PERAN LASKAR HIZBULLAH DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN RI PADA PERANG 10 NOVEMBER 1945 DI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Disusun oleh:

Winda Novia 1113022000044

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/ 1439

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil A‟lamiin, ucapan syukur yang mampu penulis panjatkan berkat rahmat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, dan kepercayaan kepada penulis dalam proses penulisan skripsi. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan kita sebagai umatnya hingga hari akhir.

Penulisan skripsi ini sebagai syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Maka dari itu penulis menyusun skripsi dengan judul “PERAN LASKAR HIZBULLAH DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN RI PADA PERANG 10 NOVEMBER 1945 DI SURABAYA”.

Jakarta, 22 Maret 2018

Winda Novia

iv

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak sekali hambatan dan tantangan yang penulis alami. Namun, hambatan dan tantangan tersebut dapat dilewati berkat dukungan semangat dan doa dari berbagai pihak yang telah banyak membantu. Sewajarnya penulis berterimakasih kepada berbagai pihak baik perseorangan ataupun lembaga yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M. Ag selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyetujui skripsi ini. 3. Bapak H. Nurhasan M. A, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu proses kelancaran skripsi ini. 4. Ibu Sholikhatus Sa‟diyah M. Pd, selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis khususnya dalam urusan surat menyurat selama ini. 5. Bapak Prof. Dr. Budi Sulistiono M.Hum selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya, bimbingannya, dan dukungannya selama kurang lebih dua semester hingga penulis dapat menyelesaikannya. 6. Bapak Drs. Ma‟ruf Misbah selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses mengambil tema skripsi ini. 7. Bapak Drs. Tarmizi Idris, MA dan bapak Drs. Imam Subchi, MA selaku Dosen Penguji Skripsi.

v

8. Seluruh dosen Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah mendidik, mengajar, dan memberikan motivasi kepada penulis selama ini. 9. Lembaga yang telah membantu memberikan sumber data kepada penulis, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Arsip Nasional Republik , Perpustakaan Nasional Indonesia, Perpustakaan Daerah Jakarta, Pusat Sejarah TNI, Perpustakaan Sejarah TNI, Perpustakaan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Museum Sepuluh Nopember Surabaya, Museum Nahdlatul Ulama, dan Kantor Berita Antara. 10. Bapak Carsam Asnawi dan Ibu Masri selaku orangtua yang telah lelah bekerja keras dan memberikan dukungan serta doa restu sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahaan hingga skripsi ini. 11. Indra Triana selaku adik laki-laki, Andriana dan Hariyani selaku kakak penulis yang selalu memberikan semangat serta Zultan Syahrul Ramadhana dan Zulfia Talita Dzikra yang telah menghibur dikala penulis kurang semangat dalam menyelesaikan skripsi. 12. Vicky Haryadi Pranoto selaku sahabat terdekat yang tiada henti mendengarkan keluh kesah penulis dalam proses penulisan skripsi. 13. Indah Wardatul Maula, Siti Syarah, Farhah Milati Camelia, Fitri Naylil Fadlilah, Malihatul Maula, Elya Faridah, dan Syifa Fauzia sahabat penulis yang selalu memberikan dukungan dan semangatnya. Serta almarhum Auliya Nufus sahabat yang telah memberikan semangat, motivasi, dan inspirasinya mulai dari proses pembuatan proposal skripsi. 14. Pengurus Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (PP IPPNU) 2015-2018, Forsilawan-forsilawati Forum Silaturahim Buntet (Forsila BPC) Jakarta Raya dan Sahabat-sahabati

vi

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat Fakultas Adab dan Humaniora (PMII Komfaka) Cabang Ciputat. 15. Mahasiswa Sejarah daan Peradaban Islam angkatan 2013 khususnya Khairunnisa Maulida, Teti Tresnawati, Dyah Diu Djembawati, Yulia Hilma, Listinawati, Patimah Batubara, Furqaan Novianto, Akhmad Angga Saputra, dan seluruh teman-teman Sejarah dan Peradaban Islam Asia Tenggara B yang selama ini belajar bersama hingga membantu proses pencarian data penulis. 16. Semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT selalu memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Mohon maaf atas segala kekurangan penulis. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya semoga skripsi in bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi kita semua.

vii

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Peran Laskar Hizbullah dalam Mempertahankan Kemerdekaan RI pada Perang 10 November 1945 di Surabaya”. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya mengungkapkan sejarah perjuangan dan sikap nasionalisme dari kalangan ulama, kiai, dan santri. Tidak banyak diungkap dalam sejarah mengenai perjuangan dari kalangan bersarung dan tradisional tersebut. Yang disebut dengan Laskar Hizbullah pun mungkin tidak banyak yang tahu, terlebih ketika Laskar Hizbullah berada pada barisan dalam pertempuran 10 November di Surabaya, yang dikomandoi oleh para ulama. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah politik, sejarah dan teori peran. Menurut Soekanto (2009) peran adalah proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia telah menjalankan suatu peranan. Dalam kajian sebelumnya, Ayuhanafiq (2013) menjelaskan sejarah lahirnya Hizbullah hingga sepak terjangnya dalam mempertahankan kemerdekaan RI. Menurut Ilham (2015) perlu adanya historiografi sejarah yang imbang antara tokoh-tokoh yang berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan RI. Penelitian ini akan memaparkan peran Laskar Hizbullah yang berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan RI khususnya pada perang 10 November 1945 di Surabaya. Temuan pada penelitian ini adalah bahwa tidak hanya dari golongan tertentu saja Indonesia mampu mempertahankan kemerdekaannya, Hizbullah merupakan salah satu kelompok penting pada masa perjuangan bangsa Indonesia.

Kata Kunci: Hizbullah, 10 November 1945, Mempertahankan Kemerdekaan RI

viii

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ...... i LEMBAR PENGESAHAN ...... ii PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...... iii KATA PENGANTAR ...... iv UCAPAN TERIMAKASIH...... v ABSTRAK ...... viii DAFTAR ISI ...... ix BAB I: PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Masalah ...... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 6 D. Batasan dan Rumusan Masalah ...... 7 E. Tinjauan Pustaka ...... 8 F. Kerangka Teori ...... 11 G. Metode Penelitian ...... 12 H. Sistematika Penulisan ...... 13 BAB II: LASKAR HIZBULLAH ...... 14 A. Sejarah dan Latar Belakang Terbentuknya Laskar Hizbullah ...... 14 B. Perkembangan Laskar Hizbullah ...... 22 1. Latihan Hizbullah ...... 22 2. Hizbullah Karesidenan Surabaya ...... 28 C. Tujuan Laskar Hizbullah ...... 33 BAB III: PERISTIWA 10 NOVEMBER 1945 ...... 36 A. Kondisi Surabaya ...... 36 B. Latar Belakang Perang 10 November 1945 ...... 42 C. Kronologi Perang 10 November 1945 ...... 47 D. Laskar atau Organisasi yang Terlibat pada Perang 10 November 1945 ...... 55 1. BKR ...... 56 2. TKR ...... 58 3. Laskar-Laskar ...... 58

ix

4. Badan Pemerintahan ...... 59 5. Tokoh Pribadi ...... 59 BAB IV: PERAN HIZBULLAH ...... 62 A. Tokoh-tokoh Hizbullah dalam Perang 10 November 1945 ...... 62 1. KH ...... 63 2. KH Abbas Buntet ...... 64 B. Peran Hizbullah dalam Perang 10 November 1945 ...... 65 1. Peran Hizbullah pada Perang 10 November 1945 Fase Pertama ...... 66 2. Peran Hizbullah pada Perang 10 November 1945 Fase Kedua ...... 67 C. Dampak Peran Hizbullah Pasca Perang 10 November 1945 ...... 68 BAB V: PENUTUP ...... 71 A. Kesimpulan ...... 71 B. Saran ...... 72 DAFTAR PUSTAKA ...... 73 LAMPIRAN ...... 77

x

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jauh sebelum Jepang masuk dan menduduki Indonesia, telah lama negeri ini dijajah oleh bangsa Barat di antaranya Belanda, Portugis, dan Inggris. Jepang masuk ke wilayah-wilayah Indonesia pada tahun 1942. Namun sejak saat Jepang masuk Indonesia, keadaan berbalik dengan apa yang sebelumnya diharapkan. Jepang tidak lagi bisa merebut wilayah-wilayah yang berhasil didudukinya.

Di Pasifik, pada bulan Februari 1944 kedudukan Jepang di Kwajalein, Kepulauan Marshall, dihancurkan pasukan Amerika Serikat. Pada Juni 1944, Angkatan Laut Jepang juga mengalami kekalahan di Filipina. Jatuhnya kepulauan Saipan yang posisinya begitu dekat dan berhadapan langsung dengan Jepang ke tangan Amerika Serikat pada Juli 1944, telah menimbulkan kegoncangan di internal Jepang.1

Situasi Perang Dunia II sudah memasuki babak akhir. Di Eropa, Jerman sudah menyerah pada 7 Mei 1945 sementara Italia telah jauh hari menyatakan menyerah yakni di tahun 1943. Sedangkan Jepang tetap belum menyerah meski mereka mulai menyadari bahwa kekalahan adalah sesuatu yang niscaya dan kedatangannya hanya persoalan waktu. Pendudukan terhadap pulau Saipan dan serangkaian aksi pemboman dari Angkatan Udara Amerika Serikat terhadap Tokyo dan kota-kota lain tetap masih belum berhasil memaksa Jepang untuk menyerah.2

Pada 9 Agustus 1945, Soekarno sebagai ketua PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia), Muhammad Hatta sebagai wakil ketua, dan Radjiman Wedyodiningrat dipanggil oleh Panglima Tentara Selatan, Marsekal (Darat) Terauchi Hisaichi ke Dalat-Vietnam untuk membicarakan tentang kemerdekaan Indonesia. Tiga hari sebelumnya tanggal 6 Agustus 1945 Hiroshima, diserang

1 M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Penerjemah Tim Penerjemah Serambi, (Serambi: Jakarta) 2008, h. 437. 2 Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad, (Pustaka Compass: Tangerang) 2014, h. 168.

1

2

bom atom oleh Amerika Serikat, dan tepat di hari itu Soekarno, Hatta, dan Radjiman berangkat ke Dalat, bom atom kedua menyerang kota Nagasaki yang membuat Jepang semakin luluh lantak. Meski dengan penyerangan bom tersebut, Jepang belum menyerah secara resmi. Pernyataan menyerah tanpa syarat Jepang terjadi pada 14 Agustus 1945 dan diumumkan secara resmi keesokan harinya. Dengan keluarnya pernyataan menyerah dari Jepang maka Indonesia mengalami situasi kekosongan kekuasaan (vacuum of power).3

Jepang menyerah tanpa syarat pada tanggal 15 Agustus, dan dengan demikian para pemimpin Indonesia menghadapi suatu masalah yang berat. Karena pihak Negara-negara Sekutu4 tidak menaklukkan kembali Indonesia, maka kini terjadi suatu kekosongan politik: pihak Jepang masih tetap berkuasa namun telah menyerah, dan tidak tampak kehadiran pasukan Sekutu yang akan menggantikan mereka. Rencanarencana bagi kemerdekaan yang disponsori pihak Jepang secara teratur kini tampaknya terhenti, dan pada hari berikutnya Gunseikan telah mendapat perintahperintah khusus supaya mempertahankan status quo sampai kedatangan Sekutu.5

Menurut Moh. Hatta bahwa soal kemerdekaan Indonesia datanganya dari pemerintah Jepang atau dari hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri tidaklah menjadi soal karena Jepang sudah kalah. Yang harus dihadapi adalah Sekutu yang yang berusaha mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Oleh karena itu, untuk memproklamasikan Indonesia diperlukan revolusi yang terorganisasi yaitu dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sikap inilah yang tidak disetujui oleh golongan muda, yang menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang yang tunduk pada kemauan Jepang.6

Adanya perbedaan paham yang mendorong golongan muda untuk membawa Soekarno dan Moh. Hatta ke laur kota. Rengasdengklok7 dipilih untuk mengamankan Soekarno-Hatta berdasarkan perhitungan militer. Antara anggota

3 Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad..., h. 169. 4 Anggota negara-negara Sekutu pada Perang Dunia II adalah Amerika Serikat, Uni Soviet, Britania Raya atau Inggris Raya dan Tiongkok. 5 M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern..., h.443-444 6 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, (Balai Pustaka: Jakarta) 2008, h. 137. 7 Rengasdengklok adalah sebuah kecamatan di kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat.

3

PETA8 Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak mereka mengadakan pelatihan bersama-sama. Di samping itu, Rengasdengklok letaknya terpencil yakni 15km dari Kedunggede, Karawang pada jalan raya Jakarta-Cirebon. Dengan demikian, deteksi dapat dengan mudah dilaksanakan terhadap setiap gerakan tentara Jepang yang hendak datang ke Rengasdengklok, baik dari arah Jakarta maupun dari arah Bandung atau Jawa Tengah. Karena pastilah mereka harus melalui Kedunggede, di mana pasukan Peta telah bersiap- siap untuk menahannya.9

Kalangan politisi di Jakarta kemudian mengutus Ahmad Subardjo untuk menyusulnya sambil berusaha mencari titik temu dengan para pemuda tersebut sehingga pada 16 Agustus 1945 keduanya berhasil dibawa kembali. Begitu sampai di Jakarta segera kumpul para tokoh politik dan perwakilan pemuda untuk mendiskusikan kemerdekaan di rumah seorang perwira penghubung Angkatan Laut Jepang, Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol no. 1 Menteng. Rapat menyepakati segera mengumumkan kemerdekaan pada esok hari. Pada tanggal 17 Agustus 1945 bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan 1364 H., naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diumumkan pada pukul 10:00 di rumah Soekarno yang terletak di Pegangsaan Timur no. 56.10

Tidak lama setelah kemerdekaan, terjadi beberapa pergolakan di berbagai wilayah daerah di tanah air, sehingga lahirlah para pembela para laskar dari rakyat. Perjuangan tidak hanya dari kalangan politisi secara diplomasi saja, tetapi rakyat kecilpun ikut maju melawan ke medan perang. Kalangan santri, para ulama dan pihak-pihak yang ada di pesantren ikut andil dalam mempertahankan tanah air.

Salah satu yang melatar belakangi terbentuknya Laskar Hizbullah adalah ketika Jepang secara khusus, melalui orang Jepang yang beragama Islam yaitu Abdul Hamid Ono meminta kepada KH. agar mengerahkan para santri untuk membantu Jepang bergabung dengan Heiho. Namun permintaan itu

8 Tentara Pembela Tanah Air. 9 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, h. 139. 10 Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad...., h. 170

4

ditolak, KH. Wahid Hasyim mengusulkan agar para santri diberi latihan militer saja untuk pertahanan dalam negeri. Akhirnya Jepang menyetujui hal tersebut dan secara resmi pada tanggal 14 Oktober 1944 pemerintah pendudukan Jepang menyetujui dibentuknya Laskar Hizbullah di Jakarta.11

Faktor lain yang melatarbelakangi timbulnya keinginan tokoh-tokoh Islam untuk mendirikan Hizbullah ialah bahwa berperang untuk mempertahankan agama Allah hukumnya wajib.12

Pada tanggal 15 Desember 1944 diresmikan pembentukan barisan semi militer lainnya, yakni Hizbullah (Tentara Allah) yang dalam bahasa Jepang disebut Kaikyo Seinen Taishintai. Jika Barisan Pelopor dan Barisan Pelopor Istimewa milik Jawa Hokokai,13 lain halnya dengan Hizbullah yang berada di bawah naungan Masyumi. Pimpinan keseluruhan barisan ini ialah Zainal Arifin,14 seorang tokoh NU. Melalui Hizbullah , Jepang masih berharap agar propaganda tentang “perang suci” akan mendapatkan dukungan dari pemuda-pemuda Islam. Pemuda-pemuda yang diterima sebagai anggota Hizbullah adalah mereka yang berumur antara 17 dan 25 tahun dan belum berkeluarga. Mereka dilatih oleh beberapa perwira Peta dari golongan Islam karena Hizbullah dimaksudkan sebagai korps cadangan Peta. Setiap Syu15 di Jawa diharuskan mengirimkan 25 calon untuk dilatih. Pelatihan yang dipercayakan kepada Kapten Yanagawa, yang berhasil melatih pemuda di Seinen Dojo dan kemudian di pelatihan Peta, dimulai pada bulan Februari 1945 di Cibarusah, Jawa Barat dan diikuti oleh 500 orang.

11 Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur, (Pustaka Tebuireng: Jombang) 2015., h. 33-34. 12 Hasyim Latief, Laskar Hizbullah, (LTN PBNU: Jakarta) 1995., h. 16-17. 13 Himpunan Kebaktian Jawa. 14 Zainal Arifin adalah anak tunggal dari pasangan keturunan raja Barus, Sultan Ramali bin Tuangku Raja Barus Sultan Sahi Alam Pohan (ayah) dengan bangsawan asal Kotanopan, Mandailing Natal, Siti Baiyah br, Nasution. Pendidikannya dimulai Hollands Indische School (HIS) dan sekolah menengah calon guru, Norman School. Bergabung dengan Gerakan Pemuda Anshor, beliau piawai dalam berpidato, berdebat, dan berdakwah sehingga menarik perhatian tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama diantaranya KH. Wahid Hasyim. Zainul Arifin ikut mewakili NU dalam kepengurusan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan terlibat dalam pembentukan pasukan semi militer Hizbullah. Beliau dipercaya sebagai panglima Hizbullah dengan tugas utama mengkoordinasi pelatihanpelatihan semi militer di Cibarusah dekat Bogor. (Isno el- Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur, h. 55-56). 15 Wilayah Karisidenan.

5

Setelah mengikuti pelatihan selama dua bulan, mereka dikembalikan ke daerah untuk melatih calon-calon anggota Hizbullah di daerah masing-masing.16

Perjuangan para santri tergabung dalam laskar Hizbullah. Saat kemerdekaan RI diproklamirkan, laskar Hizbullah baik secara moral maupun organisasional dalam keadaan utuh dan penuh semangat juang tinggi. Secara organisasional, Hizbullah dalam keadaan solid hingga masa-masa setelah Proklamasi Kemerdekaan. Bahkan Laskar Hizbullah menjadi salah satu kesatuan bersenjata yang paling siap dalam menyongsong satu era baru yakni era Revolusi Kemerdekaan.17

Saat kemerdekaan diproklamirkan, Peta membutuhkan adanya inisiatif moril negara untuk menyatukan mereka ke dalam wadah tentara nasional. Sedangkan para laskar lainnya masih terpecah-pecah dalam berbagai aliran dan ideologi, serta butuh inisiatif dari pemerintah untuk penyatuan visi. Berbeda halnya dengan Hizbullah yang tersatukan dalam satu komando para Kiai dan solid, sehingga tidak membutuhkan suatu forum kongres guna mencari titik temu dalam visi perjuangan seperti yang dilakukan para laskar lainnya. Karenanya dapat dikatakan jika Laskar Hizbullah merupakan organisasi militer sejati setelah Proklamasi Kemerdekaan.18

Para kiai dan alim ulama dari berbagai tempat di Pulau Jawa berduyun- duyun menyerahkan darma bakti mereka ke Surabaya, sehingga tidak sedikit menambah keberanian pemuda dan rakyat yang percaya akan kekuatan gaib.19

Tidak hanya kalangan nasionalis saja yang ikut dalam perjuangan rakyat dalam mempertahankan RI ini, tetapi juga kalangan ulama dan santri ikut juga dalam perjuangan tersebut, khususnya pada pertempuran 10 November 1945 di Surabaya ini. Semua kalangan tidak takut untuk melawan sekutu.

16 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, h. 49-50. 17 Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad...., h. 186. 18 Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad...., h. 188. 19 Bung Tomo (), Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian & Pengalaman Seorang Aktor Sejarah, (Visi Media: Jakarta) 2008 cetakan kedua, h.146.

6

Penelitian yang berjudul “Peran Laskar Hizbullah dalam Mempertahankan RI pada Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya” mengungkap para pejuang yang berasal dari kalangan ulama, kiai, dan santri yang menjunjung tinggi nasionalisme.

Kalangan ulama, kiai dan santri yang hanya dianggap sebagai kaum bersarung yang tradisional ternyata memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi, hanya bermodalkan senjata tradisional seadanya dan hanya mengharapkan pertolongan dari Yang Maha Kuasa saja. Mereka mampu menjadi laskar terdepan bersama kaum nasionalis. Ini yang akan menjadi suri tauladan baik bagi kaum dari semua kalangan untuk menjunjung tinggi nasionalisme dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. Masalah Merunut pada latar belakang permasalahan diatas, maka peneliti menangkap sejumlah masalah diantaranya adalah:

1. Dari data apa saja Indonesia mendapatkan kemerdekaan? 2. Situasi dan kondisi apa saja ketika -Hatta membacakan kemerdekaan proklamasi? 3. Situasi dan kondisi apa saja yang mendorong Sekutu silih berganti datang ke Indonesia? 4. Kenapa perang meletus besar-besaran terjadi di Surabaya? 5. Siapa saja yang duduk sebagai panglima dan komandan lapangan dari negara-negara Sekutu yang datang silih berganti ke Indonesia? 6. Siapa sajakah tokoh-tokoh yang terlibat dalam gerakan mempertahakan kemerdekaan Republik Indonesia di Indonesia? 7. Organisasi masyarakat, gerakan, laskar apa saja yang tergerak untuk melawan Sekutu di Indonesia? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah: 1. Untuk mengetahui pasukan yang tergabung dalam Laskar Hizbullah beserta tokoh-tokoh di dalamnya.

7

2. Untuk mengetahui latar belakang terjadinya pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

3. Untuk mengetahui peran Laskar Hizbullah dalam mempertahankan kemerdekaan RI pada perang 10 November 1945 di Surabaya.

Penelitian yang berjudul “Peran Laskar Hizbullah dalam Mempertahankan Kemerdekaan RI pada Perang 10 November 1945 di Surabaya ” ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Mengetahui bahwa adanya pasukan yang disebut dengan Laskar Hizbullah beserta tokoh-tokoh di dalamnya. 2. Mengetahui informasi tentang perang 10 November 1945 di Surabaya. 3. Mengetahui peran Laskar Hizbullah dalam mempertahankan kemerdekaan RI pada perang 10 November 1945 di Surabaya. D. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Untuk memperjelas dan memfokuskan pembahasan ini, maka penulis akan membatasi pembahasan ini. Batasan masalah meliputi pembahasan mengenai perjuangan para santri yang tergabung dalam Laskar Hizbullah dalam mempertahankan kemerdekaan RI khususnya pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.

2. Rumusan Masalah Dari masalah-masalah yang telah penulis ambil maka muncullah rumusan- rumusan masalah sebagai berikut:

a. Pasukan yang tergabung dalam Laskar Hizbullah adalah mereka laki- laki yang beragama Islam yang belum menikah yang dilatih oleh tentara Jepang dalam kurun waktu yang telah ditentukan kemudian mereka akan kembali ke daerahnya masing-masing untuk melatih para pemudanya.

8

b. Latar belakang terjadinya 10 Nopember 1945 di Surabaya dan kronologis perang tersebut secara runtut akan dipaparkan dalam bab berikutnya. c. Hizbullah berperan dalam mempertahankan kemerdekaan RI pada perang 10 Nopember 1945 di Surabaya dengan fakta-fakta dan sumber-sumber akurat. E. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari plagiarisme perlu adanya kejujuran dalam penulisan baik itu dari sumber-sumber ataupun penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini sebelumnya pernah ditulis oleh Mochammad Ilham mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya program studi Sejarah dan Kebudayaan Islam, dalam skripsinya yang berjudul “Historiografi Peran Laskar Hizbullah Pada Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya” yang disahkan pada tahun 2015. Di dalam skripsinya ia memfokuskan kepada permasalahan yaitu penulisan sejarah yang tidak banyak membahas mengenai peran Hizbullah pada pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Namun penelitian kali ini memfokuskan lebih kepada ingin mengungkapkan peran Hizbullah beserta tokoh-tokohnya yang berkiprah dalam pertempuran 10 November 1945.

Kajian dalam penelitian ini telah ditulis oleh beberapa peneliti, diantaranya oleh Zainul Milal Bizawie dalam bukunya Laskar Ulama Santri dan Resolusi Jihad: Garda Depan Menegakkan Indonesia (1945-1949). Buku yang ditulis oleh Zainul Milal Bizawie ini, ingin menunjukkan bahwa sejarah seharusnya mengkaji dengan jernih adanya kepentingan politik. Buku ini memaparkan lebih jauh pergerakan ulama-santri melawan kolonial Belanda dengan politik etisnya yang membuat kalangan pesantren begitu terpinggirkan. Datangnya Jepang yang memposisikan diri sebagai saudara tua menghadirkan penjajahan baru yang tak kalah kejamnya hingga akhirnya ulama santri membentuk laskar Hizbullah. Terbentuknya Hizbullah berawal dari keinginan Jepang merangkul umat Islam seluruh Indonesia untuk dilatih militer dan dikirim ke Jepang bergabung dengan Heiho melawan tentara sekutu, namun dengan gagasan brilian KH. Hasyim Asy‟ari laskar santri tersebut terpisah dengan Heiho dan membentuk barisan tersendiri yaitu Laskar Hizbullah. Laskar ini dibentuk Mbah Hasyim untuk

9

mempersiapkan kemerdekaan RI sekaligus mempertahankannya. Buku ini terlihat sangat jelas ingin mengungkapkan sejarah bahwa santri dan ulama memiliki peran yang penting dalam proses kemerdekaan Indonesia hingga perang melawan Sekutu dalam mempertahankan Indonesia. Kemudian buku Frank Palmos berjudul Surabaya 1945: Sakral Tanahku yang diterjemahkan oleh Johannes Nugroho, buku ini bercerita tentang kisah- kisah para pelaku sejarah terutama di Surabaya dalam kurun waktu 40 hari. Rakyat Surabaya yang berperan penuh dalam perlawanan melawan tentara Inggris dan Jepang. Telah disebutkan dibeberapa sumber bahwa dari semua kalangan turut serta dalam pertempuran ini. Di dalam buku ini juga diceritakan semasa penjajahan Jepang ke Indonesia, hingga Indonesia meraih kemerdekaan. Diceritakan pula pergolakan-pergolakan setelah merdeka di berbagai wilayah seperti di Bandung, Bogor, Cirebon dan Semarang melawan tentara Inggris dan Jepang. Diceritakan secara detil juga perjuangan rakyat Surabaya untuk menggagalkan Belanda menduduki wilayah Indonesia, dan berhasil melawan tentara Inggris dan Jepang. Dikatakan pula bahwa wilayah Indonesia yang pertama kali mengecap kemerdekaan secara riil adalah Surabaya. Buku karya Bung Tomo (Sutomo) berjudul Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian & Pengalaman Seorang Aktor Sejarah. Buku ini menceritakan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya secara jujur dan detil tanpa tendensi demi kepentingannya sendiri. Diceritakan suka duka para pejuang mengatur strategi perang hingga kisah para rakyat kecil yang mengorbankan segala harta benda yang tidak seberapa, mengorbankan segala air mata, darah, dan perjuangan. Ada juga kisah lucu dari rakyat kecil yang berjuang yang tidak tahu dengan alat- alat canggih seperti cara penggunaan granat yang dimiliki Jepang dan Inggris hingga membuat rakyat menjadi korbannya.

Buku berjudul Pertempuran Surabaya November 1945 Catatan Julius Pour: Mallaby Dibunuh atau Terbunuh? karya Des Alwi. Ia merupakan aktor sejarah yang menyaksikan peristiwa tersebut. Di buku ini penulis mengungkapkan pengalaman pribadinya di masa sekitar kemerdekaan Indonesia khususnya di Surabaya, dan sebagai sumbangsih penulisan sejarah Indonesia.

10

Buku berjudul 10 Nopember 1945 terbitan Angkasa Bandung tahun 1976 karya Dr. A. H. Nasution seorang Jenderal TNI. Karya sejarah ini ditinjau dari segi militer. Meskipun seorang TNI tapi penulis mencoba untuk seobjektif mungkin dalam memaparkan peristiwa peperangan 10 Nopember 1945 di Surabaya. Dalam bagian pertama buku ini diceritakan tentang penjajahan yang dialami Indonesia hingga mencapai kemerdekaan. Di bab selanjutnya diceritakan keadaan militer menjelang 10 Nopember 1945 hingga pertempuran tersebut terjadi. Bab terakhir tentang siasat yang dilakukan pemerintah terhadap Sekutu dengan cara diplomasi yang gagal hingga meledaklah pertempuran.

Garis Depan Pertempuran Lasykar Hizbullah 1945-1950 buku karya Ayuhanafiq diterbitkan oleh Azzagrafika. Menceritkan sejarah berdirinya Laskar Hizbullah, kemudian diceritakan bangaimana cara untuk menjarah senjata-senjata Jepang untuk bekal Hizbullah. Diceritakan secara detail juga sepak terjang Hizbullah Mojokerto. Karya ini juga meyadarkan bahwa kelompok Jam‟iyah Nahdlatul Ulama adalah salah satu komunitas yang berjuang dan ikut mempertahankan Kemerdekaan RI, memang porsi yang tidak banyak dalam penulisan sejarah bahwa para ulama telah menjadi garda terdepan melawan penjajah.

Buku KH. Zainul Arifin Pohan, Panglima Santri; Ikhlas Membangun Negeri karya Ario Helmy. Ario Helmy merupakan cucu dari tokoh KH. Zainul Arifin Pohan. Buku ini menceritakan riwayat hidup tokoh tersebut. KH. Zainul Arifin Pohan merupakan Panglima Laskar Hizbullah sekaligus Pahlawan Nasional yang ditetapkan tahun 1963. Buku ini merupakan buku revisi yang berjudul KH. Zainul Arifin: Berdzikir Menyiasati Angin.

Buku Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur karya Isno el- Kayyis diterbitkan oleh Pustaka Tebuireng, berisi tentang sejarah berdirinya Laskar Hizbullah, perjuangannya untuk mempertahankan kemerdekaan sampai melawan sekutu, hingga bercerita tentang bubarnya Laskar Hizbullah. Dalam buku ini diceritakan sepak terjang perjuangan Hizbullah khususnya di Jawa Timur. Buku ini menjadi penyeimbang dalam memandang sejarah dari sisi lain, khususnya dari sudut Nahdliyin.

11

F. Kerangka Teori Pada penelitian ini diperlukan pendekatan teori. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sejarah dan politik. Dalam pendekatan sejarah bisa diketahui latar belakang ataupun sejarah terjadinya peristiwa. Ketika penulis akan mengungkap bagaimana terbentuknya Laskar Hizbullah dan mengapa peristiwa 10 November 1945 di Surabaya itu bisa terjadi, dengan pendekatan atau teori sejarah. Pendekatan politik akan mengungkap bagaimana kronologi perpolitikan sekitar paska kemerdekaan khususnya pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya tersebut.

Pada mulanya politik adalah tulang punggung sejarah (politics is the backbone of history). Oleh karenanya, buku-buku teks sejarah berisi rentetan kejadian-kejadian mengenai raja, negara, bangsa, pemerintahan, parlemen, kelompok-kelompok kepentingan (militer, partai, ulama, bangsawan, petani), dan interaksi antara kekuatan-kekuatan itu dalam memperebutkan kekuasaan. Ada ungkapan “history is past politics, politics is present history” (ucapan Sir John Robert Seeley, sejarawan Inggris, 1834-1895) yang dengan pasti menunjukkan keterkaitan antara politik dan sejarah. Dominasi politik dalam penulisan sejarah itu menjadi kewajaran untuk waktu yang lama.20

Dengan judul penelitian yaitu Peran Laskar Hizbullah dalam Mempertahankan Kemerdekaan RI pada Perang 10 November 1945, maka penulis akan menekankan pendekatan teori dari arti kata “peran” tersebut. Menurut Soerjono Soekanto (2009), peran adalah proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia telah menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.21 Dalam hal ini, Hizbullah melaksanakan perannya dalam mempertahankan kemerdekaan RI karena telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya.

20 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah,, (Tiara Wacana: Yogyakarta), 2003, edisi kedua, h. 174. 21 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Rajawali Pers: Jakarta) 2009, edisi baru, h. 213

12

G. Metode Penelitian Tahapan dalam penelitian sejarah menurut Kuntowijoyo, mempunyai lima tahapan yaitu: pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber), intrepretasi: analisis dan sintesis, dan penulisan.22

Dari uraian tahap-tahap penelitian di atas dapat disederhanakan menjadi, heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan penulisan. Dalam heuristik penulis telah mencoba mencari sumber baik sumber primer maupun sumber sekunder ke Arsip Nasional Republik Indonesia di jalan Ampera Raya no. 7 Cilandak Timur, Pasar Minggu Jakarta Selatan. Ke beberapa perpustakaan seperti Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang awalnya berada di jalan Salemba no. 28 A, Jakarta Pusat hingga saat ini penulis masih melakukan penelitian gedung Perpustakaan Nasional Republik Indonesia berpindah ke jalan Merdeka Selatan no. 11 Jakarta Pusat, Perpustakaan PBNU di jalan Kramat Raya no. 164 Jakarta Pusat, Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta di Gedung jalan H. R. Kav. C22 Jakarta Selatan, ataupun Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora. Museum Sepuluh Nopember jalan Pahlawan, Alun-alun Contong, Bubutan, Kota Surabaya dan Museum Nahdlatul Ulama, jalan Gayungsari, Gayungan, Kota Surabaya. Kantor Berita Antara, yang merupakan kantor berita nasional, beralamat di Wisma Antara jalan Medan Merdeka Selatan No. 17 Jakarta Pusat. Mencari buku-buku terbitan lama ataupun buku-buku terbitan baru, kemudian juga memanfaatkan teknologi di era sekarang ini untuk mencari sumber dengan akses internet. Melakukan wawancara dengan Bapak Agustiono23. Betapa masih sangat terbatasnya pencarian sumber ini, dan penulis akan berusaha untuk mencari sumber-sumber lain seperti dokumen, surat kabar pada masanya, ataupun wawancara kepada narasumber terkait dengan metode sejarah lisan. Mengenai kritik sumber, penulis menilai terlebih dahulu sumber-sumber yang telah didapat melalui kritik ekstern dan kritik intern. Dalam kritik ekstern penulis dapat menilai sumber manakah yang memang diperlukan, apakah sumber

22 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Tiara Wacana: Yogyakarta), 2013, edisi baru, h. 69. 23 Sub. Unit Konservasi Reparasi dan Bimbingan Edukasi Museum Sepuluh Nopember Surabaya.

13

tersebut asli ataupun tidak asli, kritik ekstern dapat menilai keakuratan sumber. Sedangkan mengenai kritik intern, penulis menilai kredibilitas data dalam sumber. Tujuan dalam kritik sumber ini adalah untuk menyeleksi data sehingga diperoleh fakta yang akurat. Setelah fakta didapat dan dinilai layak untuk diteliti maka dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran atau dituangkannya fakta yang telah diseleksi dengan objektif selaku penulis sejarah, agar menghasilkan sejarah yang benar dan dijauhkan dari kepentingan belaka.

Tahap terakhir yaitu historiografi atau tahap penulisan sejarah. Dalam hal ini penulis akan menuangkan tulisan sejarah secara kronologis dan sistematis. Tulisan ini besifat karya ilmiah sehingga harus ditulis dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah yang berlaku.

H. Sitematika Penulisan Secara garis besar pembahasan dalam penelitan ini terbagi dalam tiga bagian yaitu, pendahuluan, isi pembahasan, dan kesimpulan. Tiga bab tersebut dibagi menjadi lima bab yang masing-masing bab berisi sub-sub bab. Bab-bab tersebut meliputi:

Bab I, yaitu pendahuluan yang meliputi, latar belakang masalah, masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan rumusan masalah, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II, berisi mengenai latar belakang, sejarah, perkembangan, dan tujuan Laskar Hizbullah. Bab III, menjelaskan tentang kondisi Surabaya pada masa Jepang, latar belakang terjadinya peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan kronologinya.

Bab IV, meliputi penjelasan mengenai peranan Laskar Hizbullah dalam mempertahankan kemerdekan RI terfokus pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan dampak peran Hizbullah dalam perang tersebut.

Bab V, merupakan bab terakhir sebagai penutup yaitu berisi kesimpulan dari keseluruhan bab yang telah diuraikan.

BAB II LASKAR HIZBULLAH A. Sejarah dan Latar Belakang Terbentuknya Laskar Hizbullah

Awal kedatangan Jepang disambut baik oleh rakyat Indonesia. Mereka bersuka cita karena Jepang telah membantu melepaskan penjajahan Belanda atas Indonesia kurang lebih selama 350 tahun. Bahkan Jepang melabeli diri sebagai Jepang cahaya Asia, Jepang pemimpin Asia, dan Jepang pelindung Asia. Jepangpun berjanji akan memerdekakan rakyat Indonesia setelah perang pasifik melawan sekutu usai. Hal tersebut berbalik pada 20 Maret 1942 ketika Jepang melarang rakyat Indonesia untuk terjun dalam politik atau berorganisasi. Hanya ada beberapa saja yang diperbolehkan untuk membuat organisasi sebagaimana organisasi bentukan Jepang sebagai alat propaganda. Misalnya Gerakan 3A, organisasi yang berdiri pada 24 April 1942 dipimpin oleh Mr. Sjamsuddin yang bertujuan agar rakyat Indonesia suka rela menjadi tenaga bagi perang Jepang. Namun organisasi ini kurang mendapat simpati dari rakyat Indonesia, hingga akhirnya pada 20 November 1942 organisasi ini dibubarkan. Kemudian Jepang membentuk PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat), untuk menarik simpati rakyat, pemerintah militer Jepang menawarkan kerjasama dengan para pemimpin Indonesia, diantaranya Soekarno, , K.H. Mas Mansyur dan . Empat serangkai tersebut memimpin organisasi PUTERA. Tujuan didirikannya PUTERA pada intinya adalah membantu Jepang dalam rangka menyukseskan Perang Asia Timur Raya. Seiring perkembangannya PUTERA lebih banyak dimanfaatkan untuk perjuangan dan kepentingan bangsa Indonesia. Mengetahui hal ini, Jepang membubarkan PUTERA kemudian pada 1 Januari 1944 Jepang mendirikan Jawa Hokokai. Organisasi ini diperintah langsung oleh kepala pemerintah militer Jepang. Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah. Tujuan

14

15

didirikannya Jawa Hokokai adalah agar mencangkup semua golongan masyarakat termasuk Cina dan Arab.24 Pada Mei 1942 Jepang mengalami kekalahan pertama dalam pertempuran Laut Koral. Dalam medan pertempuran Jepang terus tedesak dan menyerah kalah di Irian dan Morotai, Maluku serta Filipina. Jatuhnya Filipina membuat sekutu bisa mengontrol lalu lintas Laut Cina Selatan. Maka putuslah jalur distribusi Jepang dengan wilayah kekuasaannya di selatan. Kekalahan itu memaksa penguasa Jepang untuk mengubah kebijakan politiknya dengan berusaha mendapatkan bantuan penduduk pribumi untuk mempertahankan diri dari serangan sekutu. Oleh karena itu Jepang mengambil hati rakyat Jawa yang mayoritas Islam, Jepang segera membebaskan KH. Hasyim Asy‟ari dan KH. Mahfudz Shidiq dari tahanan di penjara Bubutan Surabaya. Sebagai bentuk penghormatan kepada ulama yang pernah dipenjarakan, Jepang mengundang KH. Hasyim Asy‟ari dan KH. Mahfudz Sidiq serta 30 ulama NU se-Jawa dan Madura ke Istana Gubernur Batavia pada 7 Desember 1942, undangan semacam ini belum pernah ada pada masa Belanda. Pada pertemuan tersebut, Letnan Jenderal Okazaki, mewakili pemerintah militer Jepang, mengatakan bahwa Jepang akan melindungi dan akan mempelajari agama Islam agar dapat menyesuaikan diri dengan umat Islam Indonesia. Pada 10 September 1943, secara resmi Jepang mengizinkan dan mengakui aktivitas Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Kemudian disusul pengakuan Persyarikatan Umat Islam. Pengakuan itu membuat kekuatan organisasi Islam berkembang di Jawa, sehingga ormas-ormas tersebut diperkenankan Jepang untuk membentuk organisasi federasi bernama Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) pada 24 Oktober 1943, sebagai pengganti dari Majelis Islam A‟la Indonesia (MIAI). Masyumi diketuai oleh KH. Hasyim Asy‟ari yang juga merupakan rois akbar NU, wakilnya diambil dari organisasi Islam lainnya. Selain itu, bersama Soekarno, KH. Hasyim Asy‟ari juga diangkat menjadi penasehat utama organisasi Jawa Hokokai.25

24 Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah, (Pustaka Tebuireng:Jombang), 2015, h.12-17. 25 Ayuhanafiq, Garis Depan Pertempuran Lasykar Hizbullah 1945-1950, (Azza Grafika: Yogykarta) 2013., h.19-21.

16

Sebelumya pada sekitar April 1942, Jepang menahan KH. Hasyim Asy‟ari dan KH. Mahfudz Sidiq dan dipenjara selama empat bulan. Mereka ditangkap karena tidak mau melakukan „saikere‟, yakni upacara menghormat Tenno Haika dengan membungkukkan badan seperti rukuk ke arah Tokyo saat matahari terbit. Perintah ini bukan hanya ditolak oleh KH. Hasyim Asy‟ari, namun beliau juga menyerukan kepada rakyat muslim Indonesia untuk tidak melakukannya karna dianggap menyekutukan Tuhan.26 Pada bulan pertama Masyumi yang berada di bawah kekuasaan Jepang menjalankan gerakan “melipat gandakan hasil bumi” untuk kepentingan Jepang. Untuk menyelamatkan Masyumi agar tidak menjadi alat propaganda Jepang, Wachid Hasyim, Mochammad Nasir, Prawoto Mangkusaswito, Zainul Arifin dan beberapa orang tokoh muda masuk kedalam pengurusan Masyumi untuk menyelamatkan Masyumi, dan mereka kemudian berhasil mengendalikan Masyumi dari dominasi campur tangan Jepang yang memang semula ingin menjadikan salah satu alat perjuangannya. Pada bulan-bulan akhir tahun 1944 Jepang mulai terjepit, keadaan telah berubah secara cepat dan sekutu mulai berkuasa di beberapa tempat karena menang di beberapa tempat. Untuk menarik simpati rakyat Indonesia agar membantu Jepang untuk mencapai kemenangan, Perdana Menteri Kaiso di Tokyo mengumumkan bahwa Jepang akan segera memerdekakan Indonesia. Namun janji untuk memerdekakan Indonesia tidak jelas. Kemudian pada 12-14 Oktober 1944 Masyumi mengadakan rapat di Jakarta yang dihadiri oleh seluruh pengurus Masyumi atas utusan-utusan istimewa dari pengurus besar Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persatuan Umat Islam Indonesia, dan Persarikatan Umat Islam. Masyumi berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia adalah keerdekaan umat Islam Indonesia. Dan kemerdekaan Indonesia adalah salah satu syarat yang penting untuk mencapai kemerdekaan umat Islam Indonesia dalam menjalankan syariat agamanya.27 Kekalahan Jepang secara beruntun di beberapa wilayah pendudukan seperti di Pulau Bougainvile dan hancurnya Armada Kekaisaran I di Kepulauan

26 Abdul Latif Bustami dan Tim Sejarah Tebuireng, Resolusi Jihad “Perjuangan Ulama: dari Menegakkan Agama hingga Negara”, (Pustaka Tebuireng: Jombang), 2015, h.133. 27 Hasyim Latief, Laskar Hizbullah, (LTN PBNU: Jakarta) 1995, h.14-15.

17

Guadalcanal, Komandan Ryukugun 16 terpaksa cepat-cepat melibatkan rakyat Jawa untuk mendukung perang. Sementara itu, Koran Asia Raja, edisi 13 September 1943 mempublikasikan, tuntutan sepuluh ulama pada pemerintah Jepang di Jakarta. Tuntutan itu berisi permintaan para ulama agar Jepang segera membentuk tentara sukarela yang akan membela tanah air. Kesepuluh ulama itu adalah KH. , Tuan Guru H. Mansoer, Tuan Guru H. Jacob, H. Moh Sadri, KH. Adnan, Tuan Guru H. Cholid, KH. Djoenaedi, DR.H. Karim Amrullah, H. Abdoel Madjid dan U. Mochtar. Akhirmya, pada 3 Oktober 1943, pemerintah Jepang meresmikan Peta (Tentara Sukarela Pembela Tanah Air) di Bogor Jawa Barat. Keanggotaan Peta didominasi kalangan santri dan ulama, termasuk sepuluh ulama diatas yang dicatat sebagai pendiri sekaligus komandan Peta di wilayahnya msing-masing. KH. Hasyim Asy‟ari sebagai pendiri NU dan ketua Masyumi dipercaya sebagai penasihat Peta.28 Masih dalam situasi berkecamuknya Jepang dengan Sekutu pada tahun 1943, para ulama antara lain KH. Wahid Hasyim, KH. , Ki Bagus Hadikusumo, KH. Farid Ma‟ruf, KH. Abdul Halim, KH. Ahmad Sanusi, Zainal Arifin, Mr. Mohammad Rum, Abi Kusno Cokrosuyoso, KH. dan Abdul Hamid Ono (seorang muslim Jepang yang selalu mengikuti KH. Wahid Hasyim) beliau mengadakan pertemuan untuk membahas tentang persiapan pembentukan Peta dan Hizbullah. Rencana tersebut terealisasi. Namun yang menjadi masalah apakah Peta dan Hizbullah disatukan atau dipisahkan. Jika disatukan, maka potensi nasioanl kuat, utuh dan tidak terpecah belah.Jika dipisahkan, maka pihak musuh mudah menguasai dan memecah belah internal atau dari dalam Peta dan Hizbullah tersebut. Akhirnya, demi utuhnya dan tegaknya kedua laskar tentara tersebut diambil keputusan dipisahkan dalam pendiriannya. Setelah pertemuan usai, kemudian rapat memutuskan untuk menugaskan tiga orang yaitu Muhammad Syahid dari Blitar, Ahmad Fathoni dari Jakarta, dan Syaifuddin Zuhri dari Jawa Tengah untu bertugas menghadap kepada ulama diseluruh Jawa dan Madura guna memberikan penjelasan tentang persiapan

28 Gugun El-Guyanie, “Resolusi Jihad Paling Syar‟i”, (Pustaka Pesantren: Yogyakarta) 2010, h. 44.

18

pembentukan Peta dan Hizbullah serta menyiapkan para tentara yang masuk ke dalam Peta dan Hizbullah.29 Pembentukan Peta merupakan respon dari tuntutan tokoh-tokoh Islam yang mengusulkan pada Letnan Jenderal Kumshiki Harada agar dibentuk Barisan Pembela Islam yang bertujuan untuk mempertahankan Jawa. Secara keseluruhan, kekuatan Peta berjumlah 69 batalyon dengan jumlah 38.000 anggota. Keinginan yang sama muncul dari perwira muslim Jepang Abdul Hamid Ono yang datang kepada KH. Wahid Hasyim untuk melatih para pasukan muslim atau santri agar masuk ke dalam Heiho, untuk membantu Jepang. Namun usulan itu ditolak, alasan KH. Wahid Hasyim adalah pertama sebaiknya para pasukan muslim berperang untuk membela tanah air sendiri karna akan menggunggah semangat para anggota muslim, kedua sebaiknya dijadikan anggota cadangan saja, ketiga para santri yang kurang terlatih akan menyulitkan Jepang sendiri jika dikirim ke garis perang. Berdasarkan usulan tadi, Jepang memutuskan membentuk Hizbullah yang dalam bahasa Jepang adalah „Kaikyo Sainen Teishintai‟ pada 15 Desember 1944.30 Pembentukan Hizbullah sebenarnya sudah diajukan oleh para ulama setahun sebelumnya bersamaan dengan pembetukan Peta. Namun Jepang tidak langsung menyetujui pembentukan Hizbullah secara resmi. Sedangkan Peta sendiri disetujui dengan alasan bahwa para pemuda telah mengetahui akan dibukanya pendaftaran pasukan Peta dan Hizbullah, terkebih ketika Jepang menjanjikan akan memberikan kemerdekaan untuk bangsa Indonesia maka para pemuda berbondong-bondong mendaftar untuk menjadi pasukan sukarela. Pada bulan Oktober 1943 disetujuinya pembetukan Peta atas usulan Gatot Mangunprojo, maka dilatihnya para calon pasukan Peta tersebut. Ternyata banyak diantara pasukan tersebut dari kalangan ulama diantaranya, KH. Sam‟un dari Banten, Mr. Kasman Singdimedjo dari Jakarta, KH. Basyuni dari Sukabumi, dan masih banyak ulama lainnya. Namun pendaftaran Peta tidak lama ditutup, sedangkan masih banyak para pemuda yang belum terlatih kemiliterannya. Para

29 Tanpa Nama, Hizbullah, Peranan dan Perjuangan dalam Menegakkan Kemerdekaan Republik Indonesia (Semarang, tanpa tahun) Bab 1 tanpa halaman. 30 Ayuhanafiq, Garis Depan Pertempuran Lasykar Hizbullah 1945-1950...., h. 23-24.

19

ulama terus berusaha guna memenuhi hajat para pemuda dan santrinya untuk terus memperjuangkan kemerdekaan. Akhirnya dengan perantara sepuluh ulama Hizbullah diresmikan pada 14 Oktober 1944 dan baru mengadakan pelatihan militer pada 2 Februari 1945-15 Mei 1945. Setelah usul sepuluh ulama pada 13 September 1943 baru disetujui pada 14 Oktober 1944.31 Pada tahun 1944 situasi pertempuran Jepang semakin terpojok, dengan semakin berkurangnya pasukan Jepang maka untuk mempertahankan Indonesia dari Sekutu satu-satunya cara yaitu menambah pasukan lokal. Barangkali itu yang menjadi pertimbangan Jepang dalam menyetujui adanya pasukan Hizbullah. Berbeda ketika tokoh nasionalis Gatot Mangunprojo mengusulkan pembentukan Peta yang tidak membutuhkan waktu hingga satu tahun. Menurut BJ. Boland dalam bukunya Pergumulan Islam di Indonesia, menyebutkan bahwa ada tiga manfaat yang bisa diambil bagi umat Islam pada masa pendudukan Jepang yaitu, dibentuknya Kantor Urusan Agama Indonesia, didirikannya Masyumi, serta pembentukan Hizbullah. Berbalik pada masa pendudukan Belanda, kalangan moderen Islam terutama yang begerak di bidang politik ditolak oleh pemerintah Belanda untuk mendirikan suatu pemerintahan yang bertanggungjawab kepada lembaga perwakilan. Pemerintah Belanda hanya mendekati golongan kepala tradisi ataupun priyayi. Sehingga dapat dikatakan adu domba terjadi antar golongan tersebut.32 Bahkan pada masa itu, Belanda dianggap pemerintahan kafir, yang menjajah agama dan bangsa mereka. Pesantren yang merupakan pusat pendidikan Islam bersikap anti kolonialisme. Gaji yang diberikan pemerintah Belanda dianggap uang haram, celana dan dasi dianggap haram, karena sebagian dari identitas Belanda.33 Kantor Urusan Agama dalam bahasa Jepang disebut Shumubu, sebelumnya pada masa pendudukan Jepang adalah Kantoor voor het Inlandsche Zaken dipimpin oleh Kolonel Hori. Kantor tersebut membawahi bidang Departemen

31 Tanpa Nama, Hizbullah, Peranan dan Perjuangan dalam Menegakkan Kemerdekaan Republik Indonesia...... 32 Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, (LP3ES: Jakarta), 1982, edisi ke 2., h. 334. 33 H. Aqieb Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, (LP3ES: Jakarta), 1985., h. 50.

20

Dalam Negeri, Kehakiman, Pendidikan, dan Peribadatan. Dimulai tanggal 1 Agustus 1944 kantor tersebut dipimpin oleh KH. Hasyim Asyari. Kantor ini yang kemudian menjadi Kementrian Agama hingga pada tahun 1950, Wahid Hasyim menjadi menteri Agama dalam kabinet pertama Republik Indonesia Serikat. Kemudian Masyumi, yang disebut sebagai pengganti MIAI (Majelis Islam A‟la Indonesia). Pembubaran MIAI ini disebabkan karena MIAI sendiri terbentuk atas prakarsa umat Islam Indonesia melalui kongres. MIAI dianggap sebagai anti kolonial dan tidak mau bekerjasama dengan pemerintah kolonial. Muhammadiyah yang berdiri tahun 1912 dan NU berdiri tahun 1926, masuk sebagai anggota Masyumi yang diketuai oleh KH. Hasyim Asy‟ari. Pada akhir tahun 1944, Jepang menyetujui adanya pasukan Hizbullah (Tentara Allah, atau golongan Allah sesuai dengan surat 5 ayat 56 dan surat 58 ayat 22), merupakan organisasi militer bagi para pemuda muslim.34 Dengan didirikannya Kantor Urusan Agama, Masyumi, dan Hizbullah, umat Islam Indonesia memang telah diberikan beberapa manfaat. Namun tidak bisa dinafikan juga bahwa pada masa pendudukan Jepang, Indonesia mengalami kemiskinan dikarenakan semua harta benda, hasil bumi penduduk diambil oleh Jepang bahkan dikerja paksa atau disebut dengan Romusha. Dengan semangat keagamaan yang kental, Hizbullah menjadi kesatuan yang memiliki tujuan berbeda dengan apa yang diinginkan oleh Jepang. Berbeda dengan Peta yang pembentukannya bertujuan melayani kepentingan Jepang, Hizbullah sejak awal pembentukannya berkaitan dengan aspirasi ke arah Indonesia merdeka. Menurut Cornelius Van Dijk, Hizbullah atau Tentara Allah didirikan pada akhir pendudukan Jepang untuk memberikan kepada umat Muslim Jawa pasukan pertahanannya sendiri. Pemimpin-pemimpin Islam telah mengusulkan pembentukan pasukan yang demikian sudah sejak September 1943. Dalam bulan itu mereka mengajukan permohonan kepada pihak Jepang untuk mendirikan korp sukarela muslim yang dapat menjadi pelopor dalam usaha menghancurkan Amerika dan Inggris. Setelah disetujui oleh Jepang, Masyumi langsung mengumpulkan para pemuda Islam untuk masuk ke dalam Hizbullah

34 BJ. Boland, Pergumulan Islam di Indonesia, (Grafiti Pers: Jakarta) 1985, hl.11-15.

21

dan mengirimkan 25 pemuda untuk dilatih militer oleh Jepang. Keanggotaannya terbuka bagi pemuda Islam terutama siswa madrasah atau pesantren yang berumur 17-25 dengan syarat sehat fisik, bujangan, dan mendapat izin orang tua atau wali.35 Setelah disetujui Hizbullah maka segerelah para ulama pengusul membentuk Dewan Pengurus Hizbullah Pusat di Jakarta sebagai berikut:36 STRUKTUR ORGANISASI DEWAN PENGURUS PUSAT HIZBULLAH Ketua : KH. Zainal Arifin (Nahdlatul Ulama) Ketua Muda : Mr. Muhammad Rum (Jong Islamieten Bond) Urusan Umum : S. Surowijoyo (Jong Islamieten Bond) Suyono Hadisudiro Penerangan : Anwar Cokroaminoto (Sarekat Islam) KH. Imam Zarkasyi (Pesantren) Masyhadi Urusan Rencana : Sunaryo Mangun Puspito Mr. Yusuf Wibisono (Jong Islamieten Bond) Muhammad Junaidi (Ayah Mahbub Junaidi) Urusan Keuangan : R.H.O. Junaidi Prawoto Mangkusaswito (Muhammadiyah) Anggota : H. Abdul Mukti (Muhammadiyah) Ahmad Fathoni Muhammad Syahid KH. Mukhtar (Muhammadiyah) Amir Fatah (Muhammadiyah) Urusan Politik : KH. Wahid Hasyim (Nahdlatul Ulama) KH. Abdul Wahab Hasbullah (Nahdlatul Ulama) Ki Bagus Hadikusumo (Muhammadiyah) KH. Masykur (Muhammadiyah)

35 Ayuhanafiq, Garis Depan Pertempuran Lasykar Hizbullah 1945-1950...., h. 24-25. 36 Tanpa Nama, Hizbullah, Peranan dan Perjuangan dalam Menegakkan Kemerdekaan Republik Indonesia......

22

Pembentukan Hizbullah pada awalnya memang murni atas keinginan dari pihak ulama dan dengan tujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Berbeda dengan pasukan lain seperti Peta yang awal mulanya dibentuk untuk membantu Jepang dalam perang melawan Sekutu.

B. Perkembangan Laskar Hizbullah

Hizbullah telah memainkan perannya dalam organisasi militer yang beranggotakan para pemuda Islam, santri bahkan kiai. Saat Jepang menyutujui didirikannya Peta dan mulai melatih militer, anggota Peta yang dilatih Jepang ternyata banyak diantaranya adalah kiai. Yang kemudian saat pulang para kiai tersebut kelak menjadi komandan-komandan Hizbullah. Juga melatih para santrinya yang kemudian masuk dalam Hizbullah di masing-masing daerah atau wilayah karesidenan.

1. Latihan Hizbullah

Pada bulan Oktober 1943 setelah disetujuinya usulan Gatot Mangunprojo untuk membentuk Peta, maka segeralah diadakan pelatihan untuk Peta. Ternyata banyak diantara anggota latihan Peta berasal dari ulama, cendikiawan muslim, dan tokoh- tokoh masyarakat, diantaranya:

1. Kyahi H. Sam‟un dari Banten 2. Kyahi H. Khotib dari Banten 3. Mr. Kasman Singdimedjo dari Jakarta 4. Kyahi H. Basyuni dari Sukabumi 5. Arudji Kartawinata dari Bandung 6. H. dari Purwokerto 7. Kyahi H. Iskandar Edris dari Pekalongan 8. Kyahi H. Yunus Anis dari Jogyakarta 9. Kyahi H. Edris dari Surakarta (Solo) 10. R. Mulyadi Joyomartono dari Surakarta 11. Iskandar Sulaiman dari Jawa Timur 12. Kyahi H. Abdul Khaliq dari Tebuireng (Jawa Timur)

23

13. Kyahi H. Wahib Wahab dari Surabaya 14. Kyahi H. Makhfudz dari Surabaya 15. Dan lain-lain37

Pada awalnya memang pihak Jepang melalui Abdul Hamid Ono meminta kepada KH. Wahid Hasyim untuk melatih para santri dalam bidang militer agar masuk ke dalam Heiho, guna membantu Jepang dalam menghadapi sekutu. Namun permintaan itu ditolak karna membela tanah air adalah wajib hukumnya. Maka segeralah Wahid Hasyim dari Masyumi untuk mengajukan pendirian Hizbullah kepada Jepang. Usul itupun diterima Jepang walaupun dengan waktu yang cukup lama.

Setelah Hizbullah terbentuk, Masyumi dengan cepat langsung membuat pengurus pusat yang dikomandoi oleh Zainul Arifin. Pimpinan pusat langsung menyiapkan asrama dan tempat untuk latihan yaitu di Cibarusah Jawa Barat. Pendaftaran calon Hizbullah dibuka disetiap daerah. Banyak sekali para pemuda yang tergerak dan berbondong-bondong untuk mengikuti pelatihan Hizbullah. Hal tersebut dikarenakan para pemuda dan santri telah tergerak hatinya dan menyadari bahwa penting untuk membela dan memperjuangkan tanah air.

Pada latihan pertama di Cibarusah, Bogor, Jawa Barat tercatat diikuti 500 orang pemuda muslim dari Jawa dan Madura. Kota-kota karesidenan yang mengirimkan utusannya, yaitu Jakarta, Banten, Surabaya, Sukabumi, Priangan, Purwokerto, Bogor, Pakalongan, Kedu, Surakarta, Semarang, Pati, Jogjakarta, Madiun, Kediri, Bojonegoro, Malang, dan Besuki. Latihan dimulai pada tanggal 28 Februari 1945 dengan dihadiri oleh Gunseiken, para perwira balatentara Dai Nippon, pimpinan pusat Masyumi, pangeran praja dan lain-lain. Para angota Hizbullah mengikuti upacara dengan berseragam biru dengan kopyah hitam putih dan bersimbul bulan sabit dan bintang. Acara dimulai dengan pemeriksaan barisan oleh Gunseiken yang kemudian dilanjutkan dengan pidato Gunseiken:

37 Tanpa Nama, Hizbullah, Peranan dan Perjuangan dalam Menegakkan Kemerdekaan Republik Indonesia......

24

“Berhubung dengan nasib Asia Timur Raya, maka masa sekarang adalah masa yang amat penting seperti yang belum pernah dialami atau terjadi di dalam sejarah. Dalam saat yang demikian itu telah bangkit segenap umat Islam di Jawa serta berjanji akan berjuang luhur bersama dan lebur bersama balatentara Dai Nippon. Buktinya ialah pembentukan barisan muda Islam yang bernama Hizbullah. Dengan demikian lahirlah tujuan untuk manghancurkan musuh yang lazim dan perjuangan dengan segenap jiwa dan raga, maka saya merasa sangat gembira membuka latihan pusat barisan Hizbullah...... ”

KH. Zainul Arifin sebagai ketua markas tertinggi Hizbullah dan KH. Wahid Hasyim sebagai ketua muda Masyumi juga ikut memberikan sambutan. Kedua tokoh itu mengingatkan kepada laskar Hizbullah agar serius mengikuti latihan militer. Agar kelak berguna untuk membela agama Islam dan meraih cita-cita perjuangan bangsa Indonesia. 38

Mengenai latihan militer, Hasyim Latief mengungkapkan dalam sebuah website yang berasal dari yayasan yang didirikannya, berikut pengakuannya:

“Hasyim Latief merasakan beratnya pendidikan kemiliteran di Cibarusah. Namun, ia mengakui gemblengan yang dilakukan Pemerintah Jepang sangat hebat. Sejak berangkat ke tempat latihan para peserta telah digembleng secara fisik dan mental. Mereka diberangkatkan dengan kereta api. Sesuai rencana awal keberangkatan, para peserta akan diturunkan di Jakarta. Tetapi, ternyata diturunkan di stasiun Cikampek. Setelah beristirahat sejenak di Cikampek, pada pukul 17.30 mereka naik kereta api jurusan Bandung. Tetapi, mereka tidak ke Bandung, melainkan menuju arah selatan hingga turun di stasiun terakhir.

Saat itulah gemblengan dimulai. Untuk mencapai tempat latihan yang terletak di tepi sebuah hutan, peserta dinaikkan lori, kereta pengangkut tebu, tetapi tidak ditarik dengan mesin loko. Untuk menjalankan lori, para peserta mendorong secara bergantian. Padahal, kondisi tanah tidak datar, tetapi bergelombang. Setelah semua berada di atas lori, tiga orang mendorong, dan ketika lori sudah melaju, mereka naik. Ketika berada di jalan menanjak, semua peserta ikut mendorong lori. Bila telah sampai di posisi yang tinggi dan hendak menurun, mereka semua naik beramai-ramai.

Sekitar pukul 23.00 mereka sampai di tempat latihan, di tepi sebuah hutan jauh dari perkampungan. Mereka ditempatkan di barak yang panjangnya kurang lebih 50 m dengan lebar 10 m. Barak tersebut terbuat dari bambu dengan atap welit. Tempat tidurnya juga

38 Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur....., h. 35-37.

25

terbuat dari bambu yang disebut bayang dan di bagian atasnya diberi tikar. Di atas bayang diberi gawang untuk tempat pakaian.Ada tempat untuk mandi, tetapi tidak ada tempat buang air. Kalau buang air harus ke sawah yang letaknya cukup jauh.

Barak tersebut terletak di tengah lapangan yang dikelilingi pagar kawat berduri, sehingga orang yang berada di dalam barak tidak bisa keluar. Tanahnya liat sekali, berwarna kemerah- merahan. Jika diguyur air hujan tanah menjadi becek. Jika diinjak tanah melekat ke bagian bawah bakiak. Bakiak pun tidak bisa digunakan lagi dan harus ganti.

Tiap hari latihan dimulai dengan melakukan lari pagi. Hasyim Latif memiliki kenangan menarik ketika mengikuti lari pagi. Saat itu Sa'dullah belum mendapat sepatu karena sepatu yang disediakan ukurannya kurang besar bagi kaki Sa'dullah. Sementara sepatu kiriman dari Jakarta belum juga datang. Ketika berlari menuju Karawang harus melalui jalanan yang kerikilnya tajam. Karena tidak bersepatu, Sa'dullah pun kesakitan hingga ia misuh-misuh (mengumpat-umpat).

Seusai berlari melakukan apel dan gerak badan ala Jepang yang disebut taiso. Sebelum apel peserta membaca ikrar sebagai berikut: Rodhiitu billahi rabba, wabil Islaamidina, wabi Muhammadin Nabiyya wa Rasula. Mereka membaca ikrar tersebut dengan serentak dan suara keras. Setelah gerak badan mereka istirahat, makan, kemudian mengikuti pelajaran.

Setelah latihan berlangsung sekitar dua bulan, hampir seluruh peserta latihan kemiliteran Lasykar Hizbullah terserang wabah disentri. Penyakit ini seperti penyakit kolera, dan ketika buang air penderita merasa sakit dan kotorannya bercampur lendir. Setelah dilaporkan kepada Pemerintah Jepang di Jakarta, diinstruksikan agar para peserta tidak diberi makan nasi. Sejak saat itu para peserta diberi makan wortel dan lobak.

Semua peserta menderita karena tidak makan nasi. Namun, Hasyim Latief lebih menderita karena hanya makan wortel dan tidak tahan terhadap bau lobak, karena bau lobak sangat busuk. Hasyim Latief selalu muntah bila mencium bau lobak. Selain itu, setiap orang disuruh makan gula batu. Jadi, setiap orang diberi kantongan untuk membawa gula batu. Ketika ke kamar mandi, gerak badan, apel, dan latihan mereka tidak pernah melepaskan kantongan gula batu karena harus terus-menerus makan gula batu. Setelah sebulan makan gula batu, mereka berangsur-angsur sembuh.

Pada malam hari mereka diberi bekal pendidikan kerohanian yang disampaikan oleh KH Wahid Hasyim, KH Zarkasi (Ponorogo), KH Mustofa Kamil (Singaparna), KH Mawardi (Solo), KH Mursyid (Kediri), dan KH Abdul Halim (Majalengka). Selain memberikan ceramah agama, KH Abdul Halim juga memberikan teknik membuat alat peledak.

26

Selama 4 bulan latihan Laskar Hizbullah di Cibarusah dengan materi latihan meliputi baris- berbaris, bongkar pasang senjata,perang gerilya,dan sebagainya. Akhir Mei 1945, latihan ditutup dengan upacara kebesaran dan sekaligus melantik 500 orang opsir Hizbullah yang diberi tugas untuk memimpin Laskar Hizbullah di daerah masing-masing. Setelah dilantik para opsir Hizbullah mengadakan acara perpisahan yang sangat mengharukan. Mereka bersalam-salaman sambil mengucapkan kata-kata, Selamat berpisah, sampai bertemu lagi di surga.”39

Dewan pelatihan yang dilakukan di daerah Cibarusah dipimpin langsung oleh Kapten Yanagawa Meichiro, yang ditunjuk sebagai Direktur Seinendojo dan Penyusun Yugekitai (Hizbullah) yang dibantu oleh Shodancho (komandan) muslim di antaranya:

1. Bargowo shodancho (Semarang) 2. Sudibyo shodancho (Kedu) 3. Abdullah Sajad shodancho (Surakarta) 4. Moch. Zidni Noeri shodancho (Yogyakarta) 5. Bambang Sunaryo shodancho (Pati) 6. Kismun shodancho (Madiun) 7. Khazinu shodancho (Bojonegoro) 8. Abdur Rahman shodancho (Jakarta) 9. Kemal Edris shodancho (Priyangan) 10. Abdul Qahar shodancho (Bogor) 11. Dan lain-lain40

Nugroho Notosusanto menjelaskan bahwa Kapten Yanagama melatih 50.000 pasukan Hizbullah. Hizbullah berperan sebagai tentara pembantu tentara Pembela Tanah Air.41

Latihan tersebut dilaksanakan selama tiga bulan dan berakhir pada tanggal 30 Mei 1945. Latihan ditutup dengan sambutan tertulis oleh KH Hasyim Asy‟ari

39 http://ypm.ac.id/html/index.php?id=artikel&kode=108 40 Tanpa Nama, Hizbullah, Peranan dan Perjuangan dalam Menegakkan Kemerdekaan Republik Indonesia...... 41 Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah Jilid Kedua, (Surya Dinasti: Bandung) 2017, edisi revisi., h. 202.

27

selaku Shumubucho (Kepala Jawatan Agama), yang dibacakan oleh Abdul Kahar Muzakkir, yang isinya sebagai berikut:

“Saya yakin bahwa pemuda yang telah rela memasuki barisan Hizbullah dan yang sabar mengatasi segala kesukaran dalam latihan ini, adalah pemuda-pemuda Islam pilihan di seluruh Jawa. Maka pada saat bangsa Indonesia meghadapi suatu kejadian yang penting sekali, yakni timbulnya bangsa yang merdeka, yang dapat menegakkan agama Allah, sungguh besar kewajibanmu sebagai harapan bangsa. Bangsa-bangsa Indonesia kini sedang berjuang, untuk membentuk dan menyelenggarakan Negara Indonesia yang merdeka. Kamu harus menjadi tenaga yang sebaik-baiknya untuk mencapai cita-cita itu. Buktikanlah kepada segenap dunia, bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang masih hidup dan umat Islam di Indeonesia adalah umat yang masih hidup pula.”42

Selain dibentuk pengurus untuk melatih para anggota Hizbullah, dibentuk juga pengurus bagian yang khusus untuk melatih keruhanian para anggota Hizbullah diantaranya adalah:

1. KH. Mustafa Kamil dari Garut Jawa Barat 2. KH. Mawardi dari Surakarta Jawa Tengah 3. KH. Zarkasi dari Ponorogo Jawa Timur 4. KH. Mursid dari Pacitan 5. KH. Syahid dari Kediri 6. KH. Abdul Halim dari Majalengka Jawa Barat 7. KH. Thohir Dasuki dari Surakarta Jawa Tengah 8. Kiai Roji‟un dari Jakarta 9. KH. Abdullah43 Dari pelatihan keruhanian ini mereka terus melaksanakan tugasnya sebagaimana yang telah direncanakan oleh panitia kabupaten masing-masing baik mengenai jadwal kegiatan pelatihan waktu ataupun tempat. Mereka disamping

42 Agus Sunyoto, Fatwa dan Resolusi Jihad: Sejarah Perang Rakyat Semesta di Surabaya 10 November 1945, (Lesbumi PBNU: Jakarta), 2017, h. 77-78. 43 Tanpa Nama, Hizbullah, Peranan dan Perjuangan dalam Menegakkan Kemerdekaan Republik Indonesia......

28

memberikan basic militer kepada para pemuda calon Hizbullah juga memberikan motivasi untuk jihad fisabilillah. Para pemuda yang telah tergabung dalam Laskar Hizbullah kemudian pulang ke daerahnya masing-masing. Mereka kemudian melatih Laskar Hizbullah di tingkat desa, kelurahan, maupun kecamatan. Pendidikan dan latihan kemiliteran yang disertai juga dengan gemblengan jasmani dan rohani selama di Cibarusah membuat para pemuda itu sadar terhadap keberadaanya sebagai pemuda Islam Indonesia dan benar-benar memiliki kesiapan untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi untuk mempertahankan negara dan agama Allah. Para pemuda yang berangkat ke Cibarusah datang dengan dorongan semangat jihad patriotisme. Semangat itu semakin menggelora pada saat mereka kembali ke daerah masing-masing dengan menyandang predikat sebagai Tentara Allah.44 2. Hizbullah Karesidenan Surabaya a. Hizbullah Surabaya Pendaftaran Hizbullah di Surabaya mendapat antusias yang luar biasa. Upacara pembukaan sekaligus latihan dilaksanakan di halaman masjid Kemayoran pada tanggal 3 Februari 1945, dihadiri tokoh ulama, masyarakat, dan para pembesar Jepang. Pada tanggal 25 September 1945 di Markas jalan Kepanjen disusunlah struktur organisasi Hizbullah Surabaya. Ketua Umum : KH Abdunnafik Ketua I : KH Thohir Bakri Ketua II : KH Anwar Zein Sekretaris : Moh. Rofiie Bagian Keuangan : Ja‟far Bagian Perlengkapan : Abd. Mutolib Bagian Perbekalan : Sariyan Kepala Barisan : Abdul Majid Asmara Wakil Kepala Barisan : Mustakim Zen

44 Suratmin, Perjuangan Laskar Hizbullah dalam Pertempuran Surabaya 10 Nopember 1945, (Matapadi Presindo: Jakarta), 2017, h. 28-29

29

Kepala Seksi I : Abdul Manan Nahrawi Kepala Seksi II : Sidik Said Kepala Seksi III : Umar Chaban Wirtak Kepala Seksi IV : Achiyat Kepala Seksi V : Achiyar Kepala Seksi VI : Syamsul Anam Kepala Seksi VII : Abu Bakar Alwi Untuk memperluas gerakan Hizbullah Surabaya, pada awal Oktober 1945 setelah terjadinya perobekan bendera di Hotel Yamato dan pertempuran di Kempetai dibentuklah cabang-cabang: 1) Hizbullah Surabaya, dipimpin oleh KH. Abdunnafik Achyar, bermarkas di jalan Nyamplungan. 2) Hizbullah Surabaya Tengah, dipimpin oleh Husaini Tiway dan Moh. Moehadjir, bermarkas di Madrasah NU Kawatan. 3) Hizbullah Surabaya Barat, dipimpin oleh Damiri Ichsan dan A. Hamid Has, bermarkas di pondok Sidoresmo. 4) Hizbullah Surabaya Timur, dipimpin oleh Mastakim Zein, Abdul Manan, dan Achyat bermarkas di Sidokapasan. Setekah Achyat pindah ke BKR45 dipimpin oleh Mustakim Zein dan Syaban Abbas. b. Hizbullah Gresik Tokoh-tokoh ulama di Gresik dengan cepat merespon intruksi untuk mengirimkan pemuda untuk dilatih di Cibarusah. Hasil musyawarah ulama di Gresik dipilihlah dua orang pemuda yaitu Rodhi As‟ad dan Muhammad Ghozali, mereka merupakan cikal bakal lahirnya Hizbullah Gresik. Mereka dilepas oleh KH. A. Manab Murtadho dan tokoh masyarakat Gresik lainnya. Tibalah kepulangan mereka dari latihan di Cibarusah dan disambut dengan suka cita juga dengan jamuan di rumah makan Lasykar jalan , Gresik. Di antara tokoh ulama yang menyambutnya

45 BKR adalah Badan Keamanan Rakyat yang dibentuk oleh PPKI, tugasnya memelihara keamaanan bersama dengan rakyat.

30

adalah KH Faqih Usman (Menteri Agama Kabinet Natsir). Segera setelah kepulangan mereka dibentuklah Hizbullah kabupaten Gresik. Untuk menggalang kekuatanm Hizbullah Gresik bekerja sama dengan PRI (Pemuda Republik Indonesia). Hizbullah Gresik dipimpin oleh Abdullah Latif. Ketika pecahnya perang 10 November 1945, Hizbullah Gresik telah siap membantu para pejuang Surabaya. c. Hizbullah Sidoarjo

Para ulama di Sidoarjo mengirim lima orang pemudanya untuk latihan di Cibarusah sebanyak lima orang yaitu: Farchan Achmadi, Djowaini Mustahal, Abdul Manan, Masyudi, dan Abdurrachim. Mereka dilepas oleh para ulama dan tokoh masyarakat Sidoarjo yaitu, Kiai Sahal Mansur, Achyad Usmani, dan Anwar Bek. Setelah kepulangan mereka dibentuklah Hizbullah Sidoarjo, berikut adalah susunan pengurusnya.

Ketua : H. Anwar Bek Wakil Ketua : Farchan Achmadi Bagian Pembelaan : Djuwaeni Mustahal Pelatih : Abdul Manan, Masyudi, dan Abd. Rochim d. Hizbullah Mojokerto Berdirinya Hizbullah Mojokerto diprakarsai oleh Kiai Achyat Chalimi, Mansur Sholihin, Munasir, Munadi, Mustakim, dan Abdul Halim. Setelah diadakan rapat di langgar Achyat Chalimi, di desa Mentikan Mojokerto, para ulama mengumpulkan para pemuda Islam dari semua kecamatan di Mojokerto untuk dilatih oleh dua orang yang dilatih di Cabarusah yaitu Mulyadi dan Achmad Qosim (Mat Yatim). e. Hizbullah Jombang Hizbullah Jombang didirikan atas desakan KH Hasyim Asy‟ari kepada KH Wahab Hasbullah. Pemuda Jombang yang dikirim ke Cibarusah berjumlah empat orang yaitu, Hasyim Latief, Sa‟dullah, Moh. Noer, dan Ma‟sum. Diadakan latihan militer di pondok Seblak, Diwek Jombang yang diikuti 40

31

pemuda dari beberapa pondok pesantren Tebuireng, Tambakberas, Deanyar, dan Rejoso. Kemudian dibentuklah pengurus Hizbullah Jombang: Komandan : A. Wahib Wahab Sekretaris : Sa‟dullah dan H. Zaini Dahlan Perlengkapan : H. Affandi, Harun dan Machfudz Kesehatan : Hadikusumo, Farchan, dan Abd. Syukur Pelatih : Hasyim Latief dan Ahmad Zubair Kerohanian : KH Fatah, Kiai Achmad dan H. Ridwan Bagian dapur : Masukri f. Hizbullah Divisi Sunan Ampel Hizbullah di Jawa Timur disetiap karesidenan dikumpulkan dalam satu divisi sehingga tersusun:

1) Hizbullah Karesidenan Surabay menjadi divisi Sunan Ampel dipimpin oleh A. Wahib Wahab. 2) Hizbullah Karesidenan Malang menjadi divisi Sunan Giri dipimpin oleh H. Saidu. 3) Hizbullah Kediri menjadi satu resimen dipimpin oleh H. Machfudz dan H. A Faqih. 4) Hizbullah Karesidenan Besuki menjadi satu resimen dipimpin oleh Sofwan Nyoto. 5) Hizbullah Karesidenan Bojonegoro menjadi satu resimen dipimpin oleh Sofwan Badi. 6) Hizbullah Karesidenan Madiun menjadi satu resimen dipimpin oleh Kun Sarwani. Hizbullah Karesidenan Surabaya yang telah menjadi Divisi Sunan Ampel, dibentuklah kepengurusan:

Komandan Divisi: A. Wahib Wahab Kepala Staf I : M. Rachmad Arif

32

Kepala Staf II : M. Sami‟un Somadi Sekretaris : Muhamsa (HM. Madchan) Staf Sekretaris : 1. M. Mas‟ud Noor 2. M. Said Noor Bagian Organisasi

Personalia : M. Alwi Staf Organisasi/ Personalia : 1. Abdul Isroqi 2. M. Ma‟shum Irsyad Bagian Penerangan : Husaini Tiway Staf Perlengkapan/ Perbekalan : M. Adnan Ismail Anggota : Achmad Ponijan Bagian Siasat : M. Munasir Staf Bagian Siasat : 1. M. Cara Amin 2. M. Shohib Bagian Kendaraan : M. Harun Staf Bagian Kendaraan : 1. M. Suhud 2. M. Kasah 3. M. Machfiz 4. M. Romli Dokter Divisi : dr. Angka Nitisastro. Hizbullah Divisi Sunan Ampel terdiri dari empat resimen:

1) Resimen I, berkedudukan di Mojokerto dipimpin oleh Mansur Solichy. 2) Resimen II, berkedudukan di Sidoarjo dipimpin oleh Samiun Samadi. 3) Resimen III, berkedudukan di Jombang dipimpin oleh Sa‟dullah dengan kepala staf Hasyim Latif. 4) Resimen IV, berkedudukan di Gresik, dipimpin oleh Abdul Majid Asmara. Resimen IV terdiri atas Hizbullah Gresik dan Surabaya.46

46 Hasyim Latief, Laskar Hizbullah....., h 24-43.

33

C. Tujuan Laskar Hizbullah

Pada era politik etis kolonial Belanda, kalangan pesantren begitu terpinggirkan, sehingga tidak mendapatkan perhatian dari kebijakan pendidikan bahkan terkesan dirugakan. Meskipun demikian, pesantren merupakan pendidikian yang khas yang mempunyai karakter di kalangan Islam. Jejaring ulama dan santri yang kemudian lahirlah NU, MIAI atau Masyumi. Tradisi perlawanan terhadap kolonial terus dijaga melalui ormas-ormas Islam tersebut. Pergerakan ulama dan santri melawan kolonial bemula dari terbentuknya laskar Hizbullah.

Ketika Perang Dunia II meletus, dan Jepang menguasai Hindia Belanda, para ulama terus berijtihad agar kemerdekaan RI segera terwujud. Dengan memanfaatkan kelemahan Jepang yang terus terdesakoleh sekutu, para ulama bersiap untuk menyongsong kemerdekaan. Jepang memahami bahwa kalangan Islam sangant penting dan memiliki posisi strategis karenanya Jepang berupaya merangkul Islam khususnya dunia pesantren. Maka dengan disetujuinya pembentukan laskar Hizbullah. Dalam hal ini Hizbullah memang dibentuk untuk persiapan kemerdekaan Indonesia dan mempertahakannya.47

Secara fungsional status dari Hizbullah ini adalah sebagai kesatuan yang akan membantu Peta dalam upaya membela tanah air. Sementara secara ideologis maksud dan tujuan atas keberadaan Hizbullah ini adalah menjunjung tinggi perintah agama, menginsyafkan seluruh umat Islam serta berusaha meningkatkan upaya dan membulatkan segenap tenaga untuk berjuang bersama pasukan Jepang dengan semboyan “Luhur bersama-sama dan lebur bersama-sama di jalan Allah untuk menghancurkan musuh yaang zalim yakni Amerika Serikat dan Belanda”. 48

Hizbullah dibentuk untuk mempertinggi derajat dan kehormatan Islam, tentunya juga untuk menjunjung tinggi hak kedaulatan bngsa Indonesia dalam menyongsong kemerdekaan Indonesia. Kewajiban seorang muslim khususnya

47 Zainul Milal Bizawie, Masterpice Islam Nusantara Sanad dan Jejaring Ulama-Santri (1830-1945), (Pustaka Compass: Tangerang Selatan), 2016, h.26. 48 Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad, (Pustaka Compass: Tangerang Selatan), 2014, h. 139.

34

pasukan Hizbullah adalah untuk menciptakan perdamaian dunia dan untuk mempertahankan agama Allah. Di zaman perang sudah barang tentu Hizbullah berperang membela tanah air. Jelas bahwa persoalan agama dan tanah air tidak dapat dipisahkan, melainkan sudah satu jiwa.49

Jelas bahwa tujuan utama didirikannya Hizbullah adalah murni untuk memperjuangkan kemerdaan RI. Hizbullah bukan pasukan yang dipersiapkan untuk membantu tentara Jepang. Hizbullah adalah sebagai akibat dari berkobarnya semangat bela tanah air dari kalangan ulama dan santri.

Berikut adalah Mars Hizbullah:

Mars Hizbullah Barisan Hizboellah Tentara Toehan Penegak agamanya Bagi Kepentingan Noesa dan Bangsa Negara Indonesia

Sekarang soedah tibalah waktoenya Menggempoer moesoeh kita Jang akan memperboedak bangsa kita Dengan hati jang moerka

Reff: Madjoelah pahlawan bangsaku Serboe „kan moesoehmu Mesti pasti kamoe djaja Moesoehlah jang binasa 2x

49 Soeara Asia, edisi 16 Desember 1944.

35

Biasanya mars Hizbullah dinyanyikan ketika sedang berlatih, atau juga ketika berjalan bergerombol ketika akana berperang. Mars Hizbullah diciptakan oleh Asrori Arif dari Yogyakarta.50

50 Soepanto, Hizbullah Surakarta 1945-1950, tanpa tahun, h. 19.

BAB III PERISTIWA 10 NOVEMBER 1945

A. Kondisi Surabaya

Surabaya memiliki ikon tugu Pahlawan serta ikan Sura dan Baya atau Buaya. Jelas tugu Pahlwan tersebut berdiri sebagai simbol perjuangan rakyat Surabaya dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari jajahan Sekutu, yang dikenal dengan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya atau disebut dengan Hari Pahlawan. Banyak legenda yang menceritakan tentang ikan Sura dan Buaya tersebut. Namun dalam penelitian kali ini tidak akan menceritakan asal usul legenda tersebut secara detail.

Suatu organisasi khas masyarakat Surabaya adalah Sinoman, merupakan wadah kegiatan bersama secara gotong royong seperti acara khitanan, pernikahan, pemakaman, atau acara perayaan umum. Sinoman ini pernah diperjuangkan oleh Dokter dengan menggalakkan dan mempersatukannya ke dalam Dewan Sinoman dengan harapan dapat mengatasi dan menandingi usaha-usaha Kotapraja Surabaya yang didominasi oleh Eropa, hal tersebut sama sekali tidak mementingkan rakyat Surabaya. Selain itu, Dokter Soetomo juga pernah mendorong pembentukan Surya Wirawan yang merupakan anak cabang partainya yaitu Parindra yang ada di masyarakat. Dengan usahanya Dokter Soetomo berharap agar para pemuda menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah airnya.51 Sejak saat itu para pemuda dan masyarakat sudah ditanamkan rasa mencintai tanah air dan siap untuk membela tanah aih dari para penjajah.

Sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia, sudah terlihat jelas bahwa para pemuda yang masuk dalam pasukan tentara sukarela menyadari pentingnya membela dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Menjelang akhir Perang Dunia II, banyak sudah pemuda Indonesia yang dididik dan dilatih sebagai militer yang semula diperlukan oleh Jepang untuk mendukung kepentingan pertahanan

51 Barlan Setiadijaya, Merdeka atau Mati di Surabaya 1945 jilid 1 (Widyaswara Kewiraan: Jakarta) 1985, h. 74-75.

36

37

Jepang dalam menangkal dan menghadapi pendaratan tentara Sekutu. Mereka yang dilatih itu adalah Peta, Heiho, Barisan Pelopor, Hizbullah, Seinenden, Gakutai dan lain sebagainya.52

Jauh sebelum masa kemerdekaan, Surabaya merupakan sebuah kota tua yang terletak di tepian muara Sungai Brantas, yang kemudian menjadi Kalimas. Sejak tahun 1906 Surabaya tumbuh sebagai kota modern. Selain sebagai pusat administrasi pemerintahan Jawa Timur, Surabaya juga menjadi pusat industri dan bandar yang terbesar di Indonesia. Pada masa kolonial, Surabaya tidak hanya menjadi pusat industri, juga menjadi pangkalan utama Angkatan Laut Belanda di Indonesia. Penduduk Surabaya yang majemuk, kecuali orang-orang asing dan kolonial yang beasal dari berbagai negara. Mereka menyebut dirinya Arek Surabaya (putra Surabaya), kecuali kelompok elite dan bangsa asing. Dilihat dari mata pencahariannya penduduk Surabaya terdiri dari beberapa kelompok sosial yaitu, kelompok buruh, kelompok Petani, kelompok pedagang, kelompok pelaut, kelompok tukang, dan kelompok elite pribumi. Perkembangan kota Surabaya merupakan cermin daripada kemajuan ekonomi kolonial. Justru bagi masyarakat Surabaya situasi ini menyebabkan kemiskinan, karena sangat terlihat antara si penjajah dan yang dijajah. Pada awal 1930 depresi ekonomi yang melanda dunia berpengaruh bagi perdagangan dan industri di Surabaya. Ditambah situasi politik yang tidak menentu di Eropa sejak berkuasanya Hitler di Jerman, perang Dunia II telah nampak. Demikian pula hubungan Belanda dengan Jepang memburuk sejak pecahnya perang Eropa, sampai pecahnya Perang Pasifik. Surabaya mulai diserang oleh Jepang sejak tanggal 3 Februari 1942. Sasaran utamanya adalah markas besar Angkatan Perang Belanda dan Gedung Nirom di Embong Malang. Akhirnya pada bulan Maret 1942 kota Surabaya jatuh ke tangan Jepang. 53

Jepang telah berhasil menguasai pelabuhan terpenting di Indonesia yaitu Surabaya. Ada perbedaan antara Jepang dan Belanda dalam memerintah Indonesia yaitu pada pertahanan. Jika Belanda membatasi bidang militer terhadap Indonesia,

52 R.S. Achmad, Surabaya Bergolak, (CV. Haji Masagung: Jakarta) 1990, h.1-2. 53 Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya, (Mutiara Sumber Widya: Jakarta) 1985, h.1-6.

38

justru Jepang melatih para pemuda Indonesia dalam bidang militer. Banyak para pemuda Indonesia yang dilatih yaitu sekitar puluhan ribu pemuda. Mereka dilatih dalam hal fisik, diajari tentang teknik milliter, bahkan mereka dilatih cara menggunakan senjata api maupun senjata sederhana seperti bambu runcing.54

Untuk mewujudkan konsep baru dalam pertahanan, Jepang membentuk Peta (Pembela Tanah Air), terdiri atas beberapa Batalyon pasukan infentari. Setiap batalyon merupakan kesatuan militer yang berdiri sendiri , tidak memiliki organisasi yang lebih besar. Batalyon dipimpin oleh seorang Daidancho (mayor) dengan tugas menerima fungsi taktis operasional dari seorang perwira Jepang. Tugas lainnya bersifat administratif logistik. Di seluruh Jawa dibentuk 66 Daidan (Batalyon). Kemudian selain Peta, Jepang juga membentuk pasukan Hizbullah, satuan semi militer Masyumi dengan anggota 30.000 orang. Ada juga barisan Pelopor yang bersifat propaganda, walaupun para anggotanya dilatih secara militer. Kemudian atas permintaan beberapa politisi Indonesia, Jepang kemudian membentuk Barisan Berani Mati (Jibaku Tai), namun mereka sengaja tidak diberikan senjata oleh Jepang yang menimbulkan kekecewaan bagi para politisi Indonesia.55

Faktor yang membuat Jepang membentuk pasukan militer beranggotakan para pemuda Indonesia yang dilatih oleh para mayor Jepang adalah, pertama untuk menarik simpati dan memikat hati para pemuda Surabaya pada khususnya. Kemudian seiring berjalannya waktu tanpa disadari bahwa posisi Jepang mulai terancam pada Perang Pasifik atau Perang Asia Timur Raya menurut istilah Jepang. Kota-kota yang diduduki oleh Jepang pada waktu itu ternyata sudah berhasil ditaklukan oleh Negara Sekutu. Untuk mengatasi kondisi tersebut maka makin gencarlah Jepang melatih dan kemudian mengirim para pemuda Indonesia tersebut yang sudah tergabung dalam masing-masing pasukan untuk membantu dan membela Jepang.

54 Frank Palmos, Surabaya 1945 Sakral Tanahku, penerjemah Johannes Nugroho (Yayasan Pustaka Obor Indonesia: Jakarta) 2016, h. 95-96. 55 Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945, (Bhuana Ilmu Populer: Jakarta) 2012, h.61-62.

39

Jepang menguasai Indonesia tidak membutuhkan waktu cukup lama, setidaknya hanya tiga setengah tahun. Jepang menyerah terhadap Negara Sekutu. Meski demikian, Jepang memiliki pengaruh bagi sejarah Indonesia, bahwa bangsa Asia mampu mengusir bangsa Eropa sekaligus memberi harapan baru bagi negara-negara yang dijajah oleh bangsa Eropa. Namun akibat dari kekejaman rezim Jepang sendiri yang mengakibatkan nilai positif tersebut luntur. Negara- negara dibawah jajahan Jepang mengalami kemorosoton ekonomi. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami kemiskinan akut dan kelaparan masal pada saat itu, disebabkan Jepang merampoki seluruh kekayaan bangsa Indonesia. Disisi lain, ketika Jepang menguasai Indonesia, Jepang melatih lebih dari seratus ribu lebih pemuda secara militer. Walaupun dari awal para pemuda tersebut dipersiapkan untuk membela Jepang melawan sekutu, pada akhirnya para pasukan yang dilatih ini dimanfaatkan oleh para tokoh kemerdekaan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. 56

Ketika situasi Jepang mulai tertekan, kota-kota industri Jepang hancur oleh negara Sekutu yaitu Amerika Serikat, terdengar kabar bahwa Jepang akan menyerah. Pada malam tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Indonesia yang diumumkan oleh Kaisar Hirohito. Berita ini didengar oleh tokoh-tokoh Indonesia. Tanggal 14-17 Agustus 1945 merupakan tiga hari yang dramatis dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, Sukarno dan para pemimpin lainnya memperdebatkan prosedur dan waktu untuk menyatakan kemerdekaan. Sebagian masih ingin merundingkan hal tersebut dengan Jepang, sedangkan yang lainnya terutama golongan pemuda menganggap tidak perlu lagi karena Jepang telah menyerah.57

Keaadaan di Jakarta, sebelum proklamasi dibacakan khususnya bagi para pemimpin negeri saat itu penuh dengan pertentangan antara golongan tua dan golongan muda. Mereka disebut juga sebagai pemuda revolusioner.

56 Frank Palmos, Surabaya 1945 Sakral Tanahku, h.60. 57 Batara R. Hutagalung, 10 November „45: Mengapa Inggris Membom Surabaya? (Millennium Publisher: Jakarta) 2001, h. 100-101.

40

Berita tentang proklamasi di Surabaya pertama kalinya diketahui oleh Markonis Domei, Soewandi dan Jakob, ketika mereka bertugas di kantornya pada 17 Agustus 1945. Pihak Jepang tidak terima dan melarang penyebaran berita tersebut. Akan tetapi berita tersebut telah diketahui oleh ketiga orang di atas serta wartawan lainnya dari Soeara Asia, Warta Soerabaya Syu, Madura Syu, dan surat kabar terbitan karesidenan Jawa Timur. Mereka kemudian berhasil memuat proklamsi dalam bahasa daerah yang tidak bisa dipahami oleh Jepang, kemudian diterbitkan dalam Warta Syurabaya Syu yang berbahasa Jawa sebagai berikut:

“Bajawara” Kita bangsa Indonesia sarana iki, nelakake Kamardikaning Indonesia. Bab-bab kang ngenani pemindahan penguwasa lan liya- liyane ditindakake klawan tjara kang teliti lan ing dalam tempo kang saenggal-enggale. Djakarta, tanggal 17 sasi 8 tahoen 2605 Atas namaning Bangsa Indonesia SOEKARNO/HATTA Dengan dimuatnya berita proklamasi kemerdekaan dalam Warta Soerabaya Syu pada tanggal 17 Agustus 1945, dapat dicatat dalam sejarah bahwa media cetak yang pertama di seluruh dunia yang memuat naskah proklamasi dalam bahasa Jawa. Seperti diketahui bahwa harian yang pertama menerbitkan proklamasi dalam bahasa Indonesia adalah harian Tjahaja pada tanggal 18 Agustus 1945 di Bandung.58

Siaran radio pada saat itu dilarang oleh Sekutu. Bung Tomo mulai mengudarakan Radio Pemberontakan, dia merintisnya dengan susah payah. Kabar

58 Barlan Setiadijaya, 10 November 1945: Gelora Kepahlawanan Indonesia (Yayasan 10 November 1945: Jakarta) 1992, h. 81.

41

tentang Radio Pemberontakan mulai diumumkan melalui surat kabar di Surabaya, hingga kemudian radio tersebut memenuh syarat dan kewajibannya sebagai pemancar Revolusi Nasional. Siaran pertamanya dengan meminjam pemancar Radio Surabaya dengan meminta ijin kepada Residen Surabaya dan Ketua KNI, Dul Arnowo, karena pemancar milik sendiri Radio Pemberontakan belum selesasi dibuat. Akhirnya setaleh diijinkan, Bung Tomo memulai siarannya dengan berpidato.59

Pada tanggal 19 Agustus 1945 pukul 08.00 pagi, di asrama Polisi Istimewa (Tokubetsu Keisatsu Tai) di Reiniersz Boulevard (kemudian Jl. Sutomo) No. 7 Agen Polisi III, Nainggolan bersama kawan-kawannya mengganti bendera Jepang dengan bendera Merah Putih. Instruktur Jepang yang berusaha menggantinya kembali dengan bendera Jepang, dibawah ancaman pejuang Indonesia terpaksa membiarkan bendera Indonesia berkibar. Korps Polisi inilah yang pertama menyatakan berpihak kepada Indonesia.60

Proklamasi kemerdekaan Indonesia hanya diketahui oleh orang-orang tertentu saja dari penduduk Surabaya pada hari Minggu 20 Agustus 1945. Keesokan harinya, Senin 21 Agustus 1945, proklamasi diketahui secara luas oleh rakyat, karena teks proklamasi dimuat di dalam surat kabar Soeara Asia terbitan hari itu. Surat kabar Soeara Asia adalah satu-satunya surat kabar yang ada di Jawa Timur pada waktu itu.61

Bendera Indonesia pertama kali berkibar di gedung pemerintahan pada tanggal 1 September 1945, yaitu di gedung Syuchokan (kemudian menjadi Kantor Gubernur). Bersamaan dengan pengangkatan RMTA Suryo sebagai Gubernur Jawa Timur pada tanggal 19 Agustus 1945, Sudirman, yang waktu pendudukan Jepang menjabat Wakil Residen, diangkat menjadi Residen Surabaya. Rajamin Nasution yang berasar dari Tapanuli, Sumatera Utara, diangkat menjadi Walikota

59 Sutomo (Bung Tomo), Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian & Pengalaman Seorang Aktor Sejarah. (Visi Media: Jakarta) 2008. Cetakan kedua., h. 83. 60 Batara R. Hutagalung, 10 November „45: Mengapa Inggris Membom Surabaya?..., h. 121-122. 61 Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya...., h.15.

42

Surabaya. Komite Nasioan Indonesia Daerah Surabaya dibentuk tanggal 27 Agustus 1945, diketuai oleh Doel Arnowo. Hari Senin, 3 September 1945, Residen Sudirman secara resmi menyatakan terbentuknya Pemerintahan Republik Indonesia daerah Surabaya.62

B. Latar Belakang Perang 10 November 1945 Pada mulanya berita kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Surabaya belum dapat diketahui secara luas dan menyeluruh oleh rakyat. Namun tidak membutuhkan waktu cukup lama untuk menyebarkannya karena radio-radio daerah termasuk Surabaya sudah mulai menyiarkan berita tentang kemerdekaan. Rakyat di perkotaan melihat para tentara Jepang dengan berwajah pucat pasi yang berarti bahwa mereka telah sadar dengan kekalahannya. Namun Jepang tidak semudah itu untuk menyerah, mereka tidak hentinya untuk menolak kemerdekaan Indonesia.

Para pemuda yang tergabung dalam Panitia Angkatan Muda, yang dipimpin oleh Doel Arnowo, mulai bergerak. Mereka menyalin teks proklamasi dan menempelnya di tempat-tempat yang ramai dikunjungi orang, sehingga kemerdekaan dengan cepat dan mudah diketahui rakyat. Angkatan Muda juga menyatakan diri bahwa mereka siap mengawal RI dan KNI (Komite Nasional Indonesia) dan menjaga keamanan. Para pemimpin pergerakan mulai sibuk, di Jakarta dibentuk PNI (Partai Nasional Indonesia), di daerah-daerah dibentuk KNI. Seluruh anggota KNI Karesidenan Surabaya berjumlah 32 orang.

Berikut adalah anggota KNI Surabaya:

Ketua : Doel Arnowo Wakil Ketua : Bambang Suparto Mr. Dwidjosewo

Penulis : Ruslan Abdulgani Anggota-anggota : R.A.A Suryadi, Subekti, Puspanoto, Sutiono, Rajamin Nasution, Mr. Masmuin, Gusti Mayur, J. H.W. Tampi,

62 Batara R. Hutagalung, 10 November „45: Mengapa Inggris Membom Surabaya?...., h. 122.

43

Dr. Siwabessy, Liem Twan Tik, Alaydrus, Ir. Darmawan Mangunkusumo, Dr. Sumono, Kustur, Anwar Zen, dr. Angka Nitisastra, H.M. Tohir Bakri, H. Abdul Karim, H. Zarkasyi, Soedomo, Notohamiprodjo, Abdul Wahab, Ny. Sumantri, Supomo, Suji. KNI Surabaya mengintruksikan rakyat untuk mengibarkan bendera merah putih selama tiga hari berturut-turut dari tanggal 29-31 Agustus 1945 untuk menyambut sidang pertama KNI pertama di Jakarta. Kemudian KNI pada akhir Agustus membubarkan badan-badan yang dibuat oleh Jepang seperti Jawa Hokokai, Keibodan, Seinenden, Badan Pembantu Prajurit, Romukyokai, dan lain- lain. Reaksi Jepang terhadap Proklamasi sangat keras, pemerintah Jepang mengeluarkan pengumuman yang memperingatkan rakyat dan keturunan Belanda agar tetap menjaga keamanan, berikut pengumumannya:

MEMPERINGATKAN

Kepada sekalian penduduk dan sebagainya, sekalian Belanda peranakan, bahwa tentara Dai Nippon wajib menjaga keamanan. Harus diperhatikan:

1. Jangan mengganggu keamanan. 2. Menyiarkan kabar bohong, seingga membikin kalut penduduk. 3. Jangan bertingkah sombong dan menghina. Jika melanggarakan diambil tindakan hukuman keras.

Dai Nippon Kempetei

Pengumuman ini sama sekali tidak menyebut mengenai kekalahan Jepang dan kemerdekaan Indonesia.63

Dengan adanya pengumam dari Jepang tersebut, rakyat mulai mengumpulkan kekuatan untuk terus mempertahankan kemerdekan Indonesia. Penduduk Surabaya sudah mengibarkan bendera merah putih tersebar di seluruh penjuru Surabaya atas perintah KNI. Sementar pihak Jepang terus melarang rakyat dan keturunan Belanda untuk merayakan kemerdekaan secara terbuka termasuk pegibaran bendera merah putih disetiap rumah penduduk Surabaya.

63 Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya..., h.15-18.

44

Semula, persenjataan yang dimiliki oleh pemuda Indonesia hanya yang dimiliki oleh Polisi Indonesia dan pemuda yang tergabung dalam Peta dan Heiho yang tidak menyerahkan kembali senjatanya setelah dibubarkan. Kemudian setelah pembentukan BKR dan berbagai laskar, mereka membutuhkan senjata. Maka mulailah perebutan senjata dari tentara Jepang. Dilihat dari kekalahan Jepang dan takut akan balas dendam yang akan dilakukan pemuda Indonesia kepada tentara Jepang, maka banyak juga diantara tentara Jepang yang menyerahkan secara sukarela bahkan ada juga yang bergabung dengan pemuda Indonesia dalam pertempuran melawan negara Sekutu.64

Situasi yang rentan sekali terjadinya perang berjalan hingga pada 2 September 1945 rakyat Surabaya memulai untuk perebutan kekuasaan dan perebutan senjata dari tangan Jepang. Para pemuda di kampung-kampung dan di pabrik menyusun kekuatan dan penjagaan keamanan. Sebagian besar pemuda tidak memiliki senjata api, hanya dengan senjata tradisional bambu runcing, pedang, celurit dan lain-lain. Dibawah intruksi KNI dan pemerinah daerah, para pemuda mulai melucuti senjata tentara Jepang. Sasaran utamanya adalah gudang- gudang penyimpanan senjata Jepang. Gudang penyimpanan terbesar terletak di Sawahan di gedung Don Bosco. Gudang senjata ini dikuasai oleh Dai 10360 Butai Kaisutiro Butai, yang dipimpin oleh Mayor Hazimoto. Personil Jepang 16 orang dan Heiho 1 peleton65. Karyawan sipil 150 orang yang sudah diberhentikan tapi masih dipekerjakan untuk menginventarisasi senjata yang akan diserahkan kepada serikat. Melalui karyawan inilah keterangan tentang keadaan arsenal66 Dos Bosco disebarluaskan. Pada 16 September 1945, Don Bosco dikepung oleh para pemuda, pelajar dan rakyat. Mereka berdiplomasi diantaranya yang maju untuk menemui pemimpinnya adalah Subianto Notowardojo, Mamahit, adalah guru Sekolah Teknik Don Bosco, dan Sutomo (Bung Tomo) seorang wartawan, agar arsenal tersebut diserahkan kepada mereka. Mayor Hazimoto menyetujuinya

64 Batara R. Hutagalung, 10 November „45: Mengapa Inggris Membom Surabaya?..., h. 136-137 65 Satuan pasukan yang terdiri atas 20-40 orang. 66 Bangunan permanen tempat penyimpanan, pembuatan dan perbaikan senjata, amunisi, dan alat-alat perang lainnya.

45

dengan syarat yang menerima harus Polisi Moh. Yasin beserta anggotanya dan Polisi Istmewa yang ada disana saat itu. Serah terima dilakukan dan ditandatangani, Bung Tomo menjadi saksi bersama para rakyat. Jumlah senjata tidak terhitung, bahkan Bung Tomo pernah mengirim senjata ke Jakarta sebanyak empat gerbong dari arsenal ini.67

Usaha mendapatkan senjata masih berlanjut. Semekto Kardi bersama Isa Edris dan rombongannya menuju ke bekas Daidan tentara Peta di Gunungsari. Dari gudang ini diambil sebanyak 514 pucuk senjata, yang terdiri dari 400 pucuk karaben, 14 pucuk pistol vickers, 50 pucuk mortir, 50 pucuk tekidanto, dan 30 pucuk senapan ringan dan berat. Selain itu Pangkalan Udara Marokrembangan diambil ali oleh para pemuda bersama polisi Ali Jayengrono berdiplomasi dengan pimpinan pangkalan dan berhasil mendapatkan beberapa pucuk senjata.68

Sementara itu terdengar kabar bahwa Surabaya akan dibom oleh Jepang. Ketua KNI Doel Arnowo pada malam hari memberitahu drg. (Ketua BKR Jawa Timur) tentang kabar itu. Moestopo tidak mempercayai kabar tersebut, Doel Arnowo mendesak agar Moestopo mendatangi Syucokan malam itu juga. Akhirnya pukul dua dini hari Moestopo menemui Syucokan dan meminta penjelasan mengenai kabar bahwa surabaya akan dibom Jepang. Syucokan membantah dan Moestopo meminta senjata kepada Syucokan, tapi ditolak oleh Syucokan. Moestopo kembali ke BKR, Doel Arnowo kembali mendesak Moestopo agar menemui Jenderal Iwabe untuk berdiplomasi sebab pada pagi itu markas Tobu Jawa Boetai dikepung oleh pemuda. Moestopo berangkat bersama Wahab, Suyono, Mudjoko, Moh. Jasin, dan Rahman. Ia meminta waktu sampai pukul 10:00 agar rakyat tidak menembak. Moestopo bertemu Jenderal Iwabe dan meminta untuk menyerahkan senjata, namun kembali ditolak Iwabe. Tepat pukul 10:00 rakyat mulai menembaki dan menyerang markas Iwabe. Jenderal Iwabe meminta agar serangan tersebut dihentikan kemudian dilakukan diplomasi dengan Moestopo dan seluruh stafnya. Akhirnya jenderal Iwabe memberikan naskah

67 Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya...., h. 20-21. 68 Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya...., h. 22.

46

berbahasa Jepang dan langsung ditandatangani Moestopo dan stafnya. Jenderal Iwabe hanya akan memberika senjata tersebut kepada orang yang bertanggungjawab kepada Serikat jika sewaktu-waktu datang, maka Moestopo yang bertanggungjawab. Para pemuda berhamburan memasuki gudang untu mengambil senjata, Markas ini kemudian diambil alih menjadi markas BKR Jawa Timur dan Kementrian Pertahanan dibawah pimpinan Moestopo.69

Perjalanan perebutan senjata belum selesai, dipimpin oleh Isa Edris dan Suprapto pada 12 September 1945. Sasaran selanjutnya adalah Kitahama Butai, yang semula adalah Kantor Lindeteves. Dari sini berhasil direbut 23 tank, Marmout, Vickers, Bedford, dan Isuzu. Dari 23 tank itu hanya 8 yang dapat berjalan dan 3 masih diperbaiki. Sisanya dalam keadaan rusak. Satu panser-wagen buatan Braat merek Ford dalam keadaan baik. Senjata berat 18 pucuk penangkis udara terdiri dari 6 pucuk Watermantel.70

Seluruh kota Surabaya bergolak, para pemuda sedang dihinggapi demam senjata. Sementara pada tanggal 19 September 1945 terjadi insiden bendera. Bermula ketika orang Belanda menduduki Hotel Orange atau Jepang menyebutnya Hotel Yamato.71 Mereka ditugaskan untuk membantu para tawanan. Mereka tidak menghormati kemerdekaan Indonesia. Pada 18 September 1945 sore hari mereka mengibarkan bendera merah putih biru. Sontak peristiwa tersebut menjadi perhatian rakyat. Residen Sudirman yang menerima laporan tersebut meminta orang Belanda untuk menurunkan bendera tersebut, namun ditolak. Rakyat mulai mengamuk dan perkelahian terjadi. Beberapa pemuda berhasil naik ke atas hotel, mereka adalah Koesnowibowo, seorang pegawai kota madya, Y. Hariono, Sutrisno berhasil menurunkan bendera dan merobek warna biru. Kemudian dikibarkan kembali merah puih, rakyat bersorak dengan pekikan meredeka. 72

69 Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya..., h.23-24. 70 Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya..., h.24. 71 Saat ini hotel tersebut bernama Hotel Majapahit bertempat di jalan Tunjungan, Surabaya. Hotel tersebut didirikan pada tahun 1910 oleh Sarkies Bersaudara dari Armenia. 72 Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya..., h. 24-25.

47

Rentetan peristiwa tersebut yang melatarbelakangi terjadinya perang 10 November 1945 di Surabaya. Memang yang pertama dihadapi rakyat Surabaya adalah Jepang, ketika Jepang tidak mau menerima kemerdekaan Indonesia. Hingga akhirnya para pemuda dan rakyat Indonesia berhasil menyerbu gudang persenjataan Jepang karena rakyat tidak memiliki persenjataan yang canggih. Sementara orang Belanda juga nampaknya tidak suka dengan kemerdekaan Indonesia hingga terjadilah perobekan bendera di Hotel Orange.

C. Kronologi Perang 10 November 1945 Ketika para pemuda Surabaya dilanda demam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, ramai perbincangan dengan datangnya orang Belanda dan Inggris dari rombongan Palang Merah Jakarta ke Surabaya pada pertengahan September 1945. Mereka datang tanpa izin pemerintah RI yang ada di Surabaya, tetapi langsung berhubungan dengan penguasa Jepang dengan alasan untuk tugas sosial yang akan mengurusi tawanan-tawanan orang Belanda dan orang asing lainnya. Mereka ditempatkan di Hotel Oranye. Sifat provokatif orang- orang Belanda tersebut semakin menjadi pada 19 September 1945 ketika seorang Indo Belanda bernama Ploegman telah berani mengibarkan bendera merah putih biru di atas Hotel Oranye yang mereka tempati. Residen Soedirman sudah memerintahkan agar bendera tersebut segera diturunkan namun tidak dilaksanakan perintah tersebut. Akhirnya terjadi perkelahian antar pemuda dan orang Belanda. Salah seorang pemuda yaitu Kusnowibowo berhasil naik ke atas hotel dan berhasil merobek warna biru sehingga berkibar kembali bendera merah putih. Pada 19 September 1945 di Jakartapun terjadi insiden yang tak kalah pentingnya, saat itu para pemuda Jakarta berkumpul di lapangan Ikada guna mendengarkan pidato Soekarno. Dua peristiwa tersebut telah menjadi penyulut api revolusi bagi para pemuda Indonesia yang siap mempertahankan kemerdekaan Indonesia.73

Secara umum, pada peristiwa perobekan bendera tersebut terdapat empat kelompok yang terlibat. Pertama para tentara dan komandan-komandan Jepang

73 R.S. Achmad, Surabaya Bergolak...., h.12-16.

48

yang menyerah pada sekutu. Kedua para prajurit Belanda dan Inggris yang mendarat menggunakan parasut yang tinggal di dalam hotel. Ketiga para anggota Organisasi Indo-Belanda, sebuah perkumpulan orang Belanda yang lahir di Indonesia dan hasil pernikahan Indonesia Belanda. Keempat kelompok para intel muda dari BKR Surabaya yang menyamar menjadi staf hotel yang mengerti bahasa Belanda. Mereka adalah mahasiswa Fakultas Dikter Gigi yang menggunakan bahasa Belanda di kampusnya. Para intel tersebut mendapatkan informasi dari kelompok Organisasi Indonesia-Belanda yang akan menggagalkan kemerdekaan Indonesia salah satunya adalah dengan mengibarkan bendera merah putih biru.74

Peristiwa perobekan bendera warna biru yang dilakukan oleh pemuda Surabaya adalah dimulainya perlawanan dengan Sekutu. Peristiwa tersebut menjadi bukti bahwa panji-panji kepahlwanan pemuda Surabaya sudah tumbuh. Para pemuda telah mempunyai persenjataan hasil dari penyerbuan di gudang- gudang Jepang. Para pemuda telah siap menyerbu markas yang masih diduduki oleh Jepang. Para sejarah Indonesiapun menyimpulkan bahwa pecahnya perang 10 November dimulai ketika peristiwa perobekan bendera tersebut terjadi.

Sasaran para pemuda adalah markas Kempetai. Pada akhir September 1945, pasukan BKR dipimpin oleh Cudanco Abdul Wahab Saimin bersama dengan pemuda Surabaya menyerbu markas KemPetai dengan senjata api beserta bambu runcing. Jepang terus melawan walaupun pada akhirnya KemPetai bisa ditaklukan oleh pemuda Surabaya. Namun banyak juga diantara pemuda Surabaya yang terluka termasuk Cudanco Abdul Wahab yang terkena temak dikakinya. Setelah peristiwa KemPetai, pertempuran terus menjalar ke seluruh pelosok Surabaya.75 Dalam pertempuran ini tercatat 40 orang gugur (25 pemuda Surabaya dan 15 pasukan Jepang), luka-luka 81 orang (60 pemudaSurabaya, 14 pasukan Jepang, 2 Cina dan 5 Belanda).76

74 Frank Palmos, Surabaya 1945 Sakral Tanahku, penerjemah Johannes Nugroho..., h. 138- 140. 75 R.S. Achmad, Surabaya Bergolak..., h.25. 76 Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya..., h. 28.

49

Penyerbuan dilakukaan kembali tanggal 2 Oktober 1945, sasarannya adalah Markas Besar Armada Kaigun di Embong Wungu. Pasukan yang menyerbu 700 orang, mereka menyerbu untuk mengambil senjata. Namun menurut Laksamana Shibata, seluruh senjata telah diserahkan kepada polisi Indonesia dan akan diserahkan kepada Residen Sudirman. Kemudian pada sore harinya penyerbuan kembali dilakukan, sasarannya adalah markas Kaigun di Gubeng. Senjata berhasil didaptkan, dalam diplomasi pihak Surabaya menyatakan bahwa penyerbuan dimaksudkan bukan karena membenci Jepang tapi karna hanya ingin senjata yang akan dipersipkan dalam melawan sekutu. 77

Pada tanggal 25 Oktober 1945, Brigade 49 di bawah pimpinan Brigadir A.W.S. Mallaby mendarat di Surabaya. Brigade ini adalah bagian dari Divisi India ke-23 di bawah pimpinan Mayor Mayor Jenderal D.C. Hawthorn. Mereka mendapat tugas dari Panglima ANFEI (Allied Forces Netherlands East Indies) untuk melucuti serdadu Jepang dan menyelamatkan para interniran Sekutu. Setelah diadakan pertemuan antara pemerintah RI dan Brigadir A.W.S. Mallaby dicapai kesepakatan:

1. Inggris berjanji bahwa di antara tentara mereka tidak terdapat Angkatan Perang Belanda. 2. Kedua belah pihak akan bekerja sama untuk menjamin keamanan dan ketentraman. 3. Akan segera dibentuk “Kontact Bureau” (Kontak Biro) agar kerja sama dapat terlaksana sebaik-baiknya. 4. Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang. Kemudian pihak RI memperkenankan tentara Inggris memasuki kota, dengan syarat hanya objek-objek yang sesuai dengan tugasnya yang boleh diduduki, seperti kamp-kamp tawanan.78 Pihak Inggris menyatakan bahwa diantara mereka tidak terdapat tentara Belanda. Dalam perkembangannya ternyata pihak Inggris mengingkarinya.

77 Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya...., h. 30. 78 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI..., h. 187-188.

50

Pada tanggal 26 Oktober 1945 peleton dari Field Security dibawah pimpinan Kapten Shaw melakukan penyergapan ke penjara Kalisosok dan membebaskan Kolonel Huiyer seorang kolonel Angkatan Laut Belanda bersama kawan-kawannya. Kemudian keesokan harinya pihak Inggris menduduki Pangkalan Udara Tanjung Perak, Kantor Pos Besar, Gedung Internatio, dan objek- objek vital lainnya. Pesawat Inggris menyebarkan pamflet yang berisi perintah agar rakyat Surabaya dan Jawa Timur menyerahkan senjata rampasan dari Jepang. Pemerintah RI kemudian menanyakan perihal tersebut kepada Mallaby, namun Mallaby menampiknya. Kontak senjatapun terjadi antara pemuda Surabaya dan pihak Sekutu. Perang terjadi dibeberapa titik selama dua hari. Pada tanggal 30 Oktober 1945 dilakukan diplomasi antara pemerintah RI dengan Mallaby, kontak senjatapun dihentikan namun dibeberapa titik masih terjadi peperangan.79

Gencatan senjata terus dilakukan hingga sampailah pada titik tearkahir yaitu Gedung Bank Internatio di Jembatan Merah. Gedung ini masih diduduki Inggris, para pemuda mengepungnya. Para pemuda Surabaya menuntut agar Mallaby menyerah, namun Mallaby tidak dapat menerima tuntutan tersebut. Terjadilah kontak senjata, para pasukan Inggris menyelamatkan diri masing- masing.

Tiga orang pengawal Mallaby masing-masing Kapten Shaw, Kapten R.C. Smith dan Letnan Laughland yang diperintahkan oleh Kolonel L.H.O Pugh untuk mendampingi Mallaby menyelamtkan diri masuk Kalimas. Setelah menunggu sekitar 5 jam merekapun kembali ke pasukannya. Jenderal Mallaby kembali duduk di dalam mobil bersama pengawalnya. Kapten Smith mendengar bahwa ada dua pemuda yang mendekati mobil Mallaby dan terjadilah percakapan diantaranya. Mallaby meminta untuk diantarkan kepada pimpinan pemuda tersebut. Kedua pemuda tersebut pergi untuk membicarakan hal ini, salah seorang pemuda kembali menemui Mallaby di dalam mobilnya dan tidak disangka pemuda tersebut menembak Mallaby. Setelah menembaknya, pemuda tersebut

79 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI..., h.188-192.

51

mendudukkan Mallaby di mobil. Melihat kejadian tersebut Smith mencabut granat. Sementara itu pemuda tersebut muncul lagi dan menembak hingga tembakannya mengenai bahu Letnan Laughland. Smith kemudian melemparkan granatnya kearah pintu mobil yang terbuka dekat Mallaby. Ledekan terjadi. Mallaby tewas.80

Pada tanggal 31 Oktober 1945, Letnan Jenderal Sir Philip Christison sebagai Panglima Besar Sekutu meminta pertanggunggjawaban atas tewasnya Mallaby, Presiden Sukarno berpidato memberikan tanggapannya. Dalam waktu singkat setelah ancaman tersebut, Inggris menambah kekuatan mereka di Surabayaa dalam jumlah sangat besar. Pada tanggal 1 November, Laksamana Muda Sir W. Patterson, berangkat dari Jakarta tiba di Surabaya dengan HMS Sussex mendaratkan 1500 Marinir. Mayor Jenderal Mansergh, Panglima 5th British-Indian Division, berangkat dari Malaysia, tiba di Surabaya tanggal 3 November 1945. Masuknya Divisi 5 yang berjumlah 24.000 tentara secara berangsur-angsur, sangat dirahasiakan. Divisi 5 ini sangat terkenal karena ikut dalam pertempuran di El Alamien, di mana pasukan Marsekal Rommel, Perwira Jerman yang legendaris dikalahkan. Mansergh juga diperkuat dengan sisapasukan Brigade 49 dari Divisi 23, kini di bawah pimpinan Kolonel Pugh, yang menggantikan Mallaby.81

Sebagai reaksi atas ancaman Letnan Jenderal Sir Philip Christison, Presiden Sukarno menugaskan Menteri Penerangan, Mr. Amir Syarifuddin Harahap ke Surabaya untuk meneliti kebenaran tuduhan Inggris tersebut. Amir Syarifuddin menyampaikan hasil penyelidikannya kepada Presiden Sukarno sebagai berikut:

1. Tidak benar tuduhan Inggris bahwa yang telah membunuh Brigadir Mallaby itu pasti fihak Indonesia. Dari hasil penyelidikan yang teliti, meninggalnya beliau itu tidak pasti dilakukan oleh fihak Indonesia. 2. Yang dapat dipastikan sekarang ialah bahwa pada mobil yang dinaiki Brigadir Mallaby itu telah timbul peledakan dan ini disebabkan oleh adanya alat ledakan.

80 Nugroho Notosusanto, ed., Pertempuran Surabaya..., h.73-75. 81 Batara R. Hutagalung, 10 November „45: Mengapa Inggris Membom Surabaya?.., h. 280.

52

Seorang dari angkatan laut yang berdekatan dengan mobil itu telah mendapat luka- luka dan diangkut ke rumah sakit oleh pemimpin-pemimpin kita. Setelah mendapat laporan ini, Presiden Soekarno sendiri mengirim surat kepada Fenner Brockway, seorang anggota Parlemen Inggris dari Partai Buruh pada 9 November 1945 yang berisi bahwa bukan pihak Indonesai yang membunuh Mallaby, tapi diduga mobil yang di naiki Mallaby rusak karena meledak dengan sendirinya. Namun segala upaya untuk mencegah niat tentara Inggris menghancurkan Surabaya tidak berhasil, karena Inggris bertekad untuk balas dendam atas kematian Mallaby dan ingin menghancurkan militer Indonesia.82

Presiden Soekarno berpidato yang isinya adalah maklumat untuk menghentikan peperangan dengan pihak Sekutu. Soekarno mengatakan bahwa musuh Indonesia adalah NICA83 bukan Sekutu. Karena NICA telah menentang kemerdekaan RI, sementara Sekutu dapat membantu dalam hal keamanan. Pada saat itu, insiden-insiden di Surabaya tidak ada namun suasana sangat genting, karen Sekutu terus meminta pertanggungjawaban rakyat Surabaya. Pasukan- pasukan Inggris terus berdatangan dari seluruh angkatan darat, laut, dan udara.84

Pada pagi tanggal 10 November 1945 perang meletus, pesawat-pesawat tempur Sekutu melayang-layang di udara kota Surabaya. Abdul Wahab Saleh sebagai wartawan mengabadikan berbagai peristiwa penting dalam pertempuran di Surabaya. Sementara itu, Sutomo, wartawan Antara dan kepala departemen penerangan Pemuda Republik Indonesia (PRI), membakar semangat rakyat Surabaya melalui Radio Pemberontak yan dipimpinnya. Pidato Bung Tomo, menegaskan tekad untuk terus merdeka, ”Saudara-saudara, lebih baik kita hancur

82 Batara R. Hutagalung, 10 November „45: Mengapa Inggris Membom Surabaya?..., h. 281-284. 83 NICA adalah kepanjangan dari Nederlandsch Indie Civil Administratie, (Pemerintahan Sipil Hindia Belanda) organisasi semi militer yang dibentuk pada 3 April 1944 yang bertugas mengembalikan pemerintahan sipil dan hukum pemerintah kolonial Hindia Belanda selepas kapitulasi pasukan pendudukan Jepang di wilayah Hindia Belanda (Indonesia). 84 A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan RI Jilid 2, (Disjarah AD dan Angkasa: Bandung), 1977., h. 368.

53

lebur dari pada tidak merdeka. Semboyan kita, tetap merdeka atau mati!” Pidato Bung Tomo menggebu-gebu membakar semangat para pejuang Surabaya.85

Menurut Frederick, Bung Tomo merupakan seorang taat beragama namun tidak terlalu fanatik, juga memiliki hubungan khusus dengan kelompok Islam. Menurut Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Pengurus Cabang NU Kota Surabaya Riadi Ngasirin mengatakan, Bung Tomo memobilisasi kekuatan rakyat dengan meminta dukungan KH Hasyim Asy‟ari. Riadi adalah penulis data dan dokumentasi Sejarah Kaum Santri dalam Revolusi Indonesia untuk peresmian Monumen Resolusi Jihad, yang berlokasi di bekas Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama di Bubutan Surabaya. Menurutnya, dua hari sebelum terjadinya insiden perobekan bendera di hotel Yamato, Bung Tomo pergi ke pondok pesantren Tebuireng untuk memohon doa, KH Hasyim Asy‟ari memberikan secarik kertas berisi fatwa jihad melawan Belanda dalam huruf Arab Pegon kepada Bung Tomo untuk disebarkan kepada seluruh umat Islam. Bung Tomo sering sowan86 kepada KH Hasyim Asy‟ari sebagai sumber kekuatan spiritual. Bung Tomo juga mendapatkan bacaan wirid atau mantra agar meneriakan “Allahu Akbar” ketika memulai dan mengakhiri pidato.87

Tembakan-tembakan dari udara, darat ataupun laut menggempur tiada henti menghancurkan kota Surabaya. Para pejuang Surabay sudah siap melawan, dari pemerintah, tentara resmi, tentara rakyat ataupun para laskar siap berjuang dengan senjata yang dimilikinya. Perang ini lebih dahsyat dari pada perang sebelumnya. Strategi yang telah direncakan diterapkan demi mempertahankan Surabaya. Namun pasukan musuh ternyata berlipat ganda dari kedatangan sebelumnya. Pola pertempuran pada perang pertama dilakukan kembali oleh para pejuang, yaitu dengan mengepung tentara musuh, tapi terpisah dari pusat pertahanan. Hasilnya gerakan yang dilakukan oleh para tentara TKR ataupun laskar lainnya adalah tidak berhasil dan selalu menimbulkan korban. Hal itu disebabkan karena pasukan

85Antara, 80, (Antara: Jakarta) 2017., h.57. 86 Bertamu atau mengunjungi Kiai. 87 Tempo, Seri Buku Tempo: Bung Tomo Soerabaja di Tahun 45, (KPG:Jakarta) 2017., h. 38-42.

54

Inggris jumlahnya berlipat ganda ditambah dengan pasukan NICA yang telah dilatih di Amerika Serikat disertai dengan alat-alat perang canggih. Setelah perang berlangsung selama tiga minggu dan para pejuang berperang tanpa henti, akhirnya para pejuang terpaksa harus mundur dan mengalami kekalahan.88

Para pejuang tidak hanya dari pemuda saja yang turun dalam medan perang. Namun para wanita tentu juga berperan walaupun tidak secara langsung angkat senjata. Dipelopori oleh Ibu Esdariyah, beliau mendirikan divisi dapur umum dan tim medis. Tim dapur umum membantu para pejuang dalam hal amunisi. Tentu saja perang yang dilakukan dalam waktu yang lama tanpa henti membutuhkan makanan. Obat-obat juga dipersiapkan bagi para pejuang yang terluka. Eksistensi Ibu Esdariyah tiada henti. Beliau tetap berjuang dalam setiap peperangan hingga Agresi Militer.89

Perang 10 November 1945 di Surabaya secara singkat sebenarnya terjadi dalam dua fase. Dikatakan perang 10 November 1945 merupakan puncak pertempuran. Dalam fase pertama, pasca kedatangan pasukan Sekutu pada tanggal 25 Oktober 1945, perang terjadi akibat pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh tentara Sekutu. Perang tersebut terjadi tanggal 27-29 Oktober 1945 yang dinamakan sebagai Perang Tiga Hari dengan pasukan Sekutu berjumlah 5000- 6000 tentara. Dalam fase pertama Indonesia memperoleh kemenangan. Namun kemenangan tersebut justru diakali oleh Mallaby yang mengakibatkan terjadilah gencatan senjata. Ketika dilakukan sosialisasi gencatan senjata, ironisnya Mallaby tewas dalam waktu dan tempat yang tidak tepat. Peristiwa tersebut mengakibatkan Sekutu memborbardir Surabaya pada tanggal 4 November 1945 dengan jumlah pasukan sebanyak 24.000.90

Indonesia khususnya rakyat Surabaya pada saat itu diminta untuk menyerah, namun ditolaknya. Akhirnya terjadilah ultimatum, pamflet-pamflet bertebaran di

88 R.S.Achmad, Surabaya Bergolak...., h.86-89. 89 Wawancara dengan Bapak Agustiono, Sub. Unit Konservasi Reparasi dan Bimbingan Edukasi Museum 10 Nopember Surabaya, pada tanggal 27 Februari 2018 jam 13.45. 90 Wawancara dengan Bapak Agustiono, Sub. Unit Konservasi Reparasi dan Bimbingan Edukasi Museum 10 Nopember Surabaya, pada tanggal 27 Februari 2018 jam 13.50.

55

penjuru Surabaya. Ada dua pilihan bagi Indonesia antara diplomasi dan berperang. Diplomasi sudah dilakukan ketika Presiden Soekarno datang ke Surabaya pada tanggal 29 Oktober 1945, kemudian tanggal 30 Oktober 1945 dilakukannya perundingan dengan pihak Sekutu. Namun bertepatan dengan itu Mallaby tewas akhirnya Sekutu menyerang. Dari Jakarta atau pusat pemerintahan, keputusan untuk berperang ada ditangan Surabaya. Pimpinan tertinggi Surabaya, Gubernur Suryo dalam pidatonya menetang habis-habisan ultimatum tersebut. Inggris mempunyai target dalam mengalahkan rakyat Surabaya dalam waktu 3-5 hari. Namun perang berlanjut hingga 21 hari tepatnya tanggal 30 November 1945. Hasilnya rakyat Surabaya mengalami kekalahan karena sudah mundur terlalu jauh dari titik pusat medan perang tepatnya di Tugu Pahlawan saat ini dan berhadapan dengan kantor Gubernur Jawa Timur, ke arah Surabaya yaitu Wonokromo hingga Sepanjang. Yang dimaksud kalah dalam pertempuran adalah kalah dalam hal logistik maupun senjata yang tidak memadai. Namun semangat perang terus berkobar dan tidak akan kalah. Dengan semboyan “ Kalah dalam Pertempuran, Menang dalam Peperangan”. Dimata internasional, duniapun mengakui kemerdekaan Indonesia, bahwa Indonesia adalah negara yang berdaulat.91

D. Laskar atau Organisasi yang Terlibat dalam Perang 10 November 1945 Perang 10 November 1945 merupakan peristiwa heroik pada masa itu yang membuat para pemuda bangkit semangatnya untuk membela dan mempertahankan keutuhan kemerdekaan negaranya. Para pemuda dari penjuru kota manapun berbondong-bondong pergi ke Surabaya dalam peperangan tersebut. Mereka datang dari berbagai kalangan, termasuk dari kalangan santri. Ada yang datang atas nama pribadi, laskar ataupun organisasi.

Di Surabaya, revolusi pemuda sudah terdengar gaungnya. Mereka mulai menyelidiki tentang kemerdekaan negaranya yang masih diduduki oleh penjajah. Para pemuda melawan dengan memasang poster-poster sebagai bentuk pengusiran

91 Wawancara dengan Bapak Agustiono, Sub. Unit Konservasi Reparasi dan Bimbingan Edukasi Museum 10 Nopember Surabaya, pada tanggal 27 Februari 2018 jam 13.55.

56

terhadap penjajah. Pada tanggal 21 Agustus 1945 para pekerja di penyulingan minyak telah membentuk organisasi mereka sendiri. Pada tanggal 25 Agustus 1945 organisasi Angkatan Muda dibentuk di bawahnya, dipimpin oleh Sumarsono dan Ruslan Widjaya.92

Di masing-masing rukun kampung atau rukun tetangga, rakyat dan para pemuda sudah siap menjaga kampung masing-masing dan siap berkoordinasi dengan badan-badan militer atau laskar-laskar. Kecurigaan rakyat dan pemuda Surabaya muncul ketika mendengar berita yang telah tersebar luas di kalangan masyarakat, bahwa di Surabaya telah ada gerakan orang Belanda yang bernama “Anti Indonesia Merdeka” dengan semboyan Dood Alle Inlanders (bunuhlah semua orang Indonesia). Gerakan tersebut kemudian dibantu oleh orang-orang Jepang anggota “Kipas Hitam‟‟ atau The Black Fan. Kecurigaan tersebut ternyata mengobarkan semangat juang rakyat dan pemuda Surabaya untuk terus memperahankan kemerdekan negara.93

Berikut adalah nama-nama yang terlibat dalam peperangan 10 November 1945 di Surbaya:

1. BKR (Badan Keamanan Rakyat) Bermula pada kegelisahan para generasi tua yang beranggapan bahwa kekuatan militer Indonesia belum cukup untuk mengahadapi militer Jepang dan Sekutu yang masih menduduki Indonesia. Maka melalui sidang ketiga Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dibentuklah tiga badan sebagai wadah perjuangan yaitu Komite Nasioanl Indonesia (KNI), Partai Nasional Indonesia (PNI), dan Badan Keamanan Rakyat (BKR) sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP). BKR bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum di daerah masing-masing. Pembentukan BKR diumumkan bersamaan dengan pembentukan KNI

92 Ben Anderson, Revolusi Pemuda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944- 1946. (Pustaka Sinar Harapan:Jakarta) 1988., h. 149. 93 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Revolusi Kemerdekaan (1945-1949) Daerah Jawa Timur, (Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta) 1991, h. 84-85.

57

dan PNI pada tanggal 23 Agustus 1945. Presiden Soekarno dalam pidatonya menyatakan kepada mantan anggota Peta, Heiho, dan pemuda lainnya untuk bergabung kepada BKR. BKR pun tumbuh diberbagai karesidenan atau wilayah dan menjelma menjadi badan revolusi perjuangan.94 Pembentukan BKR diberbagai wilayah terjadi sangat pesat baik BKR unsur Darat ataupun Laut. Pada BKR unsur Darat di Surabaya pada tanggal 24 Agustus 1945 diadakan rapat pembentukan BKR, yang dihadiri antara lain oleh dr. Moestopo, Jonosewojo, Soengkono, dan Bung Tomo. Keputusan rapat bahwa pada tanggal 10 September 1945 diadakan pemanggilan terhadap mantan anggota Peta, Heiho, dan para pemuda lainnya untuk disusun menjadi tanggota BKR. Markasnya ditentukan di Hotel Antos Surabaya, kemudian dipindahkan ke Gedung Sekolah HBS di Jalan Wijayakusuma. Susunan BKR Karesidenan Surabaya dipimpin oleh Jonosewojo, kemudian digantikan berturut-turut oleh dr.Moestopo dan Soengkono. Untuk BKR unsur Laut berdiri banyak BKR Jawa Timur karena Surabaya berperan sebagai pangkalan utama Angkatan Laut pada masa Hindia Belanda dan masa pendudukan Jepang.95 2. TKR (Tentara Keamanan Rakyat) Akibat kedatangan Inggris dan situasi negara yang dirasa tidak aman, maka melalui maklumat yang dikeluarkan pemerintah pada tanggal 5 Oktober 1945, terbentuklah Tentara Keamanan Rakyat. Pada seorang tokoh pemberontakan Peta di Blitar menjadi Menteri Keamanan Rakyat. Namun dalam beberapa waktu, tidak pernah muncul dan diduga dibunuh oleh Jepang, TKR pun tidak mempunyai pemimpin tertinggi. Berikut adalah susunan organisasi TKR dan komandemen-komandemennya: a. Markas Tertinggi TKR

94 Nugroho Notosusanto ed., Pejuang dan Prajurit, (Sinar Harapan: Jakarta) 1984, h. 37. 95 Markas Besar TNI Pusat Sejarah dan Tradisi TNI, Sejarah TNI Jilid 1, (Markas Besar TNI: Jakarta) 2000., h. 1-8.

58

b. Markas Besar Umum TKR terdiri atas Bagian Umum Administrasi, Bagian Keuangan, Bagian Persenjataan, Bagian Perhubungan dan Bagian Kesehatan, Bagian Umum Kereta Api, Bagian Pendidikan, Bagian Perlengakapan, dan Bagian Penyelidikan. c. Komandemen I Jawa Barat yang dipimpin oleh Jenderal Mayor Didi Kartasasmita dengan Kepala Staf Kolonel A. H. Nasution. d. Komandemen II Jawa Tengah di bawah pimpinan Jenderal Mayor Suratman. e. Komandemen III Jawa Timur di bawah pimpinan Jenderal Mayor Muhammad. Setiap komandemen membawahi masing-masing divisi. Untuk komandemen Jawa Timur terdapat divisi yang meliputi daerah Bojonegoro, Surabaya, dan Madura. Markas berkedudukan di Mojokerto, di bawah pimpinan Jenderal Mayor Sungkono. Resimen Surabaya di bawah pimpinan Letnan Kolonel Marhadi.96

3. Laskar- Laskar a. Laskar Hizbullah b. Laskar Pemuda Republik Indonesia (PRI) c. Laskar Barisan Pemberontak Indonesia (BPI) d. Laskar Pemoeda Republik Indonesia Soelawesi (Perisai). e. Laskar Pemoeda Indonesia Maluku (PIM). f. Laskar Indonesia Pemoeda Kalimantan (PIK). g. Laskar Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA). h. Laskar Angkatan Moeda PTT. i. Laskar Angkatan Moeda PAL. j. Laskar Barisan Berani Mati (BBI). k. Laskar Pasoekan Liar (Pas.L). l. Laskar Angkatan Moeda Penerbangan Indonesia (AMPI).

96 Markas Besar TNI Pusat Sejarah dan Tradisi TNI, Sejarah TNI Jilid 1...., h. 17-22.

59

m. Laskar Penerbangan Angkatan Oedara Soerabaja (PAOS). n. Laskar Tentara Angkatan Laoet (TAL). o. Laskar Angkatan Moeda Soerabaja (AMS). p. Laskar Angkatan Pemoeda Indonesia (API). q. Laskar Pasoekan Choesoes. r. Laskar Gabungan Sekolah Menengah (Gasema). s. Laskar Barisan Bamboe Roentjing. t. Laskar-Laskar Wanita. 4. Badan Pemerintahan a. Komite Nasional dan Pemerintahan. b. Dewan Pertahanan Daerah. c. Kepolisian Daerah. d. Polisi Istimewa Karesidenan Soerabaja. e. Polisi Istimewa Kota Soerabaja. 5. Tokoh Pribadi a. Abdul Moerod. b. J.M. Tamboto. c. Sooparman. d. J. Soelamet. e. R.T.M. Soerjo. f. R. Soedirman. g. Radjiman Nasoetion. h. Doel Arnowo. i. R.M. Jonosewojo. j. Dr. Soegiri. k. Katam Hadi. l. R. Koen Kijat. m. R. Mohammad Mangoendiprodjo. n. Soetjipto Danukoesumo. o. Soengkono. p. Abd. Wahab Siamin.

60

q. Moh. Jasin. r. R.Soemero. s. Afandi. t. Atmadji. u. . v. Oemarsaid. w. Abdoel Soekoer. x. Aniroen. y. Soemarsono. z. Wahib Wahab. aa. Achjat. bb. Sidik Arselan. cc. Soetomo (Bung Tomo). dd. J. Warrouw. ee. M Sapija. ff. Loekitaningsih. gg. Drg. Moestopo. hh. Roeslan Abdul Gani. ii. Djarot Subiantoro jj. Isbandijah. kk. Hasanoeddin. ll. Soeharjo K. mm. Soewarno. nn. Riamoen. oo. Rivai. pp. Iswahjoedi. qq. Soedjarwo. rr. Isaedris. ss. Moersia. tt. Koendan. uu. Minggu.

61

vv. Asmanoe. ww. Abdoellah. xx. Rambe Janssen. yy. Tohir Bakri. zz. Jetty Zein. aaa. Soejono. bbb. Abdul Majid. ccc. Moestakim. Z. ddd. Dr. Soewandi. eee. Dr. Koesnoel Jakin. fff. Dr. Soetopo. ggg. Barlan.97

97 Koleksi Museum Sepuluh Nopember Surabaya.

BAB IV PERAN HIZBULLAH A. Tokoh-tokoh Hizbullah pada Perang 10 November 1945 di Surabaya

Hizbullah mulai memainkan perannya setelah anggotanya tersebar di berbagai wilayah. Para anggota yang dilatih secara militer di Cibarusah dari berbagai wilayah tersebut kembali melatih para pemuda di kampungnya sehingga anggotanya terus bertambah. Tokoh-tokoh yang dilatih tersebut merupakan tokoh penting yang berperan di daerahnya. Mereka merupakan ulama atau tokoh agama di daerahnya sehingga memudahkan para santri atau pengikutnya untuk mengikuti pelatihan tersebut.

Tokoh menjadi sangat penting dalam sebuah organisasi, terlebih organisasi pergerakan rakyat seperti Hizbullah. Tokoh sebagai pemimpin yang berperan sangat penting bagi anggotanya, menjadi komandan yang tegas bagi prajuritnya, bahkan tokoh yang juga kiai yang selalu mendoakan dan memberi nasihat kepada santrinya sebagai kekuatan batin, tidak hanya dilatih secara fisik saja.

Resolusi Jihad fii Sabilillah atau disebut juga dengan Resolusi Jihad menggema di seluruh Jawa. Resolusi tersebut dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy‟ari sebagai pemimpin Nahdlatul Ulama pada saat itu. Dengan semangat nasionalisme ditambah dengan Resolusi Jihad tersebut mendorong para pejuang syahid yang terdiri dari para santri dan rakyat di seluruh Jawa ikut mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Resolusi itupun dipertegas oleh Muktamar Umat Islam Indonesia di Yogyakarta, 7-8 November 1945. Muktamar bersejarah bagi lahirnya Partai Islam Masyumi, juga mengeluarkan resolusi perag sabil melawan imperialisme. Bahwa setiap bentuk penjajahan adalah suatu kedzaliman dan haram menurut Islam. Karena itu, wajib bai setiap muslim berjuang dengan jiwa raganya membasmi imperialisme tersebut guna kemerdekaan agama, bangsa, dan negara.98

98 Choirul Anam, Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama, (Duta Aksara Media: Surabaya) 2010, h. 131, cetakan ketiga.

62

63

Berikut adalah tokoh-tokoh yang dianggap penting dalam pergerakan Hizbullah dalam peristiwa 10 November 1945:

1. KH Zainul Arifin Merupakan panglima tertinggi Hizbullah, beliau mengirimkan seluruh pasukannya ke medan tempur untuk melawan tentara Sekutu. KH Zainul Arifin pada saat itu menjadi Kepala Bagian Umum Masyumi sehingga dengan mudah menandatangani “Program 14”. Program tersebut berisi agar seruan Barisan Pekerja Islam mengambil langkah-langkah sistematis dalam merekrut sebanyak-banyaknya laskar hingga ke seluruh daerah pelosok. Dikeluarkannya Program 14 juga ternyata sebagai taktik untuk menghindarkan banyak pemuda desa pengangguran dari paksaan untuk bergabung sebagai tenaga kerja romusha. Dengan dikeluarkannya Program 14, para pemuda produktif lulusan sekolah atau pesantren diarahkan untuk dapat ditampung ke dalam Barisan Pekerja Islam atau ke Hizbullah dan terhindar dari rekrutmen paksa tenaga romusha.99

Beliau lahir di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1909. Beliau putera dari tunggal dari pasangan keturunan Raja Barus, Sultan Ramli bin Tuangku raja Barus Sultan Sahi Alam Pohan dengan bangsawan asal Kotanopan, Mandailing natal, Siti Baiyah br. Nasution. KH Zainul Arifin merupakan tokoh Nahdlatul Ulama yang ahli diplomasi.100

Pada tahun 1950-an beliau menjadi salah seorang pemimpin politik tertimggi NU, menjadi Wakil Perdana Menteri kabinet Pertama (1953-1954). Setelah Soekarno membubarkan Dewan Konstituante

99 Ario Helmy, KH Zainul Arifin Pohan: Panglima Santri; Ikhlas Membangun Negeri, (Pustaka Compass: Tangerang) 2015, h. 44, edisi revisi. 100 Munawir Aziz, Pahlawan Santri: Tulang Punggung Pergerakan Nasional, (Pustaka Compass: Tangerang) 2016, h. 95.

64

dan menggantikannya dengan DPRGR101, beliau terpilih sebagai ketuanya. Zainul Arifin wafat pada tahun 1963.102

2. KH Abbas Buntet Beliau adalah putra sulung KH Abdul Jamil yang dilahirkan pada hari Jumat, 24 Dzulhijjah 1300H/ 1879 di Cirebon. Awalnya beliau belajar kepada ayahnya sendiri terutama pengetahuan dasar ilmu agama. Kemudian belajar ke beberapa guru di Cirebon diantaranya adalah Kiai Nasuha, Sukansari Plered Cirebon, lalu pindah ke pesantren Salaf di Jatisari dibawah asuhan Kiai Hasan. Dalam bidang tauhid beliau belajar kepada Kiai Ubaedah pengasuh pondok pesantren Giren Tegal. Kemudain Kiai Abbas bersama adiknya KH Anas pindah ke pondok pesantren Tebuireng Jombang diasuh oleh KH Hasyim Asy‟ari yang merupakan ulama kharismatik pendiri Nahdlatul Ulama. Kiai Abbas merupakan santri angkatan pertama bersama KH Wahab Chasbullah yang juga merupakan ulama kharismatik pendiri NU. Setelah Kiai Abbas berkeluarga, beliau bergurur ke Makkah dan berguru kepada Syekh Machfudz At-Termasi yang juga merupakan guru dari KH Hasyim Asy‟ari. Setelah dirasa cukup mumpuni, Kiai Abbas menjadi guru di Mekkah diantara muridnya adalah Kiai Cholil Balarante dan Kiai Sulaeman Babakan Ciwaringin.103

Pada saat puncak perang 10 November 1945 akan meledak, seluruh rakyat Surabaya dan para pejuang menunggu kedatangan ulama dari Jawa Barat. Karena menurut KH Hasyim Asy‟ari, perlawanan akan dimulai nanti kalau ulama dari Cirebon sudah datang, yang dimaksud adalah KH Abbas. Menurut Abdul Wachid, salah satu pengawal KH Abbas, tanggal 6 November 1945 KH bersama pasukan Hizbullah Resimen XII Divisi 1 Syarif Hidayat pergi menuju medan perang di Surabaya. Setibanya disana

101 DPRGR kepanjangan dari Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, adalah pembantu Presiden atau mandataris MPRS dan memberi sumbangan kepada Presiden untuk melaksanakan segala sesuatu yang ditetapkan MPRS. 102 Martin van Bruinessen, NU: Tradisi, Relasi-relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru, (LkiS: Yogyakarta) 1994., h.279. 103 Ahmad Zaini Hasan, Perlawanan dari Tanah Pengasingan: Kiai Abbas, Pesantren Buntet dan Bela Negara, (LKiS: Yogyakarta) 2014, h. 67-70.

65

dan setelah dilakukan musyawarah yang diikuti sekitar 15 ulama, ditentukanlah KH Abbas sebagai pemimpin pertempuran tersebut.104

Senjata yang digunakan oleh KH Abbas adalah diluar nalar, seperti tasbih, bakiak ataupun serban. Alat tersebut digunakan untuk menghancurkan tank- tank dan pesawat Inggris. Penulis ketika masih mondok di Buntet Pesantren, mendapatkan cerita dari cucu KH Abbas yaitu almarhumah Nyai Hj. Iim Imroatul Azizah, beliau menunjukkan kain serban putih lusuh kepunyaan KH Abbas kepada penulis. Serban tersebut dipercaya sebagai senjata yang digunakan KH Abbas pada perang 10 November 1945. Kisah tersebut diceritakan kepada penulis sebanyak dua kali sekitar tahun 2009-2010. Pada waktu itu Buntet menjadi markas latihan pasukan Hizbullah dan Sabilillah, bahkan KH Abbas mendirikan pasukan Athfal dan Asybal yang beranggotakan prajurit cilik.105

B. Peran Hizbullah dalam Perang 10 November 1945 Pesantren menjadi sayap terpenting yang banyak mengirimkan pasukannya pada perang 10 November 1945. Setelah dikeluarkannya fatwa Resolusi Jihad oleh KH Hasyim Asy‟ari, para santri ataupun seluruh pemuda dari berbagai kalangan melebur bersatu dalam perang melawan Sekutu. Membela tanah air hukumnya wajib dan mati di medan perang adalah syahid dan masuk surga. Menjadi faktor psikologis bagi para pejuang tersebut dan menambah semangat mereka.

Hizbullah yang mengirimkan pasukannya ke medan perang Surabaya adalah, Hizbullah Mojokerto mengirimkan pasukan sebanyak 120 orang dipimpin oleh Ahmad Efendi; Hizbullah Malang mengirimkan pasukannya 168 orang dipimpin oleh KH Nawawi Thohir dan Abbas Sato; Hizbullah Situbondo mengirimkan pasukannya berjumlah 100 orang dipimpin oleh KH As‟ad Syamsul Arifin;

104 Munib Rowandi Amsal Hadi, Kisah-kisah dari Buntet Pesantren, (Kalam: Cirebon) 2012, h. 49. Cetakan kedua. 105 Disampaikan langsung oleh Nyai Hj. Iim Imroah Azizah (almh) merupakan cucu dari KH. Abbas kepada penulis ketika penulis masih mondok di Buntet Pesantren Cirebon pada tahun 2009 dan 2011. Kisah tersebut menyebar secara turun temurun.

66

Hizbullah Bondowoso mengirimkan pasukan 90 orang dipimpin oleh Kiai Moedzakkir; Hizbullah Gresik mengirimkan 100 pasukannya yang dipimpin oleh Rodhi As‟ad; Hizbullah Blitar dan Tulungagung mengirimkan 170 pasukannya yang bergabung menjadi satu kompi dipimpin oleh KH Mudawari dan Mu‟min; Hizbullah Pasuruan mengirimkan 160 pasukannya yang dipimpin oleh KH Djufri dan Mahfudz; dan Hizbullah Gempol yang terdiri dari empat kompi.106

Hizbullah Jember juga mengirimkan 145 pasukannya di bawah pimpinan Haji Syech dan Sulthon Fadjar Njoto. Hizbullah Jember menempati front pertempuran di Kapasari. Setelah bertempur mereka terpaksa mundur ke Gubeng dan terakhir ikut mempertahankan jembatan Wonokromo.107

1. Peran Hizbullah pada Perang 10 November 1945 Fase pertama. Ketika Sekutu menyebarkan pamflet berupa ultimatum di atas kota Surabaya, Hizbullah, Polisi, TKR,oooooo dan seluruh laskar atau organisasi melakukan serangan pos-pos vital yang telah diduduki pasukan Inggris. Markas Hizbullah yang terletak di jalan Kepanjen dikosongkan sore hari itu karena berhadapan langsung dengan markas tentara Inggris di Gedung Sekolah Kristen Gatotan. Rencananya gedung sekolah tersebut akan diserang oleh para pejuang Surabaya, kemudian markas Hizbullah dipindahkan ke Mesjid Kemayoran. Gedung Internatio merupakan pusat Komando Besar Tentara Inggris diserang oleh Hizbullah Surabaya dibawah pimpinan Mustakim Zen, Abdul Manan, dan Achyat. Pasukan Inggris yang menduduki BPM, Stasiun Kereta SS, dan kantor-kantor Kawedanan Wonokromo dikepung oleh Hizbullah Surabaya Selatan dibawah komando Achmad, Syafi‟i, dan Abdul Saleh. Laskar Hizbullah dari Sepanjang yang dipimpin oleh Chamim Thohari dan Abdul Mukti bersama TKR dan PRI menyerbu Inggris yang menduduki Stasiun Trem OJS, Joyoboyo. Inggris melakukan pertahanan dengan menambah enam truk pasukan. Namun meraka dicegat dan diserang oleh anggota Hizbullah Surabaya Tengah, truk-

106 Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur...., h.189. 107 Ayuhanafiq, Garis Depan Pertempuran Lasykar Hizbullah 1945-1950...., h.67.

67

truk kemudian dibakar dan semua pasukannya terbunuh. Truk dan tank pasukan Inggris yang mengirim bantuan makanan ke White Way (sekarang Siola), tertahan dan dilumpuhkan oleh TKR dibantu oleh Hizbullah Tegah. Hizbullah Surabaya Barat bersama TKR mengepung kedudukan pasukan Inggris yang bertempat di kamp tawanan nyonya-nyonya Belanda yang terletak di jalan . Dalam pertempuran ini seorang anggota Hizbullah bernama Sukardi gugur. Pada waktu itu Hizbullah Barat dibagi menjadi dua bagian, sebanyak 67 anggota mengikuti A. Hamid Has dan sebanyak 53 anggota mengikuti Damiri Ichsan yang kemudian masuk TKR. Pada tanggal 30 Oktober 1945, Hizbullah dan pemuda-pemuda kembang Jepun dan kampung Pakis bergabung dengan pasukan lain berhasil mendobrak dan masuk kedalam tawanan yang dikawal oleh satu peleton tentara Sekutu. Beberapa pucuk senjata dirampas oleh pejuang, sebanyak 24 orang tentara Sekutu ditawan dan 5 orang tewas tertembak.108

Hizbullah mulai menunjukkan eksistensinya dalam perang melawan Inggris atau pasukan Sekutu dimulai dari perang 10 November 1945 pada fase pertama. Perang tersebut dinamakan Perang Tiga Hari. Pasukan Hizbullah yang turun ke medan perang adalah dari Hizbullah dari berbagai wilayah, tidak hanya Hizbullah Surabaya saja. Berlanjut kepada perang 10 November 1945, perang tersebut terjadi akibat dari tewasnya Mallaby sehingga pihak Sekutu meminta pertanggungjawaban rakyat Surabaya. Hingga akhirnya pihak Sekutu mengeluarkan ultimatumnya dan meminta rakyat Surabaya untu menyerah. Akhirnya perang terjadi, pertempuran terjadi karena Surabaya menolak untuk menyerah.

2. Peran Hizbullah pada Perang 10 November 1945 Fase Kedua Pada tanggal 10 November 1945 terjadi kontak senjata antara Hizbullah Surabaya melawan tentara Sekutu. Mulanya Hizbullah Surabaya yang berada di Markas jalan Kepanjen menyerbu markas musuh. Mereka digerakkan menuju sasaran musuh dengan mengambil garis awal jalan

108 Hasyim Latief, Laskar Hizbullah...., h. 56-57.

68

jurusan Jembatan Merah ke barat hingga ke jalan Gresik. Sasaran serangan musuh berada di Tanjung Perak. Hingga pasukan musuh bisa menerobos barisan pasukan Hizbullah, namun dengan semangat yang tinggi Hizbullah Surabaya bisa mempertahankannya. Pasukan Hizbullah pada saat itu berjumlah 300 orang. Sasaran tembakan musuh sebagian diarahkan ke markas Hizbullah yang ditempati oleh regu kesehatan, sehingga anggotanya banyak yang gugur dan cidera di antaranya Azhari Zein.109

C. Dampak Peran Hizbullah Pasca Perang 10 November 1945 di Surabaya Peristiwa 10 November 1945 yang begitu hebat hingga diabadikan menjadi Hari Pahlawan tersebut telah menguncang Indonesia bahkan dunia. Perang tersebut menjadi awal perjuangan rakyat Indonesia di berbagai penjuru daerah. Laskar Hizbullah bersama para pasukan dan laskar lainnya bahu membahu dalam pertempuran 10 November di Surabaya. Selain peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, Hizbullah juga terus berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan RI di beberapa daerah. Berkat gemblengan dari para kiai dan latihan militer, para pejuang Hizbullah tidak hentinya berjuang dan rela menaruhkan nyawanya.

Pada tanggal 20 November 1945, pesawat Inggris menjatuhkan pamflet berisi perintah untuk meninggalkan kota karena pasukan Inggris akan membom tempat-tempat yang diduga sebagai pemberontak. Semarang tidak menghiraukannya walaupun pesawat-pesawat Inggris menjatuhkan bom-bom sehingga terjadi kebakaran, kerusakan hingga korban. Para pejuang Indonesia yang bertempur adalah TKR dan Hizbullah, namun dari segi jumlah pasukan Hizbullah lebih dominan. Hizbullah Demak Bintoro di bawah pimpinan Moch. Muchdi berkoordinasi dengan pasukan-pasukan TKR dari kesatuan-kesatuan TKR Divisi IV Resimen Pati pimpinan Letkol Sunandar.110

Tidak hanya di Semarang, Inggris juga menyerang Yogyakarta dan Surakarta. Di Magelang terjadi baku tembak dengan pasukan Inggris.

109 Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur...., h. 184. 110 Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad...., h.244.

69

Pertempuran terjadi sangat sengit, Inggris terjepit oleh tentara TKR, Hizbullah, dan pejuang lainnya. Koordinasi terus dilakukan oleh berbagai pasukan yang ada. Perkembangan ini membuat organisasi tentara di Jawa Tengah dan Yogyakarta memiliki tingkat koordinasi, organisasi, solidaritas, dan persebaran yang sangat baik. Hizbullah Yogyakarta mengirim Batalyon Bachron Edress di peperangan Ambarawa.111

Laskar Hizbullah terus memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan RI di beberapa wilayah dengan berperang. Mereka bersatu padu, bahu membahu dengan para pasukan tentara yang lainnya. Dalam koran Soeara Merdeka edisi 2 November 1946 menerangkan maklumat oleh Markas Tertinggi Sabilillah, Hizbullah dan Gerakan Pemoeda Islam Indonesia agar dibentuknya Dewan Mobilisasi Pemoeda Islam Indonesia. Dewan ini menjadi Pimpinan Tertinggi dalam melaksanakan mobilasasi Pemoeda Islam yang dibentuk di pusat dan daerah-daerah.112

Pasca terjadinya peperangan 10 November 1945 di Surabaya, dampak positif bagi Hizbullah adalah eksistensinya dalam militer Indonesia pada saat itu. Pada masa perjuangan lahir berbagai pasukan yang resmi secara pemerintahan ataupun dari laskar-laskar perjuangan rakyat. Namun Hizbullah tidak akan berhenti semangatnya dalam berjuang. Walaupun pada akhirnya Hizbullah tidak bertahan lama hingga akhirnya melebur kepada Tentara Nasional Indonesia, ada pula Hizbullah yang membubarkan diri, bahkan adapula yang membubarkan Hizbullah kemudian membentuk laskar-laskar ilegal. Seperti yang terjadi pada Hizbullah Bangil.113

Setelah diangkatnya Sudirman menjadi Panglima Besar sejak Januari 1946, TKR mengalami dua kali perubahan menjadi TKR kemudian menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia). Untuk mengorganisir badan-badan perjuangan, tanggal 23 Februari 1947 Pemerintah mengeluarkan peraturan tentang bentuk

111 Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad..., h.247-249. 112 Soeara Merdeka, edisi 2 November 1946. 113 ANRI, Pembubaran Laskar Hizbullah di Jawa Timur, (Kementrian Pertahanan: Jakarta), 1947. No. XIX.

70

kementrian pertahanan, bentuk kekuatan serta organisasi tentara, dan kedudukan laskar atau badan-badan perjuangan di bawah satu biro pertahanan. Dan sebagai kelanjutan ketetapan tersebut, pada tanggal 5 Mei 1947 pemerintah memutuskan untuk mempersatukan TRI dengan badan-badan kelaskaran yang setelah melalui proses pada tanggal 3 Juni 1947 disahkan berdirinya TNI (Tentara Nasional Indonesia). Dengan adanya keputusan tersebut, Hizbullah bersama badan kelaskaran lainnya bergabung dengan unsur TRI.114

Hizbullah memberikan dampak begitu besar setelah peristiwa besar pula yaitu 10 November 1945. Sebagai laskar yang memiliki anggota berjumlah puluhan ribu ditiap-tiap daerah. Mereka mampu menjadi garda terdepan dalam perjuangan dan pertahanan.

114 Hasyim Latief, Laskar Hizbullah...., h.63.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan dalam skripsi ini, dapat disimpulkan bahwa Hizbullah adalah Laskar perjuangan yang pernah dimiliki bangsa Indonesia yang berperan besar dalam mempertahankan kemerdekaan RI. Hizbullah dapat dikatakan besar karena anggotanya terdiri dari santri-santri yang ada di pesantren. Hizbullah mempunyai peran yang besar juga dalam perang 10 November 1945 di Surabaya. Namun tidak banyak diungkap dalam sejarah bahwa Hizbullah merupakan Laskar besar dalam mempertahankan kemerdekaan RI.

Ada beberapa temuan dalam skripsi ini diantaranya adalah:

1. Peristiwa perang 10 November 1945 di Surabaya secara kronologis. Perang 10 November 1945 juga merupakan awal revolusi perjuangan bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan RI. 2. Pesantren mempunyai andil besar dalam mempertahankan kemerdekaan RI. Terbukti dengan para ulama yang maju ke medan perang ditambah dengan pasukan Hizbullah yang menjadi garda depan perjuangan dan mayoritas anggotanya berasal dari santri. 3. Bung Tomo yang merupakan tokoh nasionalis ternyata adalah murid dari KH Hasyim Asy‟ari. Ketika akan melakukan peperangan Bung Tomo menemui KH Hasyim Asy‟ari untuk meminta restu beliau. KH Hasyim Asy‟ari dapat dikatakan sebagai guru spiritual Bung Tomo. 4. Hizbullah merupakan bagian dari cikal bakal TNI. Dalam hal ini dalam beberapa kajian terdapat tiga pendapat yaitu pertama; Hizbullah bukan merupakan cikal bakal TNI, dalam buku-buku pemerintah tidak disebutkan bahwa Hizbullah adalah cikal bakal TNI, ini akibat dari agama Islam yang tidak diberikan ruang oleh pemerintah; yang kedua adalah Hizbullah merupakan cikal bakal TNI, dalam hal ini adalah semua anggota TNI adalah berasal dari Hizbullah, pandangan tersebut

71

72

berasal dari golongan tertentu yang mempunyai kepentingan pribadi ataupun kepentingan golongan; yang ketiga adalah Hizbullah merupakan bagian dari cikal bakal TNI, bahwa anggota TNI berasal dari beberapa badan militer ataupun laskar, semua bersatu dengan tujuan yang sama yaitu menjaga keamanan negara. Penulis menguatkan temuan yang ketiga bahwa semua unsur militer termasuk Hizbullah adalah bagian dari cikal bakal lahirnya TNI. B. Saran

Dalam skripsi ini penulis memiliki beberapa saran yaitu:

1. Kajian-kajian tentang tema kepesantrenan memang masih jauh dari kesempurnaan. Kalangan pesantren baik para kiai ataupun santri tidak terbiasa untuk menuliskan hal-hal atau kejadian sejarah yang telah terjadi. Kalangan pesantren harus lebih memperhatikan dan melestarikan naskah-naskah pesantren. 2. Tidak dipungkiri juga memang dewasa ini sedang gencar proses digitalisasi naskah-naskah kepesantrenan. Hal tersebut yang mungkin menjadi alasan tidak banyaknya historiografi tentang Hizbullah yang berperang dalam mempertahankan kemerdekaan RI. Namun hal tersebut tidak mengurangi semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Upaya digitalisasi naskah pesantren harus terus dilakukan. 3. Sungguh jauh dari sempurna skripsi ini, penelitian yang kurang sempurna karena terbatasnya sumber, informan, ataupun naskah- naskah pesantren mengenai Hizbullah. Penulis berharap akan ada penelitian lanjutan mengenai tema ini guna memperbanyak dan melestarikan khazanah sejarah keislaman di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA Sumber Primer: ANRI, Pembubaran Laskar Hizbullah di Jawa Timur, Jakarta: Kementrian Pertahanan, 1947, No. XIX Peran Kiai Abbas dalam Perang 10 November 1945 di Surabaya. Disampaikan langsung oleh Nyai Hj. Iim Imroah Azizah (almh) merupakan cucu dari KH. Abbas kepada penulis ketika penulis masih mondok di Buntet Pesantren Cirebon pada tahun 2009 dan 2011. Kisah tersebut menyebar secara turun temurun. Hasyim Latief, Laskar Hizbullah, Jakarta: LTN PBNU, 1995 Tanpa Nama, Hizbullah, Peranan dan Perjuangan dalam Menegakkan Kemerdekaan Republik Indonesia (Semarang, tanpa tahun) Bab 1 tanpa halaman. (Koleksi Perpustakaan PBNU). Soeara Asia, edisi 16 Desember 1944 Soeara Merdeka, edisi 2 November 1946 Sutomo, Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian & Pengalaman Seorang Aktor Sejarah. Jakarta: Visi Media. Cetakan kedua, 2008

Sumber Sekunder: Agus Sunyoto, Fatwa dan Resolusi Jihad: Sejarah Perang Rakyat Semesta di Surabaya 10 November 1945, Jakarta: Lesbumi PBNU, 2017 Antara, 80, Jakarta: Antara, 2017. Ario Helmy, Edisi revisi. K.H. Zainul Arifin Pohan Panglima Santri; Ikhlas Membangun Negeri, Tangerang: Pustaka Compass, 2015 Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, Jakarta: LP3ES, 1985 Ayuhanafiq, Garis Depan Pertempuran Lasykar Hizbullah 1945-1950, Yogyakarta: Azza Grafika, 2013 A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan RI Jilid 2, Bandung: Disjarah AD dan Angkasa, 1977 Barlan Setiadijaya, Merdeka atau Mati di Surabaya 1945 jilid 1, Jakarta: Widyaswara Kewiraan, 1985

73

74

,10 November 1945: Gelora Kepahlawanan Indonesia, Jakarta: Yayasan 10 November 1945, 192 Batara R. Hutagalung, 10 November „45: Mengapa Inggris Membom Surabaya? Jakarta: Millennium Publisher, 2001 Ben Anderson, Revolusi Pemuda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988 Bizawie Zainul Milal, Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad, Tangerang: Pustaka Compass, 2014 , Masterpice Islam Nusantara Sanad dan Jejaring Ulama-Santri (1830-1945), Tangerang Selatan: Pustaka Compass, 2016 Bruinessen Martin van, NU: Tradisi, Relasi-relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru, Yogyakarta: LkiS, 1994 Bustami Abdul Latif, dan Tim Sejarawan Tebuireng, Resolusi Jihad “Perjuangan Ulama: dari Menegakkan Agama hingga Negara”. Jombang: Pustaka Tebuireng, 2015 B.J Boland, Pergumulan Islam di Indonesia, Jakarta: Grafiti Pers, 1985 Choirul Anam, Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama, Surabaya: Duta Aksara Media. cetakan ketiga. 2010 Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, edisi ke 2, 1982 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Revolusi Kemerdekaan (1945- 1949) Daerah Jawa Timur, Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991 Des Alwi, Pertempuran Surabaya November 1945. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2012 Frank Palmos, Surabaya 1945 Sakral Tanahku, penerjemah Johannes Nugroho, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016 Gugun El-Guyanie, Resolusi Jihad Paling Syar‟i, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2010 Hadi Munib Rowandi Amsal, Kisah-kisah dari Buntet Pesantren. Cirebon: Kalam. Cetakan kedua, 2012

75

Hasan Ahmad Zaini, Perlawanan dari Tanah Pengasingan: Kiai Abbas, Pesantren Buntet dan Bela Negara, Yogyakarta: LkiS, 2014 Isno El-Kayyis, Perjuangan Laskar Hizbullah di Jawa Timur. Jombang: Pustaka Tebuireng. 2015 Kuntowijoyo, Edisi kedua. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003 ,Edisi baru. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana. 2013 Markas Besar TNI Pusat Sejarah dan Tradisi TNI, Sejarah TNI Jilid 1, Jakarta: Markas Besar TNI, 2000 Munawir Aziz, Pahlawan Santri: Tulang Punggung Pergerakan Nasional, Tangerang: Pustaka Compass, 2016 M.C Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Penerjemah Tim Penerjemah Serambi, Jakarta: Serambi, 2008 Nugroho Notosusanto, ed., Pejuang dan Prajurit, Jakarta: Sinar Harapan, 1984 , Pertempuran Surabaya, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1985 Poesponegoro Marwati Djoened, dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka, 2008 R.S Achmad, Surabaya Bergolak, Jakarta: CV. Haji Masagung, 1990 Soepanto, Hizbullah Surakarta 1945-1950. Surakarta, tanpa tahun Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, edisi baru, 2009 Suratmin, Perjuangan Laskar Hizbullah dalam Pertempuran Surabaya 10 Nopember 1945, Jakarta: Matapadi Presindo, 2017 Suryanegara Ahmad Mansur. Api Sejarah Jilid Kedua. Bandung: Surya Dinasti. edisi revisi, 2017 Tempo, Seri Buku Tempo: Bung Tomo Soerabaja di Tahun 45, Jakarta: KPG, 2017 Internet: http://ypm.ac.id/html/index.php?id=artikel&kode=108 diakses pada 26 Mei 2017 20.15 wib

76

Wawancara: Wawancara dengan Bapak Agustiono, Sub. Unit Konservasi Reparasi dan Bimbingan Edukasi Museum 10 Nopember Surabaya, pada tanggal 27 Februari 2018 jam 13.50.

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90