AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

KEPEMIMPINAN GUBERNUR SURYO SELAMA PERTEMPURAN 10 NOVEMBER 1945 DI

Achmad Dani Jurusan Pendidikan Sejarah Fakutas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya Email: [email protected]

Dra. Sri Mastuti Purwaningsih, M.Hum Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya

Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketidakseimbangan kekuatan persenjataan antara tentara Sekutu dengan rakyat Surabaya selama pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang menciptakan pergerakan revolusioner rakyat Surabaya. Pergerakan revolusioner ini membutuhkan seorang pemimpin pemerintahan yang mampu mengakomodir dan mengarahkan rakyat Surabaya. Gubernur Suryo sebagai pemimpin pemerintahan Jawa Timur memiliki tanggung jawab untuk menentukan sikap dan kebijakan dalam menuntun arah perjuangan rakyat Surabaya. Rumusan masalah dalam penelitian ini, antara lain : (1) Bagaimana perkembangan pergerakan nasional di Surabaya sebelum dan sesudah proklamasi? (2) Bagaimana sikap dan kebijakan politik Gubernur Suryo selama pertempuran 10 November 1945? (3) Bagaimana akhir perjuangan Gubernur Suryo?. Adapun metode yang digunakan adalah metode pendekatan sejarah (historical approach), yang meliputi empat tahapan proses yakni heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sikap dan kebijakan politik Gubernur Suryo dalam melaksanakan tugas sebagai gubernur Jawa Timur memiliki keterikatan dengan pergerakan rakyat Surabaya. Gubernur Suryo memimpin pemerintahan Jawa Timur di Surabaya diantaranya mengatur, mengelola, mengurus, dan bertanggungjawab terhadap segala urusan pemerintahan daerah di Jawa Timur khususnya wilayah Surabaya. Karakter Gubernur Suryo tersebut memberikan dampak berupa kepercayaan rakyat Surabaya untuk ikut berjuang melawan tentara Sekutu.

Kata Kunci : Gubernur Suryo, Kepemimpinan, dan Pertempuran 10 November 1945.

Abstract This research is motivated by the imbalance of power between the army Allied weapons to the people of Surabaya during 10 November battle in 1945 in Surabaya who created the revolutionary movement of the people of Surabaya. This revolutionary movement needs a leader who is able to accommodate administration and directing the people of Surabaya. Governor Suryo as government leaders have the responsibility to determine the attitude and policies in guiding the direction of the struggle of the people of Surabaya. The problem of this research, among others: (1) How is the development of a national movement in Surabaya before and after the proclamation? (2) What is the attitude and policy of the Governor Suryo during the battle of 10 November 1945? (3) How is the end of the struggle Governor Suryo ?. The method used is the method of approach to history (historical approach), which includes four stages of the process that is heuristic, criticism, interpretation, and historiography. Results from the study showed that the attitude and policy of the Governor Suryo in carrying out duties as governor of East Java are tied to the movement of the people of Surabaya. Governor Suryo lead in Surabaya East Java administration including set up, manage, administer, and is responsible for all local government affairs of Indonesia in East Java, especially Surabaya region. Governor Suryo character of the impact of trust Surabaya people to join fight against Allied troops.

Keywords: Governor Suryo, Leadership, and the Battle of 10 November 1945.

1

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

PENDAHULUAN Kepemimpinan Gubernur Suryo selama Gubernur Suryo bukan hanya tentang jasa dan pertempuran 10 November 1945 yang dikaji dalam kontribusinya dalam pertempuran 10 November 1945 penelitian ini unik dikarenakan Gubernur Suryo tidak di Surabaya, melainkan terletak dalam fakta bahwa bekerja secara individual atau non pemimpin tunggal kepemimpinannya yang unik selama periode melainkan secara kolektif bersama para stafnya. peralihan masyarakat daerah jajahan menjadi Karakter dan kepribadiannya yang tenang, penuh masyarakat yang merdeka seutuhnya. Saat kekalahan kematangan dan tegas berbeda jauh dengan tokoh Jepang terhadap Sekutu, nampaknya muncul pemimpin rakyat lain seperti dan Bung kegelisahan yang merebak di kalangan masyarakat Tomo yang eskplosif. Walaupun demikian Gubernur bawah tak terkecuali masyarakat Surabaya. Para Suryo tetap memiliki daya tarik sebagai pemimpin penulis asing kebanyakan menganggap bahwa rakyat. Gubernur Suryo memiliki andil penting dalam perasaan untuk membalas dendam terhadap orang meletusnya peristiwa Pertempuran 10 November asing mulai tumbuh. Kesempatan untuk 1945 di Surabaya. mengambilalih kekuasaan dan pemerintahan menjadi Gubernur Suryo menjabat jabatan sebagai sangat besar. Gubernur Provinsi Jawa Timur pada saat Negara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang Indonesia baru diproklamirkan disertai keadaan didengungkan di Jakarta pada 17 Agustus 1945 turut rakyat Surabaya yang berubah drastis. Rakyat bekas meningkatkan intensitas kepercayaan diri golongan- jajahan pemerintahan Kolonial Belanda dan Jepang golongan masyarakat Surabaya. Pelbagai macam menyimpan perasaan dendam terhadap orang-orang kejadian, kerusuhan dan insiden mencapai puncaknya asing bisa berkembang menjadi keresahan dan selama periode September-Oktober 1945. Kedatangan kekacauan. Proses peralihan dari rakyat jajahan ke Gubernur Suryo untuk pertama kalinya ke Surabaya rakyat merdeka ini telah menimbulkan kegelisahan disambut dengan hangat oleh para pemimpin lokal dan gejolak sosial dalam kehidupan masyarakat Surabaya. Pada perkembangannya pemimpin- Surabaya. pemimpin lokal Surabaya mulai melakukan sinergi Masyarakat bekas jajahan yang dulunya selalu dan koordinasi di bawah arahan Gubernur Suryo baik menurut dan menerima segala perintah dari penguasa di bidang pemerintahan, ekonomi, sosial, politik kolonial Belanda dan Jepang mulai merubah sifatnya maupun di bidang militer dan kepemudaan. Masing- setelah merdeka. Mereka menentang kekuasaan masing orang mulai memainkan peranannya secara pemerintahan militer Jepang bahkan tak segan untuk teratur dan terorganisir hingga pecahnya pertempuran membunuh siapa saja yang menghalangi tujuan pada 10 November sampai pertahanan di luar kota mereka. Keadaan menjadi kacau saat banyak terjadi pasca pertempuran tersebut. penjarahan dan pembantaian massal terhadap orang- Penelitian ini terutama menyoroti orang asing di Surabaya. Masyarakat menjadi sangat kepemimpinan Gubernur Suryo di daerah yang agresif terhadap orang-orang asing khususnya orang masyarakatnya paling revolusioner di Pulau Jawa, Belanda dan Jepang yang dianggap sebagai yakni Surabaya. Dibandingkan dengan pemimpin di penghalang dalam mewujudkan kemerdekaan daerah lain dan dalam periode-periode lain, seutuhnya. Keadaan ini membutuhkan seorang kepemimpinan Gubernur Suryo tidak merupakan pemimpin yang mampu mengakomodir kemauan kepemimpinan langsung dalam medan pertempuran. rakyat. Karakter pemimpin yang mampu Gubernur Suryo dipilih karena keunikan yang khas mengarahkan rakyat, memiliki sifat dinamis, penuh dari kepemimpinannya dalam mengerahkan kekuatan wibawa dan tegas merupakan keniscayaan untuk gerakan revolusi rakyat Surabaya pasca kemerdekaan memimpin sebuah masyarakat revolusioner. yang mencolok dalam jumlah yang besar sekali. Seorang pemimpin selalu memiliki peranan Wilayah Surabaya dipilih dalam penelitian ini penting dalam mengelola dan mengatur pemerintahan dikarenakan wilayah Surabaya merupakan tempat di suatu daerah, kerajaan maupun negara. Seorang berkantornya Gubernur Suryo dan tentunya banyak pemimpin pula menjadi acuan bagi rakyatnya untuk merekam aktivitas Gubernur Suryo selama hidup dalam suatu masyarakat. Pemimpin yang cakap pertempuran 10 November 1945 sejak ditetapkan akan membawa kesejahteraan karena mampu sebagai Gubernur dan dikarenakan pusat mendayagunakan rakyatnya untuk kebutuhan negara. pemerintahan wilayah Jawa Timur berada di Pemimpin yang baik juga harus memperhatikan Surabaya serta pusat pertempuran 10 November 1945 kepentingan dan keinginan rakyatnya. Hal inilah yang terjadi. membuat pemimpin menjadi faktor penting kemajuan suatu peradaban masyarakat termasuk masyarakat Surabaya. Pemimpin selalu dipandang sebagai orang METODE yang bertanggung jawab terhadap urusan masyarakat Metode yang digunakan dalam penelitian ini yang dipimpinnya sehingga sosoknya menjadi sangat adalah metode penelitian sejarah yang diuraikan oleh kuat dalam keyakinan rakyatnya. Gilbert J. Garraghan yakni sekumpulan prinsip dan aturan yang sistematis, dimaksudkan untuk

2

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017 memberikan bantuan secara efektif dalam Installatieplechtigheid”, (2) Wawancara penulis pengumpulan sumber, penilaian secara kritis dengan Pak Warsito di Kantor Veteran 45 di Jalan terhadapnya, kemudian menyajikan sebagai sintesis, Mayjen Sungkono Surabaya, (3) Wawancara penulis biasanya dalam bentuk tertulis.1 Adapun dapat dengan Pak Steve Darjanto (Saksi Hidup Pertempuran disimpulkan bahwa metode sejarah dalam pengertian 10 November dan teman dekat Bung Tomo serta sebagai seperangkat prinsip terdiri dari empat langkah Ruslan Abdulgani) di rumahnya di Jalan yakni Heuristik, Kritik sumber, intepretasi dan Dharmahusada Indah Barat Blok AA No. 71. Historiografi.2 Sumber Sekunder yang didapatkan peneliti Tahap pertama dalam penelitian sejarah adalah berupa surat kabar dan buku-buku serta referensi heuristik atau penelusuran sumber, peneliti penunjang yang berkaitan dengan sejarah intelektual. mendapatkan sumber sejarah yaitu koran, manuskrip Beberapa sumber sekunder yang sudah didapatkan pelaku pertempuran 10 November 1945 dan buku antara lain : Surat kabar Surabaya Post karya Suparto yang membahas tentang Gubernur Suryo. Brata tanggal 10 November 1984 yang berjudul Penelusuran sumber baik primer maupun sekunder “Gubernur Surya pada 10 November 1945” dan serta data kepustakaan lainnya dilakukan penulis beberapa buku berisikan materi-materi yang berkaitan dengan menelusuri sumber sekunder dan koran di dengan penelitian ini. Sumber sekunder ini didapat Perpustakaan Medayu Agung, Perpustakaan dan peneliti dari berbagai tempat diantaranya beberapa Arsip Provinsi Jawa Timur baik yang berlokasi di perpustakaan di Surabaya, Malang dan took buku. Jalan Menur Pumpungan dan Jalan Jagir Tahap kedua dalam penelitian sejarah adalah Wonokromo, Perpustakaan Uneversitas Negeri kritik. Peneliti melakukan pengujian dan penyeleksian Surabaya (Ketintang), Perpustakaan Universitas sumber. Peneliti menguji sumber dengan 2 tahapan Negeri Malang, website koran Belanda yaitu menguji isi atau substansi sumber (intern) dan “www.kranten.delpher.nl, pameran buku saat bedah menguji klasifikasi sumber (ekstern). Contoh peneliti buku Frank Palmos di Uneversitas Negeri Surabaya membandingkan data antara penelitian William H. dan berbagai Toko Buku di sepanjang Jalan Frederick tentang Gubernur Suryo dengan penelitian Semarang Surabaya. dari Frank Palmos. Peneliti juga membandingkan Peneliti juga menelusuri sumber primer di beberapa data manuskrip wawancara daftar riwayat Gedung Juang 45 yang berlokasi di Jalan Mayjen hidup pelaku pertempuran 10 November 1945 yang Sungkono Surabaya dan akhirnya penulis didapatkan peneliti dari pihak bagian arsip Gedung menemukan beberapa sumber yang memperkuat Juang 45 Surabaya. Pengujian dan penyeleksian analisis dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil sumber ini dilakukan untuk mendapat sumber primer penelusuran sumber ini, peneliti mendapatkan sumber yang koheren. primer berupa dokumen manuskrip wawancara yang Interpretasi merupakan tahapan ketiga dalam didapatkan di Museum Gedung Juang 45 Surabaya. penelitian sejarah. Peneliti membaca, memahami, Dokumen-dokumen yang didapatkan peneliti menghubungkan antara fakta satu dengan fakta lainya mengenai peranan Gubernur Suryo selama lalu menafsirkannya dengan melakukan analisis- pertempuran 10 November 1945 di Surabaya antara sintesis yaitu selain menguraikan data yang lain: (1) Arsip wawancara Dr. Soewandhi, koleksi ditemukan maka penulis juga menyatukan data. DHD 45 Surabaya dengan nomor arsip Keterpaduan interpretasi dari berbagai fakta dalam 088/IX/C/1945/1976, (2) Arsip wawancara Moglee sumber sejarah akan menghasilkan analisis yang Widjdaja (Oei Chiao Liong), koleksi DHD 45 bersifat koherens. Surabaya dengan nomor arsip 082/IX/C/1945/1976, Tahapan terakhir dalam penelitian sejarah adalah (3) Arsip Wawancara Ruslan Wongsokusumo, historiografi, peneliti menulis dan menggabungkan koleksi DHD 45 Surabaya dengan nomor arsip seluruh fakta dan tafsiran ke dalam sebuah bentuk 018/IX/A/1945/1976, (4) Arsip wawancara Soegiri tulisan yang berjudul “Kepemimpinan Gubernur Tjokrohandoko, koleksi DHD 45 Surabaya dengan Suryo Selama Pertempuran 10 November 1945 di nomor arsip 046/IX/A/1945/1976. Surabaya.” Selain dokumen manuskrip wawancara, peneliti juga menggunakan surat kabar sejaman sebagai data PUSARAN PERGERAKAN POLITIK sumber primer dan wawancara langsung dengan KEBANGSAAN DI SURABAYA veteran yang memberikan informasi terkait objek A. Masyarakat Surabaya Sebelum Proklamasi yang dikaji yaitu peranan Gubernur Suryo selama 1. Masyarakat Surabaya Pada Era Pergerakan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Surat Nasional kabar dan wawancara antara lain : (1) De Indische Surabaya termasuk dalam wilayah Indonesia Courant yang diterbitkan pada tanggal 26 November Barat tepatnya di wilayah Jawa Timur. 1938 berjudul “Regent Magetan De Berdasarkan penelitian sejarah, menunjukkan bahwa Surabaya berkembang dari desa Hujung 1 Gilbert J. Garraghan., A Guide to Historical Method, Galuh yang terletak di muara Kali Surabaya, (New York: Fordham University Press, 1948), hlm. 33. yang bergabung dengan Desa Pacekan, yang 2 Aminuddin Kasdi, Memahami Sejarah, (Surabaya: terletak di wilayah kotamadya sekarang. Hujung Unesa University Press, 2005), hlm. 10.

1082

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Galuh disebut juga Sugalu atau Suyalu, tetapi Surabaya juga menjadi tempat bertemunya nama Desa Curabhaya sudah ada dalam prasasti berbagai suku bangsa. Mayarakat Surabaya Trowulan I (1358 AD), sekalipun tempat itu memiliki karakter terbuka, jujur, ramah dan sudah ada sebelumnya.3 tidak begitu membedakan tingkat-tingkat sosial. Surabaya merupakan kota pelabuhan Sebagian besar penduduknya bermata sekaligus kota dagang dan industri. Sebagai kota pencaharian sebagai pedagang kecil, pengrajin, pelabuhan, Surabaya mirip dengan New York pengusaha, pertukangan. Mereka senang berjiwa yang sibuk dan sangat ramai. Surabaya penuh bebas merdeka tanpa ikatan kerja, bebas dengan persaingan dagang yang sengit dari merdeka merupakan pembawaan secara turun orang-orang Tionghoa yang cerdas. Para pelaut temurun.6 dan saudagar keluar masuk Surabaya membawa Penduduk Surabaya terbagi dalam beberapa berita dari segala penjuru dunia. Penduduknya kelompok sosial berdasar jenis pekerjaannya terus bertambah dengan para buruh dok dan yaitu kelompok buruh yang bekerja di pabrik pekerja reparasi kapal yang berusia muda dan atau perusahaan orang lain, kelompok pedagang penuh semangat. Ada persaingan, boikot, yang tinggal di kampung-kampung atau perkelahian di jalanan. Surabaya selalu bergolak perbatasan kota, kelompok pelaut atau pelayar dan oleh rasa tidak puas dan semangat yang memperoleh pendapatan dari hasil laut, revolusioner.4 Masyarakat Surabaya utamanya kelompok tukang yang terdiri dari para para pemudanya terlatih secara alami melalui pengrajin, tukang listrik, penjahit, tukang kayu, kehidupan kotanya sebagai pejuang dan dan sebagainya. Lalu kelompok petani yang pemberontak hingga pada nantinya akan mendapatkan pendapatan dari bertani dan memberi kontribusi yang besar dalam rangka sebagian besar tinggal di kampong atau mempertahankan kota Surabaya dari serangan perbatasan kota. Kelompok terakhir adalah pihak Sekutu. kelompok elite pribumi yang terdiri dari orang Kota Surabaya juga menjadi pusat terpelajar, priyayi (pegawai dan guru), kaum pergerakan nasional. Budi Utomo didirikan oleh pergerakan, pengusaha dan para tokoh agama.7 dr. yang merupakan lulusan NIAS (Nederlands Indische Artsen School) setelah 2. Masyarakat Surabaya Pada Era Pendudukan kembali dari Belanda. Lalu disusul dengan Jepang berdirinya Indische Partij, namun puncak Pada zaman pendudukan Jepang banyak pergerakan nasional di Surabaya adalah saat organisasi semi militer terbentuk di Surabaya. berdirinya Sarekat Islam. Sarekat Islam adalah Ada Pusat Tenaga Rakyat (Putera) yang organisasi pergerakan nasional pertama yang dipimpin oleh R. yang nantinya berdiri di Surabaya. Sarekat Islam mengalami ditunjuk sebagai “Fuku Ssyucokan” oleh Jepang kemajuan saat dipimpin H.O.S. Cokroaminoto dan menjadi Residen Surabaya pada zaman yang mengadakan kongresnya pada tahun 1913 Revolusi Indonesia di Surabaya. Putera pada dan 1916 di Surabaya. Pada tahun 1927 berdiri nantinya diubah menjadi “Jawa Hokokai” atau Indonesische Study Club di Surabaya dan atas “Pusat Kebaktian Rakyat Jawa” demi fokus prakarsa dr. Soetomo organisasi ini bergabung mendukung Jepang dalam peperangan. Lalu ada dengan Partai Bangsa Indonesia menjadi Partai Seinendan (barisan pemuda) dan Keibodan Indonesia Raya (Parindra). Lalu ada Partai (barisan pembantu polisi) yang dibentuk tanggal Nasional Indonesia yang didirikan oleh 29 April 1943 dan diberi latihan dasar Soekarno serta kelompok kelompok keagamaan keprajuritan. Lalu ada Barisan Pelopor atau seperti Nadhlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, “Jibakutai” yang dibentuk tanggal 6 Desember Al Irsyad, organisasi Kristen dan Katolik. Pusat 1944 dan ikut berperan dalam tahap awal pergerakan nasional adalah di Gedung Nasional Revolusi Indonesia. Salah satu pemimpinnya Indonesia (GNI) di Jalan Bubutan. Surabaya adalah Ruslan Wongsokusumo. Lalu Barisan menjadi tempat pangkal tolak perkembangan Hizbullah yang didirikan tanggal 15 Desember sejarah pergerakan dan gagasan persatuan 1944 dan Barisan Pelajar atau “Gakutotai”. Nusantara dengan segala jenis Pada April 1943 juga dibentuk Pembantu kepahlawanannya.5 Prajurit Jepang atau “Heiho” yang langsung ditempatkan di organisasi militer Jepang. Lalu akhirnya di bentuk Pembela Tanah Air (Peta) 3 William H. Frederick & Soerio Soeroto (Eds.), Pemahaman Sejarah Indonesia: Sebelum dan Sesudah yang dihimpun dari anggota Seinendan, Revolusi, (Jakarta: LP3ES Anggota IKAPI, 1982), hlm. 215- Keibodan dan Heiho pada tanggal 3 Oktober 216. 4 Cindy Adams, Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia Edisi Revisi, (Yogyakarta: Media Presindo dan Yayasan Bung Karno, 2014), hlm. 41. 1945, 1986), hlm. 14. 5 Blegoh Sumarto, Pertempuran 10 November 1945 Citra 6 Barlan Setiadijaya, Merdeka atau Mati Di Surabaya Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, (Surabaya: 1945, (Jakarta: Widyaswara Kewiraan, 1985), hlm. 72-73 Panitia Pelestarian Nilai-Nilai Kepahlawanan 10 November 7 Blegoh Sumarto, Op.cit., hlm. 16

1083

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

1943.8 Pada zaman Revolusi Indonesia di pengibaran bendera Merah Putih di berbagai Surabaya nantinya banyak anggota Peta daerah termasuk di Surabaya. Hal ini merupakan bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat pelanggaran yang terang-terangan terhadap (BKR) khususnya BKR Kota Surabaya. “status quo” yang harus dijaga serta dipelihara Kemenangan pasukan Sekutu dalam Perang oleh tentara Jepang yang sudah menjadi alat Dunia II terhadap musuh-musuhnya yakni tentara Sekutu. Maka tidak heran sering terjadi Jerman, Italia dan Jepang membawa dampak insiden atau bentrokan berdarah antara tentara yang besar bagi negara-negara jajahan dari Jepang yang harus menjaga “status quo” dengan Jerman, Italia, dan Jepang termasuk Indonesia arek-arek Surabaya.11 Kondisi Arek-arek yang merupakan negara jajahan Jepang. Hal ini Surabaya pada saat itu bisa diisitilahkan bonek memberikan kesempatan bagi negara yang “bondo nekat” dikarenakan mulai nekat tergabung dalam Sekutu untuk kembali melakukan pengepungan dan penyerbuan menancapkan kekuasaannya kembali terhadap terhadap markas Jepang. Kondisi ini ditambah negara jajahannya yang sempat lepas direbut dengan degradasi sosial seperti kemiskinan, oleh negara Fasis. Kesempatan ini dimanfaatkan tidak punya pekerjaan bahkan mereka memakai oleh Belanda untuk menjajah kembali Indonesia baju compang-camping dan tidak mengenakan atau Hindia Belanda istilah yang lebih disukai sepatu. oleh Belanda. Negara yang kalah perang Kesaksian beberapa pelaku sejarah yang ikut diwajibkan untuk menjaga “status quo” terhadap dalam perjuangan di Surabaya pada medio bulan wilayah jajahannya. Hal ini juga berlaku bagi Agustus hingga November terdokumentasikan Indonesia yang merupakan wilayah pendudukan dalam sebuah kumpulan daftar riwayat hidup Jepang. pelaku pertepuran 10 November 1945 di Surabaya milik Dewan Harian Daerah Angkatan B. Pergerakan Masyarakat Surabaya Sesudah 45 yang berkantor di Jalan Mayjen Sungkono Proklamasi Surabaya. Dalam dokumen tersebut berbagai 1. Konsolidasi Organisasi Perjuangan pertanyaan singkat mengenai bagaimana Berita menyerahnya Jepang kepada Sekutu kekuatan rakyat, organisasi atau badan sementara waktu menjadi rahasia karena orang- perjuangan, insiden-insiden seperti: pengibaran orang takut membicarakannya secara terang- bendera serentak, penyobekan bendera di hotel terangan hingga membuat keadaan di Yamato, rapat raksasa di Tambaksari, perebutan masyarakat semakin tegang.9 Ketegangan ini senjata tentara Jepang, pengambilalihan gedung- berlangsung hingga pada tanggal 17 Agustus gedung vital dan jalannya perundingan serta 1945 proklamasi kemerdekaan Indonesia pertempuran tiga hari hingga puncaknya pada dibacakan oleh Presiden Soekarno di Jakarta. pertempuran 10 November 1945. Berita tentang proklamasi kemerdekaan Proses terbentuknya seluruh kekuatan rakyat Indonesia bisa menembus Surabaya keadaan dilakukan secara spontanitas atas kesadaran diri- Kota Surabaya masih diliputi ketegangan. sendiri melalui kampung masing-masing Meskipun kondisi saat itu untuk siaran pada mengumpulkan para Seinendan, Keibodan, dan siang hari tak berjalan mulus dan tak pemuda-pemuda bersenjatakan takeyari (bambu menjangkau banyak orang. Tetapi pada malam runcing) ditambah dengan bekas-bekas anggota hari berita proklamasi telah diketahui oleh PETA (Pembela Tanah Air). Tuntutan kesiapan sebagaian besar kaum terpelajar dan banyak dari masing-masing orang untuk menghadapi lainnya telah mendengar peristiwa tersebut. berbagai kemungkinan persoalan, khussunya Namun segera setelah tersiarnya berita pemerintahan sipil yang segera membentuk proklamasi muncul berbagai respon dan dapur umum, palang merah dan sebagainya yang tanggapan, antara lain adanya keraguan akan diperlukan untuk garis depan. kebenaran berita tersebut terutama di kalangan Pada tanggal 4 September 1945 dibentuk para priyayi. Satu hal yang positif dari Badan Keamanan Rakyat (BKR) di Gedung munculnya proklamasi kemerdekaan Indonesia Nasional Indonesia di Jalan Bubutan. Status adalah kesukacitaan.10 Kota Surabaya sebagai Kota Praja, Ibukota Proklamasi kemerdekaan Indonesia Karesidenan Surabaya dan Ibu Kota Jawa membawa dampak yang besar bagi rakyat Timur, maka diputuskan membentuk 3 eselon Indonesia. Indonesia merdeka dengan aksi BKR yaitu : BKR Jawa Timur, BKR Karesidenan, BKR Kota Surabaya. BKR Jawa Timur yang mulanya bermarkas di bekas 8 Ibid., hlm. 28-33 Markas Tobu Jawa Butai, bekas Gedung HVA 9 Suhario Padmodiwiryo, Memoar Hario Kecik: pada jaman Belanda yang diketuai drg. Autobiografi Seorang Mahasiswa Prajurit., (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995), hlm. 59. 10 Frederick, William H, Pandangan dan Gejolak: 11Sagimun M.D, MAS TRIP (Dari Brigade Pertempuran Masyarakat Kota dan Lahirnya Revolusi Indonesia (Surabaya ke Brigade Pembangunan), (Jakarta: Bina Aksara, 1989), hlm. 1926-1946), (Jakarta: PT Gramedia, 1989), hlm. 234. 118.

1084

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Mustopo. BKR Karesidenan diketuai oleh Abdul Saat rakyat Surabaya memegang senjata, Wahab mulanya bermarkas di Pavilyun GNI. timbul berbagai masalah misalnya belum adanya Lalu BKR Kota Surabaya diketuai oleh organisasi kelompok atau orang yang memegang Sungkono dan bermarkas di Kaliasin, kemudian senjata dan sulitnya mengadakan koordinasi pindah Jimerto 25 dan pindah lagi ke Pregolan dalam penyerbuan. Masalah ini terjadi saat Bunder.12 penyerbuan markas Kaigun (Angkatan Laut) Selain itu ada pula BKR Pelajar yang terbagi Jepang di Gubeng. Menurut penuturan Suhario, dalam empat staf yaitu Staf I adalah para pelajar pihak BKR tidak membuat rencana penyerbuan SMT dan SMP II Ketabang di bawah pimpinan markas tersebut, ribuan rakyat bergerak sendiri Mas Isman. Staf II adalah para pelajar SMP I mengepung markas itu. Massa rakyat bersenjata Praban dan pelajar disekitarnya, berpusat di yang berada dalam cengkraman emosi dengan Gedung SMP I dipimpin oleh Amirun. Staf III naluri menyerang siapa saja yang dianggap adalah para pelajar dari SMTT dan STM, membahayakan keberadaan mereka.16 berpusat di Gedung Sekolah Tehnik Pertama Sawahan di bawah pimpinan Abdul Syukur- 3. Peristiwa dan Insiden Pasca Proklamasi Sumarto. Staf IV adalah para pelajar kelas II Surabaya pada akhir Agustus 1945 secara de SMT Darmo dan para pelajar di sekitar facto adalah masa vakum kekuasaan, Jepang Heerenstraat (Jl. Rajawali) di bawah pimpinan telah menyerah, meski tak sepenuhnya, pasukan Sutoyo dan Ismail Kartasasmita.13 Sekutu belum datang dan pemerintah di Jakarta sudah lumpuh. Teknologi komunikasi pada 2. Perebutan Persenjataan Militer Jepang di masa itu masih belum sebagus sekarang, Surabaya handphone masih belum ada hanya telepon Gerakan merebut senjata diawali dengan kawat dan telegram yang berfungsi sebagai alat penyerbuan terhadap garasi Jepang dan gudang komunikasi. Terputusnya komunikasi antara senjata (Kitahama Butai) di kompleks bekas pusat yakni Jakarta dengan Surabaya membuat Pusat Perdagangan Belanda perkantoran situasi di Surabaya eksplosif dan tergantung Lindeteves di tengah kota pada 12 September pada kemauan rakyat Surabaya untuk segera 1945. Hasil perampasan rakyat diperoleh melaksanakan amanat proklamasi. Rakyat delapan tank jenis Marmout, dua tank dalam Surabaya dengan modal nekat dan keberanian kondisi siap jalan yakni jenis Bedford dan Isuzu melakukan perlawanan kepada Jepang.17 yang masih berfungsi dan tiga lainnya yang Peristiwan selanjutnya adalah perobekan perlu diperbaiki, panser jenis Ford dalam bendera di Hotel Yamato. Insiden ini diawali keadaan baik, 18 senapan AA, 114.0 cm Meriam dengan sebuah kecurigaan oleh bebasnya orang artileri dan 6 senapan mesin berpendingin air.14 Belanda bekas interniran. Orang-orang Belanda Selanjutnya massa mulai melakukan dengan karakter kesombongannya menganggap pengepungan di gedung Don Bosco di daerah bahwa mereka akan kembali lagi berkuasa Sawahan pada senja hari tanggal 26 September setelah kekalahan Jepang. Mereka masih 1945. Ratusan massa rakyat dari kampung- berpikiran bahwa orang sawo matang seperti kampung sekitar gedung Don Bosco berduyun- pribumi adalah orang yang penurut dan patuh duyun masuk dan mengepung serta memenuhi kepada orang Eropa yang berkulit putih. Mereka halaman dalam markas Jepang itu. Para prajurit sesungguhnya masih berharap penyambutan Jepang berjaga-jaga namun tak bereaksi apa-apa oleh masyarakat Surabaya, namun sebaliknya melihat ratusan massa semakin mendekat. masyarakat Surabaya tak sudi untuk dijajah Senjata-senjata di atas meja dalam gedung, kembali dan diperlakukan secara tak adil oleh tersusun rapi pistol-pistol, karaben Arisaka Belanda. Dengan prinsip „Merdeka atau Mati‟ pendek seakan disiapkan untuk diambil dan adalah mantra yang meresap dalam tiap jiwa tanpa aba-aba seluruh massa tak bisa menahan masyarakat Surabaya. diri lansung mulai mengambil senjata-senjata Kota Surabaya memasuki bulan September tersebut. Esok harinya massa kembali menyerbu tampak tenang, para pemimpin sibuk untuk gedung Don Bosco dan seluruh senjata jatuh ke membangun pemerintahan. Sedangkan rakyat tangan rakyat dari kampung-kampung Surabaya. Surabaya tetap waspada akan berbagai hal yang 15 mengancam kemerdekaan Indonesia. Menjelang pertengahan September, di Surabaya secara bertahap dilakukan penekanan keinginan umum 12 Blegoh Soemarto, loc.cit., hlm. 66-68 13 Ibid., hlm. 72 14 Frank Palmos, Surabaya 1945: Sakral Tanahku. 16 Suhario Padmodiwiryo, Op.cit., hlm. 89. (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016), hlm. 17 Warsito, dalam wawancara dengan penulis di Kantor 175.176. Veteran 45 di Jalan Mayjen Sungkono Surabaya pada tanggal 15 Suhario Padmodiwiryo, Memoar Hario Kecik: 21 Maret 2017. Warsito yang sekarang menjabat sebagai ketua Autobiografi Seorang Mahasiswa Prajurit., (Jakarta: Yayasan DPD LVRI Jatim menekankan betapa hebat keberanian rakyat Obor Indonesia, 1995), hlm. 86-87. Surabaya melawan Jepang.

1085

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

untuk menghindari kebingungan dan tindak spanduk dan ajakan berantai ke seluruh wilayah kekerasan. Namun, keadaan kembali tegang Surabaya didukung oleh BKR, PRI, RRI, dan setelah terjunnya segelintir tentara di pinggiran kelompok pemuda di kampung-kampung. kota dengan mendadak pada tanggal 16 Rapat ini sukses dilaksanakan di lapangan September menegaskan hal yang paling ditakuti. olahraga Tambaksari pada hari Selasa tanggal Wakil-wakil pihak Sekutu yang pertama adalah 11 September 1945. Masyarakat Surabaya perwira Inggris yang tergabung dalam RAPWI datang membludak untuk mendengarkan para dengan cepat menduduki hotel Yamato yang pemimpin mereka berpidato. Residen Sudirman, dilindungi oleh penjagaan militer Jepang dan tokoh yang pendiam selama ini juga ikut menerima kunjungan-kunjungan penting dari berpidato di rapat itu. Semua elemen masyarakat orang-orang Belanda dan Indo yang cemas dan ikut membantu penyelenggaraan rapat akbar ini. para bekas interniran.18 Staf radio Surabaya datang dengan peralatan Sekolompok orang Indonesia yang “sound system” mereka walaupun ada larangan didominasi para pelajar dan guru muda melihat dari Kempeitai. Rapat Tambaksari memasok berkibarnya Belanda berkerumun di depan hotel bahan bakar sehingga api semakin tersulut besar, Yamato menghadapi bayonet tentara Jepang. semangat para pemuda semakin besar untuk Suara tembakan terdengar dari balik hotel mengambil alih kekuasaan pemerintahan mengundang pemuda Indonesia untuk masuk ke Jepang. dalam hotel, berkelahi dengan orang Indo, dan Rapat ini merupakan pemusatan massa berusaha menjangkau bendera Belanda. Selama terbesar di Surabaya sejak jaman kolonial baku hantam itu, ketua kelompok Belanda Belanda dan pendudukan Jepang. Rapat Raksasa pengacara Mr. W.V.Ch. Ploegman dipukul Tambaksari telah meningkatkan ketegangan dengan sebatang pipa, dan tewas beberapa hari yang mendorong pemuda untuk bergerak maju. kemudian. Sejumlah pemuda berhasil menguasai Organisasi pemuda seperti Angkatan Muda bagian luar bangunan hotel, mencapai tiang Indonesia (AMI) melebur ke Pemuda Republik bendera dan merobek warna biru bendera Indonesia (PRI) untuk menyesuaikan semangat Belanda sehingga membentuk warna merah revolusioner pemuda Surabaya kala itu. putih bendera Indonesia.19 Dengan demikian pergerakan politik Insiden di Hotel Yamato ini menjadi kebangsaan di Surabaya sebelum dan sesudah pemantik kesadaran bagi para pemuda dan proklamasi menciptakan suatu keadaan rakyat Surabaya bahwa musuh mereka jelas Collective Behavior di masyarakat Surabaya. yakni semua yang berniat untuk merongrong Masyarakat Surabaya berinisitaif merebut dan kemerdekaan Indonesia termasuk Jepang, mengambilalih kekuasaan dari Jepang. Gubernur Belanda, Indo, dan Inggris. Insiden perobekan Suryo diberi amanat untuk menjalankan bendera Belanda tanggal 10 September memiliki kekuasaan ini demi kepentingan rakyat dan guna tempat berharga bagi revolusi Surabaya. Rakyat mempertahankan kesatuan Republik Indonesia Surabaya termasuk para pelajar memperlakukan yang baru lahir. istimewa tanggal 19 September sebagai patokan kemerdekaan. Setelah insiden Surabaya tetap RADEN MAS TUMENGGUNG ARYO SURYO tenang dan damai meski ketegangan meningkat A. Latar Belakang Sosio Kultural Suryo namun konflik yang berkelanjutan bisa Gubernur Suryo memiliki nama asli Raden Mas dihindarkan hingga kedatangan pihak Sekutu. Tumenggung Aryo Suryo menjadi tokoh penting Peristiwa selanjutnya adalah rapat raksasa di dalam peristiwa pertempuran 10 November 1945. Stadion Tambaksari dilatarbelakangi insiden Sebelum menjadi seorang Gubernur yang berperan bendera di Hotel Yamato yang telah penting dalam pertempuran di Surabaya melawan membangkitkan naluri mempertahankan diri pihak Sekutu, Suryo memiliki latar belakang sebagai dari serangan golongan anti kemerdekaan, yaitu seorang pemimpin yang menempuh pendidikan dan mereka yang masih hidup dalam dunia meniti karir kepamongprajaan secara berjenjang. kolonialisme. Situasi di Surabaya mulai Tahapan karir berjenjang ini membentuk karakter berkembang penuh dinamika didorong oleh kepemimpinannya yang pada nantinya sangat inisiatif dan kreatifitas pemuda di bidang dibutuhkan dalam memimpin masyarakat Surabaya pengorganisasian terutama para pemimpin dan yang berhaluan revolusioner. tokoh kota. Sebuah Rapat Raksasa terselenggara Suryo sebagai seorang bangsawan tidak pernah sebagai wujud kerjasama pemuda Surabaya hidup kekurangan seperti apa yang banyak dirasakan waktu itu. Berita akan terselenggaranya ini oleh kebanyakan rakyat Indonesia. Gubernur Suryo diumumkan secara luas dengan selebaran, tak sungkan untuk bergaul dan berbicara dengan rakyat kecil yang saat itu dijauhi oleh kalangan 18 Frederick, William H., Pandangan dan Gejolak: anggota keluarga priyayi. Karakter ini yang Masyarakat Kota dan Lahirnya Revolusi Indonesia (Surabaya membentuk jiwa kepemimpinannya yang berpihak 1926-1946), (Jakarta: PT Gramedia, 1989), hlm. 254-257. kepada rakyat kecil. Jadi sebelum pemimpin- 19 Ibid., hlm. 359.

1086

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017 pemimpin nasional kita sekarang terus-menerus jenjang jabatan atau karir. Pada tanggal 30 Juni 1927 mendengungkan kepemimpinan yang dekat dengan Suryo diangkat menjadi Asisten Wedana Kelas I dan rakyat, jauh sebelumnya Suryo telah lebih dahulu terus menanjak hingga diangkat menjadi Wedana mengimplementasikannya dalam kepemimpinannya. Distrik Kota Pacitan pada tanggal 25 September 1928 Lingkungan keluarga tersebut telah membentuk dan pada tanggal 1 Desember 1930 dipindah ke watak Suryo yang tenang, bijaksana dan berani Distrik Mojokasri (Mojokerto). Jabatannya semakin melakukan sesuatu untuk kepentingan bersama bukan naik setelah lulus dari sekolah pangreh praja tinggi di untuk kepentingan pribadi. Suryo gemar berolahraga, Jakarta, ia diangkat menjadi Wedana Distrik Porong, suka makan hati ayam dan menyenangi kesenian. Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 11 Septermber 1935 Olahraga yang paling digemari adalah mengangkat hingga akhirnya diangkat menjadi Bupati Magetan halter dan senam. Suryo juga mahir main sulap, suka pada tanggal 9 Agustus 1938.22 ikut pementasan wayang dan banyak membuat Selama menjabat Wedana Distrik Porong di tembang serta syair dalam Bahasa Jawa. Tanda-tanda Kabupaten Sidoarjo, Suryo selalu memperhatikan dan kepemimpinannya terlihat di dalam pergaulan sehari- berusaha memperbaiki nasib rakyat di bawah hari dan di dalam kehidupan sekolah, yaitu tegas, pemerintahannya. Suryo memerintahkan penduduk jujur, sportif, dan ksatria. Porong untuk bergotong-royong melakukan Karakter dan kepribadiannya yang lugas terlihat penjagaan terhadap bendungan-bendungan dan saat mengenakan seragam militer sederhana, dan memperbaiki tanggul-tanggul serta pengairan. bukannya baju tradisional yang biasa, Suryo banyak Sehingga para petani setempat terhindar dari bahaya menghabiskan waktu untuk berbicara dengan massa, banjir yang setiap tahun melanda dan membawa secara pribadi menyelidiki persoalan-persoalan desa, malapetaka kepada rakyat. Selama bertugas sebagai dan bahkan masuk ke sawah. Semuanya dilakukan Bupati Magetan, Suryo menyandang reputasi sebagai untuk menekankan sasarannya, yaitu menjauh dari seorang Bupati yang progresif, tegas, berani, selalu sikap pangreh praja yang tersisih dan suka memaksa, terbuka dan selalu melindungi kepentingan rakyatnya. sebagaiamana ia rasakan ditunjukkan oleh pangreh Beberapa perbaikan yang telah dilakukannya semasa praja pada masa lalu. Suryo mengatakan bahwa menjabat sebagai Bupati Magetan antara lain, yaitu “Selain bekerja keras dan berkorban sepenuh hati perbaikan jalan antara Magetan dan Sarangan. Saat untuk mencapai kemenangan akhir, kita juga perlu diperbaikinya jalan ini membuat perekonomian rakyat memahami dasar-dasar filsafat tradisional kita untuk Magetan dan Sarangan menjadi makin maju.23 membentuk kekuatan dalam yang tangguh dalam Pada bulan November 1943, Suryo menjadi mengatasi semua rintangan.”20 pejabat yang dipilih oleh pemerintahan militer Jepang untuk memangku jabatan Syucokan (Residen) di B. Kiprah Birokrat Sebelum Menjadi Gubernur Bojonegoro sampai saat Indonesia merdeka pada Karir Suryo dimulai dengan bekerja sebagai tanggal 17 Agustus 1945. Kekuasaan seorang pangreh praja dalam Residensi Madiun pada tanggal Syucokan sama dengan seorang gubernur, tetapi 22 Agustus 1917, lalu lima hari kemudian diangkat daerah kekuasaannya sama dengan keresidenan. menjadi kandidat priyayi pangreh praja Indonesia dan Kedudukannya amat sulit, bila membela Jepang ditempatkan pada kontrolir di Ngawi, kemudian berarti turut menyiksa rakyat namun bila terlalu ditempatkan pada Wedana Ngrambe (Ngawi) pada membela rakyat juga sangat berbahaya karena Jepang tanggal 3 April 1919. Selama di Ngawi, Suryo tinggal memiliki kebijakan yang keras dan brutal terhadap menumpang di rumah adiknya yang telah menikah siapapun yang melawan.24 namun ketika adik dan iparnya pindah ke Ponorogo, Keadaan rakyat pada masa Pendudukan Jepang Suryo akhirnya tinggal bersama eyangnya, Patih semakin parah dan menyedihkan. Seluruh kekayaan Magetan yang sedang menikmati masa pensiun di Indonesia dikuras habis oleh Jepang. Beras dan bahan Ngawi. Karirnya semakin menanjak ketika diangkat makanan milik rakyat harus diserahkan ke Jepang dan menjadi Asisten Wedana Onderdistrik Karangredjo kesengsaraan rakyat bertambah dengan adanya kerja (Magetan).21 paksa atau romusha. Pada masa ini tugas Suryo Suryo tercatat dalam karirnya dipindahkan ke sangat berat yakni dipaksa harus bekerja sama dengan tempat kerja baru sebanyak dua kali. Pertama kali Jepang namun Suryo tetap menyimpan rasa cinta dipindahkan ke Onderidstrik Kota Madiun pada tanah airnya dan memiliki harapan besar akan tanggal 30 Maret 1925 lalu dipindahkan lagi ke kemerdekaan Indonesia akan tercapai tidak lama lagi Onderidstrik Djetis Distrik Ardjowingoen Kabupaten setelah Jepang kembali ke negaranya juga keyakinan Ponorogo pada tanggal 21 Februari 1927. Tradisi bahwa pemerintahan Jepang hanya seumur jagung berpindah-pindah tempat dinas di kalangan para pegawai pamong praja merupakan suatu ujian dalam 22 Ibid. 23 Sutjiatiningsih, Biografi Gubernur Suryo, (Jakarta: 20 William H. Frederick, Pandangan dan Gejolak: Depdikbud, 1977), hlm. 43-46. Masyarakat Kota dan Lahirnya Revolusi Indonesia (Surabaya 24 Tugiyono dan Eny Sukaeni, Sekali Merdeka Tetap 1926-1946), (Jakarta: PT Gramedia, 1989), hlm. 186. Merdeka: Biografi Para Pejuang Bangsa (Periode Revolusi 21 Seri Penerbitan Naskah Sumber Arsip No. 5 koleksi Bersenjata), (Jakarta: CV. Baru Anggota IKAPI, 1985), hlm. Arsip Daerah Jawa Timur, hlm. 1-2. 212.

1087

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017 usianya.25 pemimpin dan pembesar di tengah masyarakat yang Pasca proklamasi kemerdekaan Republik bergelora semangat kemerdekaannya.27 Indonesia didengungkan oleh Soekarno-Hatta beserta Saat tentara Sekutu mendarat di Surabaya, pemuda-pemuda Jakarta. Suryo ditunjuk oleh keadaan pemerintahan Indonesia sudah tertata rapi. pemerintah pusat untuk menduduki salah satu kursi Hal ini dikarenakan penduduk Surabaya memiliki pemerintahan yang tinggi di Jawa Timur sebagai inisiatif untuk segera mengambilalih pemerintahan Gubernur. Penunjukkan ini didasarkan atas berbagai yang kosong waktu itu.28 Kedatangan tentara Inggris karir yang telah dijabat oleh Suryo dalam lingkungan pada 23 Oktober 1945 di Pelabuhan Tanjung Perak pegawai pamong praja yang telah berpindah-pindah menimbulkan bentrokan dengan para laskar rakyat tempat dan ditempatkan di berbagai wilayah di Jawa Surabaya. Pasalnya kedatangan tentara Inggris yang Timur. Pengalaman Suryo memegang jabatan penting pada awalnya bertugas untuk melucuti persenjataan di Jawa Timur memberikan suatu jaminan bahwa tentara Jepang yang mengalami kekalahan dan Suryo mengenal baik daerah ini beserta watak memulangkan mereka ke negeri asalnya malah rakyatnya. dibonceng pasukan NICA (Nederlandsch Indies Civiel Administration). Ternyata Inggris melindungi C. Kedatangan Suryo Sebagai Gubernur Provinsi kepentingan Belanda yang bermaksud menjajah Jawa Timur ke Surabaya Indonesia kembali. Republik Indonesia yang baru saja memproklamirkan kemerdekaannya saat itu sangat PEMERINTAHAN GUBERNUR SURYO membutuhkan seorang birokrat ulung untuk A. Gubernur Suryo Memimpin Pemerintahan di menjalankan roda pemerintahan. Oleh karena itu, Jawa Timur untuk membantu tugas pemerintah pusat menjalankan 1. Aspek Politik fungsi pemerintahan di daerah, dipilihlah beberapa Setelah proklamasi kemerdekaan pada tanggal orang untuk memimpin suatu provinsi. Beberapa 17 Agustus 1945, Suryo diangkat menjadi Gubernur orang tersebut diberikan jabatan sebagai gubernur di wilayah Jawa Timur oleh Pemerintah Pusat dengan kewenangan resmi dari pemerintah pusat Republik Indonesia. Sebelum menjabat sebagai untuk mulai membangun struktur pemerintahan suatu Gubernur Jawa Timur, Suryo menyelesaikan masalah- provinsi atau daerah. masalah di Bojonegoro, antara lain : a) Menyatakan Kedatangan Gubernur Suryo ke Surabaya pada bahwa daerah keresidenan Bojonegoro berada dalam momentum yang tepat yakni ketika suhu perjuangan wilayah negara Republik Indonesia pada tanggal 24 Arek-arek Surabaya meningkat panas, laskar-laskar September 1945; b) Menghadapi tentara Jepang yang atau badan perjuangan dan seluruh rakyat Surabaya masih bersenjata lengkap dan pada tanggal 4 Oktober telah siap melaksanakan amanat proklamasi 1945 semua kekuasaan sudah berada di tangan bangsa kemerdekaan Republik Indonesia. Gubernur Suryo Indonesia.29 Sebuah sikap atau intruksi cepat dari tiba di Surabaya ketika Arek-arek Surabaya sedang seorang Suryo menghadapi perubahan situasi dan bertempur melawan tentara Jepang dan menghadapi dinamika kekuasaan yang terjadi. Instruksi ini gerakan infiltrasi dan aksi subversif tentara NICA menandakan ketenangan dan kesiapan seorang Suryo (Netherlands Indies Civil Administration) dalam dalam memimpin sebuah organisasi pemerintahan kedok RAPWI (Recovery of Allied Prisoners of War sipil daerah Karesidenan Bojonegoro. and Internees) yang dipelopori oleh rombongan Intruksi seorang pemimpin pada suatu keadaan Kapten Huijer. Gubernur Suryo diterima oleh tertentu dalam suatu negara sangat diperlukan guna Sudirman dan Dul Arnowo, yang secara pribadi menjaga stabilitas pemerintahan. Pemimpin yang baik memberikan jaminan keamanan. Sifat Gubernur mampu mengendalikan situasi dan keadaan dengan Suryo yang keras dan antikolonial merebut hati memperhatikan aspek keberpihakan terhadap rakyat. pendukung di kalangan priyayi, pamong praja, dan Seorang pemimpin juga harus cerdas membaca juga banyak pemimpin lain khususnya pemimpin PRI psikologi dari orang-orang yang dipimpinnya. Dalam (Pemuda Republik Indonesia).26 suatu transisi kekuasaan dari keadaan yang pada Kehadiran Gubernur Suryo sebagai Gubernur awalnya terkekang dan terjajah menuju ke arah Jawa Timur yang pertama di tengah-tengah kota kemerdekaan dan kebebasan akan menimbulkan menarik perhatian dengan berpakaian sederhana serba dampak yang besar pula. putih berkumis dan memakai peci memberi kesan Gubernur Suryo dikenal sebagai seorang yang baik dan dalam. Wajah dan kulitnya yang kuning tegas, berani, dinamis, tenang, penuh wibawa, dapat bersih, badannya yang bulat dan kekar serta sikapnya menguasai diri, dan selalu sadar dengan apa yang yang ramah mengundang simpati. Matanya menunjukkan watak yang tegas dan berani. Gubernur Suryo dengan segera dapat menyesuaikan diri dengan 27Ruslan Abdulgani., loc.cit., hlm. 22. kondisi revolusioner Kota Surabaya sebagai seorang 28 Warsito, dalam wawancara dengan penulis di Kantor Veteran 45 Jawa Timur di Jalan Mayjen Sungkono Surabaya pada tanggal 21 Maret 2017. Warsito yang sekarang menjabat sebagai ketua DPD LVRI Jatim menekankan betapa hebat 25 Sutjiatiningsih, Op.cit., hlm. 61-70 keberanian rakyat Surabaya melawan Jepang. 26 Frederick, William H., loc.cit., hlm. 305. 29 Tugiyono dan Eny Sukaeni, loc.cit.

1088

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017 harus dan apa yang akan dikerjakannya. Oleh karena dr. S. Rachmat, dr. Soemadiyono dan mantri Sosro.31 itu, pengangkatan Gubernur Suryo sebagai Gubernur Rumah sakit Karangmenjangan yang dulunya Jawa Timur dirasakan sangat tepat bagi perjuangan dipakai oleh pihak Jepang dan setelah dikuasai revolusioner Arek-arek Surabaya. Kesaksian Ruslan kembali oleh Republik Indonesia maka ditugaskan dr. Abdulgani bahwa setelah kedatangannya ke Sugiri dan dr. Roestamadji, sedangkan rumah sakit Surabaya, Gubernur Suryo dengan cepat menyusun William Booth disiapkan pula untuk menerima staf gubernuran yang akan membantu tugasnya perawatan. Rumah sakit Rooms Katholik dikuasai sebagai Gubernur. Ketua Komite Nasional Indonesia oleh kelompok-kelompok bersenjata yang Daerah Surabaya, Dul Arnowo diminta mendampingi menamakan dirinya Angkatan Laut Indonesia dimana Gubernur Suryo dalam tugas sehari-hari. Sedangkan tergabung dokter partikelir B.A.S. Gerungan, sedang Ruslan Abdulgani sendiri bersama Mr. Dwisewojo, rumah sakit Darmo tetap merawat penderita-penderita Bambang Suparto, Subianto dan beberapa tokoh lain sakit biasa. diminta untuk duduk dalam stafnya sehari-hari.30 Poliklinik-poliklinik dalam kota merupakan pos- pos pertolongan pertama diantaranya Poliklinik 2. Aspek Sosial Muhammadiyah, poliklinik Tiong Hwa Ie Wan, Salah satu aspek penting dalam pemerintahan poliklinik Jawatan Kesehatan Kota, rumah sakit Sient Gubernur Suryo pada masa awal setelah proklamasi Melanie. Organisasi pemerintahan akhirnya mulai adalah aspek sosial. Aspek Sosial difokuskan pada disempurnakan setelah diangkatnya residen penghimpunan tenaga-tenaga kesehatan baik dari Bojonegoro Suryo menjadi Gubernur Jawa Timur, kalangan akademisi dan non akademisi. Pak Sudirman sebagai residen Surabaya dan Pak Penghimpunan ini didasari atas keinginan bersama Rajamin sebagai Walikota Surabaya. Dalam antara berbagai dokter muda, dokter tua dan calon pembentukan staf gubernuran, Gubernur Suryo dokter untuk memperkuat basis kesehatan di menunjuk dr. Moh. Soewandhi sebagai kepala Surabaya. Para dokter ini menyadari bahwa kesehatan provinsi.32 Proses pembentukan staf perjuangan revolusi di Surabaya tidak hanya Gubernuran dilakukan di Kantor Gubernur oleh dilakukan dengan kekuatan bersenjata saja melainkan Gubernur Suryo dengan mengadakan rapat singkat dibutuhkan pula sektor kesehatan sebagai penopang bersama para pemimpin lokal Surabaya. perjuangan masyarakat Surabaya. Rencana kedatangan tentara Sekutu dan Belanda membuat 3. Aspek Ekonomi situasi di Surabaya siap siaga termasuk tokoh-tokoh Ketika kemerdekaan Republik Indonesia yang bergerak di bidang kesehatan. diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, aspek Pada tanggal 17 September 1945 Palang Merah ekonomi tak luput dari fokus pemerintahan Gubernur Indonesia cabang Surabaya lahir di bawah pimpinan Suryo. Penghimpunan dana dan penghimpunan Walikota Bapak Rajamin, sebagai sekertaris diangkat tenaga pemuda dilakukan oleh tokoh pejuang Mr. Haldi. Rapat pembentukan diadakan di gedung kemerdekaan untuk melawan tiap ancaman bagi bekas rumah pembesar-pembesar Belanda di muka kemerdekaan. Rakyat Surabaya, para pemuda dan Simpang Sositeit (Balai Pemuda). Sebagian dokter- pemimpin-pemimpinnya yang terkenal berwatak dokter muda bekas PETA (Pembela Tanah Air) spontan dan dinamis dengan cepat mengadakan tergabung diantaranya dr. Irsan Rajamin dan dr. persiapan menjaga dan mempertahankan Soewondo, sedangkan dokter-dokter Balai Kesehatan kemerdekaan. Kota ditunjuk otomatis sebagai anggotanya, dr. Moh. Konsolidasi singkat dari kegiatan pemudi di Soewandhie sebagai penghubung dan Rumah Sakit Surabaya menimbulkan gagasan untuk mengadakan Umum Simpang sebagai induk. badan federasi agar rencana serta tujuan dapat terarah. Rumah Sakit Umum Simpang disiapkan untuk Persatuan pemuda putri mengadakan rapat pada awal menghadapi kemungkinan korban bentrokan rakyat bulan September 1945 di Gedung Nasional Indonesa melawan pasukan Sekutu. Kini bangunan Rumah yang berlokasi di Jalan Bubutan Surabaya. Rapat Sakit Umum Simpang sudah dirobohkan sejak tersebut melahirkan federasi bernama Pemuda Putri 1980an dan diganti dengan bangunan pusat Republik Indonesia (PPRI). perbelanjaan, Plaza Surabaya. Sejak Zaman Hindia Gubernur Suryo terus melakukan konsolidasi Belanda Rumah Sakit Umum Simpang merupakan dan koordinasi dengan unsur-unsur perjuangan rakyat rumah sakit terbesar di Surabaya yang dipimpin oleh lain untuk melakukan persiapan-persiapan dr. Bloch. Pada zaman Jepang hingga Indonesia menghadapi berbagai kemungkinan. Moglee Widjaja merdeka, Rumah Sakit Umum Simpang dipimpin atau Oei Chiao Liong yang merupakan Ketua oleh dr. Moh. Syaaf, tetapi setelah diadakan rapat Perserikatan Dagang Soerabaia (Tionghoa Siang para dokter dan buruh rumah sakit, dr. Hwee), juga pendiri Chinese Red Cross dan Panitia diangkat sebagai dokter pimpinan Rumah Sakit Umum Simpang dalam perjuangan, didampingi oleh 31 Arsip wawancara Dr. Soewandhi, Daftar Riwayat Hidup Singkat Pelaku Pertempuran 10 Nopember 1945, (Surabaya: Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Propinsi Jawa Timur, 1976). Koleksi DHD 45 Surabaya 088/IX/C/1945/1976. 30 Ruslan Abdulgani, loc.cit., hlm. 22. 32 Ibid

1089

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Keamanan Rakyat, menuturkan bahwa dirinya perang dan interniran, melucuti dan memulangkan dipanggil menghadap Gubernur Suryo dan diminta tentara Jepang, dan memelihara ketertiban dan bantuannya berjuang bagi kemerdekaan Republik keamanan umum. Pemimpin-pemimpin Surabaya Indonesia dan dirinya menyanggupi permintaan menyanggupi permintaan Menteri Penerangan untuk Gubernur suryo. Lalu dirinya mulai mengorganisir menerima baik dan membantu tentara Inggris. dan menghimpun masyarakat dan pemuda di daerah Pemimpin beserta rakyat Surabaya telah memenuhi Kembang Jepun hingga berhasil mendapatkan uang permintaan tersebut sebelumnya. Arek-arek Surabaya derma sebesar dua ratus ribu rupiah yang diserahkan telah melucuti tentara Jepang dan memperoleh kepada Gubernur Suryo di Kantor Gubernuran. Uang banyak senjata serta gedung amunisi. Para tawanan, yang terkumpul tersebut untuk dipakai keperluan tentara Jepang dan kaum interniran telah diamankan perjuangan.33 tinggal menunggu penjemputan saja.36 Aksi pengibaran Sang Merah Putih di rumah- Pihak Indonesia hanya meminta supaya tentara rumah, di kantor seluruh pelosok kota Surabaya yang Sekutu selalu menghubungi pihak Republik Indonesia masih dikuasai Jepang, PPRI ikut bergerak agar pihak Indonesia memiliki waktu untuk mengadakan aksi coret-coret, penempelan plakat, menyiapkan keperluan tentara Inggris dengan sebaik- selebaran Merah Putih juga menjahit tanda pangkat baiknya. Pemimpin Indonesia di Surabaya siap BKR/TKR. Program PPRI disusun secara praktis bekerja sama dengan tentara Inggris, namun dengan yakni membentuk laskar putri, mendirikan pos Palang persyaratan tentara Inggris tidak membawa pasukan Merah, mendirikan dapur umum dan menolong atau alat kekuasaan Belanda. Republik Indonesia pengungsian. Pengumpulan tenaga berhasil dilakukan sebagai negara yang baru lahir membutuhkan suasana dalam waktu singkat sejumlah 200 pemuda putri. aman, tenteram, dan tertib untuk mengendalikan Sebagian dari jumlah tersebut yang lulus tes medis kestabilan pemerintahan. Pihak Republik Indonesia sebesar 75% diasramakan di Embong Sawo juga menolak kehadiran NICA (Netherlands Indies Surabaya.34 Civil Administration) atau aparat Belanda yang melakukan infiltrasi ke dalam pasukan tentara B. Sikap Gubernur Suryo Terhadap Tentara Sekutu Sekutu.37 1. Persiapan Gubernur Suryo Menghadapi Pagi itu juga dua perwira Sekutu yaitu kapten Kedatangan Tentara Sekutu Donald dengan Letnan Gordon Smith mengunjungi Pada hari Kamis tanggal 25 Oktober 1945 Gubernur Suryo, dan atas nama Brigjen Mallaby Gubernur Suryo memanggil semua residen di Jawa mereka mengundang Gubernur Suryo untuk datang ke Timur untuk datang di Surabaya dengan staf mereka kapal perang mereka untuk perkenalan dan terutama di bidang perekonomian. Rapat merundingkan sesuatu. Keadaan di Kantor Gubernur diselenggarakan di Kantor Gubernuran Surabaya saat itu sedang dan akan diadakan pembukaan untuk memecahkan beberapa persoalan ekonomi dan konferensi residen daerah Jawa Timur, maka kesejahteraan umum dalam suasana perjuangan yang permintaan kedua orang perwira tentara Inggris itu makin meningkat. Pada hari itu juga mendaratlah tidak mungkin dipenuhi. Ruslan Abdulgani dan tentara Sekutu yang diwakili oleh tentara Inggris. Kundan (seorang pedagang India yang simpatik Daerah Jawa Timur adalah tempat penugasan Divisi dengan kemerdekaan Indonesia dan bertugas sebagai India ke-5 di bawah pimpinan Mayor Jenderal E.C. penerjemah dalam Bahasa Inggris) yang selalu Mansergh, namun ternyata yang mendarat di Tanjung mendampingi Gubernur Suryo berulang kali Perak Surabaya ialah bagian dari Divisi India ke-23 di menegaskan kepada kedua utusan itu bahwa bawah pimpinan Mayor Jenderal D.C. Hawthorn Gubernur Suryo tak mungkin datang ke kapal perang yakni Brigade 49 Divisi India ke-23 yang dipimpin itu. Kedua utusan itu tetap mendesak tapi Gubernur oleh Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby dengan Suryo bukan seorang yang mudah didesak.38 kekuatan 6.000 prajurit.35 Kemudian kedua utusan itu berbuat tidak sopan Beberapa hari sebelumnya pemimpin Surabaya dengan Gubernur Suryo berdiri dari tempat duduknya telah menerima kawat dari Menteri Penerangan Mr. dan tanpa pamit meninggalkan ruangan. Gubernur Amir Sjarifudin dari Jakarta yang menerangkan Suryo marah tapi segera dapat menguasai diri dan bahwa sekitar tanggal 25 Oktober akan mendarat berkata: “Kita tidak mau menuruti kemauan mereka Tentara Inggris atas nama Sekutu dengan 3 tujuan, saja. Kita tidak usah takut, kita pasti menang yaitu : melindungi dan mengungsikan para tawanan menghadapi mereka karena sikapnya yang tidak sopan dan kurang ajar”. Kemudian pada sore harinya, 33 Arsip wawancara Moglee Widjdaja atau nama tanpa izin dan tanpa menghiraukan permintaan pihak Tionghoanya Oei Chiao Liong, Daftar Riwayat Hidup Singkat Indonesia, tentara Inggris terus mendaratkan Pelaku Pertempuran 10 Nopember 1945, (Surabaya: Dewan pasukannya di Ujung dan Tanjung Perak. Lalu Harian Daerah Angkatan 45 Propinsi Jawa Timur, 1976). Gubernur Suryo mengutus Ruslan Abdulgani, dr. Koleksi DHD 45 Surabaya 082/IX/C/1945/1976. 34 Blegoh Sumarto, Pertempuran 10 November 1945 Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Surabaya, 36 Suparto Brata, 10 November 1984, “Gubernur Surya (Surabaya: Panitia Pelestarian Nilai-Nilai Kepahlawanan 10 pada 10 November 1945”, Dalam Surabaya Post, hlm. 6. November 1945, 1986), hlm. 276-277 37 Ibid. 35 Ruslan Abdulgani, loc.cit., hlm. 22-23. 38 Ruslan Abdulgani, op.cit.

1090

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Sugiri, Bambang Suparto, Bambang Suparto, dan pasukan-pasukannya. Malam itu juga tanggal 26-27 Kustur untuk berkontak dengan tentara Inggis, sambil Oktober Sekutu menduduki penjara Kalisosok dan minta untuk tidak mendaratkan pasukannya sebelum melepaskan semua tawanan Belanda, termasuk dipersiapkan tempat mereka.39 Kapten Huijer cs tanpa izin pihak Indonesia. Esok Utusan Gubernur Suryo diterima oleh Kolonel harinya tanggal 27 Oktober sesuai dengan Pugh dan Kapten Shaw, namun permintaan pihak persetujuan, pasukan-pasukan Inggris diperkenankan Indonesia tidak diindahkan oleh pihak Sekutu. menuju ke tempat-tempat interniran Belanda dan Pendaratan pasukan terus dilakukan dan hampir tawanan Jepang seperti di Darmo, Gubeng, Ketabang, terjadi “clash” dengan BKR dan pemuda yang ada di Sawahan, dan Bubutan. Rakyat diperintah agar tidak sekitar tempat pendaratan. Pada malam harinya menyerang pasukan Inggris, mereka mematuhinya Kolonel Pugh dan dr. Moestopo di Gedung HVA dan meski dengan sedikit menggerutu namun mereka sepakat bahwa “the British forces will stop withing a percaya sepenuhnya pada tokoh-tokoh tua pemerintah line of 800 metres inshore the coastline of Tanjung Jawa Timur yang melaksanakan perundingan, seperti Perak”, yaitu bahwa tentara Inggris akan Gubernur Suryo, Residen Sudirman, dan Ketua KNI menghentikan gerakannya sampai garis 800 meter Dul Arnowo.41 Kepercayaan dari rakyat inilah yang terhitung dari garis pesisir Tanjung Perak.40 dipupuk oleh Gubernur Suryo untuk membangun sebuah perasaan saling melindungi antara pemimpin 2. Penyelenggaraan Perundingan Dengan Sekutu dengan rakyatnya. Kelebihan Gubernur Suryo untuk Esok harinya, yaitu hari Jum‟at tanggal 26 mampu menenangkan emosi rakyatnya melihat Oktober, perundingan dengan tentara Inggris tawanan Belanda bebas dari penjara Kalisosok. dilanjutkan di Jalan Kayoon berjalan mulai pukul Berbagai elemen perjuangan mulai dari para 09.00 pagi sampai siang. Pihak Inggris pelajar, mahasiswa, dan tentara keamanan rakyat mengemukakan 3 hal yang perlu dipecahkan, yaitu berkonsolidasi melakukan suatu penyerbuan ke pos- pemeliharaan keamanan, kaum interniran atau pos tentara Sekutu. Beberapa gedung dan pasar rusak tawanan perang, dan melucuti tentara Jepang serta berat menjadi sasaran kemarahan Arek-arek evakuasi mereka. Pihak Indonesia berpendapat bahwa Surabaya. Tentara Sekutu yang memiliki senjata yang pemeliharaan keamanan dalam tanggung jawabnya lebih lengkap dan modern kewalahan menghadapi bukan tanggung jawab Inggris. Pihak Indonesia juga massa rakyat Surabaya yang bersenjatakan alat tak menyetujui untuk melepaskan semua tawanan tradisional dan semimodern seperti bambu runcing, perang dan kaum interniran Belanda, kecuali kaum clurit, granat dan senapan bekas senjata tentara wanita, anak-anak, dan orang-orang tua sebab di Jepang. Berkobarlah pertempuran-pertempuran antara yang muda-muda banyak yang berusaha selama tanggal 28 Oktober malam, 29 Oktober sehari dengan kekerasan mengembalikan kekuasaan penuh, sampai dengan 30 Oktober siang hari. Kolonialisme. Poin terakhir tentang pelucutan tentara Korban banyak berjatuhan di pihak Sekutu, Jepang tidak ada kesulitan karena pihak Indonesia banyak tentara Gurkha terbunuh dalam suatu telah memenuhinya. kepungan dan mayatnya dilemparkan di Kalimas. Siang itu juga tercapai persetujuan lanjutan yang Ruslan Abdulgani dalam penuturannya kedua. Persetujuan ini pada dasarnya berisikan menyayangkan adanya korban diantara orang-orang tentang tujuan utama dari kedatangan Sekutu ke interniran Belanda, termasuk anak-anak dan wanita. Surabaya. Tujuan tersebut diantaranya hanya melucuti Pihak Inggris sendiri mengakui sendiri bahwa senjata tentara Jepang saja dan tak akan melucuti posisinya sangat berbahaya. Letkol Doulton dalam senjata yang telah jatuh ke tangan TKR (Tentara bukunya “The Fighting Cook” menuturkan Keamanan Rakyat) dan badan-badan perjuangan bagaiamana hebatnya pertempuran selama 3 hari itu. rakyat lainnya. Persetujuan ini juga menjelaskan Menurut Doulton seluruh Brigade ke-49 sejumlah tentang kesediaan pihak Sekutu untuk bersama 6.000 tentara bersenjata lengkap itu akan hancur pemerintah Republik Indonesia di Surabaya musnah oleh amarah dan keberanian rakyat memelihara keamanan, ketertiban dan perdamaian Surabaya.42 serta prosedur pengangkutan tentara Jepang. Kondisi pasukan tentara Inggris mulai terjepit Persetujuan ini menandakan bahwa pihak Sekutu dengan kepungan massa rakyat Surabaya dan mencoba untuk menegaskan dan meyakinkan pihak akhirnya memutuskan mengirim pesan ke Markas Republik Indonesia yang berkuasa di Surabaya Sekutu di Jakarta untuk meminta bantuan. Pimpinan tentang tujuan dari kedatangan pihak Sekutu tak lain tertinggi tentara Inggris di Jakarta, yakni Letnan hanyalah untuk melucuti persenjataan dari musuh Jenderal Sir Philips Christison meminta bantuan utama yang telah ditaklukannya dalam perang Asia Presiden Soekarno untuk memerintahkan kepada Pasifik. arek-arek Surabaya segera menghentikan serangan- Berdasarkan hasil persetujuan tersebut, maka serangan dan gempuran-gempuran mereka. Tentara sore itu pihak Inggris melanjutkan pendaratan 41 Suhario Padmodiwiryo, Memoar Hario Kecik: Autobiografi Seorang Mahasiswa Prajurit., (Jakarta: Yayasan 39 Sutjiatiningsih, loc.cit hlm. 102-103. Obor Indonesia, 1995), hlm. 170. 40 Ruslan Abdulgani, op.cit., hlm. 25. 42 Ibid., hlm. 30-31. 1091

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Inggris tidak mungkin memberikan bantuan karena berhubungan dengan TKR (Tentara Keamanan teman-temannya yang sudah terkepung rapat. Rakyat) dan Polisi melalui tugas-tugas penghubung. Bantuan perbekalan yang didrop dari udara untuk Pengumuman ini juga menjelaskan pembagian melonggarkan atau melepaskan kepungan arek-arek penjagaan dan penempatan pasukan yang akan Surabaya tidak mungkin dilakukan tanpa resiko dirincikan oleh Kontak Biro. Daerah pelabuhan dijaga mengenai atau membunuh teman-temannya sendiri.43 oleh kesatuan bersama kedua belah pihak sedangkan Arek-arek Surabaya menghentikan serangannya daerah Darmo yang merupakan tempat kediaman atas perintah dari Presiden Soekarno dan Wakil orang Eropa dan kaum interniran akan dijaga tentara Presiden Moh. Hatta yang datang langsung ke Sekutu yang membangun markas besarnya di wilayah Surabaya. Kemudian diadakan perundingan antara ini. Daerah di luar kedua daerah tersebut akan dijaga pihak Indonesia dan tentara Inggris di ruang kerja oleh orang Indonesia. Kedua belah pihak harus Gubernur Jawa Timur. Pihak Indonesia diwakili oleh menjamin hubungan daerah pelabuhan dan Darmo. Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta, Selanjutnya pemindahan orang Eropa dari Menteri Penerangan Mr. Amir Sjarifuddin, Gubernur daerah Darmo ke daerah pelabuhan dan pertukaran Jawa Timur Suryo, Residen Surabaya Sudirman, tahanan kedua belah pihak harus dijamin keselamatan Ketua KNI Daerah Surabaya Dul Arnowo, BKR/TKR jiwanya. Pengawasan menjadi wewenang Kontak dan badan perjuangan lainnya diwakili Sungkono, Biro yang beranggotakan perwira tentara Inggris Atmaji, Sumarsono, Bung Tomo dan T.D. Kundan. antara lain: Brigjen. A.W.S. Mallaby, Kol. L.H.O. Pihak Inggris diwakili Mayjen D.C. Hawthorn, Pugh, Mayor H. Hudson, Kapten H. Shaw dan Wing Brigjen. A.W.S. Mallaby, Kol. Pugh dan beberapa Commander Groom, pihak Indonesia diwakili oleh: perwira Inggris lainnya.44 Residen Sudirman, Dul Arnowo, Atmaji, Muhammad, Bung Tomo menuturkan dalam perundingan ini, Sungkono, Suyono, Kusnandar, Ruslan Abdulgani Presiden Sukarno memimpin perundingan dengan dan T.D. Kundan. sebuah peta Kota Surabaya di sampingnya. Mula- mula pihak Inggris teguh pendiriannya untuk tetap GUBERNUR SURYO SELAMA menduduki gedung-gedung penting yang telah PERTEMPURAN 10 NOVEMBER DI dikuasai. Pihak Inggris beralasan bahwa gedung- SURABAYA gedung itu memiliki arti penting bagi masyarakat A. Sikap Gubernur Suryo Pasca Perundingan Kota Surabaya, sehingga perlu mendudukinya untuk Perundingan-perundingan antara pihak menjaga dari berbagai kemungkinan gangguan pihak Indonesia yang diwakili oleh Gubernur Suryo dan yang tidak bertanggung jawab. Pihak Indonesia pun para stafnya dengan pihak Sekutu tidak serta merta juga mempertahankan pendirian pihak rakyat dengan mencapai kesepakatan yang mengikat. Hasil menyatakan bahwa alasan pihak Inggris tidak benar perundingan menimbulkan perspektif yang berbeda karena sebelum Inggris masuk kota, keadaan aman antara kedua pihak yang berunding. Pihak Indonesia dan tenteram.45 merasa memiliki kewenangan mengetahui tiap Hasil perundingan pada umumnya berisikan aktivitas yang dilakukan pihak Sekutu namun sisi gencatan senjata dan pembentukan Badan lainnya pihak Sekutu merasa tak perlu Penghubung dan Kontak Biro. Secara hukum memberitahukan tiap kegiatan yang direncanakan perundingan ini memiliki ikatan yang kuat karena untuk menjalankan misinya di Surabaya. Hal inilah dihadiri oleh kedua pimpinan tertinggi dari kedua yang menimbulkan berbagai insiden-insiden yang belah pihak. Hasil perundingan ini meniadakan sama terjadi di berbagai daerah dikarenakan tidak kuatnya sekali pengumuman berkedok perintah dan ancaman ikatan dari perundingan itu walaupun telah terbentuk yang disebarkan melalui pamflet untuk melucuti Kontak Biro yang beranggotakan diplomator dari senjata TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan para kedua pihak. pemuda. Tentara Sekutu juga ditarik kembali Mobil-mobil Kontak Biro dikerumuni oleh pasukannya dari gedung-gedung vital untuk puluhan pemuda dan rakyat yang menuntut agar dipusatkan di kamp tawanan perang di Darmo dan pasukan di dalam gedung menyerah. Rakyat trauma Tanjung Perak. Tentara Sekutu juga tak memiliki karena sering terdengarnya tembakan dari dalam kewajiban untuk menjaga kemanan kota lagi seperti gedung diarahkan di muka jalan yang banyak rakyat kesepakatan sebelumnya. Namun khusus untuk melintas. Pemimpin Indonesia di Surabaya seperti daerah pelabuhan masih diadakan penjagaan Sudirman, Dul Arnowo, Sungkono, dan Ruslan gabungan antara tentara Sekutu dan TKR (Tentara Abdulgani memberikan penerangan bahwa tuntutan Keamanan Rakyat). Pihak Sekutu juga bisa itu tak bisa dipenuhi. Pasukan Inggris malam itu diperkenankan tinggal dalam Gedung Internatio hingga esok pagi baru bisa diangkut mundur ke 43 Sagimun M.D., MAS TRIP (Dari Brigade pelabuhan dengan dikawal oleh TKR. Kesabaran Pertempuran ke Brigade Pembangunan), (Jakarta: Bina rakyat diuji untuk mematuhi kebijakan pemimpinnya Aksara, 1989), hlm. 144. 44 Sutjiatiningsih, loc.cit., hlm. 109. namun mereka meminta jaminan bahwa pasukan 45 Bung Tomo (), Pertempuran 10 November Inggris tidak akan menembak keluar gedung lagi pada 1945: Kesaksian & Pengalaman Seorang Aktor Sejarah, malam itu. Diskusi anggota Kontak Biro memutuskan (Jakarta: Visimedia, 2008), hlm. 119

1092

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017 siapa yang akan masuk ke dalam gedung, dari pihak Pada umumnya peringatan ini berisikan rencana Inggris dipilih Kapten Shaw dan pihak Indonesia Sekutu untuk menggempur Surabaya dari darat, laut Kapten Muhammad serta Kundan sebagai dan udara. Christison menjabarkan faktor-faktor penerjemah.46 dikeluarkannya peringatan tersebut diantaranya Setelah jangka waktu 10 menit yang diberikan kematian Brigadir Mallaby dalam ekses di Gedung kepada ketiga wakil Kontak Biro untuk Internatio. Christison menganggap bahwa kematian memerintahkan pasukan Inggris berhenti menembak, Brigadir Mallaby diakibatkan oleh serangan sejumlah Kundan keluar gedung sendirian. Lalu terjadi ledakan besar orang Indonesia yang bersenjata. Orang granat di muka gedung yang jelas dilemparkan dari Indonesia yang disebut sebagai golongan ekstremis dalam gedung oleh pasukan-pasukan Inggris, disusul diduga sengaja memprovokasi pasukan Inggris yang dengan tembakan gencar baik dari lantai atas maupun mendarat dengan maksud melucuti senjata dan lantai bawah tertuju kepada deretan mobil Kontak mengasingkan pasukan-pasukan Jepang, menolong Biro. Korban berjatuhan diantara rakyat dan sontak tawanan-tawanan perang dan orang-orang yang semua yang ada di luar gedung berlari mencari diasingkan, dan menjaga keamanan dan ketenteraman perlindungan. Sungkono, Dul Arnowo, dr. Mursito, di daerah yang mereka duduki. Kusnandar, dan Ruslan Abdulgani merangkak untuk Beberapa hari kemudian Pasukan Inggris diam- menghindari peluru lalu meloncat ke dalam Kali Mas, diam mengirim dan mendaratkan pasukan baru yakni berlindung di tepinya. Beberapa pemuda juga Divisi ke-5 Tentara Inggris di bawah pimpinan Mayor menyelamatkan diri masing-masing, satu pemuda Jenderal E.C. Mansergh. Ruslan Abdulgani bersama- meloncat ke pinggir Kalimas dekat dengan para sama dengan Kustur dan Murdianto melaporkan hal pemimpin Surabaya. Pemuda itu menceritakan bahwa ini kepada Gubernur Suryo dan Residen Sudirman. urusan telah beres maksudnya mobil Jenderal Inggris Laporan ini diteruskan kepada Menteri Penerangan yang tua (A.W.S. Mallaby) meledak dan terbakar. Mr. Amir Syarifuddin yang kebetulan berada di Para pemimpin pun kaget dengan pernyataan pemuda Surabaya. Namun ternyata, Amir tidak mempercayai itu dan memerintahkannya untuk diam serta tak berita ini dan menyangka bahwa pimpinan Surabaya bercerita tentang hal ini kepada orang lain. kejadian telah terjebak berita provokasi. Pasukan Inggris telah Dalam pertempuran itu Brigadir Jenderal A.W.S. mengelabui Pemerintah Pusat Republik Indonesia.48 Mallaby tewas. Kejadian ini dilaporkan oleh Dul Ketidakpercayaan Pemerintah Pusat Republik Arnowo dengan telepon ke Gubernur Suryo.47 Indonesia khususnya Menteri Penerangan Mr. Amir Pertempuran di Gedung Internatio yang Syarifuddin kepada para pemimpin lokal di Surabaya menewaskan Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby ini yang dipimpin oleh Gubernur Suryo menandakan adalah pertempuran pertama antara rakyat Surabaya bahwa hubungan dan komunikasi antara Pemerintah dengan Sekutu setelah perundingan gencatan senjata. Pusat di Jakarta dengan Pemerintah Daerah di Maka kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar Surabaya tidak berjalan dengan baik. Gedung Internatio telah diketahui oleh Gubernur Lalu hari Rabu tanggal 7 November 1945, Suryo. Laporan tersebut menjadi pegangan Gubernur Ruslan Abdulgani menerima telepon dari Wing Suryo selaku pemimpin tertinggi Republik Indonesia Commander Groom mengundang Gubernur Suryo di Surabaya. Laporan dari Dul Arnowo didukung pula dan para pemimpin lain di pihak Indonesia serta para dengan kesaksian Kundan dan Kapten Muhammad anggota Kontak Biro untuk mengadakan perundingan yang mengetahui kebenaran peristiwa-peristiwa yang dipimpin oleh Mansergh, dari pihak kita yang sebelum terjadi baku tembak yang menewaskan hadir antara lain: Gubernur Suryo, Sudirman, Roeslan Mallaby. Laporan ini pula nantinya menjadi dasar Abdulgani, Dul Arnowo, Ruslan Wongsokusomo, nota pembelaan Indonesia terhadap tuduhan Panglima Sungkono. Pertemuan tersebut diselenggarakan di Tertinggi Pasukan Sekutu bahwa pembunuhan kepada Markas Sekutu yang berada di Jalan Jakarta (arah Brigjen A.W.S. Mallaby dilakukan oleh rakyat Tanjung Perak). Pertemuan tersebut diadakan juga Indonesia. Gubernur Suryo merasa wajib untuk dalam rangka perkenalan terhadap pimpinan Pasukan menjelaskan bagaimana sebenarnya peristiwa itu Sekutu Jawa Timur yang baru yakni Mayor Jenderal terjadi kepada pemimpin Indonesia di Jakarta serta E.C. Mansergh. Sekitar pukul 11.30 siang hampir dunia luar. seluruh pimpinan Indonesia di Surabaya dengan deretan mobil menuju ke Jalan Jakarta untuk B. Kebijakan Gubernur Suryo Setelah Adanya memenuhi undangan tersebut. Setelah berjabatan Ultimatum Sekutu tangan, para pemimpin bangsa Indonesia dipersilakan Pada hari Rabu tanggal 31 Oktober 1945 duduk.49 Gubernur Suryo bersama para stafnya Panglima Allied Forces Netherlands East Indies menghadiri pertemuan tersebut tentunya dengan (A.F.N.E.I) yakni Letnan Jenderal Sir Philips persiapan matang menghadapi segala kemungkinan Christison mengeluarkan ultimatum atau ancaman yang akan terjadi dari keputusan Sekutu. dalam bentuk pengumuman kepada orang Indonesia. Pertemuan tersebut bukan sebuah perundingan,

46 Ibid., hlm. 48-50. 48 Sutjiatiningsih, loc.cit., hlm. 121-122 47 Ibid., hlm. 50-54. 49 Ruslan Abdulgani, Op.cit., hlm. 70.

1093

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017 melainkan pihak Sekutu berusaha mendikte pihak kedudukan dan harga diri sebagai seorang Gubernur. Republik Indonesiaa. Pihak Republik Indoonesia Sikap tersebut menandakan Gubernur Suryo seorang diperintahkan untuk menyerahkan senjata, pembesar yang memiliki hegemoni kekuasaan dan mengumpulkan mayat tentara Gurkha (Tentara Sekutu wewenang yang tidak kalah kedudukannya dengan yang berasal dari India) yang dibunuh oleh rakyat Mayor Jenderal Mansergh. Seandainya bila Gubernur Indonesia untuk diangkut ke Tanjung Perak. Suryo memiliki karakter penakut yang berjiwa kecil Pengangkutan mayat tersebut telah direncanakan dan suka menjilat atau mengambil muka pada orang menggunakan truk-truk yang berderet di sepanjang asing yang berkuasa tentunya tidak akan bersikap Jalan Darmo. Ruslan Wongsokusumo dan Sungkono keras seperti itu malah bisa jadi menurut saja apa ditunjuk dari perwakilan Republik Indonesia untuk yang dikatakan Mayjen. Mansergh. Gubernur Suryo mengemban tugas pengangkutan tersebut.50 Lalu menunjukkan kewibawaannya sehingga sangat tepat Mayor Jenderal E.C. Mansergh mengeluarkan surat menjadi gubernur, seorang pemimpin rakyat dalam dan meminta Kundan menerjemahkan dan situasi dan kondisi revolusioner yang sangat membacakannya. dibutuhkan dalam masyarakat yang tengah dilanda Isi surat yang bernomor G-512-1 yang semua revolusi. tertanggal 3 November 1945 lalu dicoret dengan tinta Esok harinya, hari Kamis tanggal 8 November dan diganti menjadi 7 November 1945 itu tidak lain 1945, datang seorang kurir Inggris menyerahkan surat dituduhkan bahwa pihak Indonesia dengan sengaja dari Mayor Jenderal Mansergh kepada Gubernur memperlambat dan mengulur-ulur waktu evakuasi Suryo. Isi surat yang diberi nomor G-412-5 itu lebih orang-orang asing, para tawanan perang Sekutu dan congkak dan menyakitkan hati. Surat tersebut tidak kaum interniran yang ingin pulang ke negerinya. Lalu lagi dialamatkan kepada Gubernur Jawa Timur seperti dituduhkan pula bahwa pihak Indonesia dengan halnya surat-surat terdahulu, tetapi kepada Mr. sengaja membiarkan orang-orang membawa senjata, R.M.T.A. Suryo saja tanpa embel-embel lainnya.52 merampok dan melakukan pembunuhan terhadap Jelas bahwa pimpinan tentara Inggris mengingkari anak-anak dan wanita-wanita yang tidak berdaya serta pengakuannya terhadap Gubernur Suryo selaku melakukan tindakan ganas dan sangat biadab. Pihak Gubernur Jawa Timur yang diangkat oleh Pemerintah Indonesia juga dituduh tidak mampu Pusat Republik Indonesia. Sikap lebih tidak sopan menyelenggarakan ketertiban dan menjaga serta lagi bahkan bisa dikatakan kurang ajar karena memelihara keamanan umum serta telah melanggar meminta Gubernur Suryo untuk datang ke kantor janji dengan menempatkan tank-tank dan pasukannya pimpinan tentara Inggris pada hari Jumat tanggal 9 di lapangan udara Morokrembangan. Lalu tuduhan November 1945 tepat jam 11.00 untuk menerima tentang sengaja memperlambat pelaksanaan petunjuk-petunjuk lebih lanjut. Gubernur Suryo tetap pengembalian tentara Inggris yang luka-luka, yang tenang dan meminta Ruslan Abdulgani dan Kundan ditawan pihak Indonesia, peralatan dan truk-truk yang untuk menyusun jawaban atas surat tersebut. dapat direbut oleh pihak Indonesia dalam Gubernur Suryo juga menjelaskan bahwa pertempuran-pertempuran di Surabaya. hukum, keamanan dan ketertiban berjalan baik di Gubernur Suryo dengan tegas tapi sopan Surabaya. Sebaliknya keamanan dan ketertiban di menyangkal semua tuduhan itu satu per satu. Surabaya terusik oleh tentara Sekutu yang memasuki Gubernur Suryo membatah adanya kesengajaan Kota Surabaya dan sekitarnya serta daerah-daerah menunda-nunda evakuasi kaum interniran dan lain di Jawa Timur, sedangkan di dalam persetujuan pasukan-pasukan Inggris yang terkepung di dalam antara Mayjen Hawthorn dan Presiden Sukarno kota. Mayat-mayat pasukan Inggris yang dapat diuraikan hanya 2 tempat yang jelas sebagai daerah ditemukan semuanya telah dikembalikan, demikian yang akan dijaga oleh tentara Sekutu, yaitu daerah juga yang luka-luka. Semua mayatnya diangkut Darmo dan Tanjung Perak, dan selekas kaum dengan truk-truk Inggris yang kemudian truk itu juga interniran dan orang Eropa dipindah dari Darmo, diserahkan pula. Pihak Indonesia malah selalu maka tentara Sekutu akan mundur juga ke Tanjung mendahulukan evakuasi pasukan-pasukan Inggris dan Perak. Gubernur Suryo meyakini bahwa jika adanya kaum interniran, sedangkan pihak Inggrislah yang suatu sikap yang simpatik dalam menghadapi tugas ingin mendahulukan pengangkutan orang-orang yang sulit ini serta kesabaran dalam bersikap akan berbangsa “netral”, seperti orang-orang India, Swiss menghilangkan kesalahpahaman dari kedua belah dan sebagainya yang sama sekali tidak ada sangkut pihak. Harapan akan terjalinnya kerja sama dalam pautnya dengan tugas pasukan Inggris di Surabaya.51 suasana berkemauan baik dan persahabatan seraya Sikap dan tindakan Gubernur Suryo ini terbukti menyadari kesulitan-kesulitan dalam situasi ini, dan jelas terlihat bahwa Gubernur Suryo sadar akan dengan visi dan pandangan jauh ke depan, dan harmoni yang demikian akan mendorong tercapainya penyelesaian dari kesulitan ini.53 50 Arsip Wawancara Ruslan Wongsokusumo, Daftar Ketika Mayor Jenderal Mansergh menerima dan Riwayat Hidup Singkat Pelaku Pertempuran 10 Nopember 1945, (Surabaya: Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Propinsi Jawa Timur, 1976). Koleksi DHD 45 Surabaya 018/IX/A/1945/1976. 52 Ibid., hlm. 78. 51 Ruslan Abdulgani, Op.cit., hlm. 75. 53Ibid., hlm. 79-84

1094

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017 membaca surat dari Gubernur Suryo merasa kecewa ultimatum Mansergh kepada Gubernur Suryo. Sikap dengan isinya dan ketidakhadiran Gubernur Suryo. Arek-arek Surabaya terhadap ultimatum tersebut Mansergh tak mengenal watak seorang kstaria seperti kompak menolak karena tak sudi lagi dijajah bangsa Gubernur Suryo tersebut yang tak bersedia asing.55 Reaksi Gubernur Suryo yang tengah berada di diperlakukan tidak sopan. Ternyata Mansergh telah Kantor Gubernuran waktu itu tegas terhadap menyiapkan suatu kejutan buat Gubernur Suryo ultimatum tersebut. karena begitu perutusan yang dikirim oleh Gubernur Gubernur Suryo memutuskan untuk bersikap Suryo tiba di Markas Besar Tentara Inggris, mereka taat, disiplin dan patuh pada hierarkie pemerintahan langsung diberikan dua buah dokumen. Dokumen sebagai pegawai pamong praja memutuskan agar pertama berisi ultimatum kepada semua orang berkonsultasi dengan atasannya yakni Presiden Indonesia di Surabaya dan dokumen kedua adalah Sukarno. Pembicaraan melalui telepon berlangsung surat penjelasan atas ultimatum itu yang dialamatkan antara Presiden Sukarno dengan Dul Arnowo pukul kepada R.T.M.A. Suryo, bertanggal 9 November 1945 19.30 malam. Presiden Sukarno telah mengetahui dengan nomor G-515-11. Setelah menerima dokumen adanya ultimatum itu dan memerintahkan Menteri itu, ketiga orang utusan Gubernur Suryo yang terdiri Luar Negeri Republik Indonesia Mr. Ahmad Subardjo dari Residen Sudirman, Ruslan Abdulgani dan untuk segera menghubungi Pimpinan Tertinggi Kundan segera kembali menuju ke Kantor Tentara Inggris agar berusaha menghindarkan Gubernuran. pertempuran. Presiden Sukarno juga menasehatkan Inti dari ultimatum itu yaitu bahwa “semua kepada kepada pimpinan perjuangan kepada pemimpin-pemimpin Indonesia termasuk pemimpin- pemimpin tidak gegabah mengambil keputusan pemimpin gerakan pemuda, Kepala Polisi, dan sembari menunggu hasil perundingan itu. petuugas Radio Surabaya harus melaporkan diri di Pukul 22.10 Dul Arnowo dapar berkontak lagi Batavia-weg (Kini Jalan Jakarta) menjelang pukul dengan Jakarta. Menteri Luar Negeri Ahmad 18.00 tanggal 9 November. Mereka harus mendekat Subardjo gagal mengusahakan cara damai, pimpinan dengan berbaris satu-satu dengan membawa senjata tentara Inggris tetap bersikeras mempergunakan yang dimilikinya. Senjata-senjata ini harus diletakkan kekerasan. Pemerintah pusat yang berkedudukan di dalam jarak 100 yard pada tempat pertemuan dan Jakarta menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada kemudian semua orang Indonesia harus mendekat pemerintah daerah Jawa Timur. Keputusan terakhir dengan kedua tangan diangkat diletakkan di atas berada di tangan Gubernur Suryo, antara bertempur kepala, dan semua akan ditangkap dan ditawan. dan hancur lebur atau menyerah secara hina. Mereka harus bersedia menandatangani dokumen Gubernur Suryo menghadapi keadaaan kritis itu berisi penyerahan tanpa syarat”. Bagi rakyat biasa dengan kepala dingin, kemudian mengadakan yang bersenjata, maka tempat melucuti senjata perundingan dengan Tenaga Keamanan Rakyat ditentukan di Westerbuitenweg (Jalan Indrapura) dan (TKR) serta tokoh masyarakat lain. Perundingan di Darmo, jamnya sama yaitu pukul 18.00 sore itu tersebut membuahkan hasil berupa penolakan juga. Mereka harus membawa bendera putih. terhadap ultimatum Inggris. Penolakan tersebut Kesaksian pelaku sejarah dalam arsip langsung disampaikannya dalam pidato di depan wawancara yakni Soegiri Tjokrohandoko selaku corong radio pada tanggal 9 November 1945 pukul anggota delegasi yang dibentuk Gubernur Suryo. 23.00.56 Reaksi rakyat Indonesia menolak isi surat itu karena Ultimatum tersebut dibalas oleh pidato merasa sudah berdaulat dan merdeka. Rakyat hanya pemimpin tertinggi Jawa Timur Gubernur Suryo menaati Pemerintah Republik Indonesia yang berisi seruan kepada arek-arek Surabaya untuk berpusat di Jakarta. Lalu Gubernur Suryo membentuk melawan pasukan Sekutu dan memperjuangan suatu delegasi yang dipimpin oleh beliau sendiri. kemerdekaan Indonesia. Pidato Gubernur Suryo itu Soegiri ditunjuk oleh Panglima Angkatan Laut untuk tenang, tegas, dan mantap karena segala persoalan mewakili unsur maritim dalam delegasi itu. Anggota dipikirkan matang, selalu dibicarakan dan delegasi yang lain antara lain Ruslan Wongsokusomo dirundingkan bersama dengan staf pembantunya. dan Sungkono. Maksud pembentukan delegasi itu Sekalipun Gubernur Suryo keturunan feodal, namun untuk mengadakan pertemuan dengan pimpinan sikap dan perilakunya demokratis sekali. Rakyat tentara Sekutu yakni Jenderal Mansergh dan Surabaya dengan patuh menjalankan setiap instruksi menjelaskan bahwa rakyat hanya tunduk dan taat Gubernur Suryo. Keyakinan bahwa antara pemimpin kepada Pemerintah Republik Indonesia yang berpusat dan rakyat yang dipimpinnya selalu memiliki di Jakarta.54 perasaan yang terikat untuk saling mempercayai. Akhirnya pamflet-pamflet yang berisi ultimatum Sekutu dijatuhkan oleh pesawat militer Sekutu yang pokok isinya pada dasarnya sama dengan isi surat 55Wawancara peneliti dengan Steve Darjanto (Saksi Hidup Pertempuran 10 November dan teman dekat Bung Tomo serta Ruslan Abdulgani) pada tanggal 15 April 2017 di 54Arsip wawancara Soegiri Tjokrohandoko, Daftar rumahnya di Jalan Dharmahusada Indah Barat Blok AA No. Riwayat Hidup Singkat Pelaku Pertempuran 10 Nopember 1945, 71. Waktu pertempuran Pak Steve Darjanto berumur 10 tahun, (Surabaya: Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Propinsi Jawa sekarang umur beilau 82 tahun. Timur, 1976). Koleksi DHD 45 Surabaya 046/IX/A/1945/1976. 56 Ruslan Abdulgani, Loc.cit., hlm. 92.

1095

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Kekuatan dari kepercayaan inilah menjadi unsur dalam Radio Bung Tomo. Oei membantah dan utama dalam perjuangan melawan tentara Sekutu. menerangkan bahwa dirinya hanya dapat Roman muka Gubernur Suryo selalu meriah, mengerjakan pekerjaan di garis belakang (Palang menyinarkan sikap hidup dan jiwa seorang ksatria Merah dan Tim Pertolongan).61 Jawa, cocok dengan jiwa orang Surabaya. Sungkono Pertempuran Surabaya berlangsung selama tiga menamakan pidato Gubernur Suryo itu “Komando minggu. Sebagai langkah antisipasi, pemerintah Keramat” membuat rakyat “relieved” atau merasa Indonesia telah bersiap-siap menyelamatkan sarana “ringan pikirannya”. Sikap rakyat tidak ragu lagi dan penting, misalnya pemancar radio RRI, bahkan sudah telah sampai kepada “point of no return”. Hal ini mencari lokasi di luar kota. Gubernur Suryo beserta lebih baik daripada “ngawang” atau “ngambang”, staf mula-mula mengundurkan diri ke Sepanjang, lalu terapung tanpa ketentuan.57 Arek-arek Surabaya kini ke Mojokerto. Gubernur Suryo kemudian pindah ke memiliki ketentuan, ketetapan hati, tekad dan niat Kediri. Pengunduran diri ini bukan dikarenakan dengan pidato Gubernur Suryo dan pantang menyerah keinginan Gubernur Suryo sendiri melainkan atas kepada ancaman tentara Inggris dengan semboyan saran dari Sungkono selaku pimpinan pasukan Kota “Merdeka atau Mati”. Rakyat Surabaya bertekad Surabaya. Pada waktu itu keadaan pemerintahan tidak untuk bertempur bersama para pemimpinnya. teratur. Kantor-kantor terpaksa harus dipencar-pencar, namun roda pemerintahan terus dijalankan.62 C. Pengunduran Diri Gubernur Suryo Beserta Pada tanggal 20 November 1945 Gubernur Rakyat Surabaya Suryo disertai Dul Arnowo dan Ruslan Abdulgani Penolakan Gubernur Suryo terhadap ultimatum meninjau front terdepan dan bertemu banyak pemuda Inggris didukung oleh rakyat Surabaya juga serentak dan pejuang. Mereka masuk kota hingga gedung menolak sehingga pertempuran tak dapat dihindari. White Away (Siola) dan saat itu pertempuran telah Pada tanggal 10 November 1945 pukul 06.00 pagi sampai di sekitarnya.63 Bukti bahwa Gubernur Suryo tentara Inggris mulai menyerang Kota Surabaya dari adalah seorang pemimpin yang turut berjuang dengan darat, laut dan udara. Serangan besar-besaran Inggris rakyat yakni seringnya Gubernur Suryo meninjau terutama dengan kanon dari kapal perangnya dan front terdepan guna mengetahui keberadaan bombardemennya oleh NAVI di atas Kota Surabaya.58 pemimpin pasukan Republik Indonesia seperti Seluruh Kota Surabaya menjadi arena Sungkono, Atmaji, dan lainnya. pertempuran yang merupakan gabungan pertempuran- Pengunduran diri pasukan Republik Indonesia pertempuran frontal dan perang gerilya di dalam satu terpaksa dilakukan, namun sebelumnya berbagai daerah kota yang luasnya terbatas dan berpenduduk gedung senjata dan perbekalan beserta sarana padat. Namun pertempuran ini bukan perang gerilya prasarana telah dibumihanguskan oleh arek-arek yang berbasis di desa-desa, lembah-lembah, hutan- Surabaya agar tak bisa dimanfaatkan oleh Sekutu dan hutan dan gunung-gunung. Watak utama pertempuran sarana yang bisa diangkut mulai dipindahkan keluar ini adalah “street fighting” (pertempuran jalanan), Kota Surabaya. Pengosongan amunisi, bahan peledak, pertempuran dan tembak-menembak di jalan-jalan, di bahkan persenjataan di Pulau Madura sempat gedung-gedung, dari rumah ke rumah, di belakang dipindahkan ke Mojokerto, Kediri, Madiun dan barikade melawan pasukan-pasukan berlapis baja dan Malang. Perlengkapan yang lain seperti mesin, tank “Sherman” yang melindunginya.59 Gubernur peralatan teknik, kendaraan, agregat, dinamo dan Suryo bertindak cepat dengan memerintahkan kepada cadangan uang ikut dipindahkan. Semua peluang apa segala tenaga pemerintahan supaya keluar dari kota saja yang masih bisa dimanfaatkan untuk meneruskan dan dilarang keras membantu Belanda dan Inggris. perjuangan baik jangka pendek maupun jangka Begitu pula semua pimpinan masyarakat golongan panjang diungsikan keluar Kota Surabaya.64 politik, pemimpin organisasi sosial dan agama Pengunduran diri pasukan keluar Kota Surabaya diharuskan keluar kota Surabaya.60 dilaksanakan secepat mungkin guna mengadakan Manuskrip wawancara Saudara Moglee Widjaja kembali reorganisasi, konsolidasi, dan berusaha (Oei Chiao Liong) yang menjabat sebagai ketua memilih daerah penempatan serta menyesuaikan diri “Perserikatan Dagang Surabaya” (Tionghoa Siang dengan kebiasaan daerah setempat. Hwee), pendiri Chinese Red Cross dan Pemrakarsa Panitia Keamanan Rakyat. Oei menuturkan bahwa dirinya didatangi utusan dari Gubernur Suryo untuk PENUTUP menanyakan tentang pembentukan pasukan Tjung A. Kesimpulan King yang ikut bertempur seperti yang disiarkan 61Arsip wawancara Moglee Widjdaja atau nama Tionghoanya Oei Chiao Liong, Daftar Riwayat Hidup Singkat 57 Ruslan Abdulgani, Loc.cit., hlm. 93-94. Pelaku Pertempuran 10 Nopember 1945, (Surabaya: Dewan 58Arsip wawancara Dr. Soewandhi, Daftar Riwayat Hidup Harian Daerah Angkatan 45 Propinsi Jawa Timur, 1976). Singkat Pelaku Pertempuran 10 Nopember 1945, (Surabaya: Koleksi DHD 45 Surabaya 082/IX/C/1945/1976. Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Propinsi Jawa Timur, 62 Sutjiatiningsih, Loc.cit., hlm. 157-158. 1976). Koleksi DHD 45 Surabaya 088/IX/C/1945/1976. 63Nugroho Notosusanto (Eds), Pertempuran Surabaya, 59 Ruslan Abdulgani, Loc.cit., hlm. 96. (Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 1985), hlm. 234. 60 Arsip wawancara Dr. Soewandhi, Op.cit. 64 Ibid., hlm. 431

1096

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya Berdasarkan teori Leader Role Theory dapat merupakan sebuah pertempuran besar yang dikatakan bahwa posisi Gubernur Suryo dalam melibatkan rakyat Surabaya dalam jumlah besar pula pertempuran 10 November 1945 memiliki keterikatan dengan kekuatan militer yang terlatih dalam perang yang erat dengan pergerakan rakyat Surabaya tatkala dunia kedua. Pertempuran ini melambungkan satu menentukan sikap, langkah-langkah dan kebijakan nama tokoh yang disebut sebagai pemimpin tertinggi pemerintahan serta menuntun rakyat Surabaya untuk perjuangan rakyat Surabaya yakni Gubernur Suryo. menghadapi serangan tentara Sekutu. Kepemimpinan Gubernur Suryo dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya terkait erat dengan B. Saran pergerakan rakyat Surabaya. Berdasarkan pada berbagai permasalahan yang Kepemimpinan Gubernur Suryo dalam diangkat oleh penulis dalam penelitian mengenai pertempuran 10 November 1945 di Surabaya bekerja peranan Gubernur Suryo dalam pertempuran 10 sama dalam satu tim bersama jajaran staf November 1945 di Surabaya, maka penulis pemerintahannya. Gubernur Suryo mengatur, memberikan saran sebagai berikut: mengelola, mengurus, dan bertanggungjawab 1. Bagi pemuda-pemuda Indonesia khususnya para terhadap segala urusan pemerintahan daerah pelajar yang sedang menuntut ilmu untuk tidak Indonesia di Jawa Timur khususnya wilayah bersikap sebagai pengecut atau seorang pemimpin Surabaya. Gubernur Suryo menjalankan roda yang berjiwa kecil dalam menghadapi sebuah pemerintahan awal suatu daerah di sebuah negara ancaman dari orang asing. yang kemerdekaannya baru diproklamasikan. Analisis 2. Gubernur Suryo juga memberikan teladan bagi berikutnya tentang kepemimpinan Gubernur Suryo para pemimpin dan pejabat bangsa ini yang dalam mengerahkan kekuatan rakyat dan militer sekarang sibuk memikirkan kepentingan diri menghadapi ultimatum dan serangan Sekutu. sendiri dan golongannya masing-masing agar Berbagai sikap dan kebijakan Gubernur Suryo dalam selalu bersikap ksatria, memperhatikan rakyatnya kondisi perang merupakan suatu keadaan sulit bagi yang kesusahan secara ekonomi dan tegas dalam siapapun pemimpinnya. menegakkan keadilan. Kepemimpinan Gubernur Suryo unik karena 3. Bagi kalangan pegawai negeri (PNS), polisi, dilakukan kolektif bersama stafnya yakni Dul Arnowo tentara dan birokrat negara baik dari lapisan atas dan Residen Sudirman memimpin pemerintahan Jawa hingga ke bawah untuk selalu mengabdi dengan Timur di Surabaya. Kepemimpinan Gubernur Suryo sebenar-benarnya, tidak bermalas-malasan dalam mulai semakin berpengaruh setelah kedatangan bekerja dan mendahulukan kepentingan umum pasukan Sekutu di Surabaya. Perundingan- serta tidak melakukan tindakan-tindakan yang perundingan dan surat menyurat antara Gubernur merugikan rakyat dan negara seperti pungutan liar Suryo dan pimpinan pasukan Sekutu di Surabaya (pungli) yang dilaksanakan hingga munculnya ultimatum Sekutu. 4. Bagi seluruh kalangan intelektual, akademisi, Pada momentum munculnya ultimatum Sekutu mahasiswa, sejarawan agar penelitian mengenai ini, kapasitas seorang pemimpin diuji. Kepemimpinan sejarah intelektualitas diharapkan dapat lebih Gubernur Suryo yang berperan sebagai seorang ditingkatkan lagi guna memperkaya khasanah Gubernur Jawa Timur sekaligus pimpinan tertinggi referensi bagi pembelajaran sejarah dan perjuangan rakyat Surabaya menjadi aktor penting pendidikan karakter bangsa. dalam tercetusnya pertempuran 10 November 1945. Pidato Gubernur Suryo malam sebelum pertempuran C. Sumbangan Hasil Penelitian Untuk terjadi menjadi titik puncak dari drama pertempuran Pendidikan dan Pembelajaran Sejarah. 10 November 1945. Tampilnya seorang pemimpin Pendidikan dan pembelajaran sejarah sebenarnya tergantung pada kemampuan dan merupakan komponen penting bagi pembangunan keterampilannya menyelesaikan masalah sosial dan mental dan karakter suatu bangsa khususnya Bangsa politik yang memang sangat dibutuhkan disaat timbul Indonesia. Bangsa Indonesia harus digalakkan sebuah ketegangan, perubahan-perubahan dan adaptasi. revolusi mental seperti yang dilakukan oleh Dalam konteks situasional, pemimpin juga dapat pemerintah Indonesia dewasa ini untuk mencetak menunjukkan dan menampilkan dirinya. generasi muda Bangsa Indonesia yang berkualitas. Selama pertempuran berlangsung Gubernur Berbagai penelitian sejarah pun diharapkan dapat Suryo beserta staf pemerintahan mengungsi keluar memberikan sumbangsihnya bagi kemajuan kota. Bukan berarti Gubernur Suryo tidak pendidikan dan pembelajaran sejarah. bertanggungjawab terhadap rakyat di wilayahnya Penelitian tentang “Kepemimpinan Gubernur yang tengah bertempur melainkan atas pertimbangan Suryo Selama Pertempuran 10 November 1945 di keberlangsungan pemerintahan. Namun tak jarang Surabaya” menghasilkan temuan yang dapat Gubernur Suryo sering melakukan inspeksi dan terjun dijadikan petunjuk untuk menanamkan karakter langsung melihat kondisi di beberapa titik medan dalam pendidikan di Indonesia. Penelitian ini pertempuran seperti yang diutarakan Dul Arnowo memberikan gambaran tentang tentang cara bersikap yang menemaninya beserta Ruslan Abdulgani. sebagai seorang pemimpin dalam menghadapi

1097

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017 ancaman dari orang asing. Penelitian ini juga Dasar Pembangunan dengan Subtema D yakni memiliki nilai pedagogis bagi generasi muda di Kemerdekaan Sebagai Modal Pembangunan dalam Indonesia. Gubernur Suryo berjiwa patriot, berani dan KD 3.2 kelas VIII yakni mendeskripsikan perubahan tak gentar menghadapi tentara Inggris. Gubernur masyarakat Indonesia pada masa penjajahan dan Suryo berpidato begitu tegas dan lantang tetapi tumbuhnya semangat kebangsaan serta perubahan memberi perasaan tenang dan mantap untuk melawan dalam aspek geografis, ekonomi, budaya, pendidikan tentara Inggris. dan politik. Materi pembelajaran yang relevan dengan Hasil penelitian “Kepemimpinan Gubernur penelitian ini yakni persiapan dan proklamasi Suryo Selama pertempuran 10 November 1945 di kemerdekaan Indonesia. Surabaya” juga memberi kontribusi bagi Hasil penelitian mengenai kepemimpinan pembelajaran sejarah dalam jenjang pendidikan Gubernur Suryo selama pertempuran 10 November SMA/MA (Sekolah Menengah Akhir/Madrasah 1945 di Surabaya masih memiliki kekurangan dan Aliyah), pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) membutuhkan perbaikan. Oleh karena itu diharapkan dalam jenjang pendidikan SMP/MTs (Sekolah nantinya penelitian dan kajian lebih lanjut dan Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah) maupun mendalam dibutuhkan untuk menyempurnakan jenjang pendidikan SD/MI (Madrasah Ibtidaiyah) sejarah tentang peranan Gubernur Suryo dalam yang terkait dengan berbagai peristiwa yang terjadi pertempuran 10 November 1945 di Surabaya agar pada masa awal revolusi pasca proklamasi dapat dijadikan suatu referensi utuh untuk pendidikan kemerdekaan Indonesia. dan pembelajaran sejarah yang lebih baik lagi. Kurikulum Nasional sebagai revisi Kurikulum 2013 disebutkan dalam KD 3.11 kelas XI semester 2 dengan tema menganalisis pemikiran dalam Piagam DAFTAR PUSTAKA PBB, Proklamasi 17 Agustus 1945, dan perangkat Arsip dan Manuskrip kenegaraan berbangsa dan bernegara pada masa kini 1) Arsip wawancara Dr. Soewandhi, koleksi DHD dapat mengadaptasi referensi hasil penelitian ini. Lalu 45 Surabaya 088/IX/C/1945/1976. dalam KD 3.4 Kelas IX dengan tema menerapkan 2) Arsip wawancara Moglee Widjdaja (Oei Chiao kausalitas dalam memahami perubahan masyarakat Liong), koleksi DHD 45 Surabaya Indonesia dari masa kemerdekaan sampai dengan 082/IX/C/1945/1976. awal reformasi dalam aspek geografis, ekonomi, 3) Arsip Wawancara Ruslan Wongsokusumo, sosial, budaya, pendidikan dan politik dalam koleksi DHD 45 Surabaya 018/IX/A/1945/1976. membentuk wawasan kebangsaan. 4) Arsip wawancara Soegiri Tjokrohandoko, Penelitian ini diharapkan dapat memberi nilai koleksi DHD 45 Surabaya 046/IX/A/1945/1976. inspiratif dan edukatif bagi para pelajar atau peserta didik sebagaimana yang tercantum dalam Kurikulum Dokumen Nasional pada KI 2 kelas XI yakni menghayati dan Naskah Peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung Surabaya oleh Tim Panitia Pelestarian jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, Nilai-Nilai Kepahlawanan 10 November damai), santun, responsive, dan pro-aktif dan 1945 menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas Badan Arsip Provinsi Jawa Timur. Seri Penerbitan berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara Naskah Sumber Arsip No. 5 efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta Perpustakaan Medayu Agung. Kirab Pemerintahan dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa Darurat RI di Jawa Timur dalam pergaulan dunia. Lalu pada KI 2 kelas IX yakni menghargai dan meghayati perilaku jujur, disiplin, Surat Kabar tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), Suparto Brata. 10 November 1984. “Gubernur Surya santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif pada 10 November 1945”. Dalam dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan Surabaya Post, hlm. 6. pergaulan dan keberadaannya. De Indische Courant. 26 November 1938. “Regent Penelitian ini juga dapat menjadi rujukan bagi Magetan De Installatieplechtigheid”, pembelajaran sejarah yang berdasarkan Kurikulum hlm. 1. 2013 yakni pada KD 3.11 Sejarah Wajib untuk kelas XI semeseter 2 dengan tema menganalisis perjuangan Buku bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan A.H. Nasution. 1973. Sekitar Perang Kemerdekaan kemerdekaan dari ancaman Sekutu dan Belanda. Indonesia Jilid 2 (Diplomasi atau Sedangkan untuk pembelajaran Sejarah Peminatan Bertempur). Jakarta: Depdikbud. yakni pada KD 3.5 kelas XII semester 1 dengan tema Aminuddin Kasdi. 2005. Memahami Sejarah. mengevaluasi secara kritis peristiwa revolusi nasional Surabaya: UNESA University Press. dan sosial yang terjadi pada awal-awal kemerdekaan. Bung Tomo (Sutomo). 2008. Pertempuran 10 Lalu pada jenjang pendidikan SMP/MTs yakni Tema November 1945: Kesaksian & Pengalaman 4 yakni Keragaman Sosial Budaya Sebagai Modal Seorang Aktor Sejarah. Jakarta: Visimedia.

1098

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Barlan Setiadijaya. 1985. Merdeka atau Mati Di Bangsa (Periode Revolusi Bersenjata). Surabaya 1945. Jakarta: Widyaswara Jakarta: CV. Baru Anggota IKAPI. Kewiraan. Barlan Setiadijaya. 1991. 10 November ‘45 Gelora Sumber Internet Kepahlawanan Indonesia. Jakarta: Yayasan Leli Kurniawati. 2013. “Kontroversi Terbunuhnya Dwi Warna. Gubernur Soerjo Tahun 1948”. Jurnal Barlan Setiadijaya. 1992. Gelora 10 November 1945 AVATARA, (online), Vol. 1, No. 2, Gelora Kepahlawanan Indonesia. Jakarta: (http//www.e-journal.unesa.ac.id, Yayasan 10 November 1945. diunduh 3 Desember 2016). Blegoh Soemarto. 1986. Pertempuran 10 November Rifqil Fuadi. 2014. “Laskar Hizbullah Karesidenan 1945 Citra Kepahlawanan Bangsa Indonesia Surabaya Dalam Peristiwa Pertempuran di Surabaya. Surabaya: Panitia Pelestarian Sekitar 10 November 1945 di Surabaya”. Nilai-Nilai Kepahlawanan 10 November Jurnal AVATARA, (online), Vol. 2, No. 3, 1945. (http//www.ejournal.unesa.ac.id, diunduh Cindy Adams. 2014. Bung Karno: Penyambung 3 Desember 2016). Lidah Rakyat Indonesia (Edisi Revisi). Yogyakarta: Media Pressindo dan Yayasan Bung Karno. Sumber Lisan atau Wawancara Des Alwi. 2012. Pertempuran Surabaya November 1) Wawancara penulis dengan Warsito di Kantor 1945. Jogjakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Veteran 45 di Jalan Mayjen Sungkono Surabaya. 2) Wawancara penulis dengan Steve Darjanto Frederick, William H. 1989. Pandangan dan Gejolak: (Saksi Hidup Pertempuran 10 November dan Masyarakat Kota dan Lahirnya Revolusi teman dekat Bung Tomo serta Ruslan Indonesia (Surabaya 1926-1946). Jakarta: Abdulgani) di rumahnya di Jalan Dharmahusada PT Gramedia. Indah Barat Blok AA No. 71. Frederick, William H. dan Soeri Soeroto (Eds). 1982. Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum dan Sesudah Revolusi. Jakarta: LP3ES Anggota IKAPI. Gilbert J. Garraghan. 1948. A Guide to Historical Method. New York: Fordham University Press. Nugroho Notosusanto (Eds). 1985. Pertempuran Surabaya. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.

Palmos, Frank. 2016. Surabaya 1945: Sakral Tanahku. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Pusat Sejarah Tradisi ABRI. 1998. Pertempuran Surabaya. Jakarta: Balai Pustaka. Rosihan Anwar. 2015. Sejarah Petitie Histoire Indonesia Jilid 7 Kisah-Kisah Zaman Revolusi Kemerdekaan. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. R.S. Achmad. 1990. Surabaya Bergolak. Jakarta: Haji Masagung. Ruslan Abdulgani. 1974. 100 Hari di Surabaya Yang Menggemparkan Indonesia. Jakarta: Yayasan Idayu. Sagimun M.D. 1989. MAS TRIP: Dari Brigade Pertempuran Ke Brigade Pembangunan. Jakarta: Bina Aksara. Suhario Padmodiwiryo. 1995. Memoar Hario Kecik: Autobiografi Seorang Mahasiswa Prajurit. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Triantoro Safaria. 2003. Kepemimpinan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Tugiyono dan Eny Sukaeni. 1985. Sekali Merdeka Tetap Merdeka: Biografi Para Pejuang

1099