Prosiding KONFERENSI ILMIAH MAHASISWA UNISSULA (KIMU) 3 Universitas Islam Sultan Agung Semarang, 28 Oktober 2020 ISSN. 2720-9148 MAKNA SIMBOLIK DALAM TRADISI “BENDE BECAK” PADA RITUAL SELAMATAN DI DESA BONANG KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG Rina Mufidatul Khusna1 Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Islam Sultan Agung Email:
[email protected] Abstrak Bende Becak merupakan tradisi tahunan yang hanya terdapat di Desa Bonang Lasem. Tradisi ini yaitu dengan memandikannya atau menjamasnya bende setiap tahun sekali tanggal 10 Dzulhijjah yang bertepatan dengan hari raya Idul Adha. dalam prosesi Tradisi Bende Becak ada benda-benda tertentu yang digunakan seperti air jamasan, kain mori, rakitan bambu, ketan kuning dan tumpengan kecil nasi kuning. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna simbolik yang tedapat dalam tradisi bende becak. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode penelitian lapangan. Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi, wawancara dan membaca literatur- literatur atau buku-buku, serta dokumentasi. Hasil penelitian didapatkan bahwa dalam tradisi bende becak menggunakan beberapa benda yaitu : Air dengan campuran kembang telon, kain mori, ancak dan ketan kuning. Makna dari benda-benda yang digunakan adalah, air : mengingatkan manusia agar membersihkan jiwa dari penyakit-penyakit yang memenuhi hati. Kain mori : ketika manusia meningggal tidak ada kekayaan dunia yang bisa dibawanya, manusia dihadapan Allah itu sama hanya kebaikan amal yang membedakannya. Ancak : Ancak atau berkat artinya berkah atau barokah. Masyarakat mengharapkan mendapatkan berkah dari Allah melalui acara selamatan yang dilakukannya. Ketan kuning : sesama umat muslim harus hidup rukun dan bersaudara, tidak boleh bertentangan dan saling memperhatikan. Kata kunci : Makna simbolik, Tradisi, bende Becak Abstract Bende Becak is an annual tradition that is only found in Bonang Lasem Village.