MEMBAYANGKAN DARI NOVEL-NOVEL ANTARETNIS DAN ANTARAGAMA PERIODE 1920-AN HINGGA 1970-AN

IMAGINE INDONESIA FROM INTERETHNIC AND INTERRELIGIOUS NOVELS PERIOD 1920’S TO 1970’S

Dwi Rahariyoso Jalan Cipto Mangun Kusumo 59, Ponorogo, Jawa Timur Pos-el: [email protected] Telepon 085643728390

Abstrak Penelitian ini menguraikan persoalan perkawinan antaretnis dan antaragama yang terdapat dalam novel Indonesia periode 1920-an hingga 1970-an. Pengelompokan kategori novel berdasarkan genre yang terdapat dalam novel-novel yang mempunyai kapasitas dalam membahas tema perkawinan antaretnis dan antaragama. Melalui genre yang dimunculkan dalam novel, pola dan bentuk struktur penceritaan bisa dicermati secara saksama. Kategori antaretnis dan antaragama dalam novel periode 1920-an hingga 1970-an mengindikasikan bahwa kesadaran tentang multikulturalisme, pluralitas, dan kebangsaan sebagai sebuah gagasan penting bagi jati diri bangsa Indonesia. Semangat kebangsaan yang penuh kebhinekaan telah menjadi isu sentral yang dikembangkan oleh pengarang pada periode tersebut melalui kisah-kisah percintaan (roman) kaum muda dalam novel Indonesia modern.

Kata kunci: antaretnis, antaragama, genre, pola, roman, kebangsaan, pluralitas, multikulturalisme, toleransi, Indonesia

Abstract Husband research outlines the issue of inter-ethnic and inter-religious marriages are hearts novel Indonesia the 1920’s period until 1970's. Novel category grouping by genre what are hearts novel-novel that had the capacity hearts discuss the theme of interethnic and inter-religious marriages. The hearts raised through a new genre, patterns and The narrative structure can be observed carefully. Category interethnic and interreligious new hearts 1920’s period until 1970's indicated that awareness about multiculturalism, pluralism, and nationality AS an idea essentials personal identity of the Indonesian nation. The full diversity of the national spirit already a central issues in developed posted author that period through the storys of romance (romance) youth hearts modern Indonesian novel.

Keywords: interethnic, interreligious, genre, pattern, romance, nationality, pluralism, multiculturalism, tolerance, Indonesia

1. Pendahuluan kesadaran dan wacana kesatuan didukung Kesusastraan Indonesia modern dimulai dengan penggunaan bahasa yang menjadi satu dengan adanya kesadaran dari para pengarang simbol kebangsaan, yaitu pada masa itu terhadap konsep kebangsaan. Semangat dengan menggunakan bahasa Melayu. Bahasa kebangsaan yang hadir pada periode tahun Melayu menjadi satu aspek yang penting 1930-an menjadi satu pemantik dalam melihat dalam menyadari perbedaan antara pribumi keberlangsungan komunitas masyarakat dan penjajah. Hingga pada akhirnya bahasa Indonesia awal. Nasionalisme sebagai 100

Indonesia lahir dari bahasa Melayu dan diakui yang mempunyai keterkaitan dengan isu secara utuh sebagai bahasa pemersatu. antaretnis dan antaragama. Relasi antaretnis Jika ditinjau lebih detail, bahasa tersebut, misalnya terdapat pada novel Darah menjadi satu aspek penting yang turut Muda (1927) dan (1928) melahirkan kesadaran komunikasi dan juga karangan Adinegoro, Merantau ke Deli (1940) kecenderungan pola pikir masyarakat dan juga novel Tenggelamnya Kapal van Der pemakainya. Termasuk di dalam konteks Wijck (1938) karangan Hamka. Relasi tersebut adalah bahasa yang digunakan dalam antaragama dalam karya novel Indonesia lebih ranah karya sastra Indonesia, terutama sastra sedikit dibandingkan dengan novel antaretnis. Indonesia modern. Konsep tersebut menjadi Kondisi tersebut merupakan sebuah fenomena satu penghubung secara lebih umum dalam yang sebenarnya menarik untuk dikaji. rangka mengetahui lebih banyak tentang Namun, penelitian ini tidak akan mengarah masyarakat Indonesia, pluralitas, dan berbagai pada aspek tersebut. Novel antaragama yang permasalahan di dalamnya. Asumsi tersebut ada dan sangat populer adalah Keluarga menjadi penting jika melihat keterkaitan Permana karangan Ramadhan K.H. (1978) antara kondisi sosial masyarakat secara dan satu lagi adalah novel Orang Buangan fenomena dan perjalanan kesusastraan karya Hariyadi S. Hartowardoyo (1971). Indonesia dari waktu ke waktu. Sejak Novel-novel tersebut akan dianalisis dalam kemunculan angkatan Pujangga Baru yang rangka melihat formula yang dominan dan dijiwai oleh Sutan Takdir Alisjahbana hingga juga jenis genre yang muncul di dalamnya. karya-karya sastrawan mutakhir Analisis sederhana dari struktur (konstruksi) pascareformasi, novel Indonesia diwarnai formula tersebut diharapkan mampu berbagai bentuk pola, tema, karakter, isu dan digunakan untuk menemukan komposisi dan juga genre kesastraan yang dinamis. perubahan bentuk yang terjadi dalam pola- Roman atau novel Indonesia banyak pola yang digunakan pengarang pada novel bersinggungan dengan berbagai fakta dan dengan isu antaretnis dan antaragama. latar belakang sosial masyarakat yang menjadi bagian tematis dalam melihat aspek 2. Teori Genre kebangsaan. Pembinaan rasa kebangsaan dari Kata genre berasal dari bahasa Perancis yang berbagai perspektif secara umum sangat berarti jenis atau kelas (Adi, 2011:195). kompleks, misalnya saja relasi antaretnis dan Sesuai dengan pernyataan tersebut genre antaragama. Kedua aspek “tema” tersebut bisa sudah digunakan sebagai konsep dalam dilihat sebagai sebuah isu yang selama ini menentukan tipe atau jenis karya sastra. jarang diulas atau muncul dalam khazanah Dalam kesusastraan, Aristoteles sudah kesastraan Indonesia. Pemilihan kedua aspek mengategorikan puisi ke dalam berbagai tersebut dalam penelitian sederhana ini lebih kategori, yaitu epik, lirik, tragedi, dan kepada ketertarikan penulis melihat sebagainya. Asumsi umum genre dipahami kecenderungan fenonema disintegrasi, sebagai klasifikasi terhadap berbagai bentuk permusuhan, maupun persinggungan sosial- yang lahir dalam sebuah karya sastra, kultural yang sering terjadi di masyarakat misalnya puisi, prosa, dan drama sehingga apa sebagai wilayah yang sensitif. Asumsi yang dipahami tentang genre dalam karya tersebut menjadi langkah awal untuk meneliti sastra masih sebatas kepada pemahaman berbagai relasi dalam novel atau roman umum dalam tiga jenis tersebut. Perumusan Indonesia untuk menemukan bentuk dalam genre berpijak pada konsep strukturalisme pola-pola genre yang ada, serta melihat isu ke- yang melihat teks sebagai sebuah relasi atau Indonesiaan secara lebih luas. hubungan-hubungan struktur antara satu Dalam penelitian sederhana ini akan elemen dan elemen lain sehingga teks tersebut dibahas genre yang muncul dalam novel- membentuk kesatuan yang padu, otonom, dan novel Indonesia modern. Fokus kajian hanya bisa diterima sebagai sebuah konstruksi karya. dibatasi pada novel periode 101

Dalam perkembangannya, genre sudah genre yang eksplisit (Adi, 2011:196). Istilah mengalami bermacam perluasan, baik variasi genre lebih sering muncul dalam kritik fiksi maupun penentuan genre. Kondisi tersebut populer daripada fiksi serius. Meskipun diakibatkan oleh berbagai macam faktor yang banyak dibicarakan dan diteliti, kesepakatan ada dalam sebuah struktur teks sastra. tentang arti genre lebih sedikit dibandingkan Pertimbangan penentuan genre bisa dilihat dengan pertentangannya, karena sifat genre dari faktor tema, tokoh, metode penceritaan, sering berubah. dan lain sebagainya. Wellek dan Werren Genre sangat tergantung dengan mengatakan genre adalah pengelompokan berbagai aspek yang melekat pada narasi dan karya-karya sastra secara teoretis berdasarkan struktur yang ada dalam teks. Kondisi tersebut pada bentuk luar (majas atau struktur khusus) juga dipengaruhi oleh audiens (pembaca) dan bentuk dalam (sikap, nada, tujuan, yang berinteraksi langsung dengan teks sastra. subyek, dan audiens) (dalam Adi, 2011:196). Dalam fiksi populer genre ditentukan Semua studi kritik sastra dan penilaian karya berdasarkan kefleksibelan penonton atau sastra pasti menyangkut pembahasan tentang pembaca, seperti yang dikatakan Tudor struktur-struktur semacam itu. (dalam Adi, 2011:197), bahwa genre adalah Pengelompokan genre dibedakan antara genre apa yang secara kolektif dipercayai orang puisi dan genre prosa (novel) karena secara (audiens). Jadi, genre dalam fiksi populer bentuk strukturnya berlainan. Prosa tidak sepenuhnya sama dengan fiksi serius dikelompokkan lagi menjadi prosa fiksi dan karena penentuan genre dalam karya sastra prosa nyata. Meskipun dalam asumsi ini sangat tergantung pada narasinya. terjadi ambiguitas, yaitu dalam prosa nyata Cawellti (dalam Adi, 2011:198) pun sering terkandung unsur yang fiktif. Prosa mengategorikan fiksi populer menurut tema fiksi atau naratif dibagi lagi menjadi fiksi dan formulanya, misalnya genre adventure kanon dan fiksi populer (Adi, 2011:196). (petualangan), romance (kisah percintaan), Fiksi kanon biasa disebut juga dengan fiksi alien being (makhluk asing), misteri, dan serius, sedangkan fiksi populer disebut melodrama sehingga tampak sebagai genre dengan fiksi hiburan. yang sudah mapan. Dalam konsep tersebut Aristoteles dan Horace memberikan dasar Cawellti merumuskan bahwa genre adalah klasik untuk perkembangan genre menjadi klasifikasi yang muncul berdasarkan dengan dua jenis utama sastra, yakni tragedi dan epik isi cerita (narasi) di dalam teks karya. Selain (Wellek dan Werren, 1995:300). Namun, Cawellti yang mendeskripsikan konsep genre, dalam perkembangannya, teori modern Stam (dalam Adi, 2011:198) mengategorikan cederung mengesampingkan perbedaan prosa- cerita dalam teks sastra dengan genre yang puisi, lalu membagi sastra-rekaan menjadi bermacam. Stam mengategorikan genre atas fiksi (novel, cerpen, epik), drama (dalam dasar konsep yang telah ada dalam sastra, prosa maupun puisi), dan puisi (puisi dalam seperti komedi dan melodrama, berdasarkan arti yang sama dengan konsep klasik tentang pada tingkat penjualan, berdasar pada status “puisi lirik”) (Wellek dan Warren, 1995:300). artistiknya, atau berdasar orientasi seksual. Dalam kenyataannya pengelompokan Kemunculan berbagai konsep dan genre itu mudah diambil, tetapi sulit untuk klasifikasi genre dalam suatu karya sangat dijelaskan atau didefinisikan. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh formula yang ada dalam sebenarnya merupakan satu bagian yang karya tersebut. Formula-formula yang dipahami sebagai sebuah konsep yang menyusun suatu teks dalam karya sastra dinamis (berlangsung) secara terus-menerus menentukan aspek yang dominan dan dalam dalam pengertian karya sastra. menonjol untuk penentuan genre. Satu genre Penggunaan genre membutuhkan pemahaman bisa tumpang tindih dengan genre lain, logis dari kerja film, hal tersebut sebaliknya khususnya apabila cerita dicampur dengan membutuhkan asumsi-asumsi dalam konteks unsur-unsur yang berbeda. Ada kemungkinan sosiologis dan psikologis dan membentuk penggabungan atau pencampuran tersebut 102

menggabungkan dua unsur yang berlainan, berdasarkan dari unsur atau formula yang misalkan musik dan komedi dengan unsur terkandung di dalam teks tersebut. drama atau percintaan. Salah satu contoh Dalam menentukan genre, peneliti adalah jika suatu karya di dalamnya muncul biasanya melihat kesamaan cerita dari unsur percintaan dan laga, bisa dikategorikan berbagai jenis cerita sejenis dan menetukan sebagai roman dan juga bisa diaktegorikan formula yang menunjukkan kesamaan dan sebagai petualangan. Konsep tersebut perbedaan sehingga bisa dilihat jenis atau merupakan sebuah komposisi yang muncul genrenya. Pengulangan suatu jenis fiksi dalam melihat kecenderungan genre dalam dengan ciri-cirinya yang berlangsung secara sudut pandang dan analisis pembaca. konsisten dan kemudian dikenali oleh Genre dalam fiksi populer terutama pembaca atau penonton, maka fiksi dengan biasanya dimaksudkan untuk memberi ciri-ciri tersebut dapat dikategorikan menjadi informasi tentang gambaran umum yang akan penentu genre dalam teks tersebut (Adi, dibaca atau ditonton oleh pembaca atau 2011:203). Selanjutnya, berdasarkan ciri dan penonton, dan penentuannya tergantung pada penjelasan teoretis di atas, beberapa karya ruang dan waktu (Adi, 2011:199). Dalam novel yang disajikan dalam penelitian ini akan novel Indonesia, misalnya, jenis novel yang dilihat kecenderungan genre yang muncul ceritanya diambil berdasarkan kejadian dalam unsur-unsurnya, serta perkembangan sejarah, yakni novel Surapati karya Abdul genre dalam beberapa periode kesusastraan Muis dan Hulubalang Raja karya Nun Sutan Indonesia. Genre yang muncul akan dilihat Iskandar, bisa dikatakan sebagai novel aspek-aspek naratifnya secara umum, dalam bergenre sejarah. Kondisi tersebut rangka melihat kecenderungan unsur disimpulkan dari unsur sejarah yang muncul formulanya maupun variasi dalam karya novel sebagai latar dalam teks tersebut. Selain itu, tersebut. juga klasifikasi genre sejarah mencakup aspek yang ada sebagai bagian yang membahas 3. Pembahasan realitas historis, ruang dan waktu yang Karya novel yang disajikan dalam kurun kontekstual dengan tokoh maupun sosok waktu yang berlainan secara periodik sebagai tema utama cerita. merupakan sebuah usaha dalam rangka Definisi konvensional genre melihat kontinyuitas maupun perkembangan cenderung berdasarkan pada konvensi unsur- umum novel dalam kesastraan Indonesia unsur teks fiksi seperti tema dan latar. Karena modern. Meskipun demikian, disadari bahwa tema, latar, dan unsur-unsur lain dalam fiksi apa yang ditampilkan dalam penelitian bervariasi, penentuan genre kadang menjadi sederhana ini masih sebatas sampel indikator membingungkan. Seperti yang disampaikan dan belum menjawab keseluruhan konteks oleh Tasker (dalam Adi, 2011:200), pada historis perkembangan genre dan formula kenyataannya genre merupakan kategori yang karya sastra. Keseluruhan novel yang bergerak dan tidak dapat digambarkan dalam diangkat dalam pembahasan penelitian ini konteks industri yang selalu mengembangkan, mempunyai keselarasan konsep yang sama, mengubah istilah dari naratif populer. yaitu bergenre roman (kisah percintaan). Sementara itu, menurut Ryall (dalam Adi, Istilah roman berasal dari bahasa Inggris 2011:200), asumsi umum dalam kritik genre romance yang berarti percintaan atau kisah adalah karya seni dan komunikasi muncul dari percintaan. Keenam novel dari periode 1930- dan berada dalam konteks sosial, tetapi arti an hingga periode 1970-an akhir, yang dan maknanya tergantung serta terikat pada diambil sebagai objek penelitian secara umum konteksnya. Jadi, genre diciptakan melalui isinya menceritakan tentang kisah percintaan dialog antara kesamaan dan perbedaan sepasang manusia. Hal tersebut bisa formula dari banyak fiksi. Penonton atau disimpulkan dari hubungan perkawinan antara pembaca yang akan menentukan suatu genre pasangan Nurdin dan Rukmini dalam novel ; antara Rustam dan Dirsina 103

dalam novel Asmara Jaya; antara pasangan tradisi adat yang berlainan, terjadi salah Leman dan Poinem dalam Merantau ke Deli; paham. Mengapa gadis itu (Rukmini) tiada antara Zainudin dan Hayati dalam mau merendahkan diri untuk menjemput Tenggelamnya Kapal Van der Wijck; antara Nurdin? Kondisi tersebut merupakan suatu hal pasangan Tantri dan Hiang Nio dalam Orang yang ganjil bertolak belakang dengan Buangan; dan antara pasangan Ida dan kebiasaan tradisi yang terjadi dalam sistem Sumarto dalam novel Keluarga Permana. budaya Minangkabau. Terlihat perbedaan Kesamaan konsep isi formula tersebut sikap akibat perbedaan kebiasaan adat: di menjadi satu faktor penghubung dalam Minangkabau, sudah menjadi adat bahwa menganalisis secara lebih spesifik, terkait perempuan yang menyampaikan pinangan dengan kondisi struktur maupun tematisnya. atau yang menjemput laki-laki. Rukmini Pembahasan akan dimulai dari periode sebagai gadis Priangan (Sunda), merasa awal novel Indonesia modern, yaitu pada sebaliknya. Ia berharap Nurdinlah yang harus periode 1920-an akhir. Pada periode ini terlebih dahulu datang meminangnya karena penulis menyajikan novel Darah Muda (1927) begitulah adat yang ada di kampung dan Asmara Jaya (1928) karya Adinegoro. halamannya. Selanjutnya, Rukmini Kedua novel ini diangkat sebagai pembahasan mendengar kabar bahwa Nurdin akan awal karena di dalamnya muncul hubungan dikawinkan dengan anak mamaknya yang perkawinan antara pasangan yang berlainan akan kembali dari . etnis (suku). Formula tersebut menjadi satu Pada suatu waktu ketika Nurdin faktor yang menarik dianalisis ketika melihat mengobati Harun, dilihatnya potret Rukmini relasi etnisitas dalam struktur cerita karya di samping tempat tidur anak muda itu. sastra. Berikut sinopsis kedua novel tersebut. Rupanya Harun dengan sengaja melakukan itu Darah Muda menceritakan kisah dan berniat membuat Nurdin cemburu. Harun tentang seorang dokter muda bernama Nurdin telah mencoba menyampaikan lamaran yang akan pulang ke menemui orang kepada orang tua Rukmini. Rupanya Nurdin tuanya. Di kapal, ia berkenalan dengan cemburu dan segera menjauhkan diri dari Rukmini, seorang guru yang pada waktu itu gadis itu. Baik Rukmini maupun Nurdin akan berlibur ke Bengkulu. Pertemuan yang keduanya menunggu. Singkat kata, Ibu sekilas di kapal tersebut rupanya cukup Nurdin meninggal dunia karena sedih menentukan jalan hidup dokter Nurdin. Sejak memikirkan anaknya yang menjauhkan diri saat itu rupanya gadis tersebut terpatri dalam darinya. Sebelum menghabiskan nafas sanubari Nurdin sehingga maksud ibunya terakhirnya, orang tua tersebut mengakui hendak mengawinkannya ditolaknya. kesalahan karena hendak mencoba Selanjutnya, atas pertolongan (nasihat) menceraikan hubungan Rukmini dengan Nurdin, Rukmini diterima menjadi guru di Nurdin. Ibu Nurdin mencoba menikahkan salah satu perguruan partikelir di Padang. Nurdin dengan anak mamaknya yang pulang Mamak (paman) Nurdin mempunyai anak dari Jakarta. Akhirnya, Nurdin paham duduk gadis, yang menurut adat kebiasaan perkaranya, ia menyesalkan tindakannya Minangkabau kalau Nurdin mau, gadis itu menjauh dari Rukmini selama ini hingga akan dinikahkan dengannya. Dalam hal ini, membuat Rukmini jatuh sakit. Kemudian ia budaya Minangkabau adalah matrilineal meminta maaf kepada Rukmini dan sehingga pihak perempuanlah yang melamar mengetahui bagaimana perasaan cinta pihak lelaki. Rukmini kepadanya melalui catatan- Terjadi perdebatan antara Nurdin dan catatannya. Setelah gadis itu sembuh, ia mamaknya tentang perkawinan, tentang menikah dengan Rukmini. poligami, dan tentang adat perkawinan yang Dari sinopsis singkat di atas bisa biasa terjadi di Minangkabau. Sebenarnya, dirumuskan bahwa ada kisah percintaan yang orang tua Nurdin berkenan menerima muncul sebagai formula yang mendukung Rukmini menjadi menantunya, tetapi karena struktur novel. Konstruksi formula yang 104

muncul dalam cerita Darah Muda kemudian memaksa anaknya untuk menunjukkan adanya aspek percintaan menandatangani surat kuasa (surat wakil) sepasang manusia dengan latar budaya yang persetujuan atau pernyataan karena ia akan berlainan, yaitu budaya Minangkabau dan dikawinkan dengan seorang gadis di budaya Sunda dari kedua tokoh pasangan kampungnya. Pada akhirnya, Rustam utama. Unsur kisah percintaan masuk dalam menandatangani surat pernyataan tersebut genre roman yang dibumbui dengan formula meskipun dia sangat mencintai istrinya, etnisitas sebagai isu utama yang diangkat Darsina. Hal tersebut merupakan kelemahan pengarangnya. Secara alur, percintaan dari sosok Rustam. Bapak Rustam pulang ke sepasang manusia tersebut mengalami pasang Padang dan kembali membawa Nuraini, istri surut, tetapi pada akhirnya berakhir bahagia Rustam yang baru saja dikawini dengan jalan (happy ending). Latar belakang kesukuan berwakil melalui surat. yang digambarkan dalam cerita tersebut Kondisi ini membuat rumah tangga merupakan sebuah dinamika dalam Rustam berantakan. Huru-hara tersebut mengembangkan konsep roman (percintaan) disebabkan oleh sikap Rustam yang lemah dalam novel Indonesia modern sebagai sebuah terhadap paksaan keinginan bapaknya. isu ke-Indonesia-an. Cinta menembus sekat- Perkawinan tersebut meskipun dengan jalan sekat etnisitas maupun budaya, dan pengarang paksaan, tetapi dengan persetujuan Rustam berpihak pada peleburan esensi yang sendiri. Istri Rustam, Darsina sangat terpukul universal, yaitu dengan melepaskan aspek- dengan kondisi tersebut. Rustam sangat sedih aspek yang dianggap menjadi kendala bagi dan menyesali perbuatannya, hingga akhirnya kedua pasangan tersebut. dalam keadaan tersebut anaknya meninggal Formulasi yang muncul secara juga karena penyakit. Istri yang sudah dipesan menyeluruh ditunjukkan melalui struktur (disetujuinya melalui surat), tidak jadi instrinsik karya, yaitu hubungan sepasang diterimanya. Nuraini dengan segala manusia, latar sosial budaya, konflik atau pengantarnya terpaksa kembali ke Padang. rintangan, representasi tokoh-tokoh, watak, Akhirnya, Rustam meminta maaf kepada tema dan juga penyelesaian atau akhir yang istrinya atas segala kesalahan yang bahagia. Unsur-unsur tersebut merupakan dilakukannya. Segala hal yang berkaitan formula yang menjadi satu asumsi sederhana dengan urusan rumah tangganya diselesaikan dalam melihat genre dan merumuskan jenis dengan orang tua dan istrinya hingga rumah genre tersebut dalam karya sastra. tangga Rustam kembali normal dan bahagia. Novel berikutnya adalah Asmara Jaya Dalam Asmara Jaya, terlihat konsep yang juga merupakan karya Adinegoro. tema yang sama dengan novel sebelumnya. Secara umum tema novel ini hampir sama Secara struktur, formula yang muncul adalah dengan novel sebelumnya, yaitu menceritakan perkawinan, kemauan orang tua, paksaan, kisah perkawinan pemuda Minangkabau latar budaya dan tempat, cinta, dan akhir yang dengan gadis Priangan (Sunda). Berbeda bahagia. Genre yang digunakan merupakan dengan perkawinan antaretnis dalam Darah roman karena di dalamnya ada hubungan Muda yang mengambil latar di , perkawinan (percintaan) antara dua orang latar peristiwa dalam novel ini terjadi di yang berbeda latar budaya, yaitu Minang dan . Sunda. Kondisi tersebut sebenarnya tidak Novel ini menceritakan Rustam berbeda dengan novel pertama, hanya seorang pegawai administrasi di Bandung perbedaan mendasar yang muncul terletak yang telah menikah dengan gadis Sunda pada latar tempat dan situasi yang dialami bernama Darsina, dan sudah mempunyai anak oleh tokoh utama. Tokoh utama dalam novel yang bernama Dirhamsyah. Rustam pemuda ini terlibat prahara rumah tangga karena Minang, sedangkan Darsina gadis Sunda. menerima paksaan keinginan dari orang tua. Orang tua Rustam yang mengetahui anaknya Tokoh utama dalam Asmara Jaya sudah telah menikahi gadis Sunda datang ke Jawa, menikah dan berkeluarga, sedangkan dalam 105

novel Darah Muda tokoh utama belum kawin dengan pemuda dari luar, kecuali menikah. Alur yang digunakan adalah alur pemuda atau laki-laki Minangkabau juga. maju dengan akhir bahagia. Alur maju Berikut sinopsis singkatnya. dipahami sebagai konstruksi hubungan sebab Kisah cinta dalam novel ini bermula akibat yang terjadi dan dialami oleh tokoh ketika Zainudin, yang lahir di kota Makassar, cerita secara progresif sehingga fase pergi ke kampung bapaknya, yaitu kota penceritaan cerita berjalan dari awal hingga Padang, Sumatera Barat. Zainudin dianggap akhir. sebagai anak terbuang. Karena apabila dia Permasalahan yang muncul secara berada di Makassar, dia tidak diakui karena mendasar adalah tradisi atau adat. Dalam arti, bapaknya adalah seorang Minang. Begitu juga orang tua masih menjadi penentu dalam apabila dia berada di Sumatera Barat, dia memilihkan (memaksakan) jodoh atau tidak diakui karena ibunya adalah seorang pasangan bagi anaknya. Kemunculan asing dari Makassar. Di kampung halaman persoalan “pemilihan jodoh” tersebut dalam bapaknya itu, Zainudin bertemu dengan novel Darah Muda dan Asmara Jaya pujaan hati, Hayati. Akan tetapi, cinta mereka dimaksudkan sebagai tawaran ide perubahan tidak sampai ke pelaminan disebabkan oleh sikap terhadap kebaruan mekanisame hambatan budaya. Zainudin tidak mendapat menemukan jodoh dan pasangan hidup dalam izin dari ninik-mamak untuk meminang adat atau tradisi dengan modernitas yang Hayati yang akan dinikahkan dengan Aziz. mulai masuk dalam sistem sosial masyarakat. Zainudin yang patah hati kemudian diserang Dalam situasi ini karya sastra menjadi sebuah penyakit sangat lama. Setelah sembuh, ruang untuk membangun dialektika terhadap ditemani oleh seorang sahabat, Muluk, isu-isu yang relevan dan berkembang mereka kemudian berangkat ke Jawa untuk sehingga genre roman (percintaan) dirasa mengadu nasib. Zainudin kemudian menjadi sebagai satu media yang efektif dalam seorang penulis terkenal dengan letter “Z”. menyampaikan isu antaretnis yang cenderung Dia menjadi orang sukses di Jawa dan mendiskreditkan salah satu pihak tertentu. membentuk “kelompok anak Sumatera”. Cinta menjadi satu bagian yang universal dan Kemudian, di Jawa itu, dia bertemu lagi dirasa efektif dalam memasuki dan dengan Hayati dan Aziz. Akan tetapi, meleburkan sekat-sekat yang kaku dari tradisi Zainudin telah menjadi orang yang baik budi ataupun etnisitas. Kesamaan yang muncul sehingga dendam dan sakit hatinya telah dalam kedua karya Adinegoro tersebut adalah hilang sama sekali. akhir yang bahagia. Akhir bahagia ini Ketika dipecat dari pekerjaan kerena merupakan salah satu bentuk toleransi yang kecerobohan dan kelalaiannya dalam ditawarkan pengarang secara struktural dalam menjalankan perusahaannya, Azis bersama genre roman antaretnis sebagai negosiasi Hayati tinggal di rumah Zainuddin. Namun, bahwa cinta lebih esensial menyelesaikan Azis merasa tidak kerasan tinggal di rumah masalah dibandingkan dengan aspek lainnya. Zainuddin karena perlakuan pemuda itu Situasi yang sama juga terjadi dalam sangat baik terhadap keluarganya. Azis novel Tenggelamnya Kapal van Der Wijck kemudian memutuskan untuk meninggalkan (1938) dan Merantau ke Deli (1940) karya Hayati di rumah Zainuddin dan pergi entah ke Hamka. Kedua novel tersebut juga berpijak mana. Tak berapa lama kemudian, Azis pada pertemuan sepasang manusia dalam mengirimkan dua pucuk surat, yaitu surat percintaan beda latar belakang suku. Secara pertama ditujukan kepada Hayati yang isinya menyeluruh kedua novel itu juga termasuk hendak menceraikannya, dan surat kedua dalam genre roman. Tenggelamnya Kapal Van ditujukan kepada Zainuddin yang isinya der Wijck menceritakan hubungan kisah cinta meminta untuk menikahi Hayati. Surat itu seorang gadis Minangkabau dengan seorang merupakan pesan terakhir darinya karena tak pemuda Bugis (Sulawesi). Menurut adat lama kemudian Azis meninggal dunia. Minangkabau, gadis Minangkabau tidak boleh 106

Azis kemudian menyerahkan dan yang dialami oleh tokoh utama. Kondisi mengamanahkan Hayati kepada Zainudin. psikologis mereka terpaksa menerima Namun, Zainudin tidak berpikiran demikian. keputusan nasib dan adat sebagai sebuah Dia malah mengirim pulang Hayati ke kekalahan dalam percintaan. Perkembangan kampung halaman di Sumatera Barat dengan yang terjadi dalam novel ini adalah kapal Van der Wijck. Karena kuasa Allah, munculnya tambahan pola-pola psikologis kapal mengalami kecelakaan. Zainudin yang yang dialami oleh tokoh utama (patah hati, sesungguhnya masih memiliki cinta kepada depresi, disorientasi, kehilangan keyakinan). Hayati, merasa bersalah. Kemudian dia Pola psikologis tersebut muncul dalam rangka menyusul Hayati ke tempat posko memberikan tekanan “emosi” kepada penyelamatan dan ditemuinya Hayati dalam pembaca agar ikut terharu dan masuk dalam keadaan sekarat. Namun, mereka masih alur cerita secara keseluruhan. sempat bertatap muka dan saling meminta Hamka menekankan struktur cerita maaf akan kesetiaan cinta. Cinta Zainudin dan percintaan sebagai sebuah media negosiasi Hayati dipersatukan kembali, tetapi tidak dalam merumuskan keberlangsungan diridhai oleh takdir. Hayati meninggal dengan hubungan beda etnis. Pengertian yang muncul menyebut dua kalimat syahadat. Sepeninggal adalah etnisitas sebagai bagian dari karakter Hayati, Zainudin membuat karya terakhirnya, budaya menjadi pedoman yang tidak mudah dan setelah itu dia terkena penyakit yang dilepaskan oleh seseorang dari komunitasnya. menyebabkan dia meninggal pula, kemudian Hal tersebut juga muncul dalam karya dia dikuburkan di sebelah kuburan Hayati. Adinegoro pada pembahasan sebelumnya. Genre novel di atas menunjukkan Roman Tenggelamnya Kapal Van der Wijck bagaimana sepasang manusia mengalami menjadi sebuah simbol bagaimana karya percintaannya hingga meninggal dunia. Kisah sastra mampu menjadi ruang kontemplasi tersebut merupakan genre roman dengan dalam melihat persoalan etnisitas dalam formula yang agak berlainan dengan karangan relasinya dengan berbagai persoalan yang Adinegoro meskipun keseluruhan strukturnya esensial, yaitu cinta. memiliki pola yang sama. Tema yang Selanjutnya, dalam novel Merantau ke diangkat juga sama, kisah percintaan dua Deli, Hamka mencoba menyampaikan pesan manusia dengan latar belakang etnis berbeda, nasionalisme Indonesia melalui hubungan yaitu Padang (Minang) dengan Makassar perkawinan antaretnis. Ini dapat dilihat dalam (Bugis). Perbedaan terletak pada komposisi hubungan perkawinan antarentnis yang cukup formula yang berakhir dengan sedih. Selain mencolok antara tokoh Poniem (Jawa) dan itu, unsur-unsur yang muncul adalah Leman (Minangkabau). Hubungan kedua perkawinan, aturan adat atau hambatan tokoh dari etnis yang berbeda ini sangat budaya, patah hati, persetujuan orang tua, menentukan alur cerita novel ini. Latar tempat status, latar belakang suku, kehilangan novel ini adalah daerah Deli dan Medan pada pekerjaan, musibah, dan kematian. zaman sebelum perang. Leman adalah salah Dari aspek formula yang muncul di seorang perantau Minang yang mengadu nasib atas, tokoh utama berada dalam situasi yang di daerah Deli yang sedang berkembang kurang baik (tragis). Kondisi hidup sebagai karena dibukanya onderneming-onderneming sebuah kendala yang merintangi, sistem tembakau oleh Belanda. Dan Poniem adalah norma adat, status, dan juga faktor-faktor buruh dari Jawa yang datang ke Deli karena eksternal di luar tokoh menjadi komposisi hal yang sama: berkembangnya ekonomi Deli struktur cerita secara kuat. Formulasi cerita akibat pembukaan onderneming- tersebut membedakan dengan dua karya novel onderneming perkebunan besar di daerah itu. sebelumnya, yang secara kompleksitas Dalam novel Merantau ke Deli, Hamka jelas mempunyai struktur cerita lebih banyak. sekali mengkritik eksklusivisme perkawinan Perbedaan perkembangan dari kedua novel Minangkabau yang telah menjadi adat dan sebelumnya terlihat dari peristiwa-peristiwa 107

tradisi. Berikut ini sinopsis cerita singkat Poniem dan Suyono telah membeli rumah di novel Merantau ke Deli. Deli. Leman meminta maaf kepada Poniem Poniem diselamatkan dari lembah atas kesalahannya dulu. Dengan lapang hati kehinaan oleh seorang lelaki bujang, Leman. Poniem memaafkan kesalahan mantan Kemudian, ia diperisteri dan hidup dalam suaminya itu. sebuah rumah tangga yang bahagia. Poniem Pada cerita Merantau ke Deli tersebut sangat setia terhadap suaminya dan berusaha formula yang muncul dalam struktur cerita sekuat tenaga untuk membantu semua urusan secara umum masih sama dengan novel rumah tangga dan pekerjaan suaminya. Akan Tenggelamnya Kapal Van der Wijck. Hamka tetapi, lama-kelamaan kedamaian rumah mengangkat tema kehidupan sosial dalam tangga mereka makin hari makin hilang hubungan dua insan manusia dengan latar setelah Leman larut dalam kegiatan belakang berbeda yaitu, Poniem (Jawa) perdagangannya. Sebagai lelaki yang berasal dengan Leman (Minangkabau). Kisah dari keluarga Minang, dia ditekan oleh percintaan yang muncul berakhir dengan tidak keluarga supaya mengawini seorang gadis bahagia (sad ending). Perkawinan sebagai yang sederajat untuk meneruskan adat dan media menyatukan dua latar belakang yang budaya. dicita-citakan gagal karena perubahan Lama-kelamaan Leman termakan pendirian dan pengaruh adat. Kondisi tersebut bujukan tersebut dan menerima untuk bisa dilihat dalam formula yang muncul, menikah kembali. Leman berjanji kepada kemiskinan, tuntutan hidup, meneruskan adat, Poniem tidak akan mengabaikannya dan poligami, perceraian, menikah lagi, dan selalu menjaga perasaannya sebagai isteri pemberontakan terhadap adat yang gagal. pertama. Namun, janji tinggal janji. Isteri Adat dalam Merantau ke Deli digambarkan mudanya jauh lebih pandai berdandan, sangat kuat menekan hubungan antara dua merayu, dan merebut perhatian Leman supaya manusia yang berlainan latar belakang lebih mencintainya. Pertengkaran pun mulai sehingga perkawinan Poniem-Leman terjadi. Perdagangan Leman yang selama ini mengalami perceraian. dibantu Poniem pun hendak dikuasai oleh Jika dibandingkan secara struktural, isteri muda. Leman yang serba salah lama- antara novel Darah Muda dan Asmara Jaya kelamaan mulai memihak kepada isteri karya Adinegoro dan novel Tenggelamnya mudanya. Pertengkaran hebat yang terjadi Kapal Van der Wijck dan Merantau ke Deli memaksa Leman menceraikan Poniem. Sejak karya Hamka terdapat persamaan genre hari itu Poniem meninggalkan rumah dan meskipun dalam konteks tersebut Hamka merantau ke Deli. Kegiatan perdagangan mengakhiri roman-romannya tersebut dengan Leman mulai mengalami rugi, ditambah lagi akhir yang sedih atau tragis. Apa yang dicita- dengan sikap tamak isteri yang baru. Barulah citakan oleh tokoh-tokoh utama dalam novel Leman menyadari bahwa selama ini dia tersebut tidak berjalan sesuai dengan harapan. banyak terbantu oleh ketekunan Poniem Adapun dalam karya-karya Adinegoro, para dalam berdagang. Tapi semua sudah terlanjur tokohnya memenangkan pergulatan dengan terjadi. perjuangan yang secara tematis, merupakan Poniem akhirnya menemukan jodoh benturan atas pemberontakan terhadap adat- barunya yang lebih memahami dan istiadat. menghargainya, Suyono—salah satu pekerja Etnisitas masih menjadi tema yang di kedai Leman. Mereka memulai berdagang menarik sebagai “bumbu” formula dalam kembali dengan sedikit modal yang ada pada roman pada dua periode awal sastra Indonesia mereka. Usaha dagang mereka maju hingga modern antara tahun 1920-an sampai periode mereka sanggup membeli rumah dan tanah. 1940-an akhir. Kesadaran dalam mengangkat Sementara itu, Leman dan isteri mudanya isu antaretnis tersebut merupakan wacana makin hari makin jatuh miskin. Pertemuan yang secara struktur berpijak dari kondisi kembali Leman dan Poniem terjadi ketika kesukuan di Indonesia yang plural dan 108

majemuk. Meskipun antara Nurdin-Rukmini disajikan dalam kisah-kisah percintaan (Minangkabau-Sunda); Rustam-Dirsina manusia. Popularitas genre roman selalu (Minangkabau-Sunda); Zainudin-Hayati didasari dengan berbagai aspek yang (Makassar-Minangkabau); dan Poniem- mendukungnya, yaitu pekerjaan, percintaan, Leman (Jawa-Minangkabau) kesemuanya orang tua, adat, nasib, psikologis, latar, hidup dalam konteks dan ruang berbeda, konteks sosial budaya, dan juga akhir cerita. secara genre mampu disatukan ke dalam satu Genre roman selanjutnya yang benang merah yang sama, yakni persoalan membahas perkawinan dengan “bumbu” beda antaretnis. Persoalan tersebut dikemas dalam agama terdapat dalam novel Keluarga tema yang menarik untuk disimak, yaitu Permana karya Ramadhan K.H. (1978) dan melalui percintaan. Bagaimana perspektif Orang Buangan karya Harijadi S. cinta antara kaum muda dan perspektif kaum Hartowardoyo (1971). Kedua novel tersebut tua dalam meneruskan tradisi (adat-istiadat), melihat hubungan pasangan yang berlainan masing-masing mempunyai alasan. keyakinan, dalam Keluarga Permana antara Cemooh kaum muda terhadap tokoh Ida (Islam) dan Sumarto (Katolik), anggapan cinta yang utopis dari para orang sedangkan dalam Orang Buangan antara tua kadang beralasan pula. Tidak jarang tokoh Tantri (Islam) dan Hiang Nio (Katolik). golongan tua menghinakan percintaan dan Hubungan antaragama menjadi satu hal yang hanya mengingat harta benda keturunan bakal memicu isu SARA dalam pluralitas lahir menantunya. Anak mereka dipaksakan masyarakat Indonesia. Sampai saat ini, agama menikah dengan alasan tradisi atau adat, merupakan ruang yang intoleran dalam keturunan, maupun harta. Permasalahan lain menerima percampuran dua keyakinan karena yang muncul dalam roman-roman tersebut mengaburkan identitas dan hubungan adalah anggapan atau posisi pengarang religiusitas para pemeluknya. Wilayah ini (ideologis) dalam roman sangat berpengaruh masih sangat kurang dieksplorasi dalam dalam menentukan bentuk serta nasib para khazanah kesusastraan Indonesia modern tokoh-tokohnya. Dalam pengungkapan karena selalu menjadi arena yang rawan salah keberpihakan (amanat) pengarang tentang penafsiran. Kondisi tersebut dipahami oleh persoalan percintaan antara golongan tua dan para pengarang untuk tidak mengambil tema muda, masing-masing pihak saling atau isu agama karena bisa menimbulkan menyudutkan dan menyalahkan satu sama sesuatu efek chaos antaragama. lain. Dalam posisi tersebut, formulasi yang Novel Keluarga Permana karya dilihat sebagai bagian dalam penentuan genre Ramadhan K.H merupakan salah satu novel roman adalah komposisi strukturnya. Bukan yang fenomenal dan kontroversial. Novel ini sekadar melihat kedangkalan segi cerita mampu mencerminkan kehidupan masyarakat roman, tetapi juga bagaimana perhatian Indonesia modern dan kesadaran pengarang terhadap berbagai fenomena pengarangnya mengenai masalah yang persoalan tersebut dalam konteks ruang dan dihadapi, yaitu masalah sosial keagamaan. waktunya di masyarakat. Keluarga Permana memenuhi kriteria karya Meskipun secara umum penulis roman sastra sebagai potret indah yang yang mengangkat isu antaretnis pada periode menggambarkan masyarakat, bahkan analisis tersebut lebih menyoroti perbedaan kultural kehidupan sosial dengan segala perubahan yang ada dan bersinggungan dengan tradisi masyarakat di dalamnya. Berikut sekilas Minangkabau (Sumatra Barat), bisa sinopsis cerita Keluarga Permana. disimpulkan secara sekilas bahwa Permana yang dulunya terkenal Minangkabau mempunyai peranan penting bijaksana, sikapnya berubah drastis ketika dalam membangun dialektika kesukuan di dirinya diberhentikan dari tempat kerja Indonesia. Melalui para pengarang baik yang dengan alasan yang tidak jelas. Keluarga lahir dan berasal dari Minangkabau, maupun Permana yang sebelumnya demikian damai bukan, interkultural dan antaretnis Indonesia dan tentram, tiba-tiba berubah suasana, penuh 109

dengan penderitaan, baik lahir maupun batin. membisikkan kalimat syahadat. Ida pun Pemecatan itu membuat Permana menjadi mengikuti kalimat syahadat yang diucapkan seorang kepala keluarga yang kasar. Suka oleh suster tersebut dengan lancar. Suster menyiksa anak dan istrinya dengan alasan tersebut kaget saat mengetahui bahwa suami yang terkadang dibuat-buat. Atau dengan Ida seorang Katolik. kesalahan yang tak sewajarnya sampai Mendengar berita kematian Ida, Saleha mendapat hukuman yang berat. Walaupun dan Permana sangatlah terpukul. Kedua orang kesalahan itu adalah kesalahan Permana, tetap suami istri itu teruslah menyalahkan diri saja istri dan anaknya yang mendapat siksaan. mereka sendiri. Setelah jenazah Bahkan, pukulan lidi bukan hal yang asing diberangkatkan ke rumah orang tua Ida, lagi bagi anak dan istrinya terjadi sedikit konflik yang dialami Permana Selama Permana tidak bekerja lagi, dan Saleha. Keduanya sebenarnya istrinyalah yang bekerja keras mencari nafkah. menghendaki membumikan ida di Saleha-lah yang bekerja untuk mencukupi permakaman muslim. Akan tetapi, pada kebutuhan harian keluarga itu. Namun, kenyataannya setelah jenazah itu sampai, Ida walaupun sudah bekerja keras, istrinya tetap diputuskan untuk dimakamkan di tempat saja mengalami siksaan dari suaminya. Hal ini penguburan Katolik karena mengikuti sebenarnya disebabkan oleh Permana merasa keluarga Sumarto. Apalagi saat itu Ida telah dirinya tidak berarti sebagai seorang laki-laki. dibaptis dan masuk ke dalam ajaran Katolik Dia merasa malu sehingga otak jernihnya meskipun tidak tahu apa yang ada di hati Ida menjadi buram, penuh dengan prasangka yang sendiri. Semua itu didasarkan pada terpaksa. dibuat-buat saja. Dalam benaknya sering Permana yang dulunya arogan kini makin terbayang bahwa istrinya sewaktu bekerja rapuh. Permana merasa sangat bersalah pasti disenangi oleh kaum laki-laki di tempat kepada Ida sehingga dia terus menunggui kerjanya. Apalagi ketika Saleha pulang tanah makam Ida sepanjang hari tak merasa dengan diantarkan oleh manajernya, makin panas dan hujan. Kini Permana makin tidak buruk prasangka Permana. Permana suka waras. Permana hanya bisa meratapi cemburu yang tanpa bukti. kesalahan-kesalahannya yang lalu. Pada bagian lain, Sumarto Struktur cerita menggambarkan isu menumpang (indekos) di rumah Permana. tema umum, yaitu antaragama. Keluarga Sumarto menebar benih cinta kepada Ida. Ida Permana disebut sebagai novel fenomenal pun mulai jatuh cinta kepada Sumarto. hingga saat ini karena mencerminkan potret Kemudian Sumarto mulai menggauli Ida. kehidupan antarumat beragama di Indonesia, Permana curiga atas keintiman Sumarto dan di tengah pluralitas dan heterogenitas Ida. Permana mengusir Sumarto dari mayarakat Indonesia yang multiagama. Secara rumahnya. Ida hamil buah hubungannya genre novel tersebut termasuk ke dalam jenis dengan Sumarto. Permana dan Saleha sepakat roman yang melibatkan percintaan tokoh menggugurkan kandungan Ida. Kandungan utama Ida (Islam) dengan Sumarto (Katolik). Ida gugur oleh ramuan racun dari dukun Percintaan keduanya sebenarnya tidak sehingga Ida dilarikan ke rumah sakit. direstui, tetapi pada akhirnya disetujui dengan Sumarto menyesali perbuatannya, Pastor terpaksa oleh orang tua Ida. Hingga pada Mordiyono menyarankan Sumarto untuk akhirnya pernikahan mereka berakhir tragis mengawini Ida. Permana dengan berat dengan kematian Ida. Formula yang menyetujui Ida kawin dengan Sumarto. Ida menyusun struktur cerita adalah pemecatan, dibaptis menjadi Katolik dengan perasaan ekonomi, percintaan Ida dan Sumarto, konflik, terpaksa. Perkawinan Ida dengan Sumarto aborsi, pindah agama, pernikahan, sakit keras, menimbulkan konflik. Mang Ibrahim marah dan meninggal dunia. Permasalahan dalam merasa kehilangan cucunya yang kini menjadi Keluarga Permana adalah dimensi sosial Katolik. Akhirnya, Ida meninggal di rumah keagamaan, yaitu menyangkut perikehidupan sakit. Sebelum meninggal, suster rumah sakit antarumat beragama, yakni perpindahan 110

agama dan konflik-konflik sosial keagamaan dukun kampung mencoba melakukan yang ditimbulkannya. pengobatan dengan mengatakan bahwa ada Pada Orang Buangan, Tantri harus kekuatan gaib yang menyebabkan semua hal berada dalam situasi psikologis yang tersebut. membingungkan karena perasaan cintanya Esoknya ketika Tantri kembali ke kepada Hiang Nio, seorang Katolik keturunan kampung, suasana sudah tegang. Orang-orang Tionghoa. Perbedaan kemauan dari orang tua sibuk memperbincangkan peristiwa semalam. Hiang Nio, tata cara menikah, peraturan Tantri menjadi bahan perbincangan. perundangan atau hukum menikah beda Meninggalnya Djolodong mengundang agama menjadi satu persoalan yang dilematis berbagai desas-desus dan isu yang muncul bagi Tantri. Hiang Nio sepenuh hati dalam masyarakat. Setelah peristiwa tersebut, mencintai Tantri dan mau menerima apa pun tanpa diduga kematian-kematian beruntun keadaan Tantri. Berikut ini sinopsis novel terus menyerang warga kampung, termasuk Orang Buangan. kakak kandung Djolodong, Djendol. Orang- Tantri merupakan seorang guru orang panik dan ketakutan, mereka menduga sekolah rakyat di daerah terpencil. Tantri kondisi tersebut dikaitkan dengan guna-guna terikat kontrak selama lima tahun dengan yang dilakukan oleh Tantri.. Ia menduga Jawatan (Dinas) Pengajaran di desa tersebut. kematian adik Djolodong adalah ulah Tantri Ia sekaligus juga sebagai kepala sekolah di karena selama ini Tantri dekat dengan desa terpencil yang ditunjuk dari jawatan keluarga Idjah. Tantri sering datang ke tersebut. Tantri sebenarnya adalah seorang rumahnya dan mengajari Idjah. Tantri mahasiswa jurusan kedokteran yang cuti menduga hal tersebut merupakan wabah. kuliah karena keterbatasan biaya. Di desa Korban berjatuhan dan kondisi kampung tersebut Tantri terkenal sebagai seorang guru makin mencekam. Tantri teringat Hiang Nio, yang ramah, rajin, cerdas, dan disayang oleh perempuan keturunan Tionghoa yang murid-muridnya. Prestasi dan dedikasi Tantri dicintainya. Cinta mereka tersekat batas terhadap sekolah dan tugasnya menunjukkan agama dan orang tua. Hiang Nio beragama kinerja yang luar biasa sehingga selalu dipuji- Katolik, sedangkan Tantri Islam. Pernikahan puji oleh Pak Lurah dan juga Pak Camat. Hal beda agama belum diatur dalam perundangan, tersebut menimbulkan kecemburuan dari dan prosesnya rumit. guru-guru lain. Pak Lurah dan Pak Camat meminta Suatu ketika Tantri pergi ke kota laporan kejadian yang menimpa desa tersebut mengambil gaji para guru selama tiga hari. kepada Tantri. Tantri menyarankan agar Selama kepergiannya tersebut, Idjah salah membuat laporan adanya wabah sehingga satu kembang desa yang juga murid Tantri, mendapat penangangan tepat dari Dinas dinikahkan dengan Djolodong, seorang lelaki Kesehatan. Akhirnya, dikirimkanlah beberapa kampung yang juga lintah darat. Pernikahan tenaga medis dan perawat untuk melakukan Idjah dengan Djodolong tersebut karena pencegahan dan observasi atas keadaan yang paksaan. Djolodong sudah lama menaruh hati terjadi di desa tersebut. Tanpa disengaja, pada Idjah, sedangkan Idjah menyukai Tantri. Tantri bertemu dengan kekasihnya, Hiang Orang tua Idjah, Pak Truno terpaksa Nio, setelah sekian lama tidak bertemu dan menikahkan anaknya dengan Djolodong hubungan mereka menggantung. Hiang Nio karena sudah berutang budi dan tidak bisa adalah seorang dokter yang kebetulan menolaknya. Namun, dalam penikahan ditugaskan untuk membantu menanggulangi tersebut tiba-tiba terjadi peristiwa wabah di desa tersebut. Tantri kaget sekaligus menggemparkan kampung. Pengantin pria, senang. Ia kembali bertemu dengan orang Djolodong, mendadak meninggal dunia. yang dicintainya. Namun, ia kembali harus Penduduk kampung menduga ini semua menghadapi fitnah dan tuduhan bahwa dirinya adalah akibat dari ilmu gaib yang dimiliki adalah seorang dukun munafik yang oleh Tantri. Selanjutnya, Kyai Kasan Djamil, menyamar sebagai guru sekolah. Tuduhan 111

yang ditujukan oleh partai di kampung terhadap persoalan esensi kemanusiaan yang tersebut dan masyarakat membuat Tantri lebih utama daripada keagamaan. Percintaan dikucilkan. menjadi wilayah logis-empiris lebih cair Idjah mencintai Tantri. Kondisi dalam menemukan keterkaitan dan celah yang tersebut diketahui oleh Hiang Nio yang juga sempit di antara ruang agama dan etnisitas. masih mencintai Tantri. Idjah cemburu dan Individu yang berlainan bertemu dalam histeris melihat Tantri dekat dengan Hiang kerangka “cinta” sebagai sebuah ekspresi Nio. Ia tidak mau dipisahkan dengan Tantri. yang esensial dan hakiki. Cinta menembus Namun, Tantri memilih rasa cintanya pada ruangan yang selama ini dipenuhi dengan isu Hiang Nio yang selama ini masih setia SARA, tabu, sensitif dalam menjelaskan siapa menunggu Tantri. Hiang Nio menceritakan sebenarnya manusia di hadapan struktur bahwa orang tuanya sudah ikhlas menerima tersebut. Tantri dan Hiang Nio menemukan kondisi Tantri, tanpa suatu syarat apa pun. jalan menuju “ruang” pertemuan internal Akhirnya, mereka berdua memutuskan untuk mereka, yang tidak dipahami dan terjangkau menikah, memperjuangkan cintanya melebihi oleh konsep agama. Regulasi-regulasi sosial batas dan sekat agama. yang berlainan konsep norma, secara kasat Persoalan yang menarik dan muncul mata menjadikan gagasan tentang perbedaan dalam Orang Buangan tidak semata-mata lebih sulit diterima secara utuh. mendeskripsikan hubungan percintaan Formulasi roman dalam novel-novel antaragama, tetapi juga antaretnis. Bagaimana tersebut menggabungkan sebuah gagasan posisi kesukuan juga dijadikan tema saat sentral tentang manusia sebagai dirinya melihat hubungan pribumi dengan etnis lain, pribadi, dalam menemukan eksistensi dan khususnya Tionghoa (Cina). Cina kebermaknaan hidup. Pilihan-pilihan secara digambarkan dengan sesuatu yang lain dan psikologis dimaksudkan ikut mempertegas berbeda dalam segala latar belakang. dan memperkokoh sikap serta karakter Kompleksitas hubungan tersebut juga menjadi manusia, sebagai tokoh yang hidup dalam fenomena ketika melihat ruang yang ada di segala persoalannya. Secara struktur, balik sekat agama dan sekat etnis. Secara formulasi yang muncul dalam novel Orang kultural, Tionghoa (Cina) masih diasumsikan Buangan adalah kondisi psikologis, sebagai pendatang, bukan suku asli dalam intelektualitas, lokalitas, percintaan, wabah, pluralitas kehidupan di Indonesia. Latar fitnah, perbedaan adat dan latar belakang belakang sosial kultural dalam novel ini agama, serta pernikahan beda agama. diangkat sebagai sebuah permasalahan yang Harijadi S. Hartowardoyo secara sadar mencuat. Tema besar yang muncul di menemukan fenomena agama dan etnisistas baliknya adalah sebuah persoalan struktural sebagai arena yang menarik dalam struktur klasik, yaitu antara pandangan tradisional bangunan cerita. Komposisi dan struktur dengan pandangan modern. Struktur tersebut cerita tersebut disajikan sebagai konstruksi- membangun formula dalam novel dengan konstruksi tanda dan makna agar pembaca kisah percintaan beda agama dan beda etnis. menemukan sikap pengarang (amanat). Dalam Adat, keturunan, moral, hukum, agama, hal ini, pengarang menunjukkan sikapnya keyakinan, kedudukan, dan prinsip hidup yang tidak mendiskreditkan atau memojokkan menjadi bagian yang tradisional. Sementara salah satu aspek (baik etnis maupun agama) itu, cinta, kemauan, semangat, kenyataan, dan dalam struktur masyarakat. Namun, kebahagiaan merupakan wilayah modern yang pengarang menawarkan solusi dalam disimbolkan sebagai kaum muda. kerangka sistem perundangan yang mengatur Persinggungan agama dalam novel hak warga negara dalam pernikahan tersebut secara garis besar mirip dengan novel perjanjian perdata, bukan dalam kerangka Keluarga Permana meskipun komposisi hukum agama. Komposisi roman tersebut formula ceritanya berlainan. Relasi Islam menjadi wacana implisit bagaimana hubungan dengan Katolik membawa gagasan universal antara adat, norma, agama, intelektualitas, dan 112

juga humanitas disejajarkan dalam relasi yang menjadi satu isu yang krusial ketika melihat seimbang. Kesimpulan sikap pengarang sastra Indonesia sebagai sebuah rumah bagi terlihat dalam kemenangan tokoh utama, yaitu segala wacana dan persoalan identitas yang Tantri-Hiang Nio, yang menemukan masa terus- menerus berlangsung. Kemajemukan depan mereka melalui cinta yang meleburkan masyarakat secara sosial dan kultural/budaya, segala ruang etnis dan agama. mengarahkan pembentukan toleransi dalam rangka menemukan jawaban-jawaban 4. Kesimpulan persoalan maupun ideologi yang terkandung Genre dalam karya sastra bisa ditentukan dalam teks. Jika ditarik kepada konsep dengan formulasi alur dan juga struktur- pascakolonialisme, identitas bukan sekadar struktur pelengkapnya. Dalam penelitian sesuatu yang baku (beku), melainkan sudah sederhana ini, yang menjadi permasalahan menjadi cair. Seiring dengan perubahan dan adalah perbandingan genre antara beberapa orientasi dalam menciptakan semangat periode (tiga periode novel). Aspek yang bisa kebersamaan, agama dan kesukuan bukan lagi disimpulkan dalam analisis genre novel dilihat sebagai sesuatu yang absolut mengikat adalah formulasi dan juga struktur dari dalam menciptakan disintegrasi. Agama dan masing-masing karya tersebut mengandung kesukuan merupakan fenomena yang menjadi benang merah yang saling berkaitan. dasar untuk mengembalikan pemikiran- Novel-novel yang dianalisis pemikiran primordial ke arah yang lebih mempunyai kesamaan genre yaitu, roman terbuka. Isu antaretnis dan antaragama masih (kisah percintaan sepasang manusia). relevan dilihat sampai saat ini sebagai sebuah Meskipun formulasi dalam struktur novel- cara pengarang menentukan sikap terhadap novel tersebut antara satu dan yang lain pluralitas atau kejamakan budaya dan dibumbui dengan bermacam pola yang keyakinan yang memperkaya negeri ini. beragam, kesemuanya berkaitan dengan tema mendasar, yaitu antaretnis dan antaragama. Daftar Pustaka Formulasi mendasar ini menjadi faktor Adi, Ida Rochani. 2011. Fiksi Populer: Teori tambahan dalam melihat kecenderungan dan dan Kajian Metode. Yogyakarta: perubahan pola yang ada dari ketiga periode Pustaka Pelajar. novel-novel bergenre roman tersebut. Adinegoro, Djamaluddin. 1927. Darah Muda. Persoalan teknis yang muncul dalam novel- Jakarta: Balai Pustaka. novel tersebut adalah perbedaan ------.1928. Asmara Djaya. Jakarta: Balai kecenderungan penyelesaian masalah dari Pustaka. masing-masing periode dan pengarang. Hamka. 1940. Merantau ke Deli. Jakarta: Sebagian karya mengalami kegagalan karena Jayabakti. menggunakan komposisi dan tema yang sudah ------. 1938. Tenggelamnya Kapal Van Der klise, terutama roman-roman yang Wicjk. Jakarta: PT Bulan Bintang. menyuguhkan alur dengan akhir bahagia Hartowardojo, Harijadi S. 1971. Orang (happy ending). Buangan. Jakarta: Pustaka Jaya. Isu primordialisme dan lintas agama Kartahadimaja, Ramadhan. 1978. Keluarga adalah bagian yang penting dalam rangka Permana. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. memahami dan mengapresiasi identitas ke- Wellek, Rene & Austin Warren. 1995. Teori Indonesia-an mutakhir, yang melekat dalam Kesusastraan. Diterjemahkan oleh bermacam sekat-sekat budaya. Fenomena ini Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.

113