Volume 1 (1) Desember 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-13 BUDAYA MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI (KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA)

MINANGKABAU SOCIETY CULTURE IN NOVEL MEMANG JODOH BY MARAH RUSLI (A STUDY OF ANTHROPOLOGICAL LITERATURE)

Moh. Muqtafi, Sri Mariati, Asri Sundari Jurusan Sastra , Fakultas Sastra, Universitas Jember Jalan Kalimantan 37 Jember 68121 Telp/Faks 0331-337422 E-mail: [email protected], 087857686845

Abstrak

Artikel ini mengidentifikasi dan mendeskripsikan unsur-unsur struktural serta budaya masyarakat Minangkabau yang terdapat dalam novel Memang Jodoh karya Marah Rusli dengan pendekatan antropologi sastra. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi realita kebudayaan masyarakat Minangkabau dengan gambaran kebudayaan yang terdapat dalam novel Memang Jodoh. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa novel Memang Jodoh menggambarkan kebudayaan Minangkabau sesuai dengan realita yang ada. Namun novel tersebut merupakan suatu bentuk penolakan terhadap kebudayaan Minangkabau yang menganut sistem matrilineal. Antropologi sastra mengkaji unsur-unsur budaya yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Dalam novel Memang Jodoh terdapat tujuh unsur kebudayaan antara lain; peralatan dan perlengkapan hidup manusia, mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, dan religi.

Kata kunci: Antropologi sastra, budaya Minangkabau, matrilineal.

Abstract

This article identifies and describes about the structural elements also Minangkabau society culture found in novel Memang Jodoh by Marah Rusli with anthropological literature approach. The aim of this research is to know correlation of reality culture Minangkabau society with the illustration culture which existed in novel Memang Jodoh. The result of this research show that novel Memang Jodoh explain the culture of Minangkabau same with the existing reality. But the novel mentioned constitute a rejection form about which follow matrilineality system. Anthropological literature examine cultural elements which existed in a literary works. In a novel Memang Jodoh existed seven cultural elements such as; the equipment human life, the livelihood and economic systems, the social system, language, art, knowledge systems, and religion.

Keywords: anthropological literature, Minangkabau culture, matrilineal.

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 1 Volume 1 (1) Desember 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-13

Pendahuluan Permasalahan

Salah satu jenis sastra yang menarik untuk dikaji Permasalahan dalam penelitian ini ada tiga, ialah novel. Pengkajian terhadap salah satu genre antara lain: karya sastra tersebut dimaksudkan selain untuk 1) bagaimana keterkaitan antarunsur mengungkapkan nilai estetis dari jalinan struktural yang meliputi tema, tokoh, alur, dan keterikatan antarunsur pembangun karya sastra latar dalam novel Memang Jodoh karya Marah tersebut, juga diharapkan dapat mengambil nilai- Rusli?; nilai amanat yang terdapat di dalamnya. Nilai- 2) bagaimana korelasi realita kebudayaan nilai amanat itu merupakan nilai-nilai universal masyarakat Minangkabau dengan gambaran yang berlaku bagi masyarakat seperti nilai moral, kebudayaan yang terdapat dalam novel etika, dan religi. Nilai-nilai tersebut tercermin Memang Jodoh karya Marah Rusli?; dalam tokoh cerita, baik melalui deksripsi pikiran 3) bagaimana unsur budaya yang terdapat maupun perilaku tokoh. dalam novel Memang Jodoh karya Marah Novel Memang Jodoh merupakan novel terakhir Rusli? buah karya Marah Rusli, seorang sastrawan ternama angkatan yang meraih Metode Penelitian popularitas melalui karya sebelumnya yang berjudul Siti Nurbaya. Novel tersebut merupakan Dalam penelitian ini, penulis menggunakan semiautobiografi dari kehidupan Marah Rusli metode penelitian deskriptif kualitatif. Kirk karena dalam novel tersebut juga banyak dan Miller (dalam Hikmat, 2011: 38) diceritakan peristiwa yang dialami sendiri oleh menyebutkan, pendekatan kualitatif adalah Marah Rusli yang notabennya merupakan salah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial seorang bangsawan yang sangat terikat yang secara fundamental bergantung pada oleh adat-istiadat Suku Minangkabau terutama pengamatan pada manusia dalam kawasannya dalam hal memilih pasangan hidup. Novel sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut sebenarnya telah ditulis dan diselesaikan tersebut dalam bahasanya dan dalam oleh Marah Rusli lebih dari 50 tahun yang lalu. peristilahannya. Metode deskriptif kualitatif Namun berdasarkan wasiat beliau kepada anak akan menghasilkan pendeskripsian yang cucunya bahwa novel tersebut boleh diterbitkan sangat mendalam karena ditajamkan dengan apabila tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel analisis kualitatif. Endraswara (2003: 5) tersebut telah tutup usia, dan akhirnya novel ini mengungkapkan bahwa penelitian yang paling baru diterbitkan pada tahun 2013 lalu. cocok bagi fenomena sastra adalah penelitian kualitatif. Hal ini perlu dipahami, karena karya Dalam novel ini banyak menggambarkan adat- sastra adalah dunia kata dan simbol yang istiadat Suku Minangkabau tentang tata cara yang penuh makna. Sastra bukanlah fenomena yang telah diwariskan oleh leluhur mereka dalam hal secara mudah mengikuti gejala ilmu alam memilih pasangan hidup. Hal tersebut yang yang mudah dihitung. menjadi daya tarik tersendiri bagi penulis untuk memilih novel ini sebagai bahan kajian. Sebuah Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adat-istiadat yang dipegang teguh oleh Suku menggunakan studi pustaka, yaitu teknik Minangkabau, namun jika ditinjau kembali hal pengumpulan data yang dilakukan dengan tersebut akan menimbulkan dampak yang kurang mempelajari buku-buku referensi, laporan, baik bagi para remaja yang dibebani adat-istiadat majalah, jurnal, dan media lainnya yang tersebut baik dari pihak laki-laki ataupun berkaitan dengan objek penelitian. perempuan. Selanjutnya, peneliti menggunakan analisis struktural sebagai langkah awal untuk kemudian dilanjutkan dengan kajian

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 2 Volume 1 (1) Desember 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-13 antropologi sastra. istriku dalah tanggunganku, bukan tanggungan orang lain. Jika demikian, tak layak aku Analisis Struktural dan Antropologi Sastra beranak istri.” (Memang Jodoh: 54)

1. Analisis Struktural Hamli ingin bertanggungjawab atas istri dan a. Tema anaknya. Seorang suami sebagai kepala rumah Tema Mayor tangga memang harus bertanggungjawab Tema mayor novel Memang Jodoh karya Marah terhadap keluarganya. Apabila seorang suami Rusli adalah jodoh ada di tangan Tuhan. tidak mampu menafkahi istri dan anaknya, Pengarang mengemukakan tema tersebut melalui maka ia belum layak menikah. Namun adat perjalanan hidup tokoh Hamli hingga pada masyarakat Padang tidak membenarkan hal akhirnya bertemu dengan wanita Sunda yang tersebut karena sistem matrilineal yang bernama Radin Asmawati dan kemudian dianutnya. Seorang mamak bertanggungjawab menikah. Mpok Nur juga meramal bahwa jodoh penuh atas keluarga menurut adat Din Wati adalah Hamli. Hal ini terlihat pada data Minangkabau. Akan tetapi, Hamli tetap di bawah ini: berpikir istri dan anaknya adalah “lihat! Lihat! Jodoh Din sudah amat dekat, tanggungannya sekalipun adat Minangkabau lihatlah kedua kartu ini! Bersebelahan letaknya. memiliki aturan tersendiri. Putri ini Din dan raja yang sebelahnya itu jodoh b. Cinta tidak dapat dipaksakan Din. Keduanya sudah bersanding dua,” kata Hal itu terbukti ketika tokoh Din Wati tukang tenung itu, seraya meneruskan pembukaan menolak beberapa orang yang bermaksud kartu yang lain sampai habis.” (Memang Jodoh: meminangnya, namun tetap tidak diindahkan 111) oleh Din Wati. Hal tersebut tampak pada data berikut ini: Kartu ramalan Mpok Nur menunjukkan jodoh Din Wati sudah dekat. Ramalan kartu Mpok Nur “Namun, Kalsum tak dapat mengusahakan tidak lepas dari kehidupan nyata. Dalam pesan saudara angkatnya itu, karena Din Wati tetap tak ingin menerima pinangan Radin kehidupan nyata, seorang putri berpasangan Ariadilaga.” (Memang Jodoh: 145) dengan seorang raja. Dalam kartu ramalan Mpok Nur, letak gambar putri dan raja yang Ratu Maimunah meminta tolong kepada berdampingan menandakan jodoh Din Wati sudah Kalsum agar membujuk Din Wati untuk dekat. Namun jika letak gambar putri dan raja menerima pinangan Radin Ariadilaga. Namun saling berjauhan, berarti jodohnya masih jauh. usaha Kalsum tidak berhasil. Din Wati tetap tidak mau menerima pinangan Radin Beberapa jam kemudian Din Wati bertemu Ariadilaga walaupun telah berkali-kali dibujuk dengan Hamli yang memang jodoh Din Wati oleh keluarganya. Hal tersebut dilakukan seperti yang diramalkan Mpok Nur. karena ia tidak pernah menyukai Radin Tema Minor Ariadilaga. a. Seorang suami memiliki rasa tanggung jawab b. Alur terhadap keluarganya Alur yang terdapat pada novel Memang Jodoh Hal tersebut dapat dilihat dari data sebagai karya Marah Rusli ini adalah alur maju. Hal berikut: tersebut dikarenakan pada novel ini peristiwa- peristiwanya tersusun mulai dari situation, “Sebab tak patut lagi, aku yang telah mempunyai generating circumstances, rising action, pekerjaan, yang sebenarnya harus menolong climax, denouement. orang lain, masih ditolong orang juga. Dan anak

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 3 Volume 1 (1) Desember 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-13 c. Tokoh dan Perwatakan Anjani, Baginda Raja, Ratu Maimunah, Radin Tokoh Utama Jaya Kesuma, dan Baginda Alim. Semua tokoh Tokoh utama dalam novel Memang Jodoh adalah bawahan tersebut berwatak datar kecuali Hamli, karena tokoh Hamli muncul sejak awal hingga Baginda Raja. Ia mengalami perubahan watak akhir cerita. Di bawah ini merupakan data tokoh di akhir cerita, sehingga tergolong berwatak Hamli muncul pada awal cerita. bulat. “... Masing-masing akan akan mengikuti nasib sendiri-sendiri, mungkin di tempat yang berjauh- d. Latar jauhan. Kapan akan dapat berjumpa kembali, Latar Tempat hanya Allah yang tahu,” kata Hamli, murid asal Latar tempat merupakan penggambaran Padang dengan sedikit terharu, sambil mengocok tempat terjadinya suatu peristiwa, baik tempat batu domino.” (Memang Jodoh: 25) di luar atau di dalam rumah yang melingkupi tokoh. Banyak sekali latar tempat yang Hamli muncul saat masih bersekolah di terdapat pada novel Memang Jodoh, namun Bukittinggi dan akan berpisah dengan teman- latar tempat yang paling menonjol adalah Kota temannya. Ia merasa sedih karena akan jauh dari Padang dan Kota . teman-temannya dan belum dapat dipastikan dapat bertemu lagi. Mereka bermain domino Latar Lingkungan Kehidupan untuk melewatkan waktu bersama sebelum Dalam novel Memang Jodoh karya Marah mereka berpisah. Data di bawah menunjukkan Rusli latar tempat yang paling dominan adalah Hamli muncul pada akhir cerita. kota Padang dengan lingkungan kehidupan keluarga bangsawan yang terikat pada adat- “Semua yang mendengar bersedih hati atas istiadat di Padang. Hal tersebut dapat dilihat semua penderitaan dan perasaan yang telah dari data berikut: ditanggung Hamli dan Din Wati dalam perjodohannya yang lima puluh tahun itu yang “Tetapi, bagaimana kata Ayahanda nanti, yang disebabkan oleh adat istiadat perkawinan di Kota telah bersusah payah dan merugi-rugi supaya Padang.” (Memang Jodoh: 534) Ananda beroleh pangkat yang lebih tinggi dan gaji yang lebih besar. Kesudian Ayahanda ini Tokoh Hamli yang muncul pada akhir cerita sebagai seorang laki-laki bangsawan Padang sedang menceritakan semua penderitaan yang harus kita hargai amat tinggi. Karena amat pernah dialami kepada seluruh anak-cucu, jarang laki-laki Padang yang sudi berbuat kemenakan dan menantu, kaum keluarga, sedemikian; apalagi yang bangsawan.” sahabat, dan kenalannya. Penderitaan tersebut (Memang Jodoh: 67) disebabkan oleh adat istiadat perkawinan di Padang. Mereka yang mendengarkan cerita Hamli Ayah Hamli merupakan seorang bangsawan merasa sedih karena begitu banyak penderitaan Padang. Namun ia berbeda dengan bangsawan dan perasaan yang dialami oleh Hamli dan Din Padang pada umumnya. Biasanya bangsawan Wati dalam perjodohannya. Jadi yang menjadi Padang tidak perlu bersusah payah tokoh utama dalam novel Memang Jodoh adalah menyekolahkan anaknya, apalagi sampai ke Hamli. Watak tokoh Hamli tidak mengalami negeri orang. Hidupnya sudah terjamin oleh perubahan sejak awal hingga akhir cerita kebangsawanan keluarganya. Ayah Hamli sehingga ia termasuk tokoh yang berwatak datar bertekad untuk menyekolahkan anaknya agar (flat character). memperoleh pangkat yang lebih tinggi dan gaji yang lebih besar darinya. Dengan demikian, secara tidak langsung Hamli Tokoh Bawahan berlatar lingkungan daerah Padang karena Terdapat beberapa tokoh bawahan dalam novel sejak kecil ia dibesarkan di Kota Padang. Memang Jodoh diantaranya adalah Din Wati, Siti

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 4 Volume 1 (1) Desember 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-13

Latar Sistem Kehidupan sebagainya. Dalam novel Memang Jodoh karya Marah Rusli Latar Waktu ini latar sistem kehidupan yang digambarkan Latar waktu berhubungan erat dengan waktu adalah kehidupan kaum bangsawan Padang yang terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar waktu dialami oleh tokoh Hamli. Seperti yang tampak dapat berupa detik, menit, jam, hari, minggu, pada data berikut: bulan, tahun, abad, atau musim. Banyak sekali “Ibu Hamli, walaupun sebenarnya berasal dari latar waktu yang terdapat di dalam novel tanah Jawa, dia telah termasuk orang Padang, Memang Jodoh. Namun latar waktu yang sebab dia telah bersuku Melayu; jadi harus paling sering dijumpai adalah malam hari dan menuruti adat istiadat Padang. Tetapi ayahnya, pagi hari. adalah seorang sutan, bangsawan tinggi, turunan Raja Pagaruyung. Oleh sebab itu, dia sangat terikat pada aturan Padang. Dengan sendirinya, 2. Analisis Anatropologi Sastra Hamli sebagai seorang Marah, terikat pula kepada adat istiadat negerinya.dan adat ini sangat a. Korelasi Realita Budaya Masyarakat keras, ....” (Memang Jodoh: 154) Minangkabau dan Novel Memang Jodoh Karya Marah Rusli Hamli merupakan anak seorang sutan, bangsawan Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli ini tinggi, keturunan Raja Pagaruyung. ia sudah pada dasarnya adalah sebuah kritik sosial terikat pada adat Padang sejak kecil. Banyak terhadap adat perkawinan masyarakat sekali adat Padang yang terikat pada diri Hamli. Minangkabau yang dianggap sebagai budaya Adat tersebut tidak hanya berlaku untuk Hamli, yang rancu dan pincang. Hal tersebut terlihat melainkan untuk semua lelaki Padang. pada percakapan antara tokoh Hamli dan Siti Kebangsawanan Hamli menjadikan adat tersebut Anjani, ibunya. Hamli mengatakan kepada semakin mengikat dirinya karena kaum ibunya bahwa letak kerancuan dan bangsawan akan menjadi panutan kaum yang kepincangan adat istiadat di lingkungan berada di bawahnya. Ia diharuskan menikah mereka terlihat ketika seorang suami dengan wanita Padang. Hal tersebut terlihat pada dipandang sebagai seorang semenda atau data di bawah ini: orang asing yang berkunjung ke rumah istrinya. Perempuan dijadikan penguasa dan “Tentu saja aku sebagai perempuan Padang harus orang nomor satu dalam keluarga, sedangkan tunduk kepada adat istiadat negeriku dan harus laki-laki menjadi orang kedua atau hanya mengawinkan anakku dengan perempuan Padang sebagai pengikut yang tidak memiliki pula.” (Memang Jodoh: 232) kewenangan apapun (Huda, 2015) Keinginkan ibunda Hamli untuk menikahkan Dalam novel Memang Jodoh terlihat jelas Hamli dengan perempuan Padang merupakan bahwa kehidupan Hamli sebagai tokoh salah satu kewajiban seorang ibu menurut adat- utamanya tidak terlepas dari adat istiadat yang ada di Kota Padang. Hal tersebut Minangkabau yang mengikatnya. Hamli disebabkan oleh adat di Padang yang menganut sebagai anak seorang sultan yang juga sistem matrilineal. berparas tampan telah berkali-kali dipinang oleh ibu dari gadis-gadis di Padang. Keluarga Latar Alat besar Hamli sangat patuh terhadap adat Latar alat yang terdapat di dalam novel Memang Minangkabau. Hal tersebut terlihat dalam Jodoh begitu banyak meliputi segala jenis kutipan percakapan berikut: peralatan yang dapat membantu aktivitas tokoh dalam cerita. Beberapa diantaranya adalah: kereta “tetapi sebaiknya kau mengawini saudara api, bendi, pedati, surat kawat, dan lain sepupumu, anak mamakmu Baginda Raja,

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 5 Volume 1 (1) Desember 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-13 yang sejak kecil telah ditunangkan kepadamu. (Memang Jodoh: 61) Mamakmu itu sangat ingin mendudukkan anaknya denganmu, sehingga telah dipanjarnya Dari data di atas, terlihat bahwa Hamli kau dengan pemberian yang melebihi kewajiban menentang budaya perkawinan Minangkabau seorang mamak atas kemenakannya. Jangan kau yang sangat dipegang teguh oleh keluarganya. kecewakan adikku itu, dalam pengharapannya Budaya yang menempatkan wanita sebagai yang sangat besar padamu.” (Memang Jodoh: 64) seseorang yang derajatnya berada di atas laki- laki. Hal ini merupakan suatu prinsip yang Kutipan percakapan tersebut menunjukkan bahwa sangat ditentang oleh Hamli. Baginya, keluarga Hamli merupakan orang yang peraturan yang sesungguhnya harus dipatuhi terpandang dalam masyarakatnya begitu keras adalah menempatkan derajat laki-laki di atas menganut adat istiadat Minangkabau. Hamli wanita. Hal tersebut dapat dipahami dengan merupakan anak seorang bangsawan. Ia sudah melihat kembali kepada sifat dasar laki-laki ditunangkan sejak kecil dengan anak pamannya. yang dapat melindungi dan membela, Paman tersebut adalah adik ibunya, sehingga sedangkan sifat dasar wanita hanya masih kerabat yang sangat dekat dengan Hamli. mengandung dan melahirkan. Fakta lain yang terlihat dari percakapan tersebut Sikap Hamli yang menentang terhadap budaya adalah bahwa keluarga Hamli menempatkan Minangkabau terlihat dari tindakannya ketika perkawinan sebagai urusan komunal, sehingga ia memutuskan untuk menikahi bangsawan urusan perkawinan adalah urusan kaum kerabat yang berasal dari tanah Jawa, Radin dan keluarga yang bersangkutan. Asmawati. Hal tersebut terlihat pada data di Pola perkawinan masyarakat Minangkabau bawah ini: adalah eksogami, artinya masing-masing pribadi “sepekan kemudian, dinikahkanlah Marah atau salah satu dari pihak yang menikah tidak Hamli dengan Nyai Radin Asmawati dengan termasuk ke dalam kaum kerabat pasangannya upacara yang amat sederhana, yang dilakukan (Huda, 2015). Hal ini dikarenakan menurut dengan diam-diam, supaya jangan tersiar masyarakat Minangkabau, setiap orang adalah kabar itu ke seluruh kota dan terdengar oleh warga kaum dan suku mereka masing-masing dan kaum keluarga Din Wati yang masih belum tidak dapat dialihkan. Setiap orang tetap menjadi dapat menyetujui perkawinan itu.” (Memang warga kaumnya masing-masing meskipun ia telah Jodoh: 204) banyak memiliki keturunan. Marah Rusli menciptakan tokoh Hamli sebagai sosok yang Perkawinan yang terjadi antara Hamli dan Din sangat menentang budaya perkawinan Wati sangat bertentangan dengan adat istiadat Minangkabau. Hal tersebut terlihat pada data masyarakat Minangkabau. Oleh karena itu, berikut: perkawinan tersebut berlangsung dengan “peraturan keayahan inilah yang sebaiknya dan sederhana dan secara diam-diam. Kaum sepatutnya dilakukan, karena ia sesuai dengan keluarga yang setuju dengan pernikahan khuluk. Tetapi di Padang ini, karena terlalu mereka tidak ingin terjadi pertentangan dari menjunjung tinggi keturunan dan keluarga yang tidak menyetujui perkawinan kebangsawanan, semua menjadi terbalik. tersebut, khususnya keluarga Hamli. Perempuan dijadikan orang pertama dan laki-laki Pelanggaran terhadap salah satu adat yang menjadi pengikut yang tak berarti. Sehingga telah ditetapkan dalam masyarakat terjadilah peraturan keibuan, yang sebenarnya Minangkabau akan membawa konsekuensi bertentangan dengan khuluk. Karena wujud penderitaan yang akan dirasakan sepanjang kewajiban perempuan dan sifat-sifatnya adalah hidup (Huda, 2015). Hal tersebut bahkan dapat mengandung dan melahirkan. Sedangkan laki- berkelanjutan pada keturunan. Hukuman yang laki menjadikan, melindungi, dan membela.” dijatuhkan masyarakat lebih berat daripada

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 6 Volume 1 (1) Desember 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-13 hukuman yang dijatuhkan pengadilan. Hukuman pencaharian tersebut dapat diklasifikasikan tersebut berupa pengucilan dan pengasingan dari dalam beberapa bidang yaitu; bidang pergaulan lingkungan masyarakat Minangkabau. pemerintahan, jasa, dan perniagaan. Oleh sebab itu, dalam perkawinan suku minangkabau selalu diusahakan memenuhi semua 1) Bidang Pemerintahan syarat perkawinan yang lazim di masyarakat Mata pencaharian di bidang pemerintahan Minangkabau. Namun bagi Hamli, hal tersebut merupakan profesi yang didapatkan jika tidak akan mengurungkan niatnya untuk menikah seseorang telah diangkat oleh pemerintah dengan wanita pilihan hatinya. Ia berani sebagai pegawai negeri. Seseorang yang mengambil keputusan untuk melanggar adat berprofesi di bidang ini bekerja untuk perkawinan masyarakat Minangkabau. Hamli rela kemajuan negara dan dgaji oleh negara. Dalam dibuang oleh kaum keluarganya demi cintanya novel Memang Jodoh terdapat beberapa mata kepada Din Wati. pencaharian di bidang pemerintahan, antara b. Unsur-unsur Budaya dalam Novel Memang lain: ahli pertanian, wedana, hopjaksa, camat, Jodoh patih, dan asisten residen. Peralatan dan Perlengkapan Hidup Manusia 2) Bidang Jasa Dalam karya sastra peralatan hidup manusia tidak Mata pencaharian di bidang jasa merupakan dilukiskan secara kronologis, melainkan melalui profesi yang dilakukan dengan tujuan struktur pencitraannya. Ceritalah yang menjadi membantu orang lain. Namun seseorang yang prioritas utama. Berbagai bentuk peralataan berprofesi di bidang jasa selalu mengharapkan hanya sebagai pelengkap untuk melogiskan upah atas bantuannya. Dalam novel Memang jalannya cerita tersebut. Karya yang baik Jodoh terdapat beberapa profesi yang menunjukkan dengan jelas penggunaan peralatan, tergolong di bidang jasa, antara lain: tukang sehingga sesuai dengan situasi dan kondisi latar tenung, juru taksir, guru sekolah rakyat, dan secara keseluruhan. dukun. Dalam novel Memang Jodoh ditemukan beberapa 3) Bidang Perniagaan peralatan dan perlengkapan yang sangat Dalam bidang perniagaan, hanya ditemukan menunjang kehidupan manusia, beberapa satu profesi yang digambarkan oleh pengarang diantaranya adalah: kereta api, bendi dan pedati, pada tokoh dalam novel Memang Jodoh yaitu dan kapal. pedagang kain. Pedagang kain merupakan seseorang yang menjual kain sebagai barang Mata Pencaharian Hidup dagangan untuk memperoleh keuntungan. Dalam kehidupan manusia, mata pencaharian Dalam novel Memang Jodoh tokoh yang merupakan suatu petunjuk terhadap peradaban berprofesi sebagai pedagang kain adalah tokoh tertentu atau masa periode tertentu. Pertanian dan Burhan. Hal tersebut terlihat pada data di perburuan dianggap sebagai mata pencaharian bawah: pertama yang dikenal oleh manusia. Setelah itu, “Burhan datang ke Jawa hendak membeli kain pada zaman modern ditopang oleh perkembangan di Yogya dan membangun hubungan dengan teknologi dan lahirnya industri. Sektor birokrasi saudagar batik di Jawa.” (Memang Jodoh: menjadi sumber munculnya pegawai negeri. 151) Manusia mengandalkan intelektualitas dan pikiran untuk mengabdi kepada bangsa dan Burhan merupakan keluarga Hamli dari negara. Dalam novel Memang Jodoh terdapat Payakumbuh. Ia datang ke Jawa untuk beberapa jenis mata pencaharian yang membeli kain yang akan dijual kembali di digambarkan sebagai cara untuk memenuhi Payakumbuh. Selain itu, ia juga ingin kebutuhan hidup para tokoh di dalam cerita. Mata bekerjasama dengan saudagar batik di Jawa.

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 7 Volume 1 (1) Desember 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-13

Selama di Jawa, Burhan bermalam di rumah datang.” (Memang Jodoh: 171) Kalsum. Sistem Kemasyarakatan Kalsum menceritakan kepada Julaiha mengenai adat keibuan di Padang. Ia Sistem kemasyarakatan merupakan sistem dari memberikan pengertian kepada Julaiha agar seluruh komponen penting dalam masyarakat tidak menganggap jelek masyarakat Padang. sebagai dasar pergerakan yang dinamis dari Kalsum pada dasarnya tidak menyetujui adat struktur sosial atau masyarakat. Sistem yang berlebihan tersebut. Ia menganggap kemasyarakatan terbentuk dari interaksi sosial bahwa adat tersebut tidak dapat disesuaikan yang terjadi antarindividu. Dalam novel Memang dengan perubahan zaman. Adanya sistem Jodoh sistem kemasyarakatan Minangkabau matrilineal di masyarakat Padang membuat secara garis besar terbagi menjadi beberapa mamak memiliki kewajiban dan sistem yaitu; sistem kekerabatan, sistem tanggungjawab yang besar terhadap perkawinan, dan sistem hukum. kemenakannya. Hal tersebut terlihat pada data 1) Sistem Kekerabatan di bawah: Masyarakat Minangkabau menganut sistem “Dan, sejak dahulu memang cita-citanya kekerabatan matrilineal. Sistem matrilineal hendak mendudukkan anaknya, Samsiar merupakan sistem yang mengatur kehidupan dan dengan Hamli, supaya dapat diturutinya adat ketertiban suatu masyarakat yang terikat jalinan yang dilazimkan di Padang ini. Oleh sebab itu, kekerabatan dalam garis keturunan ibu. Dalam telah ditanggungnya segala keperluan Hamli, novel Memang Jodoh sistem kekerabatan lebih daripada yang biasa dilakukan mamak- matrilineal digambarkan melalui tokoh Kalsum mamak yang lain.” (Memang Jodoh: 231) yang menyesali perbuatannya menikahkan Julaiha dengan Sutan Melano. Hal tersebut Siti Anjani di tengah-tengah kesedihannya terlihat pada data di bawah: menceritakan kepada Burhan bahwa Hamli sejak dahulu telah dijodohkan dengan Samsiar “Perempuan negeriku menjadi seperti itu karena anak mamaknya. Hal tersebut dilakukan oleh peraturan keibuan yang dipakai di sana. mamaknya agar Hamli dapat memenuhi adat Perempuanlah yang memegang peranan penting perkawinan di Padang yang mengharuskannya dalam kehidupan rumah tangga mereka. menikah dengan perempuan Padang. Baginda (Memang Jodoh: 171) Raja secara adat berkewajiban untuk menanggung segala keperluan Hamli. Namun Kalsum menyadari penderitaan yang dirasakan ia melakukan kewajiban tersebut melebihi Julaiha disebabkan sistem matrilineal (peraturan yang biasa dilakukan seorang mamak terhadap keibuan) yang dianut masyarakat Padang. kemenakannya. Saudara yang berasal dari pihak ibu yang memegang kekuasaan atas suatu keluarga. Secara Data-data di atas menunjukkan bahwa dalam adat, semua keputusan tidak dapat ditentang oleh novel Memang Jodoh sistem kekerabatan anggota keluarga yang lain. Sistem matrilineal matrilineal begitu mengikat masyarakat diterapkan dengan tujuan agar harta pusaka Padang. Pengarang memberikan gambaran keluarga tidak direbut oleh kaum pendatang yang yang jelas mengenai sistem kekerabatan yang bukan berasal dari suku mereka. Hal tersebut dianut oleh masyarakat Minangkabau. Seorang terlihat pada data di bawah: laki-laki Padang harus mengikuti kehendak keluarganya yang berasal dari garis keturunan “Adat ini memang ada baiknya, karena pengaruh ibu. luar tak mudah masuk ke dalam masyarakat Padang, sehingga harta pusaka mereka misalnya 2) Sistem Perkawinan dapat tersimpan dan tak jatuh ke tangan orang Sistem perkawinan merupakan cara yang

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 8 Volume 1 (1) Desember 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-13 dilakukan kelompok masyarakat tertentu untuk tersebut ialah menikah dengan perempuan menciptakan ikatan lahir batin antara seorang pria Padang agar tidak menjadi aib dalam dan wanita sebagai suami istri. Sistem keluarganya. Adat Minangkabau perkawinan yang dianut masyarakat mengharuskan seorang laki-laki Padang Minangkabau mengatur bahwa perkawinan menikah dengan perempuan Padang. Jika laki- merupakan tanggung jawab orang tua dan laki Padang tidak melakukan kewajiban mamak. Anak yang akan dikawinkan diharuskan tersebut, maka akan membawa aib bagi mengikuti keputusan orang tua dan mamaknya. keluarga laki-laki tersebut. Dalam novel Memang Jodoh sistem perkawinan Bahasa tersebut terlihat pada data di bawah: Bahasa merupakan alat untuk berinteraksi “Pertama, karena perkawinan dipandang sebagai dengan orang lain. Bahasa digunakan untuk perkara ibu, bapak, dan mamak, bukan perkara menyampaikan gagasan, pikiran, atau anak yang akan dikawinkan; sehingga anak yang perasaan. Bahasa yang digunakan masyarakat akan menjalani dan akan merasakan buruk-baik Minangkabau pada umumnya adalah bahasa perkawinan itu seumur hidupnya, tanpa tahu apa- Padang. Novel Memang Jodoh ditulis apa, harus menurut saja kehendak orang tua atau menggunakan bahasa Indonesia melayu mamaknya.” (Memang Jodoh: 58) dengan beberapa istilah bahasa Padang untuk menekankan bahwa novel tersebut Hamli mengutarakan pendapat kepada ibunya menceritakan budaya masyarakat Padang. tentang sistem perkawinan di Padang. Ia tidak Istilah-istilah dalam bahasa Padang digunakan setuju dengan aturan yang menganggap bahwa sebagai sarana komunikasi antartokoh yang perkawinan merupakan urusan keluarga tanpa berasal dari Padang. Bahasa yang digunakan melibatkan anak yang akan dikawinkan. Seorang dalam novel tersebut dapat diklasifikasikan anak harus menuruti kemauan orang tua atau menjadi dua yaitu; bahasa lisan dan tertulis. mamaknya dalam hal menentukan pasangan. 1) Bahasa Lisan 3) Sistem Hukum Bahasa lisan merupakan ragam bahasa yang Sistem hukum merupakan suatu kesatuan diungkapkan melalui ucapan atau tuturan dan peraturan hukum yang terdiri atas bagian-bagian terikat oleh ruang dan waktu. Situasi dan hukum yang saling berkaitan satu sama lain. kondisi pengungkapannya dapat membantu Sistem tersebut tersusun sedemikian rupa pemahaman lawan bicara. Dalam novel menurut asas-asasnya, yang berfungsi untuk Memang Jodoh bahasa lisan digunakan mencapai tujuan. Sistem hukum masyarakat sebagai sarana komunikasi antartokoh dalam Minangkabau yang terdapat dalam novel cerita. Hal tersebut terlihat pada data di Memang Jodoh sebagian besar merupakan sistem bawah: hukum dalam hal perkawinan. Hal tersebut terlihat pada data di bawah: “Lagi pula, biola mamak berpitunang, yang hanya tunduk kepada mamak. Pada kami ia “Dengan perkawinan ini, Kak Sutan telah jadi pembenci, karena lagu yang dapat kami membayar utang orangtuanya yang belum gesekkan hanyalah lagu burung gagak di dilunaskannya, yaitu perkawinannya dengan dahan kayu. (Memang Jodoh: 41–42) perempuan Padang supaya jangan membawa aib kepada keluarganya.” (Memang Jodoh: 166) Dua orang adik kelas Hamli meminta barang- barang Hamli untuk diwariskan kepada Sutan Melano dipaksa keluarganya untuk mereka. Hal tersebut dilakukan karena Hamli menikah lagi dengan perempuan Padang. Hal telah lulus dari Sekolah Raja dan akan segera tersebut dilakukan untuk membayar hutang kembali ke kampung halamannya. Hamli keluarganya yang belum terlunaskan. Hutang mengabulkan permintaan kedua adik kelasnya

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 9 Volume 1 (1) Desember 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-13 tersebut. Akan tetapi, ia berharap agar biolanya untuk anaknya yang kedua, karena keinginan tidak diminta mereka. Kedua orang adik kelasnya hatinya bermenantukan Hamli belum lenyap.” tersebut mengerti akan maksud Hamli. Mereka (Memang Jodoh: 392) tidak meminta biola Hamli karena tidak bisa memainkannya. Hanya Hamli yang dapat Siti Anjani mengirim surat kepada Hamli. Ia memainkan bila tersebut dengan merdu, sehingga memberitahukan bahwa Baginda Alim telah mereka menganggap biola Hamli berpitunang. meminang Hamli kembali melalui Siti Anjani. Dalam bahasa Padang, berpitunang berarti Ia memberikan gambaran kepada Hamli mengandung ilmu magis yang dapat menyugesti bahwa Baginda Alim sangat menginginkan orang lain agar tertarik. Hamli menjadi menantunya. Baginda Alim 2) Bahasa Tertulis ingin menjodohkan Hamli dengan anaknya yang kedua. Siti Anjani memberikan gambaran Bahasa tertulis merupakan ragam bahasa yang kepada Hamli agar ia tahu bahwa keinginan diungkapkan dengan cara tertulis dan tidak terikat Baginda Alim bermenantukan Hamli masih oleh ruang dan waktu. Dalam penggunaannya belum lenyap. diperlukan kelengkapan struktur sehingga dapat memberikan gambaran secara visual. Jadi, bahasa Kesenian tertulis dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan Kesenian masyarakat Minangkabau berupa yang menggunakan huruf sebagai unsur dasarnya. instrumentalia dan lagu-lagu dari daerah ini Dalam novel Memang Jodoh bahasa tertulis pada umumnya bersifat melankolis. Hal digunakan oleh tokoh dalam cerita untuk tersebut berkaitan erat dengan struktur berkomunikasi dari jarak jauh dengan media surat masyarakatnya yang menjunjung tinggi rasa kawat (telegram). Hal tersebut terlihat pada data persaudaraan, hubungan kekeluargaan, dan di bawah: kecintaan akan kampung halaman yang “Bersama-sama dengan surat kawat itu ditunjang dengan kebiasaan pergi merantau. dikirimlah pula sepucuk surat oleh Radin Jaya Dalam novel Memang Jodoh unsur kesenian Kesuma kepada adiknya, Patih Anggawinata, masyarakat Minangkabau yang digambarkan yang menyatakan bahwa dia harus menurut pengarang dapat diklasifikasikan menjadi tiga amanat gurunya, yang telah meninggal dunia macam yaitu; seni musik, seni tari, dan seni itu.” (Memang Jodoh: 202) sastra. Sistem Pengetahuan Radin Jaya Kesuma mengirim surat kepada Patih Budaya Minangkabau mendorong Anggawinata. Ia mengharapkan semua masyarakatnya untuk mencintai pendidikan keluarganya yang ada di Bogor menyetujui dan ilmu pengetahuan. Sejak kecil para perkawinan Din Wati dengan Hamli. Dalam pemuda Minangkabau telah dituntut untuk suratnya Radin Jaya Kesuma memberikan mencari ilmu. Pandangan masyarakat gambaran visual kepada Patih Anggawinata Minangkabau yang mengatakan bahwa “alam tentang ramalan gurunya yang telah meninggal terkembang menjadi guru” merupakan suatu dunia tentang perjodohan Din Wati dengan landasan yang mengajak masyarakat Hamli. Hal tersebut dilakukan agar Patih Minangkabau untuk selalu menuntut ilmu. Anggawinata dapat mengerti alasan Radin Jaya Pada masa awal masuknya Islam di tengah- Kesuma menyetujui perjodohan Din Wati dengan tengah masyarakat Minangkabau, para pemuda Hamli. Minangkabau dituntut untuk mempelajari adat “Suatu hari tiba-tiba datang sepusuk surat dari istiadat dan ilmu agama. Hal tersebut bundanya, yang mengatakan bahawa Baginda mendorong setiap kaum keluarga untuk Alim, jaksa yang telah meminangnya di Medan mendirikan surau sebagai tempat menuntut dulu, meminangnya kembali kepada bundanya, ilmu bagi para pemuda kampung.

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 10 Volume 1 (1) Desember 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-13

Semangat masyarakat Minangkabau dalam Apabila yang akan dicelakai adalah seorang menuntut ilmu tidak terbatas di kampung laki-laki, maka mereka tidak akan segan untuk halaman saja. Banyak diantara mereka yang pergi menyakiti dari jauh dengan mantra guna-guna merantau untuk menempuh jenjang pendidikan melalui bantuan seorang dukun. Tidak ada yang lebih tinggi, tujuan mereka sekolah ke yang dapat menyembuhkan orang yang negeri Belanda dan Pulau Jawa. Dalam novel terkena guna-guna kecuali dukun yang Memang Jodoh, hal tersebut terlihat pada data di mengirim guna-guna tersebut. Hal tersebut bawah: sudah sering terjadi di Padang. Itulah yang “Kekurangan sekolah di negeri kita ini sungguh menyebabkan Kalsum khawatir terhadap sangat menyedihkan. Untuk melanjutkan penyakit Hamli. pendidikan guru sekolah rendah ini saja, kita Kesimpulan harus pergi ke negeri Belanda, dengan biaya yang Novel Memang Jodoh merupakan novel amat besar.” (Memang Jodoh: 26) terakhir karya Marah Rusli. Novel tersebut menceritakan perjalanan hidup tokoh Hamli Adam menyesalkan kurangnya sekolah di dan penolakannya terhadap adat perkawinan di negerinya. Sekolah Raja yang setingkat dengan masyarakat Padang. Tema mayor yang sekolah guru rendah merupakan sekolah tertinggi terdapat dalam novel Memang Jodoh adalah yang ada di Bukittinggi. Setelah tamat dari jodoh ada di tangan Tuhan. Hal tersebut Sekolah Raja tersebut ia harus pergi ke negeri terlihat pada perjalanan hidup tokoh Hamli Belanda dengan biaya yang mahal. Hal tersebut dalam menemukan jodohnya. Selain tema yang menyebabkan para pemuda Minangkabau mayor, terdapat beberapa tema minor yang enggan untuk melanjutkan pendidikannya ke tergambar dalam novel tersebut, yaitu; seorang negeri Belanda. suami memiliki rasa tanggung jawab terhadap Religi (kepercayaan) keluarganya dan cinta yang tidak dapat Pada prinsipnya, masyarakat Minangkabau dipaksakan. menganut agama Islam. Oleh karena itu, sebagian Alur yang digambarkan pengarang dalam besar adat masyarakat Minangkabau berpedoman novel Memang Jodoh adalah alur maju. pada ajaran Islam. Selain meyakini kebenaran Peristiwa-peristiwa dalam cerita tersusun ajaran Islam, masyarakat Minangkabau yang runtut mulai dari situation, generating tinggal di pedesaan masih percaya terhadap hal- circumstances, rising action, climax, hal yang bersifat takhayul dan magis. Dalam denouement. Tokoh yang berperan dalam novel Memang Jodoh digambarkan bahwa cerita tersebut dapat diklasifikasikan menjadi masyarakat Minangkabau percaya terhadap dua, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. dukun dan guna-guna. Hal tersebut terlihat pada Marah Hamli merupakan tokoh yang berperan data di bawah: sebagai tokoh utama. Sedangkan tokoh “Bukankah sering kali terjadi di negeri kita, bawahan dalam novel tersebut yaitu; Din Wati, perempuan yang menampik pinangan laki-laki, Siti Anjani, Khatijah, Baginda Raja, Ratu dijadikan gila dengan ilmu si Jundai dan laki-laki Maimunah, Radin Jaya Kesuma, dan Baginda pun dapat pula digayung, ditinggam, sehingga Alim. dia binasa,” kata Kalsum cemas.” (Memang Latar yang dominan dalam novel tersebut Jodoh: 137) bertempat di Padang dan di Bogor. Lingkungan kehidupan masyarakat Kalsum mengkhawatirkan penyakit Hamli. Ia Minangkabau dan adatnya selalu mewarnai kembali teringat akan kekejaman masyarakat jalannya cerita dalam novel tersebut. Peralatan Minangkabau yang tidak segan-segan mencelakai yang digunakan untuk mendukung jalannya seorang perempuan dengan membuatnya gila. cerita masih tradisional. Hal tersebut

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 11 Volume 1 (1) Desember 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-13 disebabkan setting cerita berlangsung pada masa demikian, tidak akan timbul perselisihan kolonial Belanda. antara kaum yang tua dengan kaum pemuda. Novel Memang jodoh merupakan cerminan Masyarakat Minangkabau sangat ketat dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau. Dalam memegang teguh adat mereka. Bagi ceritanya, pengarang menggambarkan unsur masyarakat Minangkabau yang melanggar kebudayaan universal yang terdapat dalam adat akan mendapatkan konsekuensi yang masyarakat Minangkabau. Ia menggunakan unsur akan dirasakan sepanjang hidupnya. Hal budaya Minangkabau sebagai topik utama dalam tersebut berupa pengasingan dari kaum novel Memang Jodoh, terutama budaya tentang keluarga mereka. perkawinan. Akhirnya, terciptalah novel yang isinya sarat akan unsur-unsur budaya. Pada Daftar Pustaka dasarnya novel ini merupakan wujud penolakan pengarang terhadap budaya masyarakat Amir, M. S. 2001. Adat Minangkabau: Pola Minagkabau yang rancu dan pincang. dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta: PT. Kebudayaan merupakan sesuatu yang harus Mutiara Sumber Widya. dijaga dan dilestarikan. Namun dalam Endraswara, S. 2003. Metodologi Penelitian menerapkan sebuah kebudayaan harus Sastra. Yogyakarta: Media Press. memperhatikan situasi dan kondisi pada saat itu. Fatimah, S. 2015. “Aspek Sosial dalam Novel Kebudayaan yang dulunya ketika diterapkan Memang Jodoh Karya Marah Rusli.” Tidak dapat memberikan dampak positif belum tentu Diterbitkan. Skripsi. Jember: Fakultas Sastra akan memberikan dampak yang positif juga Universitas Jember. apabila diterapkan pada saat ini. Hal tersebut disebabkan adanya gagasan-gagasan baru dan Hikmat, Mahi M. 2011. Metode Penelitian kondisi lingkungan yang tidak sama dengan dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. zaman dulu. Misalnya, budaya perjodohan atau Yogyakarta: Graha Ilmu. kawin paksa masyarakat Minangkabau yang Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan, digambarkan dalam novel Memang Jodoh ini. Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Budaya perkawinan tersebut jika diterapkan pada Gramedia. zaman dulu, akan memberikan dampak positif Koentjaraningrat. 1994. Metode-metode bagi yang mengalaminya. Namun jika diterapkan Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia pada saat ini, bukan hal positif yang akan Pustaka Utama. diperoleh melainkan penolakan yang dilakukan oleh pemuda yang dipaksa kawin. Seperti halnya Maslikatin, T. 2007. Kajian Sastra: Prosa, yang dilakukan oleh Marah Rusli melalui novel Puisi, Drama. Jember: Jember University Memang Jodoh. Penolakan tersebut disebabkan Press. perbedaan pola pikir pemuda zaman dulu dengan Naim, M. 1984. Merantau: Pola Migrasi Suku pemuda zaman sekarang. Terdapat banyak faktor Minangkabau. Yogyakarta. Gadjah Mada yang mempengaruhi perbedaan gagasan tersebut. University Press. Salah satu faktor yang paling menonjol adalah masuknya pemikiran-pemikiran barat terhadap generasi penerus masyarakat Minangkabau. Navis, A.A. 1984. Alam Terkembang Jadi Karena itu, orang tua harus jeli dalam Guru, Adat dan Kebudayaan Minangkabau. memandang situasi dan kondisi agar dapat lebih Jakarta: Grafitipers. fleksibel ketika akan mengarahkan anak-anaknya. Nurgiyantoro, B. 2000. Teori Pengkajian Hal tersebut dilakukan agar tercipta hubungan Fiksi. Jogjakarta: Gadjah Mada Universty yang harmonis antara orang tua dan anak. Dengan Press.

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 12 Volume 1 (1) Desember 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-13

Ratna Nyoman K. 2011. Antropologi Sastra: 4Dg&usg=AFQjCNFbDziEApeB4- Peranan Unsur-unsur Kebudayaan dalam Proses oHAEDwh7Y6lNaMyg&sig2=7MZ8csF6SG Kreatif. Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar. R 2hU7FKFaU1w&bvm=bv.94455598,d.c2E Rusli, M. 2013. Memang Jodoh. : Mizan [15 Agustus 2015] Media Utama. Shadily, H. (ed). 1983. Ensiklopedia Indonesia Jilid 4. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve. Soekanto, S. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Sudjiman, P. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Bandung: Pustaka Jaya. Universitas Jember. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Edisi Ketiga. Jember: Jember University Press.

Internet Agustin, R. 2014. Nilai-nilai Adat Minangkabau dalam Novel Memang Jodoh Karya Marah Rusli. http://www.google.co.id/urlsa=t&rct=j&q=&esrc =s&source=web&cd=8&cad=rja&u- act=8&ved=0CFsQFjAH&url=http%3A%2F %2Fejournal-s1.stkip-pgri-sumbar.ac.id%2Find- ex.php%2Findonesia%2Farticle%2Fvie %2F1796%2F1787&ei=G2lpVZ3uMdeGuATN9 oLgBw&usg=AFQjCNF5chlyX3xkYf_gOxtcngT AYeXyNw&sig2=37AMeytprEerOxcbk_35mA& bvm=bv.94455598,d.c2E [12 Maret 2015] Miftakhul H. 2015. Budaya pada Novel Memang Jodoh dan Siti Nurbaya Karya Marah Rusli serta Tradisi Pernikahan Minangkabau: Perspektif Kajian Sastra Bandingan. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle /11617/5603/Miftakhul%20Huda%20_ %20makalah.pdf?sequence=1 [12 Mei 2015] Adek Yulianti. 2014. Novel Memang Jodoh Karya Terakhir Marah Roesli Suatu Kajian Strukturalisme Genetik. http://www.google.co.id/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web& cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CDEQFjAC&url= http%3A%2F%2Ffib.unand.ac.id%2Fjurnal %2Findex.php%2Fhantaran%2Farticle %2Fdownload %2F130%2F120&ei=zmdpVYKOL4a3uQT5i4H

Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016 13