<<

IOPENDIX JURNAL BIOLOGI, PENDIDIKAN DAN TERAPAN

PUBLISHER BY:

BIOLOGY EDUCATION, UNPATTI AMBON - MALUKU Biopendix, Volume 6, Nomor 2, Pebruari 2020, hlm. 83-90

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DIPADUKAN DENGAN TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 AMBON MATERI ZAT ADITIF DAN ZAT ADIKTIF

Hartia1, F. Leiwakabessy2, Ine Arini*2

1Alumni Program Studi Pendidikan Biologi 2Program Studi Pendidikan Biologi

Corresponding Author: Ine Arini; e-mail: [email protected]

Abstract

Background: The Two Stay Two Stray cooperative learning model is one of the cooperative learning techniques that provides opportunities for groups to discuss sharing results and information with other groups. The Make a Match model is part of cooperative learning in which the learning model the teacher prepares a card that contains problems or problems and prepares an answer card then the student looks for the pair of cards. This study aims to determine the improvement of Biology learning outcomes for VIII grade students of SMP Negeri 2 Ambon on additive material and taught using the Two Stay Two Stray cooperative learning model combined with the Make a Match type. Method: This research was conducted from 10 October to 7 November 2019. The type of research used was descriptive. The research subjects were students of class VIII bill 1, totaling 23 students. The instruments used were preliminary and final tests, observation sheets, worksheets. Results: The results showed that there was an increase in student learning outcomes from 39.52% to 100%. After being taught with the Two Stay Two Stray cooperative learning model combined with the Make a Match type. Conclusion: There is an increase from the initial test results of students who have not reached the minimum completeness criteria and the final test has reached the Minimum completeness Criteria (KKM).

Keywords: Two Stay Two Stray, Make A Match, Learning Outcomes

Abstrak

Latar Belakang: Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yaitu salah satu teknik pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok untuk berdiskusi membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Model Make a Match adalah bagian dari pembelajaran kooperatif yang di dalam model pembelajaran ini guru menyiapkan kartu yang berisi soal atau permasalahan dan menyiapkan kartu jawaban kemudian siswa mencari pasangan kartunya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Biologi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Ambon pada materi zat aditif dan diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dipadukan dengan tipe Make a Match. Metode: Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 10 Oktober - 7 November 2019. Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII bill 1 yang berjumlah 23 siswa. Instrumen yang digunakan adalah tes awal dan tes akhir, lembar observasi, LKS. Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa dari hasil tes 39,52% menjadi 100%. Sesudah diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dipadukan dengan tipe Make a Match. Kesimpulan: Ada peningkatan dari hasil tes awal siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal dan tes akhir telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Kata Kunci: Two Stay Two Stray, Make A Match, Hasil Belajar

Biopendix, Volume 6, Nomor 2, Pebruari 2020, hlm. 83-90

PENDAHULUAN pembelajaran sangat berpengaruh terhadap Pendidikan menjadi salah satu modal tingkat pemahaman siswa (Surianto dkk, penting untuk memajukan sebuah bangsa 2014). Model pembelajaran kooperatif tipe karena kesejahteraan dan kemajuan sebuah Two Stay Two Stray yaitu salah satu teknik bangsa dapat dilihat dari tingkat pembelajaran kooperatif yang memberikan pendidikannya. Pendidikan juga dipandang kesempatan kepada kelompok untuk sebagai sarana untuk melahirkan insan- bediskusi membagikan hasil dan informasi insan yang cerdas, kreatif, terampil, kepada kelompok lain. Model pembelajaran bertanggung jawab, produktif, dan berbudi ini terdiri dari beberapa kelompok yang tiap pekerti luhur (Hartoto, 2016). Belajar kelompoknya terdiri dari 4 siswa. Dalam merupakan kegiatan aktif siswa dalam model pembelajaran ini ada kegiatan membangun makna atau pemahaman bertamu dan menerima tamu untuk terhadap suatu konsep, sehingga dalam membagikan hasil informasi setelah mereka proses pembelajaran siswa merupakan berdiskusi dengan teman sekelompoknya. sentral kegiatan, dari perlakuan utama. Guru Melalui model pembelajaran ini diharapkan menciptakan suasana yang dapat mampu merangsang partisipasi siswa untuk mendorong timbulnya motivasi belajar siswa lebih aktif dalam berdiskusi, mengeluarkan (Wahyuni dkk, 2014). Pelajaran Biologi pendapatnya sesuai dengan kemampuan merupakan pelajaran yang menarik dan mereka masing-masing sehingga suasana menyenangkan serta berkaitan dengan kelas menjadi kondusif dan dapat kehidupan sehari-hari, agar pembelajaran meningkatkan hasil belajar (Arumsari dkk, Biologi dapat terlaksana dengan baik dan 2015). tercapainya tujuan pembelajaran yang Menurut Suyatno dalam Ningtyas dkk, maksimal maka siswa harus dapat (2017) mengungkapkan bahwa model Make memahami konsep-konsep materi yang a Match adalah bagian dari pembelajaran diberikan guru pada saat proses kooperatif yang di dalam model pembelajaran (Kurniawan, 2013). pembelajaran ini guru menyiapkan kartu Berdasarkan hasil observasi yang telah yang berisi soal atau permasalahan dan dilakukan dengan guru mata pelajaran menyiapkan kartu jawaban kemudian siswa Biologi SMP Negeri 2 Ambon, proses mencari pasangan kartunya dimana pembelajaran Biologi masih berfokus melakukan model pembelajaran ini kepada guru sebagai informator yang diperlukan keaktifan siswa dalam berperan dominan dalam setiap proses kemampuan berfikir. Hasil belajar adalah pembelajaran. Hasil wawancara dengan ukuran tingkat keberhasilan yang dapat guru Biologi menyatakan bahwa dicapai oleh seorang siswa berdasar keterampilan sosial siswa masih rendah. Hal pengalaman yang diperoleh setalah ini terlihat pada saat guru memberikan dilakukan evaluasi berupa tes dan biasanya masalah dan harus dipecahkan dengan diwujudkan dengan nilai tertentu serta berdiskusi, siswa lebih memilih untuk menyebabkan terjadinya perubahan kognitif, memecahkan masalah tersebut sendiri, afektif, maupun psikomotorik (Harisandy, siswa lebih bersikap individual dalam 2015). menyelasaikan tugasnya. Kegiatan diskusi biasanya masih didominasi oleh siswa tertentu yang lebih aktif dalam anggota METODE kelompok. Berdasarkan hal tersebut maka Penelitian ini merupakan penelitian perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui keterampilan sosial siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif pembelajaran Biologi dengan menerapkan tipe Two Stay Two Stray dipadukan dengan suatu model pembelajaran yang dapat tipe Make a Match dalam peningkatan hasil mengaktifkan siswa untuk saling bertukar belajar pada materi zat aditif dan zat adiktif. pikiran dan saling menunjang dalam proses Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 pembelajaran. Ambon dari tanggal 10 Oktober-7 November Penerapan model pembelajaran yang 2019. bervariasi mengatasi kejenuhan siswa Populasi yang digunakan dalam sehingga dapat dikatakan bahwa model penelitian ini yaitu seluruh siswa SMP Negeri

Biopendix, Volume 6, Nomor 2, Pebruari 2020, hlm. 82-90

2 Ambon. Sampel yang digunakan dalam 13. Guru meminta siswa mencari pasangan penelitian ini siswa kelas VIII-Bill 1 dengan yang mempunyai potongan kertas yang jumlah siswa 23 orang pengambilan sampel cocok dengannya. dilakukan teknik purposive sampling. 14. Guru membimbing siswa untuk Variabel yang digunakan dalam penelitian ini menemukan pasangan dan duduk adalah variabel bebas yaitu pembelajaran berdekatan, minta siswa setiap dengan menggunakan penerapan model pasangan bergantian untuk pembelajaran Two Stay Two Stray yang membacakan soal yang diperoleh. dipadukan dengan model pembelajaran 15. Guru memberikan lembar soal tes akhir. Make a Match dan variabel terikat adalah 16. Guru memberikan evaluasi. hasil belajar. 17. Guru meminta salah satu siswa maju kedepan untuk memimpin doa menutup Prosedur Penelitian kegiatan pembelajaran. 1. Guru menyampaikan salam dan berdoa bersama sebelum memulai kegiatan Data dalam penelitian ini diperoleh pembelajaran. melalui tes awal, tes akhir, dan lembar 2. Guru mengecek kehadiran siswa. observasi untuk mengetahui kemampuan 3. Guru menggali pengetahuan awal siswa afektif, dan psikomotor. Data kognitif tenggang materi yang akan dipelajari diperoleh melalui Tes dan LKS. Data (apersepsi). kemudian dianalisis menggunakan analisis 4. Guru menyampaikan indikator deskriptif. pembelajaran, mengenal dan 1. Hasil belajar (aspek kognitif, afektif, menjelaskan materi sesuai dengan psikomotor) rencana pembelajran yang telah dibuat. Jumlah Skor Perolehan 5. Guru lembar tes awal. Skor Pencapaian = × 6. Guru membagi siswa dalam beberapa Jumlah Skor Maksimal kelompok secara heterogen. 100 7. Guru membagi LKS serta materi yang 2. Untuk mengukur nilai proses.

akan dibahas dalam kelompok. 푁푖푙푎푖 퐾표푔푛푖푡푖푓 + 푁푖푙푎푖 퐴푓푒푘푡푖푓 + 푁푖푙푎푖 푃푠푖푘표푚표푡표푟 NP = 8. Guru membuat potongan-potongan 3

kertas sejumlah peserta didik yang ada 6푃+4퐹 3. NA = didalam kelas, menulis pertanyaan 10 tentang materi yang telah diberikan pada setengah bagian kertas berisi satu Keterangan: NA: Nilai Akhir, P: Nilai Proses, pertanyaan dan pada separuh kertas lain F: Nilai hasil tes formatif setelah proses menulis jawaban. pembelajaran. 9. Guru menyuruh 2 siswa dari masing- masing kelompok untuk bertamu Setiap siswa dikatakan telah tuntas kekelompok lain dan siswa yang tinggal belajar (kompeten) pada materi ini jika nilai bertugas memberi informasi kepada akhirnya telah memenuhi KKM yakni 70, dan tamu tentang materi yang dibahas dalam untuk kualifikasi ketuntasan siswa, setiap kelompok. Setelah itu siswa kembali nilai akhir siswa dikonsultasikan dengan kekelompok dan menyampaikan mengacu pada Tabel 1. informasi yang telah didapat dari kelompok lain. Tabel 1. Interval Skor pencapaian 10. Guru meminta perwakilan kelompok Kompetensi. untuk maju mempresentasikan hasil diskusi. Interval skor pencapaian Kualifikasi 11. Guru membahas dan mengarahkan ≥70 Tuntas kebentuk formal. ≤70 Gagal 12. Guru meminta siswa mengambil potongan kertas yang sudah dikocok sebelumnya. Keterangan: 1) Jika siswa memiliki nilai≥70 dapat dikategorikan berhasil (tuntas) pada aspek kogintif, afektif dan

Hartia, F. Leiwakabessy, Ine Arini, Penerapan Model Pembelajaran … 85 Biopendix, Volume 6, Nomor 2, Pebruari 2020, hlm. 82-90 psikomotor. 2) Jika siswa memiliki nilai ≤70 Tes awal dapat dikategorikan tidak berhasil (tidak Hasil penelitian kemapuan tes awal tuntas) pada aspek kognitif, afektif dan siswa sebelum mengikuti kegiatan belajar psikomotor. mengajar dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dipadukan dengan Tipe Make a HASIL DAN PEMBAHASAN Match terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kualifikasi Hasil Tes Awal

Interval Frekuensi Persentase Kualifikasi 85-100 - - Sangat baik 78-84 - - baik 70-77 - - cukup 60-69 2 8,70 Kurang ≤59 21 91,30 Gagal Jumlah 23 100% -

Tingkat kemapuan hasil tes awal siswa materi sehingga siswa menjawab tes sesuai sebelum mengikuti proses pembelajaran dengan pemahaman dan keampuan dengan menerapkan model pembelajran berfikirnya masing-masing. Sehingga tingkat kooperatif tipe Two Stay Two Stray penguasaan siswa berada pada kualifikasi dipadukan dengan tipe Make a Match gagal dikarenakan siswa belum memahami meunjukan bahwa tes awal siswa tergolong materi tersebut. Tes awal juga digunakan rendah dimana 2 siswa dengan presetase sebagai pembanding apakah ada 8,70% berada pada kualifikasi kurang dan peningkatan hasil belajar sebelum dan 21 siswa dengan presentase 91,30% berada sesudah menerima materi. pada kualifikasi gagal. Hasil rata-rata tes awal yang dicapai Hasil Penilaian Aspek Kognitif siswa tidak memenuhi (KKM) yaitu sebesar Penilaian dalam hal ini siswa 39,52 dari yang ditetapkan yaitu 70. Hal ini mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) yang disebabkan karena guru belum memberikan digunakan untuk melihat hasil kerja siswa dikelas. Hasil dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Klasifikasi Penilaian Rata-rata Hasil Aspek Kognitif (LKS)

Interval Frekuensi Persentase Kualifikasi 85-100 23 100% Sangat Baik 78-84 Baik 70-77 Cukup 60-69 Kurang ≤59 Gagal Jumlah 23 100%

Berdasarkan hasil penilaian LKS yang materi pembelajaran serta terjadinya di gunakan untuk menilai hasil kerja siswa interaksi antara teman yang satu dengan terdapat 23 siswa dengan interval 85-100 yang lainnya. dengan presentase (100%) berada pada kualifikasi sangat baik. Hal ini terlihat dari Hasil Penelitian Aspek Afektif hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata Penilaian aspek afektif diperoleh 94,75% dari KKM yang ditentukan. Hasil melalui lembar observasi yang digunakan belajar siswa meningkat karena pada untuk menilai kemampuan siswa yang pembelajaran ini siswa diarahkan untuk meliputi: minat dan keseriusan, kerja sama membentuk kelompok diskusi sehingga dalam kelompok, kesopanan, dan menjaga siswa lebih mudah memahami konsep ketertiban. Hasilnya pada tabel berikut.

Hartia, F. Leiwakabessy, Ine Arini, Penerapan Model Pembelajaran … 86 Biopendix, Volume 6, Nomor 2, Pebruari 2020, hlm. 83-90

Tabel 4. Klasifikasi Persentase Hasil Aspek Afektif

Interval Frekuensi Persentase Kualifikasi 85-100 16 69,56 Sangat Baik 78-84 7 30,43 Baik 70-77 Cukup 60-69 Kurang ≤59 Gagal Jumlah 23 100%

Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa dari hasil nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebanyak 16 siswa dengan persentase yaitu, 91,55% dimana 7 siswa berada pada (69,56%) memperoleh nilai interval (85-100) kualifikasi baik dan 16 siswa berada pada dengan keterangan sangat baik, 7 siswa kualifikasi sangat baik. Pencapaian dengan persentase (30,43%) memperoleh kualifikasi ini membuktikan bahwa siswa nilai interval (78-84) dengan keterangan mampu merespon dengan baik baik. pembelajaran yang berlangsung. Hal ini Ciri-ciri hasil belajar afektif tampak pada ditunjukan dengan minat keseriusan, siswa dalam berbagai tingkah laku seperti: kerjasama dalam kelompok, kesopanan dan perhatian terhadap mata pelajaran, menjaga ketertiban. kedisiplinan dalam mengikuti proses belajar, motivasi dalam belajar, penghargaan atau Hasil Penilaian Aspek Psikomotor rasa hormat terhadap guru dan sebagainya Berdasarkan data hasil penilaian aspek (Sudijono, 2006). psikomotor dengan menggunakan penilain Berdasarkan hasil penelitian yang proses belajar mengajar yang dinilai dilakukan dengan menerapkan model berdasarkan empat indikator yaitu pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two kemampuan mendefinisikan, Stray dipadukan dengan tipe Make a Match mendeskripsikan, mengidentifikasi, dan pada aspek afektif tergolong dalam menyebutkan. Hasil dari aspek ini dapat kualifikasi baik dan sangat baik. Dapat dilihat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Klasifikasi Presentase Hasil Aspek Psikomotor

Interval Frekuensi Persentase Kualifikasi 85-100 19 82,60 Sangat Baik 78-84 4 17,39 Baik 70-77 Cukup 60-69 Kurang ≤59 Gagal Jumlah 23 100%

Pada aspek psikomotor 4 siswa dengan mengidentifikasi, dan menyebutkan macam- persentase 17,39% memperoleh nilai macam zat aditif dan zat adiktif dengan baik. dengan interval (78-84) dengan kualifikasi Penilaian hasil belajar yang sifatnya baik dan 19 siswa dengan persentase psikomotor dapat dilakukan secara langsung 82,60% memperoleh nilai interval (85-100) melalui observasi terhadap siswa yang dengan kualifikasi sangat baik, sehingga memperlihatkan keterampilan-keterampilan diperoleh nilai rata-rata 92,02%. Pencapaian sebagai hasil proses belajar (Rehena, 2009). nilai KKM yang ditentukan ini membuktikan adanya peningkatan penguasaan konsep Hasil Tes Formatif (Tes Akhir) siswa. Aspek psikomotor yang dinilai yaitu Hasil tes formatif dilakukan setelah peningkatan penguasaan konsep biologi siswa selesai proses kegiatan belajar siswa terlihat dalam proses pembelajaran mengajar (KBM) berlangsung dengan materi ketika ketrampilan siswa mampu dalam zat aditif dan zat adiktif. Hasil tersebut dapat mendefinisikan, mendeskripsikan, dilihat pada tabel 6.

Biopendix, Volume 6, Nomor 2, Pebruari 2020, hlm. 83-90

Tabel 6. Kualifikasi Persentase Hasil Tes Formatif (Tes Akhir)

Interval Frekuensi Persentase Kualifikasi 85-100 11 47,82 Sangat Baik 78-84 8 34,78 Baik 70-77 4 17,39 Cukup 60-69 Kurang ≤59 Gagal Jumlah 23 100%

Setelah proses belajar mengajar pencapaian kemampuan siswa berada pada dengan menerapkan model pembelajaran kategori tuntas dengan rata-rata skor kooperatif tipe Two Stay Two Stray pencapian pada tes formatif adalah 84,08 dipadukan dengan Make a Match siswa dari KKM yang ditetapkan yaitu 70. Hal ini diberikan tes berupa tes formatif. Menurut membuktikan bahwa setelah proses belajar Djaali, 2006, penilaian formatif pada mengajar dengan penerapan model dasarnya adalah penilaian yang dilakukan pembelajran kooperatif tipe Two Stay Two untuk mendapatkan umpan balik bagi usaha Stray dipadukan dengan tipe Make a Match, perbaiakan kualitas pembelajaran dalam penguasaan materi Biologi pada siswa konteks kelas. Fungsi penilaian formatif tentang zat aditif dan zat adiktif menjadi lebih adalah membantu untuk mengarahkan atau baik dan mencapai kualifikasi kemampuan memonitor perkembangan pembelajaran akhir siswa (Tes Formatif) menggambarkan siswa ketika proses pembelajaran 23 siswa (100%) berhasil mencapai nilai berlangsung (Nurjannah, 2017). KKM. Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa sebanyak 11 siswa dengan persentase Nilai Akhir (47,82%) mampu menguasai indikator Nilai akhir siswa merupakan hasil pembelajaran dengan nilai interval (85-100) belajar siswa yang dapat diketahui dari kualifikasi sangat baik, 8 siswa dengan presentase tingkat kemampuan atau persentase (34,78%) memperoleh nilai penguasaan siswa pada nilai proses dari interval (78-84) kualifikasi baik, 4 siswa aspek kognitif, afektif, psikomotor, dan dengan persentase (17,39%) memperoleh presentase kemampuan atau penguasaan nilai interval (70-77) dengan kualifikasi siswa pada hasil tes (tes formatif). Tingkat cukup. Jika dibandingkan antara nilai KKM kemampuan siswa berbeda-beda, dapat dengan rata-rata skor pencapaian siswa terlihat dari hasil nilai akhir. Data kualifikasi pada tes formatif, maka dapat dikatakan nilai akhir (NA) dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Klasifikasi Presentase Nilai Akhir

Interval Frekuensi 10% Kualifikasi 85-100 20 86,95 Sangat Baik 78-84 3 13,04 Baik 70-77 Cukup 60-69 Kurang ≤59 Gagal Jumlah 23 100%

Hasilnya terdapat 20 siswa dengan mencapai nilai KKM yang ditetapkan yaitu persentase 86,95% memperoleh nilai 70, hal ini menunjukan bahwa seluruh siswa interval (85-100) dengan keterangan sangat mampu menguasai materi yang diajarkan baik, 3 siswa dengan persentase 13,04% selama proses pembelajaran. memperoleh nilai interval (78-84) dengan Sehingga dapat disimpulkan penerapan keterangan baik. model pembelajaran kooperatif tipe Two Kualifikasi nilai akhir peserta didik juga Stay Two Stray dipadukan dengan tipe Make menggambarkan 23 siswa (100%) berhasil a Match dapat meningkatkan hasil belajar

Biopendix, Volume 6, Nomor 2, Pebruari 2020, hlm. 82-90 dimana kedua model pembelajaran ini dapat Djaali. 2006. Psikologi Pendidikan. : membuat proses belajar mengajar lebih Bumi Aksara. menyenangkan, siswa dapat belejar sambil Harisandy, R. 2015. Peningkatan Hasil bermain sehingga siswa tidak jenuh dalam Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata menerima materi. Pelajaran Pengendali Daya Tegangan Model pembelajaran ini juga membuat Rendah Smk 1 Sedayu Melalui Model semua siswa berperan aktif dalam Kooperatif Tipe Gi (Group kelompoknya dan siswa dituntut untuk Investigation). Skripsi. Program Studi berdiskusi, mencari jawaban, menjelaskan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas menyimak dan juga mendengarkan Teknik Universitas Negeri . informasi yang disampaikan sehingga dapat Hartoto, T. 2006. Model Pembelajaran meningkatkan kemampuan berfikir siswa Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) dan dapat pula meningkatkan hasil belajar Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Belajar Sejarah. Jurnal Historia Volume dari Wardhani dkk (2012) yang menyatakan 4, Nomor 2, Tahun 2016, ISSN 2337- bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan 4713 (E-Issn 2442-8728). model pembelajaran Two Stay Two Stray Kurniawan, A. D. 2013 Metode Inkuiri (TSTS) dapat meningkatkan keaktifan siswa Terbimbing Dalam Pembuatan Media dalam proses pembelajaran dan Pembelajaran Biologi Untuk pemahaman siswa terhadap materi Meningkatkan Pemahaman Konsep pelajaran sehingga dapat meningkatkan Dan Kreatifitas Siswa SMP. Jurnal hasil belajar. Pendidikan IPA Ningtyas, E. S. & Wuryani, E. 2017. Penerapan Model Pembelajaran SIMPULAN Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Berdasarkan hasil penelitian dengan Make-A Match Berbantuan Media menggunakan model pembelajaran Komik Interaktif Untuk Meningkatkan kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Ips. dipadukan dengan Tipe Make a Match dapat Jurnal Pendidikan Surya Edukasi meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII (Jpse), Volume: 3, Nomor: 1, Juni 2017 SMP Negeri 2 Ambon pada materi zat aditif Nurjannah. 2017. Efektivitas Bentuk dan zat adiktif. Hal ini dapat dilihat dari tes Penilaian Formatif Disesuaikan Dengan awal siswa sebelum proses belajar mengajar Media Pembelajaran. Jurnal Parameter tidak mencapai KKM dengan rata-rata tes Volume 29 No. 1 awal 39,52, setelah menerapkan model Rehena, J. F. & Casmudi. 2009. Strategi pembelajaran kooperatif Tipe Two Stay Two Pembelajaran. : Universitas Stray dipadukan dengan Tipe Make a Match Negeri Malang. adanya peningkatan dimana siswa Sudijono, A. 2006. Pengantar Statistik mencapai nilai KKM ini dibuktikan pada nilai Pendidikan. Jakarta: PT.Raja Grafindo akhir dengan perolehan nilai rata-rata Persada. mencapai 89,24 dari nilai KKM yang Surianto, A. M. & Nurkamto, J. 2014. ditetapkan yaitu 70. Penerapan Model Pembelajaran Dengan Metode Two Stay Two Stray (TS-TS) Pada Mata Diklat Teknik Mesin DAFTAR PUSTAKA Di Smk Muhammadiyah Sumowono. Arumsari, M. P., Indriayu, M., & Totalia, S. A. Jurnal Teknologi Pendidikan Dan 2015. Penerapan Kombinasi Model Pembelajaran Vol.2 No.2. Hal 199-210. Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Wahyuni, A., Gardjito. & Hariyadi, B. 2014. Stray Dengan Make A Match Untuk Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Dalam Aktivitas Belajar Biologi Di Siswa Kelas Xi-Iis 6 SMA Negeri 8 Kelas XI IPA Sma Negeri 11 Kota . Tahun Pelajaran 2015/2016. FKIP Universitas Jambi. Jurnal Program Jurnal Pendidikan Ekonomi, FKIP Studi Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, Universitas Jambi. 57126, Indonesia.

Hartia, F. Leiwakabessy, Ine Arini, Penerapan Model Pembelajaran … 89 Biopendix, Volume 6, Nomor 2, Pebruari 2020, hlm. 82-90

Wardhani, I.Y., Sajidan, Maridi. 2012. Yariyani, L. 2016. Pengaruh Metode Penerapan Model Pembelajaran Pembelajaran Make a Match (Mencari Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Pasangan) Dan Metode Role Playing disertai Media Audio Visual untuk Terhadap Hasil Belajar IPA Biologi Meningkatkan Kualitas Pembelajaran SMP. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi Siswa Kelas XI IPA 5 SMA Biologi Pada Fakultas Keguruan Dan Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran Ilmu Pendidikan Universitas 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi. 4 Muhammadiyah Surakarta. (1): 40-55

Hartia, F. Leiwakabessy, Ine Arini, Penerapan Model Pembelajaran … 90