MEIS__________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 2 Juli – Desember 2018 Nilai-Nilai Edukatif Suluk Ketentraman Jiwa Sunan Bonang dalam Pandangan Islam Fatchullah Zarkasi, Mu’minatus Fitriati Firdaus Universitas Gunadarma E-mail : [email protected], [email protected] Abstract The majority of Indonesia's population are Javanese with distinctive traditions, such as other communities, which give a distinctive color to the development of patterns of understanding and practice of Islam in this country. The typical Javanese Islam is often called kejawen Islam, or abangan. The majority of Javanese who are called by many parties "abangan people" have their own views on the major religions in the World. For Niels Mulder in his book, Javanese tend to view Islam as an Arab religion, so that Islam seems to have failed to be placed as a basis for living beliefs for the Javanese. However, almost no Muslim in Indonesia has never heard the name Wali Songo, a collective unit of 9 guardians. Sunan Kalijaga is better known than the other 8 guardians with various monumental works. The world of puppet is said to be the fruit of the work of this guardian, as Sekaten, which has been called, is a tradition of celebrating the birthday of the Prophet which is officially celebrated by the Kingdom of Yogyakarta and Surakarta, to the present. According to Prof. Dr. Omar M. Taomy al Syaibany in his book Philosophy of Islamic Education, he said: “Islamic education is an attempt to change the behavior of individuals in their social life and also in the natural environment through the educational process. These changes are based on Islamic values”. Keywords: Suluk the Peace of Life of Sunan Bonang PENDAHULUAN dengan sastra suluk yang begitu erat Suluk sebagai karangan bercorak sehingga terciptalah identitas suku yang tasawuf yang disampaikan dalam bentuk mereka banggakan. Mengingkari peranan tembang, mempunyai pengaruh besar sastra suluk berarti mengingkari realitas terhadap kehidupan spritual masyarakat budaya masyarakat Jawa (Haq, 2012:73). Jawa.Sebab didalamnya banyak Mayoritas penduduk Indonesia terkandung piwulang pengolahan jiwa atau adalah orang Jawa dengan tradisi khas, rohani manusia dalam mencapai seperti komunitas lainnya, yang memberi kesempurnaan. Hal itu dilakukan melalui warna khas pengembangan pola komunikasi dengan Tuhan Yang Maha Esa pemahaman dan praktek Islam di negeri ini. dalam kesatuan dan kesiapan jiwa raga. Di Islam orangJawa yang khas itu sering sisi lain timbulnya pengaruh besar ini disebut Islam kejawen, kebathinan, atau karena hubungan antara masyarakat jawa abangan (Abdul, 2011: 108). 209 MEIS__________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 2 Juli – Desember 2018 Mayoritas Orang Jawa yang oleh masjid, merupakan salah satu bentuk yang banyak pihak disebut “orang abangan” mungkin biasa disebut sinkretik, sebagai memiliki cara pandang sendiri terhadap hasil sebuah proses dialog Islam dan tradisi agama-agama besar di Dunia. Bagi Niels lokal yang panjang. Mulder di dalam bukunya, orang Jawa Syekh Ali Mahfudz menyatakan, cenderung memandang Islam adalah bila hendak mencontoh Rosulullah, dakwah sebagai agama Arab, sehingga harus dibina empat dasar pokok, yakni: Islamtampak gagal ditempatkan sebagai 1. Al Hujjaj Balaghah (alasan yang tepat) dasar keyakinan hidup bagi Orang Jawa. 2. Al asalibul Hakimah (susunan kata Walaupun demikian, hampir tidak ada umat yang dipenuhi hikmah) Islam di Indonesia yang belum pernah 3. Al adabus samiyah (adab ataupun sopan mendengar nama Wali songo, satuan santun yang baik dan mulia) kolektif 9 orang wali. Sunan Kalijaga lebih 4. As Siyatul Hakimah (siasat yang bijak) dikenal daripada ke-8 wali lainnya dengan (Haq, 2012:67). berbagai karya monumentalnya. Dunia Sunan Kalijaga mengusulkan agar pewayangan konon merupakan buah karya adat istiadat orang Jawa seperti selamatan, waliini, seperti sekaten, yang telah disebut, bersaji dan lain-lain tidak langsung merupakan tradisi perayaan Hari kelahiran ditentang sebab orang Jawa akan lari Nabi yang dirayakan secara resmi Kerajaan menjahui ulama jika ditentang secara keras. Yogyakarta dan Surakarta, hingga saat ini. Adat istiadat itu diusulkan agar diberi Ornamen wayang, misalnya, warna atau unsur Islam.Sunan Ampel dipercaya melukiskan keyakinan tauhid, bertanya atas usulan Sunan Kalijaga itu. huruf Allah Dan Muhammad serta kalimat “Apakah adat –Istiadat lama itu nantinya syahadat. Wayang merupakan kesenian tidak mengkhwatirkan bila dianggap ajaran rakyat yang paling popular. Di dalamnya Islam? Padahal yang demikian itu tidak ada tercermin system kepercayaan dan ritual dalam ajaran Islam. Apakah hal ini tidak dalam kehidupan orang Jawa yang telah akan menjadi bid’ah?” (Rahimsyah, 2011: lama hidup. Hal yang sama juga tercermin 93). dalam tetabuhan gamelan yang Pertanyaan Sunan Ampel ini dipergunakan para wali sebagai alat guna dijawab oleh Sunan Kudus. memanggil rakyat agar datang ke masjid “Saya setuju dengan pendapat mendengarkan kisah kelahiran Nabi Sunan Kalijaga, sebab ada sebagian ajaran Muhammad. Wayang, sekaten, gerebeg, agama Budha yang mirip dengan ajaran selametan, dan berbagai bentuk bangunan Islam, yaitu orang kaya harus menolong 210 MEIS__________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 2 Juli – Desember 2018 orang fakir miskin. Adapun mengenai mengharumkan ruangan, karena orang- kekhawatiran kanjeng Sunan Ampel, saya orang jawa ini kebanyakan hanya mengenal mempunyai keyakinan bahwa di belakang kemenyan sebagai pengharum, bukan hari akan ada orang Islam yang akan wangi-wangian lainnya. Bukankah wangi- menyempurnakannya.” wangian itu disunnatkan Nabi?” Pendukung Sunan Kalijaga ada lima “Tapi tidak harus membakar orang, sedang pendukung pendukung kemenyan!” Kata Sunan Kudus. Sunan Ampel hanya dua orang yaitu Sunan “Adakah didalam hadits disebutkan Giri dan Sunan Drajat, maka usulan Sunan larangan membakar kemenyan sebagai Kalijaga yang diterima. Adat istiadat Jawa pemgharum ruangan?” Jawab Sunan yang diwarnai Islam itu antara lain Kalijaga. selamatan, mitoni, selamatan mengirim Wali lainnya hanya diam. do’a untuk orang mati (biasanya disebut Sementara Sunan Kudus yang sebenarnya tahlilan) dan lain-lain yang secara hakiki lebih condong berpihak kepada Sunan tidak bertentangan dengan aqidah Islam. kalijaga kali ini entah mengapa-merasa Pada suatau ketika para wali risih atas tindak-tanduk Sunan Kalijaga. berkumpul setelah empat puluh hari Sunan Kalijaga memang suka yang meninggalnya Sunan Ampel.Sunan aneh-aneh,” ujar Sunan Kudus. “Tapi Kalijaga tiba-tiba membakar kemenyan. janganlah merendahkan martabat Sunan Para wali yang lain menganggap tindakan Kalijaga sebagai seorang wali dengan Sunan Kalijaga ini terlalu berlebihan memakai pakaian seperti itu.” Sunan karena membakar kemenyan adalah Kalijaga memang lebih sering memakai kebiasaan orang-orang Jawa yang tidak pakaian seperti Rakyat biasa. Celana islami. panjang warna hitam atau biru dan baju Sunan Kudus berkata,” Membakar dengan warna serupa, ikat kepalanya hanya kemenyan ini biasanya dilakukan oleh berupa udeng atau destar. orang Jawa untuk memanggil arwah orang Sunan kalijaga menjawab, “Di mati. Ini tidak ada dalam ajaran Islam.” hadapan Allah tidak ada yang istimewa. Sunan Kalijaga berkata,” Kita ini Hanya kadar taqwa yang jadi ukuran hendak mengajak orang Jawa masuk Islam, derajad seseorang. Bukan pakaian. Lagi hendaknya kita dapat mengadakan pula ajaran Islam hanya menyebutkan pendekatan pada mereka. Kita membakar kewajiban setiap umatnya menutup kemenyan bukan untuk memanggil arwah aurat.Tidak disebutkan harus memakai orang mati, melainkan sekedar jubbah atau sarung.Justru dengan pakaian 211 MEIS__________________Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 2 Juli – Desember 2018 seperti ini saya dapat bergaul akrab dengan saat selalu mempertimbangkan antara rakyat jelata dan dengan mudah saya dapat kebutuhan, risiko, dan nilai rasa yang memberikan ajaran islam kepada mereka.” tercipta. Bahkan, potensi alamiah yang kita Kembali para wali membenarkan miliki seperti psikis dan organ – organ pendapat Sunan kalijaga. tubuh kita, juga ikut menjadi bahan Selanjutnya Sunan Kalijaga juga pertimbangan. mengusulkan agar kesenian rakyat seperti Kemudian tulisan H. Abdurrahman gending, tembang dan wayang kulit dapat Mas’ud yang berupa disertasi guna diterima oleh para wali sebagai media memperoleh gelar Doktor of Philosophy dakwah. Usul ini pun oleh para Wali (DR) dari university of California akhirnya disetujui. Demikianlah sekelumit (University of California) di Los Angeles. kisah ajaran Walisongo Sunan Kalijaga dan Disertasi yang berjudul The Pesantren Sunan Bonang. Architect and Their Socio-Religious Dalam kitab Al arba’in fi ushul al Teachings (1850-1950) membahas tentang din dikatakan bahwa kebahagiaan yang pembangunan pesantren dan ajaran-ajaran sempurna adalah kebahagiaan yang masyarakat keagamaan mereka antara meliputi dua dimensi, yakni dimensi dunia tahun 1850 sampai 1950. dan dimensi akhirat. Kebahagiaan di dunia Kedua, buku yang berjudul “Akhlak dapat dirasakan dengan jiwa yang tentram. Pesantren Solusi Bagi Kerusakan Akhlak” Kebahagiaan di akhirat adalah kebahagiaan yang ditulis oleh Tamyiz Burhanuddin. bertemu dan berkomunikasi dengan Allah Dalam buku ini dikupas metode pendidikan (Ahmad Faizur Rosyad, Kutub: 2004). akhlak yang telah diterapkan di pesantren. Dalam Man’s search for Meaning, Dr. Metode tersebut berasal dari kitab Ta’limul Viktor E. Frankl, professor ilmu Penyakit Al-Muta’alim karya
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages20 Page
-
File Size-