PEMBERDAYAAN ANGKUTAN UMUM SEBAGAI ANGKUTAN SEKOLAH DI KECAMATAN PARE, KABUPATEN KEDIRI

PUTRI INTAN DJAMAL SUBASTIAN AAN SUNANDAR CAHYANINGRUM Taruna Program Studi Dosen Program Studi Dosen Program Studi Sarjana Terapan Transportasi Sarjana Terapan Transportasi Sarjana Terapan Transportasi Darat Politeknik Transportasi Darat Politeknik Transportasi Darat Politeknik Transportasi Darat -STTD Darat Indonesia-STTD Darat Indonesia-STTD Jalan Raya Setu Km.3,5, Jalan Raya Setu Km.3,5, Jalan Raya Setu Km.3,5, Cibitung, Bekasi Jawa Barat Cibitung, Bekasi Jawa Barat Cibitung, Bekasi Jawa Barat 17520 17520 17520 [email protected]

ABSTRACT Junior high school and senior high school student in Pare District prefer private vehicle over public transport when going to school. The reason are the public transport was rarely available and cannot reach origin and destination area. For it is necessary to provide vehicle for student in Pare District which is school transports along with the existence of rural transports. Analysis was done by using origin and destination matrix which become basis to know the demand of school transports. After that, the analysis that was done are analysis to determine route, operational analysis that was calculated actual and potential, plan schedule, operational cost and tariff. The result show that the biggest amount of demand is zone 2 with the total of actual vehicle need is 2 and potential demand is 8 vehicle. There are two scheme route with a total of 5.3 km and 7.1 km, the operation schedule is divided into route 1 operated of one hour morning shift and route 2 operated of two afternoon shift. Tariff for school transport is Rp2,759.31 /passenger-trip. In order to increase the service of school transport, it has to be operated maximally 06.15 a.m and 13.00 p.m. Keywords: School transport, route, tariff

ABSTRAK Pelajar Sekolah Menengah Pertama dan Atas di Kecamatan Pare lebih memilih kendaraan pribadi dibanding angkutan umum untuk menuju ke sekolah. Hal ini dikarenakan angkutan umum yang sulit didapatkan dan belum dapat mengakses daerah asal-tujuan. Untuk itu diperlukan penyediaan sarana bagi pelajar di Kecamatan Pare berupa angkutan sekolah serta untuk mempertahankan keberadaan angkutan pedesaan. Analisis menggunakan matriks asal-tujuan yang menjadi dasar untuk mengetahui demand angkutan sekolah. Kemudian dilakukan analisis penentuan rute, analisis operasional yang dihitung secara aktual dan potensial, merencanakan penjadwalan, biaya operasional dan tarif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah permintaan terbanyak yaitu zona 2 dengan jumlah kebutuhan armada total pada permintan aktual sebanyak 2 kendaraan dan permintaan potensial sebanyak 8 kendaraan. Terdapat dua rute rencana dengan panjang rute 5.3 km dan 7.1 km, dengan jadwal pengoperasiannya dibagi menjadi shift pagi satu jam dan shift siang dua jam. Tarif angkutan sekolah sebesar Rp3.000/pnp-trip. Untuk meningkatkan pelayanan angkutan sekolah, maka harus mulai beroperasi maksimal pukul 06.15 WIB dan pukul 13.00 WIB. Kata kunci : Angkutan sekolah, rute, operasional, tarif

PENDAHULUAN Trayek angkutan pedesaan yang beroperasi di Kecamatan Pare terdapat 4 jaringan trayek. Dari hasil survey Taruna/i PTDI-STTD yang dilakukan secara acak terhadap 269 pelajar sebagai sampel menunjukkan pelajar di Kecamatan Pare lebih banyak yang menggunakan kendaraan pribadi (sepeda motor) dan antar-jemput menuju dan kembali dari sekolah sebanyak 93.7%. Karena terbatasnya trayek angkutan umum yang tersedia dan beberapa ruas jalan yang melarang angkutan umum untuk melintas sehingga siswa lebih memillih untuk menggunakan kendaraan pribadi atau antar-jemput yang dianggap lebih fleksibel. Hal ini menunjukkan kurangnya minat pelajar untuk menggunakan angkutan umum. Kecamatan Pare merupakan bagian dari wilayah administratif Kabupaten Kediri. Angkutan pedesaan di Kecamatan Pare terdapat 4 trayek yang masih beroperasi dengan kode trayek menggunakan huruf diantaranya : Pare – Papar, Pare – Kandangan, Pare – Puncu, dan Pare – Kepung dengan jumlah kendaraan yang beroperasi cukup sedikit. Berdasarkan hasil survey angkutan umum Tim PKL Kabupaten Kediri tahun 2019 yang dilakukan kepada 109 penumpang dari 4 (empat) jaringan trayek angkutan pedesaan didapatkan maksud perjalanan menggunakan angkutan umum diantaranya untuk bekerja (30%), belanja (30%), sekolah (29%), dan sosial (11%). Penggunaan Angdes dengan maksud perjalanan sekolah memiliki potensi adanya pengembangan fungsi Angdes yang ada.Kecamatan Pare memiliki kawasan pendidikan yang menyebar dengan jumlah siswa yang cukup tinggi. Terdapat 11 sekolah yang dilalui oleh Angdes diantaranya SMP N 1 Pare, SMP N 2 pare, SMP N 4 Pare, SMP 2 Pare, MTs N 1 Pare, MTs Hasanuddin, SMA N 1 Pare, SMA N 2 Pare, SMK Canda Bhirawa, SMK Bakti Mulia dan SMK Kosgoro Pare.

TINJAUAN PUSTAKA Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan beberapa kajian yang akan digunakan sebagai landasan dalam membahas, menganalisis dan memecahkan masalah yang ada. Kajian-kajian tersebut dapat dilihat dari aspek teoritis, aspek teknis dan aspek legalitas. Berikut ini merupakan aspek-aspek yang digunakan dalam penelitian: III.1 Landasan Teori 1. Definisi Angkutan Sekolah Besar Bahasa Indonesia); Angkutan Kota/Pedesaan anak sekolah adalah angkutan dalam trayek tetap dan teratur yang khusus melayani siswa sekolah. (SK. Dirjen No. 967 Tahun 2007). 2. Siswa Siswa atau pelajar yaitu anak sekolah (terutama pada sekolah dasar dan sekolah lanjutan). (Sumber : Kamus Besar Bahasa Indonesia) 3. Armada Aset berupa kendaraan mobil angkutan/MPU yang merupakan tanggung jawab perusahaan, baik yang dalam keadaan siap guna dalam konservasi. (SK. Dirjen No. 687 Tahun 2002) 4. Kapasitas Angkut/Kapasitas Tersedia Kapasitas Angkut/Kapasitas Tersedia adalah kapasitas maksimal yang tersedia untuk penumpang (duduk dan berdiri) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (SK. Dirjen No. 687 Tahun 2002) 5. Faktor Muat Kendaraan (Load Factor) Faktor muat (load factor) adalah rasio perbandingan antara jumlah penumpang yang di angkut dengan kapasitas kendaraannya yang biasanya dinyatakan dalam persen (%). Faktor muat rata- rata dalam perencanaan suatu jaringan trayek adalah 70% diambil pada saat kondisi dinamis. (SK. Dirjen No. 687 Tahun 2002) 6. Kriteria Angkutan Umum Untuk Angkutan Sekolah Masalah-masalah yang dihadapi layanan transportasi sekolah penekanannya pada 4 (empat) kriteria, yaitu : a. Keselamatan Keselamatan ini sebagian merupakan masalah pendidikan dan sebagiannya merupakan masalah kondisi angkutan-angkutan sekolah yang mengangkut para siswa. b. Ekonomi Dapat dilakukan penghematan jika rute-rute angkutan dirubah, mengatur daftar rencana perjalanan atau menganalisa secara ekonomis.

c. Kecukupan Pelayanan angkutan sekolah adalah cukup bila dihubungkan dengan perbandingan murid- murid sekolah yang tinggal melebihi jarak satu mil dari sekolah dimana transportasi disediakan. Ketentuan ini berbeda-beda secara luas dalam suatu aturan wajib belajar. d. Efisiensi Efisiensi merupakan salah satu kriteria yang lain yang semestinya diterapkan dalam mengevaluasi transportasi siswa. (Kusmintarjo, 1993) 7. Penggunaan Angkutan Umum sebagai Angkutan Sekolah Perencanaan angkutan umum yang digunakan sebagai angkutan sekolah ini menjadi jalan keluar untuk tetap mempertahankan angkutan umum yang ada dan menjadi pilihan bagi siswa untuk berangkat dan pulang sekolah dengan aman, nyaman, dan selamat. 8. Karakteristik Perjalanan Siswa Perjalanan siswa yang dimaksud adalah perjalanan dengan tujuan sekolah. Pada umumnya perjalanan siswa bersifat home based dan merupakan perjalanan simple chain. Perjalanan dengan tujuan sekolah biasanya dimulai dan di akhiri pada waktu yang bersamaan atau dengan kata lain, tarikan dan bangkitan suatu land use sekolah terjadi pada waktu yang telah ditentukan. 9. Rute Rute adalah jalur yang diambil bus dan angkutan umum sejak meninggalkan titik awalnya hingga sampai tujuan. 10. Manajemen Operasi Angkutan Sekolah a. Waktu Operasi Kendaraan b. Kecepatan Operasi Kendaraan c. Faktor Muat Kendaraan (Load Factor) d. Waktu Tempuh Kendaraan e. Waktu Antar Kendaraan (Headway) f. Frekuensi Kendaraan g. Km-Tempuh/Rit 11. Jumlah Kebutuhan Armada Dalam menganalisis permintaan angkutan sekolah baik pengguna angkutan sekolah aktual dan potensial didapat berdasarkan indikator kinerja pelayanan angkutan sekolah itu sendiri. 12. Penjadwalan Angkutan Penjadwalan angkutan adalah pekerjaan untuk memastikan bahwa angkutan yang akan dioperasikan dibuat dengan cara paling efisien. Persyaratan penjadwalan angkutan yang baik sesuai SK. Dirjen No. 687 Tahun 2002. 13. Biaya Operasional Kendaraan Biaya operasional kendaraan terdiri dari 2 (dua) biaya, yaitu biaya langsung dan biaya tidak. 14. Tarif Tarif adalah besarnya biaya yang dikenakan kepada setiap penumpang kendaraan angkutan penumpang umum yang dinyatakan dalam rupiah. Tarif angkutan umum merupakan tarif yang ditetapkan pemerintah secara politis dengan mempertimbangkan usulan dari operator angkutan umum dan pengguna jasa angkutan umum.

III.2 Landasan Hukum Berikut ini merupakan beberapa aspek legalitas yang digunakan dalam penelitian: a. Undang-Undang No. 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (BAB X Tentang Angkutan) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan b. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 Tentang Perubahan c. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek d. Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat No. SK.687/AJ.206/DRJD/2002, Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap Dan Teratur. e. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 98 Tahun 2013 Tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek.

METODOLOGI PENELITIAN Pembuatan bagan alir

ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH 1. Perhitungan Sampel Sampel yang digunakan dengan metode slovin , teknik sampel digunakan Sampling Random Sederhana (Simple Random Sampling ). Dari perhitungan dengan rumus slovin taraf signifikasi/tingkat kesalahan yang digunakan adalah α = 5 % , dengan maksud data sampel sejumlah perhitungan tersebut 95% mendekati benar dan dapat mewakili populasi. Perhitungan jumlah sampel diambil dari total jumlah pelajar yang bersekolah di sekolah yang berada di wilayah penelitian. Jumlah sampel 383 pelajar merupakan jumlah sampel yang diambil dari semua sekolah, untuk mengetahui kebutuhan sampel setiap sekolah didapat dengan cara mengalikan persentase jumlah pelajar di tiap sekolah dengan jumlah sampel keseluruhan yang harus dipenuhi. 2. Karakteristik Perjalanan Pelajar a. Persentase Jenis Kelamin Dari hasil survei wawancara 11 sekolah hasil survey yang dilakukan pada 11 sekolah di Kecamatan Pare didominasi oleh siswa perempuan dengan 221 responden dari total keseluruhan siswa yaitu 383 siswa. b. Asal Tujuan Siswa Dari hasil survei wawancara yang dilakukan didapatkan analisis asal dan tujuan siswa yang didapatkan dari data alamat siswa serta alamat sekolah masing-masing siswa. Diketahui bahwa jumlah perjalanan terbesar adalah siswa yang berasal dari zona 2, dari matriks populasi dapat diketahui jumlah siswa tertinggi adalah 1146 siswa.. c. Desire Line Dari survei wawancara siswa sekolah diperoleh garis keinginan (desire line) yang merupakan gambar mengenai pola perjalanan siswa sekolah objek penelitian di Kecamatan Pare. Desire line yang dibuat merupakan tarikan perjalanan yaitu zona 1, 2, 3, 9, dan 10 sedangkan bangkitan pada setiap zona internal lainnya. d. Jenis Moda yang Digunakan Pelajar untuk ke/kembali dari Sekolah Jenis moda yang paling banyak digunakan pelajar untuk perjalanan ke sekolah adalah dengan menggunakan sepeda motor, yaitu dengan nilai persentase sebesar 78% atau 303 responden dan paling sedikit sebesar 1% atau 5 responden. e. Jarak Perjalanan Presentase tertinggi antara jarak rumah dengan sekolah adalah ≥ 7 Km sebanyak 48% (182 perjalanan) dan presentase terendah adalah ≤ 1 Km yaitu sebesar 10% (39 perjalanan). f. Waktu Perjalanan Dari analisis data hasil wawancara dapat diketahui bahwa waktu perjalanan tertinggi menuju ke sekolah adalah ≤ 15 Menit yaitu sebanyak 63%. g. Harapan Terhadap Pengoperasian Angkutan Sekolah Dari analisis data hasil wawancara dapat diketahui bahwa harapan tertinggi adalah angkutan sekolah nantinya mudah dijangkau dengan presentase sebesar 34%, harapan berikutnya yaitu murah sebesar 29%, nyaman sebesar 21%, dan aman sebesar 16%. h. Tarif yang diharapkan Dari hasil analisis wawancara dapat diketahui tarif yang diharapkan dalam pengoperasian angkutan sekolah tertinggi antara Rp2.500 - Rp4.000 dengan persentase sebesar 68%.

V.1 Analisis Permintaan Penumpang Angkutan Sekolah Matrik asal tujuan siswa menggunakan angkutan umum menunjukkan bahwa permintaan penumpang aktual adalah sebanyak 457 siswa. Permintaan penumpang potensial secara keseluruhan adalah sebanyak 6785 orang. Untuk permintaan potensial tertinggi adalah perjalanan siswa yang berasal dari zona 2 yaitu sebanyak 920 orang. Diketahui total banyaknya minat pindah sampel yang telah di konversi ke populasi dari penggunaan angkutan umum di Kecamatan Pare adalah 457 orang. V.2 Analisis Penentuan Rute Angkutan Sekolah Diambil dua rencana rute dalam perencanan pengoperasian angkutan sekolah. Masing-masing rute memiliki cakupan wilayah tersendiri dan mewakili permintaan perjalanan berdasarkan hasil pembebanan perjalanan siswa sekolah pada kondisi awal.

Sumber : Hasil Analisis V.3 Analisis Operasional Angkutan Sekolah 1. Angkutan Sekolah a. Waktu Operasi Angkutan Sekolah JAM SEKOLAH WAKTU OPERASI NAMA SEKOLAH ALAMAT MASUK PULANG SHIFT 1 SHIFT 2

SMP N 1 Pare Jl. Soekarno Hatta 07.15 13.00

SMP N 2 Pare Jl. Pahlawan Kusuma Bangsa 07.15 13.00

SMP N 4 Pare Jl. Merbabu 07.15 13.00

MTs N 1 Pare Jl. Stadion Canda Bhirawa 07.15 13.00

07.15 15.00

MTs Hasanuddin Jl. Kelapa 07.15 13.00

- - SMA N 1 Pare Jl. Pahlawan Kusuma Bangsa 07.15 15.00

06.15 13.00 SMA N 2 Pare Jl. Pahlawan Kusuma Bangsa 07.15 15.00 SMK Canda Bhirawa Jl. Pb. 07.15 15.00 SMK Bakti Mulia Jl. Mayjen Mas Isman 07.15 15.00 SMK Kosgoro Pare Jl. Mayjen Mas Isman 07.15 14.00 b. Kecepatan Rencana Angkutan Sekolah Mengacu pada Peraturan Dirjen Perhubungan Darat Nomor : SK.687/AJ.206/DRJD/2002, tentang Pedoman Teknis Penyelenggaran Bus Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur, maka kecepatan rencana angkutan sekolah yang ditetapkan di Kecamatan Pare adalah 30 - 40 km/jam. c. Faktor Muat Kendaraan (Load Factor) Penentuan faktor muat ini juga berdasarkan Peraturan Dirjen Perhubungan Darat Nomor: SK.967/AJ.202/DRJD/2007, tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Bus Sekolah bahwa penyelenggaraan angkutan sekolah wajib mengangkut penumpang sesuai kapasitas yang ditetapkan dalam ketentuan pelayanan angkutan, agar tidak mengakibatkan terjadinya kecelakaan atau menjamin keselamatan siswa selama dalam perjalanan dan untuk memberi kenyamanan siswa itu sendiri. Faktor muat yang dipakai sebesar 70%. d. Waktu Tempuh Angkutan Sekolah Rute Panjang Rute (Km) Waktu Tempuh A ke B (Menit) Waktu Tempuh B ke A (Menit) MPU 1 5.3 11 8.35 MPU 2 7.1 14.2 11.05 e. Waktu Sirkulasi Angkutan Sekolah (Round Trip Time) Rute Panjang Rute (Km) kecepatan (km/jam) Waktu Sirkulasi (Menit) MPU 1 5.3 30 - 40 20.02 MPU 2 7.1 30 - 40 26.32 f. Jumlah Rit/ Kendaraan

Jumlah Rit Rute Waktu Sirkulasi (menit) Shift 1 Shift 2 MPU 1 2 5 20.42 MPU 2 2 4 26.32 g. Waktu Antar Kendaraan (Headway) Headway (menit) Rute Aktual Potensial MPU 1 79.04 6.21 MPU 2 91.6 6.58 Rata-rata 85.32 6.40 h. Frekuensi Frekuensi Rute Aktual Potensial MPU 1 1 10 MPU 2 1 9 Rata-rata 1 9 i. Km-Tempuh/Rit

Rute Panjang Rute (Km) Km-tempuh/rit (km) MPU 1 5.3 10.6 MPU 2 7.1 14.2 2. Angkutan Umum a. Faktor Muat Kendaraan (Load Factor) Berdasarkan data diketahui bahwa faktor muat angkutan pedesaan terbesar pada shift 1 adalah 69% dan pada shift 2 yaitu 142%. Dimana sudah mendekati faktor muat 70% sehingga dapat menguntungkan pengusaha. b. Waktu Tempuh Angkutan Sekolah Berdasarkan data diketahui bahwa waktu tempuh terbesar ada pada trayek Pare – Besowo, hal ini dikarenakan semakin panjang rute trayek maka semakin lama waktu tempuh yang dibutuhkan. c. Waktu Sirkulasi Angkutan Sekolah (Round Trip Time) Waktu sirkulasi terbesar adalah trayek Pare – Besowoyang membutuhkan waktu selama 78.07 menit untuk perjalanan bolak-ballik dari titik A-B-A. d. Waktu Antar Kendaraan (Headway) Berdasarkan data diketahui bahwa headway terbesar terjadi pada trayek Pare – Papar. Sehingga trayek ini belum memenuhi standar, dimana standar yang dipakai adalah maksimal 15 menit. e. Frekuensi Berdasarkan data diketahui bahwa frekuensi terbesar adalah trayek Pare - Besowo sebanyak 8 frekuensi pada shift pagi dan 3 frekuensi pada shift siang, sehingga pelayanan angkutan pedesaan dapat terpenuhi. V.4 Analisis Jumlah Kebutuhan Armada 1. Jumlah armada aktual Merupakan jumlah armada yang diperoleh dari perhitungan jumlah siswa yang saat ini menggunakan angkutan umum saja. 2. Jumlah armada potensial Merupakan jumlah armada yang diperoleh dari perhitungan jumlah siswa yang saat ini menggunakan angkutan umum ditambah dengan jumlah siswa pengguna angkutan pribadi yang bersedia untuk berpindah ke angkutan sekolah. Jumlah Armada Rute Aktual Potensial MPU 1 1 4 MPU 2 1 4 Jumlah 2 8 V.5 Analisis Penjadwalan Angkutan Sekolah Tujuan utama dari penjadwalan ini adalah membuat semua rencana perjalanan agar dapat dilaksanakan dengan baik. Informasi yang diperlukan dalam menetapkan penjadwalan antara lain waktu perjalanan, waktu sirkulasi, headway (waktu antara), kecepatan, dan lay over time. Penjadwalan angkutan sekolah dalam penelitian ini dibedakan per jenis permintaan: a. Berdasarkan Permintaan Aktual Berdasarkan data diketahui bahwa penjadwalan angkutan sekolah berdasarkan permintaan aktual untuk MPU 1 shift pagi sebanyak 1 perjalanan terjadwal dengan waktu berangkat di titik awal pada pukul 06.15 WIB dan tiba di titik akhir pada pukul 06.26 WIB. b. Berdasarkan Permintaan Potensial Berdasarkan data diketahui bahwa penjadwalan angkutan sekolah berdasarkan permintaan potensial untuk MPU 1 shift pagi sebanyak 4 perjalanan terjadwal dengan waktu berangkat perjalan pertama di titik awal pada pukul 06.15 WIB dan waktu tiba perjalnan terakhir di titik akhir pada pukul 07.22 WIB.

V.6 Analisis Biaya Operasional Kendaraan Dalam perhitungan biaya operasional kendaraan terdapat banyak komponen-komponen yang harus diperhitungkan, dimana biaya operasional kendaraan dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Kedua kelompok biaya tersebut, baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung masing-masing terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Tabel V. 1 Rekapitulasi Biaya Operasi Kendaraan Angkutan Sekolah Komponen Biaya MPU 1 MPU 2 Biaya Langsung a. Penyusutan Rp 306.30 Rp 266.75 b. Bunga modal Rp 165.40 Rp 144.05 c. Gaji Awak Rp 1010.78 Rp 704.23 d. BBM Rp 716.67 Rp 716.67 e. Ban Rp 80.00 Rp 80.00 f. Service kecil Rp 141.25 Rp 147.50 g. Service besar Rp 60.00 Rp 76.67 h. Over Houl mesin Rp 16.67 Rp 16.67 i. Over Houl Body Rp 153.15 133.38

j. Retrikoasi terminal 40.43 35.21 Komponen Biaya MPU 1 MPU 2 k. STNK/pajak kendaraan Rp 25.52 Rp 22.23 l. Kir Rp 4.08 Rp 3.56 Total Biaya Langsung Rp 2,720.25 Rp 2,346.90 Biaya Tidak Langsung a. Biaya Gaji Pegawai Non Awak Bus Rp - Rp b. Biaya Pengelolaan Rp 7.40 Rp 6.45 Biaya Pokok per koasi-km Rp 2,727.65 Rp 2,353.34 Biaya Pokok pnp-km Rp 340.96 Rp 294.17 Sumber: Hasil Analisis Berdasarkan hasil rekapitulasi biaya operasional kendaraan angkutan sekolah yang terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung maka didapat besaran biaya untuk masing-masing angkutan sekolah. Biaya pokok yang dikeluarkan masing-masing trayek angkutan sekolah per penumpang-km sebesar Rp340.96 untuk MPU 1 dan Rp294.17 untuk MPU 2. Adapun tarif yang ditentukan dari perhitungan biaya operasional kendaraan bus sekolah tersebut adalah sebagai berikut : TRAYEK JARAK BOK TARIF BEP TARIF TARIF USULAN TARIF/KM MPU 1 5.30 Rp2,728 Rp2,582 Rp2,840 Rp3,000 Rp535.79 MPU 2 7.10 Rp2,353 Rp2,984 Rp3,282 Rp3,500 Rp462.26 Rata-rata Rp2,783 Rp3,061 Rp3,250 Rp499.03 Berdasarkan data, penentuan tarif berdasarkan BOK sudah diperhitungkan keuntungan sebesar 10% untuk pengusaha. Maka didapatkan tarif yang dikeluarkan sebesar Rp2.840,00 untuk MPU 1 dan Rp3.282,00 untuk MPU 2 yang dibebankan kepada penumpang untuk tiap perjalanan. Pembayaran dilakukan secara tunai, sehingga tarif yang diusulkan untuk angkutan sekolah sebesar Rp3.000,00 untuk trayek MPU 1 dan Rp3.500,00 untuk trayek MPU 2. KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian Pemberdayaan Angkutan Umum Sebagai Angkutan Sekolah Di Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri adalah : 1. Jumlah permintaan untuk angkutan sekolah adalah 457 siswa untuk permintaan aktual dan 6785 siswa untuk permintaan potensial. Pergerakan yang ditimbulkan oleh siswa yang paling tinggi berasal dari zona 2. 2. Rute rencana pengoperasian angkutan sekolah di Kecamatan Pare dibagi menjadi 2 rute dengan Trayek 1 dengan panjang rute 5,3 km melayani : JL. Letjen Sutoyo - Jl.Panglima Polim - Jl. Kelapa - Jl. Pb. Sudirman - Jl. Merbabu - Jl. Mayjen Mas Isman Trayek 2 dengan panjang rute 7,1 km Trayek ini melayani : Jl.Raden Ajeng - Jl. Pahlawan Kusuma Bangsa - Jl. Stadion Canda Bhirawa - Jl. Dr. -Jl. Soekarno Hatta 3. Jumlah armada permintaan aktual pada Rute 1 jumlah kebutuhan armada 1 kendaraan dan Rute 2 jumlah kebutuhan armada 1 kendaraan. 4. Jadwal rencana untuk pengoperasian angkutan sekolah di Kecamatan Pare dibagi menjadi dua shift yaitu shift pagi pukul 06.15 – 07.15 WIB dan shift siang pada pukul 13.00 – 15.00 WIB 5. Tarif yang diusulkan untuk angkutan sekolah sebesar Rp3.000,00/pnp-trip untuk trayek MPU 1 dan Rp3.500,00/pnp-trip untuk trayek MPU 2. 6. Untuk meningkatkan pelayanan dan kenyamanan pada angkutan sekolah, angkutan sekolah harus mulai beroperasi maksimal dari jam 06.15 untuk shift pagi dan 13.00 untuk shift siang. Selain itu fasilitas di dalam armada angkutan sekolah terpenuhi.

SARAN Beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan antara lain sebagai berikut : 1. Dengan dioperasikannya angkutan sekolah disarankan dapat membantu kebijakan tentang pelarangan penggunaan kendaraan pribadi dikalangan pelajar yang belum memiliki Surat Izin Mengemudi.

8

2. Sebelum direalisasikan angkutan sekolah perlu dilakukan sosialisasi terlebih dahulu agar semua siswa mengetahui adanya angkutan sekolah ini. 3. Penelitian selanjutnya perlu ditambah pendalaman mengenai analisis Ability To Pay (ATP) atau kemampuan seseorang untuk membayar dan Willingness To Pay (WTP) atau kesediaan seseorang untuk mengeluarkan biaya

DAFTAR PUSTAKA ______. 2009. Undang - undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta ______. 2014. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan. Jakarta ______. 2015. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 98 Tahun 2013 Tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek. Jakarta ______. 2019. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek. Jakarta ______. 2002. Surat Keputusan Direktorat Jendral Perhubungan Darat Nomor 687 Tahun 2002 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggraan Angkutan Penumpang Umum di wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur. Jakarta ______. 2007. Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor 967 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Sekolah. Jakarta Abdul Khader Nayati, Mohammed. 2008. School Bus Routing And Scheduling Using Gis. University of Gavle. Swedia Azmi, Ulul. 2018. Studi Perencanaan Angkutan Pelajar Kota Mataram. Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram. Nusa Tenggara Barat Belcher, J., Britt, D., Granade, S., et all. 2005. Bus routing algorithms: Application to a rural school district, ACCLAIM Working Papers 27. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di https://kbbi.kata.web.id/bus-sekolah. Diakses 18 Januari 2020. Konečný, Vladimír. 2017. Research on Demand for Bus Transport and Transport Habits of High School Students in Žilina Region. Kusmintardjo, 1993. Pengelolaan Layanan Khusus Sekolah. Malang: OPF IKIP Malang Palupiningtyas, Selenia Ediyani. 2016. Analisis Kebijakan Penyelenggaraan Angkutan Sekolah di Kota Bandung. Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan. Jakarta Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2020. Daftar Sekolah Kecamatan Pare. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Sambodja, Ratih Sekartadji. 2015. Studi Demand And Supply Bus Sekolah Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama Dan Atas Di Area Jalan Wijaya Kusuma . Program Studi Magister Teknik Sipil FTSP ITS. Surabaya

9