Perekonomian Madura Masa Kolonial : Mata Pencaharian, Usaha Garam, Dan Transportasi
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
RESEARCH ARTICLE Perekonomian Madura Masa Kolonial : Mata Pencaharian, Usaha Garam, dan Transportasi Wisnu Dosen Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Surabaya Abstract Before the arrival of Europeans, the distribution of the livelihoods of the Madurese was part of the duties of the kingdom. Before the VOC entered Madura, the result of agricultural products was not to raise the prosperity of the people but to strengthen the power and wealth of the king. The task of the people is only to take care of the king. People are subject to obligations, both in the family unit and the entire village gets certain tasks by being freed from compulsory work. These jobs include cutting trees in the forest, transporting the king's goods, or other royal dignitaries, providing food ingredients for accompanying heads, transporting the produce of the land, transporting the military, working in the garden gardeners, work in the kitchen and militia obligations. This article is important to observe, because the problems of the Madura economy can be known from the description of the development of the livelihoods of its people. Keywords: Madura, livelihood, economy, colonial A. Pendahuluan bahwa ketika Majapahit runtuh tahun 1500-an, perdagangan Dalam sistem kerajaan tradisional, sebelum di wilayah pantai utara Jawa dan Madura masih kedatangan bangsa Eropa, pembagian mata pencaharian berlangsung. Ini menandakan bahwa mata pencaharian penduduk Madura merupakan bagian dari tugas-tugas perdagangan bagi penduduk Madura telah dilakukan cukup kerajaan. Hal ini dapat diketahui dari keterangan Van lama, dengan ditunjang pemanfaatan perahu-perahu Vollenhoven. Menurut Van Vollenhoven, sebelum VOC pengangkut komoditi yang diperdagangkan ke berbagai masuk ke Madura, produk pertanian hasilnya tidak untuk wilayah di seluruh Indonesia pada periode itu. mengangkat kemakmuran rakyat melainkan untuk Keterangan yang lain dari Burger, bahwa memperkuat kekuasaan dan kekayaan raja. Tugas rakyat pengaruh kompeni VOC pada abad ke-17 meluas ke seluruh hanya untuk mengurus rajanya. Orang-orang dikenai daerah-daerah yang dikuasai. Monopoli terhadap komoditi kewajiban, baik dalam satuan keluarga maupun seluruh desa rempah-rempah di Maluku merugikan perdagangan di mendapat tugas-tugas tertentu dengan dibebaskan dari pulau-pulau lain, bahkan menyebabkan runtuhnya aktivitas pekerjaan-pekerjaan wajib. Pekerjaan-pekerjaan tersebut perdagangan di pulau-pulau di Indonesia. Madura termasuk antara lain menebang pohon di hutan, mengangkut barang- yang cukup kuat untuk tidak terpengaruh oleh monopoli barang raja, atau pembesar-pembesar kerajaan lainnya, perdagangan VOC, aktivitas perdagangan di pulau Madura menyediakan bahan-bahan makanan bagi pengiring kepala- tetap lancar tak terganggu. Hal itu juga dibuktikan dalam kepala yang sedang bepergian, pengangkutan hasil-hasil laporan G.J. Knaap, tentang aktivitas perdagangan di tanah, pengangkutan militer, bekerja di kebun-kebun, Madura yang memberitahukan bahwa pelabuhan Sumenep bekerja di dapur dan kewajiban milisi. Panembahan- telah didatangi 6.800 kapal yang terdiri dari 6.500 perahu panembahan di Madura memanfaatkan mereka. Atas non VOC dan 300 kapal VOC. Sementara untuk pelabuhan pekerjaan tersebut, mereka mendapat gaji dengan sistem Bangkalan 3.600 kapal terdiri dari 3.300 kapal non VOC apanage. Pada umumnya mereka adalah keluarga-keluarga dan 300 kapal VOC (Knaap, 1996). raja, pegawai keraton, dan pemerintah. Pada masa kompeni Walaupun tidak ada informasi secara jelas VOC, oleh pihak kompeni mereka diberi upah atas mengenai spesialisasi bidang mata pencaharian pada pekerjaan mereka. Upah ini tidak berupa apanage, masyarakat Madura pada periode 1600-1800, akan tetapi melainkan dalam bentuk tanah jabatan yang dikelola oleh dalam paparan G.J. Knaap, dapat dikatakan secara penduduk dengan kerja wajib (Burger, 1957). De Jonge gamblang bahwa mata pencaharian yang paling umum pada menegaskan, pemungutan pajak dan jasa tenaga kerja yang masyarakat Madura adalah perdagangan dan nelayan. dituntut oleh raja dan bangsawan, dilakukan juga oleh VOC. Dengan bukti-bukti aktivitas transportasi di laut yang telah Pemungutan pajak tersebut dilakukan dengan sistem cacah ditunjukkan, memberi gambaran bahwa masyarakat Madura (kepala keluarga) (Jonge, 1989). pada periode itu terlibat dalam mengusahakan penangkapan Khususnya di bidang mata pencaharian ikan dan berdagang. Namun demikian ada mata perdagangan, D.H. Burger memberikan informasi menarik, pencaharian yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan 17 sehari-hari penduduk Madura, yaitu pertanian. Informasi ekonomi subsisten di sana. mengenai mata pencaharian pertanian selama masa VOC Tanaman budi daya yang paling komersial di dapat diperoleh dari laporan pembayaran pajak yang harus Madura ialah tembakau. Tanah di pulau ini membantu disetorkan oleh para bupati kepada pihak VOC. Huub de menjadikan Madura sebagai produsen penting tembakau Jonge, mencatat bahwa hasil-hasil pertanian di Madura pada dan cengkeh bagi industri kretek domestik. Sejak zaman masa VOC dimanfaatkan untuk membayar pajak. Perintah kolonial Belanda, Madura juga telah menjadi penghasil dan ini berasal dari kesepakatan antara VOC dengan para raja di pengekspor utama garam. Selain komoditas tanaman di atas, Madura. Kabupaten-kabupaten di Madura merupakan satu- sejak akhir tahun 2012, Pusat Penelitian dan Pengembangan satunya wilayah yang memasok kacang-kacangan dan Gula Indonesia (P3GI) mencoba Pulau ini untuk dijadikan minyak kelapa, garam, dan asam dituntut untuk dikirimkan lahan pengembangan tebu di Jawa Timur. sebagai penyerahan wajib secara teratur. Pertanian dan perternakan merupakan mata Dalam memungut pajak, VOC mengadakan pencaharian utama, walaupun tanah di Madura sangat pemungutan pajak yang baru dengan mewajibkan para tandus. Sumenep sebagai daerah wisata juga menyimpan bupati setiap tahun untuk menyetorkan produk-produk banyak sumber daya alam berupa gas alam yang tertentu yang terdapat di wilayah mereka. Komoditi yang dieksplorasi untuk mensuplai kebutuhan gas industri yang disetorkan para bupati Madura bervariasi. Seperti dalam tersebar di wilayah Jawa Timur. Sumur-sumur gas sebagian Kontrak tanggal 30 April 1751, Sumenep diharuskan besar tersebar di daerah lepas pantai Sumenep. menyerahkan 80 koyang kacang hijau, 700 takar minyak Dari zaman VOC (1705-1799) berdasarkan catatan kelapa, 30 pikul gula jager, 20 pikul benang halus dari VOC, Madura secara ekonomis menempati posisi penting kapas, 30 pikul daging rusa yang dikeringkan, 1.000 ekor hingga mampu melakukan berbagai perlawanan dalam skala ikan steenbrasem besar yang berwarna merah dan dalam besar seperti dalam Perang Surabaya (1719-723), Perang keadaan kering. Informasi tersebut memberi pemahaman Trunojoyo (1677-1680), dan Perang Madura (1722-1723) bahwa mata pencaharian pertanian yang dilakukan petani Sebagai gambaran misalnya Sumenep pada abad sudah menjadi bagian dari pekerjaan penduduk Madura. XVIII masa Panembahan Natakusuma mengalami Namun demikian penjelasan mengenai bidang itu akan kemakmuran. Kondisi ini sesuai dengan laporan Francois semakin jelas pada periode selanjutnya atau abad ke-19 dan Valentijn (1660-1727), seorang pendeta Jezuit, sejarawan 20. yang pada 1706 di Japara bertemu dengan penguasa Madura Pangeran Cakraningrat II (1680-1707) menyatakan bahwa B. Metode Penelitian penguasa Madura itu auranya menyamai aura 1000 orang Tulisan ini merupakan kajian historis menggunakan biasa. Valentijn di dalam Oud en Nieuw in Oostindie tentang metode penelitian sejarah. Obyek penelitian dalam kemakmuran yang dicapai oleh Madura dan Sumenep padaa tulisan ini lebih mengandalkan penggunaan sumber- abad XVIII awal tercermin pada lima kota masing-masing sumber sejarah yang secara metodis diuraikan dengan dengan penduduknya yaitu : menggunakan pendekatan social ekonomi. Sumenep (6.000 kk), Sampang (8.000 kk), Pamekasan (1.000 kk), Maduratna (7.000 kk), dan Arosbaya C. Keadaan Ekonomi di Madura (600 kk). Kota-kota di Madura itu ternyata tidak jauh Sampai saat ini pertanian dan perternakan berbeda dengan beberapa kota di Jawa : Kediri (10.000 kk.), merupakan mata pencaharian utama, walaupun tanah di Tuban 5.000 kk), Panaraga (7.000 kk), Rembang (6.000 Madura, bagi kehidupan sehari-hari seluruhnya atau kk), dan Surabaya (10.000 kk) Momana:295-299). sebagian besar penduduk Madura tergantung pada Kemakmuran Madura secara keseluruhan dapat kegiatan-kegiatan agraris. Di daerah-daerah pantai terutama dikatakan setara dengan kemakmuran Surabaya dan di kepulauan Raas, Sapudi, Kagean, dll. Perikanan, Pekalongan, meskipun sumber kesejahteraan itu berasal dari kerajinan, pmbuatan garam, perdagangan dan pelayaran sumber yang berbeda-beda. Tingginya tingkat mempunyai arti penting dalamkonstelasi Sejarah Indonesia. perekonomian Madura pada awal abad XVIII itu tercermin Lebih dari itu sejak zaman kuno pencaharian dari sebagian data-data penyerahan wajib berupa uang kontan dan beras besar penduduk Madura masih bertumpu kepada pekerjaan dari wilayah Pesisir pada masa pemerintahan Pakubuwana I yang mereka lakukan di pulau-pulau lain di seberang laut. (1705-1719) Dalam daftar tersebut Madura dan Surabaya Berbeda dengan di Jawa karena kesuburan harus menyerahkan uang dalam jumlah paling besar, geografisnya memliki berbagai perusahaan dan industri, masing-masing Rds. (dolar Spanyol) 1.814,- kemudian maka di Madura hanya memiliki dua buah perusahaan disusul Gresik (728), Tuban (490) dan Sidayu (359). Kota perkebunan, yaitu perusahaan atau industri garam dan lain yang jumlah penyerahannya