam tercapainya kebahagian dunia dan Secara bahasa kurikulum berasal. akherat, menjadi seorang ulama yang dari bahasa latin, Curriculum yang intelek dan intelek yang ulama atau artinya bahan pengajaran. Selain itu ada ulama intelek dan melek. juga yang mangatakan kurikulum berasal 65

p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan  e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 1, Juli 2021

dari bahasa Prancis Courier yang berarti manusia yang bertakwa sebagai hamba berlari. Kurikulum juga berasal dari dan kholifah dimuka bumi. Kedua asas bahasa Yunani yaitu Curir yang artinya falsafah, kurikulum pendidikan Islam pelari dan Curere yang artinya jarak yang harus disusun beranjak dari konsep harus ditempuh. Istilah ini pada mulanya ontologi, epistimologi dan aksiologi, yang digunakan dalam dunia oleh raga, namun digali dari pemikiran seorang muslim dalam konteks pendidikan diartikan yang sepenuhnya tidak bertentangan sebagai seperangkat kegiatan yang harus dengan ajaran Islam. Ketiga asas ditempuh. Kurikulum dalam bahasa arab, psikologi, Dalam penyusunan kurikulum dikenal dengan kata Manhaj yang berarti pendidikan Islam harus jalan yang terang yang. dilalui manusia mempertimbangkan, tahap-tahap pada berabagai bidang kehidupan. pertumbuhan dan perkembangan (Nasution, 1991:9). peserta didik. dan segala aspek yang Dari pengertian tersebut diatas berkaitandengan psikologi anak. dapat diambil kesimpulan bahwa Keempat asas, sosial, penyusunan kurikulum adalah merupakan landasan kurikulum pendidikan. Islam harus yang digunakan pendidik untuk mengacu pada realita sosial masyarakat membimbing peserta didiknya kearah yang ada. Perubahan yang akan terjadi tujuan pendidikan yang diinginkan dalam perkembangan masyarakat harus melalui perpaduan sejumlah dipertimbangkan dalam penyusunan pengetahuan, keterampilan dan sikap kurikulum. mental. Pada awalnya kurikulum hanya Komponen kurikulum dimaknai sebagai mata pelajaran yang merupakan komponen yang sangat harus dipelajari didalam kelas. Sejalan penting dalam sistem pendidikan, dalam dengan perkembangan didunia rangka mencapai tujuan pendidikan. K.H pendidikan pengertian seperti itu sudah Abdul Halim sebagai tokoh pendidikan tidak sesuai lagi, karena pendidikan tidak Islam telah merumuskan kurikulum hanya didalam kelas tetapi juga diluar pendidikan Islam sebagai sarana untuk kelas. Dalam merumuskan kurikulum mencapai tujuan pendidikan Islam yang pendidikan, begitu juga pendidikan Islam telah ditetapkan. Menurut beliau harus mengandung komponen- pendidikan itu harus %mperlfatikan komponen utama kurikulum yang empat faktor yang dibutuhkan yaitu, meliputi, tujuan, materi pelajaran, pendidikan batin (akhlak), pendidikan metode pengajaran dan sistem penilaian. sosial (al-Ijtima), pendidikan ekonom; Semua komponen kurikulum (al-Iqtishod). (Halim, 19434:9) tersebut disusun harus berdasarkan Menurut K.H Abdul Halim tujuan sumber kekuatan yang menjadi landasan pengajaran ada empat macam yaitu, dalam perumusan. Sember kekuatan pertama pembukaan pikiran (Ethis), yang dumaksud tersebut disebut dengan kedua pengetahuan ( Verstandeljik), asas-asas penyusunan kurikulum. ketiga budi pekerti (Zedelijk) dan Menurut Mohammad Omar al- keempat kesehatan (Vichamelijk). Taoumy al-Syaibani (1979:478), ada Menurut beliau ilmu yang harus empat asas-asas dalam penyusunan diajarkan itu ada 10 macam yaitu, kurikulum pendidikan Islam, yaitu: penama ilmu agama dan yang Pertama asas agama, dalam penyusunan berhubungan dengan Dia (Tuhan), kedua kurikulum pendidikan Islam harus ilmu bahasa yang meliputi membaca dan berdasarkan pada sumber ajaran Islam karang mengarang, ketiga tarikh yaitu al-Qur’an dan al-Hadits, Sementara (babad/sejarah), keempat ilmu jagrupiah sumber-sumber lainnya seperti ijm 'a, (ilmu bumi), kelima ilmu thabi 'iyah yang qiyas, kepentingan umum dan hal-hal meliputi tumbuh-tumbuhan dan yang dianggap baik (Ihtisan), merupakan pemisahan, keenam ilmu hindasah, penjabaran dari Kedua sumber tersebut. ketujuh ilmu mengukur, kedelapan ilmu Semua itu dalam rangka menj adikan 66

p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan  e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 1, Juli 2021

menggambar, kesembilan rijadhzjah dan berarti jalan atau cara. Jadi metode kesepuluh kerajinan tangan. adalah jalan atau cara yang harus dilalui Secara sistematis materi untuk mencapai tujuan. Dalam konteks pelajaran yang dirumuskan oleh K.H pendidikan Islam metode berarti jalan Abdul Halim adalah sebagai berikut : atau cara untuk menanamkan l. Al-Qur’an pengatahuan agama pada'diri seseorang, 2. Tahaji (Qiro’at) sehingga terlihat dalam obyek pnbadi 3. Al-Kitabat (Khat) sasaran, sorang pribadi Islam. .Selain itu 4. Imla ’ (Dikte) metode itu dapat pula diartikan sebagai 5. Tauhid data untuk memahami menggali dan 6. Fiqh mengembangkan ajaran Islam sehingga 7. Lughat (Bahasa Arab) terus berkembangsesuai dengan 9. Hisab (Perhitungan) perkembangan zaman. 10. Riyadhat (Gerak Badan) Dalam bahasa Arab metode 11. Unsyudat (Nyanyian) diungkapkan dalam beberapa kata 12. Huruf Latin yang meliputi, membaca, diantaranya, al-thariqoh yang berarti menulis, dikte. jalan, al-manhaj yang berarti sistem dan 13. Dikte al-wasilah yang berarti sarana atau 14. Muhadatsat Arab mediator. 15. Insya” Arab Metode digunakan berfungsi 16. Nahwu dan Sharaf. sebagai sarana untuk mengantarkan 17. Jughrafiyat (Ilmu Bumi) Suatu tujuan kepada obyek kepada 18. Tarikh (Babad/Sejarah) sasaran yang sesuai dengan 19. Lughat Wathon; (Bahasa negeri) perkembangan obyek sasaran tersebut. 20. Huruf Jawa yang meliputi membaca, Oleh karena itu ada prinsip yang umum menulis, dikte dalam memfungsikan metode pengajaran 21. Akhlaq yaitu agar proses pengajaran dapat 22. Bahasa Indonesia (Melayu) disampaikan dalam suasana yang 23. Ziraiyyat (bercocok tanam) dan menyenangkan, menggembirakan, penuh kerajinan tangan. dorongan dan motivasi., sehingga meteri 24. Darus al-Aswa (ilmu tumbuh atau mata pelajaran dapat dengan mudah tumbuhan dan ilmu hewan) diberikan. Sangat jelas sekali bahwa Untuk pelajaran bercocok tanam metode amat berfungsi didalam pelajaran diberikan secara langsung menyampaikan materi pendidikan. praktek dilapangan Dan apabila guru Dalam pelaksanaannya, tidak menguasai materi bercocok tanam pendidikan Islam membutuhkan metode maka guru harus mengganti dengan yang tepat dalam rangka materi kerajinan bercocok tangan mengahantarkan kearah tujuan yang lainnya yang beliau kuasai. dicitacitakan. Sebagus dan sebaik apapun Dari rencana kurikulum tersebut kurikulum pendidikan Islam yang ' telah K.H Abdul Halim telah memadukan dirumuskan, tidak akan terlaksana materi pelajaran teori dan praktek. secara maksimal, tanpa adanya metode Selain itu beliau juga telah memadukan atau cara" untuk mentransformasikan antara pengetahuan agama dan berbagai materi yang ada dalam pengetahuan umum. Dengan demikian kurikulum kepada'peserta didik. beliau telah merumuskan kurikulum Ada beberapa metode yang pendidikan Islam yang sangat relevan digunakan dalam pendidikan Islam, yang dengan tujuan pendidikan yang telah ia digali dari sumber ajaran 'Is'lam, yaitu al- tetapkan. Qur’an dan Hadits. Diantaranya adalah metode teladan, metode kisah-kisah, C. Metode Pendidikan metode ceramah, metode nasihat, Metode berasal dari kata Meta metode pembiasaan dan metode yang berarti melalui, dan Hodos yang hukuman dan ganjaran. Dari sekian 67

p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan  e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 1, Juli 2021

banyak metode harus bisa memilih mana Kemudian asas konsentrasi, yang tepat, karena pelaksanaan metode memfokuskan pada satu pokok masalah pendidikan harus menyesuaikan dengan dalam pelajaran. Asas individualisasi, materi yang akan diajarkan dan sesuai memperhatikan perbedaan diantara dengan tujuan dari pengajaran. Ketidak peserta didik. Asas sosial menciptakan tepatan dalam memilih metode dalam situasi sosial untuk dapat bekelja sama pendidikan Islam akan menghambat diantara peserta didik. Asas evaluasi proses pendidikan dan hanya akan memperhatikan hasil penilaian. Asas membuang waktu dan tenaga dengan kebebasan memberikan keluasan sia-sia. keinginanpeserta didik. Asas lingkungan Dalam metode pendidikan Islam menentukan metode dengan berpijak sesungguhnya memiliki asas-asas, yang pada pengaruh lingkungan. Asas pada prinsipnya asas-asas tersebut tidak globalisasi, memperhatikan reaksi berbeda dengan asas-asas tujuan dan peserta didik terhadap lingkungan secara kurikulum pendidikan Islam. Mohammad keseluruhan. Asas pusat-pusat minat Omar al-Taoumy ale Syaibani, memperhatikan kecenderungan jiwa (1979:586) menjelaskan secara umum yang tepat suatu jurusan. Asas asas-asas metode pendidikan Islam ketauladanan memberikan contoh tersebut, yaitu: terbaik, asas. pembiasaan, membiasakan Asas agama yaitu, asas-asas atau hal-hal yang positif kepada peserta didik. prinsip-prinsip yang diambil dari sumber K.H Abdul Halim dalam ajaran utama yaitu al-Qur’an dan al- manyampaihan bahan pelajaran yang Hadits. telah tersusun dalam sebuah kurikulum, 1. Asas biologis, prinsip yang menggunakan beberapa metode yang mempertimbangkan kebutuhan ada dalam pendidikan Islam. Diantara jasmani dan tingkat perkembangan metode yang sering digunakan adalah usia peserta didik. metode ceramah, suri teladan dan 2. Asas psikologis, prinsip yang lahir nembiasaan. Selain itu digunakan juga atas pertimbangan kekuatan metode teori dan praktek, metode ini psikologis, seperti, motivasi, digunakan untuk materi kerajinan dan kebutuhan, emosi, minat, sikap, keterampilan tangan. Apabila ada guru kainginan, bakat, kesediaan, yang tidak menguasai metari kerajinan kecakapan akal dan kapasitas tangan yang telah dirumuskan dalam intelektual. kurikulum, maka guru harus 3. Asas Sosial, yaitu asas yang menggantinya dengan kerajinan tangan bersumber dari kehidupan manusia atau keterampilan lainnya yang beliau seperti tradisi, kebutuhan- kuasai. kebutuhan, harapan-harapan dan Selain itu K.H Abdul Halim juga ummtan kehidupan yang senantiasa sering menggunakan metode diskusi maju dan berkembang. dalam menyamapaikan materi kepada Selain itu pada pelaksanaanya para santun. Metode ini digunakan dalam asas-asas metode pendidikan Islam rangka menyampaikan tentang dapat diformulasikan kedalam, asas pengetahuan alam yang ada disekitarnya. motivasi, untuk membangkitan perhatian Dengan menjelaskan segala sumber daya peserta didik. Asas aktivitas untuk alam] dan kekayaan yang ada di membangkitan keaktifan dan kreativitas Indonesia, untuk segera dimanfaatkan peserta didik. Asas apersepsi dengan optimal oleh para generasi muda mengupayakan respon dari peserta Indonesia, yan telah dibekali oleh didik. Asas peragaan memberikan variasi pengetahuan terlebih dahulu. dalam mengajar. Asas ulangan untuk Metode lainnya yang sering mengetahui taraf keberhasilan belajar. digunakan oleh K.H Abdul Halim adalah Asas korelasi menggabungkan satu metode penelitian dengan survey. pelajaran dengan pelajaran lain. Metode ini sering digunakan untuk 68

p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan  e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 1, Juli 2021

meneliti alam sekitar dan lingkungan. dan belajar bergotong royong. Pada Peserta didik diarahkan untuk belajar zaman Jepang istilah ini dikenal dengan dengan penyelidikan dan percobaan sebutan jibun no kotowe, jibun de suru, sendiri, agar kelak ter iasa mandiri, yang berarti keperluan sendiri ya dikeij karena dengan hidup dan bekerja dialam akan sendiri. Sementara pada lingkup bebas ternyata lebih efektif dan berhasil. yang lebih luas, peserta didik dilatih Sehingga langkah selanjutnya untuk dapat memenuhi kebutuhan adalah'ldengan lebih mendekatkan hidupnya baik sandang, pangan ataupun peserta didik dengan alam bebas, dimana papan, sehingga peserta didik mereka dapat merasakan sendiri sebagai mempunyai jiwa wiraswasta sebagai anggota masyarakat luas. Dengan begitu bekal kelak ketika sudah sampai mereka dapat memperoleh pengetahuan dimasyarakat. dalam suasana kegembiraan, kebebasan Lembaga pendidikan seperti ini, dan saling mempercayai. selain sebagai lembaga pendidikan juga D. Konsep Self Help Dalam dari sini dapat dihasilkan berbagai Lembaga Pendidikan Islam barang kebutuhan sehari-hari. iantara Pemikiran pendidikan Islam K.H barang yang telah diproduksi oleh Abdul Halim yang dianggap paling maju lembaga pendidikan ini adalah pakaian dan modern adalah tentang penerapan jadi, tas kulit, koper kecil, ikat pinggang konsep SeIf HeIp dalam lembaga sampai kepada balsem dan sabun pendidikan Islam. SeIfHeIp berarti walaupun bentuknya masih sangat pertolongan pada diri sendiri. sementara sederhana. yang dimaksud disini adalah dapat Melalui lembaga pendidikan memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. dengan konsep Self Help, seperti ini Dengan konsep ini K.H Abdul Halim lembaga pendidikan Islam akan berusaha mengembangkan keterampilan menghasilkan, kader-kader muslim yang peserta didik melalui lembaga mandiri mempunyai jiwa wiraswasta, pendidikan Islam, sesuai dengan bakat mau bekerja sama, saling tolong dan minatnya masing-masing dengan menolong serta membantu orang lain tujuan dapat memenuhi kebutuhan dengan penuh keikhlasan tentunya hidupnya. dengan kemampuan yang ada dan tidak Dalam pelaksanaannya pada sombong selalu merendahkan diri lembaga pendidikan Islam, dilaksanakan dengan orang lain. dengan sistim asrama, dibawah disiplin Lembaga pendidikan yang yang ketat selama 24 jam, terutama didirikan oleh K.H Abdul Halim dengan dalam membagi waktu, dan disiplin berlandaskan konsep Self Help, dalam pergaulan dengan teman-teman merupakan bentuk lembaga pendidikan yang lain. Lembaga pendidikan ini yang sangat ideal. Dimana dalam sebuah menekankan bahwa peserta didik harus lembaga pendidikan memiliki berbagai bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari perusahaan untuk memenuhi segala sendiri. Lembaga pendidikan yang kebutuhan pendidikan. Diantara didirikan oleh K.H Abdul Halim dengan perusahaan yang dimiliki lembaga konsep Self Help ini kemudian diberi pendidikan tersebut bergerak dalam nama Santi Asromo. Sebuah lembaga bidang pertanian, peternakan terutama pendidikan modern yang terletak diatas perikanan, produksi barangbarang sebuah bukit dibawah lereng gunung kebutuhan sehari-hari dan perdagangan. Ciremai sebelah bara, j arak dari pusat Semua itu dilakukan agar kota Majalengka kira-kira 16 kilometer. kebutuhan pendidikan tidak bergantung Konsep Self Help yang digagas kepada pihak lain terutama pada oleh K.H Abdul Halim, menekankan pemerintah yang pada waktu itu kepada peserta didik dalam lembaga pemerintahan Belanda. Sampai pada pendidikan, untuk dapat mengerjakan perkembangan berikutnya setelah sendiri seluruh kebutuhannya sendiri Indonesia merdeka pemerintahan 69

p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan  e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 1, Juli 2021

Indonesia sangat menaruh perhatian sekolah yanglmereka dirikan. pada lembaga pendidikan ini. Perhatian Kegiatan ini menjadi yang diberikan oleh pemerintah rintangan dalam Republik Indonesia berupa kunjungan mengembangkan kegiatan wakil presiden, Mohammmad Hatta, pendidikan. pada tahun 1946. Dalam kesempatan Ketiga faktor tersebut sedikit tersebut beliau mengatakan bahwa banyak telah berpengaruh dalam hanya ada dua buah lembaga pendidikan mengalihkan orientasi pendidikan, Santi yang ada di Indonesia yang berlandaskan Asromo yang sangat mengesankan. Konsep SelfHelp, yaitu perguruan yang Sebenarnya pemikiran K.H Abdul didirikan oleh Mohammad Syafl’i di Kayu Halim ,yang telah diuraikan, _ bukan tanam (Sumatera) dan Santi Asromo merupakan hal yang baru dalam yang didirikan oleh K.H Abdul Halim di pendidikan Islam, karena telah ada Majalengka. beberapa ”tokoh yang mempunyai Sampai pada akhirnya pada pemikiran hampir sama dan sejalan tahun 1956, lembaga pendidikan Santi dengan pemikiran beliau. Diantaranya Asromo, beroerientasi hanya pada adalah Ibnu Khaldun seorang tokoh pendidikan agama tapi setidak-tidaknya pendidikan Islam yang mempunyai lembaga pendidikan ini telah tujuan pendidikan Islam menj adikan memberikan kostribusi terhadap peserta didik menjadi manusia yang pengembangan pendidikan Islam. Ada beriman dan bertakwa dan mempunyai beberapa hal yang mengakibatkan kesiapan hidup yang disebut dengan berubahnya orientasi pendidikan di Santi pendidikan spesialis. Selain itu ada Asrama. Diantaranya adalah: beberapa tokoh Indonesia yang juga 1. Penilaian yang agak rendah terhadap mempunyai pemikiran pendidikan Islam pendidikan keterampilan “praktis sejalan dengan K.H Abdul Halim yaitu dan penghargan tinggi yang Syekh H Abdulah Ahmad (1878 -1933) mengarah kepada pekexjaan halus, dan K.H (1868-1923) (white colour job). Menurut Yang sama-sama ingin menjadikan santri pendapat para penggantinya, K.H seorang ulama yang intelek. Abdul Halim mempunyai ide yang 1. Pembahasan terlalu sederhana. Pendidikan Pemikiran seseorang akan sangat keterampilan menurut mereka hanya terkait dengan kondisi ruang dan waktu, cocok untuk masyarakat yang secara dimana hasil pemikiran itu berada. industrial belum berkembang. Kondisi ruang dan waktu dimana tokoh Pendidikan keterampilan pada berada akan mempengaruhi hasil akhirnya tidak dapat diterapkan di pemikirannya, sehingga menghasilkan Santi Asrama, dengan cara makin corak pemikiran tertentu. K.H Abdul lama makin mengurangi pendidikan Halim yang hidup antara tahun 1887 keterampilan dalam kurikulum. sampai 1962 dan terjun kemasyarakat 2. Keinginan untuk menyesuaikan diri mulai tahun 1911, akan menghasilkan dengan kurikulum resmi pemerintah, corak pemikiran yang terkait dengan baik Departemen Pendidikan dan kondisi pada waktu itu. Diantaranya Kebudayaan atau Departemen corak pemikiran K.H Abdul Halim ada'lah Agama. Penyesuaian ini perlu selain mencita-citakan peserta didik dilakukan untuk mendapatkan yang beriman dan bertakwa juga pengakuan resmi bagi ijazah yang mengharapkan peserta didik yang dikeluarkan dan mendapatkan mempunyai jiwa nasionalis atau bantuan pemerintah. mencintai tanah aimya, karena pada 3. Banyaknya anggota dan waktu itu bangsa Indonesia berada ulama PUI yang terjun dalam belenggu penjajahan bangsa asing. kebidang politik ' dan Selain itu karena K.H Abdul Halim yang mengabaikan sekolah- berasal dari daerah pinggiran atau lebih 70

p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan  e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 1, Juli 2021

dekat dengan pedesaan, pemikiran dan akhlak mulia. Sementara itu tujuan beliau lebih mengutamakan yang lebih bersifat praktis, untuk pemberdayaan alam sekitar, sehingga meningkatkan daya saing lulusan lebih menekankan aspek kerja keras atau pendidikan Islam masih belum keterampilan Iiangan, seperti pertanian, terpenuhi. Dapat dikatakan tujuan perdagangan, petemakan dan lain pendidikan Islam sekarang lebih sebagainya. menekankan usaha membimbing kearah Walaupun pemikiran seseorang pembentukan kepn'badian muslim yang sangat terkait dengan kondisi ruang dan taat kepada Allah atau bisa dikatakan waktu, namun disisi lain hasil pemikiran lebih kearah teologis. seseorang dapat digali nilainilai positif Menurut Abdul Munir Mulkhan yang bersifat universal, untuk dicarikan (2002), tujuan pendidikan Islam tidak relevansinya dengan menyesuaikan seharusnya bagaimana membuat terhadap ruang dan waktu teretentu. manusia sibuk mengurus dan Pemikiran K.H Abdul Halim yang memuliakan Tuhan saja dan justeru dihasilléan pada saat Indonesia sebelum melupakan kepekaannya terhadap merdeka sangat relevan untuk kemanusiaan. Tujuan pendidikan Islam diterapkan pada kondisi saat sekarang, seharusnya adalah memuliakan Tuhan paling tidak setelah bergulimya refonnasi dengan sibuk memuliakan manusia dan pada tahun 1998, yang mulai dilakukan dunianya, serta memuliakan dan pembenahan disegala bidang kehidupan memberdayakan manusia dengan segala bangsa. potensi yang dimilikinya. Pemikiran K.H Abdul Halim juga Tujuan pendidikan yang ada cocok dengan beberapa pemikiran tokoh sekarang dirasakan hanya berorientasi pendidikan Islam kontemporer antara kepada tujuan akherat saja atau lebih tahun 1998 sampai awal 2004 atau sejak kerah teologis yang berkaitan dengan digulirkannya reformasi sampai Tuhan. Tujuan pendidikan Islam tersebut sekatang, yang mana pada waktu itu lebih kearah metaflsik. Misalnya, secara seluruh elemen bangsa melakukan umum tujuan pendidikan Islam untuk pembenahan disegala aspek kehidupan meningkatkan keimanan, pemahaman, berbangsa dan bemegara, tidak penghayatan dan pengamalan peserta terkecuali pendidikan Islam, diantaranya didik tentang ajaran Islam. Sehingga Azumardy Azra, Muhaimin, Munir menjadi manusia muslim yang beriman Mulkhan dan beberapa tokoh lainnya dan bertakwa kepada Allah Swt serta baik praktisi atau akademisi. Kesesuaian berakhlak mulia dalam kehidupan tersebut paling tidak terlihat dari konsep pribadi, berbangsa dan bemegara. Jelas reorientasi tujuan pendidikan Islam, terlihat sekali tujuan pendidikan Islam kurikulum pendidikan Islam, metode tersebut lebih bersifat normatif dan pendidikan Islam dan pengembangan belum bersifat problematis, kurang lembaga pendidikan Islam. strategis, kurang antisipatif terhadap A. Relevansi Tujuan Pendidikan persoalan yang dihadapi manusia seiring Islam dengan perkembangan zaman. Tujuan Berkaitan dengan tujuan pendidikan Islam tersebut juga belum pcndidikan Islam, dewasa ini pendidikan bersifat aplikatif (Psikomotorik). Islam belum mempunyai rumusan tujuan Sementara itu seiring dengan yang terpadu dan komprehensif. Tujuan perkembangan zaman yang begitu cepat, pendidikan Islam saat sekarang lebih permasalahan yang dihadapi umat Islam beron'entasi yang bersifat metafisik. juga semakin kompleks yang Tujuan pendidikan Islam masih lebih memerlukan penyelesaianya secara mengupayakan kebahagiaan didunia dan serius. Berkaitan dengan semua itu akherat, menghambakan diri kepada diperlukan perumusan kembali tujuan Allah SWT, memperkuat Islam, pendidikan Islam yang lebih melayanai kepentingan masyamkat Islam 71

p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan  e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 1, Juli 2021

komperhensip dan mampu menghadapi dengan dibekali berbagai keterampilan perkembangan zaman. kerja terlebih dahulu. Dan tujuan Tujuan pendidikan Islam yang pendidikan Islam menurut K.H Abdul lebih bersifat praktis yang berkaitan Halim juga adalah pembentukan akhlak dengan daya saing lulusan pendidikan mulia, yang meliputi setia, jujur, lurus Islam sulit untpk dipecahkan, karena mengerti akan kewajiban terhadap Allah memang pendidikan Islam diwaktu yang dan rasul-Nya serta terhadap kedua sama dituntut untuk dapat memenuhi orailg tua, pembentukan intelek, dua tuntutan sekaligus. Disatu sisi pembentukan rasa dan sifat sosial dan pendidikan Islam harus bisa menjadikan pembentukan warga negara yang baik, peserta didik beriman dan bertakwa yang néengerti akan kewajiban terhadap serta berakhlak mulia (teologis), disisi tanah tumpah darahnya dan berlaku adil léin juga dituntut untuk menjadikan terhadap sesama makhluk-Nya. peserta didik yang mampu hidup Rumusan tujuan pendidikan ditengah masyarakat dan siap Islam K.H Abdul Halim sangat relevan menghadapi perubahan zaman, sekali dalam rangka memecahkan (sosiologis). persoalan yang dihadapi dalam tujuan Rumusan pendidikan Islam pendidikan Islam yang dianggap masih kedepan diharapkan lebih bersifat belum seimbang, antara kebutuhan problematis, strategis, antisipatif, teologis dan sosiologis. Rumusan tujuan menyentuh aspek aplikasi serta dapat pendidikan Islam K.H Abdul Halim menyentuh kebutuhan masyarakat atau sangat ideal sekali karena meliputi pengguna lulusan. Artinya pendidikan pembentukan peserta didik yang Islam harus mampu membangun insan beriman dan bertakwa, mempunyai kamil dalam kehidupan berbudaya dan keterampilan, memiliki etos kerja yang berperadaban, yang tercermin dalam tinggi karena selalu diajarkan untuk kehidupan manusia yang beriman dan dapat memenuhi segaka kebutuhan bertakwa, berdemokrasi dan merdeka, hidupnya, bermoral anggun, berakhlak berpengetahuan, berketerampilan, karimah, mampu hidup ditengah-tengah beretos kerja dan profesional, beramal masyarakat secara mandiri tanpa jadi saleh, berkepribadian, bermoral anggun, beban orang lain, karena telah biasa dan berakhlak karimah, berkemampuan bekerja sendiri, semua itu dalam rangka inovasi dan mampu mengakses mencapai keselamatan, kebahagian dan perubahan serta berkemampuan kesejahteraan dunia dan akherat. kompetitif dan kooperatif dalam era Dalam hal ini K.H abdul Halim global dan berflkir lokal dalam rangka telah mengembangkan rumusan tujuan memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan pendidikan Islam yang meliputi aspek dan keselamatan duniawiyah dan ilahiyah, (teologis), fisik intelektual, ukhrawiyah.(Sanaky, 200:157) kebebasan, mental, akhlak, profesional, Berdasarkan dari permasalahan karya (ama1iyah), serta mempunyai sifat yang ada dalam tujuan pendidikan Islam sosial dan bermasyarakat (sosiologis). dan harapan rumusan tujuan pendidikan Semu itu dilakukan dalam rangka Islam yang akan datang. K.H Abdul Halim mewujudkan insan kamil. mempunyai pemikiran berkaitan dengan tujuan pendidikan Islam, yang telah B. Relevansi Konsep Self Help Dalam menggabungkan kepentingan teologis Lembaga Pendidikan Islam dan sosiologis dalam tujuan pendidikan Pesantren adalah salah satu Islam. Rumusan tujuan pendidikan Islam lembaga pendidikan tertua yang ada di beliau adalah benujuan menjadikan Indonesia, kiprahnya sangat penting peserta didik beriman dan bertakwa sekali dalam pembangunan bangsa kepada Allah Swt dan dapat hidup Indonesia, terutama pembangunan ditengah masyarakat dengan memasuki sumber daya manusia Indonesia. salah satu bidang pekerajaan tertentu, Pesantren adalah sebuah lembaga 72

p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan  e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 1, Juli 2021

pendidikan Islam yang berasrama yang peningkatan kualitas pendidikan, dikelola oleh seorang dengan pesantren memerlukan biaya sebagai dibantu oleh santri senoir atau ustadz sarana operasionalnya. Pesantren yang dan masjid sebagai pusat kegiatan. sepenuhnya dikelola oleh pihak swasta Pesantren banyak dicitrakan sebagai tidak menerima subsidi dari pihak model lembaga pendidikan tradisional, pemerintah dan hanya mendapatkan konservatif, kuno dan kurang mampu sumber dana dari iuran santri dan mengikuti perkembangan zaman. Namun sumbangan para dermawan umat Islam. lembaga pendidikan berasrama seperti Suatu kewajaran apabila pesantren halnya pesantren mempunyai banyak memliki dana yang sangat minim karena kelebihan diantaranya waktu belajar hanya mengharépkan dari dua sumber lebih banyak, menerapkan disiplin yang dana tersebut, padahal dana merupakan ketat dibawah pengawasan kiyai, sebagai salah satu hal yang penting dalam upaya pembentukan akhlaq dan moral meningkatkan kualitas pendidikan. santri dan pesantren juga dapat Berkaitan dengan segala mengembangkan kurikulum sendiri permasalahan yang dihadapi pesantren, dengan bebas tanpa campur tangan konsep Self help sangat relevan untuk pihak lain termasuk pemerintah. mengatasi beberapa permasalah Pesantren sebagai lembaga tersebut. Kosep Self Help adalah konsep pendidikan yang berada ditengah yang mengembangkan aspek masyarakat walau bagaimanapun harus keterampilan peserta didik, dimana bisa mengikuti perkembangan zaman peserta didik dituntut untuk dapat agar keberadaanya diakui oleh memenuhi kebutuhanya sendiri. Dari masyarakat dan lulusannya dapat segi kurikulum dengan konsep Self Help, diterima. Untuk dapat mengikuti pesantren mau tak mau akan perkembangan zaman pesantren harus menerapkan kun'kulum dengan mata bisa terus melakukan pembaharuan dan pelajaran umum dan pendidikan mau menerima hal yang baik dari luar. keterampilan bagi santrinya. Karena Salah satu upaya yang dilakukan oleh santri dituntut untuk mempunyai salah berbagai pesantren dalam melakukan satu keterampilan yang diminatinya‘ pembaharuan adalah dengan untuk bekal hidup didalam masyarakat. menggabungkan sistem pendidikan Dengan konsep Self Help pesantren akan tradisonal dalam hal ini pesantren itu menghasilkan santri yang dapat hidup sendiri dengan sistem pendidikan mandiri dan mempunyai jiwa sekolah atau madrasah. Dengan cara ini wiraswasta. Untuk memenuhi semua itu pesantren akan dapat mengikuti pesantren akan gemar melakukan perkembangan zaman karena pengembangan kurikulum dengan terus didalamnya diterapkan kurikulum yang menyesuaikan dengan kebutukan mengikuti kurikulum pemerintah yang masyarakat dan perubahan zaman. dilaksanakan disekolah Model Konsep Self Help, juga sebagai penggabungan sistem pendidikan upaya mengembangkan dari pesantren dengan sistem memberdayakan ekonomi pesantren. Sekolah/Madrasah, telah banyak Dengan para santri yang mempunyai dikembangkan oleh tokoh pendidikan bekal keterampilan dan jiwa wiraswasta, Islam, di Indonesia sejak tahun 1900, pesanteren akan bisa mendirikan sebagai upaya pada waktu itu perusahan sendiri, dan perusahan menandingi sistem pendidikan sekolah tersebut merupakan laboratorium para yang di terapkan oleh pihak penjajah. santri junior. Dari perusahan tersebut Diantara tokoh tersebut adalah, K.H pesantren akan dapat memenuhi sendiri Abdullah Ahmad, KH Ahmad Dahlan, K.H segala kebutuhan penyelenggaraan dan Abdul Halim dan lain-lain. pengembangan pesantren tanpa harus Sebagai institusi pendidikan, mengharapkan sumbangan dari pihak dalam upaya pengembangan dan lain atau mengambil iuran dari para 73

p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan  e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 1, Juli 2021

santri. Perusahaan yang dikembangkan tersebut terdapat dua model pendidikan pesantren harus menyesuaikan dengan yaitu model lama yang berpusat di keterampilan yang dimiliki oleh para pondok pesantren dan model baru yang santri. Perusahaan tersebut biasanya berada di sekolah. Model lama bergerak dibidang perdagangan, mempunyai ciri menyiapkan ulama yang pertanian, petemakah, industri kerajinan hanya menguasai ilmu agama saja, tangan dan penerbitan. kurang diberi pengetahuan umum untuk Akhir-akhir ini telah ada mengahdapi perjuangan hidup sehari- pesantren yang mengembangkan hari, sikap isolasi yang disebabkan perusahan sendiri dan pesantren karena sikap non koperasi dari pihak tersebut dianggap maju, pesantren pesantren dengan yang berbau barat, tersebut adalah pesantren Darut Tauhid akibatnya keberadaanya selalu diawasi di Bandung pimpinan K.H Abdullah oleh pihak Belanda. Sedangkan model Gymnastiar. Dimana pesantren tersebut baru mempunyai ciri hanya menonjolkan telah memiliki beberapa Perusahaan intelek, pada umumnya bersikap negatif yang bergerak dibidang perdagangan, terhadap pendidikan Islam, dan komunikasi, penerbitan dan Pariwisata. pikirannya terasing dari kebudayaan Semua itu dikembangkan dengan bangsanya. Kedua model pendidikan memberdayakan herbagai pihak, ustadz, tersebut semakin lama semakin jelas santri dan penduduk sekitar. perbedaannya dan pertentangannya. Dan Sudah suatu keharusan menyebar keseluruh aspek kehidupan pesantren memiliki perusahaan sendiri sehari-hari seperti cara bergaul', dengan memberdayakan keterampilan berpakaian, berbicara dan lain para santri yang sebelumnya telah didik sebagainya. Dengan cara dengan berbagai keterampilan. Semua dipertentangkan kedua lembaga itu dilakukan sebagai upaya pendidikan tersebut tidak akan memberdayakan ekonomi pesantren menguntungkan masyarakat Indonesia, yang memerlukan banyak biaya untuk bahkan akan merugikan umat Islam memenuhi kebutuhan penyelenggaraan sendiri. Pertentangan kedua model pendidikan, tanpa hams mengharapkan pendidikan tersebut harus segera bantuan dari pihak lain. Konsep Self diakhiri atau paling tidak dikurangi, hal Help, sangat penting diterapkan sebagai tersebut dapat dilakukan dengan sintesis dasar dari pelaksanaan model kedua model pendidikan tersebut. pendidikan demikian. Dengan konsep Dimana dalam Sebuah lembaga Self Help yang dikembangkan oleh K.H pendidikan dapat mengajarakan ilmu- Abdul Halim akan, membentuk sebuah ilmu keagamaan dan ilmu pengetahuan lembaga pendidikan yang ideal. Dimana umum. Dari model pendidikan seperti ini dapat menghasilkan para santri lulusan akan dapat menghasilkan ulama-intelek, pesantren yang dapat hidup mandiri ulama yang selain menguasai ilmu-ilmu tidak bergantung pada orang lain dan agama juga memahami ilmu mempunyai jiwa wiraswasta. pengetahuan umum. C. Analisis-Deskriptif K.H Abdul Halim, seorang tokoh Pada awal abad 20 M, pendidikan pendidikan Islam tennasuk kedalam di Indonesia terpecah menjadi dua salah satu tokoh yang mempunyai golongan, pertama pendidikan yang pemikiran, ingin mencetak ulama yang diberikan oleh sekolah sekuler yang, intelek, bahkan tidak hanya itu beliau diselenggarakan oleh pihak pemerintah juga ingin membekali Para santrinya Belanda yang tidak mengenal pendidikan dengan berbagai keterampilan hidup agama. Kedua pendidikan yang diberikan yang dibutuhkan masyarkat. Tujuannya di pesantren yang hanya mengenal tersebut dituangkan dalam lembaga pendidikan agama saja.(Ali, 1991:193) pendidikan modern yang merupakan Menurut istilah hasil penggabungan dari pendidikan Wirjosukarto (1985:47), pada periode tradisional pesantrcn dan pcndidikan 74

p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan  e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 1, Juli 2021

modern sekolah. Model lembaga ini sebelumnya memang tidak pernah mcmpakan model ideal dari kedua model mendapatkan pendidikan keterampilan. lembaga yang telah disebutkan. Berangkat dari semua itu pemikiran Beberapa ahli memasukan K.H Abdul pendidikan Islam masa lalu perlu digali Halim kedalam kategori tokoh kembali dengan serius untuk mencoba konservatif, dengan alasan beliau diterapkan kembali, tentunya dengan menolak pembaharuan berdasarkan melakukan konstektualisasi dengan kategori fiqh. Hingga sampai akhir perkembangan zaman yang selalu hayatnya beliau tetap memegang teguh berubah. pada madzhab fiqh, madzhab Syafi’i. (Steenbrink, 1994:73). Namun anggapan PENUTUP tersebut masih terlalu dini tanpa melihat riwayat hidup, sejarah pergerakannya, 1. Simpulan latar belakang pendidikan dan Berdasarkan seluruh uraian, pemikirannya. Dilihat dari riwayat hidup, atas penelitian terhadap pemikiran sejarah pergerakan, latar belakang pendidikan Islam K.H Abdul Halim, pendidikan dan pemikiranya, K.H Abdul dapat diambil beberapa kesimpulan Halim adalah tokoh pendidikan Islam diantaranya: yang tennasuk kedalam kategori modern. 1. Pendidikan Islam saat sekarang Terlihat dari pembaharuan yang masih berorientasi hanya pada dilakukan dalam bidang pendidikan aspek teologis yaitu menjadikan didaerahnya, dengan memasukan sistem manusia yang beriman dan sekolah dalam lembaga pendidikan bertakwa serta ta’at menjalankan pesantren. ajaran Islam. Terlihat dan' tujuan Pemikiran K.H Abdul Halim juga pendidikan Islam secara umum termasuk kedalam tipologi rekonstruksi yaitu menjadikan manusia yang sosial, yaitu pemikiran pendidikan yang beriman dan bertakwa kepda mengupayakan kretivitas siswa, Allah, berakhlak mulia dalam memperkaya khazanah budaya manusia, kehidupan pn'badi, masyarakat memperkaya nilai illhiyah dan insaniyah, dan negara. Sementara itu aspek serta yang terpenting adalah Iainnya yang tidak kalah pendng menyiapkan tenaga kelja produktif. Hal yaitu aspek sosiologis belum tersebut dapat dilihat dari konsep dapat dicapai oleh pendidikan pendidikan yang beliau terapkan, dengan Islam. Aspek ini berkaitan lebih menekankan aspek keterampilan dengan bagaimana lulusan siswa sesuai dengan potensi yang pendidikan Islam dapat dimilikinya. Dan berangkat dari sini menghadapi perkembangan lembaga pendidikan yang didirikan oleh zaman dan dapat berperan K.H Abdul Halim memiliki beberapa didalamnya. Lulusan pendidikan perusahaan yang bergerak diberbagai Islam harus dapat bersaing bidang. Konsep pemikiran pendidikan dengan yang lainnya dalam Islam K.H Abdul Halim sangat relevan bidang pekerjaan tertentu dan untuk diterapkan pada pendidikan harus bisa memasuki bidang kontemporer, terutama pada masa pekerjaan tersebut. Semua itu setelah digulirkannya reformasi dimana merupakan suatu keharusan agar pendidikan nasional mencita-citakan pendidikan Islam dapat terus peserta didik yang mempunyai eksis ditengah perubahan dan kompetensi tertentu. Sementara itu berkembangan zaman. pendidikan Islam sendin’ sampai saat Idealnya pendidikan Islam dapat sekarang dianggap masih belum bisa memenuhj kedua aspek sekaligus menghasilkan lulusan yang dapat selain itu aspek teologis dan bersaing ditengah masyarakat, dan tidak sosiologis. Yaitu dengan memiliki keterampilan kerja karena memadukan kedua aspek 75 p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan  e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 1, Juli 2021

tersebut dengan cara demikiah K.H Abdul Halim juga mendirikan akan dapat menjadikan lulusan lembaga pendidikan yang pendidikan Islam yang ideal yaitu merupakan perpaduan antara menjadi manusia yang beriman pondok pesantren dan sekolah. dan bertakwa, berakhlak muh'a Lembaga pendidikan tersebut dan dapat berperan ditengah diberi nama Santi Asromo dan masyarakat. sangat terkenal, karena 2. K.H Abdul Halim salah seorang kurikulumnya dianggap sangat tokoh pembaharu pendidikan maju dan modern. Sami Asromo Islam, telah berusaha mengajarkan kepada santrinya memadukan orientasi pendidikan pendidikan agama dan Islam. Telah melakukan sintesis pendidikan umum sekaligus dan antara fungsi teologis dan ditambah bekal keterampilan sosiologis pendidikan Islam. hidup, berupa kerajinan tangan Beliau mempunyai tujuan yang dibutuhkan oleh pendidikan Islam menjadikan masyarakat. Diantara peserta didik beriman dan keterampilan yang diajarkan di bertakwa kepada Allah, ta’at Santi Asromo adalah menjalankan ajaran Islam, keterampilan memebuat sabtm, berakhlak mulia, mengetahui sablon, pakaian jadi, pertam'an kewajiban terhadap masyarakat, dan peternakan. Sehingga dari berbangsa dan bemegara. Serta sini dihasilkan berbagai produk ingin menjadikan peserta didik kebutuhan sehari-hari walaupun berperan ditengah masyarakat bentuknya masih sangat dan dapat memasuki salah satu sederhana, Dengan dihasilkannya bidang' pekerjaan tertentu yang berbagai produk tersebut hasil ada di masyarakat, dengan penjualannya digunakan untuk terlebih dahulu dibekali berbagai memenuhi kebutuhan pendidikan keterampilan kerja. Dari sim' K.H di Santi Asromo. Abdul Halim mempunyai 3. Pendidikan kontemporer adalah keinginan agar lulusan konsep pendidikan yang pendidikan Islam tidak dibangun berdasarkan dipandang sebelah mata, tetapi perkembangan zaman dan terus dapat bersaing dengan yang disesuaikan dengan lainnya. Tujuan pendidikan Islam perkembangan zaman yang ada K.H Abdul Halim sangat ideal saat sekarang. Pendidikan yang sekali‘ karena menyangkut aspek merupakan salah satu bagian teologis dan sosiologis dan' masyarakat hams mampu pendidikan. Islam. Dari sini pula menghadapi perkembangan akan melahirkan lulusan zaman dengan segala pendidikan Islam yang beriman tuntutannya, agar pendidikan dan bertakwa, taat menjalankan tidak ditinggalkan oleh ajaran Islam, serta berjiwa masyarakat. Pemikiran K.H Abdul wiraswasta dan hidup mandiri. Halim sangat sesuai dengan Untuk mewujudkan tujuan pendidikan kontemporer pendidikannya, K.H. Abdul Halim terutama yang berkaitan dengan mendirikan berbagai lembaga keterampilan peserta didik pendidikan baik formal ataupun sebagai bekal hidup ditengah informal. Pendidikan informal masyarakat dan mampu berupa pondok pesantren, berperan didalamnya. Yang pengajian dan majlis ta’lim membedakan antara pendidikan sedangkan pendidikan formal kontemporer dan pemikiran K.H berupa sekolah dan madrasah. Abdul Halim hanyalah keadaan 76

p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan  e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 1, Juli 2021

waktu dan zaman dimana K.H Abdul Halim masih sangat relevan pendidikan itu dihasilkan, yang untuk diterapkan saat ini. Para pemikir, tentunya sangat berbeda antara konseptor, pengambil kebijakan zaman sebelum kemerdekaan pendidikan sebaiknya mencoba kembali dengan saat sekarang setelah menggali konsep pemikiran K.H Adul reformasi, terutama dalam hal Halim yang memadukan antara kemajuan teknologi. pentingnya keterampilan hidup dengan 2. Saran pentingnya menjadi orang yang taat Berdasarkan temuan penelitian kepada Allah Swt. menunjukan bahwa konsep pemikiran

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahmmsyah. (2002). Sintesis Kreatif Pembaharuan Kurikulum Pendidikan Islam Isma 'il Raj 'i al-Faruqi. Yoyakarta: Global Pustaka Utama. Akim, M.(1968) Kiai H. Abdul Halim Penggerak PUI. Majalengka: Yayasan K.H Abdul Halim. Ali, M.(1991) Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam. Bandung: Mizan Arifin H.M.(1991). Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis. Jakarta: Bumi Aksara. As-Syibani, M. (1979). Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta Bulan Bintang. Azra, A (1998). Esay-Esay Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam. Jakarta: Logos. Barnadib, I. (1982). Arti dan Metode Sejarah Pendidikan. Yogyakarta: FIP-IKIP. Halim, A. (1934). Ketetapan Pengadjaran di Sekolah Ibtidaijah (rendah). Majalengka: P.O.M.P. Hamruni. (2001). “Pengaruh Modernitas Dalam Pemikiran Pendidikan Islam” Jurnal Ilmu Pendidikan Islam. Vol.2 No 1 Ismail, JF. (1996), Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani. K.H. Abdul Halim, Ulama dan Hukama, dalam, As-Syuro, No. 1 Tahun v11, 1836, hlm. 424 Mansur Djunaidi, (1969). Penjelasan Maksud dan Tujuan Pendidikan dan Pengajaran Umat Islam, (Makalah). Majalengka: Pusat Latihan Kader Pendidikan PUI. Muhadjir, N. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. Muhaimin (2001) Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Katya. Muhaimin. (2003). Wacana Pengembangan Pendidikan: Islam. Surabaya: PSAPM Mulkhan, AM (1999). Pendidikan Kehilangan Akar Religi. From: Hypermart/1999/l1/forum.htm.5/4/2002. Nasir,M (1985). Metodologi PeneIitian. Jakarta: Ghlmia Indonesia. Nasution, S (1991). Pengembangan Kurikulum. Bandung: Citra Aditya Bakti. Nata, A(1997) Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Nizar, S. (2002) Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers. Rahim, H. (2001) Arah Baru Paradigma Pendidikan Islam Indonesia Jakarta : Logos.

77

p-ISSN 2581-0735 Edutrained: Jurnal Pendidikan dan Pelatihan  e-ISSN 2721-0154 Vol. 5, No. 1, Juli 2021

Sanaky, H. (2003). Peradigma Pendiqihm Islam: Membangun Masyarakat Indonesia. Yogyakarta: MSI dan Sina Insama Pres. Santos, K. (2021), Pendidikan Islam Menurut K.H Abdul Halim Majalengka. Diakses dari : https://www.timesindonesia.co.id/read/news/306375/pendidikan-islam-menurut- abdul-halim-majalengka. Pada tanggal : 17 Juni 2021. Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif”. Bandung : Alfabeta. Steenbrink, K (1994). Pesantren, Madrasah, Sekolah, Pendidikan Islam dalam Kurun Modern. Jakarta: LP3ES. Surakhmad, W. (1990). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito. Suriadinata, M (1982), K. H Abdul Halim Sejarah dan Pergeraknnya.Skripsi. Jakarta : IAIN Syarif Hidayatullah. Wirjosukano, A (1985). Pembahaman Pemiidikan dun Pengajarm Islam. Jember Muria Offset. Zuhdi, D.(1993) Penelitian Analisis Konten. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP.

78