PROSIDING PENELITIAN LAPANGAN I

IDENTIFIKASI KEPARIWISATAAN MELALUI 4A DI DAERAH ISTIMEWA

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PARIWISATA

FAKULTAS PARIWISATA UNIVERSITAS UDAYANA, 2018

PROSIDING PENELITIAN LAPANGAN I

PEMBINA Dra. AA Putri Sri, M.Si

TIM PENYUNTING Dr. Putu Sucita Yanthy,SS.,M.Par Ni Made Ariani, SE.,M.Par Ida Bagus Ketut Astina, M.Si. Nyoman Ariana, SST.Par.M.Par Ni Ketut Arismayanti, SST.Par. M.Par I Gusti Ngurah Widyatmaja, SST.Par. M.Par

Nyoman Jamin Ariana,M.Par Fanny Maharani Suarka, SST.Par., M.Par

Ni Nyoman Sri Aryanti, SST.Par.M.Par Agus Muriawan Putra, SST.Par., M.Par

Ni Putu Ratna Sari, SST.Par. M.Par Agung Sri Sulistyawati,SSt.Par.,M.Par Putu Ratih Pertiwi, SST.Par., M. Par.,M.Rech Ida bagus Dwi Setiawan,SST.Par.,M.Par Putu Diah Kesuma Dewi, SST.Par.,M.Par

ISBN 978-602-294-329-7

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga buku Prosiding Penelitian Lapangan I Identifikasi Kepariwisataan Melalui 4A di Daerah istimewa Yogyakarta yang merupakan hasil penelitian dari para mahasiswa angkatan 2017 dapat terwujud. Buku prosiding ini memuat sejumlah artikel hasil penelitian para mahasiswa yang dibimbing oleh para Dosen Program Studi Diploma IV Pariwisata yang dikumpulkan dan ditata oleh tim penyunting. Oleh karena itu dalam kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mewujudkan kegiatan ini, yang telah meluangkan waktu tenaga dan pemikirannya demi kesuksesan kegiatan ini. Semoga buku prosiding ini dapat memberi kemanfaatan bagi kita semua, untuk kepentingan pengembangan ilmu pariwisata. Di samping itu diharapkan juga dapat menjadi referensi bagi semua pihak

Kami mohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan selama kegiatan hingga penyusunan prosiding ini, Saran dan kritik yang membangun tetap kami tunggu demi kesempurnaan buku prosiding ini.

Denpasar, 8 Oktober 2018 Koordinator Prodi Diploma IV Pariwisata

Dra. AA Putri Sri, M.Si

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...... ii DAFTAR ISI ...... iii Identifikasi kawasan wisata malioboro berdasarkan 4a (attraction, amenities, ancilliary, accessibility) Shakyla Putri Fortunata1), Putu Ratih Pertiwi 2), Agus Muriawan Putra 3) ...... 1 Identifikasi wisata yogyakarta berdasarkan konsep 4a khususnya di agrowisata salak pondoh turi Angel Roulina1), Putu Diah Kesumadewi 2), Ni Nyoman Sri Aryanti 3) ...... 36 Identifikasi kepariwisataan yogyakarta di tempat oleh-oleh pathok 25 melalui bauran pemasaran (7p) ...... 60 Della Adelia Achmad1), Ni Made Ariani2), Ni Putu Ratna Sari3) 60 Identifikasi kawasan pantai parangkusumo melalui analisis komponen 4a Ni Nyoman Sumini1), Ni Ketut Arismayanti2), I Nyoman Tri Sutaguna3) ...... 88 Identifikasi potensi 4a kawasan wisata pantai parangtritis I Made Sastra Adyaksa 1), Irma Rahyuda 2), Putu Diah Kesumadewi 3) ...... 119

iii

Identifikasi kawasan wisata malioboro berdasarkan 4a (attraction, amenities, ancilliary, accessibility)

Shakyla Putri Fortunata1), Putu Ratih Pertiwi 2), Agus Muriawan Putra 3) Program Studi Diploma IV, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana

Abstrak Malioboro merupakan salah satu kawasan di Yogyakarta, dimana membentang mulai dari persimpangan Rel Kereta Api Stasiun Tugu Yogyakarta diujung utara hingga pertigaan Gedung Agung diujung Selatan. Malioboro merupakan objek wisata dengan konsep pedestrian tourism yang mana lebih menonjolkan wisata untuk pejalan kaki. Kehidupan kontras antara siang dan malam di kawasan wisata Malioboro sangat terasa. Saat siang hari, Kawasan wisata Malioboro dipadati oleh para wisatawan maupun warga Yogyakarta yang beraktifitas disekitar Jalan Malioboro. Sebaliknya pada malam hari, Malioboro dipenuhi berbagai pedangang dengan sajian kuliner Yogya, yang tersebar di beberapa warung lesehan dengan menu khas Yogya, Jawa, dan berbagai pilihan Ayam/Burung Dara/Bebek bakar dan goreng. Teknik Analisis Data dalam penelitian ini, masalah diteliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu gambaran data yang disusun secara sistematis, aktual, akurat mengenai fakta-fakta yang ada. Analisis ini digunakan menguraikan informasi untuk memperoleh data yang jelas dan objektif mengenai identifikasi komponen 4A pada Wisata Malioboro. Atraksi utama di kawasan wisata Malioboro adalah pusat perbelanjaannya terdapat banyak pedagang yang menjual oleh-oleh dan kuliner khas Yogya. Harga yang ditawarkan pun relatif murah. Selain itu, juga terdapat atraksi musik tradisional yang dibawakan oleh seniman Yogyakarta. Banyak fasilitas yang tersedia di kawasan wisata Malioboro seperti toilet umum, Masjid, tempat parkir sepeda, halte bus, tempat sampah, tempat duduk, lampu penerangan, speaker, CCTV, dan trotoar yang memiliki tanda-tanda khusus untuk membantu penyandang tuna netra. Ada pula fasilitas berupa

1 akomodasi dan restoran yang terdapat di sekitar kawasan wisata Malioboro seperti Hotel Grand Inna, Ibis Hotel Mutiara, dan hotel bintang atau non bintang lainnya. Terdapat banyak restoran, rumah makan, atau angkringan yang menyediakan berbagai varian makanan dan minuman seperti gudeg, , , sate, kopi joss, dan sebagainya. Untuk menuju kawasan wisata Malioboro dapat melalui jalan- jalan utama atau jalan protokol. Tersedia pula angkutan umum seperti becak, andong, angkutan online, serta Trans Jogja yang dapat digunakan untuk mencapai kawasan wisata Malioboro ini. Kelembagaan yang menaungi seluruh kegiatan pariwisata di kota Yogyakarta adalah dinas pariwisata. Di kawasan wisata Malioboro terdapat Tourist Information yang menyediakan berbagai informasi kepada wisatawan.

Kata kunci: Wisata Malioboro, 4A

Abstract

Malioboro is one of the areas in Yogyakarta, which stretches from the intersection of the Yogyakarta Tugu Railway Station at the north end until the intersection of Gedung Agung is at the south end. Malioboro is a tourist attraction with the concept of pedestrian tourism which further emphasizes pedestrian tourism. The life of the contrast between day and night in the tourist area of Malioboro is very pronounced. During the daytime, Malioboro tourist area is crowded with tourists and residents of Yogyakarta who work around Malioboro Street. Instead at night, Malioboro was filled with various warriors with Yogya culinary offerings, which were scattered in several lesehan stalls with a special menu of Gudeg Yogya, Javanese Noodles, and a wide selection of Chicken / Dara / Duck and Fried Chicken. Data Analysis Techniques in this study, the problem was investigated using qualitative descriptive analysis techniques, namely data descriptions that were arranged systematically, actual, accurate about the facts. This analysis is used to describe information to obtain clear and objective data regarding the identification of 4A components in Malioboro Tourism. The main attraction in Malioboro tourist area is its shopping center, there are many traders who sell Yogya special souvenirs and culinary delights. The price offered is relatively cheap. In addition, there are also traditional musical attractions performed by Yogyakarta artists. Many facilities are available in Malioboro tourism

2 areas such as public toilets, mosques, bicycle parking lots, bus stops, trash bins, seating, lighting, speakers, CCTV, and sidewalks that have special signs to help people with visual impairments. There are also facilities in the form of accommodation and restaurants located around Malioboro tourism areas such as the Grand Inna Hotel, Ibis Mutiara Hotel, and other star or non-star hotels. There are many restaurants, restaurants, or angkringan that provide various food and beverage variants such as gudeg, meatballs, soto, , joss coffee, and so on. To get to the Malioboro tourism area, you can go through the main roads or protocol roads. There are also public transportation such as rickshaws, horse carts, online transportation, and Trans Jogja which can be used to reach this Malioboro tourist area. The institution that houses all tourism activities in the city of Yogyakarta is the tourism service. In the tourist area of Malioboro there is a Tourist Information which provides various information to tourists.

Key words: Malioboro Tourism, 4A

PENDAHULUAN Menurut Yoeti (2006) pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara dan bertujuan untuk mendapatkan kesenangan, dimana di tempat yang dikunjungi tersebut mereka tidak mendapatkan penghasilan dan justru sebagai konsumen. Pariwisata merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan ekonomi saat ini. Dalam hal ini Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia yang mempunyai program Wonderful of Indonesia yang diharapkan memenuhi target kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada tahun 2019 yakni 20 juta wisatawan (www.kemenpar.go.id). Kementrian Pariwisata juga menargetkan ranking pariwisata Indonesia pada awal 2017 dapat menduduki posisi 30 besar dunia sehingga dapat bersaing dengan negara ASEAN lainnya (SindoNews.com).

3

Industri pariwisata saat ini seakan menunjukkan diri menjadi salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar bagi devisa Indonesia. Indonesia adalah negara agraris yang memiliki kekayaan alam yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat saat ini, salah satunya pariwisata. Pariwisata berperan besar dalam meningkatkan taraf perekonomian masyarakat tempat tujuan wisata, dan yang nanti akan tumbuhnya usaha kecil menengah sebagai perwujudan secara nyata bagaimana sebenarnya perkembangan sektor pariwisata dalam membangun masyarakat yang sejahtera. Selain itu, kemampuan dari masing- masing daerah harus lebih ditingkatkan lagi dalam hal pengembangan pariwisata, sehingga hubungan antara pemerintah pusat dalam hal ini Kementrian Pariwisata dan Pemerintah Daerah maupun swasta dapat di tingkatkan terwujudnya program pemerintah Indonesaia pada 2019 dikunjungi 20 juta wisatawan asing. Daerah yang memiliki destinasi wisata yang beragam salah satunya adalah DIY atau Daerah Istimewa Yogyakarta yang juga dikenal sebagai Kota gudeg. Yogyakarta terletak di bagian selatan Pulau Jawa, dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Yogyakarta yang dulunya merupakan pusat Kerajaan Mataram, dan sampai saat ini masih ada keraton yang masih beroperasi. Malioboro merupakan salah satu kawasan di Yogyakarta, dimana membentang mulai dari persimpangan Rel Kereta Api Stasiun Tugu Yogyakarta diujung utara hingga pertigaan Gedung Agung diujung Selatan. Kawasan wisata Malioboro merupakan perpaduan antara tiga jalan yaitu Jalan Margo Utomo, Jalan

4

Malioboro dan Jalan Margo Mulyo. Dimana kawasan ini adalah salah satu elemen penting bagi Yogyakarta baik dari segi ekonomi maupun sejarah. Malioboro merupakan objek wisata dengan konsep pedestrian tourism yang mana lebih menonjolkan wisata untuk pejalan kaki. Kehidupan kontras antara siang dan malam di kawasan wisata Malioboro sangat terasa. Saat siang hari, Kawasan wisata Malioboro dipadati oleh para wisatawan maupun warga Yogyakarta yang beraktifitas disekitar Jalan Malioboro, sementara dikanan-kiri jalan adalah toko-toko berbagai macam kebutuhan pokok, serta sepanjang trotoar terdapat pedagang kaki lima dengan lapak-lapak penjaja souvenir khas Yogyakarta, kemudian diujung selatan kawasan wisata Malioboro ada pasar Beringharjo, tak ketinggalan sejumlah pusat perbelanjaan dan hotel. Sebaliknya pada malam hari, Malioboro dipenuhi berbagai pedangang dengan sajian kuliner Yogya, yang tersebar di beberapa warung lesehan dengan menu khas Gudeg Yogya, Bakmi Jawa, dan berbagai pilihan Ayam/Burung Dara/Bebek bakar dan goreng. Keriuhan suasana lesehan akan ditemani oleh alunan sejumlah seniman yang melantunkan musik dan lagu yang memani wiatawan selama melakukan kegiatan wisata di kawasan wisata Malioboro. Di kawasan wisata Malioboro terdapat juga banyak pedagang yang menjual cinderamata khas Daerah Istimewa Yogyakarta seperti kerajinan rakyat khas Yogyakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan, kulit, , perak, bambu dan lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan rotan, wayang kulit, gantungan kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon/batik, kaos dengan berbagai model/ tulisan dan masih banyak yang lainnya.

5

Dalam penyelenggaraan kegiatan pariwisata, dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang pariwisata yang baik. Begitu pula dalam penyelenggaraan kegiatan pariwisata di kawasan wisata Malioboro membutuhkan sarana dan prasarana penunjang pariwisata yang baik. Sarana dan prasarana penunjang pariwisata tersebut dapat diuraikan dalam konsep 4A yaitu attraction, amenities, ancilliary, dan accessibility. Attraction atau atraksi menjadi daya tarik wisata dari suatu objek wisata. Atraksi berfungsi untuk menarik minat wisatawan agar datang ke suatu objek wisata. Malioboro terkenal sebagai objek wisata yang menyuguhkan atraksi yang menarik berupa atraksi belanja. Banyak pedagang cinderamata dan makanan khas Yogya yang dijual disini. Selain atraksi wisata belanja, Malioboro juga memberikan pengalaman unik kepada wisatawan lewat atraksi kesenian musik tradisional yang dipentaskan oleh seniman- seniman Yogyakarta pada saat malam hari. Selanjutnya ada amenities atau fasilitas, fasilitas yang baik akan memberikan kenyamanan pada saat wisatawan melakukan kegiatan wisata di suatu objek wisata. Oleh karena itu, ketersediaan fasilitas yang baik menjadi suatu hal yang penting dalam penyelenggaraan pariwisata. Di kawasan wisata Malioboro dengan mudah dapat ditemukan fasilitas- fasilitas penunjang kegiatan pariwisata, seperti akomodasi yang dapat ditemukan di sepanjang Jalan Malioboro, restoran, angkringan, guide block untuk membantu wisatawan penyandang tuna netra, dan fasilitas penunjang pariwisata lainnya. Komponen ke tiga dalam 4A yaitu ancilliary atau

6 kelembagaan. Dukungan pemerintah, dan instansi terkait seperti dinas pariwisata sangan dibutuhkan dalam penyelenggaraan dan pengembangan suatu objek wisata, termasuk kawasan wisata Malioboro. Diperlukannya peran dari instansi terkait dalam mengatur, mengambangkan, serta menjaga keamanan dan kenyamanan kawasan wisata Malioboro. Berdasarkan latar belakang tersebut kita dapat mengetahui bahwa objek wisata Malioboro memenuhi konsep 4A dan kriteria objek wisata dimana pada kawasan ini terdapat sesuatu yang dapat dilihat (something to see), sesuatu yang dapat dilakukan (something to do), dan juga sesuatu yang dapat dibeli (something to buy).

METODE PENELITIAN Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif, yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal dan bukan dalam bentuk angka. Dalam penelitian ini Data Kuantitatif yang diperoleh meliputi informasi tentang komponen 4A yang ada di Wisata Malioboro. Sumber Data di dalam penelitian merupakan faktor yang sangat penting. Karena sumber data akan menyangkut kualitas dan hasil penelitian. Oleh karenanya, sumber data menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. (Purhantara, 2010 :79). Data Primer, yaitu informasi yang diperoleh dari sumber pertama lokasi penelitian yang dilakukan melalui pengamatan langsung (observasi) menurut (Purhantara,2010 :79) dan wawancara seperti informasi mengenai penerapan komponen 4A pada objek wisata yang ada di Wisata Malioboro. Data Sekunder merupakan data yang

7 didapatkan melalui sumber-sumber yang sudah ada, dan pada umumnya dapat diperoleh melalui internet, buku, ataupun jurnal- jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. (menurut (Purhantara,2010 :79). Data dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa teknik pengumpulan data antara lain: melakukan kegiatan observasi. Menurut Nawawi dan Martini (1992:74), observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejalan pada obyek penelitian, wawancara diajukan kepada pihak pengelola objek wisata dan masyarakat sekitar. Menurut Supriyati (2011:48), wawancara adalah teknik pengambilan data melalui pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada responden, dokumentasi dikumpulkan dengan cara melakukan kegiatan dokumentasi. Menurut Sugiyono (2012:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen ini bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari pihak yang bersangkutan dengan penelitian ini, studi kepustakan yang dilakukan dalam penelitian yakni dengan mengumpulkan bahan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca, mempelajari dan mendalami literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Teknik Analisis Data dalam penelitian ini, masalah diteliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu gambaran data yang disusun secara sistematis, aktual, akurat mengenai fakta-fakta yang ada. Analisis ini digunakan menguraikan informasi untuk memperoleh data yang jelas dan objektif mengenai identifikasi komponen 4A pada Wisata Malioboro.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN Yogyakarta disebut sebagai Daerah Istimewa karena Yogyakarta adalah daerah yang pertama kali menjadi bagian dari wilayah Indonesia. Yogyakarta pernah menjadi Ibukota Republik Indonesia. Pada tahun 1946 – 1950. Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan Indonesia. Keistimewaan lainnya adalah bahwa yang memberikan gaji untuk Presiden dan pemerintah adalah keraton Yogyakarta pada masa ketika Yogya menjadi pusat pemerintahan. Hal istimewa yang lain dari Daerah Istimewa Yogyakarta adalah tidak adanya pemilihan Gubernur. Yogyakarta menggunakan silsilah kerajaan untuk menentukan Rajanya. Salah satu objek wisata unik di Yogyakarta adalah Jalan Malioboro, Jalan Malioboro merupakan sebuah objek wisata belanja yang terkenal di Yogyakarta. Di objek wisata Malioboro dapat ditemui banyak pedagang yang berjualan di pinggir Jalan Malioboro. Pedagang ini mulai berdagang pada pukul 9 pagi sampai jam 11 malam. Di objek wisata Malioboro wisatawan dapat membeli berbagai macam pernak-pernik khas Yogya, seperti gantungan kunci, baju batik, kaos, ataupun souvenir lain khas Yogya. Selain itu di kawasan Malioboro juga terdapat pedagang yang menjual kuliner khas Yogya, seperti gudeg, kopi jos, dan lain lain. Malioboro merupakan pusat perbelanjaan, pusat wisata yang terdapat di Yogyakarta. Wisatawan mancanegara maupun domestik yang datang ke Yogyakarta pasti akan mengunjungi Jalan Malioboro. Nama Jalan Malioboro ada sejak pemerintahan Hindia Belanda, karena pada waktu itu Gubernur Jenderal Belanda yang bernama

9

Maliboro memiliki jasa dalam perencanaan dan pembangunan tata letak kota di wilayah kepresidenan Yogyakarta, kemudian jasanya diabadikan menjadi nama jalan protokol/jalan utama di depan kantor gubernur Yogyakarta. Malioboro berasal dari Mulyo Boro (bahasa jawa) atau Mulyaning Saka Keboro. Di Malioboro dulunya merupakan kampung pecinan, kampung Masyarakat Tionghoa yang diberikan tempat oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I untuk bertempat tinggal dan melakukan usaha yaitu dari daerah Keranggan/pasar Keranggan dekat dengan tugu Yogyakarta atau wetpal atau tugu putih kemudian Jalan Margo Mulyo atau Jalan Mangkubumi kemudian Jalan Malioboro. Jadi sampai sekarang pun toko-toko di sepanjang Jalan Malioboro itu adalah milik Masyarakat Tionghoa. Tapi orang-orang Tionghoa yang di Yogyakarta itu tidak diberikan hak milik tanah, jadi sertifikat tanahnya masih menggunakan Orang Jawa atau Masyarakat Jawa. Alasan Masyarakat Tionghoa tidak memiliki hak milik tanah karena pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana IX tahun 1945 pada waktu perang kemerdekaan adalah karena masyarakat Tionghoa yang ada di kampung pecinan itu tidak membantu masyarakat Indonesia atau gerilyawan. Mereka lebih memilih membantu Belanda yang menyebabkan Sri Sultan Hamengku Buwana IX marah, sehingga beliau memberikan maklumat/peringatan bahwa masyarakat Tionghoa Jawa boleh tinggal di wilayah kerajaan atau Yogyakarta tetapi tidak boleh memiliki hak milik tanah.

10

Potensi Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian Potensi adalah “kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya.” Potensi pariwisata juga bisa berarti obyek atau atraksi wisata yang memungkinkan untuk dipublikasikan, dipasarkan, dikelola, serta dikembangkan menjadi sebuah tempat peristirahatan atau bersenang-senang dalam sementara waktu (recreation) dan dapat diambil manfaat dari obyek tersebut (Cholil, 2002: 14). Kawasan wisata Malioboro memiliki potensi wisata buatan yang mencampurkan unsur-unsur budaya didalamnya. Berbagai atraksi seni budaya juga sering dipentaskan di kawasan wisata Malioboro guna menarik wisatawan, antara lain: a. Pentas kesenian reguler Pentas seni reguler ini menampilkan potensi-potensi kesenian yang ada di wilayah Yogyakarta atau yang dimiliki oleh komunitas- komunitas seni yang ada di Yogyakarta. Biasanya pentas seni ini dipentaskan di beberapa titik sepanjang jalan Malioboro, seperti: Bangunan eks LIBI Taman Abu Bakar Ali dan depan bentang Vredeburg. b. Jogja Java Carnaval Acara ini biasanya diadakan pada bulan Oktober yang menampilkan night carnaval dengan mengambil lokasi di Malioboro. Acara ini biasanya diikuti oleh masyarakat sekitar Malioboro atau juga masyarakat internasional khususnya negara yang memiliki hubungan kerjasama dengan kota Yogyakarta. c. Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta

11

Pekan budaya Tionghoa ini biasanya diadakan sebagai perayaan datangnya tahun baru imlek yang mana bertujuan untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya etnis Tionghoa yang ada di kawasan Yogyakarta kepada wisatawan. d. Yogyakarta Gamelan Festival Yogyakarta Gamelan Festival merupakan sebuah pertemuan internasional yang diselenggarakan sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi untuk para pencinta gamelan serta ruang yang membantu publik untuk terlibat dalam dunia gamelan dengan memperkuat potensi yang direalisasikan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti konser, lokakarya, pameran, seminar serta temu wicara. Yogyakarta Gamelan Festival ini sendiri sudah berlangsung sejak 1995. e. Festival Kesenian Yogyakarta Festival Kesenian Yogyakarta merupakan acara kesenian yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Acara ini biasa digelar antara Juni sampai Juli. Festival Kesenian Yogyakarta tersebut diselenggarakan bersamaan dengan puncak liburan siswa. Acara ini berpusat di Benteng Vredeburg, Jalan Malioboro, Taman Budaya Yogyakarta, Monumen Serangan Umum 1 Maret dan sekitar titik nol kilometer Yogyakarta Adapun wisata buatan yang ada di kawasan Malioboro, seperti : a. Keraton Yogyakarta Sampai dengan saat ini pesona keraton yogyakarta selalu menjadi tujuan utama bagi para wisatawan yang berlibur ke yogyakarta. Karena sampai saat ini keraton Yogyakarta masih mampu bertahan di era Modern.

12

b. Tugu Yogyakarta Tugu ini dibangun sebagai peringatan persatuan antara raja dengan rakyat ketika melawan Belanda. Sehingga sampai saat ini Tugu Yogya menjadi salah satu ikon dari Kota Yogyakarta. c. Titik Nol KM Yogyakarta Tempat dimana masyarakat lokal ataupun wisatawan sering berkumpul bersama, mengadakan pentas seni atau unjuk kebolehan masing-masing. Di titik Nol KM inilah terdapat monumen batik dan juga Monumen serangan Oemoem 1 Maret. d. Museum Benteng Vredeburg Benteng Vredeburg adalah salah satu bangunan peninggalan kolonial Belanda yang sarat akan sejarah, dan masih bertahan hingga saat ini juga. Di dalam Museum Vredeburg ini juga terdapat beberapa peninggalan pada saat jaman Belanda, seperti karya seni, patung dan berbagai macam senjata. Gambaran Umum Malioboro Kawasan Malioboro merupakan salah satu objek wista yang terkenal di Kota Yogyakarta. Kawasan wisata Malioboro sudah ada sejak tahun 1758 yang digunakan sebagai tempat perdagangan. Kawasan Malioboro saat ini sudah sangat padat akan kegiatan, mulai dari kegiatan jasa dan perdagangan, kegiatan wisata, serta seni budaya. Malioboro juga sangat erat dengan nilai-nilai budaya yang mana menjadi daya tarik tersendiri untuk wisatawan dan pengunjung yang berwisata, kalangan PKL, juru parkir, pengemudi andong dan becak yang menyediakan kebutuhan para wisatawan serta kalangan swasta yang mendirikan toko serta hotel di Kawasan Malioboro.

13

Gambar 1 Peta Malioboro Sumber: https://twitter.com/cerita_kota/status/278050563999027201

Dalam mewujudkan rencana penataan Malioboro, sebagai perhitungan, lebar jalan di Kawasan Malioboro yaitu 25 meter, 10 meter disebelah timur untuk pejalan kaki, PKL dan parkir, 7 meter di sisi tengah untuk kendaraan bermotor, dan 3 meter sebagai alternative pejalan kaki, dan 5 meter di sisi barat. Pemerintah sudah memiliki rencana terkait untuk menjadikan Kawasan Malioboro sebagai Kawasan pedestrian sesuai dengan pasal 80 ayat 2 RTRW Yogyakarta.

Identifikasi Kawasan Wisata Malioboro Berdasarkan 4A (Attraction, Amenities, Accesibility, dan Ancillary) Attraction merupakan daya tarik wisata yang bisa dinikmati oleh

14

wisatawan di suatu destinasi wisata yang mencakup alam, budaya, dan buatan. Adapun atraksi yang terdapat di Malioboro yaitu atraksi buatan dan atraksi budaya. a. Atraksi Budaya, Yoeti (1996) mengatakan, “Segala sesuatu yang berupa daya tarik yang berasal dari seni dan kreasi manusia.” Di Malioboro terdapat atraksi budaya yang ditampilkan pada saat tertentu pada kegiatan Car Free Day. Ketika acara akan ada pentas budaya yang menampilkan angklung, seni tari, bela diri, budaya lokal sesaji, prajurit- prajurit keraton Yogyakarta dikarnavalkan atau dibariskan selama acara berlangsung. Acara ini tidak memiliki jadwal yang pasti, hal itu dikarenakan melihat situasi dari Jalan Malioboro itu sendiri, apakah saat itu signifikan terkait kedatangan wisatawan. Pemerintah Kota Yogya juga memberi kesempatan bagi semua sanggar-sanggar kesenian yang ada di Yogya untuk tampil dalam acara di Jalan Malioboro, agar semua komponen masyarakat Yogya dapat berkumpul, berbagi, mencurahkan segala ide dan karya mereka baik dengan pengunjung dan sesama pecinta seni yang lain. Tidak hanya pada Car Free Day, setiap hari kurang lebih pada pukul 10 malam, para seniman di Yogyakarta juga melakukan atraksi musik traisional berupa angklung, suling, dan sebagainya di beberapa tempat di sepanjang Jalan Malioboro. Selain seniman, terdapat pula beberapa pengamen yang sebagian besar pengamen ini adalah orang disabilitas. Adanya atraksi musik ini membuat suasana Jalan Malioboro semakin ramai.

15

Gambar 2. Atraksi Musik Oleh Penyandang Disabilitas Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan I

Gambar 3 Atraksi Musik Tradisional Oleh Seniman Jalanan Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan I b. Atraksi Buatan, Yoeti (1996) mengatakan, “Segala sesuatu yang berasal dari karya manusia, dan dapat dijadikan sebagai objek

16 wisata seperti benda-benda sejarah, kebudayaan, religi serta tata cara manusia.” Di Jalan Malioboro atraksi utamanya adalah wisata belanja dan wisata kuliner. Selain atraksi utama tersebut terdapat juga atraksi buatan lainnya sepetri Tugu Yogyakarta atau yang dikenal degan istilah “Tugu Pal Putih”, Museum Benteng Vredeburg yang dikelola oleh Pemerintah Mendikbud, Istana Kepresidenan yang dikelola langsung oleh Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kepala Istana Kepresidenan Yogyakarta, Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949, serta Gapura Kampung Ketandan. Kemudian setiap malam hari kehidupan kawasan Malioboro dihidupkan oleh adanya pedagang baju, souvenir dan pedagang makanan. Pedagang pedagang di kawasan wisata Malioboro menjual berbagai macam pernak-pernik, baju, dan makanan khas Yogya dengan harga murah. Tidak semua pedagang di kawasan wisata Malioboro berasal dari kota Yogyakarta, namun ada yang berasal dari luar kota Yogyakarta, misalkan pedagang angkringan, pedagang bakso lesehan, soto, pedagang kaki lima yaitu kebanyakan dari daerah Gunung Kidul, Kabupaten Gunung Kidul. Selain itu terdapat pedagang yang berasal dari Klaten berjualan batik, souvenir, dan art shop.

17

Gambar 4. Museum Benteng Vredeburg Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan I

Gambar 5. Atraksi Kuliner yang Terdapat di Malioboro Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan I a. Fasilitas Akomodasi, atau sarana penginapan, sarana penyediaan tempat bermalam, seperti hotel, losmen. Di Malioboro terdapat

18

akomodasi beberapa diantaranya hotel yang ada di sekitar kawasan wisata Malioboro, mulai dari kelas non bintang sampai berbintang. Salah satunya Hotel Tugu yang sekarang berubah nama menjadi Grand Inna Hotel, dahulu hotel ini merupakan hotel pada masa penjajahan belanda. Kemudian ada Hotel Mutiara dan Ibis. Dibelakang pertokoan terdapat hotel- hotel non bintang dimana kelasnya untuk para backpacker sehingga harga yang ditawarkan pun murah, mulai dari 150 sampai 200 ribu pupiah per malamnya.

Gambar 6. Hotel Grand INNA yang terletak di Malioboro Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan I

19

Gambar 7. Hotel Mutiara yang terletak di Malioboro Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan I b. Fasilitas Penyandang Disabilitas, fasilitas yang dapat membantu penyandang disabilitas melakukan mobilitasnya ke berbagai tempat yang dikehendaki. Salah satu yang terdapat di Malioboro adalah biasa disebut guiding block atau jalan pemandu yang merupakan fasilitas bagi penyandang disabilitas, khususnya tunanetra.

20

Gambar 8. Guiding Block untuk penyandang disabilitas tuna netra yang terdapat di Malioboro Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan I

Fasilitas lainnya, seperti restoran, rumah makan, atau angkringan sudah banyak tersedia di sekitaran kawasan wisata Malioboro, banyak varian makanan yang ditawarkan mulai dari makanan khas Yogya yaitu gudeg, hingga makanan lainnya seperti gado-gado, soto, sate, bakso dan sebagainya.

21

Gambar 9. Restauran yang Ada di Jalan Malioboro Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan I

Gambar 10. Angkringan yang Ada di Jalan Malioboro Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan I

22

Selain itu banyak disediakan tempat duduk di sepanjang trotoar Jalan Malioboro, lampu penerengan jalan yang baik untuk menerangi jalan protokol ataupun jalan untuk pejalan kaki, adanya speaker di hampir setiap 15 meter untuk mengumumkan hal yang penting kepada pengunjung. Hampir setiap 20 meter terdapat tempat sampah, yang mana ada pembagian jenis sampah mulai dari organik, non organik dan kaleng. Ada pula fasilitas lainnya seperti toilet umum, Masjid, ATM Center, tempat parkir sepeda, serta halte bus.

Gambar 11. Fasilitas Berupa Kursi dan Lampu Penerangan yang Ada di Jalan Malioboro Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan I

23

Gambar 12. Speaker yang Terdapat di Jalan Malioboro Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan I

Gambar 13. Tempat Sampah yang Dikhususkan untuk Jenis Sampah yang Dibuang Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan I

24

Gambar 14 Toilet Umum yang terdapat di Jalan Malioboro Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan I mengetahui tingkat keramaian dan mengantisipasi tindak kejahatan, terutama di tempat-tempat yang ramai seperti di depan Kantor Gubernur, dan di sepanjang Jalan Malioboro. Aksesibilitas merupakan akses menuju suatu daerah atau suatu destinasi. Aksesibilitas mencakup transportasi darat, laut, dan udara melalui komunikasi, jaringan telepon, dan jaringan internet. Akses berupa jalan menuju Kawasan Malioboro ini melewati jalan-jalan utama. Infrastruktur jalan di sepanjang Jalan Malioboro sudah baik, namun sebagian bahu jalan sedang dalam perbaikan. Sebagian besar wisatawan yang datang ke kawasan ini menggunakan transportasi darat seperti angkutan umum berupa becak, becak motor, andong, Trans Jogja dan angkutan umum online. Untuk akses komunikasi di kawasan Malioboro sudah sangat baik karena sinyal

25 seluler dan internet di kawasan ini sudah tersedia dengan baik.

Gambar 15. Angkutan Umum Online yang Terdapat di Malioboro Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan I Terdapat fasilitas keamanan berupa CCTV yang terpasang untuk

Gambar 16. Andong Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan I

26

Gambar 17. Trans Yogya Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan

Gambar 18. Becak Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan I

27

Ancilliary merupakan hal–hal yang mendukung sebuah sector kepariwisataan, seperti lembaga pengelolaan, Tourist Information, Travel Agent dan Stakeholder yang berperan dalam kepariwisataan. Di kawasan wisata Malioboro terdapat kelembagaaan pariwisata seperti : a. Dinas Pariwisata Provinsi Yogyakarta yang mengatur dan mengelola kegiatan pariwisata di kota Yogyakata

Gambar 19. Dinas Pariwisata Provinsi Yogyakarta Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan I

b. Tourist Information yang beralamat di Jalan Malioboro No. 16, Yogyakarta. Wisatawan dapat memperoleh berbagai infomasi yang mereka butuhkan terkait dengan informasi pariwisata di Malioboro atau objek wisata lain di Yogyakarta.

28

Gambar 20. Tourist Information Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan I c. Paguyuban Pedagang Malioboro. Paguyuban ini merupakan organisasi para pedagang yang berjualan di sepanjang jalan Malioboro yang sebagian besar merupakan pedagang kaki lima. Paguyuban pedagang Malioboro dikelola oleh Managemen Usaha dan Pengelolaan Modal Pedagang Kaki Lima Malioboro. Total PKL di kawasan itu mencapai 2.000 orang. Para pedagang memiliki peraturan unik, yaitu libur berjualan setiap hari Selasa Wage. Selasa Wage dipilih para pedagang untuk beristirahat dari aktivitasnya sesuai dengan program Pemerintah Kota Yogyakarta. Pemilihan Selasa Wage pun tidak sembarangan, hari pasaran Jawa itu bertepatan dengan hari lahir Sultan HB X. Kesepakatan itu dibuat karena pedagang juga ingin Malioboro beristirahat dan terlihat beda dari biasanya. Malam

29 sebelum libur, pedagang mengadakan ronda dan pada pagi hari menggelar kerja bakti massal. d. Paguyuban Pengemudi Becak Malioboro. Paguyuban ini merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari para pengemudi becak ontel di kawasan wisata Malioboro yang di ketuai oleh bapak Paimin. Para pengemudi becak ini biasa mengantar para wisatawan yang ingin berkeliling di sekitar kawasan Malioboro. Dengan semakin bertambahnya jumlah turis asing yang masuk ke kawasan ini, menuntut para pengemudi becak Malioboro untuk memperdalam kemampuan mereka berbahasa inggris. Pendidikan bahasa inggris bagi para pengemudi becak ini diselenggarakan oleh LP3M ABA SINEMA. e. Paguyuban Kusir Andong/Paguyuban Andong Malioboro. Di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat sebuah paguyuban alat transportasi tradisional yang dikenal dengan Andong yang di ketuai oleh bapak Purwanto. Paguyuban tersebut membawahi 540 andong yg beroperasi di beberapa wilayah, seperti di Prambanan terdapat 25 andong, Pasar Beringharjo terdapat 5 andong, Alun-alun Utara 7 andong, dan selebihnya di kawasan wisata Malioboro. Di kawasan Malioboro sendiri memiliki jumlah kusir andong terbanyak dibandingkan objek wisata yang lain. Menurut para kusir andong di kawasan Malioboro, paguyuban andong bukan hanya sekadar organisasi yang mewadahi moda transportasi. Namun juga sebagai cara untuk melestarikan budaya f. Paguyuban Copet Malioboro, sejarahnya pada tahun 90an,

30

masih banyak terjadi pencopetan, terutama di Jalan Malioboro, dan sering terjadi pada hari-hari libur. Jadi apabila terjadi pencopetan korban bisa menemui komandannya untuk mencari informasi tentang orang yang diduga mencopet. Namun sekarang paguyuban ini sudah dibubarkan dan kebanyakan anggotanya beralih profesi menjadi tukang becak. g. SATPOL PP, dalam rangka meminimalisir tindak kejahatan, hal yang dilakukan oleh pihak dinas kota Yogyakarta adalah menempatkan SATPOL PP yang setiap hari beroperasi di sepanjang Jalan Malioboro. Operasi SATPOL PP adalah berkeliling di sepanjang Jalan Malioboro untuk mengamankan atau mengantisipasi jikalau ada sesuatu atau hal yang menyebabkan rasa ketidakamanan kepada para wisatawan ataupun pedagang di Kawasan Malioboro. Selain itu SATPOL PP juga menertibkan pedagang-pedagang yang berjualan tidak di tempatnya, misalnya keluar sampai badan jalan. Selain SATPOL PP untuk meningkatkan pelayanan serta keamanan. h. UPT (Unit Pelayanan Terpadu) yang merupakan tempat pengaduan barang hilang atau barang tertinggal di salah satu tempat perbelanjaan.

31

Gambar 21. Pos UPT (Unit Pelayanan Terpadu) Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan I

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan data-data yang telah diperoleh, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Atraksi utama di kawasan wisata Malioboro adalah pusat perbelanjaannya terdapat banyak pedagang yang menjual oleh- oleh dan kuliner khas Yogya. Harga yang ditawarkan pun relatif murah. Selain itu, juga terdapat atraksi musik tradisional yang dibawakan oleh seniman Yogyakarta. b. Banyak fasilitas yang tersedia di kawasan wisata Malioboro seperti toilet umum, Masjid, tempat parkir sepeda, halte bus, tempat sampah, tempat duduk, lampu penerangan, speaker, CCTV, dan trotoar yang memiliki tanda-tanda khusus untuk membantu penyandang tuna netra. Ada pula fasilitas berupa akomodasi dan restoran yang terdapat di sekitar kawasan wisata Malioboro seperti Hotel Grand Inna, Ibis Hotel Mutiara, dan hotel

32

bintang atau non bintang lainnya. Terdapat banyak restoran, rumah makan, atau angkringan yang menyediakan berbagai varian makanan dan minuman seperti gudeg, bakso, soto, sate, kopi joss, dan sebagainya. c. Untuk menuju kawasan wisata Malioboro dapat melalui jalan- jalan utama atau jalan protokol. Tersedia pula angkutan umum seperti becak, andong, angkutan online, serta Trans Jogja yang dapat digunakan untuk mencapai kawasan wisata Malioboro ini. Kelembagaan yang menaungi seluruh kegiatan pariwisata di kota Yogyakarta adalah dinas pariwisata. Di kawasan wisata Malioboro terdapat Tourist Information yang menyediakan berbagai informasi kepada wisatawan. Selain itu, terdapat organisasi sadar wisata. Antara lain, Paguyuban Pedagang Malioboro, Paguyuban Pengemudi Becak Malioboro, dan Paguyuban Kusir Andong/Paguyuban Andong Malioboro. Untuk meningkatkan keamanan di kawasan wisata Malioboro disiagakan SATPOL PP serta dibentuk sebuah lembaga yaitu UPT (Unit Pelayanan Terpadu) Berdasarkan pengamatan yang telah penulis lakukan serta laporan yang telah pemulis buat. Maka dapat disajikan saran sebagai berikut : a. Disediakannya denah objek wisata Malioboro, agar wisatawan tidak merasa bingung untuk mencari tempat yang akan mereka tuju. Misalnya untuk mencari ATM center, toilet umum, dsb. b. Diharapkan agar lalu lintas di sepanjang Kawasan Wisata Malioboro dapat dapat diatur lebih baik lagi agar dapat mengindari kepadatan lalu lintas di saat kondisi ramai.

33

DAFTAR PUSTAKA Abasinema 2014, Pelatihan Bahasa Inggris Untuk Satu Paguyuban Pengemudi Becak Malioboro Yogyakarta, Akademi Bahasa Asing Sinema Yogyakarta, Dilihat 20 Mei 2017, . Affandy, B. 2015. “Potensi Wisata Alam di Pematang Tanggang Desa Negeri Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus”. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Ardiansyah, A. 2009. “Potensi dan pengembangan Malioboro sebagai salah satu aset wisata DI Yogyakarta ”. Universitas Sebelas Maret. Hertanto, HB. 2009. “Potensi obyek ekowisata kawasan karst studi kasus Kabupaten Pacitan bagian barat (KPPA) Propinsi Jawa Timur tahun 2008”. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Hendra Nurdiyansyah. 2017. Sehari Tanpa Pedagang Kakilima di Malioboro

Saban Selasa Wage. Tempo.co. Dilihat 20 Mei 2017. .

34

Noveradika 2017, Paguyuban kusir tertibkan andong Malioboro, Antaranews.com, Dilihat 20 Mei 2017, . Setiawan, IB. 2015. “Identifikasi Potensi Wisata Beserta 4A (Attraction, Amenity, Accessibility, Ancilliary) di Dusun Sumber Wangi, Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali”. Fakultas Pariwisata Universitas Udayana. Suwena, IK dan IGN Widyatmaja. 2017. PENGETAHUAN DASAR ILMU PARIWISATA. Denpasar: Pustaka Larasan. Suwithi, NW dan CE Boham. 2008. Akomodasi Perhotelan jilid 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Thohari, S. 2014. “Pandangan Disabilitas dan Aksesibilitas Fasilitas Publik bagi Penyandang Disabilitas di Kota Malang”. Indonesian Journal of Disability Studies vol. 1 Issue 1, pp. 27

35