Nilai-Nilai Edukatif Suluk Ketentraman Jiwa Sunan Bonang Dalam Pandangan Islam

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Nilai-Nilai Edukatif Suluk Ketentraman Jiwa Sunan Bonang Dalam Pandangan Islam MEIS__________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 2 Juli – Desember 2018 Nilai-Nilai Edukatif Suluk Ketentraman Jiwa Sunan Bonang dalam Pandangan Islam Fatchullah Zarkasi, Mu’minatus Fitriati Firdaus Universitas Gunadarma E-mail : [email protected], [email protected] Abstract The majority of Indonesia's population are Javanese with distinctive traditions, such as other communities, which give a distinctive color to the development of patterns of understanding and practice of Islam in this country. The typical Javanese Islam is often called kejawen Islam, or abangan. The majority of Javanese who are called by many parties "abangan people" have their own views on the major religions in the World. For Niels Mulder in his book, Javanese tend to view Islam as an Arab religion, so that Islam seems to have failed to be placed as a basis for living beliefs for the Javanese. However, almost no Muslim in Indonesia has never heard the name Wali Songo, a collective unit of 9 guardians. Sunan Kalijaga is better known than the other 8 guardians with various monumental works. The world of puppet is said to be the fruit of the work of this guardian, as Sekaten, which has been called, is a tradition of celebrating the birthday of the Prophet which is officially celebrated by the Kingdom of Yogyakarta and Surakarta, to the present. According to Prof. Dr. Omar M. Taomy al Syaibany in his book Philosophy of Islamic Education, he said: “Islamic education is an attempt to change the behavior of individuals in their social life and also in the natural environment through the educational process. These changes are based on Islamic values”. Keywords: Suluk the Peace of Life of Sunan Bonang PENDAHULUAN dengan sastra suluk yang begitu erat Suluk sebagai karangan bercorak sehingga terciptalah identitas suku yang tasawuf yang disampaikan dalam bentuk mereka banggakan. Mengingkari peranan tembang, mempunyai pengaruh besar sastra suluk berarti mengingkari realitas terhadap kehidupan spritual masyarakat budaya masyarakat Jawa (Haq, 2012:73). Jawa.Sebab didalamnya banyak Mayoritas penduduk Indonesia terkandung piwulang pengolahan jiwa atau adalah orang Jawa dengan tradisi khas, rohani manusia dalam mencapai seperti komunitas lainnya, yang memberi kesempurnaan. Hal itu dilakukan melalui warna khas pengembangan pola komunikasi dengan Tuhan Yang Maha Esa pemahaman dan praktek Islam di negeri ini. dalam kesatuan dan kesiapan jiwa raga. Di Islam orangJawa yang khas itu sering sisi lain timbulnya pengaruh besar ini disebut Islam kejawen, kebathinan, atau karena hubungan antara masyarakat jawa abangan (Abdul, 2011: 108). 209 MEIS__________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 2 Juli – Desember 2018 Mayoritas Orang Jawa yang oleh masjid, merupakan salah satu bentuk yang banyak pihak disebut “orang abangan” mungkin biasa disebut sinkretik, sebagai memiliki cara pandang sendiri terhadap hasil sebuah proses dialog Islam dan tradisi agama-agama besar di Dunia. Bagi Niels lokal yang panjang. Mulder di dalam bukunya, orang Jawa Syekh Ali Mahfudz menyatakan, cenderung memandang Islam adalah bila hendak mencontoh Rosulullah, dakwah sebagai agama Arab, sehingga harus dibina empat dasar pokok, yakni: Islamtampak gagal ditempatkan sebagai 1. Al Hujjaj Balaghah (alasan yang tepat) dasar keyakinan hidup bagi Orang Jawa. 2. Al asalibul Hakimah (susunan kata Walaupun demikian, hampir tidak ada umat yang dipenuhi hikmah) Islam di Indonesia yang belum pernah 3. Al adabus samiyah (adab ataupun sopan mendengar nama Wali songo, satuan santun yang baik dan mulia) kolektif 9 orang wali. Sunan Kalijaga lebih 4. As Siyatul Hakimah (siasat yang bijak) dikenal daripada ke-8 wali lainnya dengan (Haq, 2012:67). berbagai karya monumentalnya. Dunia Sunan Kalijaga mengusulkan agar pewayangan konon merupakan buah karya adat istiadat orang Jawa seperti selamatan, waliini, seperti sekaten, yang telah disebut, bersaji dan lain-lain tidak langsung merupakan tradisi perayaan Hari kelahiran ditentang sebab orang Jawa akan lari Nabi yang dirayakan secara resmi Kerajaan menjahui ulama jika ditentang secara keras. Yogyakarta dan Surakarta, hingga saat ini. Adat istiadat itu diusulkan agar diberi Ornamen wayang, misalnya, warna atau unsur Islam.Sunan Ampel dipercaya melukiskan keyakinan tauhid, bertanya atas usulan Sunan Kalijaga itu. huruf Allah Dan Muhammad serta kalimat “Apakah adat –Istiadat lama itu nantinya syahadat. Wayang merupakan kesenian tidak mengkhwatirkan bila dianggap ajaran rakyat yang paling popular. Di dalamnya Islam? Padahal yang demikian itu tidak ada tercermin system kepercayaan dan ritual dalam ajaran Islam. Apakah hal ini tidak dalam kehidupan orang Jawa yang telah akan menjadi bid’ah?” (Rahimsyah, 2011: lama hidup. Hal yang sama juga tercermin 93). dalam tetabuhan gamelan yang Pertanyaan Sunan Ampel ini dipergunakan para wali sebagai alat guna dijawab oleh Sunan Kudus. memanggil rakyat agar datang ke masjid “Saya setuju dengan pendapat mendengarkan kisah kelahiran Nabi Sunan Kalijaga, sebab ada sebagian ajaran Muhammad. Wayang, sekaten, gerebeg, agama Budha yang mirip dengan ajaran selametan, dan berbagai bentuk bangunan Islam, yaitu orang kaya harus menolong 210 MEIS__________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 2 Juli – Desember 2018 orang fakir miskin. Adapun mengenai mengharumkan ruangan, karena orang- kekhawatiran kanjeng Sunan Ampel, saya orang jawa ini kebanyakan hanya mengenal mempunyai keyakinan bahwa di belakang kemenyan sebagai pengharum, bukan hari akan ada orang Islam yang akan wangi-wangian lainnya. Bukankah wangi- menyempurnakannya.” wangian itu disunnatkan Nabi?” Pendukung Sunan Kalijaga ada lima “Tapi tidak harus membakar orang, sedang pendukung pendukung kemenyan!” Kata Sunan Kudus. Sunan Ampel hanya dua orang yaitu Sunan “Adakah didalam hadits disebutkan Giri dan Sunan Drajat, maka usulan Sunan larangan membakar kemenyan sebagai Kalijaga yang diterima. Adat istiadat Jawa pemgharum ruangan?” Jawab Sunan yang diwarnai Islam itu antara lain Kalijaga. selamatan, mitoni, selamatan mengirim Wali lainnya hanya diam. do’a untuk orang mati (biasanya disebut Sementara Sunan Kudus yang sebenarnya tahlilan) dan lain-lain yang secara hakiki lebih condong berpihak kepada Sunan tidak bertentangan dengan aqidah Islam. kalijaga kali ini entah mengapa-merasa Pada suatau ketika para wali risih atas tindak-tanduk Sunan Kalijaga. berkumpul setelah empat puluh hari Sunan Kalijaga memang suka yang meninggalnya Sunan Ampel.Sunan aneh-aneh,” ujar Sunan Kudus. “Tapi Kalijaga tiba-tiba membakar kemenyan. janganlah merendahkan martabat Sunan Para wali yang lain menganggap tindakan Kalijaga sebagai seorang wali dengan Sunan Kalijaga ini terlalu berlebihan memakai pakaian seperti itu.” Sunan karena membakar kemenyan adalah Kalijaga memang lebih sering memakai kebiasaan orang-orang Jawa yang tidak pakaian seperti Rakyat biasa. Celana islami. panjang warna hitam atau biru dan baju Sunan Kudus berkata,” Membakar dengan warna serupa, ikat kepalanya hanya kemenyan ini biasanya dilakukan oleh berupa udeng atau destar. orang Jawa untuk memanggil arwah orang Sunan kalijaga menjawab, “Di mati. Ini tidak ada dalam ajaran Islam.” hadapan Allah tidak ada yang istimewa. Sunan Kalijaga berkata,” Kita ini Hanya kadar taqwa yang jadi ukuran hendak mengajak orang Jawa masuk Islam, derajad seseorang. Bukan pakaian. Lagi hendaknya kita dapat mengadakan pula ajaran Islam hanya menyebutkan pendekatan pada mereka. Kita membakar kewajiban setiap umatnya menutup kemenyan bukan untuk memanggil arwah aurat.Tidak disebutkan harus memakai orang mati, melainkan sekedar jubbah atau sarung.Justru dengan pakaian 211 MEIS__________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 2 Juli – Desember 2018 seperti ini saya dapat bergaul akrab dengan saat selalu mempertimbangkan antara rakyat jelata dan dengan mudah saya dapat kebutuhan, risiko, dan nilai rasa yang memberikan ajaran islam kepada mereka.” tercipta. Bahkan, potensi alamiah yang kita Kembali para wali membenarkan miliki seperti psikis dan organ – organ pendapat Sunan kalijaga. tubuh kita, juga ikut menjadi bahan Selanjutnya Sunan Kalijaga juga pertimbangan. mengusulkan agar kesenian rakyat seperti Kemudian tulisan H. Abdurrahman gending, tembang dan wayang kulit dapat Mas’ud yang berupa disertasi guna diterima oleh para wali sebagai media memperoleh gelar Doktor of Philosophy dakwah. Usul ini pun oleh para Wali (DR) dari university of California akhirnya disetujui. Demikianlah sekelumit (University of California) di Los Angeles. kisah ajaran Walisongo Sunan Kalijaga dan Disertasi yang berjudul The Pesantren Sunan Bonang. Architect and Their Socio-Religious Dalam kitab Al arba’in fi ushul al Teachings (1850-1950) membahas tentang din dikatakan bahwa kebahagiaan yang pembangunan pesantren dan ajaran-ajaran sempurna adalah kebahagiaan yang masyarakat keagamaan mereka antara meliputi dua dimensi, yakni dimensi dunia tahun 1850 sampai 1950. dan dimensi akhirat. Kebahagiaan di dunia Kedua, buku yang berjudul “Akhlak dapat dirasakan dengan jiwa yang tentram. Pesantren Solusi Bagi Kerusakan Akhlak” Kebahagiaan di akhirat adalah kebahagiaan yang ditulis oleh Tamyiz Burhanuddin. bertemu dan berkomunikasi dengan Allah Dalam buku ini dikupas metode pendidikan (Ahmad Faizur Rosyad, Kutub: 2004). akhlak yang telah diterapkan di pesantren. Dalam Man’s search for Meaning, Dr. Metode tersebut berasal dari kitab Ta’limul Viktor E. Frankl, professor ilmu Penyakit Al-Muta’alim karya
Recommended publications
  • Kearifan Lokal Tahlilan-Yasinan Dalam Dua Perspektif Menurut Muhammadiyah
    KEARIFAN LOKAL TAHLILAN-YASINAN DALAM DUA PERSPEKTIF MENURUT MUHAMMADIYAH Khairani Faizah Jurusan Pekerjaan Sosial Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan kalijaga Yogyakarta [email protected] Abstract. Tahlilan or selamatan have been rooted and become a custom in the Javanese society. Beginning of the selamatan or tahlilan is derived from the ceremony of ancestors worship of the Nusantara who are Hindus and Buddhists. Indeed tahlilan-yasinan is a form of local wisdom from the worship ceremony. The ceremony as a form of respect for people who have released a world that is set at a time like the name of tahlilan-yasinan. In the perspective of Muhammadiyah, the innocent tahlilan-yasinan with the premise that human beings have reached the points that will only get the reward for their own practice. In addition, Muhammadiyah people as well as many who do tahlilan-yasinan ritual are received tahlian-yasinan as a form of cultural expression. Therefore, this paper conveys how Muhammadiyah deal with it in two perspectives and this paper is using qualitative method. Both views are based on the interpretation of the journey of the human spirit. The human spirit, writing apart from the body, will return to God. Whether the soul can accept the submissions or not, the fact that know the provisions of a spirit other than Allah swt. All human charity can not save itself from the punishment of hell and can not put it into heaven other than by the grace of Allah swt. Keywords: Tahlilan, Bid’ah, Muhammadiyah Abstrak. Ritual tahlilan atau selamatan kematian ini sudah mengakar dan menjadi budaya pada masyarakat Jawa yang sangat berpegang teguh pada adat istiadatnya.
    [Show full text]
  • Rituals of Islamic Spirituality: a Study of Majlis Dhikr Groups
    Rituals of Islamic Spirituality A STUDY OF MAJLIS DHIKR GROUPS IN EAST JAVA Rituals of Islamic Spirituality A STUDY OF MAJLIS DHIKR GROUPS IN EAST JAVA Arif Zamhari THE AUSTRALIAN NATIONAL UNIVERSITY E P R E S S E P R E S S Published by ANU E Press The Australian National University Canberra ACT 0200, Australia Email: [email protected] This title is also available online at: http://epress.anu.edu.au/islamic_citation.html National Library of Australia Cataloguing-in-Publication entry Author: Zamhari, Arif. Title: Rituals of Islamic spirituality: a study of Majlis Dhikr groups in East Java / Arif Zamhari. ISBN: 9781921666247 (pbk) 9781921666254 (pdf) Series: Islam in Southeast Asia. Notes: Includes bibliographical references. Subjects: Islam--Rituals. Islam Doctrines. Islamic sects--Indonesia--Jawa Timur. Sufism--Indonesia--Jawa Timur. Dewey Number: 297.359598 All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying or otherwise, without the prior permission of the publisher. Cover design and layout by ANU E Press Printed by Griffin Press This edition © 2010 ANU E Press Islam in Southeast Asia Series Theses at The Australian National University are assessed by external examiners and students are expected to take into account the advice of their examiners before they submit to the University Library the final versions of their theses. For this series, this final version of the thesis has been used as the basis for publication, taking into account other changesthat the author may have decided to undertake.
    [Show full text]
  • Metodologi Dakwah Islam Nusantara
    Alfriyani Pongpindan Islam Khas Indonesia… Islam Khas Indonesia: Metodologi Dakwah Islam Nusantara Alfriyani Pongpindan; UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; [email protected] Abstract At present there is a tendency for Islam to be synonymous with Arabic culture so that being a true Muslim one must become an Arab Muslim represented in the form of, for example, veils, rather short pants, robes, and so on. Muslims should become Muslims who are truly indigenous according to the culture of Indonesia which is very rich and diverse. Basically humans cannot be separated from their culture because that is their identity from generation to generation to embrace Islam does not necessarily leave the characteristic of local culture that has been inherited by their ancestors. Islam in Indonesia was brought by Arab traders peacefully because it was able to adapt to the culture of Nusantara. Before Islam entered Indonesia, animism, dynamism, Hinduism and Buddhism colored the culture of Nusantara. Islam used that culture as a method of preaching to introduce Islam to non-Islamic communities. Islam comes with unique teachings through the concept of monotheism and egalitarianism in the context of societies that worship gods and caste systems in Hindu teachings so that non-Muslims are attracted to Islam. The Nusantara culture used by Islam as a method of da'wah includes: through building art, carving, music, dance, games, rituals, languages, the use of puppets, and so on. Walisongo is the most enthusiastic preacher in using culture as da'wah so that Islam can rapidly on the Island of Java. Keywords: Islam, Nusantara Culture and Da'wah Method.
    [Show full text]
  • Critical Discourse Analysis on Javanese Song Lyric “Kidung Rumeksa Ing Wengi”
    CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS ON JAVANESE SONG LYRIC “KIDUNG RUMEKSA ING WENGI” THESIS By: HAYU PUTRI ASTARI NIM. 210911001 FACULTY OF EDUCATION ENGLISH EDUCATION DEPARTMENT STATE ISLAMIC COLLEGE OF PONOROGO 2016 39 40 CHAPTER I INTRODUCTION A. Background of the Study People in society have many different languages. Language is one of the instruments to make a communication, and communication is an important aspect in our daily activity. Yulianto said, people will understand meaning based on communication between them. In a community, they have the rule and way to speak each other. 45 In today‟s information age, we are facing a variety of opinions expressed by spoken or written language. They used also varied media including natural speeches, professional documentations, political rhetorics, interviews, internet communications, song lyrics, musics, nwespapers, megazines and broadcast media. The media contains a lot of particular ideological messages as philosophical thought, children character education, critics on the government, critics on a certain social phenomenon, etc. For almost ten years now, the term discourse was become a hot discuss everywhere in both debate and scientific texts. Te definition of discourse which as early a certain way to discuss and understand the world or aspects of 45 Depit Yulianto, Discourse Analysis a Marriage Proposal of Serawai Tribe. (liliputmonster.blogspot.com/2012/07/mini-research-discourse-analysis.html) accessed on August 28th 2015 41 this world.46 Let us look at examples of the applications of analysis
    [Show full text]
  • The Islamic Traditions of Cirebon
    the islamic traditions of cirebon Ibadat and adat among javanese muslims A. G. Muhaimin Department of Anthropology Division of Society and Environment Research School of Pacific and Asian Studies July 1995 Published by ANU E Press The Australian National University Canberra ACT 0200, Australia Email: [email protected] Web: http://epress.anu.edu.au National Library of Australia Cataloguing-in-Publication entry Muhaimin, Abdul Ghoffir. The Islamic traditions of Cirebon : ibadat and adat among Javanese muslims. Bibliography. ISBN 1 920942 30 0 (pbk.) ISBN 1 920942 31 9 (online) 1. Islam - Indonesia - Cirebon - Rituals. 2. Muslims - Indonesia - Cirebon. 3. Rites and ceremonies - Indonesia - Cirebon. I. Title. 297.5095982 All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying or otherwise, without the prior permission of the publisher. Cover design by Teresa Prowse Printed by University Printing Services, ANU This edition © 2006 ANU E Press the islamic traditions of cirebon Ibadat and adat among javanese muslims Islam in Southeast Asia Series Theses at The Australian National University are assessed by external examiners and students are expected to take into account the advice of their examiners before they submit to the University Library the final versions of their theses. For this series, this final version of the thesis has been used as the basis for publication, taking into account other changes that the author may have decided to undertake. In some cases, a few minor editorial revisions have made to the work. The acknowledgements in each of these publications provide information on the supervisors of the thesis and those who contributed to its development.
    [Show full text]
  • Peran Pesantren Tombo Ati Dalam Mengembangkan Moral Pancasila Anak Di Kampung Dayak (Sri Rahayu) Purwokerto
    1 PERAN PESANTREN TOMBO ATI DALAM MENGEMBANGKAN MORAL PANCASILA ANAK DI KAMPUNG DAYAK (SRI RAHAYU) PURWOKERTO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh: TRI ISTINGANATUN 1001030002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2014 Peran Pesantren Tombo...,Tri Istinganatun 2 ii Peran Pesantren Tombo...,Tri Istinganatun 3 ii i Peran Pesantren Tombo...,Tri Istinganatun 4 i v Peran Pesantren Tombo...,Tri Istinganatun 5 MOTTO ا ﴿١ ﴾ ﴿ ٢﴾ ﴿٣﴾ ﴿٤﴾ Artinya: 1. Katakanlah, Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, 2. Allah tempat meminta segala sesuatu, 3. Dia tiada beranak dan tiada diperanakkan, 4. Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia. (Al-Quran Surat Al-Ikhlas ayat 1 - 4) v Peran Pesantren Tombo...,Tri Istinganatun 6 PERSEMBAHAN BismillahirRohmaniRohim Dengan mengucap syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya karya kecil ini, yang akan kupersembahkan untuk: Bapak dan Ibuku tercinta (Bapak Purwanto dan Ibu Mustaqimah) yang telah memberikan doa restu, pengorbanan dan kasih sayang yang tiada tara, semoga Allah membalas semua yang telah kalian lakukan selama ini. Mbah (Kakek Nuryani dan Biyung Rokiyah alm) yang telah mendidik dan membesarkanku hingga aku dewasa, terima kasih atas semua kasih sayang, doa restu, yang telah mbah berikan. Semoga Allah membalas semua rasa sayang yang telah mbah berikan. Liliku (Lik Sahidin, lik Nadia dan lik Khafid) yang telah memberikan doa, dorongan dan perhatian. Semoga Allah membalas kebaikan yang telah lilik berikan. vi Peran Pesantren Tombo...,Tri Istinganatun 7 ABSTRAK Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui peran Pesantren Tombo Ati dalam mengembangkan moral Pancasila anak di Kampung Dayak (Sri Rahayu) Purwokerto.
    [Show full text]
  • Nyuwun Slamet; Local Wisdom of Javanese Rural People in Dealing with Covid-19 Pandemic Through Request in Slametan Rite
    Javanologi – Vol. IV No. 2 June 2021 Nyuwun Slamet; Local Wisdom of Javanese Rural People in Dealing With Covid-19 Pandemic Through Request in Slametan Rite Mukhlas Alkaf1, Andrik Purwasito2, I Nyoman Murtana3, Wakit Abdullah4 1, 2, 4(Sebelas Maret University) 3( Indonesian Institut of the Art Surakarta) Abstract Covid-19 pandemic effect has resulted in restlessness within community. Some are restless because of decreased job and business opportunities, fear of being infected with disease, fear of losing the closed and beloved one, etc. This article tries to raise a Javanese community’s local wisdom, Slametan. Slametan is a form of local wisdom existing within Javanese people containing an action functioning to be a medium to request God to give safety. In principle, slametan rite is one of human actions to communicate with the Creator. Through the rite, human beings feel that what they ask will be granted. Human beings doing this are also sure and suggested that those having done the rite will get safety and protection effect. This belief will further create self confidence and the feeling of secure among them in working and continuing the life. Keywords: Covid, slametan, rite, safety. A. Introduction In early 2020, all people in the world were shocked by a deadly disease induced by virus. The virus is called Corona or Covid-19. This virus is dangerous as it leads to death, respiratory function impairment, and makes the patients developing organ dysfunction in their lifetime. More dangerously, this virus can be transmitted very easily through physical contact between human beings who have contact or are close to each other.
    [Show full text]
  • 4 File Bab 3
    BAB III HASIL LAPORAN PENELITIAN METODE TERAPI TOMBO ATI DI PONDOK PESANTREN ISTIGHFAR KAMPUNG PERBALAN KELURAHAN PURWOSARI KOTA SEMARANG A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Istighfar Kampung Perbalan Kelurahan Purwosari Kota Semarang 1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Istighfar Kampung Perbalan Kelurahan Purwosari Kota Semarang Berawal dari jamaah pengajian, Gus Tanto mendirikan jamaah mujahadah pada tahun 1988 yang bernamakan Mujahadah Tombo Ati . Dalam mujahadah itu, Gus Tanto secara bergiliran dari rumah ke rumah untuk mengajarkan agama. Kendati demikian usaha yang dilaksanakan Gus Tanto dalam berdakwah ini, tidak selamanya dapat diterima oleh masyarakat setempat. Karena di satu sisi masyarakat setempat adalah masyarakat-masyarakat abangan yang kental akan perilaku mo limo . Awalnya tidak lebih dari empat sampai enam orang yang ikut dalam jama’ah tersebut, hingga akhirnya Gus Tanto dapat mengajak para preman ikut bergabung dalam jama’ah mujahadah. Dalam mujahadah itu, Gus Tanto berusaha menawarkan rasa sejuk di hati para preman. Karena dalam pandangan Gus Tanto, preman itu tidak butuh bahasa ucapan, mereka butuh bahasa praktek. Dengan pendekatan itu, satu persatu dari preman di terminal Semarang (Terboyo) merasa tersentuh dan ikut bergabung dalam jamaah mujahadah yang sudah digelar sejak tahun 1988 di Perbalan. Dari situlah, mujahadah yang telah dirintis sejak tahun 1988 berlanjut dari rumah ke rumah hingga tahun 2005 diresmikannya pendirian Pondok Pesantren Istighfar. Pondok Pesantren Istighfar pada dasarnya mulai didirikan pada tahun 2001 tepatnya pada tanggal 1 Januari 2001, dan diresmikan pada 52 53 tahun 2005. Pondok pesantren ini dibangun di atas tanah seluas 225 m2, yang dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk. Sebelah utara dari Ponpes Istighfar adalah rumah-rumah penduduk yang dibatasi Desa Kuningan, sebelah timur yang dibatasi oleh Desa Barat, sebelah selatan dibatasi Desa Pandansari, dan sebelah barat dibatasi Desa Panggung.
    [Show full text]
  • Mengislamkan Tanah Jawa Walisongo
    Wahana Akademika Wahana Akademika 243 Vol. 1 No. 2, Oktober 2014, 243 –266 WALISONGO: MENGISLAMKAN TANAH JAWAWALISONGO: JAWA Suatu Kajian PustakaSuatu Pustaka Dewi Evi AnitaDewi Anita SETIA Walisembilan Semarang Email: [email protected] The majority of Indonesian Islamic . In Javanese society, Walisongo designation is a very well known name and has a special meaning, which is used to refer to the names of the characters are seen as the beginning of broadcasting Islam in Java. The role of the mayor is very big on the course of administration of the empire, especially the Sultanate of Demak. Method development and broadcasting of Islam which is taken for the Mayor prioritizes wisdom. Closing the rulers and the people directly to show the goodness of Islam, giving examples of noble character in everyday life as well as adjusting the conditions and situation of the local community, so it is not the slightest impression of Islam was developed by the Mayor with violence and coercion. Stories of the Guardians is not taken for granted, but the stories of the Guardians of the charismatic deliberately created to elevate the trustees. KeywordKeywordKeywordsKeywordsss:: peranan, metode pengembangan dan penyiaran Islam, kharisma, Walisongo 244 Dewi Evi Anita A.A.A. Pendahuluan Penyebaran dan perkembangan Islam di Nusatara dapat dianggap sudah terjadi pada tahun-tahun awal abad ke-12 M. Berdasarkan data yang telah diteliti oleh pakar antropologi dan sejarah, dapat diketahui bahwa penyiaran Islam di Nusantara tidak bersamaan waktunya, demikian pula kadar pengaruhnya berbeda-beda di suatu daerah. Berdasarkan konteks sejarah kebudayaan Islam di Jawa, rentangan waktu abad ke-15 sampai ke-16 ditandai tumbuhnya suatu kebudayaan baru yang menampilkan sintesis antara unsur kebudayaan Hindu-Budha dengan unsur kebudayaan Islam.
    [Show full text]
  • Pesan Dakwah Dalam Lirik Lagu Rapuh Karya Opick Analisis Semiotik Charles Sanders Pierce
    PESAN DAKWAH DALAM LIRIK LAGU RAPUH KARYA OPICK ANALISIS SEMIOTIK CHARLES SANDERS PIERCE SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh ABDUL AZIZ JABBAR NIM. B01216001 Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2020 ii iii v vi ABSTRAK Abdul Aziz Jabbar, B01216001, 2020. Pesan Dakwah Dalam Lirik Lagu Rapuh Karya Opick Analisis Semiotik Charles Sanders Pierce. Persoalan yang dikaji dalam Skripsi ini adalah : bagaimanakah pesan dakwah dalam lirik lagu rapuh karya Opick. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami pesan dakwah dalam lirik lagu rapuh karya Opick berdasarkan analisis semiotik Charles Sanders Pierce. Untuk mengidentifikasikan persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh, dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Kemudian data yang diperoleh melalui dokumen penulis analisis dengan menggunakan metode analisis semiotik Charles Sanders Pierce . Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa pemaknaan yang terdapat dalam tiap lirik lagu rapuh karya Opick tentang kesalahan yang dilakukan manusia di dalam kehidupan dalam menjalankan perintah allah, umur manusia yang semakin hari semakin berkurang, Allah adalah zat yang maha pengsih lagi maha penyayang serta mengampuni segala dosa manusia yang bertobat dengan sungguh- sungguh. Bertaubat adalah cara terbaik untuk menebus segala dosa – dosa. Rekomendasi dalam skripsi ini supaya kedepannya dapat menjadi acuan kepada peneliti – peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji skripsi tentang pesan dakwah yang terdapat dalam lirik lagu rapuh karya Opick dengan metode analisis yang lain. Kata kunci : Pesan Dakwah. Lirik, Semiotik Charles Sanders Pierce vii digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id ABSTRACT Abdul Aziz Jabbar, B01216001, 2020.
    [Show full text]
  • Sastra, Agama, Dan Spiritualitas
    PUS A T MAJALAH SASTRA pusatM A J A L A H S A S T R A Sastra, Agama, dan Spiritualitas A.A. Navis Tauk Ismail Abdul Hadi W.M. Seno Gumira Ajidarma Agus R. Sardjono Mustofa W. Hasyim MAJLIS SASTERA ASIA TENGGARA SOUTHEAST ASIA LITERARY COUNCIL sekali berarti LEMBARAN sesudah itu mati 2012 TAHUN EDISI 4. SISIPAN MASTERA EDISI 4. TAHUN 2012 PUSATMAJALAH SASTRA diterbitkan oleh PENDAPA Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV, Edisi ke-4 Pusat ini terbit bersamaan dengan acara tahunan Badan Rawamangun, Jakarta 13220 Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pada Oktober 2012, yakni Bulan Pos-el: [email protected] Bahasa dan Sastra yang sudah menjadi acara rutin tahunan semenjak telepon: (021) 4706288, 4896558 1980. Penyelenggaraan acara tahunan itu mengambil hikmah bulan Faksimile (021) 4750407 Oktober sebagai bulan yang sarat dengan nilai kesejarahan bangsa ISSN 2086-3934 dalam mengukuhkan kesadaran adanya persatuan bangsa lintas etnik, lintas bahasa, dan lintas agama mengusung cita-cita terwujudnya Negara Pemimpin Umum Kesatuan Republik Indonesia. Pada bulan itu tahun 1928 semangat Kepala Badan Pengembangan keindonesiaan dipancangkan menuju Indonesia merdeka. dan Pembinaan Bahasa Isu aktual yang melatari penerbitan Pusat edisi ini adalah menonjolnya gugatan atas peristiwa politik yang mengatasnamakan Manajer Eksekutif pelanggaran HAM pada peralihan kekuasaan politik pada awal paruh Sekretaris Badan kedua dasawarsa 1960-an, tegasnya peralihan kekuasaan dari Orde Lama Pemimpin Redaksi ke Orde Baru. Menonjolnya gugatan itu menonjolkan pula kontragugatan Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan yang menghendaki dibukanya kembali arsip sejarah secara lebih teliti lagi untuk menjawab pertanyaan mengapa tragedi nasional itu terjadi. Wakil Pemred Dengan latar belakang peralihan kekuasaan berikut orientasi Mu’jizah politiknya menempatkan orang-orang komunis merasa perlu menggugat Konsultan kekejaman massa yang menempatkan orang-orang PKI sebagai korban.
    [Show full text]
  • Sunan Kali Jaga
    Sunan Kali Jaga Sunan Kali Jaga is one of the Wali Sanga,1 and remains an important figure for ​ ​ Muslims in Java because of his work in spreading Islam and integrating its teachings into the Javanese tradition. Throughout his time proselytizing, he used art forms that, at the time, were both amenable to and treasured by the people of Java. Sunan Kali Jaga is thought to have been born in 1455, with the name Raden Syahid (Raden Sahid) or Raden Abdurrahman. He was the son of Aria Wilatikta, an official in Tuban,2 East Java, who was descended from Ranggalawe, an official of the Majapahit Kingdom during the time of Queen Tri Buwana Tungga Dewi and King Hayam Wuruk. Sunan Kali Jaga’s childhood coincided with the collapse of the Majapahit Kingdom recorded in the sengkalan “Sirna Ilang Kertaning Bhumi,”3 referring to the year 1400 Caka4 ​ ​ ​ ​ ​ (1478). Seeing the desperate situation of the people of Majapahit, Raden Syahid decided to become a bandit who would rob the kingdom’s stores of crops and the rich people of Majapahit, and give his plunder to the poor. He became well known as Brandal5 Lokajaya. One day when Raden Syahid was in the forest, he accosted an old man with a cane, which he stole, thinking it was made from gold. He said that he would sell the cane and give the money to the poor. The old man was Sunan Bonang,6 and he did not approve of Raden Syahid’s actions. Sunan Bonang advised Raden Syahid that God would not accept such bad deeds; even though his intentions were good, his actions were wrong.
    [Show full text]