BUDAYA BAHARI DAM TRADISI NELAYAN DI INDONESIA Abstract

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

BUDAYA BAHARI DAM TRADISI NELAYAN DI INDONESIA Abstract Sabda, Volume // Nomor ?/ September 2004; 22-35 ISSN 1410-7910 BUDAYA BAHARI DAM TRADISI NELAYAN DI INDONESIA Yunandar Fakuftas Peternakan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Abstract There are at least five phenomena which mark the complexity of maritime culture and fisherman tradition in Indonesia; social group of the maritime society, the development of economic sectors concerning sea products, social hierarchy in the daily maritime activities, the relationship between the elements of maritime culture and life sectors of the society, and the continuation and alteration of maritime culture's elements. In order to acquire a deep study on the complexity of maritime culture, there are several concepts used in this paper: Koentjaraningrat's concept of "three forms of culture", Sanjek's concept of "the dynamic culture and creation", and Vadya's concept of "contextual progressive explanatory method". The forms of maritime culture include the system of culture, belief, institution, and production technology. Meanwhile, the dynamics of maritime culture and fisherman tradition is determined not only by the internal factors but also the external forces, such as, innovation on technology, government policy, university interventions, nongovernmental organizations, donor institution, and regional, national, and even global market. Apparently, those external forces have brought negative impacts on the life of maritime society, marked by the decrease of economic prosperity, natural resources and sea environment. The negative impacts can be avoided by applying community- based management in the development of maritime culture. Key Words: maritime culture, fisherman tradition, community-based management. 1. Pendahuluan dan Sulawesi Tengah. Kelompok-kelompok sosial semacam itu bahkan bisa merupakan suatu Sejumlah studi, antara lain dilakukan negara atau kerajaan seperti Kerajaan Samudra oleh Firth (1975), Acheson (1977 dan 1981), Pasai (Masyhuri, 1996). dan Kesultanan Buton Andersen dan Wadel (1982), Ushijima dan (Schoorl, 1984). Kelompok-kelompok sosial yang Zayas (1994), Palsson (1991), dan Masyhuri ada di wilayah pesisir tidak hanya pelayar dan (1996), menunjukkan bahwa fenomena nelayan. Di negara-negara pantai di Eropa dan sosia) budaya bahari sangat kompleks. negara maju lain, dikenal berbagai kelompok Kompleksitas budaya bahari dicirikan oleh sosial seperti awak kapal pengeruk dasar sungai sedikitnya lima fenomena sebagai berikut. dan perairan pantai, olahragawan lautyang Pertama, kelompok-kelompok sosial beranggota para peselancar dan penyelam, kebaharian seringkali bukan sekedar marinir, dan organisasi pencinta lingkungan laut kelompok-kelompok kerja yang merupakan yang anggotanya berasal dari berbagai kota dan sub-sub komunitas desa. Mereka bisa bahkan dar" berbagai negara yang berlainan dikategorikan sebagai sub-sub etnis seperti (Ginkel dan Verrips, 1988). ditunjukkan oteh adanya desa-desa nelayan Kedua, munculnya berbagai kategori sosial Bugis, Mandar, Makassar, dan Madura di tersebut dikondisikan oleh perkembangan jenis- kawasan pesisir. Akan tetapi, bisa pula jenis usaha ekonomi yang terkait dengan laut, merupakan kelompok-kelompok etnis misalnya perikanan, pelayaran atau usaha sepenuhnya seperti tampak pada desa transportasi laut, pertambangan, pariwisata nelayan Bajo di Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan. 22 Sabda, Volume \, Nomor 1, September 2006: 22 - 35 bahari, dan jasa pengamanan wilayah taut dan kapal angkutan, komunitas pembuat perahu/ isinya. Para pelaku ekonomi kebaharian kapa), olahragawan laut, dan satuan marinir. menerapkan berbagai gaya manajemen baik Bahkan di antara kategori sosial yang sama bisa berupa ekstensifikasi dengan strategi diversifikasi pula mempunyai karakter budaya bahari yang usaha maupun intensifikasi dengan jenis usaha berlainan. Kefompok nelayan rumpon (Mandar), tunggal. Di Indonesia, pengembangan ekonomi nelayan bagang (Bugis), penyelam teripang kebaharian yang melibatkan pemerintah (Bajo, Bugis, Makassar) dan pemburu hiu (Bajo) seringkali mengacu pada kerangka yang semuanya berasal dari Sulawesi Selatan pengembangan terpadu yang diidealkan akan mempunyai karakter kebaharian yang berbeda- menguntungkan setiap sektor. Namun usaha itu beda. seringkali dilakukan secara parsial yang Kelima, kompleksitas fenomena menjurus pada gejala persaingan dan konflik kebaharian juga berkaitan dengan dinamika kepentingan, sehingga pada gilirannya sosial dan budaya bahari itu sendiri, baik akibat berdampak buruk terhadap perkembangan usaha perkembangan yang bertumpu baik pada faktor- kecil milik rakyat dengan manajemen tradisional, faktor internal maupun perkembangan yang Ketiga, selain pelaku dan pengguna didorong oleh kekuatan eksternal. Contoh proses langsung, terdapat kategori-kategori sosial lain perkembangan internal adalah perubahan tipe yang turut terlibat dalam setiap sektor ekonomi bagang tancap ke rakit/apung dan akhirnya kebaharian. Perikanan, misalnya, merupakan menjadi bagang perahu di kalangan komunitas sektor ekonomi yang cukup banyak jenisnya nelayan di Sinjai, Sulawesi Selatan. Dinamika sesuai dengan spesies sumberdaya laut, tipe kebaharian yang dipicu oleh faktor eksternal teknologi yang digunakan untuk mengekploi- misafnya adalah masuknya teknologi baru berupa tasinya, dan skala investasi modal usaha. Sektor mesin. Teknologi baru ini tidak hanya ini tidak hanya melibatkan kelompok nelayan, mengakibatkan lerjadinya motorisasi perahu yang tetapi juga memerlukan peran serta para menghilangkan fungsi layar dan dayung, tetapi pembuat perahu dan alat tangkap, pedagang, juga mendorong transformasi struktura) pengusaha dan rentenir, koperasi dan bank, kelompok-kelompok kerja nelayan dan jaringan pasar dan tempat pelelangan ikan, instansi pemasaran hasil tangkapan. Relasi antarbudaya pemerintah yang terkait, petugas keamanan laut, juga menjadi salah satu faktor yang peneliti dan praktisi, lembaga penyandang dan a, mempengaruhi dinamika kebaharian. Pengaruh dan organ isiasi nonpemerintah. Kelompok- tersebut dapat terjadi melalui difusi unsur-unsur kelompok sosial tersebut merupakan kekuatan budaya, seperti persebaran rumpon dari Majenne eksternal yang mempengaruhi atau bahkan (Sulawesi Selatan), biAudari Buton (Sulawesi menentukan tatanan dan dinamika kehidupan Tenggara), dan sebuah bentuk perahu tradisional sosial dan budaya kelompok sosia) kebaharian dari Kalimantan yang dimodifikasi menjadi perahu utama seperti nelayan dan pelayar. tipe/'o/toro'di Bira (Bulukumba) dalam dua dekade terakhir. Relasi antarbudaya seringkali juga diikuti Keempat, fenomena sosial budaya bahari usaha memanipulasi identitas etnis baik secara tidak hanya tampak pada aspek-aspek budaya, temporal maupun permanen. Hal semacam ini tetapi diperlihatkan pula oleh kategori dan hirarki dilakukan antara lain oleh sabagian besar sosial pendukLingnya yang berbeda-beda. masyarakat Bajo dalam rangka adaptasi sosial Fenomena budaya dari setiap kategori sosial mempunyai karakter kepribadian kebaharian budaya dan mempertahankan tradisi seperti masing-masing. Budaya bahari kelompok pengetahuan kelautan, pembuatan perahu, dan aturan bagi hasil. Kompleksitas fenomena sosial nelayan, misalnya, akan menunjuk-kan karakter budaya kebaharian di Indonesia juga berkaitan yang berbeda dari kelompok awak dengan adanya kontradiksi antara pandangan emik dan Budaya Bahari dan Jradisi Nelayan d! /ndbnesia {Yunandarf 23 Sabda, Vohme \, Nomor 1, September 2006: 22-35 etik. Di satu sisi mode eksploitasi sumberdaya menurut linguistik Eropa mengacu kepada laut oleh masyarakat setempat yang berlangsung kegiatan pelayaran, sedangkan istilah "budaya di bawah kendali nilai-nitai dan pengetahuan lokal marin" merujuk kepada aktivitas penangkapan dianggap merefleksikan kearifan lokal yang periu ikan semata (Nishimura, 1976). Jika kedua istilah dipertahankan. Di sisi lain arus komersialisasi tersebut diaplikasikan secara konsisten, kedua sumberdaya laut yang begitu deras mendorong wilayah studi itu akan menjadi eksklusif yang berlangsungnya aktivitas eksploitasi yang kurang berarti bagian-bagian tertentu dari kedua terkendali dan dapat berdampak negatif terhadap subjeknya tereduksi. Konsep budaya bahari kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir, mampu meliputi semua fenomena baik yang lingkungan, dan sumberdaya laut. Gejala tercakup di dalam konsep budaya maritim paternalisme yang melibatkan pemerintah, maupun budaya marin. Penentuan ruang lingkup kalangan akademisi, dan organisasi studi dapat ditakukan dengan memfokuskan nonpemerintah juga mempengaruhi tatanan dan kajian pada fenomena sosial budaya bahari dinamika sosial budaya lokal. tertentu. Dengan memperhatikan kompleksitas Untuk mendeskripsikan dan menganalisis budaya kebaharian di atas, kajian terhadap fenomena budaya bahari yang kompleks, kiranya fenomena sosial dan budaya bahari selayaknya cukup memadai bila digunakan konsep "tiga dilakukan secara muttidisipliner dan atau wujud kebudayaan" (sistem gagasan, sistem interdisipliner. Kajian yang demikian melibatkan sosial, dan budaya material) dari Koentjaraningrat bukan hanya antropologi atau ilmu-ilmu sosial daripada melakukan reduksi wujud kedua dan dan humaniora lainnya, tetapi juga ilmu-ilmu ketiga seperti dilakukan para antropolog kognitif eksak seperti perikanan, kelautan, biologi, (Goodenough, 1961: 522; ekologi, dan teknik perkapalan, yang relevan Keesing, 1994: 68) dan simbolik (Geertz dalam dengan subjek kajian. Hal lain yang tidak kalah Harris, 1968: 20) atau secara berlebihan penting adalah pemilihan konsep kebudayaan.
Recommended publications
  • 05.2 Bab 2.Pdf
    :EUM KAPAL DAN PERAHU TRADISIONAL — BAB II BAB II TINJAUAN MUSEUM KAPAL DAN PERAHU TRADISIONAL Tinjauan Museum Pengertian Museum Museum berasai dari kata Yunani kuno, Musee, yaitu nama sembilan dewi yang melambangkan cabang kegiatan ilmiah atau kesenian. Sedangkan tempat bersemayamnya para Musee untuk mempelajari ilmu-iimu pengetahuan dan kesenian disebut Museion. a. Menurut I.C.O.M Museum adalah suatu lembaga tetap yang berfungsi menyimpan, melindungi, dan memarkan benda-benda dari suatu peradaban atau kebudayaan atau ilmu pengetahuan untuk keperluan pendidikan, penelitian dan rekreasi. b. Menurut A.C. Parker Museum adalah suatu lembaga yang secara aktif menerangkan dunia manusia dan alam1 c. Menurut SirJohn Forsdyke Museum adalah suatu lembaga yang bertugas memelihara kenyataan, memamerkan kebenaran benda-benda, selama hal itu tergantung dari bukti yang berupa benda- benda.2 d. Menurut Gertrud Rudolf Hidle Museum adalah tempat yang bertugas mengumpulkan barang-barang warisan kebudayaan bagi penyelidikan ilmu pengetahuan dan segala hubungannya harus dipamerkan kepada umum. Museum juga harus bersifat terbuka dan dapat menambah pengetahuan terutama bagi generasi muda.3 'arker, A.C, A Manual For History Museums, New York "orsdvke, Sir John, Journal Royal Society ofArts, "'The Functional of a National Museum", Vol XCVTJ iidle, Rudolf Gertrud, Hilfbuch der Museumsarbeit, Dresden 1953 11 MUSEUM KAPAL DAN PERAHU TRADISIONAL " BAB II 2.1.2 Fungsi, Peran dan Kegiatan Museum Fungsi museum adalah :4 1. Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya. 2. Dokumentasi dan penelitian ilmiah. 3. Konservasi dan preservasi 4. Penyebaran dan penataan ilmu untuk umum. 5. Visualisasi warisan alam budaya bangsa. 6. Pengenalan budaya antar daerah dan bangsa. 7. Sarana rekreasi.
    [Show full text]
  • ABSTRAK YANUAR AL-FIQRI. Perkapalan
    ABSTRAK YANUAR AL-FIQRI. Perkapalan Nusantara abad 16-18 Masehi. Skripsi, Jakarta: Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta, 2015. Penelitian ini dilatar belakangi oleh minimnya pembahasan mengenai teknologi perkapalan Nusantara pada perkuliahan di jurusan sejarah fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta. Bertujuan untuk mendeskripsikan teknologi perkapalan Nusantara pada masa abad 16-18 M, yang terdiri dari jenis-jenis kapal, teknik pembuatannya serta ciri-ciri yang dimiliki oleh kapal-kapal Nusantara tersebut. Penelitian ini menggunakan metode historis, dengan langkah-langkahnya yaitu heuristik, kritik ekstern dan intern, verifikasi dan terakhir historiografi. Sumber-sumber sejarah yang digunakan adalah sumber sejarah sekunder, dan didukung oleh sumber-sumber etnografi yaitu pada penjelasan mengenai teknik pembuatan kapal-kapal Nusantara, dikarenakan sumber sejarah yang ada tidak dapat menjelaskan secara lebih rinci mengenai teknik pembuatan kapal. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa teknologi perkapalan Nusantara pada abad 16-18 M memiliki sejarah yang panjang. Teknologi pembuatan perahu lesung orang-orang Austronesia pada masa sebelum masehi menjadi cikal bakal dari teknologi pembuatan kapal dan perahu Nusantara pada masa setelahnya. Pembuatan perahu lesung bercadik Austronesia yang menggunakan teknik Sewn plank-Lashed lug, nantinya berevolusi menjadi kapal-kapal yang lebih besar. Proses evolusi ini disebabkan oleh faktor ekonomi dan teknologi dimana perdagangan laut menjadi semakin ramai dan kebutuhan akan sarana angkutan barang dagangan yang lebih besar dan berteknologi tinggi menjadi syarat utama. Kapal dan perahu Nusantara pada abad 16-18 M seperti kapal Jong, Padewakang, Mayang dan Kora-kora serta perahu-perahu tipe lesung seperti Jukung dan Paduwang dibuat dan digunakan oleh orang-orang Nusantara dengan disesuaikan ciri-cirinya dengan kondisi alam, ketersediaan bahan baku pembuatan serta kondisi sosial ekonomi Nusantara pada masa itu.
    [Show full text]
  • TRADISI PATORANI DI DESA PALALAKKANG KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR ( Studi Unsur-Unsur Budaya Islam )
    TRADISI PATORANI DI DESA PALALAKKANG KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR ( Studi Unsur-unsur Budaya Islam ) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Humaniora Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar Oleh RISKAYANTI NIM: 40200114071 FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2018 Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner KATA PENGANTAR ﷲ ا ا Assalamu’ alaikum Wr. Wb. Tiada kata yang patut penulis ucapkan selain Alhamdulillahi Robbil Alamin serta tidak henti-hentinya penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat Rahmat, Taufiq dan Karunia-Nya yang telah menganugerahkan kehidupan dan kemampuan sehingga skripsi dengan judul Tradisi Patorani di Desa Palalakkang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar (Studi Unsur-unsur Budaya Islam) dapat terselesaikan . Sholawat serta salam dihaturkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarga para sahabat karena dengan jasa mereka Islam dapat tersebut ke setiap penjuru dunia, yang pada akhirnya melahirkan berbagai ide atau gagasan demi mengapresiasi setiap pelaksanaan kegiatan beragama dalam Islam sehingga muncullah berbagai lembaga pendidikan Islam yang lahir sebagai bentuk kreatifitas manusia. Dalam mengisi hari-hari kuliah dan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu patut di ucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan kepada : Rasa syukur dan bangga yang tidak terhingga Kepada kedua orang tua, Ayahanda Sainuddin Dg Raga
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran Bangsa Indonesia Sejak
    1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran Bangsa Indonesia sejak dahulu sudah dikenal sebagai bangsa pelaut yang menguasai jalur-jalur perdagangan. Sebagai bangsa pelaut maka pengetahuan kita akan teknologi perkapalan Nusantara pun seharusnya kita ketahui. Catatan-catatan sejarah serta bukti-bukti tentang teknologi perkapalan Nusantara pada masa klasik memang sangatlah minim. Perkapalan Nusantara pada masa klasik, khususnya pada masa kerajaan Hindu-Buddha tidak meninggalkan bukti lukisan-lukisan bentuk kapalnya, berbeda dengan bangsa Eropa seperti Yunani dan Romawi yang bentuk kapal-kapal mereka banyak terdapat didalam lukisan yang menghiasi benda porselen. Penemuan bangkai-bangkai kapal yang berasal dari abad ini pun tidak bisa menggambarkan lebih lanjut bagaimana bentuk aslinya dikarenakan tidak ditemukan secara utuh, hanya sisa-sisanya saja. Sejak kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara pada abad ke 16, bukti-bukti mengenai perkapalan yang dibuat dan digunakan di Nusantara mulai terbuka. Catatan-catatan para pelaut Eropa mengenai pertemuan mereka dengan kapal- kapal Nusantara, serta berbagai lukisan-lukisan kota-kota pelabuhan di Nusantara yang juga dibuat oleh orang-orang Eropa. Sejak abad ke-17, di Eropa berkembang seni lukis naturalistis, yang coba mereproduksi keadaan sesuatu obyek dengan senyata mungkin; gambar dan lukisan yang dihasilkannya membahas juga pemandangan-pemandangan kota, benteng, pelabuhan, bahkan pemandangan alam 2 di Asia, di mana di sana-sini terdapat pula gambar perahu-perahu Nusantara.1 Catatan-catatan Eropa ini pun memuat nama-nama dari kapal-kapal Nusantara ini, yang ternyata sebagian masih ada hingga sekarang. Dengan menggunakan cacatan-catatan serta lukisan-lukisan bangsa Eropa, dan membandingkan bentuk kapalnya dengan bukti-bukti kapal yang masih digunakan hingga sekarang, maka kita pun bisa memunculkan kembali bentuk- bentuk kapal Nusantara yang digunakan pada abad-abad 16 hingga 18.
    [Show full text]
  • Book Reviews
    BOOK REVIEWS Eric Axelson. Vasco da Gamma: The Diary of His ices will discover it to be an enjoyable, accessible, Travels Through African Waters, 1497-1499. and engaging account. It is certainly a good buy Somerset West, South Africa: Stephan Phillips for most research or university libraries. (Pty) Ltd., 1998. vii + 102, notes, appendices, bibliography, maps, illustrations. ISBN 0-620- M.A. Hennessy 22388-x. Kingston, Ontario Eric Axelson, former head of the Department of History at the University of Cape Town, is to be L.M.E. Shaw. The Anglo-Portuguese Alliance commended for producing a richly illustrated and and the English Merchants in Portugal, 1654- comprehensive new translation of this diary. 1810. Aldershot, Hants. & Brookfield, VT: Translations or the Portuguese original have been Ashgate Publishing, 1998. xii + 233 pp., maps, published previously in 1898,1947 and 1954. The photoplates, appendices, bibliography, index. US last of these, African Explorers (Oxford, 1954), $76.95, cloth; ISBN 1-84014-651-6. was also edited by Axelson, but it did not address the voyage from the coast of Mozambique to This work marks a further contribution by Dr. India and back. That shortfall has been avoided in Shaw to Anglo-Portuguese history in the seven• this valuable new edition, which also contains teenth and eighteenth centuries, significantly other useful features. developing her earlier studies, among them her The anonymous diary commences with da notable investigation into the serious effects of the Gamma's ship leaving Portugal and ceases some• inquisition on Portuguese mercantile wealth and where off Gabon - Axelson addresses why this is resources.
    [Show full text]
  • Location Indicators by Indicator
    ECCAIRS 4.2.6 Data Definition Standard Location Indicators by indicator The ECCAIRS 4 location indicators are based on ICAO's ADREP 2000 taxonomy. They have been organised at two hierarchical levels. 12 January 2006 Page 1 of 251 ECCAIRS 4 Location Indicators by Indicator Data Definition Standard OAAD OAAD : Amdar 1001 Afghanistan OAAK OAAK : Andkhoi 1002 Afghanistan OAAS OAAS : Asmar 1003 Afghanistan OABG OABG : Baghlan 1004 Afghanistan OABR OABR : Bamar 1005 Afghanistan OABN OABN : Bamyan 1006 Afghanistan OABK OABK : Bandkamalkhan 1007 Afghanistan OABD OABD : Behsood 1008 Afghanistan OABT OABT : Bost 1009 Afghanistan OACC OACC : Chakhcharan 1010 Afghanistan OACB OACB : Charburjak 1011 Afghanistan OADF OADF : Darra-I-Soof 1012 Afghanistan OADZ OADZ : Darwaz 1013 Afghanistan OADD OADD : Dawlatabad 1014 Afghanistan OAOO OAOO : Deshoo 1015 Afghanistan OADV OADV : Devar 1016 Afghanistan OARM OARM : Dilaram 1017 Afghanistan OAEM OAEM : Eshkashem 1018 Afghanistan OAFZ OAFZ : Faizabad 1019 Afghanistan OAFR OAFR : Farah 1020 Afghanistan OAGD OAGD : Gader 1021 Afghanistan OAGZ OAGZ : Gardez 1022 Afghanistan OAGS OAGS : Gasar 1023 Afghanistan OAGA OAGA : Ghaziabad 1024 Afghanistan OAGN OAGN : Ghazni 1025 Afghanistan OAGM OAGM : Ghelmeen 1026 Afghanistan OAGL OAGL : Gulistan 1027 Afghanistan OAHJ OAHJ : Hajigak 1028 Afghanistan OAHE OAHE : Hazrat eman 1029 Afghanistan OAHR OAHR : Herat 1030 Afghanistan OAEQ OAEQ : Islam qala 1031 Afghanistan OAJS OAJS : Jabul saraj 1032 Afghanistan OAJL OAJL : Jalalabad 1033 Afghanistan OAJW OAJW : Jawand 1034
    [Show full text]
  • From the on Inal Document. What Can I Write About?
    DOCUMENT RESUME ED 470 655 CS 511 615 TITLE What Can I Write about? 7,000 Topics for High School Students. Second Edition, Revised and Updated. INSTITUTION National Council of Teachers of English, Urbana, IL. ISBN ISBN-0-8141-5654-1 PUB DATE 2002-00-00 NOTE 153p.; Based on the original edition by David Powell (ED 204 814). AVAILABLE FROM National Council of Teachers of English, 1111 W. Kenyon Road, Urbana, IL 61801-1096 (Stock no. 56541-1659: $17.95, members; $23.95, nonmembers). Tel: 800-369-6283 (Toll Free); Web site: http://www.ncte.org. PUB TYPE Books (010) Guides Classroom Learner (051) Guides Classroom Teacher (052) EDRS PRICE EDRS Price MF01/PC07 Plus Postage. DESCRIPTORS High Schools; *Writing (Composition); Writing Assignments; *Writing Instruction; *Writing Strategies IDENTIFIERS Genre Approach; *Writing Topics ABSTRACT Substantially updated for today's world, this second edition offers chapters on 12 different categories of writing, each of which is briefly introduced with a definition, notes on appropriate writing strategies, and suggestions for using the book to locate topics. Types of writing covered include description, comparison/contrast, process, narrative, classification/division, cause-and-effect writing, exposition, argumentation, definition, research-and-report writing, creative writing, and critical writing. Ideas in the book range from the profound to the everyday to the topical--e.g., describe a terrible beauty; write a narrative about the ultimate eccentric; classify kinds of body alterations. With hundreds of new topics, the book is intended to be a resource for teachers and students alike. (NKA) Reproductions supplied by EDRS are the best that can be made from the on inal document.
    [Show full text]
  • Malaysian Communications and Multimedia Commission
    MALAYSIAN COMMUNICATIONS AND MULTIMEDIA COMMISSION INVITATION TO REGISTER INTEREST AND SUBMIT A DRAFT UNIVERSAL SERVICE PLAN AS A UNIVERSAL SERVICE PROVIDER UNDER THE COMMUNICATIONS AND MULTIMEDIA (UNIVERSAL SERVICE PROVISION) REGULATIONS 2002 FOR THE INSTALLATION OF NETWORK FACILITIES AND DEPLOYMENT OF NETWORK SERVICE FOR THE PROVISIONING OF PUBLIC CELLULAR SERVICES AT THE UNIVERSAL SERVICE TARGETS UNDER THE JALINAN DIGITAL NEGARA (JENDELA) PHASE 1 INITIATIVE Ref: MCMC/USPD/PDUD(01)/JENDELA_P1/TC/11/2020(05) Date: 20 November 2020 Invitation to Register Interest as a Universal Service Provider MCMC/USPD/PDUD(01)/JENDELA_P1/TC/11/2020(05) Page 1 of 142 TABLE OF CONTENTS ABBREVIATIONS ............................................................................................................................. 4 INTERPRETATION ........................................................................................................................... 5 SECTION I – INTRODUCTION ........................................................................................................ 8 1. BACKGROUND ......................................................................................................................... 8 SECTION II – DESCRIPTION OF SCOPE OF WORK .............................................................. 10 2. GENERAL DESCRIPTION OF THE FACILITIES AND SERVICES TO BE PROVIDED ....................................................................................................................................... 10 3. SCOPE OF
    [Show full text]
  • 2011 06 Kamus Saku Tado 1A
    Nama angka : 1 saungu satu one 2 roungu dua two 3 toluongu tiga three 4 aopo empat four 5 alima lima five 6 aono enam six 7 papitu tujuh seven 8 uwalu delapan eight 9 sasio sembilan nine 10 sampulu sepuluh ten 11 sampulu saungu sebelas eleven 12 sampulu roungu duabelas twelve 13 sampulu toluongu tigabelas thirteen 14 sampulu aopo empat belas fourteen 15 sampulu alima lima belas fifteen 16 sampulu aono enam belas sixteen 17 sampulu papitu tujuh belas seventeen 18 sampulu uwalu delapan belas eighteen 19 sampulu sasio sembilan belas nineteen 20 rompulu dua puluh twenty 30 tolu mpulu tiga puluh thirty 40 aopo mpulu empat puluh forty 50 lima mpulu lima puluh fifty 60 aono mpulu enam puluh sixty 70 pitu mpulu tujuh puluh seventy 80 walu mpulu delapan puluh eighty 90 sio mpulu sembilan puluh ninety 100 saatu seratus one hundred 200 roatu dua ratus two hundred 300 toluatu tiga ratus three hundred 400 opoatu empat ratus four hundred 500 limatu lima ratus five hundred 600 aonoatu enam ratus six hundred 700 pituatu tujuh ratus seven hundred 800 waluatu delapan ratus eight hundred 900 sioatu sembilan ratus nine hundred 1000 sanjobu seribu one thousand Nama hari : eo Minggu hari Minggu Sunday eo Sinei hari Senin Monday eo Salasa hari Selasa Tuesday eo Rabu hari Rabu Wednesday eo Kamisi hari Kamis Thursday eo Jumaa hari Jum'at Friday eo Satu hari Sabtu Saturday Nama bulan : Wula Saungu Januari January Wula Roungu Februari February Wula Tuluongu Maret March Wula Aopongu April April Wula Limaongu Mei May Wula Aonongu Juni June Wula Pituongu Juli July Wula Waluongu Agustus August Wula Siongu September September Wula Sampuluongu Oktober October Wula Sampulu Saungu November November Wula Sampulu Roungu Desember December KAMUS SAKU BAHASA TADO-LINDU — INDONESIA — INGGRIS Disusun oleh Tim Kerja Pengembangan Bahasa Tado-Lindu: Bance Tarua Erik Pengei, S.Pd.
    [Show full text]
  • Jstorwalk, Connecticut, Tuesday, November 2,1869.- ; ' .-, Lii.—Number 44
    j^'wau'J<uiij; y y »• J> er.tv*w^*4««aelii ((J»0 )i«'iili.1«3 JU .1'. I .,»• (t *, iij Ji %*su£ti w7 * V i fcJfc^N ' # 't* 1 • "'•. :**'>:«: d* & ^ **V*- 4 i , L~J » mxwm -*'*•• • •V'.'£V*v&'".* tfV' r;-*rf,/ivi^»> , Jvf&i£r«ViJfaji|''^'i» fof'i ,*, * j jlk'Mi&l • »Viti J^r it. v fea ,'.V/ v * r*—sfr- ~ »< it,.; ,|XJ0s»*f .>«»{« -<i! ivWJLtil Sid '"- u . Sof \V £3 WHOLE NUMBER 1139. JSTORWALK, CONNECTICUT, TUESDAY, NOVEMBER 2,1869.- ; ' .-, LII.—NUMBER 44. •> :•• .' ? h'iti. ^V[ |Vj. -.11 Si? For Sale or to Rent. THOUGHTS IN SICKNESS, if . ; IORWALK GAZETTE. REAL ESTATE. y Edward P. Weed /, " Come, come, Gwynne, make haste," at ing to make a match of it. Don't look so WILL IT PAY? r'-fi h'h'i, >•'• URNISHED or unfurnished, the house on Pros­ last sounded from below. DENTISTRY F pect Hill, formerly occupied by Dr. Child;. Pos­ DRUGGIST 4C APOTHECARY, Something to cling to on life's troubled main astonished. She'll make him a good wift;. By.Pre** or Watash College. •/{' Th« ReesMi Olieit Paper In lk« State. -IN For Sale or Exchange. , session given immediately; will be rented for the I ran down to obey the doctor's call, and for though she is a year younger than dear This is a great question, and it is very of-.j; , winter or the year. Inquire of nr*M Street, Norwalk Conn The tempest tossed mariners cry; ; ttoutb. KTorwallt. -t -t r» ACRES of Land in Wilton, Conn., about Something to ding to in sickness and pain / ' r soon proceeded up the town to Mrs.
    [Show full text]
  • State Specific Report on Visit to Anganwadi Centres(2017-18)
    Visit to Anganwadi Centres- State Specific Report (2017-18) Central Monitoring Unit, Monitoring & Evaluation Division National Institute of Public Cooperation and Child Development 5, Siri Institutional Area, Hauz Khas, New Delhi – 110016 Visit to Anganwadi Centres- State Specific Report (2017-18) List of Contents Page No. Abbreviations 1 Number of AWCs Visited during 2017-18 2 Total 3-5 Andhra Pradesh 6-7 Arunachal Pradesh 8-9 Assam 10-11 Bihar 12-13 Haryana 14-15 Jammu & Kashmir 16-17 Jharkhand 18-19 Karnataka 20-21 Kerala 22-23 Madhya Pradesh 24-25 Maharashtra 26-27 Manipur 28-29 Meghalaya 30-31 Nagaland 32-33 Puducherry 34-35 Rajasthan 36-37 Tamil Nadu 38-39 Telangana 40-41 Tripura 42-43 Uttar Pradesh 44-45 West Bengal 46-47 Major Observations and Recommendations 48-80 Annexure 81-189 Visit to Anganwadi Centres- State Specific Report (2017-18) ANM Auxiliary Nurse Midwife AWC Anganwadi Centre AWW Anganwadi Worker BRGF Backward Regions Grant Fund CSR Corporate Social Responsibility GOI Government of India GOVT. Government HCM Hot cooked Meal ICDS Integrated Child Development Services MGNREGA Mahatma Gandhi National Rural Employment Guarantee Act MLALAD Member of Legislative Assembly Local area Development MPLAD Members of Parliament Local Area Development MSDP Multi Sectoral Development Programme MS Morning Snacks NRC Nutrition Rehabilitation Centre P&LM Pregnant Women & Lactating Mother PHC Primary Health Centre PRI Panchayti Raj Institution PSE Pre School Education RIDF Rural Infrastructure Development Fund SN Supplementary Nutrition THR Take Home Ration UT Union Territory WHO World Health Organization 1 Visit to Anganwadi Centres- State Specific Report (2017-18) Number of Anganwadi Centres visited in the year 2017-18 S.No Name of the No.
    [Show full text]
  • Scanned Image
    !6 . ?J J.l I HI 0 :)._ TUGAS AKHIR PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI MATERIAL DAN TEKNOLOGI PADA MULTI YARD SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN STANDAR KAPAL PELAYARAN RAKYAT fZSPe. 6~?. g Oleh: W~j GALffi _CANDRA WIJAYA p- ( NRP. 4198.100.504 {).00'1- JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTASTEKNOLOGIKELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURAB YA PIRPUST A KAAN 200 LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI MATERIAL DAN TEKNOLOGI PADA MULTI YARD SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN STANDAR KAPAL PELAYARAN RAKYA T .. TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ]urusan Teknik Perkapalan ~ Fakultas Teknologi Kelautan lnstitut Teknologi Sepuluh Nopember Mengetahui I Menyetujui : Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II lr. Heri Supomo, MSc. NIP. 131.842.506 SURABAYA JUNI 2002 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERI FAKULTASTEKNOLOGIKELAUTAN ,~~~!!:~~ !:~~1!-r-1176 Fa< 5947254 SUBAT KEPUTUSAN TUGAS A"KRIR No.1 S77h I K03.4.2/PP/2001 Nama Mahasiswa Gallh Condra W. Nomor Pokok 41981 00504 Tanggal dlberl tugas 01 Pebruarl 2001 Tanggal selesal tugas 30 Junl 2001 Dosen Pemblmblng 1 . lr. Sjarief Wldjaja, Ph.D. 2. lr. Heri Supomo, MSc Uralan I judul tugas akhlr yang dlberlkan : #PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI MATERIAL DAN TEKNOLOG/ PADA MULTI YARD SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN STANDAR KAPAL PELAYARAN RAKYAT# Soradtaya, 19 Pehrlari 2000 ~~-.............. - ~~sam Telmll' Perkapalan V-_c. t Tembusan: l. Yth. Dekan ITK-ITS 2. Yth. Dosen Pembimbing 3. Arsip SEPULUH NOPEMBER INSTITUTE OF TEC ABSTRACT PLANNING ON A NETWORK OF MATERIAL DIS UTION AND TECHNOLOGY lN MULTI YARD SYSTEM FOR A DEVELOPMENT OF STANDARD FALK SAILING SIDP Engineer (Sl) By : Gahh Candra Wijaya Nrp: 4198.100.504 Adviser : Jr.
    [Show full text]