Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937 Vol. 9 No 1, 2021

MOTIVASI PENGUNJUNG MELAKUKAN LEISURE AND RECREATION DI DAYA TARIK WISATA MALIOBORO, Ni Komang Otami Astuti Widiandari a, 1,Saptono Nugroho a, 2 1 [email protected], 2 [email protected] a Program Studi Sarjana Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris No 7, Denpasar, Bali 80232 Abstract Shopping center Malioboro offers a variety of souvenirs typical of Yogyakarta such as shirts, , blankon, sandals, and various types of handicrafts. In addition, Malioboro also serves as a culinary center with stalls along the street serving typical food and beverages at very cheap prices. Malioboro also has old buildings of Dutch colonial heritage. This research is located at Jalan Malioboro, Sosromenduran, Gedong Tengen, Yogyakarta City, Special region of Yogyakarta. The aims of this research to understand the attraction, accessibility, amenities, and ancillary also the tourist motivations in this tourist destination. The accidental sampling technique using for informants to collecting data. This research uses qualitative methods with techniques of observation, interview, questionaire, and documentation study. The data analysist technique used descriptive qualitative analysis. The research finds that many variety of attractions (culinary, shopping tour, building architecture, and street artists), accesibility (by transportation and information), amenities (hotels and tourism support facilities) and ancillary (UPT and merchant associations) existed in Malioboro. The motivation of visitors divided by two factors that is the push factor (out of saturation and curiosity) and pull factor (images owned, cheap prices provided, and the atmosphere offered by Malioboro).

Keywords: Tourist Motivations, Leisure and Recreation, Malioboro

I. PENDAHULUAN Selain itu, Malioboro juga menjadi pusat kuliner Kota Yogyakarta merupakan ibu kota dengan adanya warung-warung disepanjang jalan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang menjadi yang menyuguhkan sajian (makanan dan minuman) tempat atau pusat berjalannya pemerintahan. Kota khas dengan harga yang sangat murah. Malioboro Yogyakarta berada pada urutan ketiga sebagai kota juga memiliki bangunan-bangunan tua peninggalan terbesar di wilayah Pulau Jawa bagian selatan kolonial Belanda. Hal ini menjadi potensi atau daya setelah Bandung dan Malang menurut jumlah Tarik yang ditampilkan Malioboro kepada para penduduknya (Kementerian Pekerjaan Umum dan pengunjung. Perumaha Rakyat, 2016). Kota yang dikenal sebagai Kota Gudeg ini Adapun penelitian sebelumnya yang terkait, memiliki potensi yang tak kalah menarik jika yang pertama ditulis oleh Kurniawan (2007) dengan dibandingkan daerah-daerah wisata lainnya judul penelitian “Status dan Peran Malioboro Mall sehingga mampu mendatangkan banyak wisatawan, Sebagai Objek Wisata Belanja”. Peneliti di mana kearifan budaya lokal masih begitu tampak menggunakan kuesioner sebagai metode penelitian di tengah kehidupan modern saat ini. Mengunjungi yang ditujukan untuk pengunjung dan wawancara kota Yogyakarta adalah salah satu pilihan terbaik kepada pengelola Malioboro Mall dan penduduk jika ingin mempelajari budaya Jawa yang mana lokal. Tujuan ditulisnya jurnal ini untuk mengetahui masih dipertahankan. Selain budaya, Yogyakarta apa tujuan utama wisatawan datang ke Malioboro juga menampilkan kekayaan bentang alam dalam Mall. Acuan kedua diberi judul “Leisure, Rekreasi, pengembangan pariwisatanya mulai dari Pariwisata Dalam Berbagai Dimensi Metropolitan” pegunungan hingga pantai, serta berbagai bentuk oleh Gunawan (2007). Kasus pada penelitian ini bangunan-bangunan masa prasejarah yang dimiliki. dilatarbelakangi oleh kota metropolitan sebagai Terdapat banyak tempat wisata menarik pusat perekonomian dan industri yang telah yang dimiliki Yogyakarta, salah satunya adalah memiliki kepadatan penduduk dan kesibukan Malioboro. Jalan sepanjang 2,5 kilometer ini masing-masing individu ataupun kelompok hingga merupakan salah satu tempat populer di Yogyakarta menyebabkan rasa kebingungan penduduk kota dan selalu ramai dikunjungi para pelancong. metropolitan dalam menghabiskan leisure dengan Berlokasi dekat dengan Keraton Yogyakarta dan kegiatan rekreasi. Maka dari itu penelitian ini merupakan garis imajiner yang menghubungkan menghasilkan bagaimana pemanfaatan leisure yang antara pantai Parangtritis, Keraton Yogyakarta, dan dilakukan oleh penduduknya dan kegiatan yang Gunung Merapi. Malioboro sebagai pusat wisata akan dilakukan. Acuan terakhir berjudul “Analisis belanja menawarkan berbagai macam oleh-oleh Kepuasan Wisatawan Terhadap Daya Tarik Wisata khas Yogyakarta seperti souvenir berupa kaos, batik, Malioboro Kota Yogyakarta” yang telah diteliti oleh blankon, sandal, dan berbagai jenis kerajinan tangan. Baharuddin et al (2016). Para peneliti menggunakan

158

Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937 Vol. 9 No 1, 2021 kuisioner sebagai metode penelitian yang ditujukan atraksi wisata, bandara, transportasi, waktu dan untuk wisatawan yang datang dan wawancara biaya yang dapat menunjang wisatawan menuju ke langsung terhadap wisatawan. Tujuan ditulisnya daerah tujuan wisata. Amenity (amenitas) jurnal ini untuk mengetahui kepuasan wisatawan merupakan fasilitas pendukung kegiatan pariwisata terhadap daya tarik wisata Malioboro. yang bertujuan memberikan kenyamanan terhadap wisatawan seperti akomodasi, pusat kesehatan, Dalam penelitian ini memakai lima konsep informasi dan komunikasi, ketersedian air bersih, untuk menganalisis permasalahan, yaitu konsep listrik dan lain sebagainya. Ancilliary (kelembagaan) leisure and recreation (Murvey 1974, Kelly,1982). merupakan komponen atau tatanan antara anggota Leisure yang sebenarnya adalah suatu kebebasan masyarakat yang mengikat dan diwadahi oleh suatu untuk pengembangan diri yang terekspresikan organisasi dan merupakan sistem sosial yang dalam satu kegiatan. Recreation adalah “kegiatan melakukan usaha untuk mencapai tujuan tertentu. atau pengalaman sukarela yang dilakukan seseorang di waktu luangnya, yang memberikan kepuasan dan II. METODE PENELITIAN kenikmatan pribadi. Penelitan berlokasi di Kawasan Malioboro yang terletak di Jalan Malioboro, Sosromenduran, Konsep Motivasi menurut Pitana dan Gedong Tengen, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Gayatri (2005), khususnya dibidang pariwisata, Yogyakarta. Jenis data dipakai berupa data motivasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor kuantitatif dan data kualitatif (Bungin, 2007). internal (motivasi intrinsic) dan faktor eksternal Sumber data utama adalah data primer dan (motivasi ekstrinsik). Motivasi intrinsic ini beracu sekunder (Bungin, 2017). pada diri wisatawan itu sendiri yang bisa dijelaskan Metode penelitian yang digunakan adalah dalam teori hirarki kebutuhan milik Maslow yaitu metode kualitatif dengan teknik-teknik kualitatif diantaranya kebutuhan fisiologis, kebutuhan (Anom, dkk., 2019). Teknik penentuan informan keamanan, kebutuhan akualisasi diri, dan kebutuhan dengan incidental sampling (Sugiyono, 2013). Teknik prestise. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang pengumpulan data observasi (Suryawan, dkk., terbentuk oleh faktor dari luar seperti norma sosial, 2017), wawancara penggunaan kuesioner pengaruh dan tekanan keluarga, situasi kerja yang menunjang data kualitatif (Sugiyono, 2009; terinternalisasi, yang kemudian berkembang Arikunto, 2014) dan dokumentasi (Sugiyono,2014). menjadi kebutuhan psikologis. Teknik analisis data, menggunakan teknik analisis Konsep pengunjung menurut International deskriptif kualitatif (Nawawi dan Martini, 1996). Union Of Official Travel Organization (IUOTO) (2014), pengunjung yaitu setiap orang yang datang III. HASIL DAN PEMBAHASAN ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan Bedasarkan hasil dilapangan, dapat diperoleh biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk hasil berupa profil daya tarik wisata malioboro dan melakukan pekerjaan yang menerima upah. motivasi pengunjung di malioboro. Konsep wisata belanja adalah kegiatan 3.1 Profil Daya Tarik Wisata Malioboro perjalanan yang dilakukan seseorang atau 3.1.1 Atraksi sekelompok orang pada saat berwisata, bukan Malioboro sebagai ikon kota Yogyakarta sekedar jalanjalan tetapi juga untuk membeli selalu ramai dikunjungi baik siang hari maupun keperluan yang dibutuhkan. Wisata belanja disebut malam hari. Atraksi yang disuguhkan Malioboro sebagai kegiatan wisata yang memanfaatkan antara lain adalah sebagai berikut : kawasan komersial perdagangan retail sebagai 1. Wisata Kuliner tempat rekreasi untuk tujuan berkunjung dan Warung-warung berjejer sepanjang jalan beraktivitas berbelanja untuk kebutuhan berwisata Malioboro beroperasi selama kurang lebih (Ismayanti,2011:159). 24 jam. Warung-warung milik masyarakat Yogya yang tergabung dalam beberapa Konsep komponen pariwisata merupakan asosiasi pedagang dan berada di bawah penggolongan potensi wisata yang dimilki Desa naungan UPT (Unit Pelaksana Teknis) Wisata Kerta dengan konsep 4A, komponen Malioboro ini menyajikan berbagai kuliner potensi wisata tersebut terdiri dari attraction, Nusantara baik makanan maupun minuman. accessibility, amenity dan ancilliary (Cooper dkk, Berdasarkan ketentuan UPT yang 1995). Attraction (atraksi) adalah daya tarik suatu bertanggungjawab dalam pengelolaan destinasi seperti kesenian sedangkan aktivitas Malioboro, para pedagang telah dibuatkan adalah apa saja yang dapat dilakukan wisatawan jadwal operasi untuk siang dan malam hari. di daerah tujuan wisata. Accessibility (aksesibiltas) Makanan yang biasanya dijajakan pada merupakan sarana dan prasarana yang dapat siang hari adalah lumpia, bakso dan mie memudahkan wisatawan untuk mencapai daerah ayam. Sedangkan untuk minuman pedagang tujuan wisata misalnya peta perjalanan wisata, data menawarkan minuman-minuman segar

159

Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937 Vol. 9 No 1, 2021

seperti es cendol, es dawet, es degan, dan es satu ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan kelapa muda. beberapa pengunjung di Malioboro, mereka Pada malam hari kuliner yang biasanya mengakui bahwa selain karena citra Malioboro yang dijajakan disetiap warung dan angkringan sudah terkenal sejak lama, sebagian besar dari adalah lalapan, seafood, serta makanan khas mereka juga mendapatkan informasi tentang Yogyakarta yang paling terkenal dan Malioboro dengan mengakses di internet. Dengan diminati pengunjung yaitu gudeg. kecanggihan teknologi masa kini masyarakat Sedangkan minuman yang ditawarkan pada menjadi lebih mudah untuk mengakses berbagai malam hari biasanya adalah kopi hitam. informasi tentang tempat-tempat menarik yang bisa 2. Wisata Belanja dikunjungi termasuk di dalamnya adalah daya tarik Selain menyediakan warung-warung wisata Malioboro. Selain itu juga, ada beberapa makanan dan minuman untuk berwisata petunjuk jalan yang dapat mengarahkan wisatawan kuliner, Malioboro juga menawarkan menuju kawasan Malioboro tersebut dan ada kegiatan berbelanja baik secara tradisional beberapa transportasi umum yang dapat masuk di maupun modern. Toko-toko souvenir kawasan tersebut seperti taksi dan ojek online, tertata rapi disebelah barat jalan Malioboro, becak, maupun andong. Adapun alat transportasi menjual berbagai macam oleh-oleh khas yang digunakan pengunjung Malioboro dapat dilihat Yogyakarta seperti kaos bertuliskan Jogja, dalam tabel berikut : pakaian batik, blankon, berbagai macam tas, topi, dan sandal bertuliskan Jogja serta pernak-pernik gelang, kalung, gantungan, dan miniatur kendaraan khas Yogyakarta yaitu sepeda onthel dan andong. Harga yang Tabel 3.1 Transportasi yang Digunakan untuk ditawarkan para pedagang pun terbilang Mengunjungi Malioboro murah dan pas dikantong. Atau para Jumlah Persentase No. Jenis pengunjung juga dapat berbelanja secara (orang) (%) modern di Mall Malioboro. 1. Jalan kaki 12 33,3% 3. Arsitektur Bangunan Kendaraan 2. 15 41,7% Malioboro juga menawarkan atraksi berupa Pribadi keunikan bangunan-bangunan tua 3. Sepeda 1 2,8% peninggalan kolonial Belanda dengan 4. Bus wisata 3 8,3% arsitektur yang khas. Bangunan-bangunan 5. Lainnya 5 13,9% tua yang menjadi saksi bisu perjalanan kota Total 36 100% Yogyakarta dari masa ke masa hingga kini (Sumber: Kuesioner, 2018) masih terjaga dengan sangat baik. Beberapa Dari Tabel 3.1 dapat diketahui bahwa dari bangunan-bangunan tersebut juga hampir dari setengah narasumber memilih sudah dijadikan tempat wisata yang dibuka menggunakan kendaraan pribadi dengan presentase untuk umum seperti Benteng Vredeburg 41,7%, sedangkan diurutan kedua pengunjung yang didirikan pada tahun 1765 kini telah memilih untuk berjalan kaki dengan alasan dijadikan sebaga museum. menghindari macet dan tempat tinggal yang 4. Atraksi Seniman Jalanan memang dekat dari Malioboro dengan presentase Atraksi seni yang ditampilkan para seniman 33,3%, lalu sisanya adalah menggunakan bus wisata jalanan pada malam hari di Malioboro sebesar 8,3%, sepeda 2,8% dan kendaraan lainnya membuat suasana menjadi semakin seru. sebesar 13,9%. Mereka akan mengekspresikan kemampuan Tabel 3.2 Sumber Informasi Tentang Malioboro yang dimilki dengan bermain musik, Jumlah Persentase bernyanyi, pantomim, atau melukis. Hal ini No. Sumber (orang) (%) juga merupakan daya tarik bagi pengunjung terutama para kawula muda. Pengunjung 1. Teman 16 44,4% Biro Malioboro pada malam hari akan 2. 1 2,8% didominasi oleh kalangan muda yang ingin Perjalanan berkumpul bersama teman-teman ataupun 3. Brosur - - keluarga. 4. Internet 7 19,4% 3.1.2 Aksesibilitas 5. Lainnya 12 33,3% Terkait aksesibilitas dalam hal ini bukan Total 36 100 % hanya berupa moda transportasi yang dapat (Sumber: Kuesioner, 2018) digunakan oleh para pengunjung menuju kawasan Sedangkan pada Tabel 3.2 dapat diketahui Malioboro, namun juga terkait kemudahan dalam bahwa sebagian besar pengunjung mendapatkan mendapatkan informasi tentang daya tarik wisata informasi tentang Malioboro dari teman dengan

160

Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937 Vol. 9 No 1, 2021 persentase sebesar 44,4% selain itu ada pengunjung tidak langsung ikut mempromosikan yang mengetahui infromasi dari internet sebanyak kawasan Malioboro. 19,4%, dan untuk pilihan lainnya dengan jumlah persentase 33,3% pengunjung mengaku bahwa sudah lama mengetahui informasi tentang 2) Asosiasi Pedagang Malioboro karena memang sudah terkenal. Pedagang kaki lima di kawasan Malioboro terhimpun dalam paguyuban- 3.1.3 Amenitas paguyuban pedagang kaki lima Malioboro. Sebagai salah satu tempat favorit bagi para Himpunan paguyuban-paguyuban ini pelancong yang melakukan kegiatan wisatanya di berada di bawah naungan UPT Malioboro, Daerah Istimewa Yogyakarta, Malioboro tentu perlu diantaranya adalah paguyuban Tri Dharma membangun berbagai bentuk fasilitas yang dan PEMALNI yang merupakan paguyuban menunjang aktivitas yang dilakukan masyarakat terbesar dengan jumlah anggota masing- saat mengunjungi kawasan Malioboro. Setelah masing 380 pedagang dan 400 pedagang. melakukan observasi dapat dilihat beberapa tempat Selain itu, ada juga paguyuban Handayani, penginapan (hotel), baik yang tidak berbintang PPMS (Paguyuban Pedagang Makan Siang), hingga berbintang seperti Hotel Grand Inna, Hotel paguyuban PPKLY, paguyuban PKKLM2Y, Ibis, Hotel Whiz, Hotel Melia Purosani dan beberapa paguyuban Sosrokusumo, PPLM lainnya yang berlokasi tepat di kawasan Malioboro. (Paguyuban Pedagang Lesehan Malam), Selain bangunan berupa hotel, ada pula serta beberapa pedagang yang tidak terikat fasilitas penunjang lainnya seperti halte, tempat dengan paguyubaan tersebut di atas. duduk, petunjuk jalan untuk tunanetra, petunjuk Paguyuban-paguyuban ini memfasilitasi jalan mengarah Malioboro, lahan parkir yang dibagi anggotanya dengan fasilitas seperti simpan pinjam, menjadi 3 lokasi, ATM centre, kedai-kedai yang asuransi kesehatan, dana sosial, pengajian, arisan, berada sepanjang jalan Malioboro, juga pertokoan dan lain-lain. Dengan adanya paguyuban tersebut yang menjual aneka souvenir khas Yogyakarta dapat juga mempermudah pendataan jumlah seperti kaos bertuliskan Yogyakarta, tas, sandal atau pedagang yang ada di kawasan Malioboro. Selain itu sepatu, topi, gantungan, dan lain-lain. pemerintah yang diwakilkan oleh Dinas Pariwisata Yogyakarta menyediakan pelatihan berbahasa 3.1.4 Ancilary Inggris untuk pedagang yang ada agar siap melayani 1) UPT wisatawan asing yang datang berkunjung ke Dalam setiap aktivitas yang terjadi Malioboro. di kawasan Malioboro, diatur dan diawasi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) 3.2 Motivasi Wisatawan Pengelolaan Kawasan Malioboro yang 3.2.1 Faktor Pendorong berada dalam naungan Dinas Pariwisata Berikut beberapa faktor pendorong dari dan Kebudayaan Kota Yogyakarta. Pada pengunjung yang melakukan kunjungan ke Peraturan Wali Kota Yogyakarta No. 92 Malioboro : tahun 2009 disebutkan bahwa UPT 1. Keluar dari kejenuhan (refreshing) Malioboro memiliki fungsi pengelolaan Setelah melakukan wawancara dengan pariwisata, kebersihan, keindahan, beberapa pengunjung yang datang ke pemeliharaan sarana prasarana, usaha Malioboro, banyak dari mereka mengakui perdagangan, penataan kawasan parkir dan bahwa Malioboro menjadi tempat pilihan transportasi yang berada di kawasan terbaik jika ingin menghindari suasana jenuh Malioboro. Selain itu juga, UPT Malioboro yang dialami. Udara segar dan sejuk ditambah memiliki visi yaitu untuk menjadikan dengan lalu lalang orang yang datang Malioboro sebagai destianasi pariwisata mengunjungi jalan Malioboro terasa sangat utama. Seperti yang diketahui bahwa khas dibenak masyarakat. Meski hanya datang, Malioboro merupakan salah satu kawasan duduk lalu menikmati kuliner yang dijajakan wisata yang sangat terkenal di Yogyakarta para pedagang, pengunjung akan merasa atau bisa juga disebut sebagai ikon kota sangat nyaman berada di Malioboro. Salah satu Yogyakarta. Maka dari itu, untuk menjaga pengunjung diwawancarai peneliti adalah Asih eksistensi Malioboro UPT telah melakukan (29) beberapa cara salah satunya dengan “Refreshing aja sih mbak, sekali-kali dari pada mengadakan event-event di kawasan bosan di rumah yah mending ngajak anak tersebut. Dalam kurun waktu satu tahun, main ke sini.” sudah diselenggarakan kurang lebih (Sumber: Wawancara, 6 April 2018) delapan event. Acara-acara tersebut secara

161

Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937 Vol. 9 No 1, 2021

Beliau mengaku akan ke Malioboro jika kota Yogyakarta merupakan nilai tambah dari sudah merasa sangat bosan atau jenuh dengan Malioboro. Berikut beberapa pernyataan yang rutinitas sehari-hari di rumah. disampaikan oleh para pengunjung, Rensa (23 Tidak hanya suasana di siang hari, tahun) dari Wamena mengatakan, suasana malam hari pun tidak kalah “Saya disini itu lagi tugas dinas, terus mau mengasyikkan yang tentu bisa menghilangkan cari oleh-oleh buat orang rumah. Teman saya kejenuhan seketika. Pengunjung yang datang ke yang ini (menunjuk salah satu temannya) Malioboro mengakui bahwa mereka datang yang ngajak saya nyari oleh-oleh di sini, untuk menghindari suasana jenuh dari kegiatan katanya murah” sehari-harinya. (Sumber: Wawancara, 6 April 2018) 2. Rasa Ingin Tahu Selain itu juga ada Agung (22 tahun) dari Faktor ini merupakan faktor utama Jakarta mengakui hal yang sama bagi para pengunjung yang datang dari luar “Saya ke Jogja udah beberapa kali, awalnya kota Yoyakarta. Banyak dari pengunjung gara-gara penasaran aja katanya di sini mengaku penasaran dengan apa dan barangnya murah-murah, eh emang bener bagaimana sebenarnya Malioboro. Nanda (34 kalau harga souvenirnya murah terus juga tahun) sebagai salah satu pengunjung yang bisa nawar kalau masih mahal, kalo di toko- datang berkunjung ke Malioboro mengatakan, toko gitu gak bisa nawar mbak, gak enak” “Ya awalnya saya penasaran, kan dari dulu (Sumber: Wawancara, 6 April 2018) lihat cuma dari media sosial sama dikasih tau Berdasarkan pernyataan dari kedua temen gitu ya udah selagi dapat libur langsung pengunjung tersebut dapat dibuktikan bahwa ke sini mbak”. harga murah merupakan salah satu faktor (Sumber: Wawancara, 6 April 2018) penarik minat seseorang untuk datang ke Hal ini dinyatakan karena Malioboro Malioboro. menjadi sangat populer dikalangan masyarakat Indonesia. Banyak orang-orang khususnya dari 3) Suasana luar daerah Yogyakarta jadi penasaran dan Setelah melakukan wawancara dengan ingin langsung datang mengunjungi Malioboro. beberapa pengunjung yang datang ke kawasan Malioboro, sebagian besar dari mereka 3.2.2 Faktor Penarik mengakui bahwa Malioboro mampu memikat 1) Citra hati para pengunjung dengan suasananya. Maliobro merupakan daya tarik wisata Menikmati udara segar di pagi hari sembari utama yang dimiliki Yogyakarta. Jalan melihat kawasan ini perlahan mulai ramai sepanjang 2,5 kilometer ini telah lama menjadi dengan hiruk pikuk masyarakat Yogyakarta ikon kota istimewa tersebut. seperti yang dinyatakan Budi (55 tahun) salah Malioboro sebagai daya tarik wisata satu dari pengunjung yang datang mengatakan, terbilang sangat populer ditelinga masyarakat “Beberapa kali kesini, terus pas selesai Nusantara dan bahkan oleh orang-orang nganter anak sekolah saya biasanya ke sini hampir di seluruh dunia. Akan tampak tidak sambil nunggin jemput anak. Ya kan disini lazim apabila seseorang datang berkunjung ke suasananya beda daripada di rumah, bisa Daerah Istimewa Yogyakarta namun tidak lihat orang lalu-lalang, kalau di rumah terus menyinggahi tempat yang satu ini, seperti yang suntuk mbak”. dinyatakan oleh Novia (19 tahun) salah satu (Sumber: Wawancara, 6 April 2018) pengujung di Malioboro Selain itu, pada malam hari banyak para “Saya ke Jogja sama temen-temen mbak, muda-mudi yang akan datang mengunjungi terus pada ngajak ayo ke Malioboro, masak Malioboro untuk bercengkrama dengan teman- udah di Jogja tapi gak ke Malioboro, percuma temannya sembari menikmati kuliner dan ntar” menyeruput kopi hitam yang disajikan (Sumber: Wawancara, 6 April 2018) beberapa angkringan milik masyarakat Yogya. Para pengunjung juga dapat menikmati alunan 2) Harga Murah lagu yang akan dimainkan oleh seniman lagu Selain citra sebagai ikon sebuah kota jalanan. Suasana seperti inilah yang mejadi ciri istimewa, Maliobro juga terkenal sebagai pusat khas dari jalan Malioboro. wisata belanja dengan harga murah. Hal ini Namun, sangat disayangkan beberapa merupakan salah satu faktor penarik lain bagi dari pengunjung mengeluhkan keadaan seseorang untuk datang berkunjung ke Malioboro yang saat ini sedang gencar Malioboro. Para pengunjung dapat berburu melakukan berbagai perbaikan. Pengunjung kuliner serta souvenir-souvenir murah khas yang sudah beberapa kali mengunjungi

162

Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937 Vol. 9 No 1, 2021

kawasan Malioboro mengaku akan mulai DAFTAR PUSTAKA merasa gerah pada waktu siang hari. Hal ini mungkin disebabkan banyaknya pohon yang Anom, M. Par, Dr. Drs. I Putu dan Mahagangga, S.Sos., M.Si, ditebang saat membangun trotoar dan I Gusti Agung Oka. 2019. Handbook Ilmu Malioboro kini sudah tak serindang dulu. Pariwisata Karakter dan Prospek. Jakarta: Prenada Masyarakat atapun pengunjung berharap agar Media (Divisi Kencana) pembangunan tersebut segera diselesaikan. Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Baharuddin, Aris. dkk. 2016. “Analisis Kepuasan IV. SIMPULAN DAN SARAN Wisatawan Terhadap Daya Tarik Wisata Malioboro 4.1 Simpulan Kota Yogyakarta”. Makassar: Ad’ministare Vol. 3 No. 2. Adapun hasil identifikasi atraksi yang Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, ditawarkan Malioboro adalah wisata kuliner, wisata Ekonomi, Kebijakan, dan Ilmu Sosial Lainnya. belanja baik yang tradisional maupun modern, Jakarta: PRENADA MEDIA GROUP. arsitektur bangunan khas masa kolonial Belanda, Gunawan, Myra P. 2007. “Leisure, Rekreasi, Pariwisata dan penampilan musik seniman jalanan. Kedua, Dalam Berbagai Dimensi Metropolitan”. Bandung: aksesibiltas yakni terkait moda transportasi yang Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Vol 18; No mudah didapatkan di dan menuju Malioboro yaitu 1:49-64. taksi dan ojek online, becak, serta andong. Akses Harsono, Nanang Rudi dan Yusrizal Firdaus. 2017. yang dimaksud juga adalah kemudahan pengunjung “Motivasi Wisatawan Mengunjungi Objek Wisata di Desa Pawan Kabupaten Rokan Hulu”, Pekanbaru: mendapatkan informasi tentang Malioboro selain Jom FISIP. Vol. 4; No. 1. karena citranya yang sudah terkenal pengngunjung juga dapat mengakses informasi melalui internet. Ismayanti. 2010.Pengantar Pariwisata. Jakarta: Publisher Ketiga, amenitas atau fasilitas-fasilitas penunjang Graznido. kegiatan wisata di kawasan daya tarik wisata KBBI. 2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Malioboro antara lain adalah hotel, halte, tempat [Online] Available at: duduk, petunjuk jalan untuk tunanetra, petunjuk http://kbbi.web.id/fenomena [Diakses 16 Maret jalan mengarah Malioboro, lahan parkir yang dibagi 2018] menjadi 3 lokasi, ATM centre, kedai-kedai yang Kurniawan, Muhammad Arief. 2007. “Status dan Peran Malioboro Mall Sebagai Objek Wisata Belanja di berada sepanjang jalan Malioboro, juga pertokoan Malioboro Yogyakarta”. Tesis. Yogyakarta: souvenir. Keempat, ancilary atau kelembagaan yang Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. ada di kawasan daya tarik wisata Malioboro terdiri Menuh, Ni Nyoman. 2015. “Karakteristik Wisatawan atas dua yaitu UPT (Unit Pelaksanaan Teknis) dan Backpacker Mancanegara dan Dampaknya Asosiasi Pedagang yang bertanggungjawab atau Terhadap Perkembangan Pariwisata di Kuta, Bali”. berada di bawah naungan UPT Malioboro, seperti Tesis. Denpasar: Pascasarjana Universitas asosiasi Tri Dharma, PEMALNI, Handayani, dan Udayana. PPLM. Kemudian Motivasi wisatawan melakukan Muljadi, A.J. dan H. Andri Warman. 2014. Kepariwisataan kunjungan ke kawasan daya tarik wisata Malioboro Dan Perjalanan. Jakarta: Rajawali Pers. Nawawi, Hadari dan Mimi Martini. 1996. Penelitian terdiri atas dua, yaitu pertama faktor pendorong Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University (faktor dari dalam diri wisatawan) antara lain untuk Press. keluar dari kejenuhan, refreshing, dan rasa ingin Nisa, Ahsanul Fathiyyatun dan Ragil Haryanto. 2014. tahu. Kedua, faktor penarik (faktor yang menarik “Kajian Keberadaan Wisata Belanja Malioboro wisatawan berkunjung atau dari Malioboro) antara Terhadap Pertumbuhan Jasa Akomodasi di Jalan lain adalah citra Malioboro yang sudah populer, Sosrowijayan dan Jalan Dagen”. Semarang: Jurnal harga murah, serta suasana. Teknik.Vol. 3; No. 4:933-948. Nurhidayati, Sri Endah. 2003. “Motivasi dan Pola 4.2 Saran Konsumsi Wisatawan Dalam Kegiatan Rektreasi Di Obyek Agrowisata Kebun The Wonosari Lawing Adapun saran adalah sebagai berikut. Malang”. Tesis. Surabaya: Pascasarjana Universitas 1) Saran kepada Pemerintah agar memperhatikan Airlangga. pengembangan Malioboro, menambah fasilitas Pitana, I Gede dan I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar pendukung, serta mempercepat penataan jalan di Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Malioboro. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif 2) Saran kepada pengelola Malioboro agar lebih dan R&D. Bandung : Alfabeta memperhatikan penataan warung pedagang, Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif penambahan jumlah dan kebersihan fasilitas dan R & D. Bandung :Alfabeta Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif toilet umum serta pemberian sanksi terhadap dan R&D. Bandung: Alfabeta pengunjung yang melanggar aturan. Suryawan, I. B., & Mahagangga, I. G. A. O. (2017). Penelitian Lapangan 1. Denpasar: Cakra Media dan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.

163

Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937 Vol. 9 No 1, 2021

Sari, Fitria dkk. 2014. “Tinjauan Terhadap Motivasi Wisatawan Berkunjung ke Objek Wisata Air Terjun Aek Martua Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau”. Pekanbaru: Jom FISIP. Vol. 1; No. 2. Surtina, Fitria dkk. 2014. “Dibalik Fakta dan Mitos Fenomena Super Blue “Blood” Moon”. Badung. Universitas Pedidikan. Vol. 1:Hal.32.

164