KEGIATAN Masyarakat Film (MFI) DESEMBER 2006 – AGUSTUS 2007

Cikal Bakal Gerakan MFI (1) 23 Desember 2006 Draft awal pernyataan sikap atas penyelenggaraan FFI 2006 disebarkan ke teman- teman pekerja film aktif. Draft awal ini disusun oleh Abduh Aziz, Farishad Latjuba, Prima Rusdi dan .

Perumusan Kesepakatan MFI 29 Desember 2006 1. Perumusan Kesepakatan MFI dan pengumpulan tandatangan dilakukan dalam pertemuan yang semula diadakan di toko buku aksara, Kemang, tapi kemudian pindah ke Grand Flora Hotel karena kehadiran teman-teman yang membludak.

2. Pertemuan menghasilkan draft akhir pernyataan yang kemudian kita kenal sebagai Kesepakatan MFI 3 Januari 2007.

Rapat Menyusun Pernyataan MFI 2 Januari 2007

Pematangan rumusan Kesepakatan MFI yang akan dibacakan di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki.

1

Pernyataan Masyarakat Film Indonesia 3 Januari 2007

Bertempat di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, pernyataan sikap MFI dibacakan, diwakili oleh Upi. Masyarakat pun sadar akan keseriusan MFI dalam “menggedor” pemerintah untuk mengubah iklim perfilman nasional.

Tuntutan Pernyataan Sikap MFI

1. Demi nama baik perfilman Indonesia, segera mencabut anugerah piala Citra film terbaik dan yang berkaitan dengan film tersebut dalam FFI 2006 dan meminta penyelenggara FFI 2006 untuk melakukan pertanggungjawaban hasil penilaian terhadap film tersebut secara terbuka kepada publik.

2. Menghentikan sementara penyelenggaraan Festival Film Indonesia.

3. Segera membubarkan lembaga-lembaga perfilman yang ada, dan membentuk sistem kelembagaan perfilman yang baru, secara demokratis dan transparan, yang sesuai dengan perkembangan film saat ini dengan melibatkan para pelaku aktif perfilman Indonesia.

4. Mendesak DPR RI untuk segera mencabut Undang Undang No.8 tahun 1992 tentang Perfilman dan menggantinya dengan Undang-undang baru yang mendukung kemajuan.

5. Segera membuat rancangan kebijakan yang bersifat strategis bagi perkembangan budaya dan ekonomi perfilman Indonesia, dengan melibatkan para pelaku aktif perfilman Indonesia.

6. Melakukan perubahan mendasar pada peraturan dan penyelenggaraan sensor film dengan mengganti Lembaga Sensor Film menjadi sebuah Lembaga Klasifikasi Film.

2

Rapat Penyerahan Piala Citra 8 Januari 2007

Sebelum piala diserahkan kepada MenBudPar Jero Wacik, rapat lagi, atur strategi kronologis penyerahan piala. Kali ini rapat dilakukan di Restoran Nebraska, Jalan Barito, Selatan.

Pengembalian Piala Citra 9 Januari 2007

Diwakili oleh sebagai juru bicara, puluhan piala Citra diserahkan kepada MenBudPar Jero Wacik. Sosok di depan dan di belakang kamera bersatu dalam menuntut perlunya perbaikan sistem dunia perfilman nasional.

3

Pertemuan Volunteer MFI 12 Januari 2007

Sikap sudah dinyatakan. Piala sudah dikembalikan. Kini saatnya mengatur langkah kongkrit untuk mencapai tuntutan bersama itu. Euforia sudah usai, tiba saatnya bekerja. Dalam pertemuan di West Pacific, Jalan Thamrin ini tercatatlah 60an orang relawan dan pemilihan anggota Presidium yang akan menggerakkan roda MFI mewakili 300an konstituen MFI.

Rapat Presidium MFI 9 Februari 2007 Presidium memutuskan untuk mengundang Arya Agni dan Tino Saroengallo untuk bergabung dalam keanggotaan Presidium MFI.

Pleno II 19 Februari 2007

Tanda awal mengendornya semangat perjuangan. Jangankan 300 konstituen, 60an relawan yang mau menjadi “pekerja harian” hanya muncul sebagian dalam pertemuan pleno kedua di Gedung Manggala Wana Bhakti ini. Padahal, dalam pertemuan ini dibahas pentingnya workshop pengkajian Undang-Undang karena Pokja Kajian belum memasukkan laporan kerja mereka. Penambahan anggota Presidium juga diumumkan dalam pertemuan ini.

4

Workshop Kajian MFI I 21-23 Februari 2007

Workshop mengkaji Undang-undang Perfilman maupun UU terkait untuk mempelajari kemungkinan pencabutannya sesuai dengan tuntutan dalam Kesepakatan MFI. Saat ini suara sumbang di kalangan konstituen MFI sudah mulai bermunculan, meragukan komitmen kerja Presidium maupun anggota masing-masing Pokja.

Workshop Kajian MFI II 16-17 Maret 2007

Workshop II mempertajam kajian atas Undang-undang Perfilman. Para peserta semakin paham tentang UU Perfilman dan mencoba membenturkannya dengan pasal-pasal dalam UUD 1945, pasal demi pasal. Hasil workshop diajukan ke IMLPC untuk dipelajari kemungkinannya diajukan ke Mahkamah Konstitutsi.

5

Aksi Damai Hari Film Nasional 30 Maret 2007

Rencana pengajuan Judicial Review (JR) ke MK pada Hari Film Nasional ini diundurkan karena materi pengajuan belum siap. MFI melakukan aksi damai di bundaran Hotel Indonesia untuk mengingatkan masyarakat umum bahwa kita masih terus memperjuangkan perbaikan iklim perfilman nasional.

Booth MFI di Taman Panarukan 31 Maret 2007

Masih dalam rangka sosialisasi perjuangan, MFI membuka booth dalam acara Hari Film Nasional di Taman Panarukan, Menteng, membagikan buklet dan menjual pin yang bertuliskan slogan-slogan MFI.

Pernyataan Sikap MFI terhadap BP2N 5 April 2007

Menyikapi pelantikan anggota BP2N periode 2006-2007, MFI mengadakan jumpa pers di West Pacific Restaurant, Jalan Thamrin, dan mengumumkan penolakan pelantikan oleh tiga anggota MFI (John Badalu, dan Paquita Widjaja) serta sikap MFI terhadap BP2N yang baru tersebut.

6

Rapat Presidium MFI 10 April 2007

Ketika semangat terasa semakin mengendor, Presidium mengadakan rapat dengan menghadirkan beberapa teman dari Pokja Kajian. Dalam rapat ini diputuskan perubahan struktur tim kelompok kerja, strategi kerja baru, dan juga pemberian peringatan keras bagi anggota Presidium yang sama sekali tidak pernah hadir dalam rapat-rapat sebelumnya ataupun menjawab undangan melalui e-mail maupun sms..

Sikap Terhadap BP2N Periode 2006-2009

1. Dalam rapat Presidium 10 April 2007 juga diputuskan sikap MFI terhadap konstituen yang menerima pengangkatan sebagai anggota BP2N periode 2006-2009.

2. Pada 13 April 2007 dikirim surat kepada Chand Parwez Servia, , Enison Sinaro, Hadi Artomo dan Raam Punjabi yang isinya ucapan selamat berjuang di dalam sistem kenegaraan sementara MFI tetap berjuang di luar sistem.

Panel MFI di Festival Sinema Perancis 16 April 2007

Eksistensi MFI sudah mulai diakui masyarakat. Anggota MFI seringkali diundang sebagai pembicara dalam acara-acara diskusi tentang film di Jakarta maupun di luar Jakarta.

7

Pertemuan dengan Mahasiswa FKUI 20 April 2007

•Jumat, 20 April 2007, Biro Film Kedokteran UI mengadakan acara Filmologic- Photology. •Alex Sihar dan Prima Rusdi hadir selaku wakil MFI dalam segmen diskusi mengenai deregulasi perfilman Indonesia. •Pemutaran film dan diskusi tersebut dihadiri sekitar 100 mahasiswa. Topik diskusi yang berjudul ‘berat’ itu, diakui penyelenggara, karena dipicu oleh ketertarikan mereka pada MFI yang mempersoalkan UU no. 8 tahun 92, lalu ketidaksetujuan MFI pada BP2N baru serta lembaga film pemerintah lainnya

Pertemuan dengan BP2N 23 April 2007

1. MFI diundang oleh BP2N Periode 2006-2009. Wakil yang datang adalah Abduh Azis, Alex Sihar, Ody CH, , Riri Riza, Salman Aristo, dan Tito Saroengallo. Ucu Agustin dan Vero mendokumentasikan pertemuan. Dari BP2N hadir Bakrie, Deddy Mizwar, , Irfan Wahid, JB Kristanto, Rudi Sunyoto, dan Zairin Zain.

2. MFI menegaskan bahwa akan melanjutkan perjuangan di luar sistem.

Film dan Anak Muda 5 Mei 2007

Rebel of The Year Award 7 Mei 2007

Pada Senin, 7 Mei 2007, perwakilan MFI menerima penghargaan dari majalah The Rolling Stone edisi Indonesia yang merayakan hari jadinya yang kedua.

Jajaran editor majalah itu menganugerahi MFI sebuah piala untuk kategori “Rebel of the Year” berdasarkan niat dari gerakan ini untuk melakukan perbaikan di bidang perfilman Indonesia.

8

Audiensi ke Mahkamah Konstitusi 8 Mei 2007

Audiensi wakil-wakil MFI ke Ketua Mahkamah Konstitusi Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie SH. MFI diwakili oleh Abduh Aziz, Alex Sihar, , Mira Lesmana, Nia diNata, Oddy C. Harahap, Edna C. Pattisina, Riri Riza, Sastha Sunu, Tino Saroengallo dan Tito Imanda

Iklan MFI di H.U. Kompas 20 Mei 2007

Berkaitan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional, MFI memasang iklan yang intinya adalah kebangkitan masyarakat peduli film nasional.

SK BP2N Tentang Ekskul 15 Juni 2007 Deddy Mizwar menandatangani SK No. 06/KEP/BP2N/2007 yang isinya mencabut penganugerahan Film Terbaik maupun Sutradara Terbaik untuk film “Ekskul” dan Nayato Fionuala. Copy SK ini baru sampai ke tangan Presidium MFI pada tanggal 21 Juni 2007 siang.

Juli – Agustus 2007

Pengumpulan data dan penyusunan Draft Judicial Review usulan MFI.

9

Target dan Objektif MFI

Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa relawan bingung karena kita masih tidak tegas dalam merumuskan target dan objektif setiap tahapan kerja.

Sudah Efektifkah sistem kerja MFI?

Pertanyaan susulan yang muncul: Apakah struktur organisasi “cair” yang menjunjung tinggi asas demokrasi seperti sekarang ini masih efektif untuk perjuangan MFI?

Pandangan Umum Kegiatan Kelompok Kerja MFI

Pertemuan Rutin Masing-masing Pokja •Selain peristiwa di atas, setiap kelompok kerja juga memiliki agenda pertemuan rutin masing-masing.

Komitmen Relawan dan Kenyataan

Dalam pertemuan rutin Pokja seringkali timbul pertanyaan: Apakah komitmen selama ini sudah ditunjukkan dalam kenyataan kerja oleh para relawan?

10

Fluktuasi Keterlibatan Konstituen MFI

11

Image MFI di Masyarakat

Eksistensi MFI sudah diakui oleh masyarakat umum. Tapi, apakah image MFI sesuai dengan keinginan kita bersama?

12

1. Hasil analisa publik terhadap MFI masih berupa rekaan, belum ada tolak ukur yang pasti sampai saat ini.

2. Turun ke jalan pada hari film nasional, 30 Maret 07, diliput oleh beberapa media dan tetapi tidak dijadikan momentum untuk menggulirkan terus bunyi perlawanan. Tidak adanya gayung bersambut setelah itu oleh para media. Tuntutan MFI masih tetap sama.

3. Pada acara konperensi pers penolakan BP2N yang baru, kembali media tidak mengupas lebih jauh. Media elektronik macam detik.com tidak mengulas acara ini.

4. Audiensi dengan MK, Dian Sastrowardoyo tampil seperti individu yang mempertanyakan hak-nya. Kompas memuatnya lebih di kolom apa & siapa.

5. Tawaran acara ke MFI oleh beberapa pihak seperti sekolah atau universitas maupun institusi komersial, berkesan kalau kita diminta untuk memberikan nama-nama primadona MFI(selebriti) untuk mengisi acara mereka.

6. Karena banyaknya pertanyaan ‘ Lalu kami bisa berbuat apa untuk MFI, atau “ Bagaimana agar kami bisa berpartisipasi lebih lanjut mendukung MFI’ dalam tiap-tiap diskusi yang diadakan dengan masyarakat, Pokja Kampu berusaha membuat situs terpisah yang bisa membuat publik lebih terlibat langsung dengan MFI. Telah dirancang judul situs ‘Sahabat MFI’. Namun sampai saat ini belum terealisasikan sehingga agak sulit mengukur respon langsung masyarakat atas kegiatan MFI.

7. Kelihatan sekali bahwa media Main Stream masih setengah hati memuat keseluruhan substansial kegiatan MFI. Walaupun Kompas dengan Kompas Mudanya

13 memberikan kesempatan bekerja sama dan acara cukup besar di Istora, ini harus kita hargai. Namun acara ini tidak dilihat oleh para ‘descision maker’ di negeri ini.

8. Namun, media yang bukan Main Stream mulai memperhatikan pentingnya memperjuangkan film Indonesia. Contoh: Majalah Soap yang memberikan halaman gratisnya utk iklan, majalah- majalah khusus film yang memuat lebih tajam tentang MFI, termasuk majalah musik Rolling Stone, serta Jak TV yang menyadari pentingnya edukasi bagi wartawan film.

9. Namun, media yang bukan mainstream mulai memperhatikan pentingnya memperjuangkan film Indonesia. Contoh: Majalah Soap yang memberikan halaman gratisnya utk iklan, majalah- majalah khusus film yang memuat lebih tajam tentang MFI, termasuk majalah musik Rolling Stone, serta Jak TV yang menyadari pentingnya edukasi bagi wartawan film.

10. Secara umum Kampanye Publik MFI tidak hanya harus mengedukasi masyarakat, namun juga harus mengedukasi para wartawan film dan budaya, beserta jajaran manajemennya.

Evaluasi Pencapaian MFI

1. Tuntutan pertama berkaitan dengan “Ekskul” sudah terpenuhi. 2. Tuntutan berkaitan dengan pencabutan UU Perfilman (Tuntutan Kesepakatan MFI no. 4) tampaknya harus ditunda dan mendahulukan tuntutan berkaitan dengan Lembaga Sensor Film (Tuntutan Kesepakatan MFI no. 6) melalui Mahkamah Konstitusi sudah dalam proses.

14