BUKU KONFLIK NELAYAN.Pdf

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

BUKU KONFLIK NELAYAN.Pdf KONFLIK NELAYAN dalam Tiga Rezim KUTIPAN PASAL 72: Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Hak Cipta (UU No. 19 Tahun 2002) 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat(1) atau pasal 49 ayat(1) dan ayat(2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1(satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). KONFLIK NELAYAN dalam Tiga Rezim - Dr. Agus Subianto, M.Si - an imprint of MIC Publishing COPYRIGHT ©2014, Brilliant, ALL RIGHTS RESERVED an imprint of MIC Publishing Konflik Nelayan dalam Tiga Rezim oleh Dr. Agus Subianto, M.Si No. Anggota IKAPI 105 / JTI / 08 xviii + 394 hal, 14.8 x 21 cm Brilliant: 001-09-2014 ISBN 978-602-7862-19-7 COPYRIGHT ©2014, BRILLIANT, ALL RIGHTS RESERVED Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang Cetakan pertama : September 2014 Editor : - Layouter : Ida Proofreader : Dwi Ariyani Cover Designer : Restimewa Budiarti Diterbitkan oleh Brilliant PT Menuju Insan Cemerlang Landmark Modern Shop House A-17 Jl. Indragiri 12-18 Surabaya Hotline 08123039000 & 031-71928000 Fax. 031-5048958 Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari Penerbit PT Menuju Insan Cemerlang DAFTAR ISI PROLOG xvii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Konflik Pemanfaatan Sumber Daya Alam 9 C. Dasar-dasar Teoretis 12 BAB II SELAT MADURA 45 A. Historis, Ekologis, dan Geografis 45 B. Potensi dan Nilai Produksi Perikanan Laut 51 C. Nelayan Jawa Timur dan Selat Madura 54 BAB III EKOLOGI WILAYAH KONFLIK NELAYAN 59 A. Nelayan Tradisional Kwanyar, Bangkalan 59 B. Nelayan Modern Sampang dan Pasuruan 67 C. Nelayan Tradisional Kwanyar, Bangkalan 104 D. Nelayan Modern Camplong-Sreseh dan Lekok-Kraton 109 E. Konflik Nelayan Bangkalan, Sampang, dan Pasuruan 127 BAB IV PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN LAUT 121 A. Penerapan Otonomi Daerah 121 B. Otonomi Daerah dalam Aspek Kewilayahan 131 C. Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Laut 143 D. Konflik Pemanfaatan Sumber Daya Milik Bersama (Common Pool Resource/CPR) 190 E. Kesimpulan 192 v Konflik Nelayanan dalam Tiga Rezim BAB V KONFLIK PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN LAUT DI SELAT MADURA 197 A. Konflik Nelayan Era Orde Baru 197 B. Konflik Nelayan Era Otonomi Daerah 234 C. Perspektif Konflik Eksploitasi Sumber Daya Milik Bersama (CPR) 281 D. Kesimpulan 296 BAB VI KEBIJAKAN PENGELOLAAN KONFLIK PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN LAUT 301 A. Kontribusi Korporasi dan Negara dalam Aktivitas Nelayan 301 B. Kebijakan Pengelolaan Konflik Pemanf aatan Sumber Daya Milik Bersama 310 C. Penyelesaian Konflik Pemanfaatn Sumber Daya Milik Bersama (Common Pool Resource/CPR) 330 D. Kesimpulan 347 BAB VII PENUTUP 353 A. Konflik dalam Pemanfaatan Sumber Daya Milik Bersama (Common Pool Resource) 353 B. Resolusi Konflik 360 C. Implikasi Teoretis 368 D. Wacana Kebijakan 372 DAFTAR PUSTAKA 379 TENTANG PENULIS 393 vi DAFTARTABEL Tabel 1.1 Konflik Nelayan di Provinsi Jawa Timur Tahun 1995-2005 6 Tabel 2.1 Keadaan dan Kepadatan Penduduk pada Kabupaten dan Kota di Perairan Selat Madura Tahun 2005 50 Tabel 2.2 Nilai Produksi dan Produksi ikan Perikanan Laut (Rp) Menurut Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2005 52 Tabel 2.3 Jumlah Nelayan dan Produksi Perikanan Laut Kabupaten dan Kota di Perairan Selat Madura Tahun 2005 54 Tabel 2.4 Perkembangan Jumlah Perahu/Kapal Ikan Kabupaten dan Kota di Perairan Selat Madura Tahun 1998 , 2000, 2001, 2004 dan 2005 (dalam Unit) 55 Tabel 2.5 Jumlah Nelayan, Perahu/Kapal Ikan dan Produksi Perikanan Laut pada Kabupaten Bangkalan, Sampang dan Pasuruan Tahun 2006 56 Tabel 3.1 Luas Wilayah dan Jarak Desa ke Pusat Kecamatan Kwanyar 2005 62 Tabel 3.2 Keadaan Wilayah menurut Penggunaan Tanah (Ha) Kecamatan Kwanyar Tahun 2005 63 Tabel 3.3 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Kwanyar Tahun 2005 64 Tabel 3.4 Keadaan Tingkat Keluarga menurut Tahapan Kesejahteraan Kecamatan Kwanyar, Tahun 2006 65 Tabel 3.5 Tingkat Pendidikan Penduduk Kecamatan Kwanyar Tahun 2000-2004 (orang) 66 vii Konflik Nelayanan dalam Tiga Rezim Tabel 3.6 Keadaan Wilayah menurut Jenis Tanahnya (Ha) Kecamatan Camplong, Tahun 2005 71 Tabel 3.7 Persentase Luas Wilayah dan Jarak Desa ke Ibu kota Kecamatan Kecamatan Camplong Tahun 2005 72 Tabel 3.8 Persentase Luas Wilayah dan Jarak Desa ke Ibu kota Kecamatan Kecamatan Sreseh Tahun 2006 75 Tabel 3.9 Keadaan Wilayah menurut Jenis Tanahnya (ha) Kecamatan Sreseh Tahun 2005 76 Tabel 3.10 Perkembangan Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk, Kecamatan Camplong Tahun 1998 – 2006 77 Tabel 3.11 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk, Kecamatan Camplong Tahun 2006 78 Tabel 3.12 Keadaan Bangunan Tempat Tinggal menurut Jenis Bangunan Kecamatan Camplong Tahun 2006 79 Tabel 3.13 Tingkat Pendidikan Penduduk di Kecamatan Camplong Tahun 2004 80 Tabel 3.14 Perkembangan Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Sreseh Tahun 1998-2006 81 Tabel 3.15 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kecamatan Sreseh Tahun 2006 82 Tabel 3.16 Keadaan Bangunan Tempat Tinggal menurut Jenis Bangunan Kecamatan Sreseh Tahun 2006 83 Tabel 3.17 Tingkat Pendidikan Penduduk di Kecamatan Sreseh Tahun 2004 (dalam orang) 84 Tabel 3.18 Luas Daerah, Banyaknya Desa, dan Penduduk Kabupaten Pasuruan Tahun 2006 87 Tabel 3.19 Keadaan Wilayah menurut Jenis Tanah (ha) Kecamatan Lekok Tahun 2004 89 Tabel 3.20 Luas Desa, Persentase terhadap Luas Kecamatan Kecamatan Lekok Tahun 2005 90 viii Daftar Tabel Tabel 3.21 Keadaan Wilayah menurut Jenis Tanahnya (Ha) Kecamatan Kraton Tahun 2004 92 Tabel 3.22 Luas Desa dan Jarak Desa ke Ibu kota Kecamatan Kraton Tahun 2005 94 Tabel 3.23 Perkembangan Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Lekok Tahun 1998-2006 95 Tabel 3.24 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kecamatan Lekok Tahun 2004 96 Tabel 3.25 Tingkat Pendidikan Penduduk di Kecamatan Lekok Tahun 2004 97 Tabel 3.26 Keadaan Penduduk menurut Jenis Mata Pencaharian Kecamatan Lekok, Tahun 2006 98 Tabel 3.27 Jumlah Keluarga menurut Tingkat Kesejahteraan di Kecamatan Lekok, Tahun 2004 (dalam Unit) 99 Tabel 3.28 Luas Desa, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Kraton Tahun 2004 100 Tabel 3.29 Keadaan Penduduk menurut Jenis Mata Pencaharian Kecamatan Kraton Tahun 2006 101 Tabel 3.30 Tingkat Pendidikan Penduduk di Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan, Tahun 2000-2004 (dalam orang) 102 Tabel 3.31 Perkembangan Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Kraton Tahun 1998-2006 102 Tabel 3.32 Keluarga menurut Tahapan Kesejahteraan di Kecamatan Kraton 2004 103 Tabel 3.33 Keadaan Penduduk Usia 15 ke Atas menurut Jenis Mata Pencaharian Kecamatan Kwanyar Tahun 2006 105 Tabel 3.34 Jumlah Nelayan Perikanan Laut, Perahu/Kapal Ikan dan Alat Tangkap Menurut Kecamatan di Kabupaten Bangkalan Tahun 2006 106 Tabel 3.35 Jumlah Nelayan Perikanan Laut, Perahu , Alat Tangkap di Wilayah Kecamatan Kwanyar Tahun 2005 107 ix Konflik Nelayanan dalam Tiga Rezim Tabel 3.36 Jumlah Nelayan Perikanan Laut, Produksi Ikan dan Perahu di Kabupaten Sampang Tahun 1998-2006 110 Tabel 3.37 Jumlah Nelayan Perikanan Laut, Perahu/Kapal Ikan dan Alat Tangkap di Kabupaten Sampang, Tahun 2006 111 Tabel 3.38 Jumlah Nelayan Perikanan Laut, Perahu , Alat Tangkap di Wilayah Kecamatan Camplong Tahun 2006 112 Tabel 3.39 Jumlah Nelayan Perikanan Laut, Perahu , Alat Tangkap di Wilayah Kecamatan Sreseh Tahun 2006 112 Tabel 3.40 Perkembangan Jumlah Nelayan Perikanan Laut, Produksi Ikan dan Perahu di Kabupaten Pasuruan Tahun 1998-2006 113 Tabel 3.41 Jumlah Nelayan, Perahu/Kapal Ikan dan Alat tangkap di Kabupaten Pasuruan Tahun 2006 114 Tabel 4.1 Perbadingan Otonomi Daerah di Indonesia Tahun 1945 - Sekarang 129 Tabel 4.2 Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut 148 Tabel 4.3 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) di Indonesia 151 Tabel 4.4 Alternatif Solusi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dalam Otonomi Daerah 166 Tabel 4.5 Perundang-undangan terkait Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Pada Masa Orde Baru 171 Tabel 4.6 Jalur-jalur Penangkapan Ikan Berdasar SK. Menteri Pertanian No. 607/1976 174 Tabel 4.7 Pembagian Jalur-jalur Penangkapan Ikan Khususnya pada Wilayah Daerah dan Provinsi (0 – 12 Mil Laut) Berdasar SK Menteri Pertanian No. 392/Kpts/IK.120/4/99 179 Tabel 4.8 Pengelolaan Wilayah Laut oleh Komunitas Nelayan Lokal 189 Tabel 5.1 Pihak Konflik Nelayan di Selat Madura Tahun 1993-1994 198 Tabel 5.2 Jenis dan Jumlah Alat Tangkap Perikanan Laut Kec. Kwanyar - Kabupaten Bangkalan, Tahun 1996-1998 200 Tabel 5.3 Jenis dan Jumlah Alat Tangkap Perikanan Laut Kecamatan Camplong-Kabupaten Sampang, Tahun 1997-1998 202 Tabel 5.4 Jenis dan Jumlah Alat Tangkap Perikanan Laut Kecamaten Sreseh, Kabupaten Sampang, Tahun 1997-1998 202 x Daftar Tabel Tabel 5.5 Jenis dan Jumlah Alat Tangkap Perikanan Laut Kec. Lekok - Kabupaten Pasuruan, Tahun 1997-1998 203 Tabel 5.6 Jenis dan Jumlah Alat Tangkap Perikanan Laut Kec. Kraton-Kabupaten Pasuruan Tahun 1997-1998 204 Tabel 5.7 Perbandingan Jumlah Penggunaan Alat Tangkap Perikanan Laut Nelayan Kwanyar – Kab. Bangkalan; Camplong dan Sreseh – Kab. Sampang; Lekok dan Kraton – Kab. Pasuruan – Jawa Timur Tahun 1997 –1998 205 Tabel 5.8 Perbandingan Jenis Alat Tangkap Perikanan Laut Antara Nelayan Bangkalan, Sampang dan Pasuruan Tahun 1993-1998 207 Tabel 5.9 Perbandingan Perkembangan Jumlah Nelayan Perikanan Laut Kec. Kwanyar , Kab. Bangkalan ; Kec. Camplong dan Sreseh, Kab. Sampang; Kec. Lekok dan Kraton, Kab. Pasuruan, Jawa Timur Tahun 1997-1998 209 Tabel 5.10 Perbandingan Perkembangan Jumlah Perahu /Motor Tempel di Kec.
Recommended publications
  • BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran Bangsa Indonesia Sejak
    1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran Bangsa Indonesia sejak dahulu sudah dikenal sebagai bangsa pelaut yang menguasai jalur-jalur perdagangan. Sebagai bangsa pelaut maka pengetahuan kita akan teknologi perkapalan Nusantara pun seharusnya kita ketahui. Catatan-catatan sejarah serta bukti-bukti tentang teknologi perkapalan Nusantara pada masa klasik memang sangatlah minim. Perkapalan Nusantara pada masa klasik, khususnya pada masa kerajaan Hindu-Buddha tidak meninggalkan bukti lukisan-lukisan bentuk kapalnya, berbeda dengan bangsa Eropa seperti Yunani dan Romawi yang bentuk kapal-kapal mereka banyak terdapat didalam lukisan yang menghiasi benda porselen. Penemuan bangkai-bangkai kapal yang berasal dari abad ini pun tidak bisa menggambarkan lebih lanjut bagaimana bentuk aslinya dikarenakan tidak ditemukan secara utuh, hanya sisa-sisanya saja. Sejak kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara pada abad ke 16, bukti-bukti mengenai perkapalan yang dibuat dan digunakan di Nusantara mulai terbuka. Catatan-catatan para pelaut Eropa mengenai pertemuan mereka dengan kapal- kapal Nusantara, serta berbagai lukisan-lukisan kota-kota pelabuhan di Nusantara yang juga dibuat oleh orang-orang Eropa. Sejak abad ke-17, di Eropa berkembang seni lukis naturalistis, yang coba mereproduksi keadaan sesuatu obyek dengan senyata mungkin; gambar dan lukisan yang dihasilkannya membahas juga pemandangan-pemandangan kota, benteng, pelabuhan, bahkan pemandangan alam 2 di Asia, di mana di sana-sini terdapat pula gambar perahu-perahu Nusantara.1 Catatan-catatan Eropa ini pun memuat nama-nama dari kapal-kapal Nusantara ini, yang ternyata sebagian masih ada hingga sekarang. Dengan menggunakan cacatan-catatan serta lukisan-lukisan bangsa Eropa, dan membandingkan bentuk kapalnya dengan bukti-bukti kapal yang masih digunakan hingga sekarang, maka kita pun bisa memunculkan kembali bentuk- bentuk kapal Nusantara yang digunakan pada abad-abad 16 hingga 18.
    [Show full text]
  • BUDAYA BAHARI DAM TRADISI NELAYAN DI INDONESIA Abstract
    Sabda, Volume // Nomor ?/ September 2004; 22-35 ISSN 1410-7910 BUDAYA BAHARI DAM TRADISI NELAYAN DI INDONESIA Yunandar Fakuftas Peternakan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Abstract There are at least five phenomena which mark the complexity of maritime culture and fisherman tradition in Indonesia; social group of the maritime society, the development of economic sectors concerning sea products, social hierarchy in the daily maritime activities, the relationship between the elements of maritime culture and life sectors of the society, and the continuation and alteration of maritime culture's elements. In order to acquire a deep study on the complexity of maritime culture, there are several concepts used in this paper: Koentjaraningrat's concept of "three forms of culture", Sanjek's concept of "the dynamic culture and creation", and Vadya's concept of "contextual progressive explanatory method". The forms of maritime culture include the system of culture, belief, institution, and production technology. Meanwhile, the dynamics of maritime culture and fisherman tradition is determined not only by the internal factors but also the external forces, such as, innovation on technology, government policy, university interventions, nongovernmental organizations, donor institution, and regional, national, and even global market. Apparently, those external forces have brought negative impacts on the life of maritime society, marked by the decrease of economic prosperity, natural resources and sea environment. The negative impacts can be avoided by applying community- based management in the development of maritime culture. Key Words: maritime culture, fisherman tradition, community-based management. 1. Pendahuluan dan Sulawesi Tengah. Kelompok-kelompok sosial semacam itu bahkan bisa merupakan suatu Sejumlah studi, antara lain dilakukan negara atau kerajaan seperti Kerajaan Samudra oleh Firth (1975), Acheson (1977 dan 1981), Pasai (Masyhuri, 1996).
    [Show full text]
  • Scanned Image
    !6 . ?J J.l I HI 0 :)._ TUGAS AKHIR PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI MATERIAL DAN TEKNOLOGI PADA MULTI YARD SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN STANDAR KAPAL PELAYARAN RAKYAT fZSPe. 6~?. g Oleh: W~j GALffi _CANDRA WIJAYA p- ( NRP. 4198.100.504 {).00'1- JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTASTEKNOLOGIKELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURAB YA PIRPUST A KAAN 200 LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI MATERIAL DAN TEKNOLOGI PADA MULTI YARD SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN STANDAR KAPAL PELAYARAN RAKYA T .. TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ]urusan Teknik Perkapalan ~ Fakultas Teknologi Kelautan lnstitut Teknologi Sepuluh Nopember Mengetahui I Menyetujui : Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II lr. Heri Supomo, MSc. NIP. 131.842.506 SURABAYA JUNI 2002 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERI FAKULTASTEKNOLOGIKELAUTAN ,~~~!!:~~ !:~~1!-r-1176 Fa< 5947254 SUBAT KEPUTUSAN TUGAS A"KRIR No.1 S77h I K03.4.2/PP/2001 Nama Mahasiswa Gallh Condra W. Nomor Pokok 41981 00504 Tanggal dlberl tugas 01 Pebruarl 2001 Tanggal selesal tugas 30 Junl 2001 Dosen Pemblmblng 1 . lr. Sjarief Wldjaja, Ph.D. 2. lr. Heri Supomo, MSc Uralan I judul tugas akhlr yang dlberlkan : #PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI MATERIAL DAN TEKNOLOG/ PADA MULTI YARD SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN STANDAR KAPAL PELAYARAN RAKYAT# Soradtaya, 19 Pehrlari 2000 ~~-.............. - ~~sam Telmll' Perkapalan V-_c. t Tembusan: l. Yth. Dekan ITK-ITS 2. Yth. Dosen Pembimbing 3. Arsip SEPULUH NOPEMBER INSTITUTE OF TEC ABSTRACT PLANNING ON A NETWORK OF MATERIAL DIS UTION AND TECHNOLOGY lN MULTI YARD SYSTEM FOR A DEVELOPMENT OF STANDARD FALK SAILING SIDP Engineer (Sl) By : Gahh Candra Wijaya Nrp: 4198.100.504 Adviser : Jr.
    [Show full text]
  • Energia Pertamina November 2013 (Website).Pdf
    KETUA PENGARAH Sekretaris Perseroan WAKIL KETUA PENGARAH/ PENANGGUNG JAWAB Vice President Corporate Communication PIMPINAN REDAKSI Ali Mundakir WAKIL PIMPINAN REDAKSI Wianda Arindita Pusponegoro REDAK TUR PE LAKSANA Dewi Sri Utami CATATAN KOORDINATOR LIPUTAN Rianti Octavia TIM REDAKSI Urip Herdiman K. Irli Karmila REDAKSI Sahrul Haetamy Ananto Megha K Nugraha LAYOUTER & ILLUSTRATOR ASANYA tak ada yang lebih membanggakan hati para Oki Novriansyah pahlawan di tempat peristirahatan abadinya, selain mengetahui FOTOGRAFER Rbahwa hasil perjuangannya berupa kemerdekaan bagi bangsa Kuntoro ini diisi dengan hal-hal positif oleh para penerusnya. Salah satunya Priyo Widiyanto Wahyu Nugraha Ruslan adalah gagasan Indonesia incorporated. SIRKULASI Ichwanusyafa Frasa Indonesia incorporated akhir-akhir ini memang sering didengungkan. Incorporated sendiri merupakan sebuah konsep ALAMAT REDAKSI Kantor Pusat Pertamina tentang nasionalisme; tentang persatuan dan kesatuan dari seluruh Gedung Perwira 2-4 Ruang 306 warga suatu bangsa, baik individual citizens maupun institutional Jl. Medan Merdeka Timur 1A Jakarta - 10110 citizens, baik yang bergerak di sektor publik, bisnis, maupun Telp. (+62) 21 381 5966 nirlaba. Bayangkan jika konsep ini berhasil diejawantahkan seluruh Fax. (+62) 21 3815852 komponen bangsa. Indonesia pasti bisa menjadi breakout nation MARKETING IKLAN yang berujung pada peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat PT Pertamina Retail Indonesia. Wisma Tugu Wahid Hasyim Jl.Wahid Hasyim No.100-102 Jakarta - 10340 Sebagai salah satu kekuatan ekonomi yang dimiliki oleh Negara, Telp. (+62) 21 3926772 - 3926775 Fax. (+62) 21 3926653 - 3926764 tak dapat dipungkiri menyatukan BUMN dari berbagai lini bisnis merupakan sebuah wujud dari Indonesia incorporated. Sinergisitas WEBSITE & EMAIL http://www.pertamina.com antar BUMN dalam sebuah proyek bisnis di dalam maupun di luar [email protected] negeri menjadi hal nyata yang sedang digalakkan Indonesia.
    [Show full text]
  • Universitas Indonesia Kajian Perahu Tradisional
    UNIVERSITAS INDONESIA KAJIAN PERAHU TRADISIONAL NUSANTARA DI MUSEUM BAHARI, JAKARTA UTARA (Proses Produksi Pesan Tentang Teknologi Perahu) SKRIPSI ELYMART JASTRO 0705030139 PROGRAM STUDI ARKEOLOGI FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA DEPOK JULI 2010 Kajian perahu..., Elymart Jastro, FIB UI, 2010 UNIVERSITAS INDONESIA KAJIAN PERAHU TRADISIONAL NUSANTARA DI MUSEUM BAHARI, JAKARTA UTARA (Proses Produksi Pesan Tentang Teknologi Perahu) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora ELYMART JASTRO 0705030139 PROGRAM STUDI ARKEOLOGI FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA DEPOK JULI 2010 Kajian perahu..., Elymart Jastro, FIB UI, 2010 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia. Jika kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya. Depok, Juli 2010 Elymart Jastro Kajian perahu..., Elymart Jastro, FIB UI, 2010 ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Elymart Jastro NPM : 0705030139 Tanda tangan: Tanggal : Juli 2010 Kajian perahu..., Elymart Jastro, FIB UI, 2010 iii HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh : Nama : Elymart Jastro NPM : 0705030139 Program Studi : Arkeologi Judul : KAJIAN PERAHU TRADISIONAL NUSANTARA DI MUSEUM BAHARI, JAKARTA UTARA (Proses Produksi Pesan Tentang Teknologi Perahu) ini telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora pada Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia DEWAN PENGUJI Pembimbing : Dr. Kresno Yulianto ( ) Penguji : Dr.
    [Show full text]
  • Perekonomian Madura Masa Kolonial : Mata Pencaharian, Usaha Garam, Dan Transportasi
    RESEARCH ARTICLE Perekonomian Madura Masa Kolonial : Mata Pencaharian, Usaha Garam, dan Transportasi Wisnu Dosen Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Surabaya Abstract Before the arrival of Europeans, the distribution of the livelihoods of the Madurese was part of the duties of the kingdom. Before the VOC entered Madura, the result of agricultural products was not to raise the prosperity of the people but to strengthen the power and wealth of the king. The task of the people is only to take care of the king. People are subject to obligations, both in the family unit and the entire village gets certain tasks by being freed from compulsory work. These jobs include cutting trees in the forest, transporting the king's goods, or other royal dignitaries, providing food ingredients for accompanying heads, transporting the produce of the land, transporting the military, working in the garden gardeners, work in the kitchen and militia obligations. This article is important to observe, because the problems of the Madura economy can be known from the description of the development of the livelihoods of its people. Keywords: Madura, livelihood, economy, colonial A. Pendahuluan bahwa ketika Majapahit runtuh tahun 1500-an, perdagangan Dalam sistem kerajaan tradisional, sebelum di wilayah pantai utara Jawa dan Madura masih kedatangan bangsa Eropa, pembagian mata pencaharian berlangsung. Ini menandakan bahwa mata pencaharian penduduk Madura merupakan bagian dari tugas-tugas perdagangan bagi penduduk Madura telah dilakukan cukup kerajaan. Hal ini dapat diketahui dari keterangan Van lama, dengan ditunjang pemanfaatan perahu-perahu Vollenhoven. Menurut Van Vollenhoven, sebelum VOC pengangkut komoditi yang diperdagangkan ke berbagai masuk ke Madura, produk pertanian hasilnya tidak untuk wilayah di seluruh Indonesia pada periode itu.
    [Show full text]
  • Perancangan Buku Ilustrasi Kapal Layar Tradisional Indonesia
    TUGAS AKHIR PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI KAPAL LAYAR TRADISIONAL INDONESIA KARYA DESAIN Angga Putra Wicaksana NIM. 0911887024 Tugas Akhir ini diajukan kepada Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S-1 dalam bidang Desain Komunikasi Visual 2015 i UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta Tugas Akhir Desain berjudul: PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI KAPAL LAYAR TRADISIONAL INDONESIA Diajukan oleh Angga Putra Wicaksana, NIM 091 1887 024, Program Studi Desain Komunikasi Visual, Jurusan Desain, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, telah disetujui Tim Pembina Tugas Akhir pada......... Pembimbing I/ Ketua /Anggota Drs. Baskoro SB, M.Sn. NIP 19650522 199203 1 003 Pembimbing II/ Anggota Terra Bajraghosa, S.Sn., M.Sn. NIP 19810412 200604 1 004 Cognate/ Anggota Indiria Maharsi, S.Sn., M.Sn NIP. 197209092008132001 Kaprodi DKV/ Anggota Drs. Hartono Karnadi, M.Sn. NIP 19650209 199512 1 001 Ketua Jurusan Desain/ Anggota M. Sholahuddin, S.Sn., M.T. NIP 196409211994031001 Mengetahui Dekan Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta Dr. Suastiwi, M.Des. NIP 1959082 198803 2002 ii UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta “Untuk Bapak, Ibu, dan Kakak-kakak” iii UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir Karya Desain ini dengan baik. Tugas Akhir ini merupakan tugas karya penciptaan melalui sebuah perancangan karya yang harus diselesaikan sebagai salah satu syarat guna mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) di Program Studi Desain Komunikasi Visual ISI Yogyakarta. Judul dari Tugas Akhir ini adalah “Perancangan Buku Ilustrasi Kapal Layar Tradisional Indonesia”.
    [Show full text]
  • The Seafarers and Maritime Entrepreneurs of Madura
    THE SEAFARERS AND MARITIME ENTREPRENEURS OF MADURA History, culture, and their role in the Java Sea timber trade Kurt Stenross This thesis is presented for the degree of Doctor of Philosophy, at Murdoch University February 2007 I declare that this thesis is my own account of my research and contains as its main content work which has not previously been submitted for a degree at any tertiary educational institution. Kurt Stenross Copyright © 2007 by Kurt Stenross; all rights reserved i THE SEAFARERS AND MARITIME ENTREPRENEURS OF MADURA History, culture, and their role in the Java Sea timber trade Kurt Stenross With photographs and line illustrations by the author ii Abstract The seafaring people of Madura, situated off the northeastern coast of Java, are one of the leading maritime groups in the Indonesian archipelago. They have played a major role in indigenous shipping, and since the second half of the nineteenth century their importance in this field has been second only to that of the Bugis and Makassarese. With their strong maritime orientation and outward economy, the coastal Madurese contrast strongly with the agricultural orientation of their near neighbours, the Javanese and the Balinese. The first part of this thesis presents the Madurese in historical context vis-à-vis the Javanese and the maritime groups of Sulawesi. It then considers the various historical and cultural-ecological factors which predisposed the coastal Madurese toward seafaring as a livelihood, and which enabled them to eclipse their former rivals along the north coast of Java. The main seafaring centres of Madura during the twentieth century are identified, with these being in three distinct locations: the northwest coast, the southwest coast, and the eastern islands of Madura.
    [Show full text]
  • 98 Basic Facts on ASEAN (2000) 8Th ASEAN Summ
    Study on the Development of Domestic Sea Transportation and Maritime Industry in the Republic of Indonesia (STRAMINDO) - Technical Report 3 - 3.3 First Seminar on the Development Roadmap Towards Competitive Indonesian Maritime Transport 3.3.1. ASEAN Cooperation in Transport (Bernard Tai – ASEAN Secretariat) ASEAN Member Countries ASEAN Cooperation in Transport • Brunei •Myanmar Darussalam STRAMINDO Seminar • Philippines Jakarta • Cambodia • Singapore 15 July 2003 • Indonesia • Thailand By • Lao PDR •Viet Nam Bernard KM Tai ASEAN Secretariat •Malaysia The views expressed here are the author's own, and do not necessarily reflect the views of the ASEAN Secretariat Basic Facts on ASEAN (2000) ASEAN vs Other Groupings, ‘98 (source: 2001 ASEAN-Japan Statistical Pocketbook) Member Population GDP Per Capita GDP Population GNP GNP per Trade value Countries (Thousand) (US$ Billion) (US$) (mil) (US$ bil) capita (US$ bil.) Brunei Darussalam 338 4.623 14,094 (US$) Cambodia 12,200 3.230 289 Indonesia 204,790 153.252 723 ASEAN 503 554 1,100 604 Lao PDR 5,218 1.712 315 Malaysia 23,266 89.321 4,016 EU 385 8332 21,600 4248 Myanmar 49,008 7.083 155 Philippines 76,320 75.189 990 NAFTA 396 8852 22,300 2305 Singapore 4,018 92.257 25,864 Thailand 62,405 121.933 1,986 MERCOSUR 210 1087 5,200 185 Viet Nam 77,686 31.611 396 th ASEAN 8 ASEAN Summit, Nov 02 • The idea of striving for an ASEAN Economic • ASEAN: a market of more than 520 Community (AEC) by 2020 was proposed for the million people, half of China’s first time.
    [Show full text]
  • The Seafarers and Maritime Entrepreneurs of Madura
    THE SEAFARERS AND MARITIME ENTREPRENEURS OF MADURA History, culture, and their role in the Java Sea timber trade Kurt Stenross This thesis is presented for the degree of Doctor of Philosophy, at Murdoch University February 2007 I declare that this thesis is my own account of my research, and contains as its main content work which has not previously been submitted for a degree at any tertiary educational institution. Kurt Stenross Copyright O 2007 by Kurt Stenross. All rights reserved. THE SEAFARERS AND MARITIME ENTREPRENEURS OF MADURA History, culture, and their role in the Java Sea timber trade Kurt Stenross with photographs and line illustrations by the author Abstract The seafaring people of Madura, situated off the northeastern coast of Java, are one of the leading maritime groups in the Indonesian archipelago. They have played a major role in indigenous shipping, and since the second half of the nineteenth century their importance in this field has been second only to that of the Bugis and Makassarese. With their strong maritime orientation and outward economy, the coastal Madurese contrast strongly with the agricultural orientation of their near neighbours, the Javanese and the Balinese. The first part of this thesis presents the Madurese in historical context vis-his the Javanese and the maritime groups of Sulawesi. It then considers the various historical and cultural-ecological factors which predisposed the coastal Madurese toward seafaring as a livelihood, and which enabled them to eclipse their former rivals along the north coast of Java. The main seafaring centres of Madura during the twentieth century are identified, with these being in three distinct locations: the northwest coast, the southwest coast, and the eastern islands of Madura.
    [Show full text]
  • Cat a Logue N° 69 1
    CAT A LOGUE N° 69 1 1. AAMH - NEWS LETTER of The Austra lian Asso ci a tion for Mar itim e History - Nos. 51 to 60. Sydney / Mel bourne. 1992 to 1994. The Austra lian Asso ci a tion for Mari tim e His tory. Newslet ter s edited by Vaughan Ev ans (51 to 54) / Marten & Angela Syme (55 to 60). No. 51 (July 1992) to 60 (Octo ber 1994). 10 newslet ter s for a to tal of 110 pages with few b/w illus tra tions. Spiral bound, clear platic front. 2 punch holes close to spine. Very good. 29.7 x 21.5. Ref.#61997 .....A$ 15 2. AAMH - QUAR TERLY NEWS LET TER - The Aus tra lian As so ci a tion for Mar i time His tory - Nos. 62 to 73. Sydney. 1995 to 1998. The Austra lian Asso ci a tion for Mari tim e His tory. Newslet ter s edited by Jeffrey Mellefont (62 to 65) / Dr Paul Weaver (66 to 73). No. 62 (Winter 1995) to 73 (Decem ber 1998). 12 newslet ter s for a to tal of 142 pages with b/w illus tra tions. Spiral bound, clear platic front. 2 punch holes close to spine. Very good. 29.7 x 21.5. Ref.#61998 .....A$ 20 3. AAMH - QUAR TERLY NEWS LET TER - The Aus tra lian As so ci a tion for Mar i time His tory - Nos. 74 to 85. Sydney. 1999 to 2001. The Austra lian Asso ci a tion for Mari tim e His tory.
    [Show full text]
  • Sustainable Fishing Vessel Development by Prioritising Stakeholders Engagement in Indonesian Small-Scale Fisheries
    Sustainable Fishing Vessel Development by Prioritising Stakeholders Engagement in Indonesian Small-Scale Fisheries By I Putu Arta Wibawa A Thesis Submitted for the Degree of Doctor of Philosophy School of Marine Science and Technology Newcastle University United Kingdom December 2016 Abstract The attempts to achieve the sustainability of fisheries sector are affected by the existence of the fishing fleets as the principal tool for fishing activities. This thesis reports on research to develop a holistic methodology for ensuring that fishing vessels working in Indonesian waters are themselves sustainable, accordingly it can support the achievement of sustainability of Indonesian fisheries sector. A sustainable fishing vessel can be simply defined as a vessel that fulfils the requirements of the three pillars of sustainability regarding the social, economic and environmental aspects throughout its life cycle. Based on the requirements for the sustainable fishing vessels, and by considering the conditions of most fishing communities in Indonesia, this research project is aimed at proposing an appropriate approach and method to the design of fishing vessels for specific fishing communities, in order to ensure that the implementation of the three pillar of sustainability are considered during the design process. The proposed approach to design a sustainable fishing vessel for a specific fishing community has been developed and tested through a case study in a selected fishing community. An 18 meters length multi-purpose fishing vessel has been designed for fishing community in East Java, Indonesia. In order to increase the acceptability of the proposed vessel, local fishers’ requirements concerning the new design have been elicited. The aesthetic characteristics of traditional fishing vessels and current fishing practices have been adopted and adapted.
    [Show full text]