DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 lt.9 Jakarta 10110 Telp. 021-3519070 ext. 8924, 3522045 Fax. 021-3522045

© 2008

KEBIJAKAN DAN STRATEGI KONSERVASI SUMBERDAYA IKAN DAN LINGKUNGANNYA DI PERAIRAN DARATAN

DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2008

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

CETAKAN - II

Tim Editor: 1. Ir. Agus Dermawan, MSi 2. Dian Sutono Hs.,S.Pi.,M.Pi 3. Ir. Andi Rusandi 4. Sri Rahayu, S.Pi 5. Suraji, S.P.,M.Si 6. Leny Dwihastuty, S.Pi 7. Dyah Retno W., S.T,M.T 8. Heri Binarasa Putra, S.Pi Dyah

Satuan Kerja Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan Tahun 2008.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

Sekretariat Pokja; 1. Ir. Agus Dermawan,M.Si 2. Dian Sutono Hs, S.Pi.,M.Pi 3. Dr. Ir. Achmad Sarnita 4. Ir. Dede Irving, A.PU. 5. Dr. Ir. Wartono Hadi, M.Si. 6. Ir. Wahyu Rudianto 7. Dibyo Sartono

Kelompok Kerja; 1. Ir. Yaya Mulyana 2. Ir. Tomy Hermawan, MSc. 3. Nurul Istiqomah, S.Pi. M.Si. 4. Hanung Cahyono, SH. LLM. 5. Ir. Chaery Novari 6. Ir. Rahmanto 7. Ir. Warsito SW, Dipl. HE. 8. Ir. Edi Djuharsa, M.Si. 9. Hermanu Karmoyono, AMK. 10. Ir. Hardi Sukarlianto 11. Dra. Heni Agustina, MEM 12. Ir. Bambang Sukmananto 13. Drs. Barkah Sulistiadi 14. Ir. Tajerin, MM. 15. Ir. S. Alina Tampubolon, MPSt. 16. Dr. Ir. Toni Ruchimat, M.Sc. 17. Ir. Elfita Nezon, MM. 18. Ir. Ahsanal Kasasiah, M.Agr.Bus. 19. Ir. Aris Kabul Pranoto, Msi.

Satuan Kerja Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan Tahun 2008.

KATA PENGANTAR

Dengan tersusunnya Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan daratan ini, pertama-tama saya mengucapkan selamat dan rasa syukur yang tak terhingga, atas segala jerih payah Tim Sekretariat beserta Kelompok Kerja (Pokja) yang telah sudi meluangkan waktu serta bekerjasama dan berkonsentrasi dalam proses penyusunannya.

Dokumen Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan daratan ini, merupakan hasil dari serangkaian kerjasama (kolaboratif) para pemangku kepentingan dalam kegiatan tahun 2007. Guna memenuhi permintaan dan keperluan penyebar luasan program, maka pada kegiatan tahun 2008 dicetak ulang untuk kedua kalinya (Cetakan II).

Berbagai pihak lintas Instansi Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM/NGO) yang terlibat, banyak memberikan sumbang-pikir partisipatif selama proses penyusunan dokumen ini. Melalui proses partisipatif dan kolaboratif tersebut, diharapkan dokumen ini dapat ditetapkan sebagai Kebijakan Nasional dalam bidang Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan di seluruh wilayah perikanan sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang No. 31, Tahun 2004, tentang Perikanan.

Berkenaan dengan telah tersusunnya dokumen Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan daratan ini, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada; Tim Sekretariat, Kelompok Kerja serta semua pihak yang telah terlibat dalam proses penyusunannya. Kami menyadari, bahwa kandungan dan isi dokumen Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan daratan ini masih belum dapat mengakomodir kepentingan berbagai pihak dengan sempurna. Untuk itu, pada kesempatan ini kami sangat berharap adanya sumbang-saran masukan sebagai bahan penyempurnaan lebih lanjut.

Terima kasih. Jakarta, Juli 2008 Direktur Konservasi dan Taman Nasional Laut,

Ir. Yaya Mulyana vi

SAMBUTAN

Pengelolaan kekayaan alam secara bijaksana untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat merupakan amanat UUD 1945 yang akan menjamin kelangsungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan dalam implementasinya sangat bergantung pada paradigma dan prilaku masyarakat dalam mengelolanya. Sumberdaya alam hayati merupakan salah satu kekayaan alam yang kita miliki dan sangat bermanfaat sebagai modal pembangunan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pemahaman menyeluruh atas kekayaan alam yang di miliki, dan perumusan rencana aksi ke depan yang konkrit sangat diperlukan dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan bagi kesejahteaan bangsa. Perumusan Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan ini merupakan suatu upaya ke arah tercapainya tujuan dimaksud.

Perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya di perairan daratan secara bijaksana menjadi sangat penting untuk selalu diupayakan dalam rangka memasuki era abad 21 yang disebut juga sebagai “abad biologi/abad hayati”. Pada dekade industrialisasi ini, sumberdaya alam hayati (termasuk sumberdaya ikan) merupakan andalan bahan baku beberapa industri yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, seperti industri farmasi, kesehatan, pangan, pertanian dan kosmetika. Dengan pengetahuan dan teknologi yang berkembang, pemanfaatan sumberdaya hayati secara lestari dalam dunia perindustrian hanya bisa dilakukan dalam kerangka dasar pembangunan secara berkelanjutan. Pendekatan pembangunan yang berkelanjutan menawarkan perspektif yang lebih luas dari sekedar pertumbuhan ekonomi semata. Aspek sosial dan lingkungan harus mendapat perhatian yang sama dan seimbang. Sejalan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan penguasaan tekhnologi yang canggih akan membuka kemungkinan kerusakan sumber daya alam yang semakin bervariasi bentuk dan problematiknya.

Akhir kata, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan YME, kami sampaikan selamat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerja keras Tim Penyusun yang telah menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Jakarta, Juli 2008 Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,

Dr. Ir. M. Syamsul Maarif, M. Eng.

viii

Kata Pengantar ………………… ...... vi Sambutan Dirjen KP3K ………………… ...... viii Daftar Isi ...... x Daftar Lampiran ...... xii

Pendahuluan ...... 1 A. Latar Belakang ...... 3 B. Batasan dan Pengertian ...... 6 C. Klasifikasi Ekosistem Perairan Daratan ...... 7 D. Tujuan dan Sasaran ...... 10 E. Ruang Lingkup ...... 11 F. Keluaran ...... 11

Potensi dan Kondisi Saat Ini ...... 13 A. Ekosistem Perairan Daratan ...... 15 1. Muara Sungai (Estuari) ...... 15 2. Hutan Bakau (Mangrove) ...... 17 3. Sungai ...... 23 4. Danau ...... 25 5. Waduk ...... 29 6. Rawa ...... 31 B. Sumberdaya Ikan Perairan Daratan ...... 38 C. Sosial Ekonomi/Sosial Budaya ...... 39

Kondisi yang Diharapkan ...... 45 A. Definisi Suaka Perikanan Perairan Daratan ...... 49 B. Zonasi Suaka Perikanan Perairan Daratan ...... 52 1. Zona Inti ...... 52 2. Zona Perikanan Berkelanjutan ...... 53 3. Zona Pemanfaatan ...... 53

Kebijakan dan Strategi ...... 55 A. Visi dan Misi ...... 57 1. Visi ...... 57 2. Misi ...... 57 B. Kebijakan ...... 58 C. Strategi dan Rencana Aksi ...... 61 D. Faktor Pendukung ...... 62 1. Pembiayaan ...... 62 2. Perangkat Hukum ...... 66 3. Kelembagaan Masyarakat Adat ...... 69 4. Budaya Makan Ikan ...... 71

x

Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan ...... 77

Lampiran 2. Daftar Kawasan Perairan Daratan yang Dilindungi (Konservasi), berdasarkan SK Bupati dan Peraturan Daerah Setempat ...... 97

Lampiran 3. Potensi Luas Lahan Perairan Daratan di Beberapa Propinsi di Indonesia ...... 109

Lampiran 4. Daftar Nama Beberapa Waduk Besar di Indonesia ...... 111

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia ...... 115

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia ...... 137

Lampiran 7. Daftar Nama Beberapa Rawa/Mangrove di Indonesia .... 163

Lampiran 8. Kawasan Penting Lahan Basah di Indonesia, perBioregion167

Lampiran 9. Daftar Beberapa Lokasi Lahan Basah Penting di Indonesia (Sumber: Data Base WI-IP, 1999) ...... 171

Lampiran 10. Daftar DAS Kritis Super Prioritas ...... 185

Lampiran 11. Daftar Nama Beberapa Waduk Besar di Indonesia ...... 189

Lampiran 12. Beberapa Strategi Pengelolaan Lingkungan Spesifik yang Telah Ada di Indonesia ...... 195

Lampiran 13. Daftar Resolusi dan Rekomendasi CoP Ramsar yang Berkaitan Langsung dengan Pengelolaan Lahan Basah Nasional ...... 199

Lampiran 14. Daftar Instansi/Lembaga yang Terkait dengan Pengelolaan Lahan Basah ...... 205

Lampiran 15. Daftar Beberapa Situs dan Forum Diskusi (mailing list) Lahan Basah di Internet ...... 213

xii

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 2 di Perairan Daratan

Pendahuluan

A. Latar Belakang

ndonesia memiliki Perairan daratan yang luas dengan potensi sumberdaya alam perairannya, termasuk di I dalamnya perairan tawar dan payau yang biasa kita sebut sebagai perairan daratan. Perairan daratan Indonesia tercatat seluas 54 juta hektar terdiri dari 14,6 juta hektar perairan danau, waduk dan sungai, sedangkan sisanya merupakan perairan rawa pasang surut. Konvensi Ramsar (Konvensi tentang upaya pemanfaatan berkelanjutan dan pemanfaatan bijaksana terhadap ekosistem lahan basah) telah menetapkan definisi lahan basah sebagai daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan; alami atau buatan; tetap atau sementara; dengan MANGROVE, di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi air yang tergenang atau mengalir; tawar, payau, atau asin; termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari enam meter pada waktu air surut. Berdasarkan definisi tersebut, maka Ramsar mengklasifikasikan ekosistem lahan basah ke dalam 3 (tiga) golongan, yaitu inland wetland, marine wetland dan man made wetland. Di Indonesia, inland wetland lebih dikenal dengan sebutan perairan daratan, yang pada umumnya berupa muara sungai (estuaria), hutan bakau (mangrove), rawa (swamp), sungai (river), danau (lake), dan badan air buatan lainnya (waduk). Kawasan perairan daratan merupakan kawasan yang memiliki potensi sumberdaya alam hayati yang sangat beraneka ragam dan karakteristik

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 3

endemik sesuai ekosistemnya. Menurut Ondara (1982), keanekaragaman jenis di perairan Indonesia tercatat sebanyak 600 jenis, dengan keanekaragaman di setiap danan dan waduk sekitar 10 – 90 jenis ikan.

Untuk dapat tercapainya manfaat potensi perairan daratan beserta sumberdaya alam yang ada di dalamnya bagi masyarakat secara optimal dan berkeadilan, diperlukan upaya-upaya pengelolaan yang arif dan bijaksana dengan mengedepankan kepentingan masyarakat, khususnya kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan skala kecil. Menurut pasal 1 angka (7) Undang-Undang No. 31 Tahun 2004, pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Selanjutnya pasal 33 Undang-Undang Dasar Tahun 1945, mengamanatkan bahwa sistem Ekonomi Kerakyatan adalah sistem ekonomi nasional Indonesia yang berazaskan kekeluargaan, berkedaulatan rakyat, bermoral Pancasila, dan menunjukan pemihakan sungguh-sungguh pada ekonomi rakyat. Pemihakan dan perlindungan yang ditujukan pada ekonomi rakyat, memerlukan syarat mutlak berjalannya sistem ekonomi nasional yang berkeadilan sosial. Moral pembangunan yang mendasari paradigma pembangunan yang berkeadilan sosial mencakup; peningkatan partisipasi dan emansipasi masyarakat, otonomi daerah yang bertanggung jawab, penyegaran nasionalisme ekonomi, pendekatan pembangunan berkelanjutan, pencegahan disintegrasi sosial, penghormatan hak asasi manusia dan masyarakat, serta pengkajian pendidikan dan pengajaran ilmu ekonomi dan sosial pada dunia pendidikan. Mubiarto (2002), mengatakan bahwa strategi pembangunan yang memberdayakan ekonomi rakyat merupakan strategi melaksanakan demokrasi ekonomi, yaitu produksi dikerjakan oleh semua untuk semua serta dibawah pimpinan dan pemilikan anggota masyarakat.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 4 di Perairan Daratan

Pendahuluan

Pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat, diperlukan upaya-upaya pengelolaan yang bertujuan untuk melindungi, melestarikan dan memaanfaatkan sumberdaya alam (termasuk sumberdaya ikan). Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 pasal 1 angka (8), mengatakan bahwa konservasi sumberdaya ikan adalah upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumberdaya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik untuk mejamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumberdaya ikan.

Paradigma lama yang membingkai pengelolaan kawasan konservasi bersifat sentralistik dan tertutup (larangan) bagi semua pihak dalam pemanfaatannya, berdampak kurang memberikan manfaat secara sosial ekonomi bagi masyarakat. Akibatnya keberadaan dan keamanan kawasan memiliki daya rentan yang sangat rendah terhadap tekanan sosial ekonomi dari masyarakat. Belajar dari keadaan tersebut, maka kedepan perlu dikemukakan paradigma baru dalam pengelolaan kawasan konservasi, yaitu pengelolaan kawasan konservasi yang melibatkan masyarakat dan stakeholders lainnya agar kelestarian suatu kawasan konservasi dapat terjaga dengan baik serta mempunyai manfaat sosial ekonomi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Guna tercapainya upaya pengelolaan kawasan konservasi yang melibatkan masyarakat/stakeholders agar dapat terjaga kelestariannya dengan baik, serta mempunyai manfaat sosial ekonomi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka diperlukan kesamaan visi, misi dan rencana aksi yang dituangkan dalam Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 5

B. BATASAN DAN PENGERTIAN

1. Perairan Daratan adalah hamparan perairan yang terletak pada sisi darat (terestrial) dari titik surut air laut terendah sampai gunung, yang pada umumnya berupa muara sungai (estuaria), rawa hutan bakau (mangrove), sungai (river), danau (lake), rawa (swamp), dan badan air buatan lainnya (waduk). 2. Kawasan Muara Sungai (Estuari) merupakan perairan semi tertutup yang memiliki hubungan bebas dengan laut terbuka, tempat tercampurnya air tawar yang berasal dari daratan (sungai) dengan air laut. 3. Rawa Hutan bakau (Mangrove) adalah rawa yang terdapat di daerah pesisir atau muara yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, dan ditumbuhi komunitas mangrove. 4. Sungai (River) adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya, serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan (PP. 35/91) 5. Danau (Lake) adalah bagian dari sungai yang lebar dan kedalamannya secara alamiah jauh melebihi ruas-ruas lain dari sungai yang bersangkutan (PP. 35/91). 6. Rawa (Swamp) adalah lahan genangan air secara alamiah yang terjadi terus menerus atau musiman akibat drainase alamiah yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisik, kimiawi, dan biologis (PP. 27/97). 7. Waduk (man-made lake) adalah genangan air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bangunan sungai, dalam hal ini bangunan bendungan, dan berbentuk pelebaran alur/badan/palung sungai (PP. 35/91). 8. Endemik adalah jenis tumbuhan/satwa asli yang khas dan hanya terdapat pada suatu kawasan/tipe ekosistem tertentu saja.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 6 di Perairan Daratan

Pendahuluan

C. KLASIFIKASI EKOSISTEM PERAIRAN DARATAN

Klasifikasi ekosistem perairan daratan berdasarkan Konvensi Ramsar 1971 (Ramsar, Iran, 1971) merupakan bagian dari lahan basah yang didefinisikan sebagai daerah-daerah rawa, lahan gambut, dan perairan; alami atau buatan; tetap atau sementara; dengan air yang tergenang atau mengalir; tawar, payau, atau asin; termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari enam meter pada waktu air surut.

Berdasarkan definisi tersebut, lahan basah di Indonesia dapat diklasifikasikan seperti di bawah ini:

Jenis Lahan Basah Tipe Tipe Ekosistem 1 PADANG LAMUN Laut/ Pantai/ Lahan 2 TERUMBU KARANG Basah Berair Asin/Payau 3 KAWASAN MUARA (ESTUARI) 4 DATARAN LUMPUR / PASIR 5 HUTAN BAKAU (MANGROVE) 6 SUNGAI a. Sungai dataran tinggi Lahan Basah b. Sungai dataran rendah Pedalaman Berair 7 DANAU Tawar 8 RAWA a. Hutan rawa gambut b. Hutan kerangas c. Hutan rawa non gambut d. Rawa tanpa hutan 9 KOLAM Lahan Basah Buatan 10 TAMBAK 11 SAWAH 12 KOLAM GARAM 13 BENDUNGAN / WADUK

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 7

Kriteria berdasarkan Konvensi Ramsar tersebut di atas, dapat diuraikan masing-masing sebagai berikut : 1. Kriteria berdasarkan keterwakilan dan keunikan lahan basah Suatu lahan basah dapat dipertimbangkan menjadi suatu ekosistem penting secara internasional (kriteria 1), apabila : a. Ekosistem lahan basah tersebut pada umumnya merupakan suatu contoh keterwakilan yang baik dari suatu lahan basah alami atau hampir mendekati alami, khusus untuk daerah biogeografi yang sesuai; atau b. Ekosistem lahan basah tersebut pada umumnya merupakan suatu contoh keterwakilan yang baik dari suatu lahan basah alami atau mendekati alami, yang umum untuk 1 (satu) atau beberapa daerah biogeografi; atau c. Ekosistem lahan basah tersebut merupakan suatu contoh keterwakilan lahan basah yang baik, yang memegang peranan penting dari unsur hidrologi, biologi, atau ekologi di dalam fungsi alam dari suatu sistem pantai atau daerah aliran sungai, khususnya terletak di daerah peralihan/perbatasan; atau d. Ekosistem lahan basah tersebut merupakan suatu contoh dari suatu tipe lahan basah yang khusus, jarang, atau tidak biasanya di dalam daerah biogeografi yang sesuai.

2. Kriteria umum berdasarkan keberadaan tumbuhan dan hewan Suatu lahan basah dapat dipertimbangkan menjadi suatu ekosistem esensial berdasarkan tumbuhan dan hewan (kriteria 2), apabila:

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 8 di Perairan Daratan

Pendahuluan

a. Ekosistem lahan basah tersebut mendukung suatu kelompok yang cukup besar yang terdiri dari species langka (rare), rentan (vulnerable), terancam (endangered), sub species flora dan/atau fauna; atau ekosistem lahan basah tersebut mendukung suatu jumlah yang cukup besar dari satu atau beberapa species langka (rare), rentan (vulnerable), terancam (endangered), atau sub species flora dan/atau fauna; atau b. Ekosistem lahan basah tersebut mempunyai nilai khusus untuk mempertahankan keanekaragaman ekologis dan genetik flora dan/atau fauna dari suatu daerah dikarenakan kualitas dan keunikan flora dan/atau fauna di dalamnya; atau c. Ekosistem lahan basah tersebut mempunyai nilai khusus sebagai habitat flora dan/atau fauna pada suatu tingkat yang kritis dalam siklus biologinya; atau d. Ekosistem lahan basah tersebut mempunyai nilai khusus untuk satu atau beberapa species flora dan/atau fauna asli (endemik);

3. Kriteria khusus berdasarkan burung air Suatu lahan basah dapat dipertimbangkan menjadi suatu ekosistem esensial berdasarkan burung air (kriteria 3), apabila : a. Ekosistem lahan basah tersebut secara teratur mendukung keberadaan lebih dari 20,000 ekor burung- burung air; atau b. Ekosistem lahan basah tersebut secara teratur mendukung sejumlah individu-individu penting dari kelompok burung air tertentu yang merupakan indikasi bagi keanekaragaman hayati, produktifitas, atau nilai-nilai manfaat suatu lahan basah; atau

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 9

c. Ekosistem lahan basah tersebut secara teratur mendukung 1% individu-individu dalam suatu populasi dari suatu species atau sub-species burung air;

4. Kriteria khusus berdasarkan ikan Suatu lahan basah dapat dipertimbangkan menjadi suatu ekosistem esensial berdasarkan ikan (kriteria 4), apabila :

a. Ekosistem lahan basah tersebut mendukung species, sub-species, atau familia ikan-ikan asli dalam jumlah yang memadai, tingkat perkembangbiakan ikan, interaksi species dan/atau populasi ikan yang menggambarkan manfaat dan/atau nilai-nilai lahan basah serta memberi sumbangan nyata bagi keanekaragaman hayati secara global; b. Ekosistem lahan basah tersebut merupakan sumber makanan penting bagi ikan, tempat memijah, pembiakan, dan/atau jalur migrasi dimana ikan berkumpul, baik di dalam lahan basah itu sendiri ataupun di sekitarnya;

D. Tujuan dan Sasaran

Tujuan Penyusunan Kebijakan dan Strategi Upaya Pemanfaatan Berkelanjutan Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan, adalah untuk memberikan pedoman dan acuan dalam membuat perencanaan dan kebijakan upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya di perairan daratan secara berkelanjutan. Sedangkan sasarannya adalah terarahnya kegiatan perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan bagi semua pemangku kepentingan, baik di tingkat daerah maupun nasional.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 10 di Perairan Daratan

Pendahuluan

E. Ruang Lingkup

Kebijakan dan Strategi Upaya Pemanfaatan Berkelanjutan Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan, diarahkan pada upaya pemanfaatan berkelanjutan konservasi yang meliputi kawasan dan semua jenis sumberdaya ikan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 1 angka (2) dan angka (4), Undang-Undang No. 31/2004, tentang Perikanan, yang terdapat di perairan muara sungai (estuari), rawa hutan bakau (mangrove), sungai, danau, waduk, dan/atau perairan daratan lainnya dalam wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia. Ruang lingkup dokumen ini meliputi Pendahuluan yang menggambarkan latar belakang, tujuan dan sasaran, serta ruang lingkup dan keluaran; Potensi dan Kondisi yang meliputi ekosistem perairan daratan, sumberdaya ikan perairan paratan, sosial ekonomi/sosial budaya; Kondisi yang Diharapkan; serta Kebijakan dan Strategi yang meliputi visi dan misi, kebijakan, strategi, serta rencana aksi dan faktor- faktor pendukungnya.

F. Keluaran

Keluaran berupa Dokumen Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan ini terdiri dari empat bab, dengan perincian sebagai berikut :

Bab. 1; berisi tentang Latar Belakang dibuatnya dokumen Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan, Batasan dan Pengertian, Klasifikasi Ekosistem, Tujuan dan Sasaran, Proses Penyusunan, Ruang Lingkup dan Keluaran

Bab 2; berisi tentang gambaran Potensi dan Kondisi Saat Ini dari ekosistem, sumberdaya ikan dan sosial ekonomi budaya perairan daratan.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 11

Bab 3; berisi tentang Kondisi yang Diharapkan pada ekosistem perairan daratan, termasuk bagaimana cara konservasi dalam pemanfaatannya, sehingga sumberdaya ikan perairan daratan kedepan dapat dimanfaatkan secara lestari. Bab 4; berisi tentang Kebijakan dan Strategi yang menguraikan visi dan misi, kebijakan, strategi dan rencana aksi, serta faktor pendukung dalam implementasi konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya di perairan daratan.

Dokumen ini ditujukan bagi semua pemangku kepentingan agar dapat dijadikan panduan bagi perumusan kebijakan dan strategi serta perencanaan kegiatan konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya di perairan daratan.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 12 di Perairan Daratan

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 14 di Perairan Daratan

Potensi dan Kondisi Saat Ini

A. Ekosistem Perairan Daratan

1. Muara Sungai (Estuari)

Estuari adalah ekosistem muara sungai yang merupakan tempat pertemuan dua jenis badan air dengan perbedaan sifat kimiawi air, dalam hal ini kadar garam (salinitas), yang sangat dominan, yaitu antara air tawar dari daratan/terestrial dan air laut dari dorongan pasang laut. Dengan dua jenis air yang masing-masing mempunyai sifat berbeda, maka ekosisten estuari sangat terkenal dengan perubahan/fluktuasi parameter lingkungan yang sangat cepat dan kisaran tinggi. Pada saat terjadi pasang air laut, ekositem estuari akan berslinitas tinggi yang diikuti dengan perubahan sifat-sifat lainnya, sedangkan pada saat terjadi hujan atau aliran air dari hulu sungai, maka salinitasnya akan menurun drastis yang juga diikuti dengan perubahan sifat- sifat lingkunan lainnya. Sehingga hanya biota-biota tertentu dan endemik yang mampu hidup dan berkembang pada habitat Muara Sungai DANAU ANGGIGI, Provinsi Papua Barat ekosistem estuari.

Ekonsistem estuari pada umunya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Terbentuk di sungai-sungai besar yang bermuara ke laut dengan pantai yang landai; b. Tekstur dasar perairan berlumpur atau pasir;

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 15

c. Bercampurnya air tawar dan air laut menjadikan kawasan ini memiliki keunikan tersendiri, berupa terbentuknya perairan payau dengan salinitas yang berfluktuasi. Perubahan salinitas dipengaruhi oleh pasang surut dan musim, dengan salinitas badan air kearah darat cenderung menurun. Pada musim kemarau air laut dapat masuk lebih jauh ke arah darat sehingga salinitas muara meningkat. Sebaliknya, pada musim hujan air tawar mengalir dari sungai ke laut dalam jumlah yang lebih besar sehingga salinitas air di muara sungai cenderung menurun; d. Perbedaan salinitas mengakibatkan air asin dengan massa jenis yang lebih besar mendorong air tawar yang berada di lapisan bawah menuju ke laut, sehingga menyebabkan terjadinya sirkulasi air di muara; e. Di daerah dekat laut, hidup species flora dan fauna yang mampu beradaptasi terhadap salinitas yang tinggi. Sebaliknya di daerah mulut sungai hidup flora dan fauna air tawar. Kawasan berair payau dihuni oleh flora dan fauna muara sungai yang dapat beradaptasi dengan air payau, dengan jumlah species yang lebih sedikit dibandingkan dengan di perairan tawar dan laut, akan tetapi kerapatannya (jumlah individu persatuan luas) dari populasi setiap species lebih besar; f. Muara sungai adalah habitat penting untuk memijah dan membesarkan anak-anak bagi jenis ikan dan fauna lainnya seperti udang. Di kawasan bakau, akar-akar bakau melindungi larva ikan dan udang dari fauna pemangsa. Demikian juga ada beberapa larva ikan yang menetas di laut lepas, akan bermigrasi ke muara sungai pada fase larvanya; g. Beberapa jenis biota yang hidup di kawasan muara dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 16 di Perairan Daratan

Potensi dan Kondisi Saat Ini

Nama Jenis Nama Lokal Keterangan FLORA Zostera, Padang lamun

Thalassia Cymodocea Ulva, Alga hijau

Enteromorpha Chaetomorpha Cladophora FAUNA Neres diversicolor Polychaeta Scrobicularia plana Kerang Macoma bathica Kerang Rangia flexuosa Kerang Hydrobia Siput kecil Palaemonetes Udang (Sumber: Nirarita, et.al. 1996)

2. Hutan Bakau (Mangrove)

Hutan bakau (mangrove) adalah tipe hutan tropika yang khas tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove tidak dapat tumbuh pada semua jenis pantai. Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran ombak dan daerah landai. Mangrove dapat tumbuh optimal di wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang alirannya banyak mengandung lumpur. Hal ini sangat erat kaitannya dengan pengendapan lumpur dan pasir yang merupakan subtrat vital bagi kehidupan tumbuhan mangrove.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 17

Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang mempunyai peranan penting dalam upaya pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya pesisir dan laut, yang memiliki fungsi penting sebagai penyambung ekologis darat dan laut, serta peredam gejala alam yang ditimbulkan oleh perairan, seperti abrasi, gelombang MANGROVE, di BINTUNI dan badai. Disamping itu juga merupakan penyangga kehidupan sumberdaya ikan, karena ekosistem mangrove merupakan daerah pemijahan (spawning ground), daerah asuhan (nursery ground) dan daerah mencari makan (feeding ground). Menurut Kusmana dan Onrizal (1998), pada tingkat ekosistem sebagai wetland secara keseluruhan hutan mangrove mempunyai peranan/fungsi sebagai; (1) pembangunan lahan dan pengendapan lumpur, (2) habitat fauna terutama fauna laut, (3) lahan pertanian dan kolam garam, (4) melindungi ekosistem pantai secara global, (5) keindahan bentang darat dan (6) pendidikan dan pelatihan.

Hutan mangrove di Indonesia dengan hamparan luas banyak terdapat di Sumatera, dan Papua. Luas potensial hutan mangrove di seluruh Indonesia sebesar 9.361.957,59 ha (Pusinfo Kehutanan, 2005). Dari luasan tersebut sekitar 27% atau seluas 2.548.209,42 ha kondisinya masih baik, sekitar 40% atau seluas 4.510.456,61 ha kondisinya sedang dan sisanya sekitar 23 % atau seluas 2.1446.174,29 ha dalam kondisi rusak. Setiap tahun Luas hutan mangrove di Indonesia berkurang sebesar 1,1 %.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 18 di Perairan Daratan

Potensi dan Kondisi Saat Ini

Keragaman jenis tumbuhan hutan mangrove di Indonesia cukup tinggi, yaitu sebanyak 89 jenis yang terdiri dari 35 jenis pohon, 29 jenis epipit, 9 jenis liliana, 9 jenis perdu, 5 jenis terna dan 2 jenis parasit. Komposisi flora yang terdapat pada ekosistem ini dipengaruhi oleh kondisi jenis tanah dan genangan air pasang surut.

Pada umumnya ekosistem hutan mangrove mempunyai ciri dan karateristik sebagai berikut : a. Terdapat di daerah pantai yang dangkal dan landai, serta muara sungai; b. Jenis tanahnya berlumpur, berlempung, atau berpasir dengan bahan-bahan yang berasal dari lumpur, pasir, atau pecahan karang; c. Lahannya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun hanya tergenang pada saat purnama. Frekuensi genangan akan menentukan komposisi vegetasi hutan bakau; d. Menerima pasokan air tawar dari darat (sungai, mata air, atau air tanah) yang berfungsi untuk menurunkan salinitas, menambah pasokan unsur hara dan lumpur; e. Airnya payau dengan salinitas 2-22 ppm atau asin dengan salinitas mencapai 38 ppm; f. Vegetasi hutan bakau terdiri dari 202 spesies, yang terbagi atas 89 spesies pohon, 5 palem, 19 liana, 44 herba tanah, 44 epifit, dan 1 sikas. Namun demikian hanya 47 spesies yang merupakan flora spesifik hutan bakau. Daunnya kuat dan mengandung banyak air, serta mempunyai jaringan internal penyimpan air dan konsentrasi garamnya tinggi. Adaptasi dengan genangan air ditunjukkan dengan pembentukan akar napas (pheumatofor), akar lutut, dan akar tunjang serta perkecambahan biji pada waktu buah masih menempel di pohon.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 19

g. Tipe zonasi hutan bakau di Indonesia dapat digolongkan menjadi 5 mintakat, yaitu : 1) Mintakat pioner, terdapat di daerah yang paling dekat dengan laut yang didominasi oleh Avicennia dan Sonneratia; 2) Mintakat Rhizophora, terdapat disepanjang tepi parit alam yang didominasi oleh genus Rhizophora, dengan sistem perakaran yang berfungsi menstabilkan kondisi mintakat; 3) Mintakat Bruguiera, didominasi oleh jenis Bruguiera, dengan ciri khas pohon yang besar dan tinggi serta tajuknya rapat; 4) Mintakat Ceriops, didiominasi oleh Xylocarpus, Heririera, dan Ceriops, dengan ketinggian pohonnya dapat mencapai 12 meter, tetapi masih lebih rendah dari mintakat Rhizophora dan Bruguiera; 5) Mintakat pedalaman, ditumbuhi oleh jenis tanaman hutan bakau yang menyatu dengan vegetasi pedalaman, seperti hutan daratan, hutan rawa air, atau hutan rawa gambut; h. Berdasarkan ketergantungannya terhadap ekosistem, fauna yang hidup di hutan bakau terdiri dari 3 tipe, yaitu : 1) Spesies pengunjung yang menggunakan hutan bakau sebagai tempat singgah dan mencari makan; 2) Spesies penetap yang menggunakan hutan bakau sebagai tempat tinggal, mencari makan, dan melangsungkan proses hidupnya; 3) Spesies yang melewatkan masa perkembangannya di ekosistem hutan bakau, kemudian berpindah ke lokasi lain setelah mencapai masa dewasa. i. Beberapa jenis biota yang hidup dan dapat ditemui pada ekosistem hutan bakau, antara lain adalah sebagai berikut:

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 20 di Perairan Daratan

Potensi dan Kondisi Saat Ini

Nama Jenis Nama Lokal Keterangan FLORA Rhizophora apiculata Bakau Famili Rhizophoraceae R. mucronata Bakau Bruguiera gymnorriza Mata buaya B. cylindrical Tancang B. parviflora Tumu B. lexangulata B. innceolata Ceriops tagal Tengar/tengi Kandelia candel Berus-berus Sonneratia alba Pedada Famili Sonneratiaceae S. caselaris/acida S. ovata Avicennia alba Api-api Famili Avicenniaceae A. marina A. officinalis Xylocarpus granatum Nyiri Famili Meliaceae X. molluciensis

FAUNA Sus vittatus Babi liar Mencari makan Macaca fascicularis Kera (Mamalia) Presbytis cristatus Langur Pteropus vampirus Kelelawar Nasalis larvatus Bekantan Phalacrocorax sp Pecuk Bersarang di atas Ardeola speciosa Blekok pohon (Burung) Egretta sp. Kuntul Mycteria sp. Bangau Dinopium javanense Pelatuk besi Lichmera indistineta Burung pengisap Penyerbuk (Burung) madu Varanus salvator Biawak Reptilia

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 21

Nama Jenis Nama Lokal Keterangan Boiga dendrophila Ular belang Python reticulatus Ular sanca Cerberus rhyncops Ular air Archrochordus Ular air granulatus Homalopsis buccata Ular air Fordonia leucobalia Ular air Rana cancrivora Katak Amphibia R. limnocharis Katak Periopthalmus spp. Ikan gelodok Penetap sejati (Ikan) Mugilidae Ikan belanak Penetap sementara Carangidae Ikan kuweh (Ikan) Gerreidae Ikan kapasan, lontong Ikan kekemek Pengunjung pada Gelama periode pasang (Ikan), Famili Exocoetidae, Scianidae Krot Famili Carangidae Ikan barakuda Alu-alu Sphyraenidae Tancak Pengunjung musiman (Ikan) Udang Krustacea Kepiting (Invertebrata) Keong Moluska (Invertebrata) Kerang Cacing Polychaeta (Invertebrata) (Sumber: Nirarita, et.al. 1996)

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 22 di Perairan Daratan

Potensi dan Kondisi Saat Ini

3. Sungai

Sungai merupakan bentuk ekosistem yang terdiri atas unsur air, kehidupan akuatik dan daratan yang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya permukaan air. Keberadaan sungai mampu mempengaruhi keseimbangan ekosistem sekitarnya. Sungai memegang peranan

Kegiatan Penangkapan Ikan, SUNGAI KAPUAS, penting dalam sistem Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat hidrologis, yaitu dengan menjamin keseimbangan dan ketersediaan air permukaan dan air tanah, serta menjaga kelembaban udara dalam kondisi yang nyaman bagi kehidupan.

Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991, tentang Sungai, pada pasal 7 menjelaskan bahwa fungsi utama sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai fungsi serba guna bagi kehidupan dan penghidupan manusia. Mengingat fungsinya yang serba guna, maka keberadaan sungai harus dilindungi dan dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan manfaatnya, serta dikendalikan daya rusaknya terhadap lingkungan.

Berdasarkan data Departemen Pemukiman Prasarana Wilayah tahun 2003, Indonesia memiliki sekitar 5.590 sungai utama dan sekitar 65.017 anak sungai, dengan panjang keseluruhan sungai utama mencapai 94.573 km, dan luas daerah aliran sungainya (DAS) mencapai 1.512.466 km2. Kondisi sungai di Indonesia saat ini pada umumnya sangat mengkhawatirkan, baik kuantitas maupun kualitas airnya. Hal ini dapat terlihat dengan bertambahnya jumlah daerah aliran sungai yang kritis,

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 23

dimana pada tahun 1984 tercatat sebanyak 22 DAS, kemudian bertambah menjadi 39 DAS pada tahun 1992, 59 DAS pada tahun 1998, dan mencapai 62 DAS yang kritis pada tahun 2003.

Secara garis besar penyebab kerusakan sungai diakibatkan oleh; (1) pencemaran limbah domistik dan industri, (2) erosi dan sedimentasi, (3) berkurangnya daerah resapan air, (4) normalisasi sungai, dan (5) pertumbuhan permukiman di bantaran sungai.

Secara umum sungai dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sungai dataran tinggi dan sungai dataran rendah, dengan ciri-ciri umum sebagai berikut : a. Airnya mengalir ke arah tertentu b. Terjadi erosi sepanjang aliran c. Fauna yang hidup di sungai terdiri dari ikan, amphibia, reptilia, dan mamalia, moluska, insekta, dan krustacea. Binatang yang hidup di sungai mempunyai kemampuan untuk berenang atau mampu menempel pada substrat sehingga tidak hanyut oleh air yang mengalir.

Secara khusus ciri-ciri sungai dataran tinggi dan sungai dataran rendah, adalah sebagai berikut : a. Ciri-ciri khusus sungai dataran tinggi: 1) Disebut juga sungai permanen; 2) Terletak di dataran tinggi; 3) Mengalir deras karena terletak di daerah yang memiliki kemiringan yang relatif terjal; 4) Dangkal dan berbatu; 5) Jernih dan mengandung kadar oksigen yang tinggi; 6) Tidak memperlihatkan pasang surut yang nyata; 7) Air berasal dari hujan dan mata air pegunungan; 8) Pada beberapa tempat yang agak dalam terbentuk kolam dengan aliran yang lambat; 9) Beberapa jenis ikan dan udang berlindung dari arus yang kuat di dalam kolam tersebut; 10) Batu-batunya seringkali ditumbuhi lumut dan alga

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 24 di Perairan Daratan

Potensi dan Kondisi Saat Ini

Sungai-sungai dengan ciri dan tipe seperti ini banyak ditemukan di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan

b. Ciri-ciri khusus sungai dataran rendah: 1) Disebut juga sungai musiman dan sungai episodik 2) Terletak di dataran rendah; 3) Mempunyai debit air lebih besar tetapi kecepatan alirannya relatif lebih lambat; 4) Air berasal dari sungai dataran tinggi dan air hujan; 5) Memperlihatkan gejala pasang surut yang nyata; 6) Pada musim hujan volume air meningkat sehingga kadang-kadang melimpah ke daratan sekitar sungai sehingga membentuk dataran banjir; 7) Di tengah sungai yang besar dapat terbentuk delta akibat pengendapan lumpur yang terbawa sungai.

Jenis sungai musiman banyak terdapat di Pulau Jawa, sedangkan sungai episodik banyak ditemukan di Pulau Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.

4. Danau

Danau adalah badan air alami berukuran besar yang dikelilingi oleh daratan dan tidak berhubungan dengan laut secara langsung, kecuali dengan perantaraan sungai. Danau pada umumnya berupa cekungan yang terjadi karena peristiwa alam, berfungsi sebagai penampung dan penyimpan air yang berasal dari air hujan, mata air, rembesan dan sungai. Di Indonesia tercatat sebanyak 840 danau besar dan 735 danau kecil, dengan luas seluruhnya sekitar 5.000 km2 (Wetlands, 2004). Danau terluas adalah danau Toba di Sumatera (110.260 ha), dan danau terdalam adalah danau Matano di Sulawesi (600 m).

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 25

Danau merupakan kawasan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, karena disamping memiliki potensi flora dan fauna yang unik, juga mempunyai potensi untuk tujuan wisata, sarana transportasi, perikanan, pertanian, dan sumber energi listrik. Namun DANAU SENTANI, di PAPUA demikian walaupun tujuan awal dalam upaya pemanfaatan berkelanjutan waduk ditujukan untuk meningkatkan kondisi perekonomian masyarakat, pada kenyataannya banyak menimbulkan dampak ekologis dan sosial yang merugikan kehidupan manusia.

Persoalan utama yang dihadapi oleh ekosistem danau justru berawal dari upaya-upaya pemanfaatan tersebut di atas, yang pada akhirnya menjadikan tekanan berupa pencemaran dari kegiatan industri, pertanian, perikanan, pariwisata, rumah tangga dan introduksi spesies asing. Keberadaan danau ditandai dengan ciri-ciri: ƒ Berukuran kecil sampai luas sekali; ƒ Dangkal atau sangat dalam; ƒ Danau-danau tua sering memiliki ikan endemik; ƒ Danau mengalami penumpukan sedimen di dasarnya;

Danau dapat diklasifikasi berdasarkan terjadinya, bentuk, aliran air, dan kesuburannya, masing-masing sebagai berikut:

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 26 di Perairan Daratan

Potensi dan Kondisi Saat Ini

a. Berdasarkan terjadinya :

1) Danau tektonik, misalnya danau Singkarak, danau Dibawah (Sumatera), dan danau Matano (Sulawesi); 2) Danau vulkanik, misalnya danau Batur (Bali), danau Lore Lindu (Sulawesi), dan danau-danau di sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat (Sumatera); 3) Danau larutan (solution lakes, dolines) atau Karst, misalnya danau di gua-gua di daerah bukit kapur pegunungan Sewu Jogjakarta Selatan; 4) Danau banjiran (a) danau dataran banjir (floodplain), misalnya danau Sentarum (Kalimantan Barat), danau Tempe (Sulawesi), dan perairan-perairan di Ogan Komering (Sumatera); (b) danau ox-bow (danau ladam kuda, kalimati), misalnya danau ox-bow yang berasal dari sungai Idenburgh, Mamberamo, dan Roufaer (Papua); 5) Danau buatan

b. Berdasarkan bentuknya :

1) Danau bentuk bundar, misalnya Ranu Lamongan, Ranu Pakis, dan danau Grati; 2) Danau bentuk semi bundar; 3) Danau bentuk elip, misalnya danau Toba; 4) Danau bentuk semi persegi panjang; 5) Danau bentuk dendritik; 6) Danau bentuk tapal kuda (ox-bow); 7) Danau bentuk segitiga; dan 8) Danau bentuk tidak beraturan.

c. Berdasarkan aliran pengeluaran airnya:

1) Danau terbuka; 2) Danau tertutup.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 27

d. Berdasarkan kesuburannya : 1) Danau oligotrofik, misalnya danau Toba; 2) Danau mesotrofik, misalnya danau Singkarak (Sumatera Barat) dan danau Ranau (Sumatera Selatan); 3) Danau eutrofik, misalnya danau Klakah dan danau Tempe.

Disamping potensi tersebut di atas, danau juga memiliki potensi flora dan fauna yang unik. Beberapa jenis biota (flora-fauna) yang hidup di danau, antara lain adalah :

Nama Nama Lokal Keterangan Jenis/Taxa/Subclass FLORA Typha Ekor kucing Makrofita mencuat Purun Keladi Rumput teki Padi-padian Hydrilla Makrofita tenggelam Ceratophyllum Vallisneria Nymphaea Teratai Makrofita berdaun Nymphoides Teratai kecil terapung Eichornia crassipes Eceng gondok Makrofita terapung Pistia stratiotes Ki apung bebas Salvinia molesta Paku sampan S. cucullata Vegetasi riparian Dinophyceae Xanthophyceae Cryptophyceae Bacillariophyceae Chrysophyceae Conjungatophyceae Cyanophyceae Chlorophyceae Perifiton

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 28 di Perairan Daratan

Potensi dan Kondisi Saat Ini

Nama Nama Lokal Keterangan Jenis/Taxa/Subclass FAUNA Daphnia Zooplankton Cyclops Moluska Keong Bentos Sumpil Udang-udangan Cacing Larva insekta Rotifera Udang mikroskopik Pleuston & Neuston Kelompok fauna lain (Sumber: Nirarita, et.al. 1996)

5. Waduk

Waduk atau bendungan adalah suatu konstruksi yang memotong sungai untuk menghalangi aliran air, sehingga permukaan air menjadi naik dan membentuk danau buatan. Fungsí dan manfaat waduk/bendungan hampir sama dengan fungsí dan manfaat danau, hanya saja pada waduk/bendungan kejadiannya banyak campur tangan dan rekayasa manusia. Waduk/bendungan banyak ditemukan di Pulau Jawa; dan beberapa waduk/bendungan banyak di ketemukan di Madura, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Secara umum keberadaan waduk/bendungan ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut : a. Umumnya mempunyai kedalaman dan luas permukaan air yang berfluktuasi besar, dan sangat ditentukan oleh fungsi waduk.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 29

b. Terdapat perubahan ekosistem perairan dari ekosistem perairan mengalir (lotik) menjadi ekosistem perairan tergenang (lentik). Perubahan ekosistem ini sangat mempengaruhi kehidupan biota perairan sungai asal. c. Mempunyai badan air yang tergenang, sehingga memiliki ciri ekologis yang sangat mirip dengan danau d. Dibangun untuk kepentingan pembangkit listrik (PLTA), irigasi, perikanan, dan pariwisata;

DANAU BUAK, Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat

Berdasarkan bentuknya waduk dapat diklasifikasikan menjadi : a. Waduk tipe danau; b. Waduk tipe sungai; c. Waduk tipe bercabang.

Berdasarkan cara pengoperasiannya waduk dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Waduk tahunan; b. Waduk bulanan; c. Waduk harian

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 30 di Perairan Daratan

Potensi dan Kondisi Saat Ini

6. Rawa

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991, rawa adalah lahan genangan air secara alamiah yang terjadi terus menerus atau musiman akibat drainase alamiah yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisik, kimiawi, dan biologis. Khusus pada ekosistem RAWA PENING, Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah perairan daratan terdapat beberapa kriteria perairan rawa-rawa, yaitu; perairan hutan rawa gambut, hutan kerangas, hutan rawa non-gambut, dan rawa tanpa hutan.

Secara umum kriteria perairan tersebut di atas bercirikan:

a. Rawa adalah daerah yang tergenang air baik secara musiman atau permanen, dan ditumbuhi vegetasi; b. Air yang menggenangi daerah rawa dapat bersifat asin, payau, atau tawar; c. Gerakan air terbatas dan bersifat musiman; d. Rawa di daerah pesisir dipengaruhi oleh pasang surut disebut rawa pasang surut, sedangkan rawa di daratan pedalaman di dekat sungai atau lahan basah lainnya disebut rawa non-pasang surut; e. Rawa dapat ditumbuhi pohon, semak, herba berdaun lebar, rumput-rumputan, lumut, dan lumut kerak, yang menutupi hampir 10% dari luas permukaannya;

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 31

f. Rawa dapat berupa hutan rawa atau rawa tanpa hutan (rawa rumput); g. Substrat di daerah rawa dapat berupa tanah alluvial dan tanah gambut; h. Yang termasuk dalam lahan basah rawa adalah hutan rawa gambut, hutan kerangas, hutan rawa air tawar, dan rawa tanpa hutan.

Secara spesifik masing-masing ekosistem tersebut bercirikan :

a. Hutan Rawa Gambut 1) Terletak di dataran rendah dekat daerah pesisir, di belakang hutan bakau di sekitar sungai atau danau; 2) Flora yang dominan memiliki tinggi pohon lebih dari 5 meter dan mempunyai tajuk yang rapat; 3) Hutan rawa gambut di Indonesia merupakan gabungan antara hutan gambut dan hutan hujan tropik; 4) Lapisan atas lantai hutan merupakan tanah gambut dengan ketebalan lebih dari setengah meter; 5) Tanahnya mengandung bahan organik yang sangat tinggi yang disebabkan oleh lambatnya proses perombakan (dekomposisi); 6) Gambut biasanya miskin unsur hara (oligotrofik) dan bersifat asam; 7) Permukaan hutan rawa gambut umumnya berbentuk kubah dan letaknya lebih tinggi dari air sungai di sekitarnya; 8) Tanah gambut umumnya berasal dari bahan kayu sehingga dapat menyerap dan mengikat air dalam jumlah besar; 9) Air berasal dari air hujan;

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 32 di Perairan Daratan

Potensi dan Kondisi Saat Ini

10) Sungai yang berasal dari hutan gambut bersifat asam dan berwarna hitam atau kemerahan sehingga dikenal dengan nama sungai air hitam; 11) Keterbatasan unsur hara ditunjukkan dengan kondisi vegetasi, yaitu berkurangnya tinggi kanopi dan jumlah biomasa per-unit area serta bertambahnya ketebalan daun. Ketebalan daun merupakan salah satu indikator dari tanah yang tidak subur dan diduga berperan untuk mengurangi predasi oleh serangga; 12) Beberapa jenis biota yang ada di hutan rawa gambut, antara lain adalah sebagai berikut :

Nama Jenis Nama Lokal Keterangan FLORA Gonistylus bancanus Ramin Palaquium burckii Suntai P. microphyllum Semarum Durio carinatus Durian burung Campnosperma auriculata Terentang Shorea sp. Meranti rawa Metroxylon sago Sagu Oncosperma tigillarium Nibung

FAUNA Pongo pygmaeus Orang utan Sumatera & Kalimantan Cervus unicolor Rusa Panthera tigris Harimau Tapirus indicus Tapir Hystrix sp. Landak Sus scrofa Babi hutan Tomistoma schlegelii Senyulong Crocodylus porosus Buaya muara Aves Burung Mencari makan dan berlindung (Sumber: Nirarita, et.al. 1996)

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 33

Hutan rawa gambut di Indonesia tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Hutan rawa gambut ombrogen banyak dijumpai di Sumatera dan Kalimanta, sedangkan hutan rawa gambut tropogen umumnya dijumpai di Sulawesi.

Gambut dengan ketebalan lebih dari 2 meter dapat ditemui di Aceh, Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan kalimantan Tengah. Hutan rawa gambut di Jawa yang masih ada yaitu Rawa Danau di Serang, Jawa Barat.

b. Hutan Kerangas 1) Tanahnya berair 2) Lapisan atas berwarna coklat/hitam dan lapisan bawahnya ada lapisan pasir putih yang telah tercuci (podsolisasi) 3) Di atas permukaan terdapat lapisan tebal humus mentah 4) Tegakan hanya terdiri dari dua lapisan, dimana lapisan kedua terdiri atas banyak pohon yang tumbuh rapat tetapi berukuran kecil. 5) Liana dan herba tanah hanya sedikit 6) Beberapa jenis flora yang terdapat di hutan kerangas, antara lain adalah :

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 34 di Perairan Daratan

Potensi dan Kondisi Saat Ini

Nama Jenis Nama Lokal Keterangan FLORA Agathis borneensis Bindang Tumbuh di lapisan Dryobalanops fusca Kapur empedu atas D. rappa Kelansau Shorea albida Alan Cotylelobium flavum Resak durian Casuarina sumatrana Kayu embun Tristania Pelawan Tumbuh di lapisan Pleioarium alternifolium Soma kedua Whiteodendron moultonianum Gymnostoma nobile Flora tanah Vaccinium spp Lycopodium cornuum Nephentes Kantung semar (Sumber: Hamzah, 1980)

c. Hutan Rawa Non-Gambut (Hutan Rawa Air Tawar) 1) Hanya sedikit mengandung lapisan gambut atau tidak mengandung gambut sama sekali; 2) Tanahnya berupa tanah alluvial yang subur dan mempunyai drainase yang relatif baik; 3) Air yang menggenangi hutan rawa air tawar berasal dari hujan, sungai, dan air permukaan lainnya; 4) Diameter pohon relatif lebih kecil dari pohon pada hutan dataran rendah, namun lebih besar dari pohon pada hutan rawa gambut; 5) Tergenang secara musiman, pada musim kemarau terdapat sisa-sisa atau bekas genangan air; 6) Keragaman jenis tanah dan keberadaan genangan air mempengaruhi tipe vegetasinya. Di daerah

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 35

pinggiran hutan yang berbatasan dengan sungai biasanya ditumbuhi rumput-rumputan, palem, atau pandan. Sedangkan di bagian tengah formasi hutannya hampir sama dengan hutan dataran rendah lainnya. 7) Beberapa jenis biota yang ada di hutan rawa air tawar, antara lain adalah :

Nama Jenis Nama Lokal Ket. FLORA Alstonia sp. Pulai Campnosperma sp. Terentang Shorea sp. Meranti rawa Nauclea sp. Syzigium sp. Palaquium sp. Suntai Diospyros sp. Garcinia sp. Melaleuca sp. Kayu Putih/gelam Metroxylon sp. Sagu

FAUNA Macaca fascicularis Kera ekor panjang Symphalangus syndactylus Siamang Presbytis cristata Lutung Cervus unicolor Rusa Helarctos malayanus Beruang madu Sus scrofa Babi hutan Tapirus indicus Tapir Panthera tigris Harimau sumatera Rhinoceros sondaicus Badak jawa Crocodylus porosus Buaya muara Tomistoma schlegelii Buaya senyulong Python reticulatus Ular sanca Varanus sp Biawak (Sumber: Nirarita, et.al. 1996)

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 36 di Perairan Daratan

Potensi dan Kondisi Saat Ini

Hutan rawa air tawar yang luas dapat dijumpai di dataran rendah Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Selain itu juga dapat ditemui di Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara. Salah satu lokasi hutan rawa air tawar yang terdapat di Jawa adalah di Taman Nasional Ujung Kulon.

d. Rawa Tanpa Hutan 1) Didominasi oleh rumput-rumputan dan herba akuatik (teki dan purun); 2) Masih mempunyai badan air yang relatif terbuka; 3) Dijumpai di dekat aliran sungai berliku, daerah dekat danau, di dataran lebih tinggi, atau lahan basah daratan lainnya; 4) Rawa tanpa hutan juga dapat terjadi akibat pembukaan lahan hutan rawa; 5) Yang termasuk dalam rawa tanpa hutan adalah rawa didataran banjiran (lebak/lebak-lebung, rawa herba, rawa rumput, dan rawa gambut permanent), serta badan-badan air tergenang lainnya yang mengalami pendangkalan dan berubah menjadi rawa; 6) Lebak (dataran banjir) dapat dijumpai pada danau oxbow di Idenburg, Mamberamo, dan sungai Rouffaer di Papua, komplek dataran banjir Cagar Alam Danau Sentarum di Kalimantan Barat, dan Danau Tempe di Sulawesi; 7) Rawa herba umum dijumpai di Kalimantan Selatan (Rawa Sungai Negara) dan Sumatera Selatan (Rawa Ogan Komering). Rawa herba di Indonesia mencapai seluas 2 juta hektar, yang didominasi oleh tanaman herba, semak, rumput-rumputan (Poaceae/Graminae), dan anggota famili Asteraceae. 8) Species endemik rawa tanpa hutan antara lain Eriocaulon celebicum dan Eleocharis sundaica, sedangkan yang termasuk species eksotik misalnya Limnocharis flava dan Sagittaria lancifolia;

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 37

9) Rawa rumput banyak terdapat di Papua. Jenis rawa ini sangat penting sebagai habitat buaya, juga sebagai padang penggembalaan ternak dan habitat rusa; 10) Rawa gambut permanen dijumpai di sekitar danau yang terbentuk di atas kubah gambut (danau distropik) misalnya Rawa Aopa di Sulawesi Tenggara. Rawa ini terbentuk di atas tanah gambut yang ditumbuhi herba, sedangkan di lembah-lembah dataran tinggi ditumbuhi Cyperaceae dan Typha

B. Sumberdaya Ikan Perairan Daratan

Selama kurun waktu 1960-2004 hasil tangkapan ikan di perairan daratan tercatat sebesar 283.000 ton/th (Ditjen Perikanan 1962-2004; Ditjen Perikanan Tangkap 2004- 2006). Sarnita dan Djajadiredja (1968) mengemukakan bahwa potensi produksi ikan di perairan daratan Indonesia ditaksir sebesar 800.000-900.000 ton/tahun. Dengan demikian tingkat pemanfaatan perikanan perairan rata-rata baru mencapai sekitar 33,3 % /th. Dari data tersebut di atas terlihat bahwa untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan dari perairan daratan masih cukup besar. Untuk kebanyakan badan air nampaknya peluang peningkatan yang cukup besar tersebut hanya akan terjadi setelah perairan yang bersangkutan mengalami upaya rehabilitasi habitat dan komunitas ikan yang berhasil baik. Pada saat ini potensi perikanan perairan daratan ditaksir sebesar 3.000.000 ton/tahun

Pemanfaatan yang rendah tersebut disebabkan antara lain karena nelayan sebagian besar memiliki modal usaha yang rendah dan stok ikan (biomassa ikan) di suatu perairan daratan umumnya masih belum mencapai pada tingkat potensi produksi yang optimal. Belum optimalnya potensi produksi tersebut, dikarenakan kebanyakan perairan daratan belum dikelola secara rasional.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 38 di Perairan Daratan

Potensi dan Kondisi Saat Ini

C. Sosial Ekonomi/Sosial Budaya

Pentingnya sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati telah disadari oleh penyelenggara pemerintahan sejak awal kemerdekaan Indonesia hingga sekarang. Pasal 33 ayat (3) UUD. 1945 menyatakan bahwa ”bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Amanat inilah yang harus dipedomani dan menjadikan dasar utama dalam pengaturan upaya pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya alam di Indonesia. Bagi kita sumberdaya alam merupakan faktor yang sangat penting karena Indonesia merupakan negara yang basis ekonominya sangat tergantung pada ketersediaan dan kelestarian sumberdaya alam. Karena itu strategi dan kebijakan dalam upaya pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya alam yang dilakukan sudah seharusnya berorientasi pada kepentingan ekonomi.

Air atau perairan beserta sumber-sumbernya termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya, mempunyai manfaat multi guna yang sangat dibutuhkan manusia sepanjang masa, baik dibidang sosial, ekonomi, maupun budaya. Disamping itu juga air merupakan Kegiatan Penebaran Benih Kepiting Kelompok Masyarakat salah satu sumberdaya alam yang secara langsung berhubungan dan sangat penting dalam kehidupan manusia, sehingga dalam pemanfaatannya memerlukan upaya upaya pemanfaatan berkelanjutan secara berkelanjutan (sustainable).

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 39

Sejarah menunjukkan bahwa pengaturan tentang upaya pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya alam termasuk air berjalan melalui suatu proses evolusi yang bergantung pada perkembangan kebutuhan akan sumberdaya alam tersebut. Dengan demikian, perkembangan pengaturannya bergantung pada dinamika kebutuhan akan sumberdaya alam itu sendiri. Oleh karena itu, kita melihat bahwa dalam sejarah manusia perkembangan pengaturan atas sumberdaya alam bersifat parsial, yang disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan manusia. Hal ini terbukti dalam pengaturan selama ini yang selalu didasarkan pada tingkat pemanfaatan setiap jenis sumberdaya alam, misalnya; UU Pengairan, UU Pokok Pertambangan, UU Pokok Kehutanan, dan UU tentang Perikanan. Akibatnya peraturan perundangan yang mengatur tentang sumberdaya air dibuat terpisah dari peraturan perundangan yang obyek pengaturannya relatif sama. Saat ini tercatat berbagai produk hukum yang selama ini digunakan dalam pengaturan pemanfaatan sumberdaya air, antara lain; UU. No.11 tahun 1974, tentang Pengairan; UU. No.27 tahun 2004, tentang Sumberdaya Air; PP. No.22 tahun 1982, tentang Tata Guna Air; PP. No.27 tahun DANAU BUAK, Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi 1991, tentang Kalimantan Barat Rawa; PP. No.35 tahun 1991, tentang Sungai; PP. No. 77 tahun 2001, tentang Irigasi; dan PP. No. 82 tahun 2001, tentang Kualitas Air.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 40 di Perairan Daratan

Potensi dan Kondisi Saat Ini

Sumberdaya perikanan perairan daratan mempunyai arti ekonomi penting bagi sebagian masyarakat Indonesia, terutama mereka yang hidup dan bermata pencaharian disekitar perairan daratan. Sampai sejauh ini, penilaian (valuasi) ekonomi dari sumberdaya perikanan perairan daratan di Indonesia, dapat dikatakan belum dilakukan. Walaupun ada, penilaian ekonomi sumberdaya perikanan tersebut biasanya hanya didasarkan pada manfaat langsung. Menurut Dahuri (2003), manfaat langsung dari suatu ekosistem alamiah adalah barang atau sumberdaya alam dan jasa lingkungan ekosistem tersebut yang dapat secara langsung dikonsumsi, dimanfaatkan atau diperdagangkan oleh umat manusia. Secara teoritis Nilai Ekonomi Total (NET) suatu sistem ekonomi alamiah terdiri dari Nilai Penggunaan (NP) dan Nilai Bukan Penggunaan (NBP). Yang termasuk Nilai Penggunaan adalah Nilai Penggunaan Langsung (NPL), Nilai Penggunaan Tidak Langsung (NPTL), dan Nilai Penggunaan Pilihan (NPH). Output dari Nilai Penggunaan Langsung adalah Perikanan Tangkap, Budidaya Ikan, Obat-obatan dan Industri serta Pariwisata dan Rekreasi. Sedangkan manfaat dari Nilai Penggunaan Tidak Langsung adalah sebagai penunjang biologi untuk bidang perikanan, reptil air tawar, mamalia, burung serta ekosistem lain selain itu sebagai perlindungan untuk navigasi.

Contoh nilai ekonomi sumberdaya yang hilang (kerugian yang diderita) adalah dampak dari mega proyek pembukaan lahan gambut sejuta hektar di Kalimantan Tengah yang sekarang terbengkalai. Nilai kerugian dari sumberdaya perikanan yang kena dampak proyek tersebut tentu akan jauh lebih besar lagi karena termasuk menurunnya keanekaragaman hayati perairan, hilang dan rusaknya habitat perikanan dan biota akuatik lainnya yang semuanya sulit dinilai dengan uang dan yang paling tinggi adalah hilangnya mata pencaharian utama masyarakat setempat yang menggantungkan hidupnya dari perikanan.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 41

Perairan daratan Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar baik sebagai lahan untuk usaha perikanan tangkap dan budidaya (berupa ikan konsumsi dan ikan hias) keanekaragaman hayati yang tinggi dan sumber plasma nutfah.

Pemanfaatan potensi sumberdaya perairan daratan berbeda antara satu perairan dengan perairan lainnya, dan pada umumnya masih belum dikelola secara optimal berdasarkan aspek kelestarian, dengan sasaran peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta dilakukan melalui upaya pemanfaatan berkelanjutan bersama yang bersifat adaptif. Upaya pemanfaatan berkelanjutan bersama dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk pengaturan kemitraan yang berbasis pada kemampuan dan minat nelayan atau masyarakat lokal yang dilengkapi dengan kemampuan pemerintah dalam menyediakan perangkat hukum dan bantuan lainnya (Sukadi et al., 2001). Kombinasi kemitraan yang ideal ditiap lokasi sumberdaya alam akan tergantung pada kemampuan berbagai pelaku perikanan lokal dan sifat alami sumberdaya alam yang dikelola.

Upaya pemanfaatan berkelanjutan adaptif memperlihatkan suatu pergeseran secara nyata dari praktek upaya pemanfaatan berkelanjutan tradisional yang sering berjalan terlalu kaku, sehingga terkadang tidak sesuai untuk berbagai kondisi lingkungan dan stok ikan lokal. Upaya pemanfaatan berkelanjutan adaptif meliputi kegiatan ; 1. Monitoring secara aktif terhadap pengaruh setiap intervensi atau perubahan upaya pemanfaatan berkelanjutan 2. Evaluasi dampak dengan membandingkan dampak di tempat satu dengan tempat lainnya atau dimasa kini dengan masa sebelumnya 3. Pengembangan strategi upaya pemanfaatan berkelanjutan secara terus menerus, berdasarkan pada pengalaman dan umpan balik

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 42 di Perairan Daratan

Potensi dan Kondisi Saat Ini

Ekosistem perikanan perairan daratan mempunyai nilai ekonomi total yang tinggi dan akan berperan penting dalam pembangunan perekonomian nasional. Untuk itu, valuasi sumberdaya perikanan perairan daratan perlu dilakukan secara komprehensif meliputi seluruh unsur atau komponen yang berbeda didalamnya.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 43

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 44 di Perairan Daratan

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 46 di Perairan Daratan

Kondisi yang Diharapkan

ata dan informasi yang ada memberikan indikasi bahwa tingkat kerusakan ekosistem, ancaman kepunahan Dspesies, dan erosi sumberdaya genetis di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia saat ini sedang menghadapi krisis lingkungan dan keanekaragaman hayati.

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mengatasi kerusakan keanekaragaman hayati, seperti yang dilakukan pemerintah dibidang kebijakan dan kelembagaan, konservasi, pengembangan sistem informasi, dan sosial ekonomi. Disamping itu pula sudah banyak inisiasi dan peran yang telah dilakukan masyarakat, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok (organisasi non pemerintah).

Upaya awal yang telah dilakukan dalam mengatasi kerusakan keanekaragaman hayati, diantaranya melalui Populasi Ikan Lele, Waduk Telaga Ranjeng, Kabupaten pendekatan upaya Brebes Provinsi Jawa Tengah pemanfaatan berkelanjutan secara lestari yang didasarkan pada kesepakatan internasional CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna/Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Flora dan Fauna yang Terancam), dan Konvensi Ramsar mengenai Lahan Basah. Melalui Keputusan Presiden No. 43/1978 dan Keputusan Presiden No. 48/1991, pemerintah Indonesia telah meratifikasi CITES dan Konvensi Ramsar tersebut di atas. Kedua konvensi ini sangat penting, tetapi prinsip-prinsip upaya

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 47

pemanfaatan berkelanjutan yang ada di dalamnya masih belum diintegrasikan dalam kebijakan yang komprehensif di tingkat nasional, apalagi dalam tindakan nyata di lapangan. Upaya berikutnya dalam rangka pelestarian sumberdaya hayati, adalah ditetapkannya UU No. 5/1990 tentang Pelestarian sumberdaya hayati dan ekosistemnya, yang mengatur konservasi ekosistem dan spesies terutama di kawasan lindung. Sayangnya, upaya ini cakupannya masih terbatas pada basis kehutanan dan pelestarian pada kawasan lindung, sehingga belum menyentuh ekosistem di luar kawasan lindung yang justru mengalami ancaman lebih berat.

Beberapa kebijakan yang diharapkan dapat menjadi panduan komprehensif bagi upaya pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati, seperti; UU No. 5/1990, UU No. 5/1994 tentang ratifikasi Konvensi PBB mengenai Keanekaragaman Hayati, dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati untuk Indonesia (BAPI 1993/Biodiversity Action Plan for Indonesia), pada kenyataannya dalam implementasinya di lapangan dirasa masih belum diterapkan secara efektif. Perkembangan terakhir dengan disyahkannya Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, pada pasal 13 ayat (1) diamanatkan bahwa dalam rangka upaya pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ikan, dilakukan upaya konservasi ekosistem, konservasi jenis ikan, dan konservasi genetika ikan. Dengan demikian maka keadaan yang ideal dan kita inginkan bersama, adalah terkelolanya sumberdaya ikan berserta lingkungannya di perairan daratan secara rasional, yaitu suatu upaya pemanfaatan berkelanjutan optimum, lestari dan berkelanjutan diseluruh habitat ekosistem perairan daratan dengan sasaran utama pada peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat nelayan dan pembudidaya ikan skala kecil.

Upaya pengelolan perikanan perairan daratan secara rasional, yang bertujuan untuk melestarikan sumberdaya ikan dan hasil tangkapan nelayan setempat, dapat dilakukan melalui beberapa opsi (management options), sebagai berikut;

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 48 di Perairan Daratan

Kondisi yang Diharapkan

1. Peningkatan stok ikan (stock enhancement) yang dapat dilakukan melalui upaya penebaran (stocking), penebaran kembali (restocking) dan atau introduksi ikan; 2. Pembentukan suaka perikanan (protected area) yang disertai dengan aspek hukumnya (legal aspect) 3. Penerbitan peraturan penangkapan dan peraturan perikanan lainnya, serta 4. Pembentukan kelembagaan upaya pemanfaatan berkelanjutan, termasuk pembentukan peraturan penangkapan, yang diikuti dengan upaya penegakan hukum (law enforcement).

Opsi-opsi upaya pemanfaatan berkelanjutan yang akan dipilih sangat tergantung pada keadaan perairan serta masyarakat dan nelayan setempat. Dengan meningkatnya stok (populasi) ikan di suatu perairan daratan, hasil tangkapan nelayan akan dapat meningkat, yang pada akhirnya pendapatan asli daerah (PAD) akan dapat meningkat pula. Penegakan pelaksanaan peraturan penangkapan yang ketat akan dapat mempercepat proses peningkatan hasil tangkapan ikan dan upaya pelestarian sumberdaya ikan di perairan yang bersangkutan.

A. Definisi Suaka Perikanan Perairan Daratan

Seperti telah diutarakan di atas, salah satu opsi upaya pemanfaatan berkelanjutan perikanan perairan daratan adalah dengan membentuk atau mengelola suaka perikanan dengan baik. Suaka perikanan didefinisikan sebagai suatau kawasan perairan tertentu, baik air tawar, payau, maupun laut dengan kondisi dan ciri tertentu sebagai RAWA PENING, Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah tempat perlindungan/

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 49

berkembang biak jenis sumberdaya ikan tertentu, yang berfungsi sebagai daerah perlindungan. Atau dengan kata lain suaka perikanan merupakan kawasan perairan tertentu, baik perairan daratan atau bahari yang mempunyai bagian-bagian tertentu dimana ikannya tidak boleh ditangkap dengan cara apapun, kapanpun, oleh siapapun. Kawasan ini merupakan salah satu lahan (area) perairan umum (badan air) yang dilindungi secara mutlak atau terbatas dengan fungsi sebagai penyangga (buffer) bagi suatu ekosistem akuatik yang dianggap kritis terancam kelestariannya, habitat (tempat hidup) sumberdaya ikan endemik hampir punah, langka dan terancam kelestariaanya, atau karena memiliki keindahan serta sifat yang khas (unique), dan/atau karena khusus bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, sehingga dilindungi dan dilestarikan keberadaanya. (Dit. Bina Sumber Hayati, 1990). Dengan demikian suaka perikanan akan berfungsi sebagai badan air dimana komunitas ikan di dalamnya dapat melangsungkan daur hidupnya, dan dapat memasok benih maupun calon induk ikan ke daerah penangkapan di sekitarnya. Dengan suaka perikanan diharapkan akan dapat menjaga kelestarian plasma nutfah (keanekaragaman jenis) ikan yang ada di dalamnya, yang pada akhirnya dapat menjaga keaslian dan menjamin terlaksananya proses evolusi. Lebih lanjut diharapkan suaka perikanan akan dapat memulihkan kembali daya dukung badan air sekitarnya, sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal dan berkesinambungan bagi kemaslahatan nelayan dan masyarakat sekitarnya. Dengan pulihnya populasi ikan di perairan sekitar suaka perikanan, maka potensi sumberdaya ikan dapat lestari dan dapat berfungsi secara optimal seperti yang diharapkan.

Suaka perikanan harus mempunyai batas-batas yang jelas dan dilindungi oleh suatu badan air dan/atau daratan sekitarnya agar terlindung dari gangguan-gangguan yang tidak diinginkan (termasuk pencemaran perairan), sehingga ia dapat menjalankan fungsinya dengan baik sebagai kawasan pemijahan (spawning ground) yang melindungi dan

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 50 di Perairan Daratan

Kondisi yang Diharapkan

melestarikan komunitas ikan, terutama induk dan benih ikan di dalamnya. Dengan demikian, suaka perikanan akan dapat memasok benih atau calon induk ikan keperairan sekitarnya untuk keperluan peremajaan stok ikan (recruitment). Mengingat peran dan fungsinya yang sangat penting, maka suaka perikanan harus terlindung dari dampak negatif akibat kegiatan di luar perikanan, seperti pariwisata, transportasi, industri, dan lain-lain yang dilakukan disekitarnya.

Secara teoritis suaka perikanan perairan daratan dikatakan berhasil bila suaka perikanan tersebut mempunyai “integritas ekologis”, yaitu apabila perairan tersebut dapat mewakili ekosistem sejenis yang terdapat dalam wilayah geografis yang sama. Dalam suatu suaka perikanan perairan daratan yang mempunyai integritas ekologis, sumberdaya ikan yang terdapat di dalamnya dapat secara alamiah memindahkan informasi genetik yang ada sekarang ke kurun waktu berikutnya, sehingga sumbedaya ikan tersebut harus berhasil memproduksi anak-anaknya dalam jumlah dan mutu yang menjamin kelestarian populasinya. Untuk dapat tercapainya kondisi tersebut di atas, setiap individu dari populasi harus dapat menjalankan strategi ekologis (ecological strategy) daur hidupnya, yaitu rangkaian respons kontinyu individu-individu organisme terhadap ketersediaan sumberdaya habitat (habitat resources) yang terdapat di lingkungannya.

Secara garis besar sumberdaya habitat dikelompokan menjadi tiga, yaitu sumberdaya habitat ruang (spatial habitat resources), sumberdaya habitat pakan (food habitat resources), dan sumberdaya habitat reproduktif (reproductive habitat resources), Skala operasional di lapangan sumberdaya habitat diterapkan melalui identifikasi lima tapak penting, yaitu tapak pemijahan (spawning site), tapak pengasuhan (nursery site), tapak untuk bergerak bebas (roaming site), tapak untuk mencari makan (feeding site), dan tapak untuk berlindung (refuge site). Dalam kenyataannya di lapangan adakalanya untuk jenis ikan tertentu, kelima tapak tersebut saling terpisah satu dengan lainnya, atau kadang pada waktu yang lain saling tumpang tindih pada perairan yang sama.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 51

B. Zonasi Suaka Perikanan Perairan Daratan

Dari dasar-dasar uraian di atas, maka pada suatu kawasan suaka perikanan harus mempunyai bagian-bagian inti (zona inti) sebagai pusat kegiatan konservasi, bagian untuk kegiatan penangkapan ikan secara ekonomis (zona perikanan berkelanjutan), dan bagian yang berfungsi untuk mengurangi dampak kegiatan penangkapan ikan terhadap bagian inti (zona pemanfaatan/ penyangga).

1. Zona Inti

Zona inti adalah bagian perairan tertentu dari kawasan suaka perikanan, dimana ikan yang ada di dalamnya dibiarkan hidup bebas sepanjang tahun, dan tidak boleh diganggu/ditangkap dengan cara apapun. Zona ini merupakan jiwa dari sebuah kawasan suaka perikanan, sehingga ikan-ikan yang hidup di dalamnya harus bebas menjalani daur hidupnya secara alamiah, tanpa ada gangguan eksternal aktifitas manusia baik kegiatan penangkapan ikan maupun bentuk-bentuk lainnya. Dari dalam zona inti inilah diharapkan adanya pasokan induk dan benih ikan yang akan mengisi habitat perairan daratan sekitarnya. Oleh karena itu zona inti dari sebuah suaka perikanan harus bagian terbaik dari keseluruhan kawasan, sehingga dapat terjamin terwadahinya kelima tapak penting tersebut di atas. Persyaratan lain yang harus diperhatikan adalah terhindarnya zona inti dari berbagai gangguan dalam bentuk apapun, baik komponen abiotik maupun biotiknya, Dalam upaya pemanfaatan berkelanjutannya zona inti diperuntukan bagi kegiatan; perlindungan mutlak habitat dan populasi sumberdaya ikan, penelitian, dan pendidikan.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 52 di Perairan Daratan

Kondisi yang Diharapkan

2. Zona Perikanan Berkelanjutan

Zona perikanan berkelanjutan atau yang biasa disebut dengan zona ekonomi, adalah perairan dari bagian kawasan suaka perikanan, dimana di dalamnya dapat dilakukan usaha perikanan, baik kegiatan penangkapan maupun budidaya ikan dengan tetap memperhatikan aspek kelestariannya. Di dalam zona ini masyarakat (nelayan dan pembudidaya ikan) boleh melakukan kegiatan usaha pemanfaatan sumberdaya ikan, sepanjang menggunakan alat dan cara yang ramah lingkungan. Keberadaan zona inti sangat menentukan keberadaan dan kelangsungan populasi ikan dalam kawasan suaka perikanan yang tersedia dan dapat dimanfaatkan secara ekonomis. Dalam upaya pemanfaatan berkelanjutannya zona perikanan berkelanjutan diperuntukan bagi kegiatan; perlindungan habitat dan populasi sumberdaya ikan, penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan, budidaya ramah lingkungan, penelitian dan pengembangan, serta pendidikan.

3. Zona Pemanfaatan

Zona pemanfaatan merupakan bagian kawasan suaka perikanan yang membatasi dan melindungi zona inti, dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara terbatas. Melalui pembatasan dan pengaturan kegiatan, baik waktu, alat dan caranya, maka diharapkan tidak akan menimbulkan atau dapat meminimalkan ganguan terhadap proses-proses biologis dan limnologis yang berlangsung dalam zona inti. Dengan adanya zona ini, individu-individu ikan bebas keluar-masuk (emigrasi) zona inti, sehingga kontak antar populasi dapat berlangsung secara alami dan lebih terjamin. Zona pemanfaatan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara terbatas dan terkontrol, diharapkan akan dapat mengurangi dampak kegiatan penangkapan dan/atau pembudidayaan ikan di zona perikanan berkelanjutan terhadap zona inti, serta membuka

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 53

kemungkinan diperolehnya penghasilan tambahan bagi masyarakat di sekitar kawasan suaka perikanan, misalnya melalui kegiatan wisata pemancingan ikan, dll. Dalam upaya pemanfaatan berkelanjutan zona pemanfaatan diperuntukan bagi kegiatan; perlindungan habitat dan populasi sumberdaya ikan, penangkapan dan/atau budidaya ikan berbasis wisata/rekreasi, penelitian dan pengembangan, serta pendidikan.

KURA BELAWA, Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 54 di Perairan Daratan

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 56 di Perairan Daratan

Kebijakan dan Strategi

A. Visi dan Misi

1. Visi Lestarinya sumberdaya ikan dan lingkungannya di perairan daratan untuk kesejahteraan masyarakat

2. Misi Untuk mewujudkan visi tersebut di atas dirumuskan beberapa misi sebagai berikut : a. Mengembangkan konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya di perairan daratan berdasarkan pada keseimbangan pertumbuhan ekonomi, kearifan tradisional, keunikan dan keterkaitan ekosistem, aplikasi teknologi

Kelompok Masyarakat Pengelola Danau Empangau yang sesuai, dan berkeadilan Kab. Kapuas Hulu Prov. Kalimantan Barat dalam akses sumberdaya.

b. Menciptakan langkah-langkah untuk mempertahankan, rehabilitasi dan peningkatan sumberdaya ikan dan lingkungannya di perairan daratan untuk kesejahteraan masyarakat, terutama nelayan dan pembudidaya ikan skala kecil. c. Mengembangkan kapasitas nasional pada semua tataran (sistem, institusional, individu) untuk upaya pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ikan dan lingkungannya di perairan daratan.

Lestarinya sumberdaya ikan dan lingkungannya di perairan daratan untuk kesejahteraan k Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 57

B. Kebijakan

Walaupun kepulauan Indonesia hanya mewakili 1,3% luas daratan dunia, akan tetapi memiliki 25 % spesies ikan dunia (2000 jenis), 17% spesies burung, 16% reptil, 12% mamalia (25 jenis), 10% tumbuhan (833 jenis) serta sejumlah invertebtara (seperti; molusca 2500 jenis, crustecea 214 jenis, echinodermata 759 jenis, dan penyu 6 jenis), fungi dan mikroorganisme (Gautam, et al, 2000). Melihat tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam, maka sumberdaya alam, termasuk sumberdaya alam perairan daratan, perlu mendapat perhatian dan penanganan khusus agar dapat dimanfaatkan secara lestari dan berkesinambungan.

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, potensi sumberdaya perairan daratan mendapat tekanan akibat aktivitas penduduk di daratan serta pemanfaatan yang kurang memperhatikan aspek-aspek Kegiatan Penangkapan Ikan di DANAU EMPANGAU, Kabupaten konservasi. Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat Kerusakan sumberdaya akibat eksploitasi yang tidak ramah lingkungan antara lain didorong oleh tekanan pertumbuhan dan kemiskinan penduduk yang mata pencahariannya cenderung kurang memperhatikan kelestarian lingkungan. Sebagai contoh kasus pemanfaatan yang berlebihan (over exploitasi), perusakan lingkungan (pencemaran), penggunaan bahan kimia beracun (potasium sianida), pemakaian strum/listrik dalam penangkapan ikan (electrical fishing), dan sebagainya.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 58 di Perairan Daratan

Kebijakan dan Strategi

Hal tersebut berpengaruh pada menurunnya produktivitas dan keanekaragaman sumberdaya hayati perairan, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada stabilitas sosial ekonomi masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, maka upaya pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ikan dan lingkungannya di perairan daratan merupakan langkah yang penting dan strategis. Undang-Undang No. 31 Tahun 2004, tentang Perikanan telah mengamanatkan konservasi sebagai suatu upaya Perlindungan, Pelestarian dan Pemanfaatan terhadap sumberdaya ikan dan lingkungannya. Sebagaimana pasal 6 ayat (1) UU. Perikanan, bahwa Pengelolaan perikanan dalam wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia dilakukan untuk tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan, serta terjaminnya kelestarian sumberdaya ikan. Konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya di perairan daratan merupakan bagian penting dari keberlanjutan sumberdaya ikan (fisheries sustainability) dan keberlanjutan ekonomi (economic sustainability) masyarakat perikanan. Sejalan dengan semakin menipisnya sumberdaya hayati perikanan, maka diperlukan peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap perlunya pelestarian dalam rangka menjamin pemanfaatan keberlanjutan. Sehingga sumberdaya ikan perairan daratan dapat didayagunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup, kepentingan ekonomi serta dengan didukung oleh segenap lapisan masyarakat dan stakeholder di bidang perikanan. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dikembangkan Strategi Nasional Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan, dengan sasaran :

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 59

1. Melindungi kelangsungan proses ekologis dan sistem penyangga kehidupan di kawasan perairan daratan bagi kelangsungan dan kesejahteraan masyarakat. 2. Mengawetkan keanekaragaman jenis sumberdaya alam dan ekosistemnya di kawasan perairan daratan untuk menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan hidup manusia. 3. Memanfaatkan secara lestari sumberdaya alam dan ekosistemnya di kawasan perairan daratan yang dilakukan secara serasi dan seimbang.

Dalam upaya pemanfaatan berkelanjutan Kawasan Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan dikembangkan sebuah pola upaya pemanfaatan berkelanjutan yang partisipatif, serta dapat mengakomodasi peran para pihak baik Pemerintah, Pemda, LSM, sektor swasta, Perguruan Tinggi maupun masyarakat dalam bentuk upaya pemanfaatan berkelanjutan kolaboratif (collaborative management), atau upaya pemanfaatan berkelanjutan multi pihak (multi stakeholder based management). Prinsip dasar collaborative management adalah bersifat saling memperkuat, menguntungkan dan saling memberikan manfaat bagi para pihak, serta memberikan dampak sinergi yang lebih besar dalam mengantisipasi berbagai ancaman dan gangguan kelestarian sumberdaya alam.

Upaya pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ikan dan lingkungannya di perairan daratan tidak hanya permasalahan konservasi keanekaragaman hayati genetik, spesies dan kawasan/ekosistem saja, melainkan juga mencakup upaya pemanfaatan berkelanjutan perikanan secara berkelanjutan, serta memperbaharui populasi ikan dan biota lainnya yang terancam punah. Kawasan konservasi sumberdaya ikan perairan daratan yang dikelola dengan baik dan dilengkapi

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 60 di Perairan Daratan

Kebijakan dan Strategi

dengan rencana upaya pemanfaatan berkelanjutan serta penegakan hukum yang jelas dan tegas, akan memberikan manfaat positif bagi upaya pemanfaatan berkelanjutan perikanan, seperti peningkatan populasi ikan dalam waktu yang relatif singkat, peningkatan jumlah spesies dan laju reproduksi biota air lainnya.

Program dan kebijakan yang terkait dengan pengembangan konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya di perairan daratan, antara lain : 1. Pengendalian penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. 2. Implementasi dari prinsip kehati-hatian (Precaucionary principle). 3. Pengembangan upaya konservasi melalui pendekatan tradisional (sashi, lubuk larangan, mitos). 4. Rehabilitasi dan restocking ekosistem Perairan daratan yang kritis (hutan bakau, ikan langka dan endemik). 5. Perbaikan lingkungan hidup (habitat improvement) sumberdaya ikan Perairan daratan yang mengalami degradasi 6. Mengintegrasikan upaya pemanfaatan berkelanjutan Perairan daratan 7. Program kemitraan 8. Merealisasikan dan mengimplementasikan pengembangan Jaringan Kawasan Konservasi Sumbedaya Ikan, baik pada level Perairan daratan maupun antara Perairan daratan dengan perairan laut .

C. Strategi dan Rencana Aksi

Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan disusun sebagai acuan dalam kegiatan upaya pemanfaatan berkelanjutan ekosistem perairan daratan oleh berbagai pemangku kepentingan di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Dengan mengakomodir isu-isu penting perairan daratan yang mempunyai dampak global, diharapkan akan dapat memberikan ruang gerak yang luas bagi para pemangku

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 61

kepentingan pengelola perairan daratan di daerah dalam melakukan upaya pemanfaatan berkelanjutan sesuai kekhasan ekosistem perairan daratan di daerahnya dengan tetap mengutamakan kepentingan nasional maupun internasional. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan ini terdiri dari 10 (sepuluh) kelompok strategi sebagai penjabaran dari 3 (tiga) misi, yang diuraikan secara rinci termasuk tolok ukur keberhasilannya dalam bentuk matrik sebagaimana terlampir.

D. Faktor Pendukung

1. Pembiayaan

Pembiayaan Konservasi merupakan upaya untuk meningkatkan, mengidentifikasi dan memperluas kawasan konservasi sumberdaya alam, termasuk dalam upaya konservasi perairan daratan. Sebagai wujud perhatian Pemerintah, pada tahun 2001 Pemerintah Indonesia mengalokasikan dana sebesar 54 milyar rupiah untuk membiayai kegiatan konservasi sumberdaya alam di wilayah terestrial dan perairan. Namun demikian besarnya pembiayaan yang tersedia masih belum sepadan dengan kebutuhan biaya yang diperlukan dalam kegiatan pengelolaan konservasi secara keseluruhan. Setiap wilayah yang dilakukan kegiatan konservasi akan memerlukan dana untuk pengelolaan, sejak perencanaan, pelaksanaan, hingga monitoring dan evaluasinya. Suatu wilayah yang dikelola melalui upaya-upaya konservasi dengan baik, memerlukan kemampuan dalam perencanaan dan pengelolaan, serta harus memberikan manfaat/keuntungan dan hubungan baik dengan masyarakat pemanfaat (para pemangku kepentingan). Untuk dapat terlaksananya pengelolaan dan perlindungan dengan baik dan efektif, membutuhkan tersedia dana yang memadai dan berkesinambungan.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 62 di Perairan Daratan

Kebijakan dan Strategi

Pada tingkat yang lebih umum, pendekatan bagi pendanaan konservasi bertujuan untuk meningkatkan dan memantapkan aliran dana yang dapat diarahkan pada berbagai jenis kegiatan konservasi atau perlindungan lingkungan. Pada tingkatan ini, perlu dipahami anggaran untuk wilayah perlindungan beserta keseluruhan biaya dan manfaat/keuntungan yang terkait dengan kegiatan atau wilayah konservasi tersebut. Informasi tentang manfaat/keuntungan ekonomi, akan sangat membantu untuk mengangkat nilai dari upaya konservasi kepada para stakeholder maupun pembuat kebijakan. Demikian juga informasi mengenai keuntungan ekonomi, akan dapat membantu dalam pembuatan estimasi biaya dan keuntungan masing-masing metoda penelolaan yang berbeda, atau memperluas alasan dilakukannya perubahan kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan, mendorong investasi atau perubahan perilaku dari pengguna sumberdaya.

Upaya penggalian sumber dana pembiayaan kegiatan konservasi perairan tawar dan payau, harus didasarkan atas pemahaman tentang sumberdaya yang diperlukan dan rancangan strategis pengelolaan pada suatu kawasan. Rancangan pembiayaan harus terinci berisi tujuan dan strategi, rumusan tanggung jawab, garis besar dan jadwal kegiatan, serta pedoman pemantauan keberhasilan terhadap indikator, yang didasarkan atas pertimbangan efisiensi dan efektifitas pembiayaan. LUBUK LARANGAN Sungai Durian, Kabupaten Pariaman Provinsi Sumatera Barat

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 63

Pendanaan bukan semata-mata masalah penyusunan anggaran dan bagaiman mencari sumber pendanaannya. Lebih dari itu, seorang pengelola kawasan konservasi dituntut untuk kretaif, adaptif, fleksibel dan tekun dalam menyusun penganggaran, serta berjuang keras untuk berhemat biaya dalam pelaksanaan, berbagi keuntungan dan tanggung jawab melalui proses pengelolaan bersama, menciptakan aliran pendapatan atau kegiatan yang dapat menutup pembiayaan, serta menciptakan insentif yang dapat mengurangi laju eksploitasi dan mendorong upaya konservasi.

Ada beberapa organisasi dan sumberdana yang bergerak di bidang konservasi sumberdaya alam di Indonesia. Setiap organisasi mempunyai dan menerapkan sistem pendanaan yang sesuai dengan ciri organisasi yang bersangkutan. Secara umum ada lima organisasi pencari dana dalam kegiatan pengeloaan konservasi, yaitu; (1) Pemerintah Pusat, (2) LSM Nasional atau Internasional, (3) Pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota, (4) Masyarkat perorangan atau kelompok, dan (5) LSM Lokal. Sedangkan dalam mekanisme pendanaan dapat dikelompokan ke dalam tujuh kategori berdasarkan kesamaan ciri pendekatan dalam mencari sumber dana (donatur), yaitu ;

a. Orientasi pada Donor Mekanisme ini bercirikan permintaan dukungan donor eksternal, utamanya melalui program bantuan. Donor memberikan dukungan dana untuk bantuan pengembangan atau kemanusiaan.

b. Orientasi pada Pemerintah Cara ini bergantung pada kekuatan Pemerintah untuk menyediakan dana atau mengumpulkan pajak, dana diperoleh dari rakyat atau kegiatan ekonomi tertentu.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 64 di Perairan Daratan

Kebijakan dan Strategi

c. Orientasi pada Pasar Cara ini bergantung pada mekanisme pasar atau harga dalam memperoleh pendapatan, dana diperoleh dari pengguna jasa/fasilitas tertentu.

d. Dana Lingkungan Mekanisme ini mencakup pendekatan dan lembaga yang dapat menciptakan dan mengelola sumberdaya dalam memperoleh pendapatan. Dana awal dapat diperoleh dari mekanisme lain, khususnya melalui donor atau pajak khusus.

e. Ortientasi pada Komunikasi Publik atau Panggilan Nurani Pendekatan ini bergantung pada minat masyarakat atau kebutuhan akan persepsi sosial. Dana diperoleh dari sektor usaha atau individu yang turut menyumbang atau bergabung agar dikenal oleh masyarakat luas.

f. Orientasi pada Usaha, Peraturan Pemerintah Mekanisme ini bergantung pada minat usaha dan transaksi, namun cara ini memerlukan tindakan pemerintah untuk membuat peraturan yang diperlukan. Dana diperolah dari sektor usaha yang berupaya untuk memperoleh keuntungan atau memotong pembiayaan.

g. Orientasi pada Usaha Swasta Mekanisme ini dapat dilakukan secara langsung berdasarkan minat usaha tanpa memerlukan investasi pemerintah. Dana diperoleh dari keuntungan usaha yang memanfaatkan bahan dasar dari sumbardaya alam yang lestari.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 65

2. Perangkat hukum

Hukum, dan juga kelembagaan, memegang peranan penting dalam setiap upaya untuk memanfaatkan dan mengelola sumber daya perikanan. Hukum merupakan norma-norma yang mengatur hubungan antar orang dengan orang, sekelompok orang dengan badan hukum (termasuk lembaga pemerintah), dan antar sekelompok orang dengan sumber daya perikanan yang bersangkutan. Hubungan tersebut mencakup hubungan fisik (cara pemanfaatan sumber daya), hubungan administratif (perizinan), dan hubungan geografis (lokasi kegiatan).

Di Indonesia sampai saat ini terdapat sekitar 14 produk hukum yang berkaitan dengan keberadaan (eksistensinya), pemanfaatan serta pengelolaan dan pengembangan suaka perikanan (Lampiran-2). Sesuai dengan ketentuan undang-undang, yang dimaksud dengan perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan. Pasal 33 UUD 1945 menentukan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat. Ketentuan tersebut selanjutnya merupakan landasan konstitusional dan sekaligus arah bagi Kegiatan Penangkapan Ikan, DANAU SENTANI pengaturan berbagai hal Provinsi Papua yang berkaitan dengan sumber daya ikan.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 66 di Perairan Daratan

Kebijakan dan Strategi

Sejalan dengan landasan konstitusional tersebut di atas, UU No.31/2004, tentang perikanan menekankan, bahwa wilayah perikanan Indonesia mencakup perairan sungai, danau, waduk, rawa, dan genangan air lainnya yang dapat diusahakan serta lahan pembudidayaan ikan yang potensial di wilayah Republik Indonesia. Dalam hal pengelolaan sumberdaya ikan di perairan tersebut ditujukan untuk kemaslahatan bangsa Indonesia sebesar- besarnya yang pelaksanaanya harus dilakukan secara terpadu, efisien dan terarah. Salah satu amanat Undang- Undang Perikanan dalam upaya pengelolaan sumberdaya ikan adalah pengaturan tentang perizinan usaha perikanan dan pelarangan alat tangkap yang sangat mebahayakan kelestarian, antara lain penggunaan bahan peledak, listrik dan racun. Namun demikian meskipun upaya sosialisai sudah dilakukan, pengamatan di lapangan menunjukan bahwa di beberapa lokasi nelayan masih menggunakan alat tangkap terlarang seperti; penggunaan alat tangkap melintang memotong aliran sungai di Sumatera Selatan, racun di Kalimantan Barat, dan alat tangkap listrik di danau Limboto, Sulawesi Utara. Dasar hukum lainnya dalam pengelolaan sumberdaya perikanan perairan daratan hendaknya merujuk pada UU. No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang pada hakekatnya memberikan indikasi bahwa daerah memiliki wewenang dalam 11 bidang pemerintahan, antara lain pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan tenaga kerja. Undang-Undang ini juga merupakan penyempurnaan perangkat hukum sebelumnya yang berkaitan dengan kewenangan Pemerintah Daerah, seperti; UU. No.4/1974, UU No.5/1974, UU. No.11/1974, UU. No.24/1992, UU. No 22/1999, serta PP. No.27/1991, dan PP. No.35/1991 tentang pengaturan umber daya air tawar, rawa dan sungai. Secara tersirat kewenangan Pemerintah Propinsi sebagai daerah otonom mencakup bidang pemerintahan yang

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 67

bersifat lintas kabupaten dan kota, sehingga secara implisit peraturan tersebut memberikan kesempatan yang relatif luas pada pemerintah tingkat lokal (Kabupaten dan Kota) agar mampu melakukan pengelolaan sumberdaya perikanan perairan daratan dalam lingkup wilayahnya masing-masing. Dengan demikian, Pemerintah Daerah mempunyai peluang untuk mendapatkan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sumberdaya alam yang terkandung dalam wilayahnya, serta dapat memanfaatkannya guna pembangunan ekonomi di wilayahnya sesuai dengan nuansa peraturan perundangan yang berlaku.

Pengaturan secara spesifik tentang suaka perikanan pada sistem perundang-undangan yang dikeluarkan melalui institusi perikanan kurang mendapat perhatian. Di lain pihak pengaturan tentang suaka sumberdaya alam termasuk di dalamnya komponen perikanan, banyak ditetapkan secara hukum melalui institusi lain, seperti; yang berkaitan dengan institusi pekerjaan umum (PP. No.22/1982 dan PP No.20/1990); kehutanan (UU No.41/1999) dan UU No.5/1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Demikian juga peraturan perundangan yang berkaitan dengan sumberdaya perikanan perairan daratan pada umumnya masih kurang mendapat perhatian.

Pada tingkat lokal, peraturan yang berkaitan dengan sumberdaya perikanan perairan daratan ditentukan dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda) dan Surat Keputusan, baik di tingkat Propinsi (SK. Gubernur) maupun di tingkat Kabupaten/Kota (SK. Bupati/Walikota). Hal tersebut dapat kita jumpai di beberapa daerah, seperti; Propinsi Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain itu, pengturan sumberdaya perikanan daratan secara informal juga telah lama dikenal dalam bentuk ketentuan adat, atau ketentuan yang berhubungan dengan kepercayaan.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 68 di Perairan Daratan

Kebijakan dan Strategi

Untuk beberapa kasus pengelolaan suatu sistem sentra penangkapan ikan dan suaka perikanan, terutama suaka plasma nutfah ikan, yang dilakukan oleh pemerintah, penegakan peraturan penangkapan mungkin dapat dilakukan apabila lembaga pengelola tersebut (pemerintah setempat) didukung oleh sarana, fasilitas, dan kelembagaan yang memadai, termasuk keterampilan petugas pengelolanya. Pada kasus pengelolan bersama secara adaptif, penegakan hukum nampaknya jauh lebih mudah dilaksanakan mengingat pengelolaan sumberdaya perikanan yang bersangkutan dilakukan bersama-sama dengan nelayan dan masyarakat setempat beserta pelaku lainnya, apalagi kerja sama tersebut dilakukan sejak awal perencanaannya.

3. Kelembagaan Masyarakat Adat

Kelembagaan pengelolaan bersama secara adaptif terhadap system sentra penangkapan ikan, termasuk peraturan penangkapan dan peraturan perikanan lainnya, merupakan suatu badan organisasi pengelolaan yang sangat penting. Tanpa adanya kelembagaan tersebut, upaya untuk melestarikan sumber daya ikan dan usaha penangkapan ikan di perairan yang bersangkutan mustahil akan berhasil dengan baik.

Pengelolaan sumberdaya perikanan Perairan daratan di Indonesia sangat beragam dari satu wilayah ke wilayah lainnya, baik antar Propinsi maupun Kabupaten/Kota. Meskipun telah lahir undang-undang perikanan No. 9 tahun 1985, yang telah diperbarui dengan undang-undang perikanan No. 31 tahun 2004, akan tetapi dalam implementasinya masih banyak perbedaan pengaturan. Hal ini tercermin dari adanya beberapa Peraturan Daerah di masing-masing wilayah, serta adat istiadat yang diberlakukan pada tingkat desa tertentu yang berbeda dengan daerah lainnya.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 69

Pendekatan pengelolaan yang berakar pada masyarakat lebih banyak diarahkan pada hal-hal yang berhubungan langsung dengan pengelolaan dan pembangunan perikanan yang tetap dilaksanakan dibawah program pembangunan perikanan nasional, yang biasanya sudah mencakup unsur-unsur sosial, ekonomi, budaya, antropologi, hukum dan politik.

Konsep pengelolaan bersama (ko-manajemen) memberikan pengertian sebagai suatu pengaturan kemitraan dengan menggunakan kemampuan minat pemangku kepentingan lokal dan masyarakat, yang dilengkapi dengan kemampuan pemerintah sebagai fasilitator dalam menyediakan segala perangkat hukum dan penunjang lainnya yang dapat diterima dan diterapkan oleh pelaku utama dalam pengelolaan (masyarakat setempat berserta keluarganya).

Pengelolaan sumberdaya perikanan Perairan daratan di Indonesia saat ini masih banyak terdapat berbagai pola, baik yang didominasi oleh pemerintah maupun masyarakat. Kedua pola ini masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga apabila keduanya digabungkan (ko- manajemen) diharapkan akan dapat memberikan hasil optimal bagi masyarakat tanpa mengabaikan peran pemerintah dan upaya pelestarian

sumberdaya Waduk TELAGA RANJENG, Kabupaten Brebes perikanan yang Provinsi Jawa Tengah tersedia.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 70 di Perairan Daratan

Kebijakan dan Strategi

Pendirian kelembagaan pengelolaan sumberdaya perikanan Perairan daratan harus dilakukan secara bottom up yang hasilnya akan merupakan cerminan keinginan masyarakat setempat dalam hal mengelola dan memanfaatkan sumber daya perikanan di wilayahnya. Mengingat bahwa pola pengelolaan sumber daya perikanan yang bersangkutan adalah pola pengelolaan bersama yang adaptif, maka keanggotaan lembaga pengelolaan kurang lebih setengahnya haruslah dari unsur masyarakat setempat.

4. Budaya makan ikan

Ikan merupakan salah satu sumberdaya perairan utama dan sumber protein, lemak, vitamin serta mineral yang sangat baik dan prospektif. Keunggulan utama protein ikan dibandingkan dengan produk lainnya adalah kelengkapan komposisi asam amino dan kemudahannya untuk dicerna. Ikan dikenal sebagai penghasil dan kaya akan lemak omega-3 dan omega-6 yang sangat esensial dalam pertumbuhan fungsi sel. Oleh karena itu, ikan merupakan pilihan tepat bagi pemenuhan gizi masyarakat.

Tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia masih rendah, walaupun umumnya mereka bermukim di kawasan pesisir dan pantai. Terbukti hingga Desember 2003 tingkat konsumsi ikan per orang di Indonesia rata-rata baru mencapai 24,67 kg per tahun. Tingkat konsumsi ini masih tergolong rendah, dibandingkan konsumsi ikan masyarakat di Thailand yang sudah mencapai rata-rata 35 kg/orang/tahun, bahkan masyarakat Korea Selatan dan Jepang yang sudah mencapai rata-rata lebih dari 100 kg/orang/tahun (Anon, 2003).

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 71

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V (WKPNG, 1994) merekomendasikan angka kebutuhan protein bagi penduduk Indonesia sebesar 48 gram/kapita/hari di tingkat konsumsi, atau sekitar 55 gram/kapita/hari di tingkat ketersediaan. Dari tingkat kebutuhan tersebut, 15 gram diantaranya (30 %) diharapkan dipenuhi dari protein hewani yang berasal masing-masing 9 gram dari produk ternak dan sisanya 6 gram dari produk perikanan.

Beberapa tahun belakangan ini konsumsi ikan masyarakat Indonesia cenderung meningkat berkat adanya kesadaran dalam memproduksi dan mengkonsumsi ikan sebagai salah satu sumber protein. Data Departemen Kelautan dan Perikanan tahun 2004, menunjukan adanya perkembangan konsumsi ikan per kapita nasional pada periode tahun 2000 – 2004 sebesar 1,68 %, yakni dari 21,57 kg/kapita/tahun pada tahun 2000 menjadi 23,18 kg/kapita/tahun pada tahun 2004.

Namun demikian peningkatan konsumsi ikan tersebut tidak sebanding dengan peningkatan produksi perikanan secara nasional, serta banyak dipengaruhi oleh ketersediaan dan daerah tertentu. Hal ini terlihat dari data produksi perikanan nasional dalam periode 2000-2004 tercatat mengalami kenaikan rata-rata 5,23 %, yakni 5.107 juta ton pada tahun 2000 menjadi 6.231 juta ton pada tahun 2004, namun peningkatan konsumsi ikannya hanya sebesar 1,68 %. Disamping itu pula ternyata ketersediaan produk perikanan pada suatu daerah tidak menjamin tingginya tingkat konsumsi ikan, karena pada kenyataannya justru tingkat konsumsi ikan di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan tingkat konsumsi ikan di pedesaan. Demikian juga tingkat konsumsi ikan juga sangat terkait dengan tingkat pendapatan (ekonomi) masyarakat, mengingat bagi sebagian masyarakat Indonesia masih ada yang bersumsi produk perikanan yang beredar di pasaran masih terasa mahal dan belum terjangkau secara ekonomis.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 72 di Perairan Daratan

Kebijakan dan Strategi

Lebih tingginya konsumsi ikan di daerah perkotaan disebabkan oleh faktor tingkat pengeluaran rumah tangga masyarakat perkotaan yang lebih tinggi dari pada masyarakat pedesaan, serta jalur distribusi yang relatif tersedia di perkotaan dan adanya persepsi masyarakat yang salah dalam anggapannya, bila makan makan ikan terlalu banyak akan menimbulkan penyakit cacingan.

Pemahaman budaya makan ikan sebagai salah satu protein hewani dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat kita, tidak terlepas dari sisa-sisa peninggalan penjajah kolonial Belanda yang memberikan pemahaman keliru dan menyesatkan. Banyak orang tua kita di kampung-kampung pedalaman yang masih beranggapan bahwa ikan merupakan lauk-pauk keluarga strata rendah dan hanya akan menjadikan anak-anak terkena penyakit cacingan. Karena itu masih banyak kita temui adanya sekelompok masyarakat tertentu yang alergi terhadap menu makanan yang menggunakan bahan baku dari jenis-jenis ikan.

Implikasi kebijakan untuk meningkatkan konsumsi ikan, maka upaya kampanye gemar makan ikan sebagai makanan yang menyehatkan, mencerdaskan dan menguatkan harus terus dilakukan dengan berbagai pendekatan dan media dalam penyampainnya.

Berkaitan dengan hal itu, maka pemerintah sejak beberapa tahun terakhir ini sudah meluncurkan program budaya makan ikan melalui berbagai kegiatan, sebagai salah satu upaya penyadaran masyarakat tentang betapa pentingnya makanan ikan yang banyak mengandung protein hewani dan sangat diperlukan bagi tubuh manusia sebagai asam amino essensial.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 73

KOLAM HABITAT KURA BELAWA, Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 74 di Perairan Daratan

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 76 di Perairan Daratan

Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

STRATEGI DAN RENCANA AKSI KONSERVASI SUMBERDAYA IKAN DAN LINGKUNGANNYA DI PERAIRAN DARATAN

Strategi Institusi Rencana aksi Tata Tolok Ukur Waktu Keberhasilan

1. a. Pembangunan Lead : DKP 1. a. Membangun dan 2008-2018 1. Terdapat dan (Penanggung mengelola panduan Pengembanga Jawab di database. pendataan n Sistem bidang perairan daratan informasi perikanan) 1) Inventarisasi lokasi, 2008-2025 secara nasional konservasi kondisi dan status yang dapat sumberdaya Pendukung : 2) Pengolahan dan diimplementasik ikan dan LIPI, Dephut, penyusunan data 2008-2025 an oleh masing- lingkunganny LH,Depdagri,P dasar masing a di perairan U dan WI 3) Monitoring 2008-2025 pemangku daratan perkembangannya kepentingan, 4) Updating 2008-2025 serta ada upaya kerjasama antar b. Mengembangkan 2008-2025 pemangku Jaringan perdataan kepentingan 1) Pengembangan 2008-2025 dalam sistem jaringan pengembangan 2) Mengelola Portal 2008-2025 metode pendataan. 2. Mengkaji ulang dan 2010-2025 2. Terbentuknya mengembangkan sebuah kriteria evaluasi mekanisme di kawasan tingkat nasional 3. Mengkaji dan Dua yang menyebar luaskan Tahunan memungkinkan panduan pendataan (mulai pemutakhiran perairan daratan 2010) data secara 4. Melakukan kajian efisien dan rutin terhadap metode 2008-2025 mudah diakses pendataan yang sudah oleh para ada pemangku 5. Mengembangkan kepentingan mekanisme yang 2008-2025 perairan daratan; memungkinkan misalnya dalam pemutakhiran data bentuk secara efektif dan pangkalan data efesien pada website 6. Melanjutkan upaya 2009-2025 yang dikelola kerjasama konservasi khusus melalui data yang telah dirintis koordinasi oleh beberapa institusi Kelompok Kerja dalam kegiatan Asean Konservasi Wetlands Inventory Perairan (AWI) 2002 Daratan. 7. Memprioritaskan 2008-2025 3. Dipakainya data upaya pendataan pada perairan daratan perairan daratan yang sebagai salah memiliki arti penting satu dasar secara lokal, nasional, penyusunan

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 77

Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

Strategi Institusi Rencana aksi Tata Tolok Ukur Waktu Keberhasilan

dan internasional yang kebijakan di keberadaannya berbagai terancam Departemen 8. Penetapan stasiun 2008-2010 terkait. pengamatan data 4. Pemerintah spesifik lokasi mengadakan 9. Mengembangkan 2009-2025 pusat data dan mekanisme balai informasi kliring, website dan perikanan untuk meta data untuk menyelenggaraka memudahkan n sistem pengumpulan dan informasi dan pemanfaatan data data statistik 10. Mengoptimalkan 2009-2025 perikanan sumber-sumber data 5. Sistem informasi dari kegiatan lain yang dan data statistik telah berjalan perikanan harus (misalnya AMDAL) dapat diakses 11. Meningkatkan upaya- 2008-2025 dengan mudah upaya pendataan dan cepat oleh secara partisipatif di seluruh tingkat lokal (Pemda) pengguna data 12. Meningkatkan 2008-2025 statistik dan penggunaan data informasi perairan daratan oleh perikanan. para pemangku 6. tersedia kawasan kepentingan sebagai yang dapat pertimbangan dalam mewakili setiap melakukan kegiatan ekosistem 13. Pemuakhiran data dan 2008-2025 spesifik. valuasi SDA secara 7. Cara konservasi rutin dengan sumberdaya menerbitkan status ikan, upaya terkini dan nilai konservasi ekonomis perairan ekosistem, daratan Indonesia konservasi dalam bahasa yang keragaman jenis mudah dimengerti oleh ikan, dan para pengambil konservasi keputusan. keragaman 14. Memotivasi para genetika ikan. pengambil keputusan, 2008-2025 8. konservasi pemangku perikanan kepentingan, dan dilakukan kalangan lain agar berdasar asas senantiasa manfaat, mengoptimalkan keadilan, pemanfataan data pemerataan, dalam pengambilan keterpaduan, keputusan. keterbukaan, dan kelestarian yang berkelanjutan. Peraturan tata guna air untuk perikanan untuk

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 78 di Perairan Daratan

Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

Strategi Institusi Rencana aksi Tata Tolok Ukur Waktu Keberhasilan

mencapai pemanfaatan sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan lingkungan sumberdaya ikan secara optimal untuk menjamin kelestarian sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan tata ruang perikanan.

b. Valuasi 1. Penetapan nilai 2008-2015 sumberdaya perairan daratan perairan dengan menilai ikan daratan dari sebagai sumberdaya segi perikanan yang memiliki nilai ekonomi seperti halnya omoditas tanaman lainnya.

2. Rehabilitasi Lead : DKP 1. Melakukan pengkajian, 2008-2025 1. Tersedianya hasil Sumberdaya Ikan percontohan dan kajian berupa dan Pendukung: penyebar luasan data dan daftar Lingkungannya PU,Dephut,Pe informasi mengenai prioritas perairan mda metode rehabilitasi daratan yang Prov/Kab/Kot sumberdaya ikan dan harus a, LIPI lingkungannya serta direhabilitasi dan penebaran kembali direstocking di sumberdaya ikan di setiap Provinsi, perairan daratan. serta tersedianya 2. Melaksanakan 2008-2025 panduan teknis kegiatan rehabilitasi bagi semua dan restocking pemangku berdasarkan skala kepentingan prioritas yang telah dalam mengelola ditetapkan. ekosistem 3. Meningkatkan 2008-2025 perairan daratan, kepedulian dan upaya khususnya dalam restocking kawasan pengendalian perairan daratan. kerusakan akibat 4. Menyusun panduan 2009-2010 penambangan mengenai dan pencemaran. pengendalian 2. Tersedianya kerusakan akibat database kearifan penambangan dan lokal konservasi pencemaran. sumberdaya ikan dan lingkungannya.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 79

Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

Strategi Institusi Rencana aksi Tata Tolok Ukur Waktu Keberhasilan

3. Pengembangan Lead : 1. Pengembangan Sains 2010-2020 1. Tersedianya satu Kearifan Lokal Lembaga/Insti dan teknologi sebagai atau beberapa tusi Riset dasar pengembangan tulisan ilmiah Sosiologi dan kearifan tradisional mengenai Ekonomi 2. Mengumpulkan data 2008-2015 kearifan lokal Perikanan potensi kearifan lokal konservasi (BRKP) konservasi sumberdaya sumberdaya ikan ikan dan dan Pendukung : lingkungannya. lingkungannya. LIPI, Pemda 2. Tersedianya Prov/Kab/Kot panduan teknis a, Lembaga- (petunjuk teknis) lembaga adat pembiakan dan lokal restoking perairan umum habitat asli ikan terancam punah. 3. Melakukan survei 2008-2015 selektif (uji petik) ke 3. Terlindunginya lokasi terdapatnya ekosistem kearifan lokal perairan daratan konservasi sumberdaya secara ikan dan terintegrasi lingkungannya. dalam setiap 4. Menganalisa data kegiatan, dengan kearifan lokal 2008-2015 rumusan yang konservasi sumberdaya disusun ikan dan berdasarkan nilai lingkungannya. valuasi ekonomi 5. Mengkoordinir dan 2009-2025 dan AMDAL. menyelenggarakan 4. Terciptanya temu pakar di bidang peningkatan yang taksonomi dan biologi signifikan dalam ikan, ekologi perairan kegiatan dan bidang lainnya konservasi yang terkait dengan perairan daratan keunikan sumberdaya yang ditunjukan ikan dan oleh peningkatan lingkungannya, dengan kualitas bio-fisik- membentuk tim kecil kimiawi kawasan yang bertugas penting di setiap menyusun dan menulis Provinsi dan keunikan sumberdaya Kabupaten/Kota ikan dan 5. Terdistribusikan lingkungannya nya informasi berdasarkan hasil dan pedoman rumusan dalam temu teknis konservasi pakar. (Masuk data biota langka, based) endemik, migrasi 6. Mengumpulkan data 2008-2025 dan invasive sekunder mengenai alien spesies ke keunikan sumberdaya semua lapisan ikan dan pemangku lingkungannya. kepentingan,

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 80 di Perairan Daratan

Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

Strategi Institusi Rencana aksi Tata Tolok Ukur Waktu Keberhasilan

7. Melakukan uji petik ke 2008-2025 serta terjadinya beberapa lokasi peningkatan perairan yang populasi biota berpotensi terancam punah mengandung keunikan di perairan sumberdaya ikan dan daratan. lingkungannya. 6. Diperoleh 8. Melakukan keystone species pengamatan (uji petik) 2008-2025 untuk konservasi di suatu lokasi ekosistem kawasan sumberdaya (flagship species ikan dan conservation) dan lingkungannya untuk jenis ikan yang menguji hasil dilindungi kajian/analisis 7. Domestikasi keunikan sumberdaya ikan-ikan ikan dan potensial untuk lingkungannya yang budidaya dan telah dilakukan. perbanyakan stok 9. Memanfaatkan data 2008-2025 exsitu dan insitu. keunikan dari hasil Tersedianya jenis identifikasi dan ikan baru yang sumber lain yang dapat akan dipertanggung dibudidayakan jawabkan, sebagai dasar analisis keunikan sumberdaya ikan dan lingkungannya. 10. Mengkaji/menganalisis 2008-2025 data keunikan sumberdaya ikan dan lingkungannya hasil identifikasi dan sumber lain secara biologis, ekologi dan sosial-ekonomi-budaya. 11. Mengkaji status 2009-2025 sumbedaya ikan, sumberdaya ikan pada level genetik, species, populasi, serta ekosistem dan penetapan kunci utama dalam strategi konservasi (keystone conservation), dan dampak ikan-ikan introduksi (exotic species) terhadap ikan lokal.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 81

Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

Strategi Institusi Rencana aksi Tata Tolok Ukur Waktu Keberhasilan

12. Pemetaan dan 2009-2025 domestikasi sumberdaya ikan terancam punah, perbanyakan stok, dan rekayasa genetika untuk mempertahankan jenis 13. Meneliti status genetik 2008-2025 ikan terancam punah. 14. Mencari species kunci (keystone species) 2008-2025 dalam kawasan konservasi perairan daratan. 15. Mengembangkan panduan strategi 2010-2025 konservasi ikan pada ekosistem perairan daratan. 16. Penggolongan jenis, melalui idenifikasi 2010-2025 populasi alam guna memperoleh informasi tingkat kepunahan setiap jenis, tingkat endemisitas, dan tingkat kelangkaan. 17. Identifikasi, inventarisasi, 2008-2025 pemantauan, pembinaan habitat, pembinaan populasi, penyelamatan jenis, serta penelitian dan pengembangannya. 18. Domestikasi dan 2009-2025 reproduksi 19. Pemuliaan jenis 2009-2025 20. Rekayasa genetika 2009-2025 untuk memulihkan populasi ikan di alam. 21. konservasi konservasi 2009-2025 jenis dan genetika ikan yang dapat dilakukan dalam habitatnya (in- situ), dan/atau di luar habitatnya (ex-situ) 22. Mengadakan temu 2010-2025 ilmiah kearifan lokal konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya, dengan mengundang pakar/nara sumber dan

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 82 di Perairan Daratan

Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

Strategi Institusi Rencana aksi Tata Tolok Ukur Waktu Keberhasilan

stakeholders terkait di Pusat dan Daerah. 23. Mengundang 2010-2025 pakar/nara sumber dan stakeholders kearifan lokal konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya. 24. Mengundang pengelola 2010-2025 sumberdaya ikan Pusat dan Daerah yang menerapkan konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya berbasis kearipan lokal, termasuk lembaga adatnya. 25. Melakukan studi banding ke lokasi 2009-2025 konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya berbasis kearifan lokal. 26. Penerapan paket teknologi domestikasi 2010-2025 dan pengembang biakan jenis ikan langka dan terancam punah, sebagai sarana pemulihan ke status populasi yang stabil. 27. Membuat kebijakan konservasi sumberdaya 2008-2025 ikan secara vertikal dan horisontal satuan kerja Departemen terkait. 28. Mengkaji dan 2010-2025 menyebar luaskan teknologi pengembang biakan jenis ikan langka dan terancam punah kepada stakeholder. 29. Pembuatan suaka 2008-2025 perikanan pada ekosistem ikan terancam punah 30. Pembangunan panti 2010-2025 benih untuk restoking ikan langka secara eksitu dan insitu.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 83

Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

Strategi Institusi Rencana aksi Tata Tolok Ukur Waktu Keberhasilan

4. Pengembangan Lead : 1. Mengembangkan 2008-2025 1. Tersedianya Peraturan Lembaga/Insti peraturan buku Perundang- tusi dibidang perundangan kumpulan undangan hukum dan konservasi sumberdaya informasi perundang- ikan dan aturan/cara undangan lingkungannya tingkat konservasi Perikanan pusat, daerah dan lokal sumberdaya (DKP) (adat). ikan dan 2. Mengumpulkan data 2008-2025 lingkungannya, dan informasi baik secara Pendukung : peraturan perundngan adat (kearifan Hukum tentang konservasi local) maupun &HAM, sumberdaya ikan dan berdasarkan Depdagri, lingkungannya. peraturan Pemda 3. Mengumpulkan data 2008-2025 perundangan Prov/Kab/Kot aturan/cara konservasi dan IPTEK. a sumberdaya ikan dan 2. Tersedianya lingkungannya secara paket hasil adat (kearifan lokal). analisa 4. Melakukan uji petik ke 2008-2025 kebutuhan lokasi konservasi tentang sumberdaya ikan dan peraturan lingkungannya, baik perundangan konservasi berbasis konservasi peraturan sumberdaya perundangan maupun ikan dan berbasis kearifan lokal. lingkungannya. 5. Menggunakan data 3. Terciptanya dan informasi hasil 2008-2025 upaya nyata inventarisasi dan dalam kompilasi aturan- mengharmonis perundangan yang ada, asikan serta melakukan jajak implementasi pendapat dengan para hukum untuk stakeholders setempat meminimalkan tentang cara-cara perbedaan konservasi sumberdaya interpretasi, ikan dan lingkungan dan mencegah berserta kendalanya. munculnya 6. Melakukan kebijakan yang pengamatan keadaan 2008-2025 tidak produktif, konservasi sumberdaya serta ikan dan tersedianya lingkungannya di hukum dan lapangan (lokasi kebijakan konservasi). standar untuk 7. Mengamati 2008-2025 mencegah pelaksanaan peraturan terjadinya perundangan yang kerusakan diterapkan dalam ekosistem konservasi sumberdaya perairan ikan dan daratan yang lingkungannya. mengakomodir 8. Mengkaji 2008-2025 pertimbangan perilaku/respon valuasi

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 84 di Perairan Daratan

Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

Strategi Institusi Rencana aksi Tata Tolok Ukur Waktu Keberhasilan

masyarakat setempat ekonomi terhadap perairan secara pemberlakuan menyeluruh peraturan dan peraturan perundangan dalam lokal/tradisiona konservasi sumberdaya l yang terbukti ikan dan efektif lingkungannya. melindungi 9. Mengidentifikasi dan 2008-2025 ekosistem mengkaji kebutuhan perairan aturan konservasi daratan. sumberdaya ikan dan 4. Menyediakan lingkungannya pada data tentang masing-masing lokasi jenis ikan yang konservasi. dilarang untuk 10. Mengkaji serta 2008-2025 diperdagangka mengembangkan n, hukum dan kebijakan diintroduksika yang mendukung n, dan upaya konservasi dkeluarkan ke perairan daratan dan dari secara berkelanjutan wilayah dan berkeadilan bagi ndonesia dan seluruh pemangku jenis ikan yang kepentingan dilindungi. 11. Melakukan kajian secara terus menerus 2008-2025 melalui konsultasi publik, diskusi pakar, dan mekanisme lainnya untuk memahami isu-isu terkini dalam upaya pengembangan hukum dan kebijakan. 12. Mengkaji ulang dan 2012-2025 menjamin terpenuhinya berbagai standar mutu lingkungan yang telah ada, dan mengembangkan standar mutu lingkungan bagi kegiatan-kegiatan lain yang juga berkontribusi terhadap kerusakan ekositem perairan daratan. 13. Memperluas upaya 2009-2025 valuasi ekonomi, analisis biaya dan manfaat, serta mekanisme valuasi sumberdaya perairan

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 85

Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

Strategi Institusi Rencana aksi Tata Tolok Ukur Waktu Keberhasilan

daratan lainnya sebagai salah satu dasar kebijakan konservasi perairan daratan. 14. Mengapresiasi 2008-2025 peraturan lokal/tradisional yang mendukung konservasi perairan daratan secara arif dan berkelanjutan 5. Pengembangan Lead : DKP 1. Mengembangkan 2010-2025 1. Adanya Kelembagaan Colaborative rekomendasi Pendukung : manajemen menuju yang jelas Menpan,LIPI, kepada Community tentang Dephut,LH,De Based Manajemen struktur dan pdagri,Pemda 2. Melakukan kajian 2008-2025 tata hubungan Prov/Kab/Kot terhadap mekanisme kelembagaan di a, Sekneg koordinasi yang efektif Pusat dan lintas sektoral di Pusat Daerah yang dan Daerah, guna menjamin menjamin keterpaduan keterpaduan kegiatan lintas sektoral kegiatan di perairan daratan. sinergis antar 3. Melakukan kajian 2008-2025 pemangku terhadap berbagai kepentingan institusi yang ada 2. Terbentuk dan untuk meningkatkan berfungsinya konservasi perairan Kelompok daratan secara Kerja terpadu. konservasi 4. Mengkaji efektifitas 2010-2025 Konservasi "focal point" perairan perairan daratan di tingkat daratan sesuai nasional, dan dengan kemungkinan adanya kesepakatan "focal point" di tingkat yang daerah. ditetapkan oleh 5. Menguatkan peran 2010-2025 para pemangku Kelompok Kerja kepentingan. konservasi Konservasi 3. Meningkatnya perairan daratan secara (Pokja PKPUD), signifikan sebagai wadah inisiatif koordinasi dan masyarakat komunikasi. dalam upaya- 6. Meningkatkan 2008-2025 upaya koordinasi dan sinergi konservasi antar lembaga di Pusat perairan dan di Daerah, serta daratan berupa antara Pusat dan aksi langsung, Daerah dalam kampanye dan pelaksanaan kebijakan advokasi.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 86 di Perairan Daratan

Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

Strategi Institusi Rencana aksi Tata Tolok Ukur Waktu Keberhasilan

nasional konservasi 4. Seluruh perairan daratan, agar kebijakan searah dengan nasional yang kebijakan-kebijakan di berkaitan Daerah, Nasional, dengan Regional dan perairan Internasional daratan 7. Melakukan penataan 2010-2025 senantiasa struktur dan dilakukan mekanisme kerja melalui internal Pokja PKPUD, konsultasi penataan mekanisme publik, sejak pembiayaan kegiatan, dalam tahap dan penataan perencanaan, mekanisme koordinasi implementasi, Pokja PKPUD dengan sampai kelembagaan lainnya. monitoring dan 8. Melakukan penataan 2010-2025 evaluasinya. hubungan kerja antara Pokja PKPUD dengan organisasi di tingkat Daerah. 9. Meningkatkan 2010-2025 pemahaman, kesadaran, pengetahuan, kemauan dan kemampuan seluruh pemangku kepentingan dalam konservasi dan pemanfaatan perairan daratan secara lestari. 10. Melanjutkan dan 2010-2025 memperluas distribusi informasi konservasi perairan daratan secara bijaksana. 11. Melanjutkan dan 2010-2025 memperluas kegiatan peningkatan kemampuan masyarakat dalam konservasi perairan daratan melalui pelatihan, studi banding dengan dukungan tenaga penyuluh 12. Mengembangkan dan 2010-2025 menerapkan mekanisme yang memberikan ruang luas bagi keterlibatan masyarakat dalam proses identifikasi,

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 87

Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

Strategi Institusi Rencana aksi Tata Tolok Ukur Waktu Keberhasilan

perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi kegiatan konservasi perairan daratan secara lestari. 13. Melanjutkan dan 2010-2025 memperluas kegiatan konservasi perairan daratan berbasis masyarakat. 14. Meningkatkan 2008-2025 kapasitas kelembagaan dalam masyarakat 15. Memastikan bahwa 2010-2025 setiap keputusan yang diambil telah maksimal dengan mengakomodasi aspirasi masyarakat yang berkembang.

6. Pembiayaan Lead : 1. Mengembangkan 2008-2025 1. Tersedianya Bappenas dan Pendanaan alokasi dana Depkeu 2. Mengadakan Pelatihan 2009-2025 kegiatan Penyusunan Proposal konservasi dsb perairan 3. Panduan 2009-2025 daratan dalam Pengembangan APBN, APBD Pendukung : Pencarian dana (Provinsi 4. Meningkatkan 2008-2025 maupun Unit-unit yang kepedulian Pemerintah Kabupaten/Kota mampu Pusat dan Pemerintah ), serta sumber mengembangk Daerah dalam anggaran an pendanaan pengalokasian dana lainnya yang alternative untuk kegiatan syah. (Sumber- konservasi perairan 2. Terjadinya sumber daratan. peningkatan alternative 5. Meningkatkan 2008-2025 yang signifikan lain) keterlibatan pihak non alokasi dana Pemerintah non Pemerintah (NGO/LSM) dalam dan dukungan konservasi konservasi masyarakat perairan daratan bagi usaha 6. Memastikan masuknya 2008-2025 konservasi isu perairan daratan konservasi dalam perencanaan perairan umum pembiayaan kegiatan daratan di Pusat dan Daerah 3. Terdapatnya 7. Memastikan kegiatan 2008-2025 contoh kegiatan konservasi perairan (pilot project) daratan yang telah yang berhasil terprogram dapat dalam

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 88 di Perairan Daratan

Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

Strategi Institusi Rencana aksi Tata Tolok Ukur Waktu Keberhasilan

tercantum dalam pembiayaan anggaran Pemerintah konservasi (APBN maupun konservasi APBD), serta anggaran perairan lainnya. daratan yang 8. Mengkomunikasikan 2009-2025 bersumber dari prioritas konservasi pemanfaatan konservasi perairan jasa-jasa umum daratan kepada lingkungan pihak donor (swasta disetiap dan lembaga Provinsi Internasional) yang memungkinkan dapat berpartisipasi dalam pembiayaan 9. Meningkatkan 2010-2025 pemahaman para pemangku kepentingan mengenai peluang dan prosedur pembiayaan konservasi konservasi perairtan umum daratan dari pihak- pihak non Permerintah 10. Meningkatkan 2010-2025 keterlibatan kalangan swasta dalam pembiayaan konservasi konservasi perairan umum daratan 11. Mengkaji dan 2010-2025 mengembangkan kemungkinan pembebanan biaya konservasi konservasi perairan daratan kepada masyarakat (perorangan maupun badan usaha) yang melakukan kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam perairan umum daratan 12. Mengembangkan dan 2010-2025 menyebarluaskan prinsip pengguna membayar (user pays principle) dan pencemar membayar (polluter pays principle) 13. Mengembangkan 2010-2025 mekanisme pembiayaan yang dapat diterima oleh

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 89

Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

Strategi Institusi Rencana aksi Tata Tolok Ukur Waktu Keberhasilan

masyarakat pengguna untuk mendukung biaya konservasi konservasi perairan umum daratan 14. Mengembangkan 2010-2025 mekanisme subsidi silang antara kegiatan pemanfaatan jasa-jasa lingkungan di suatu wilayah dengan pembiayaan konservasi perairan umum daratan di wilayah lain.

7. Pengembangan Lead : 1. Pelatihan kemampuan 2009-2025 1. Terciptanya Kapasitas Lembaga yang teknis inisiatif nyata Kelembagaan, menangani 2. Pembangunan 2010-2025 para pemangku Sistem dan Diklat dan Kesadaran Masyarakat kepentingan Individu kelembagaan 3. Mengembangkan 2010-2025 dalam (Pengembangan DKP Organisasi meningkatkan Community 4. Mengembangkan 2010-2025 kepedulian Capasity Pendukung : Networking (Jejaring) terhadap Building) Dephut,LH,LI 5. Meningkatkan 2008-2025 perlindungan PI,PT kepedulian semua ekosistem (Perguruan pemangku kepentingan perairan Tinggi), terhadap pelestarian daratan, Diknas, Pemda sumberdaya perairan melalui Prov/Kab/Kot daratan program a 6. Mengembangkan 2008-2025 pendidikan dan upaya penyebar luasan pelatihan materi konservasi konservasi, perairan daratan serta secara arif dan tersedianya bijaksana materi dan 7. Memperkenalkan dan 2008-2025 informasi mengoptimalkan pendidikan mementum hari-hari konservasi besar yang berkaitan lingkungan dengan lingkungan berbasis hidup, sebagai upaya keunikan lokal peningkatan guna kepedulian terhadap diintegrasikan pelestarian ekosistem dalam kegiatan perairan daratan konservasi 8. Meningkatkan konservasi kerjasama program 2010-2025 perairan pelatihan dengan daratan pelaku pendidikan 2. Tersedianya lingkungan, baik hasil kajian secara formal, non kebutuhan, formal, maupun sasaran dan informal, dengan materi

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 90 di Perairan Daratan

Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

Strategi Institusi Rencana aksi Tata Tolok Ukur Waktu Keberhasilan

memasukan aspek- pelatihan aspek nilai dan fungsi konservasi perairan daratan konservasi dalam kurikulum perairan pendidikan. daratan, serta 9. Meningkatkan 2010-2025 pusat informasi pemangku kepentingan dan pendidikan dalam konservasi untuk perairan daratan menciptakan 10. Mengkaji kebutuhan 2010-2025 tersedianya dan sasaran pelatihan sumberdaya di tingkat daerah dan manusia nasional serta pengelola mengembangkan konservasi materi pelatihan perairan 11. Mengembangkan 2010-2025 daratan yang upaya pelatihan berkualitas. konservasi perairan daratan dengan struktur dan kurikulum yang lebih sistimatis, sederhana, mudah dipahami dan diimplementasikan 12. Menyebarluaskan 2008-2025 pemahaman perairan daratan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam penyusunan hukum dan kebijakan yang berkaitan dengan nilai dan fungsi penting perairan daratan 13. Membuka dan 2008-2025 mengembangkan pusat informasi dan pendidikan perairan daratan di lokasi yang telah berhasil melakukan konservasi perairan daratan

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 91

Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

Strategi Institusi Rencana aksi Tata Tolok Ukur Waktu Keberhasilan

8. Pengembangan Lead : Deplu 1. Menyelenggarakan 1. Terciptanya Kerjasama pertemuan ilmiah para 2010-2025 forum diskusi Internasional Pendukung : pakar keunikan dan konsultasi Dan Konvensi DKP, sumberdaya ikan dan antar lembaga Bappenas, lingkungannya. dan/atau antar Dephut,LH,LI 2. Mengimplementasikan pemangku PI,Depdagri, Konvensi Ramsar dan 2009-2025 kepentingan Hukum dan konvensi lainnya yang perairan HAM berkaitan dengan daratan, untuk konservasi perairan mengharmonis daratan, dalam bentuk asikan kerja sama program kegiatan 3. Mengembangkan 2010-2025 konservasi koordinasi antar Focal secara nasional Point Konvensi maupun lokal Internasional di tingkat nasional 2. Terciptanya 4. Menyebarluaskan peningkatan informasi dan panduan dukungan tentang kerjasama dan 2009-2025 internasional harmonisasi isu yang nyata konservasi perairan dalam kegiatan daratan bagi para konservasi pemangku perairan kepentingan. daratan, 5. Mengembangkan 2009-2025 khususnya kerjasama bilateral, kegiatan yang regional dan berkaitan internasional dalam dengan rangka peningkatan pemanenan kemampuan dan konservasi perairan perdagangan daratan sumberdaya 6. Mengembangkan kerja 2010-2025 perairan sama internasional, daratan khususnya dalam dilindungi bidang konservasi, secara lestari sharing informasi, keahlian, perdagangan, 3. Dipahaminya dan pembiayaan isi dokumen pengeloaan perairan Jakstra daratan PKPUD bagi 7. Mengembangkan setiap kerjasama pemangku 2010-2025 pemangku kepentingan dengan kepentingan di berbagai pihak terkait tingkat dengan pemanenan Provinsi, serta dan perdagangan biota tersedianya perairan daratan focal point dilindungi untuk menjalin komunikasi dalam pengembangan kegiatan konservasi

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 92 di Perairan Daratan

Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

Strategi Institusi Rencana aksi Tata Tolok Ukur Waktu Keberhasilan

8. Meningkatkan 2009-2025 perairan koordinasi nasional daratan secara dalam rangka global. membangun hubungan kerjasama regional dan internasional 9. Pemangku 2008-2025 kepentingan konservasi perairan daratan nasional membangun hubungan komunikasi yang harmonis dan intensif dengan para pemangku kepentingan di daerah tentang isu-isu global dan kemungkinan dampaknya 10. Menginventarisasi 2010-2025 seluruh stakeholder yang melakukan kerjasama dengan mitra internasional 11. Menyebarluaskan 2008-2025 Jakstra PKPUD dan informasi lainnya kepada semua pemangku kepentingan agar dijadikan panduan dalam pengembangan kerjasama. 12. Menjalin komunikasi 2010-2025 dengan semua pemangku kepentingan yang bekerjasama dengan mitra internasional dalam konservasi perairan tawar dan payau

9. Pengembangan Lead : DKP 1. pembuatan pendukung 2008-2025 1. Paket sarana Standar Sarana konservasi suaka dan prasarana dan Prasarana Pendukung : perikanan contohnya; yang konservasi LIPI, perahu, papan diperlukan Dephut,LH,PU informasi, mooring untuk , buoy dsb konservasi Pemda 2. Memilih kawasan yang 2008-2025 sumberdaya Prov/Kab/Kot telah direhabilitasi, ikan dan a, BSN (Badan dan melakukan lingkungannya Standarisasi konsultasi dengan para secara rasional. Nasional) pemangku kepentingan 2. Tersedianya konservasi kawasan konsep rencana konservasi sumberdaya pengembangan

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 93

Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

Strategi Institusi Rencana aksi Tata Tolok Ukur Waktu Keberhasilan

ikan lingkungan fasilitas sarana setempat dan prasarana 3. Melakukan pengadaan 2008-2025 konservasi dan peralatan/sarana yang pemanfaatan diperlukan (seperti sumberdaya batas kawasan, rumah ikan dan jaga, alat transportasi, lingkungannya. papan informasi, dsb). 4. Menentukan zona-zona 2010-2025 kawasan sumberdaya ikan dan lingkungannya berikut aturan-aturannya. 5. Bila diperlukan 2010-2025 membuat/memperbaiki saluran-saluran penghubung untuk keperluan ruaya dan atau pemijahan sumberdaya ikan . 6. Bila diperlukan dan 2010-2025 memungkinkan, dapat mengembangkan ekowisata daerah sekitarnya. 7. Melakukan desk study 2010-2025 dan pengamatan di lokasi konservasi dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya. 8. Membuat konsep 2010 rencana pengembangan fasilitas sarana dan prasarana konservasi dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya di lokasi terpilih. 9. Melakukan 2008-2025 pengamatan perikanan terhadap kawasan konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya yang telah ditentukan. 10. Memperbaiki/menyesu 2015 aikan konsep rencana pengembangan fasilitas sarana dan prasarana berdasarkan hasil pengamatan di lokasi.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 94 di Perairan Daratan

Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

Strategi Institusi Rencana aksi Tata Tolok Ukur Waktu Keberhasilan

11. Mengajukan konsep 2010 rencana pengembangan fasilitas sarana dan prasarana kepada instansi terkait. 10. Penetapan Lead : DKP 1. Penyusunan short list 2008-2025 1. Tersedianya Kawasan mengenai iptek riset dokumen Konservasi dan 2. Menyusun konsep 2008-2025 tulisan ilmiah Perlindungan Pendukung : penetapan tentang Jenis Dephut, perlindungan kawasan keunikan Sumberdaya LIPI,Pemda dan jenis sumberdaya sumberdaya Ikan Prov/Kab/kot ikan, serta ikan dan a, Badan mengajukannya lingkungannya Koordinasi kepada institusi yang terdapat Tata Ruang berwenang. di perairan Nasional 3. Mengumpulkan data 2008-2025 daratan (BKTRN),PU, dan informasi kawasan 2. Tersedianya Depdagri dan jenis sumberdaya paket hasil ikan yang akan kajian/analisa dilindungi. keunikan 4. Melakukan survey sumberdaya ekologis, jenis 2008-2025 ikan dan sumberdaya ikan dan lingkungannya biologi perikanannya di perairan pada lokasi kawasan daratan. yang akan dilindungi. 3. Penggolongan 5. Melakukan konsultasi status dan para pakar dibidang 2008-2025 pengendalian perikanan, ekologi dan pengembangan hukum, dalam proses jenis ikan penyusunan konsep dilindungi dan penetapan dilindungi perlindungan. terbatas, serta tersedianya buku induk ikan yang dikembangbiak kan. 4. Tersedianya data status populasi ikan, perlindungan dan pemulihan populasi jenis ikan terancam punah dengan keragaman genetik yang berlimpah dan stabil, serta mempertahank an keanekaragam

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 95

Lampiran 1. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan

Strategi Institusi Rencana aksi Tata Tolok Ukur Waktu Keberhasilan

an jenis, pemanfaatan plasma nutfah sumberdaya ikan secara berkelanjutan, dan menjaga kemurnian keragaman genetik.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 96 di Perairan Daratan

Lampiran 2.Daftar Kawasan Perairan Daratan yang Dilindungi (Konservasi)

DAFTAR KAWASAN PERAIRAN DARATAN YANG DILINDUNGI (KONSERVASI) (Berdasarkan SK Bupati dan Peraturan Daerah Setempat)

Status Luas/ Lokasi No. Kabupaten/Kota Dasar Hukum Kawasan Jumlah (Desa/Kec) 1 Kab. Batang Hari, Zona Inti 969.90 m Desa Danau SK. Bupati Prop. Jambi Lamo, Batang Hari No. Zona 435.00 m Kec. Maro 362 Th. 1998, Penyangga Sebo. tentang Hulu Penetapan Danau Zona 1,888.50 m Mahligai Desa Penyangga Danau Lamo Kec. Hilir Maro Sebo sebagai Lokasi Suaka Perikanan

2 Kab. Batang Hari, Zona Inti, Zona 500.00 Ha Desa Napal SK. Bupati Prop. Jambi Penyangga dan Sisik Batang Hari No. Zona Ekonomi Kec. Muara 189/Th. 2004, Bulian. tentang Penetapan Kawasan Lebung Napal Sisik Kec. Muara Bulian Sebagai Lokasi Perikanan Tertutup (Culture Based Fisheries) Yang Dilindungi

3 Kab. Tanjung Jabung Suaka 1,000,000 m2 Desa Lambur, SK. Bupati Timur, Prop. Jambi Perikanan Kec. Muara Tanjung Jabur Sabak Timur No. 145/Th. 2001, tgl. 23 Agustus 2001, tentang Penetapan Lambur Lestari Sebagai Suaka Perikanan (Reservat) Kec. Muara Sabak, Kab. Tanjung Jabung Timur

4 Kab. Tanjung Jabung Suaka 1,000,000 m2 Desa SK. Bupati Timur, Perikanan Mendaharai Tanjung Jabur Prop. Jambi Ilir Timur No. Kec. 146/Th. 2001, tgl. Mendahara 23 Agustus 2001, tentang Penetapan Mendahara

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 97

Lampiran 2. Daftar Kawasan Perairan Daratan yang Dilindungi (Konservasi)

Status Luas/ Lokasi No. Kabupaten/Kota Dasar Hukum Kawasan Jumlah (Desa/Kec) Lestari Sebagai Suaka Perikanan (Reservat) Kec. Mendahara, Kab. Tanjung Jabung Timur

5 Kab. Tanjung Jabung Suaka 1,000,000 m2 Desa Sungai SK. Bupati Barat, Perikanan Dualap Tanjung Jabur Prop. Jambi Kec. Betara Barat No. 493/Th. 2001, tgl. 11 Desember 2001, tentang Penetapan Pantai Desa Sungai Dualap Sebagai Suaka Perikanan (Reservat) Di Kec. Betara, Kab. Tanjung Jabung Barat

6 Kab. Muaro Suaka 1.5 Ha Desa Arang- SK. Bupati Prop. Jambi Perikanan Arang Muaro Jambi No. Kec. Kumpe 271/Th. 2003, tgl. Hulu 21 Desember 1993, tentang Penetapan Danau Arang-Arang Desa Arang- Arang Kecamatan Kumpe Hulu Sebagai Lokasi Reservat Ikan (Suaka Perikanan)

7 Kab. Bungo Suaka 13,952 m2 Desa Rantel SK. Bupati Prop. Jambi Perikanan Kec. Pelepat Bungo No. Lubuk 9,950 m2 380/Th. 2004, tgl. Larangan 31 Agustus 2004, tentang Penetapan Suaka Perikanan (Resrveat) Serta Lubuk Larangan Sebagai zona Penyangga Di Desa Rantel Kecamatan Pelepat Kab. Bungo

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 98 di Perairan Daratan

Lampiran 2.Daftar Kawasan Perairan Daratan yang Dilindungi (Konservasi)

Status Luas/ Lokasi No. Kabupaten/Kota Dasar Hukum Kawasan Jumlah (Desa/Kec) 8 Kab. Bungo Tebo Suaka 18,455 m2 Desa Teluk SK. Bupati Prop. Jambi Perikanan Kayu Putih Bungo Tebo No. Lubuk 24,580 m2 Kec. 294/Th. 1997, tgl. Larangan Pembantu VII 22 Januari 1997, Koto tentang Penetapan Lubuk Teluk Kayu Putih Sebagai Suaka Perikanan (Resrveat) Serta Lubuk Teluk Inti Air Sebelah Ulu dan Lubuk Teluk Luncuran Nago Sebelah Ilir Untuk Lubuk Larangan Sebagai zona Penyangga Di Desa Teluk Kayu Pembantu VII Koto Kab. Dati. II Bungo Tebo

9 Kab. Sarolangun Suaka 500 m Desa SK. Bupati Bangko Perikanan Telentam Sarolangun Prop. Jambi Lubuk Perwakilan Bangko No. Larangan Kec. Tabir Ulu 135/Th. 1996, tgl. 25 Januari 1996, tentang Penetapan Lubuk Batu Ciri Taman Ciri Desa Telentam Perwakilan Kec. Tabir Ulu Sebagai Suaka Ikan (Resrveat) Serta Lubuk Lanca Bemban Sebelah Ulu dan Lubuk Pauh Sebelah Ilir Untuk Lubuk Larangan Sebagai zona Penyangga

10 Kab. Cirebon Suaka 1,000 m Desa Belawa SK. Bupati Prop. Jawa Barat Margasatwa Kec. Sedong Cirebon No. Kura-Kura 522.51/SK.29- Belawa PEREK/1993, tentang Penetapan Identitas Flora

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 99

Lampiran 2. Daftar Kawasan Perairan Daratan yang Dilindungi (Konservasi)

Status Luas/ Lokasi No. Kabupaten/Kota Dasar Hukum Kawasan Jumlah (Desa/Kec) dan Fauna Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon No. 13/Th. 1997, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

11 Kab. Semarang Suaka - Desa Bejalen, Peraturan Prop. Jawa Tengah Perikanan Asinan, Daerah Penangkapan - Tuntang, Kabupaten Ikan Lopait, Semarang No. Kesongo, 25/Th. 2001, tgl. Budidaya Ikan 15 Ha Sraten, 14 September Rowosari, 2001, tentang Rowoboni dan Pengelolaan Kebondowo, Sumberdaya Ikan Di Rawa Pening

12 Kab. Sidoarjo Kawasan - Sempadan Peraturan Pro. Jawa Timur Lindung air dan Daerah sungai Kabupaten - Kawasan Sidoarjo No. sekitar 17/Th. 2003, tgl. rawa dan 18 Juni 2003, hutan rawa tentang - Semapdan Penetapan pantai Kawasan - Sekitar Lindung di waduk Kabupaten - Ruang Sidoarjo terbuka hijau/hutan kota

13 Kab. Kapuas Hulu, Kabupaten Kabupaten Surat Keputusan Prop. Kalimantan Konservasi Kapuas Hulu Bupati Kapuas Barat Hulu No. 114/Tahun 2004, tentang penetapan Kapuas Hulu sebagai Kabupaten Konservasi.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 100 di Perairan Daratan

Lampiran 2.Daftar Kawasan Perairan Daratan yang Dilindungi (Konservasi)

Status Luas/ Lokasi No. Kabupaten/Kota Dasar Hukum Kawasan Jumlah (Desa/Kec) 14 Kab. Kapuas Hulu, Danau Lindung Desa Teluk Keputusan Prop. Kalimantan Aur, Bupati Kapuas Barat Kec. Bunut Hulu No. Hilir 6/Tahun 2001, tentang Penetapan Danau Nanga Empangau sebagai Danau Lindung

15 Kab. Kapuas Hulu, Danau Lindung Desa Keputusan Prop. Kalimantan Semaitau Bupati Kapuas Barat Kecamatan Hulu No. Sematau 55/Tahun 2004, tentang Penetapan Danau Mersedan Desa Semaitau Kecamatan Sematau sebagai Danau Lindung

16 Kab. Kapuas Hulu, Danau Lindung Desa Dalam Keputusan Prop. Kalimantan Kecamatan Bupati Kapuas Barat Selimbau Hulu No. 69/Tahun 2004, tentang Penetapan Danau Pengulan Desa Dalam Kecamatan Selimbau sebagai Danau Lindung

17 Kab. Kapuas Hulu, Danau Lindung Desa Nibung Keputusan Prop. Kalimantan Kecamatan Bupati Kapuas Barat Selimbau Hulu No. 70/Tahun 2004, tentang Penetapan Danau Vega Dusun Vega Desa Nibung Kecamatan Selimbau sebagai Danau Lindung

18 Kab. Kapuas Hulu, Danau Lindung Desa Papua Keputusan Prop. Kalimantan Mendalam Bupati Kapuas Barat Kecamatan Hulu No. Putussibau 77/Tahun 2004, tentang Penetapan Danau Sadong Dusun Tanjung Karang Desa Papua

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 101

Lampiran 2. Daftar Kawasan Perairan Daratan yang Dilindungi (Konservasi)

Status Luas/ Lokasi No. Kabupaten/Kota Dasar Hukum Kawasan Jumlah (Desa/Kec) Mendalam Kecamatan Putussibau sebagai Danau Lindung 19 Kab. Kapuas Hulu, Danau Lindung Desa Keputusan Prop. Kalimantan Jongkong Kiri Bupati Kapuas Barat Hilir, Kec. Hulu No. Embau. 79/Tahun 2004, Desa Nanga tentang Tuan, Bunut Penetapan Lokasi Hilir, dan Danau Mersedan Bunut Hulu Di Wilayah Kec. Bunut Kabupaten Hilir Kapuas Hulu (Danau Jongkong Kiri Hilar, Pekayau Siawan, Pulau Begansar, dan Sentajau)

20 Kab. Kapuas Hulu, Danau Lindung Desa Nanga Keputusan Prop. Kalimantan Tuan Bupati Kapuas Barat Kec. Bunut Hulu No. Hilir 138/Tahun 2004, tentang Penetapan Danau Terduata dan Danau Pulau Danau Dusun Tanjung Entibab Desa Nanga Tuan Kecamatan Bunut Hilir sebagai Danau Lindung

21 Kab. Kapuas Hulu, Danau Lindung Desa Teluk Keputusan Prop. Kalimantan Aur Bupati Kapuas Barat Kecamatan Hulu No. Bunut Hilr 141/Tahun 2004, tentang Penetapan Danau Alur Dususn Puring Desa Teluk Aur Kecamatan Bunut Hilr sebagai Danau Lindung

22 Kab. Kapuas Hulu, Danau Lindung Desa Nanga Keputusan Prop. Kalimantan Embaloh Bupati Kapuas Barat Kecamatan Hulu No. Embaloh Hilir 142/Tahun 2004, tentang

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 102 di Perairan Daratan

Lampiran 2.Daftar Kawasan Perairan Daratan yang Dilindungi (Konservasi)

Status Luas/ Lokasi No. Kabupaten/Kota Dasar Hukum Kawasan Jumlah (Desa/Kec) Penetapan Danau Perantu Desa Nanga Embaloh Kecamatan Embaloh Hilir sebagai Danau Lindung

23 Kab. Kotawaringin Reservaat 7 Ha Desa SK. Gubernur Timur, Prop. Sembuluh, Kepala Daerah Kalimantan Tangah Kec. Danau Tingkat I Sembuluh Kalimantan Tangah No. 71 Tahun 1994, tanggal 20 Desember 2004, tantang Penetapan Perairan Danau Telaga Bintang di Danau Sembuluh Wilayah Desa Sembuluh I, Kecamatan Danau Sembuluh, Kabupaten Daerah Tingkat II Kotawaringin Timur Sebagai Daerah Reservaat

24 Kab. Kapuas, Reservaat 7.5 Ha Kec. Timpah SK. Gubernur Prop. Kalimantan Kepala Daerah Tengah Tingkat I Kalimantan Tangah No. 72 Tahun 1994, tanggal 21 Desember 2004, tantang Penetapan Perairan Danau Lapimping Wilayah Kecamatan Timpah, Kabupaten Daerah Tingkat II Kapuas Sebagai Daerah Reservaat

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 103

Lampiran 2. Daftar Kawasan Perairan Daratan yang Dilindungi (Konservasi)

Status Luas/ Lokasi No. Kabupaten/Kota Dasar Hukum Kawasan Jumlah (Desa/Kec) 25 Kota Padang, Lubuk 2 Lks Kel. Bunga Surat Keputusan Prop. Sumatera Barat Larangan Pasang, Bupati/Walikota Sungai tentang Lubuk Bangek, Larangan di Kec. Koto Propinsi Tengah Sumatera Barat, diharapkan dapat deselesaikan 3 Lks Irigasi (diterbitkan) Gunung Nago dalam kurun RT. 01 RW. waktu tahun 01, Irigasi 2007 melalui Gunung Nago anggaran Dana RT. 01 RW. Dekonsentrasi 02, Kec. Propinsi Kuranji Sumatera Barat 1 Lks Irigasi Tahun 2007 Gunung Nago, Bungo Pasang, Kel. Lambung Bukit, Kac. Pauh

26 Kab. Pasaman Barat Lubuk 18 Lks Kec. Ranah Keputusan Prop. Sumatera Barat Larangan Batahan Bupati Pasaman 27 Lks Kec. Talamau Barat Nomor : 188.45/324/BUP- 29 Lks Kec. Lukak PASBAR/2007 Nan Duo tanggal 7 Juni 16 Lks Kec. Sie Aur 2007, tentang Penetapan Lokasi 3 Lks Kec. Sasak Lubuk Larangan Ranah Pasisie Binaan dan Tim Pembinaan 34 Lks Kec. Pasaman dalam rangka 14 Lks Kec. Kinali Pelestarian Sumber Daya 9 Lks Kec. Koto Perikanan dan Balingka Pemanfaatan 21 Lks Kec. Gunung Periaran Umum Tuleh Kabupaten Pasaman Barat 16 Lks Kec. Lembah

Melintang

3 Lks Kec. Sungai Baremas

27 Kab. Pesisir Selatan Lubuk 1 Lks Sungai Lubuk Keputusan Prop. Sumatera Barat Larangan Panjang Bupati Pesisir Nagari Selatan No. 117 Barung- Tahun 2007 Barung Tanggal Mei Belantai 2007, tentang Kecamatan Penetapan Koto XI Kawasan Tarusan Konservasi

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 104 di Perairan Daratan

Lampiran 2.Daftar Kawasan Perairan Daratan yang Dilindungi (Konservasi)

Status Luas/ Lokasi No. Kabupaten/Kota Dasar Hukum Kawasan Jumlah (Desa/Kec) 1 Lks Sungai Periran Air Jembatan Tawar di Akar Nagari Kabupaten Pulut-Pulut Pesisir Selatan Kecamatan IV Nagari Bayang Utara 28 Kab. Padang Pariaman Lubuk 1 Lks Pasar Aur Prop. Sumatera Barat Larangan Melintang, Kec. IV Koto Amal 1 Lks Gasan Gadang, Kec. Batang Gasan

1 Lks Cimpago, Sungai Limau, Kec. V Koto Kpg Dalam 1 Lks Santok, Kec. Pariaman Tangah 1 Lks Kampung Dalam Kec. Padang Sago 1 Lks Sei Sarik, Kec. Kec. VII Koto 2 Lks Tandiat, dan Sungai Durian Kec. Patamuna 2 Lks Korong Kampung, dan Pakandangan Kec. Enam Lingkung 29 Kab. Tanah Datar Lubuk 2 Lks Desa Koto Prop. Sumatera Barat Larangan Alam, Kec. Padang Ganting 2 Lks Desa Turauan, Kec. Rambatan 1 Lks Desa Kubu Nan Ampek Kec. Nagari Batipuh 1 Lks Desa Sikakek Kec. Batipuh Ateh 30 Kab. Sawahlunto Lubuk 1 Lks Desa Taratak Sijunjung Prop. Larangan Baru Kec. Sumatera Barat Tanjung Gadang

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 105

Lampiran 2. Daftar Kawasan Perairan Daratan yang Dilindungi (Konservasi)

Status Luas/ Lokasi No. Kabupaten/Kota Dasar Hukum Kawasan Jumlah (Desa/Kec) 2 Lks Desa Sijunjung Tengah Kec. Sijunjung 3 Lks Desa Latang, Jambu Lipo, dan Koto Tuo, Kec. Lubuk Tarok 3 Lks Desa Sumpur Kudus Kec. Sisawah

31 Kab. Solok Prop. Lubuk 3 Lks Kec. Payung Sumatera Barat Larangan Sekaki 5 Lks Kc. Lembang Jaya

3 Lks Kc.IX Koto SeiLasi 3 Lks Kec. Kubung

3 Lks Kec. Sangir Tujuan 3 Lks Kec. X Koto Diatas 3 Lks Kec. Junjung Sirih 28 Lks Kec. Sei Pagu

8 Lks Kec. Bukit Sundi 1 Lks Kec. Gunung Talang

32 Kota Solok Lubuk 1 Lks Desa Tanjung Prop. Sumatera Barat Larangan Paku Kec.

33 Kota Padang Panjuang Lubuk 1 Lks Desa Selaying Prop. Sumatera Barat Larangan Atas Kec. Padang Panjang Barat 1 Lks Desa Selaying Bawah Kec. Padang Panjang 34 Kota Bukit Tinggi Lubuk 3 Lks Kel. Campago, Prop. Sumatera Barat Larangan Garegeh, dan Koto Salayan Kec. Mandianing Koto Selayan

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 106 di Perairan Daratan

Lampiran 2.Daftar Kawasan Perairan Daratan yang Dilindungi (Konservasi)

Status Luas/ Lokasi No. Kabupaten/Kota Dasar Hukum Kawasan Jumlah (Desa/Kec) 35 Kab. Agam Lubuk 11 Lks Desa Prop. Sumatera Barat Larangan Siguhung, Batu Karak Geragahan Timur, Parit Rantang, Geragahan Tengah Batang Lolo, Batu Hampa Manggopoh, Batu Hampa, Parit Panjang, Batu Galeh, Pasar Durian Manggopoh Kec. Lubuk Basung 3 Lks Desa Durian Kapas, Cacang Tinggi, dan Bukit Malintang Kec. Tanjung Mutiara 1 Lks Desa Pasar Bawan, Kec. Ampek Nagari 36 Kota Sawahlunto Prop. Lubuk 9 Lks Kel. Talawi Sumatera Barat Larangan Hilir, Talawi Mudik, Sijantang Koto, Salak, Sikalang, dan Rantih Kec. Talawi 6 Lks Kel. Telago Gunung, Kolok Mudik, dan Kelok Nan Tuo Kec. Barangin 7 Lks Kel. Lunto Timur, Kubang Tengah, Kubang Sirk Utara, Kubang Utara Sikabu, Saringan, dan Air Dingin Kec. Lubuk Segar

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 107

Lampiran 2. Daftar Kawasan Perairan Daratan yang Dilindungi (Konservasi)

Status Luas/ Lokasi No. Kabupaten/Kota Dasar Hukum Kawasan Jumlah (Desa/Kec) 8 Lks Kel. Silungkang Oso, Silungkang Duo, Silungkang Tigo, dan Muoro Kalaban Kec. Silungkang 37 Kab. Lima Puluh Kota Lubuk 17 Lks Ngr. Batu Prop. Sumatera Barat Larangan Hampar, Sialang, Durian Gadang, Mungka, Situjuah Batua, Guguk VII Koto, Labuah Gunung, Rimbang, Sitanang, Taeh Baruah, Talang Maur, Batu Payung 38 Kota Payakumbuh Lubuk 1 Lks Desa Padang Prop. Sumatera Barat Larangan Alai Kec. Payakumbuh Timur 39 Kabupaten Brebes Suaka 2 Lks Waduk Keputusan Provinsi Jawa Tengah Perikanan Malahayu Bupati Brebes Kecamatan No. 523/177 Banjarharjo, Tahun 2007 Waduk tanggal 4 Juni Penjalin 2007, tentang Kecamatan Penetapan Paguyangan Daerah Perlindungan Sumberdaya Ikan (suaka Perikanan) sebagai Zona Penyangga Penebaran Benih Ikan di Perairan Umum Waduk Malahayu Kematan Banjarharjo dan Waduk Penjalin Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 108 di Perairan Daratan

Lampiran 3.Potensi Luas Lahan Perairan Daratan di Beberapa Propinsi di Indonesia POTENSI LUAS LAHAN PERAIRAN DARATAN DI BEBERAPA PROPINSI DI INDONESIA

Luas Lahan (Ha) Luas No. Propinsi Lahan Sungai Danau/Waduk Rawa-Rawa Jumlah (ha) Nangroe Aceh 1 10.617,6 5.839,4 27.455,9 43.912,9 Darussalam Sumatera 2 17.0 1.084,0 1.101,0 Utara Sumatera 3 20.520,0 173.980,0 26.421,0 220.921,0 Barat 4 Riau 7,813.0 10,0 7.823,0

5 Jambi 4.822,0 5.625,0 10.877,0 21.324,0 Sumatera 6 755.000,0 29.815,0 1.450.000,0 2.254.815 Selatan 7 Bengkulu 414,0 309,0 723

8 Lampung 2.023,0 1.189.137,0 1.191.160,0

9 DKI Jakarta 25,0 25

10 Jawa Barat 1.784,0 55.293,0 3.202,0 60.279,0

11 Jawa Tengah 7.824,0 16.720,0 4.488,0 29.032,0

12 DI 2.430,0 2.430,0

13 Jawa Timur 5.467,0 16.246,0 2.206,0 23.949,0

14 Bali 6,0 2.877,0 3.006,0 5.889,0 Nusa Tenggara 15 31,0 31,0 Barat Nusa Tenggara 16 4.227.563,0 5.706,0 4.233.269 Timur Kalimantan 17 1.811.380,0 33.500,0 195.120,0 2.040.000,0 Barat Kalimantan 18 351.663,0 90.691,0 1.851.901 2.294.255,0 Tengah Kalimantan 19 800.735,0 18.614,0 227.167 1.046.516,0 Selatan Kalimantan 20 1.400.991,0 462,450. 1.582.495 3.445.936,0 Timur 21 Sulawesi Utara 3,0 3,0 Sulawesi 22 373.400,0 33.730,0 407.130,0 Tengah

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 109

Lampiran 3. Potensi Luas Lahan Perairan Daratan di Beberapa Propinsi di Indonesia

Luas Lahan (Ha) Luas No. Propinsi Lahan Sungai Danau/Waduk Rawa-Rawa Jumlah (ha) Sulawesi 23 115,0 115,0 Selatan Sulawesi 24 340,0 340,0 Tenggara 25 SulawesBarat 45.385,0 0, 0 45.385,0 26 Maluku 0,0 27 Papua 65.087.420,0 47.910,0 4.900.000 70.035,330.0 28 Papua Barat 9.688.406,0 4.944,0 450.000 10.143,350 29 Gorontalo 1.561.200,0 2.900, 0 2.250.700 3.814.800,0 30 Banten 2.625,4 3.541,8 243,1 6.410,2 Kep. Bangka 31 100,0 100,0 Belitung Maluku 32 0,0 Utara Kepulauan 33 0,0 Riau Jumlah 86.185.083,0 1.016.852,2 14.174.419,0 101.376.354,1

Sumber: Data Daerah, Hasil Pendataan (2006)

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 110 di Perairan Daratan

Lampiran 4.Daftar Nama Beberapa Waduk Besar di Indonesia

DAFTAR NAMA BEBERAPA WADUK BESAR DI INDONESIA

Nama Waduk Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat

35,943.37 JAWA 30,942.87 1 Cekdam Cijoro Pasir 2.00 2 Cekdam Nameng 2.00 3 Cekdam Cimangeunteung 1.50 4 Cekdam Cidengdong 0.50 5 Cekdam Cempaka 1.00 6 Cekdam Cibeureum 2.00 7 Cekdam Padasuka 0.50 8 Cekdam Sangiang 0.50 9 Cekdam Armedian 3.00 10 Cekdam Argrindo 1.50 11 Cekdam Clebong Ulir 1.50 12 Cekdam Buburuh 0.50 13 Cekdam Pasir Nangka 1.00 14 Cekdam Citujah 1.00 15 Cekdam Cilangkahan 2.00 16 Cekdam Cijaku 1.00 17 Cekdam Kandangsapi 1.00 18 Cekdam Cipalabuh 1.00 19 Cekdam Senanghati 1.50 20 Cekdam Sindangwangi 1.00 21 Cekdam Kaduagung Timur 1.00 22 Cekdam Cibadak 1.00 23 Cekdam Cisangu 1.00 24 Waduk Cikoncang 174.00 25 Waduk Cijoro 1.00 26 Waduk Rawasari 1.00 27 Waduk Kalimati 1.00 28 Waduk Cidengdong 1.00

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 111

Lampiran 4. Daftar Nama Beberapa Waduk Besar di Indonesia

Nama Waduk Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 29 Waduk Cibayan 1.00 30 Waduk Ciayunan 0.50 31 Waduk Palayangan 2.00 32 Waduk Cikapek 0.50 33 Waduk Dangdang Gede 0.50 34 Waduk Cilembun 3.00 35 Waduk Cimalur 0.50 36 Waduk Cibendungan 1.00 37 Waduk Cilember 0.50 38 Waduk Cilaku 1.00 39 Waduk Pamancalan 1.00 40 Waduk Cikolelet 1.50 41 Waduk Gelam 4.00 42 Cekdam Wiso 0.50 Irigasi 43 Cekdam Boto 0.50 Irigasi 44 Cekdam Bendung 0.50 Irigasi 45 Cekdam Kepuk 2.00 Irigasi 46 Cekdam Towo 1.00 Irigasi 47 Cekdam Siwolu 1.00 Irigasi 48 Cekdam Weleri 1.00 Irigasi 49 Cekdam Cemani 0.86 Irigasi 50 Waduk Cacaban 87.88 Irigasi 17.481 51 Waduk Gambringan 35.00 Irigasi 52 Waduk Sangih 25.00 Irigasi 53 Waduk Tapan 5.00 Irigasi 54 Waduk Kenteng 5.00 Irigasi 55 Waduk Kedung Ombo 339.00 Irigasi 56 Waduk Dlingo 6.65 Irigasi 57 Waduk Simo 6.02 Irigasi 58 Waduk Pakis 5.69 Irigasi 59 Waduk Nglangon 17.50 Irigasi

60 Waduk Ngudirahayu 5.00 Irigasi 61 Waduk Ledok 0.10 Irigasi 62 Waduk Tempuran 5.00 Irigasi

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 112 di Perairan Daratan

Lampiran 4.Daftar Nama Beberapa Waduk Besar di Indonesia

Nama Waduk Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 63 Waduk Rawa Indah 1.00 Irigasi 64 Waduk Rowo 1.00 Irigasi 65 Waduk Greneng 45.00 Irigasi 251 ha 66 Waduk Puledegel 0.50 Irigasi 67 Waduk Bentolo 1.00 Irigasi 68 Waduk Sarirejo 0.50 Irigasi 69 Waduk Malahayu 725.00 Irigasi 70 Waduk Penjalin 125.00 Irigasi 71 Waduk Luwung Ragi 1.50 Irigasi 72 Waduk Banjaranyar 0.75 Irigasi 73 Waduk Cengklik 300.00 Irigasi 1.578 74 Waduk Bede 80.00 Irigasi 75 WKO 3,400.00 Irigasi 76 Waduk Selomoro 100.00 Irigasi 77 Waduk Gunung Rowo 70.00 Irigasi 6.052 78 Waduk Trepus 2.50 Irigasi 79 Waduk Kedungasem 0.50 Irigasi 80 Waduk di Wonogiri 9,077.80 Irigasi 23.600 ha, listrik 28.200 MWH/thn 81 Waduk di Kebumen 275.75 Irigasi 82 Waduk di Sragen 343.07 Irigasi 83 Cekdam di Pemalang 12.05 Irigasi 84 Waduk Mulur 141.26 Irigasi 85 Cekdam di Kab. Semarang 0.72 Irigasi 86 Waduk di Kab. Pati 170.00 Irigasi 87 Waduk di Kab. Magelang 0.70 Irigasi 88 Waduk di Kab. Tuban 84.00 Irigasi 89 Waduk di Kab. Lamongan 161.00 Irigasi 90 Waduk di Kab. Gresik 547.00 Irigasi 91 Waduk di Kab. Bangkalan 8.00 Irigasi 92 Waduk di Kab. Sampang 280.00 Irigasi 93 Waduk di Kab. Pamekasan 18.50 Irigasi 94 Waduk di Kab. Sumenep 0.50 Irigasi 95 Waduk di Kab. Pasuruan 1.00 Irigasi

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 113

Lampiran 4. Daftar Nama Beberapa Waduk Besar di Indonesia

Nama Waduk Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 96 Waduk di Kab. 11,830.00 Irigasi 97 Waduk di Kab. Blitar 135.00 Irigasi 98 Waduk di Kab. 420.00 Irigasi Tulungagung 99 Waduk di Kab. Pacitan 9.00 Irigasi 100 Waduk di Kab. Magetan 2.50 Irigasi 101 Waduk di Kab. Ponorogo 8.55 Irigasi 102 Waduk di Kab. Ngawi 586.00 Irigasi 103 Waduk di Kab. Bojonegoro 380.00 Irigasi 104 Waduk di Kab. Madiun 761.20 Irigasi 105 Waduk di Kab. Nganjuk 95.00 Irigasi 106 Waduk di Kab. Jombang 9.70 Irigasi 107 Waduk di Kab. Mojokerto 77.63 Irigasi 108 Waduk di Kota Mojokerto 1.10 Irigasi 109 Waduk di Kota Kediri 6.30 Irigasi 110 Waduk di Kab. Bondowoso 75.10 Irigasi

BALI 0.50 111 Waduk Palasari 0.50

PALEMBANG 5,000.00 112 Waduk 5,000.00

Sumber: Data Daerah, Hasil Pendataan (2006)

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 114 di Perairan Daratan

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

DAFTAR NAMA BEBERAPA SUNGAI DI INDONESIA

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat

1,197,080.098 JAWA 15,104.893 1 Sungai Teneng 58 km 1. Sebagai obyek wisata 2 Sungai Cisaat 40 km 2. Sebagai Pengairan 3 Sungai Ciujung 44 km 3. Pembangkit Listrik 4 Sungai Kalimati 24 km 5 Sungai Ciwaka 25 km 6 Sungai Cibanten 20 km - 7 Sungai Cisangu 48 km 8 Sungai Dahu 25 km 9 Sungai Cibango 39 km 10 Sungai Cikupa 4 km 11 Sungai Cimasayang 5 km 12 Sungai Cisangu 3 km 13 Sungai Cihaseum 3 km 14 Sungai Cipanas 10 km 15 Sungai Cinunggal 10 km 16 Sungai Cibali 5 km 17 Sungai Cijebuh 10 km 18 Sungai Cilemer 46 km 19 Sungai Cikarungkang 9 km 20 Sungai Cisata 6 km 21 Sungai Cikadueun 21 km 22 Sungai Cimoyang 3 km 23 Sungai Ciandur 3 km 24 Sungai Cimanunjang 3 m 25 Sungai Cikembang 9 km 26 Sungai Ciwates 19 km

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 115

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 27 Sungai Cijakan 9 km 28 Sungai Cibama 41 km 29 Sungai Cipurang 4 km 30 Sungai Cigondang 10 km 31 Sungai Cisuwuk 8 km 32 Sungai Ciasata 15 km 33 Sungai Cikuncil 5 km 34 Sungai Cisitugunung 9 km 35 Sungai Ciatuy 9 km 36 Sungai Cakadubuluh 20 km 37 Sungai Cipunten Agung 18 km 38 Sungai Cimala 18 km 39 Sungai Ciletik 15 km 40 Sungai Cicarita 6 km 41 Sungai Cibeureum 17 km 42 Sungai Cikoneng 3 km 43 Sungai Citajur 7 km 44 Sungai Cilurah 7 km 45 Sungai Citampir 2 km 46 Sungai Cibungur 10 km 47 Sungai Ciliman 25 km 48 Sungai Cisurianeun 20 km 49 Sungai Cisolodeungeun 13 km 50 Sungai Ciseukeut 14 m 51 Sungai Cikeruh 10 km 52 Sungai Cilamis 8 km 53 Sungai Cibaliung 12 km 54 Sungai Cikeusik 13 km 55 Sungai Cijalarang 8 km 56 Sungai Cihandoyan 15 km 57 Sungai Cihonje 12 km 58 Sungai Cijengkol 3 km 59 Sungai Cicibaliung 6 km 60 Sungai Cinimbang 6 km

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 116 di Perairan Daratan

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 61 Sungai Cicorogol 4 km 62 Sungai Cikoleang 4 km 63 Sungai Ciletuk 5 km 64 Sungai Ciliman 55 km 65 Sungai Cibareno 42 km 66 Sungai Cikidang 10 km 67 Sungai Sawarna 30 km 68 Sungai Cimanumbulan 10 km 69 Sungai Cidikit 45 km 70 Sungai Cidikit Leutik 20 km 71 Sungai Cimadur 55 km 72 Sungai Cimancak 15 km 73 Sungai Cisiih 40 km 74 Sungai Cisiih Leutik 10 km 75 Sungai Cimandiri 10 km 76 Sungai Cihara 41 km 77 Sungai Cimasuk 8 km 78 Sungai Cipager 13 km 79 Sungai Cilangkahan 20 km 80 Sungai Cipeucangpari 15 km 81 Sungai Cibinuangeun 38 km 82 Sungai Cimalur 10 km 83 Sungai Ciujung 58 km 84 Sungai Cimangeunteung 10 km 85 Sungai Cimaur 10 km 86 Sungai Ciberang 50 km 87 Sungai Cisimeut 30 km 88 Sungai Cilaki 25 km 89 Sungai Ciminyak 25 km 90 Sungai Cicinta 15 km 1,783.869 91 Sungai Cidurian 25 km 92 Sungai Kedung Bule 0.028 93 Sungai Kuncup 0.016 94 Sungai Gawe 0.018

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 117

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 95 Sungai Kenceng 0.006 96 Sungai Tuk Abdul 0.010 97 Sungai Mantingan 0.012 98 Sungai Sirahan 0.015 99 Sungai Gung 0.030 100 Sungai Jengking 0.001 101 Sungai Jog 0.030 102 Sungai Wiso 0.064 103 Sungai Gondo 0.014 104 Sungai Dowo 0.001 105 Sungai Karang Gondang 0.005 106 Sungai Srobyong 0.010 107 Sungai Mlonggo 0.043 108 Sungai Kembang Rawi 0.006 109 Sungai Jeruk Gulung 0.008 110 Sungai Banjaran 0.040 111 Sungai Cobaan 0.010 112 Sungai Suru 0.008 113 Sungai Balong 0.050 114 Sungai Kancilan 0.008 115 Sungai Klakah 0.004 116 Sungai Blitar 0.005 117 Sungai Wangkong 0.012 118 Sungai Blobo 0.004 119 Sungai Wareng 0.008 120 Sungai Ngeling 0.008 121 Sungai Troso 0.030 122 Sungai Pecangaan 0.115 123 Sungai Kaweden 0.019 124 Sungai Bakalan 0.273 125 Sungai Sengon 0.015 126 Sungai Mayong 0.095 127 Sungai Tunggul 0.048 128 Sungai SWD I 0.060

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 118 di Perairan Daratan

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 129 Sungai SWD II 0.133 130 Sungai Ketiwon 0.030 131 Sungai Dampyak 0.015 132 Sungai Pah 0.020 133 Sungai Bangkok 0.040 134 Sungai Cacaban 0.025 135 Sungai Cenang 0.050 136 Sungai Pekijingan 0.040 137 Sungai Demangan 0.025 138 Sungai Rambut 0.020 139 Sungai Kemiri 3.000 140 Sungai Muarareja 7.000 141 Sungai Ketiwon 6.000 142 Sungai Lusi di Toroh 84.720 143 Sungai Serang di Toroh 150.000 144 Sungai Serang di Geyer 159.000 145 Sungai Lusi di Brati 91.000 146 Sungai Tuntang di 60.800 Gubug 147 Sungai Tutang di 50.000 Kedungjati 148 Sungai Lusi di Wirosari 70.000 149 Sungai Grasak 6.000 150 Sungai Bengawan Solo 465.000 di Kradenan 151 Sungai Bengawan Solo 305.000 di Cepu 152 Sungai Bengawan Solo 115.000 di Kedung Tuban 153 Sungai Lusipancing 25.000 154 Sungai Jengkelok 83.450 155 Sungai Kabuyutan 20.520 156 Sungai Cimandala 20.874 157 Sungai Cimplung 1.000 158 Sungai Cilimus 0.700 159 Sungai Cigora 0.700

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 119

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 160 Sungai Babakan 1.200 161 Sungai Cisaat 10.080 162 Sungai Cibogo 0.500 163 Sungai Cileui 2.500 164 Sungai Cikesal Lor 0.700 165 Sungai Rambatan 1.000 166 Sungai Danuh 7.000 167 Sungai Kuya 0.500 168 Sungai Keruh 0.400 169 Sungai Behet 6.000 170 Sungai Laren 1.800 171 Sungai Erang 1.600 172 Sungai Arus 5.200 173 Sungai Longkrang 0.200 174 Sungai Anten 2.000 175 Sungai Aur 0.500 176 Sungai Dedali 0.700 177 Sungai Cilakar 1.300 178 Sungai Ciraja 2.800 179 Sungai Cigunung 4.300 180 Sungai Gayam 2.000 181 Sungai Cisompok 0.500 182 Sungai Cilangkap 0.700 183 Sungai Cibinong 1.300 184 Sungai Cirengkol 2.800 185 Sungai Pedes 4.300 7,824.404 186 Sungai Kalong 11.400 187 Sungai Tamtu 2.000 188 Sungai Prupuk 0.600 189 Sungai Tanjung Kulon 2.000 190 Sungai Pemali 16.000 191 Sungai Sragi 47.000 192 Sungai Sengkarang 44.000 193 Sungai Kupang 15.500

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 120 di Perairan Daratan

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 194 Sungai Serayu 36.050 195 Sungai Pelus 9.400 196 Sungai Sogra 2.300 197 Sungai Berem 3.900 198 Sungai Logawa 13.350 199 Sungai Tajum 12.000 200 Sungai Banjaran 3.000 201 Sungai Jlantah 0.620 202 Sungai Ranjing 0.200 203 Sungai Gembong 0.200 204 Sungai Samin 0.833 205 Sungai Sudimoro 0.440 206 Sungai Siwaluh 0.361 207 Sungai Bengawan 0.191 208 Sungai Pepe 0.075 209 Sungai Cemoro 0.120 210 Sungai Bengawan Baru 0.285 211 Sungai Ngobaran 0.449 212 Sungai Mantenan 0.150 213 Sungai Seloromo 0.250 214 Sungai Serayu 2.493 215 Sungai Belimbing 1.270 216 Sungai Palet 0.280 217 Sungai Sapi 1.272 218 Sungai Banjarcahyana 0.571 219 Sungai Brukah 1.000 220 Sungai Gandul 32.500 221 Sungai Pepe 25.500 222 Sungai Serang 42.000 223 Sungai Juwana 150.000 224 Sungai Raci 25.000 225 Sungai Ketitang 25.000 226 Sungai Tayu 45.000 227 Sungai Pasokan 10.000

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 121

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 228 Sungai Alasdowo 15.000 229 Kali Sarean 4.600 230 Kali Blorong 131.190 231 Kali Bedo 39.900 232 Kali Bodri 24.760 233 Kali Pening 0.500 234 Kali Sumoyo 47.010 235 Kali Bringin 58.000 236 Kali Lampir 25.000 237 Kali Damar 10.000 238 Kali Curug 12.000 239 Kali Tengah 15.210 240 Kali Putih 70.000 241 Kali Kuto 7.000 242 Sungai Serayu 4.210 243 Sungai Semagung 1.670 244 Sungai Leler 0.500 245 Sungai Sirihan 0.610 246 Sungai Tembelaang 0.870 247 Sungai Kawungsu 0.780 248 Sungai Begaluh 2.890 249 Sungai Bleber 0.850 250 Sungai Preng 1.650 251 Sungai Singamadda 0.530 252 Sungai Songgoluwang 2.300 253 Sungai Putih 1.520 254 Sungai Tulis 2.980 255 Sungai Capar 1.660 256 Sungai Sampin 0.620 257 Sungai Begaluh Kecil 0.340 258 Sungai Cecep 0.420 259 Sungai Made 0.370 260 Sungai Miri 0.530 261 Sungai Semo 0.910

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 122 di Perairan Daratan

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 262 Sungai Rawono 0.840 263 Sungai Gajihan 0.360 264 Sungai Kabelukan 0.570 265 Sungai Sarangan 0.430 266 Sungai Medono 1.030 267 Sungai Clapar 0.480 268 Sungai Contelan 0.380 269 Sungai Geblok 0.440 270 Sungai Gowong 0.350 271 Sungai Mangir 0.470 272 Sungai Tritis 0.360 273 Sungai Panto 0.770 274 Sungai Kawung 1.320 275 Sungai Kemiri 0.580 276 Sungai Kowel 0.310 277 Sungai Mudal 0.520 278 Sungai Nongko 0.380 279 Sungai Selomanik 0.320 280 Sungai Krakalan 0.580 281 Sungai Krakal 0.360 282 Sungai Kuning 1.140 283 Sungai Alur Balakan 0.410 284 Sungai Alur Moyo 0.310 285 Sungai Banteng 0.540 286 Sungai Elang 0.370 287 Sungai Kangkang 0.690 288 Sungai Mladi 0.500 289 Sungai Prupuk 0.460 290 Sungai Gintung 0.840 291 Sungai Gligah 0.760 292 Sungai Tembelang 0.410 293 Sungai Planengan 0.350 294 Sungai Songgolawang 2.210 295 Sungai Bogowonto 2.660

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 123

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 296 Sungai Mamrikan 1.330 297 Sungai Jali 1.020 298 Sungai Telu 0.980 299 Sungai Banger 0.440 300 Sungai Bogowonto Kodik 0.600 301 Sungai Geden 0.520 302 Sungai Kapulogo 1.420 303 Sungai Tilompo 1.000 304 Sungai Ampo 0.780 305 Sungai Bener 0.650 306 Sungai Sideng 0.630 307 Sungai Kodil 1.500 308 Sungai di Kab. Batang 210.120 309 Kali Manggis 2.557 310 Kali Bening 1.877 311 Kali Probo 21.420 312 Kali Elo 15.776 313 Sungai Klegung 0.240 314 Sungai Sempol 0.030 315 Sungai Cingklong 0.030 316 Sungai Krengseng 0.010 317 Sungai Gemilang 0.100 318 Sungai Ganjuran 0.020 319 Sungai Celeng 0.040 320 Sungai Soko 0.040 321 Sungai Lungge 0.110 322 Sungai Gitung 0.070 323 Sungai Cuntel 0.020 324 Sungai Luyung 0.020 325 Sungai Jambe 0.230 326 Sungai Pacar 0.220 327 Sungai TukMulyo 0.020 328 Sungai Parangan 0.140 329 Sungai Gondang 0.070

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 124 di Perairan Daratan

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 330 Sungai Semen 0.010 331 Sungai Bulu/Kuas 0.670 332 Sungai Tuk Sulon 0.020 333 Sungai Wates 0.020 334 Sungai Larangan 0.030 335 Sungai Kedu 0.300 336 Sungai Nongko 0.090 337 Sungai Tuk Sanggen 0.020 338 Sungai Tengah 0.030 339 Sungai Lingseng 0.010 340 Sungai Sipati 0.010 341 Sungai Kendil 0.020 342 Sungai Bawang 0.010 343 Sungai Kembang 0.020 344 Sungai Galeh 0.520 345 Sungai Gambir 0.010 346 Sungai Nongko 0.010 347 Sungai Bedali 0.020 348 Sungai Batur 0.010 349 Sungai Brongkongan 0.110 350 Sungai Galeh Mati 0.020 351 Sungai Cingkru 0.040 352 Sungai Datar 0.360 353 Sungai Dandang 0.020 354 Sungai Lingseng 0.030 355 Sungai Putih 0.020 356 Sungai Wunut 0.030 357 Sungai Dongko 0.020 358 Sungai Urang 0.050 359 Sungai 0.090 360 Sungai Jenes 0.030 361 Sungai Guntur 0.100 362 Sungai Totog 0.050 363 Sungai Kuning 0.010

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 125

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 364 Sungai Deres 0.220 365 Sungai Wuluh - 366 Sungai Bendo 0.010 367 Sungai Barang 0.010 368 untuk Ceret 0.010 369 Sungai Langit 0.130 370 Sungai Progo 2.280 371 Sungai Muntung 0.010 372 Sungai Tengah 0.020 373 Sungai Sinan 0.030 374 Sungai Jubel 0.020 375 Sungai Sumbeng 0.010 376 Sungai Tapak 0.020 377 Sungai Mendeng 0.040 378 Sungai Konal 0.010 379 Sungai Angrung 0.010 380 Sungai Silumbu 0.020 381 Sungai Kulon 0.010 382 Sungai Watu Kopyah 0.020 383 Sungai Groboh 0.070 384 Sungai Cantrik 0.010 385 Sungai Mijilan 0.020 386 Sungai Pudak 0.050 387 Sungai Cangkring 0.020 388 Sungai Pecah 0.030 389 Sungai Bangkong 0.040 390 Sungai Pakisan 0.020 391 Sungai Mlereng 0.070 392 Sungai Nglenggeng 0.010 393 Sungai Tuk Songo 0.010 394 Sungai Logung 0.060 395 Sungai Mengor 0.060 396 Sungai Glagah 0.060 397 Sungai Tingal 0.200

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 126 di Perairan Daratan

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 398 Sungai Kasian 0.040 399 Sungai Setro 0.040 400 Sungai Krengseng 0.010 401 Sungai Nglengkong 0.010 402 Sungai Awar-awar 0.010 403 Sungai Suwukan 0.020 404 Sungai Gobolri 0.010 405 Sungai Kalisari 0.010 406 Sungai Mandang 0.220 407 Sungai Mandeng 0.020 408 Sungai Seleri 0.020 409 Sungai Worawori 0.030 410 Sungai Murung 0.180 411 Sungai Elo 0.070 412 Sungai Muncar 2.500 413 Sungai Gaheng 3.000 414 Sungai Kulon 2.250 415 Sungai Sisih 3.000 416 Sungai Kemalon 6.000 417 Sungai Sumur 3.600 418 Sungai Duren 1.750 419 Sungai Banjaran 4.200 420 Sungai Dawe/Pupu 11.600 421 Sungai Lutut 42.000 422 Sungai Lingseng 2.000 423 Sungai Tengah 7.000 424 Sungai Sunggingan 7.700 425 Sungai Seliyep 1.200 426 Sungai Lombo 0.750 427 Sungai Manggong 6.000 428 Sungai Sunggingan 1.500 429 Sungai Ireng 3.600 430 Sungai Gede 2.000 431 Sungai Sapi 3.000

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 127

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 432 Sungai Gemringsing 2.500 433 Sungai Kepruk 2.000 434 Sungai Tengah 2.400 435 Sungai Trocoh 8.000 436 Sungai Brejen 2.700 437 Sungai Lingseng 1.200 438 Sungai Lowungu 20.000 439 Sungai Dandang 1.200 440 Sungai Brangsong 3.000 441 Sungai Jlegong 3.600 442 Sungai Ketek 4.550 443 Sungai Krengseng 2.000 444 Sungai Kajangan 1.600 445 Sungai Bengkat 5.600 446 Sungai Teguru/Logung 76.500 447 Sungai Turen 3.000 448 Sungai Darmoganti 4.200 449 Sungai Tuk Bawang 2.000 450 Sungai Rau 1.750 451 Sungai Pahing 2.000 452 Sungai Tangrum 2.000 453 Sungai Gintung 4.200 454 Sungai Bono 8.000 455 Sungai di Kab. Wonogiri 332.000 456 Sungai Serayu 38.600 457 Sungai Pelus 10.900 458 Sungai Sogra 2.300 459 Sungai Berem 3.900 460 Sungai Logawa 13.300 461 Sungai Terus 0.500 462 Sungai Tajum 12.000 463 Sungai Banjaran 3.000 464 Sungai di Kab. Kebumen 892.540 465 Sungai di Kab. Cilacap 1,305.200

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 128 di Perairan Daratan

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 466 Sungai di Kab. Sragen 384.250 467 Sungai di Kab. 1,139.100 Pemalang 468 Kaliborangan, Kali 5.000 Simping, Kali Ipik, Kali Deleran 469 Kali Mlese, Tangkisan, 3.500 Slerengan, Giri, , 470 Kali Ujung, Saluran 3.030 Birit 471 Kali Gamping, Kali 8.500 Deres, Kali Popoh & Kali Dengkeng 472 Kali Padangan, Kali 13.000 Deres, Kali Dengkeng, Kali Trucuk 473 Kali Mlese, Kali Trucuk, 18.000 Kali Dengkeng 474 Kali Dengkeng 2.500 475 Kali Gathak, Kali 10.800 Lohgede 476 Kali Lusah 5.890 477 Kali Siling, Kali 0.700 Klegung, Kali Ondo, Kali Gampar, Kali Putih, Kali Cewok 478 Kali Gondang, Kali 1.490 Somokaton 479 Kali Telu, Kali Kroman 1.950 480 Kali Ceper 8.550 481 Kaligawe, Kali Beji 8.000 482 Kali Mlese, Kali 13.500 Ngalodong 483 Kali Pusur 16.400 484 Kali Buntung, Kali 13.800 Kingkang, Kali Jebol 485 KaliPusur, Kali Siragas 12.000 486 Kali Mayit, Kali Risak, 3.450 Kali Jebol

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 129

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 487 Kali Soko, Kali Puluhan, 8.800 Kali Jumuk 488 Kali Dandang, Kali 3.800 Pusur, Kali Jebol 489 Kali Macanan 5.000 490 Kali Merbung 3.700 491 Kali Modin 5.500 492 Kali Lunyu, Kali Modim 4.500 493 Sungai Palur 8.000 494 Sungai Cabak 8.500 495 Sungai Samin 23.500 496 Sungai Dumpul 4.250 497 Sungai Grenjeng 8.500 498 Sungai Buret 5.750 499 Sungai Umet 11.000 500 Sungai Sambi 4.000 501 Sungai Ranjing 18.000 502 Sungai Lengsur 7.000 503 Sungai Jlantah 15.750 504 Sungai Songgorunggi 8.000 505 Sungai Ambil-ambil 11.000 506 Sungai Pades 8.000 507 Sungai Gatel/Latak 5.300 508 Sungai Walikan 2.500 509 Sungai Gede 1.000 510 Sungai kujon 5.000 511 Sungai 13.000 Brambang/Gandul 512 Sungai Pacinan 7.500 513 Sungai 12.000 Buntung/Kedawung 514 Sungai Karanganyar 10.000 515 Sungai Gunting 7.000 516 Sungai Atas aji 15.000 517 Sungai Pakelan 9.000

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 130 di Perairan Daratan

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 518 Sungai Krecekan 8.000 519 Sungai Larangan 8.000 520 Sungai Tempel 12.000 521 Sungai Siluwur 11.000 522 Sungai Tegalgondo 6.500 523 Sungai di Kab. 9.200 Semarang 524 Sungai di Kab. Pati 270.000 525 Sungai di Kab. Kudus 778.300 526 Sungai Komplang, 8.700 Sumber, Kalipepe, Kalianyar 527 Kalianyar, Bengawan, 25.250 Jurug 528 Kalipepe, Bengawan 13.000 529 Kaliwingko 0.075 530 Kleco 1.700 531 Pajang 1.000 532 Laweyan 0.750 533 Sungai di Kab. Magelang 475.900 534 Sungai di Kab. Tuban 131.710 5,496.620 535 Sungai di Kab 99.500 Lamongan 536 Sungai di Kab. Gresik 173.500 537 Sungai di Kota Surabaya 22.000 538 Sungai di Kab. 32.000 Bangkalan 539 Sungai di Kab. Sampang 128.000 540 Sungai di Kab. Sumenep 10.500 541 Sungai di Kab. Sidoarjo 422.200 542 Sungai di Kab. Pasuruan 17.000 543 Sungai di Kab. 17.400 Probolinggo 544 Sungai di Kab. 549.040 Banyuwangi 545 Sungai di Kab. Jember 271.220

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 131

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 546 Sungai di Kab. 309.000 Lumajang 547 Sungai di Kab. Malang 38.300 548 Sungai di 408.650 Kab.Tulungagung 549 Sungai di Kab. 223.700 Trenggalek 550 Sungai di Kab. Pacitan 125.500 551 Sungai di Kab. Magetan 41.150 552 Sungai di Kab. Ponorogo 108.000 553 Sungai di Kab. Ngawi 967.500 554 Sungai di Kab.Madiun 56.050 555 Sungai di Kab. Nganjuk 389.000 556 Sungai di Kota Madiun 9.000 557 Sungai di Kab. Jombang 269.300 558 Sungai di Kab. Kediri 93.800 559 Sungai di Kab. 142.490 Mojokerto 560 Sungai di Kota 6.000 Mojokerto 561 Sungai di Kota Malang 15.000 562 Sungai di Kota Kediri 58.110 563 Sungai di Kab. 362.000 Bondowoso

BALI 5.500 564 Sungai Retanu 1.000 565 Sungai Cangkir 1.000 566 Sungai Unda 0,5-1,2 567 Sungai Janga 0,5-1 568 Sungai Saba 1.000 569 Sungai Pangyangan 1.000 570 Sungai Otan 0.500 571 Sungai Yeh Poh 1.000

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 132 di Perairan Daratan

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat

SUMATERA UTARA 3300 m 572 Sungai Bahorok 600 m 573 Aek (Sungai) 1000 m Sirambe 574 Sungai Bahilang 600 m 575 Sungai Manoko 500 m 576 Sungai Patombak 600 m

SUMATERA BARAT 20,520.400 577 Sungai di Kab Pesisir 3,138.000 Selatan 578 Sungai di Kab Solok 2,138.600 579 Sungai di Kab 2,517.900 Swl/Sijunjung 580 Sungai di Kab Tanah 293.000 Datar 581 Sungai di Kab 1,489.000 Padang Pariaman 582 Sungai di Kab Agam 1,772.000 583 Sungai di Kab 50 1,925.000 Kota 584 Sungai di Kab 6,750.000 Pasaman 585 Sungai di Kota 223.600 Padang 586 Sungai di Kota Solok 22.800 587 Sungai di Kota 165.000 Sawahlunto 588 Sungai di Kota 15.100 Padang Panjang 589 Sungai di Kota 7.400 Bukittinggi 590 Sungai di Kota 63.000 Payakumbuh 591 Sungai di Kab Kep Mentawai

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 133

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat PROVINSI BENGKULU 414.000 592 Air Hitam 6.000 593 Air Kotong 4.000 594 Air Lemau 40.000 595 Air Batang Betuah 4.000 596 Air Telatang 25.000 597 Air Palik 30.000 598 Air Lais 30.000 599 Air padang 25.000 600 Sungai Ketanun 100.000 601 Sungai Urai 50.000 602 Air Bintunan 50.000 603 Air Serangan 25.000 604 Air Senaba 25.000 605 Air Sebelat 35.000 606 Air Merah 29.000 607 Air Kinono 12.000 608 Air Kahabi 61.000 609 Air Meok 81.000 610 Air Malakoni 19.200 611 Air Kuala Kecil 36.400 612 Air Apiko 6.900 613 Air Mono 16.300

PROVINSI JAMBI 4,822.150 614 Sungai Batanghari 3,750.000 615 Sungai Batang 210.000 Sumay 616 Sungai Batang Tabir 364.000 617 Sungai Batang 57.500 Langsisip 618 Sungai batang Tebo 217.500 619 Sungai Batang 21.000 Jujuhan 620 Sungai Alai 182.000

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 134 di Perairan Daratan

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 621 Sungai Batu 0.150 622 Kuala Sungai 10.000 Lambur Luar 623 Kuala Sungai 10.000 Sinoran

PROVINSI RIAU 7,813.000 624 Sungai Danau - Bakuok 625 Sungai Tibawan - 626 Sungai Kampar 7,458.000 627 Sungai Kuala Cinaku 150.000 628 Sungai Pasir Ringgit 100.000 629 Perairan 105.000 sungai,payau Kec. Bantan

SULAWESI TENGAH 373,400.155 630 Sungai Balingara 52,500.000 631 Sungai Bunta 24,800.000 632 Sungai Toimu 10,400.000 633 Sungai Lobu 21,850.000 634 Sungai Mentawa 28,000.000 635 Sungai Minahaki 67,875.000 636 Sungai Sinorang 28,000.000 637 Sungai 16,718.000 Kalumbangan 638 Sungai Kintom 5,600.000 639 Sungai Poso 96.000 640 Sungai Puna 53.400 641 Sungai Tojo 26.500 642 Sungai Bongka 327.500 643 Sungai Laa 192.800 644 Sungai Tambalako 174.300 645 Sungai Palur 312.500 646 Sungai Surumana 2.600

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 135

Lampiran 5. Daftar Nama Beberapa Sungai di Indonesia

Nama Sungai Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 647 Sungai Sausu 51.250 648 Sungai Palasa 4.550 649 Sungai Lambunu 29.605 650 Sungai Maraja 136.150 651 Sungai Buol 116,250.000

PALEMBANG 775,000.000 652 Sungai Musi 426,250.000 653 Sungai Ogan 232,500.000 654 Sungai Lemetang 116,250.000

Sumber: Data Daerah, Hasil Pendataan (2006)

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 136 di Perairan Daratan

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

DAFTAR NAMA BEBERAPA DANAU DI INDONESIA

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat

75,365.98 JAWA 5,043.06 1 Situ Cibeuuteung Perih 1. Sebagai Pengairan 0.40 2 Situ Cikempong 2. Sebagai Obyek 3.50 Wisata 3 Situ Kadupayung 3. Sebagai Pembangkit 0.40 Tenaga Listrik 4 Situ Gede 4. Sebagai lahan untuk 3.00 budidaya tambak 5 Situ Cikeudal 12.00 6 Situ Sadang 5,298.06 0.20 7 Situ Batu Hideung 3.00 8 Situ Cibeureum 2.00 9 Situ Parongpong 0.50 10 Situ Jami 1.50 11 Situ Ciandur 3.00 12 Situ Cukang Sadang 10.00 13 Situ Ciahaji 2.60 14 Situ Alas Wangi 4.50 15 Situ Cigambar 5.00 16 Situ Gonggong 0.40 17 Situ Cicanggong 0.50

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 137

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 18 Situ Suka Mulya 0.50 19 Situ Tasikardi 5.50 20 Situ Pamulang 116.50 21 Situ Cipondoh 80.00 22 Situ Larangan 0.50 23 Situ Bale Kambang 8.00 24 SituTaman 4.00 25 Situ Malang Nengah 9.75 26 Situ Iwul 12.60 27 Situ Jampang / Cilala 1.00 28 Situ Jati / Lebakwangi 4.00 29 Situ Jeletreng 1.00 30 Situ Cogreg 4.00 31 Situ Lengkong Barang 7.00 32 Situ Tengsan 7.50 33 Situ Cijapar 2.00 34 Situ Bojong Gerong 1.00 35 Situ Rancayuda 1.00 36 Situ Asmiin 2.00 37 Situ Wadana 0.50

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 138 di Perairan Daratan

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 38 Situ Cikuda 2.50 39 Situ Pasir Maung 1.50 40 Situ Terate 5.00 41 Situ Rawa Sudat 2.00 42 Situ Lame 0.50 43 Situ Gunung Cabe 1.50 44 Situ Tarogong 1.00 45 Situ Nurdin 0.50 46 Situ Cigorongsong 3.00 47 Situ Tamansari / Pabrik 1.00 48 Situ Gunung Nyuncung 2.50 49 Situ Siyang 1.00 50 Situ Cimbuleuit 1.00 51 Situ Cibodas 2.00 52 Situ Pagam 2.00 53 Situ Rumpin/Nangka 2.50 54 Situ Jampang Bulu - 55 Situ Moyan 1.76 56 Situ Babakan 7.00 57 Situ Ciminggir 1.25 58 Situ Cilimus

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 139

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 1.50 59 Situ Cibaju 1.50 60 Situ Bantar Kambing - 61 Situ Curug 2.00 62 Situ Sela Benta 2.00 63 Situ Malang Nengah 5.50 64 Situ Curug / Masyono 1.00 65 Situ Cigudeg 2.50 66 Situ Cinyiru 0.25 67 Situ Singa Bangsa 4.00 68 Situ Cijantungun 3.97 69 Situ Cipayung 0.50 70 Situ Cisengit 0.75 71 Situ Kadongdong 5.00 72 Situ Jenggot 0.25 73 Situ Cibolang 1.00 74 Situ Pangadean 2.00 75 Situ Cijantungun Hilir 2.00 76 Situ Rawa Jedi 3.00 77 Situ Cipicung 21.00 78 Situ Rawa Jedi 9.50

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 140 di Perairan Daratan

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 79 Situ Cicau-Ciadung 0.67 80 Situ Gunung Putri 18.75 81 Situ Rawa Jeler 4.00 82 Situ Tunggilis 35.00 83 Situ Rawa Bangke - 84 Situ Babakan 7.00 85 Situ Tlajung Udik 3.00 86 Situ Sanding 2.94 87 Situ Cicadas 2.00 88 Situ Tlajung Hilir 7.00 89 Situ Ciangsana 1.00 90 Situ Cibanteng 1.00 91 Situ Kecil 1.00 92 Situ Burung 2.50 93 Situ Ciranji 1.00 94 Situ Cibeureum/Tengah 1.50 95 Situ Leutik/Kecil 0.30 96 Situ Kolam Tando Kracak 4.00 97 Situ Cisaat 1.50 98 Situ Cihalang/Nyangkowek 2.50 99 Situ Cisangku/Malasari

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 141

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 1.00 100 Situ Sela 1.00 101 Situ Kabantenan 4.50 102 Situ Cibinong 6.00 103 Situ Citatah/Ciriung 9.25 104 Situ Cibuntu 2.11 105 Situ Cijantung/Kibing 2.00 106 Situ Cikaret 29.50 107 Situ Cijujung - 108 Situ Ciburial - 109 Situ Telaga Warna 0.80 110 Situ Ciletuh/Gombong 35.88 111 Situ Taman 1.50 112 Situ Cipabuaran Hilir 0.01 113 Situ Cipabuaran Udik - 114 Situ Leuwi Nanggung 1.28 115 Situ Panjang 1.50 116 Situ Kecil 0.30 117 Situ Curug 2.00 118 Situ Salam 0.30 119 Situ Asem 3.00 120 Situ Pulo

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 142 di Perairan Daratan

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 4.40 121 Situ Pcr. Mas/Pitara 0.60 122 Situ Rawa Besar 17.00 123 Situ Pangasinan 5.70 124 Situ Pasir Putih - 125 Situ Sawangan - 126 Situ Bojong Sari 28.50 127 Situ Pladen 1.50 128 Situ Pondok Cina/Kps UI 4.00 129 Situ Pondok Cina/Kukusan 1.50 130 Situ Sidomukti/Baru 7.50 131 Situ Pangarengan 0.75 132 Situ Bahar 0.80 133 Situ Ciming - 134 Situ Cilodong 9.50 135 Situ Citayam 7.00 136 Situ Tonjong 14.50 137 Situ Cimanggis 2.80 138 Situ Nangerang 2.00 139 Situ Kemuning 12.65 140 Situ Cibeureum 2.50 141 Situ Kandang Sapi

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 143

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 1.50 142 Situ Krukut 143 Situ Dongkelan 6.25 144 Situ Tipar/Cicadas 11.32 145 Situ Gedog 1.10 146 Situ Rawa Kalong 6.00 147 Situ Jati Jaya 6.30 148 Situ Cilangkap 6.00 149 Situ Patinggi 5.55 150 Situ Cikuluwung 3.50 151 Situ Badak Ria 1.50 152 Situ Cibanteng 2.00 153 Situ Ranca Bali 2.00 154 Situ Talaga Warna 2.00 155 Situ Sanim 1.00 156 Situ Gunung Batu 1.00 157 Situ Cipiit 2.50 158 Situ Pada Beunghar 0.80 159 Situ Cisarakan - 160 Situ Batu Sapi - 161 Situ Cisitu - 162 Situ Cibagede - 163 Situ Riung Gunung -

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 144 di Perairan Daratan

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 164 Situ Cipinang/Cijendil 4.00 165 Situ Cijambe 0.75 166 Situ Citaman 1.00 167 Situ Ciburial 3.00 168 Situ Cisalenggang 0.30 169 Situ Cisalada 0.30 170 Situ Cikondang 0.20 171 Situ Cidawuan 0.30 172 Situ Cikujang 0.25 173 Situ Badakna 2.00 174 Situ Gadog 2.50 175 Situ Bagendit 0.50 176 Situ Cibinong 0.70 177 Situ Cipatat 0.85 178 Situ Samelang 0.10 179 Situ Cibadak 1.00 180 Situ Rawadadap 0.24 181 Situ Rawa Gede 0.16 182 Situ Tl.Darma Wangsa 0.06 183 Situ Kubang 0.05

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 145

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 184 Situ Cipeti 0.25 185 Situ Ciherang 0.40 186 Situ Cikorombo Caringin 0.25 187 Situ Cipari 0.15 188 Situ Cipisangan 0.01 189 Situ Uyah 0.03 190 Situ Cigadog 0.04 191 Situ Ciabel 0.05 192 Situ Cipamatutan 0.50 193 Situ Cisalada 0.01 194 Situ Cireunghas 0.01 195 Situ Tugu 0.09 196 Situ Bangbayang 0.01 197 Situ Curug Pariuk 0.25 198 Situ Cimelati 0.00 199 Situ Cigembong 0.06 200 Situ Cikopo 0.25 201 Situ Cibuntu Melati 0.03 202 Situ Cipeuti 0.05 203 Situ Cibodas 0.08

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 146 di Perairan Daratan

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 204 Situ Cikareo 0.02 205 Situ Citiis 1.00 206 Situ Cimala/Cirambutan 0.60 207 Situ Sukarame 7.45 208 Situ Ubrug 5.80 209 Situ Tarisi 1.50 210 Situ Gunung 9.34 211 Situ Pari 1.25 212 Situ Sela Awi 2.00 213 Situ Situpan 2.00 214 Situ Cikubang 0.25 215 Situ Cisalada 0.16 216 Situ Cipanas I 0.10 217 Situ Cipanas II 0.10 218 Situ Cigombong 0.30 219 Situ Cisalada 0.21 220 Situ Citaman 0.20 221 Situ Cibuntu Nangela 0.01 222 Situ Ciburial 0.05 223 Situ Cipanas 0.15

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 147

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 224 Situ Cibuah 0.01 225 Situ Cimacan 0.10 226 Situ Cikadal 0.15 227 Situ Batu Karut 3.24 228 Situ Ciwaradina 0.16 229 Situ Panagan 0.18 230 Situ Panyinangan 0.40 231 Situ Sawah Lega 0.75 232 Situ Bojong Genteng 0.02 233 Situ Raksawala 0.03 234 Situ Kopo 0.04 235 Situ Rawa Gebok 0.60 236 Situ Rawa Soro 0.50 237 Situ Rawa Gede II 1.50 238 Situ Rawa Kalong 2.00 239 Situ Rawa Bebek 2.50 240 Situ Rawa Galuga 3.00 241 Situ Rawa Beunteur 1.00 242 Situ Rawa Hideung 1.00 243 Situ Rawa Tangkit 1.50

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 148 di Perairan Daratan

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 244 Situ Sukamanah 4.00 245 Situ Rawa Gede I 3.00 246 Situ Cikajang 0.40 247 Situ Cilameta 0.60 248 Situ Cibulakan/Cikeruh 0.06 249 Situ Ciharemas 1.00 250 Situ Hamirung 0.00 251 Situ Ciraab 0.63 252 Situ Cibitung 0.70 253 Situ Sukamanah 0.28 254 Situ Citembok 0.01 255 Situ Cikaro 0.25 256 Situ Sawah/Cibolerang 1.00 257 Situ Cikole/Balongpanjang 0.54 258 Situ Ciburial 0.24 259 Situ Cisitu 0.32 260 Situ Cibolerang 0.75 261 Situ Cimaragas 1.00 262 Situ Cihuni/Cihonje 0.50 263 Situ Ciaspa 0.35

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 149

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 264 Situ Cibulakan 0.04 265 Situ Cibangban 1.50 266 Situ Bunderan 0.04 267 Situ Cihuni 0.87 268 Situ Cilincing 1.00 269 Situ Ciburial/Cipariuk 1.40 270 Situ Cidahu 7.37 271 Situ Rancakukuk 5.50 272 Situ Cikopo 0.50 273 Situ Rantun 0.35 274 Situ Pulal 0.50 275 Situ Randeg 0.40 276 Situ Lame 0.40 277 Situ Sampeureun 1.00 278 Situ Cibelitung 0.30 279 Situ Waluran 1.30 280 Situ Ciburial 0.60 281 Situ Ciburial 0.06 282 Situ Lembang 2.00 283 Situ Cipondok 0.05 284 Situ Cihamirung 0.50

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 150 di Perairan Daratan

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 285 Situ Tanjung - 286 Situ Rantun - 287 Situ Sukamaju - 288 Situ Kumbang Bungur 1.00 289 Situ Cisewu 0.50 290 Situ Cireang 0.50 291 Situ Cibuyut 2.00 292 Situ Cibungaok 1.50 293 Situ Hiang - 294 Situ Cijanji 0.75 295 Situ Cipanas 1.00 296 Situ Ciloa 0.50 297 Situ Cileunteung 0.50 298 Situ Cihariang 0.28 299 Situ Cikembul 0.50 300 Situ Cipondok 1.00 301 Situ Jangor 1.00 302 Situ 30.00 303 Situ Sukarame 8.00 304 Situ Cibeureum 7.00 305 Situ Cipajaran 0.50 306 Situ Bojong

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 151

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 1.00 307 Situ Malimping 3.00 308 Situ Rusdi 0.14 309 Situ Cilembu 2.00 310 Situ Sangiang 7.00 311 Situ Cisaladah 1.00 312 Situ Ranca Maya 1.40 313 Situ Hiyang 10.00 314 Situ Wangi 3.00 315 Situ Mustika 3.50 316 Situ Lengkong 42.50 317 Situ Ciater 3.40 318 Situ Patenggang 20.00 319 Situ Citamiang 14.36 320 Situ Jawura 45.90 321 Situ Cacabe 12.00 322 Situ Cimaneuh 29.81 323 Situ Telik 2.00 324 Situ R. Careuweuh - 325 Situ R. Sasak Kalapa - 326 Situ R.Sura - Kadongdong

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 152 di Perairan Daratan

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 327 Situ R.Kedung Kuwu - 328 Situ R. Cicadas - 329 Situ R. Suryan - 330 Situ R. Cigambir - 331 Situ R. Cibogor - 332 Situ R. Kedung Bima - 333 Situ R. Ayun Ayunan - 334 Situ Nyesel 3.50 335 Situ R. Tambakan - 336 Situ R. Kulompok - 337 Situ R. Baregbreg 90.80 338 Situ Belik 3.00 339 Situ Tarisi Baru 34.00 340 Situ Cipadung 0.70 341 Situ Cipantan 1.00 342 Situ Talaga Herang 1.00 343 Situ Rawa Tengkele 42.00 344 Situ Kalak 33.10 345 Situ Sumur Dalem 50.00 346 Situ Kedung Maung 60.00 347 Situ Bubur Gadung 50.00 348 Situ Aren 5.20 349 Situ Kosambi 60.00

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 153

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 350 Situ Brahim - 351 Situ Ranca Bugang 60.00 352 Talaga Remis 2.50 353 Situ Cicerem 0.50 354 Situ Cipariuk 2.00 355 Situ Cipari 1.50 356 Situ Binong 17.00 357 Situ Bojong Manggu 12.00 358 Situ Ceper 12.00 359 Situ Cipalahar 28.00 360 Situ Taman 15.50 361 Situ Tegal Abidin 15.00 362 Situ B e e n 6.00 363 Situ Cibungur 3.70 364 Situ Burangkeng 5.50 365 Situ Ciantar 4.00 366 Situ Leungsir 4.00 367 Situ Pegadungan 4.00 368 Situ Cibeureum 40.00 369 Situ Gede 5.00 370 Situ Pulo

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 154 di Perairan Daratan

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 6.00 371 Situ Lumbu 1.00 372 Situ Daon 3.00 373 Situ Terate 2.00 374 Situ Pangkalan 4.00 375 Situ Pamgoman 48.00 376 Situ Bambu 48.00 377 Situ Tembaga 400.00 378 Situ Bugel 15.00 379 Situ Baru 102.00 380 Situ Dukuh 140.00 381 Situ Pulo 55.00 382 Situ Gabus 25.00 383 Situ Bendungan 110.00 384 Situ Rotan 120.00 385 Situ 7.50 386 Situ Cibitung 90.00 387 Situ Lele 35.00 388 Situ Ceger 10.00 389 Situ Kali Jero 5.00 390 Situ Pambelang

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 155

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 150.00 391 Situ Cangkring 80.00 392 Situ Telar Sigading 350.00 393 Situ Baru 5.00 394 Situ Surajaya 300.00 395 Situ Sentiara 25.00 396 Situ Suren/Sari 5.00 397 Situ Pintu Tiga 50.00 398 Situ Gebang 15.00 399 Situ Paparean 50.00 400 Situ Liang Maung 3.00 401 Situ Cibabat 10.00 402 Situ Segaran 200.00 403 Situ Pisangan 50.00 404 Situ Kobak Papan 31.50 405 Situ Manumbo 44.62 406 Situ Manumbo 123.87 407 Situ Teluk Garut 9.00 408 Situ Panjalin 10.00 409 Situ Badung 5.00 410 Situ Cipagadungan

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 156 di Perairan Daratan

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 6.20 411 Situ Cibayat 4.50 412 Situ Bungur 3.50 413 Situ Cihambulu 3.50 414 Situ Citaman 3.50 415 Situ Ex.W.Cidawolong 3.19 416 Situ Kaligandu 3.00 417 Situ Baregbeg 3.00 418 Situ Jungkur 12.00 419 Situ Cijengkol 4.50 420 Situ Cikarinjing 4.50 421 Situ Cikamar 15.00 422 Situ Cikumpay 8.00 423 Situ Cigangsa 9.00 424 Situ Cibeber 4.00 425 Situ Cibodas 5.00 426 Situ Ranca Tunjung 7.39 427 Situ Teja 6.58 428 Situ Raca Bogo 7.00 429 Situ Ranca Deleg 6.50 430 Situ Sukamelang

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 157

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat 9.00 431 Situ Cikadongdong 4.00 432 Situ Citapen 25.00 433 Situ Sindangsari 11.00 434 Situ Kaliwadas 2.00 435 Situ Purwadadi - 436 Situ R.Tapen - 437 Situ Nagrog 80.00 438 Situ Kalen Buah 439 Situ R. Bakudung 440 Situ Legok saijan 21.58 441 Situ K.Sugan/Cisugan 7.00 442 Situ Kalen warsih 4.00 443 Situ Cibogo 5.15 444 Situ Panyairan 7.81 445 Situ Cicadas 18.00 446 Situ Cibandung 113.49 447 Situ Betok 14.91 448 Situ Batang Kediri 2.50 449 Situ Selang 4.00 450 Situ Jemblong 71.00 451 Situ Kukulu 14.20 452 Situ Balonggede 71.00 453 Situ Kalimati 3.50 454 Situ Cirunget Hilir 4.97 455 Situ Sedayu 5.62 456 Situ Ranca Balong 4.00 457 Situ Peundeuy 75.00 458 Danau di Kab. 15.20 1,281.94 Wonogiri 459 Danau di Kab. 1,078.19

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 158 di Perairan Daratan

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat Kebumen 460 Genangan di Kab. 179.00 Cilacap 461 Genangan di Kab. 8.75 Pemalang 462 Embung di Kab. 0.71 Semarang 463 Sendang di 0.09 Kab.Semarang 464 Danau di Kab. 36.00 749.18 Bangkalan 465 Danau di Kab. 27.50 Sampang 466 Danau di Kab. 5.08 Pamekasan 467 Danau di Kab. 95.40 Pasuruan 468 Danau di Kab. 84.00 Probolinggo 469 Danau di Kota. 6.00 Probolinggo 470 Danau di Kab. 236.00 Lumajang 471 Danau di 24.00 Kab.Tulungagung 472 Danau di Kab. Pacitan 38.00 473 Danau di Kab. Magetan 35.00 474 Danau di Kab. 160.00 Ponorogo 475 Danau di Kota Kediri 2.20

BALI 7.62 476 Danau Buyan 2.00 477 Danau Tamblingan 0.12 478 Danau Bratan 3.85 479 Danau Batur 1.66

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 159

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat

SUMATERA UTARA 700.00 480 Danau Siais 50.00 481 Danau Toba 50.00 482 Danau Siombak 600 m 483 Danau Kawar 600.00

SUMATERA BARAT 30,691.00 484 Danau di Kab. Solok 12,261.0 485 Danau di Kab Tanah 6,420.0 Datar 486 Danau di Kab Agam 9,950.0 487 Danau di Kab 50 Kota 1,860.0 488 Danau di Kab Pasaman 200.0

JAMBI 5,624.60 489 Danau Teluk Kenali 4,200.0 490 Danau Belibis 2.0 491 Danau Gn Tujuh 960.0 492 Danau Sakti atau 150.0 Danau Singkarak 493 Danau Lingkat 10.0 494 Danau Betung/Danau 3.0 Padang 495 Danau Sigombak 42.5 496 Danau Lancar Tiang 36.8 497 Danau Tanduk 30.0 498 Danau Rumni 25.0 499 Danau Baru 10.0 500 Danau Aburan 40.0 501 Danau Simbur Naik 0.4 502 Danau Teluk 60.0 503 Danau Teluk Kenali 15.0 504 Danau Sipia 40.0

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 160 di Perairan Daratan

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Nama Danau Luasan (Ha) Fungsi dan Manfaat PALEMBANG 270.00 505 Danau 270.00

SULAWESI TENGAH 33,729.70 506 Danau Lindu 3.453 507 Danau Poso 32,150.00 508 Danau Talaga 750.00 509 Danau Tiu 525.00 510 Danau Rano 150.00 511 Danau Wanga 138.00 512 Danau Torire 13.25

Sumber: Data Daerah, Hasil Pendataan (2006)

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 161

Lampiran 6. Daftar Nama Beberapa Danau di Indonesia

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 162 di Perairan Daratan

Lampiran 7. Daftar Nama Beberapa Rawa/Mangrove di Indonesia

DAFTAR NAMA BEBERAPA RAWA/MANGROVE DI INDONESIA

Fungsi dan Nama Rawa/Mangrove Luasan (Ha) Manfaat

1,503,176.65 JAWA 6,669.31 1 Rawa Geor/Malingping 15.00 3,202.00 2 Rawa Dano 2,500.00 3 Rawa Banten 10.00 4 Rawa Sindangsari 48.00 5 Rawa Pariuk 125.00 6 Rawa Binuang 50.00 7 Rawa Ragas 50.00 8 Rawa Pamanuk 30.00 9 Rawa Kejang 17.00 10 Rawa Cicurug 357.00 11 Rawa Arum 5.00 4,488.20 12 Rawa Periuk, Benda 20.00 13 Rawa di Kab. Kebumen 79.50 14 Rawa di Kab. Cilacap 352.70 Laguna/Estuarine di Kab. 15 1,821.00 Cilacap 16 Rawa di Kab. Pemalang 10.00 17 Rawa Jombor 180.00 18 Rawa Pening 2,020.00 19 Rawa di Kab. Tuban 977.21 2,206.11 20 Rawa di Kab. Probolinggo 8.00 21 Rawa di Kab. Banyuwangi 0.50 22 Rawa di Kab. Jember 58.50 23 Rawa di Kab. Lumajang 21.50 24 Rawa di Kab. Malang 8.00 25 Rawa di Kab.Tulungagung 15.00

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 163

Lampiran 7. Daftar Nama Beberapa Rawa/Mangrove di Indonesia

Fungsi dan Nama Rawa/Mangrove Luasan (Ha) Manfaat

26 Rawa di Kab. Pacitan 17.00 27 Rawa di Kab. Ponorogo 24.00 28 Rawa di Kab. Ngawi 36.00 29 Rawa di Kab. Bojonegoro 4.50 30 Rawa di Kab. Nganjuk 936.00 31 Rawa di Kab. Jombang 7.00 32 Rawa di Kab. Kediri 35.70 33 Rawa di Kab. Mojokerto 20.70 34 Rawa di Kota Kediri 17.00 35 Rawa di Kab. Bondowoso 19.50

BALI 3,005.90 Mangrove di hutan prapat 36 1,373.50 Benoa 37 Mangrove di hutan Bali Barat 602.00 Mangrove di Nusa 38 202.00 Lembongan 39 Mangrove di kab. Tabanan 88.19 40 Mangrove di Kab Jembrana 451.21 41 Mangrove di Kab. Buleleng 289.00

SUMATERA BARAT 26,421.80 42 Rawa di Kab Pesisir Selatan 24.8 43 Rawa di Kab Solok 21.8 44 Rawa di Kab Swl/Sijunjung 112.5 45 Rawa di Kab Agam 60.0 46 Rawa di Kab Pasaman 1,475.0 47 Mangrove di Kab. Mentawai 22,815 48 Mangrove di Kab. Pasaman 1,529.20 Mangrove di Kab.Padang 49 15.00 Pariaman 50 Mangrove di Kota Padang 65.00 51 Mangrove di Kab. Agam 303.50

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 164 di Perairan Daratan

Lampiran 7. Daftar Nama Beberapa Rawa/Mangrove di Indonesia

Fungsi dan Nama Rawa/Mangrove Luasan (Ha) Manfaat

JAMBI 10,876.64 52 Rawa Ladeh Panjang 53 Rawa Bento 1,000.00 54 Rawa Lempur 175.00 55 Rawa Tebo Tengah 1,979.41 56 Rawa Tebo Ulu 1,679.82 57 Rawa Tebo ilir 1,372.13 58 Rawa Rimbo Bujang 135.80 59 Rawa Rimbo Ulu 110.53 60 Rawa Rimbo ilir 69.48 61 Rawa VII Koto 124.16 62 Rawa Sumay 1,405.01 63 Rawa Tengah Ilir 1,065.84 64 Rawa Muara Tabir 1,408.88 65 Rawa Serai Serumpun 350.58

RIAU 6,203.00 66 Mangrove di Kab Palalawan 6,203.00

PALEMBANG 1,450,000.00 67 Rawa 1,450,000.00

Sumber: Data Daerah, Hasil Pendataan (2006)

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 165

Lampiran 7. Daftar Nama Beberapa Rawa/Mangrove di Indonesia

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 166 di Perairan Daratan

Lampiran 8. Kawasan Penting Lahan Basah di Indonesia, per Bioregion

KAWASAN PENTING LAHAN BASAH DI INDONESIA PER BIOREGION

Bioregion Kawasan Penting Deskripsi Flora dan Fauna Sumatera • 30 Kawasan danau, Mamalia – 225 spesies sebagian besar alami dan Burung Air – 24 spesies terbentuk akibat proses Reptilia – 69 spesies vulkanik (D. Toba, Amfibi – 18 spesies, 12 endemik Maninjau, Kerinci, dll) Ikan – 249 spesies (30) • Sembilang, Kab. Musi Banyuasin, Sumsel Flora: • Lebak di Ogan Komering Meranti Rawa (Shorea spp.) Ilir, Sumsel Kayu Hitam (Dysospyros spp.) • Taman Nasional Berbak, Gelam (Melaleuca spp.) Situs Ramsar, Jambi Ramin (Gonystylus bancanus) • Cagar Alam Kerumutan Jelutung (Dyera costulata) Baru, Riau Damar (Agathis spp.) Rotan (Calamus) Durian (Durio zibethinus) Kayu Manis (Cinnamomum burmani) Kalimantan • Suaka Margasatwa Mamalia – 158 spesies (11), 40 Danau Sentarum, Situs dalam Red List IUCN Ramsar Burung Air – 80 spesies, 17 dalam • Lahan Rawa Kubu- Red List IUCN Padang Tikar Reptilia – 28 spesies, 13 dalam • Cagar Alam Muara Red List IUCN Kedawangan (ketiganya Amfibi – 100 spesies di Kalimantan Barat) Ikan – 394 spesies (149) • Mempunyai kepentingan internasional sebagai Flora: habitat penting bagi Ramin (Gonystylus bancanus ikan, terutama Arwana Jelutung (Dyera costulata) (Scleropages formosus), Capot (Campnosperma) dan Pesut mahakam Kenari (Canarium) (Orcaella brevirostris), Kempas (Koompasia) yang merupakan Sagu (Metroxylon sagu) mamalia endemik di Gelam (Melaleuca cajuputi) Kalimantan Timur Teratai (Nelumbo nucifera) Kangkung (Ipomea aquatica) Genjer (Limnocharis) Talas (Colocasia esculenta) Talas Rawa (Cyrtosperma chamissonia)

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 167

Lampiran 8. Kawasan Penting Lahan Basah di Indonesia, per Bioregion

Bioregion Kawasan Penting Deskripsi Flora dan Fauna Jawa-Bali • 13 danau dan 34 waduk Burung migran – 56 spesies di Jawa: danau utama Reptilia – 57 spesies adalah Rawa Danau, Amfibi – 14 spesies Rawa Pening, Danau Ikan endemik air tawar – 12 Lamongan spesies • 4 danau dan 1 waduk di Mamalia endemic – 8 spesies Bali; danau utama hádala D. Buyan, D. Flora endemik: Bratan, D. Batur. Rotan Bakau (Calamos ciliaris) Katulampa (Elaeocarpus macroceros) • Waduk berfungsi serba Pulai gabus (Alstonia spathulata) guna sebagai sarana Ara jejawi (Picus retusa) perikanan budidaya, Kayu Manis (Cinnamomum pencegah banjir, irigasi burmani) dan pembangkit listrik Mangga liar (Mangifera gedebe) Bungur (Lagerstroemia sp.)

Nusa • Danau Segara Anakan, Mamalia – 25 spesies Tenggara berdekatan dengan Burung Air – 89 spesies Gunung Berapi Rinjani, Ikan air tawar – 14 spesies mempunyai flora dan – reptilian endemic fauna yang unik • Pulau Panjang, habitat Flora: berbagai macam jenis Rhizopora sp. burung air Avecinea sp. • Danau Ranu Mese dan Bruguirera sp. dan asosiasinya TN , danau di Cemara laut (Casuarina kawasan berikli, kering equisetifolia) • Danau Ira Lalaro dan D. Usipako – D. Undun, habitat burung air dan Pelikan (Pelecanus conspicillatus)

Sulawesi 24 kawasan lahan basah Mamalia endemik – 79 spesies penting, diantaranya: Ikan endemik – 67 spesies • Hutan mangrove Reptilia – 111 spesies (31 Lantung endemik) • D. Tondano Amfibi – 29 spesies, (14 endemik) • SM Pulau Dolongan Burung migrasi – 54 spesies • TN Lore Lindu Ikan air tawar endemik – 26 • CA Morowali spesies • D. Poso • Rawa Aopa-Watumohai (diusulkan sebagai Situs Flora:

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 168 di Perairan Daratan

Lampiran 8. Kawasan Penting Lahan Basah di Indonesia, per Bioregion

Bioregion Kawasan Penting Deskripsi Flora dan Fauna Ramsar) 155 spesies, termasuk tumbuhan • Tercatat 43 tempat berbiji, padang rumput, tumbuhan persinggahan burung- air (gulma air), mangrove. burung air; sekitar 54 spesies burung singgah secara periodik, 23 diantaranya terancam punah

Papua • Ada 24 kawasan lahan Mamalia – 164 spesies basah, dari kawasan Burung – 249 spesies pesisir hingga Ikan – 226 spesies, 96 spesies ikan pegunungan, sebagian air tawar hutan rawa gambut, dari Reptilian – 23 spesies TN Lorentz sampai S. Amfibi – 4 spesies endemik dan pesisir selatan Papua Flora: • Hutan rawa gambut Mangrove dan asosiasinya, seperti penting adalah S. Kais, Cemara laut (Casuarinas SM Mamberamo-Foja equisetifolia), butun (Barringtonia (diusulkan sebagai asiatica) dan ketapang kawasan Warisan (Terminalia catappa) Dunia), TN Lorentz, TN Berbagai spesies tumbuhan air Wasur (diusulkan lainnya. sebagai Situs Ramsar) • Ada 9 danau besar yang terbentuk dari daerah kapur (antara lain D. Anggi, Sentani, Ayamaru) • Kawasan prioritas bagi konservasi: CA Supriori, D. Ayamaru, Teluk Bintuni, TNL Teluk Cenderawasih, S. Digul dan P. Kimaam

Sumber: IBSAB, Bappenas (2003)

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 169

Lampiran 8. Kawasan Penting Lahan Basah di Indonesia, per Bioregion

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 170 di Perairan Daratan

Lampiran 9. Daftar Beberapa Lokasi Lahan Basah Penting di Indonesia Sumber:Database WI-IP, 1999 dan PIKA-PHKA,2005) Daftar Beberapa Lokasi Lahan Basah Penting di Indonesia (Sumber: Data Base WI-IP, 1999)

Luas Areal/Luas No. Kode Nama Area Lahan Status Propinsi Basah (Ha)

SUMATRA 1 SUM01 Kuala Jambu Air 10,000 (01)

2 SUM02 Rawa Cincin 3,000 (01)

3 SUM03 Kuala Langsa 7,000 (01)

4 SUM04 Blok Kluet, Taman 20,000/200 TN (01) Nasional Gunung Leuser 5 SUM05 Singkil Barat 65,000/55,000 HPB (01)

6 SUM06 Pulau Simeulue 25,000/1,000 HL,APL,HP (01)

7 SUM07 Pulau Bangkaru 8,000 TWA (01)

8 SUM08 SM Karang Gading 15,765/15,765 SM (02) Langkat Timur Laut 9 SUM09 Dolok Sembelin 33,910 HL (02)

10 SUM10 Lau Tapus 12,000 (02)

11 SUM11 Danau Toba 112,970/112,970 KDW (02)

12 SUM12 Sei Prapat 2,900/ (02)

13 SUM13 Siondop 17,950 HPB, HPT (02)

14 SUM14 Cagar Alam Pulau 500 CA (04) Berkeh 15 SUM15 Tanjung Sinebo/Pulau 15,000 (04) Alang Besar 16 SUM16 Bakau Selat Dumai 60,000/60,000 (04)

17 SUM17 Suaka Margasatwa 50,000 SM (04) Giam-Siak Kecil 18 SUM18 Danau Belat / Besar 10,000 (04) Sekak / Sarang Burung 19 SUM19 Cagar Alam Danau 28,237.95 CA, SM (04) Bawah dan Pulau Besar

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 171

Lampiran 9. Daftar Beberapa Lokasi Lahan Basah Penting di Indonesia Sumber:Database WI-IP, 1999 dan PIKA-PHKA 2005)

Luas Areal/Luas No. Kode Nama Area Lahan Status Propinsi Basah (Ha) 20 SUM20 Pulau Padang dan 111,500 HPT (04) Danau Tanjung Padang 21 SUM21 Bakau Muara Kampar 70,000/70,000 (04)

22 SUM22 Kerumutan Lama 5,000/15,000 (04)

23 SUM23 Cagar Alam 93,222 SM (04) Kerumutan Baru 24 SUM24 Muara Sungai 26,000 (04) Guntung 25 SUM25 Cagar Alam Pulau 200 CA (04) Burung 26 SUM26 Tanjung Datuk 25,000 (04)

27 SUM27 Pulau Bakung, 40,000 HL, HPK (04) termasuk Tanjung Bakung 28 SUM28 Cagar Alam Rimbo 570 TWA (03) Panti 29 SUM29 Danau Maninjau 22,106/22,106 HL, KDW (03)

30 SUM30 Danau DiAtas 1,230 (03)

31 SUM31 Taman Nasional 1,389,509,87 TN (03), (05), Kerinci Seblat (06, (07)

32 SUM32 Lunang 17,700 HL (03)

33 SUM33 Suaka Margasatwa 2,550 CAL (03) Taitai Batti/Pulau Siberut 34 SUM34 Muara Siberut 7,500 (03)

35 SUM35 Hutan Simlah 81,000 (05)

36 SUM36 Cagar Alam Hutan 4126,60 CA (05) Bakau Pantai Timor 37 SUM37 Tanjung Jabung 3,000 (05)

38 SUM38 Taman Nasional 150,982,27 TN (05) Berbak 39 SUM39 Muara Bulian 50 (05)

40 SUM40 Suaka Margasatwa 48,750 SM (07) Bukit Gedang Seblat 41 SUM41 Cagar Alam Dusun 441 CA (07) Besar

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 172 di Perairan Daratan

Lampiran 9. Daftar Beberapa Lokasi Lahan Basah Penting di Indonesia Sumber:Database WI-IP, 1999 dan PIKA-PHKA,2005)

Luas Areal/Luas No. Kode Nama Area Lahan Status Propinsi Basah (Ha) 42 SUM42 SM Terusan Dalam 74,750/10,000 SM (06) dan daerah sekitarnya 43 SUM43 Pulau Betet 10,000 (06) 44 SUM44 Sungai Lalang 586,400 (06)

45 SUM45 Banyuasin- 200,000 (06) Delta 46 SUM46 Suaka Margasatwa 75,000 SM (06) Padang Sugihan 47 SUM47 Ogan-Komering 200,000/200,000 (06) Lebaks 48 SUM48 Taman Nasional Bukit 64,771 TN (07), (08) Barisan Selatan 49 SUM49 Tulang Bawang 86,000 (08)

50 SUM50 Danau Jepara 200 (08)

51 SUM51 Taman Nasional Way 125,621.30 TN (08) Kambas 52 SUM52 Cagar Alam Pulau 13,735,10 CA, CAL (08) Anak Krakatau 53 SUM53 Buaya Bukit Batu 18,000 (04) 54 SUM54 Palembang Lebaks 60,000 (06)

55 SUM55 Kuala Batangtoru 25,000 (02)

56 SUM56 Sungai Masang 25,000 (03) Gading 57 SUM57 Sungai Bangkung 130,000 (02), (04)

58 SUM58 Rawa gambut Sontang 150,000 (04)

59 SUM59 Sungai Rokan 120,000 (04)

60 SUM60 Pulau Rupat 75,000 (04)

61 SUM61 Rawa gambut Sungai 200,000 (04) Kampar 62 SUM62 Rawa gambut Sungai 200,000 (04) Gaung 63 SUM63 Sungai Air Hitam 25,000 (05) Topogenous Peat 64 SUM64 Sungai Merang 150,000 (06)

65 SUM65 Sungai Rawa Gambut 44,500 HPK, UNC (06) Lematang

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 173

Lampiran 9. Daftar Beberapa Lokasi Lahan Basah Penting di Indonesia Sumber:Database WI-IP, 1999 dan PIKA-PHKA 2005)

Luas Areal/Luas No. Kode Nama Area Lahan Status Propinsi Basah (Ha) 66 SUM66 Rawa Gambut 35,000 (06) Tanjung Tapah 67 SUM67 Hutan Wisata Sicikeh- 575 TWA (02) cikeh 68 SUM68 Ujung Raya 55,000 (01)

69 SUM69 Percut Utara 3,000 HPK, HPT (02)

70 SUM70 Danau Singkarak (03)

71 SUM71 Danau Dibawah 1,120 (03)

72 SUM72 Sembilang 202,896,31 TN (06)

73 SUM73 Danau Pandan 187 KDW (02)

74 SUM74 Pulau Weh and Iboih 3,900/2,600 TWA, TWL (01)

75 SUM75 Sungai Batang Toru KDW (02)

JAWA 76 JAV01 Cagar Alam Pulau 120,551 CA (10) Panaitan 77 JAV02 Cagar Alam Rawa 2,500 CA (10) Danau 78 JAV03 Cagar Alam Pulau 30 CA (10) Dua 79 JAV04 Pulau Pari 7 (09)

80 JAV05 Pulau Rambut 90 SM (09)

82 JAV07 Cagar Alam Muara 25.02 CA (09) Angke dan Kamal Muara 83 JAV08 Cagar Alam Tanjung 8,200/1,000 CA (10) Sedari 84 JAV09 Cagar Alam Muara 10,481 CA (10) Gembong 85 JAV10 Muara Bobos 1,000 HL (10)

86 JAV11 Muara Cimanuk 7,127/1,000 (10)

87 JAV12 Pulau Menyawak 120 (11)

88 JAV13 Rawa Gajonggong (10)

89 JAV14 Suaka Margasatwa 8,127.50 SM (10) Cikepuh

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 174 di Perairan Daratan

Lampiran 9. Daftar Beberapa Lokasi Lahan Basah Penting di Indonesia Sumber:Database WI-IP, 1999 dan PIKA-PHKA,2005)

Luas Areal/Luas No. Kode Nama Area Lahan Status Propinsi Basah (Ha) 90 JAV15 Cagar Alam Telaga 65 TWA (10) Patenggang 91 JAV16 Cagar Alam Leuweung 1,150 CA (10) Sancang 92 JAV17 Rawa Lakbok 3,000 (10)

93 JAV18 Penanjung 37,70/419,3/470 TWA,CA, (10) CAL 94 JAV19 Cilacap/Segara 24,000/24,000 EXS (11) Anakan 95 JAV20 Rawa Pening 2,500/2,500 KDW (11)

96 JAV21 Taman Nasional 111,624.70 TN (11) Kepulauan Karimun Jawa 97 JAV22 Cagar Alam Pulau 3,831,60/725 SM,CA (13) Bawean 98 JAV23 Babat (13)

99 JAV24 Mangrove Sedayu 10 HL (13)

100 JAV25 Sukolilo 1 CA (13)

101 JAV26 Kepulauan Kangean 25,252 CA (13)

102 JAV27 Taman Nasional 25,000/1,750 TN (13) Baluran 103 JAV28 Cagar Alam Kawah 2,468 CA, TWA (13) Merapi Ungup- Ungup 104 JAV29 Suaka Margasatwa 43,420 TN (13) Banyuwangi Selatan 105 JAV30 Gunung Jagatamu 1,860 HL (13)

106 JAV31 Taman Nasional Meru 58,000 TN (13) Betiri 107 JAV32 Cagar Alam Nusa 6,100 CA (13) Barung 108 JAV33 Taman Nasional Bali 19,002.89 TN (14) Barat 109 JAV34 Panelokan:Lake Batur 540 KDW, TWA (14)

110 JAV35 Taman Wisata Alam 20 TWA (09) Kemayoran 111 JAV36 Taman Nasional 120,551 TN (10) Ujung Kulon

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 175

Lampiran 9. Daftar Beberapa Lokasi Lahan Basah Penting di Indonesia Sumber:Database WI-IP, 1999 dan PIKA-PHKA 2005)

Luas Areal/Luas No. Kode Nama Area Lahan Status Propinsi Basah (Ha) 112 JAV37 Candi Dasa (14)

113 JAV38 Muara Sungai Progo 375 (12)

114 JAV39 Situ Cipondoh 119/70 (10)

115 JAV40 Danau Buyan 390/390 KDW (14)

116 JAV41 Danau Bratan 380/380 KDW (14)

KALIMANTAN

117 KAL01 Hutan Sambas 120,000 (17)

118 KAL02 Paloh 176,548/176,548 HB (17)

119 KAL03 Kelompok Gunung 28,000 HL (17) Asuansang 120 KAL04 Taman Nasional 132,000 TN (17) Danau Sentarum 121 KAL05 Cagar Alam Mandor 3,080 CA (17)

122 KAL06 TN Gunung Palung 90,000 TN (17)

123 KAL07 Muara Kendawangan 149,047 CA (17)

124 KAL08 Hutan Mangrove 84,400 HPK (18) Kalimantan Tengah 125 KAL09 Tanjung Penghujan 40,000/17,500 HPB (18)

126 KAL10 Teluk Kumai/Sungai 3,900 (18) Kumai 127 KAL11 Taman Nasional 415,040 TN (18) 128 KAL12 Tanjung Puting 70,000 (18) (extension) 129 KAL13 Danau Sembuluh 7,500/7,500 HPB, KDW (18)

130 KAL14 Teluk Sampit/Tanjung (18) Bandaran 131 KAL15 Kelompok Hutan 150,000/150,000 HPB (18) Kahayan 132 KAL16 Alabio Polder 6,000/6,000 (19)

133 KAL17 Danau Bankau dan 480,000/314,000 UNC (19) daerah sekitarnya 134 KAL18 Cagar Alam Pulau 85/85 CA (19) Kaget

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 176 di Perairan Daratan

Lampiran 9. Daftar Beberapa Lokasi Lahan Basah Penting di Indonesia Sumber:Database WI-IP, 1999 dan PIKA-PHKA,2005)

Luas Areal/Luas No. Kode Nama Area Lahan Status Propinsi Basah (Ha) 135 KAL19 Pulau Kembang 60/60 TWA (19)

136 KAL20 Hutan Mangrove 90,000 TWA (19) Kalimantan Selatan 137 KAL21 Suaka Margasatwa 1,500 TWA (19) Pleihari Tanah Laut 138 KAL22 Suaka Margasatwa 36,400 SM (19) Pleihari Martapura 139 KAL23 Pulau Suwangi 500 (19)

140 KAL24 Pulau Sebuku 14,400 (19)

141 KAL25 Hutan Bakau Pantai 66,650 (19) Timur 142 KAL26 Tanjung Dewa Barat 16,250 (19)

143 KAL27 Tanjung Kelumpang 66,650 CA (19)

144 KAL28 Pamukan 20,618,84 CA (19)

145 KAL29 Apar Besar 90,000/46,000 (20)

146 KAL30 Teluk Apar and Teluk 46,900 dan 69,900 CA (20) Adang 147 KAL31 Pantai Samarinda 95,000/50,000 (20)

148 KAL32 Sungai Berambai 110,000/15,000 (20)

149 KAL33 Perairan Sungai 200,000/40,000 KDW (20) Mahakam 150 KAL34 Cagar Alam Muara 64,700 CA (20) Kaman 151 KAL35 Muara Ancalong (20)

152 KAL36 Taman Nasional Kutai 198,629/7,000 TN (20)

153 KAL37 Pulau Birah-Birahan 22/22 (20)

154 KAL38 Talisayan (20)

155 KAL39 Kepulauan Sangalaki 280/280 TWL (20)

156 KAL40 Perairan Pulau (20) Maratua dan Karang Muaras 157 KAL41 Muara Kayan 80,000 (20)

158 KAL42 Teluk Kelumpang, 66,650 HB, TN (20) Selat Laut, Selat Sebuku

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 177

Lampiran 9. Daftar Beberapa Lokasi Lahan Basah Penting di Indonesia Sumber:Database WI-IP, 1999 dan PIKA-PHKA 2005)

Luas Areal/Luas No. Kode Nama Area Lahan Status Propinsi Basah (Ha) 159 KAL43 Danau Burung 1,000 (18)

160 KAL44 Lahan basah Sungai 584,000 HPB, HPK (17), (18) Jelai 161 KAL45 Sangkulirang (20)

162 KAL46 Rawa-rawa Kubu- 1,499,000 (17) Padang Tikar 163 KAL47 Perian 53,680/41,154 (18)

SULAWESI 164 SUL01 Hutan Mangrove 1,000/1,000 (21) Lantung 165 SUL02 Cagar Alam Danau 8,638 CA (21) Moaat 166 SUL03 Marisa Kompleks 94,000/2,000 (21)

167 SUL04 Suaka Margasatwa 462,50 SM (22) Pulau Dolongan 168 SUL05 Napie Basin, Wuasa 10,000/10,000 (22)

169 SUL06 Air Terjun Wera 250 TWA (22)

170 SUL07 Taman Nasional Lore 217,991,18 TN (22) Lindu 171 SUL08 Danau Poso 32,320/32,320 (22)

172 SUL09 Lembah Laa 14,000/5,660 (22)

173 SUL10 Muara sungai Laa 19,000/6,600 (22) Tambalako 174 SUL11 Cagar Alam Morowali 209,400 CA (22)

175 SUL12 Bakiriang 1,000 EXS (22)

176 SUL13 Kepulauan Togian 100,000 (22)

177 SUL14 Perairan Pulau Peleng (22)

178 SUL15 Dataran Lariang 145,000 (22), (23) Lumu 179 SUL16 Danau Towuti 65,000/59,000 TWA (23)

180 SUL17 Malili Lake System (23)

181 SUL18 Danau Matano dan 27,500 dan 2,500 TWA (23) Danau Mahalona

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 178 di Perairan Daratan

Lampiran 9. Daftar Beberapa Lokasi Lahan Basah Penting di Indonesia Sumber:Database WI-IP, 1999 dan PIKA-PHKA,2005)

Luas Areal/Luas No. Kode Nama Area Lahan Status Propinsi Basah (Ha) 182 SUL19 Muara Sungai Baliase 200/100 (23)

183 SUL20 Lamikomiko 1,500/1,500 (23)

184 SUL21 Teluk Bone 5,000/5,000 HL (23)

185 SUL22 Danau Sidenreng 20,000/20,000 (23)

186 SUL23 Danau Tempe dan 35,000/35,000 (23) Danau Buaya SUL24 Muara Sungai 200/200 (23) 187 Salowatu 188 SUL25 Bulukumba 1 (23)

189 SUL26 Barombong 1 (23)

190 SUL27 Polewali-Mapili 10/10 (23) SUL28 Suaka Margasatwa 1,000/1000 SM (23 191 Lampuko – Mampie 192 SUL29 Dataran Lasolo 10,000/7,800 (24) SUL30 Taman Nasional Rawa 105,194/11,407 TN (24) 193 Aopa Watumohai 194 SUL31 Selat Muna (24) SUL32 Kep.Tukang 1,390,000/ TN, TWL (24) 195 Besi/Wakatobi SUL33 Suaka Margasatwa 82,000/3,000 SM (24) 196 Dataran Lambale/ Laangkumbe 197 SUL34 Polewai 15,000/4,000 (24) SUL35 Suaka Margasatwa 4,060/500 SM (24) 198 Tanjung Batikolo SUL36 Suaka Margasatwa 38,937 SM (24) 199 Tanjung Peropa 200 SUL37 Dataran Sampara 13,000/6,300 (24)

201 SUL38 Danau Tondano 20,380/5,000 (21)

202 SUL39 Saluki 699 (22)

203 SUL40 Pulau Kawi - Kabia 100 (24)

204 SUL41 Bulurokeng 3 (23) SUL42 Mangrove Balantak 1,000/1,000 (22) 205 Utara 206 SUL43 Solo Maradja 50,000 (22)

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 179

Lampiran 9. Daftar Beberapa Lokasi Lahan Basah Penting di Indonesia Sumber:Database WI-IP, 1999 dan PIKA-PHKA 2005)

Luas Areal/Luas No. Kode Nama Area Lahan Status Propinsi Basah (Ha) SUL44 Taman Nasional Laut 530,765/530,765 TN (23) 207 Taka Bone Rate SUL45 Taman Nasional 89,065/3,724 TN (21) 208 Bunaken 209 SUL46 Danau Limboto 5,600/5,600 (21) SUL47 Taman Wisata Alam 615 TWA (21) 210 Batu Putih

NUSA TENGGARA

211 NUT01 Hutan Batu Gendang 10,000 (15)

212 NUT02 Hutan Selalu Legini 50,000/1,100 HL (15)

213 NUT03 Pulau Panjang 10,000 (15)

214 NUT04 Pulau Satonda 2,600 (15)

215 NUT05 Tambora Selatan 30,000 TB (15)

216 NUT06 Taman Nasional 132,572 TN (16) Komodo 217 NUT07 Pulau Sumba 1,200,000/1,512 (16)

218 NUT08 Taman Nasional 5,356,50 TN (16) Danau Kelimutu 219 NUT09 Teluk Maumere 59,450 TWL (16)

220 NUT10 Pulau Rusa 1,384.65 TB (16)

221 NUT11 Cagar Alam Rawa 1,830 CA (16) Mangrove Maubesi 222 NUT12 Pulau Menipo 2,499,50 TWA (16)

223 NUT13 TWA Ruteng (Danau 32,248,60 TWA (16) Ranamese) 224 NUT14 Teluk Kupang 50,000/8,000 TWL (16)

225 NUT15 Dataran Bena 2,000,64 TB (16)

226 NUT16 Danau Lebu 1,406/1406 TWA (15) (Taliwang) 227 NUT17 -Gerupuk Bay 250/250 (15)

228 NUT19 TN Gunung Rinjani 41,330 TN (15) (Danau Segara-anak )

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 180 di Perairan Daratan

Lampiran 9. Daftar Beberapa Lokasi Lahan Basah Penting di Indonesia Sumber:Database WI-IP, 1999 dan PIKA-PHKA,2005)

Luas Areal/Luas No. Kode Nama Area Lahan Status Propinsi Basah (Ha) 229 NUT20 Danau Usipoka-Danau 15,000/9,888 TWA(dp) (16) Undun 230 NUT21 Taman Laut 9,900 TB/TWA (16) Tujuhbelas Pulau 231 NUT22 Pulau Moyo 22,250/6,000 TWA (14)

232 NUT23 Teluk Maumere 59,450 TWA (16)

233 NUT24 Teluk Kupang 50,000 (16)

MALUKU

234 MAL01 Pulau Morotai (25)

235 MAL02 Gunung Gamkonora 32,000/100 (25)

236 MAL03 Teluk Wasile (25)

237 MAL04 Pulau Bacan 332,200 (25)

238 MAL05 Gunung Kelapat Muda 145,000 (25)

239 MAL06 Wae Apu 3,000 (25)

240 MAL07 Suaka Margasatwa 900 dan 1100 SM dan (25) Pulau Kassa dan TWA TWA P. Kassa 241 MAL08 Wae Upa 22,000 (25)

242 MAL09 Taman Nasional 189,000 TN (25) Manusela 243 MAL10 Wae Nua 20,000 HL (25)

244 MAL11 Cagar Alam Wae Mual 35,800 CA, HL (25)

245 MAL12 Wae Bula 60,000 HPT (25)

246 MAL13 Kepulauan Kai 16,000 HL, HPB (25)

247 MAL14 Yamdena dan 207,078/20,630 (25) Kepulauan Tanimbar 248 MAL15 Pulau Wetar dan EXS (25) Telaga Tilu 249 MAL16 Pulau Kisar (CA 80 CA (25) Gunung Api Kisar) 250 MAL17 Kepulauan Lucipara (25) dan Penyu 251 MAL18 Pulau Suanggi 20 (25)

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 181

Lampiran 9. Daftar Beberapa Lokasi Lahan Basah Penting di Indonesia Sumber:Database WI-IP, 1999 dan PIKA-PHKA 2005)

Luas Areal/Luas No. Kode Nama Area Lahan Status Propinsi Basah (Ha) 252 MAL19 Pulau Banda 2,500 CA (25)

253 MAL20 Suaka Margasatwa 100 SM (25) Pulau Manuk 254 MAL21 Teluk Kosa, Seram 2,400 (25)

255 MAL22 Teluk Kotania 1,115/115 (25)

256 MAL23 Cagar Alam/Taman 4,68 CA (25) Laut Pulau Pombo

PAPUA

257 IRJ01 Jamursba-Medi 278 SM (26)

258 IRJ02 Danau Anggi 4,687/4,687 (26)

259 IRJ03 Sungai Kais 122,000/121,000 (26)

260 IRJ04 Teluk Bintuni 300,000 CA (26)

261 IRJ05 Cagar Alam Pulau 41,990 CA (26) Supiori 262 IRJ06 Taman Nasional Laut 1,453,500/80,000 TN (26) Teluk Cenderawasih 263 IRJ07 Tanjung Wandammen 79,500/1,590 (26)

264 IRJ08 Pegunungan Kumawa 118,000/11,800 (26)

265 IRJ09 Danau Yamur 3,187/3,187 (26)

266 IRJ10 Cagar Alam Danau 300,000/19,550 CA (26) Enarotali/Wissel 267 IRJ11 Sungai Rouffaer 310,000 SM (26)

268 IRJ12 Suaka Margasatwa 2,008,000 SM (26) Mamberamo - Foja 269 IRJ13 Danau Sentani 9,360/9,360 (26)

270 IRJ14 TN Lorentz 2,505,600 TN (26)

271 IRJ15 Sungai Lorentz (26)

272 IRJ16 Sungai Digul (26)

273 IRJ17 Pulau Kimaam 600,000 (26)

274 IRJ18 Pulau Pombo 100 SM (26)

275 IRJ19 Suaka Margasatwa 69,390/50,000 SM (26) Danau Bian

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 182 di Perairan Daratan

Lampiran 9. Daftar Beberapa Lokasi Lahan Basah Penting di Indonesia Sumber:Database WI-IP, 1999 dan PIKA-PHKA,2005)

Luas Areal/Luas No. Kode Nama Area Lahan Status Propinsi Basah (Ha) 276 IRJ20 Taman Nasional 413,810 TN (26) Wasur and CA. Rawa Biru 277 IRJ21 Danau Ayamaru 10,000/2,200 (26)

278 IRJ22 Pulau Kobror 99,000 (25)

279 IRJ23 Cagar Alam Laut 114,000/50,000 CAL (25) Kepulauan Aru Tenggara 280 IRJ24 Suaka Margasatwa 13,000 SM (25) Pulau Baun 281 IRJ25 Kepulauan Padaido 183,000 TWL (26)

Sumber: Strategi Nasional dan Rencana Aksi Pengelolaan Lahan Basah Indonesia (2004)

Kode Propinsi: 01 = DI Aceh 14 = Bali 02 = Sumatera Utara 15 = Nusa Tenggara Barat 03 = Sumatera Barat 16 = Nusa Tenggara Timur 04 = Riau 17 = Kalimantan Barat 05 = Jambi 18 = Kalimantan Tengah 06 = Sumatera Selatan 19 = Kalimantan Selatan 07 = Bengkulu 20 = Kalimantan Timur 08 = Lampung 21 = Sulawesi Utara 09 = DKI Jakarta 22 = Sulawesi Tengah 10 = Jawa Barat 23 = Sulawesi Selatan 11 = Jawa Tengah 24 = Sulawesi Tenggara 12 = DI Yogyakarta 25 = Maluku 13 = Jawa Timur 26 = Irian Jaya (sekarang Papua)

Catatan: Keterangan propinsi di atas didasarkan pada pembagian wilayah sebelum dilakukannya pemekaran pada tahun 2007

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 183

Lampiran 9. Daftar Beberapa Lokasi Lahan Basah Penting di Indonesia Sumber:Database WI-IP, 1999 dan PIKA-PHKA 2005)

Keterangan Singkatan:

Kode Propinsi:

CA = Cagar Alam HPB = Hutan Produksi Biasa

CAL = Cagar Alam Laut HPK = Hutan Produksi Konversi

EXS = Exceptional Status (Lihat memo status kawasan) TWL = Taman Wisata Laut HL = Hutan Lindung UNC = Unclassified forest (Hutan tidak Terklasifikasi) KDW = Lake/water-reservoir area CAL = Cagar ALam Laut

SM = Suaka Margasatwa HPT = Hutan Produksi Terbatas

TN = Taman Nasional TB = Taman Buru

TWA = Taman Wisata Alam HW = Hutan Wisata

HB = Hutan Bakau RS= Ramsar site (Kawasan Ramsar)

Sumber: Strategi Nasional dan Rencana Aksi Pengelolaan Lahan Basah Indonesia (2004)

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 184 di Perairan Daratan

Lampiran 10. Daftar DAS Kritis Super Prioritas

Daftar DAS Kritis Super Prioritas

No. Nama DAS Propinsi

1. Krueng Aceh Nanggro Aceh Darussalam 2. Krueng Peusangan Nanggro Aceh Darussalam 3. Asahan Sumatera Utara 4. Lau Renun Sumatera Utara 5. Ular Sumatera Utara 6. Nias (Kepulauan) Sumatera Utara 7. Kampar Riau 8. Indragiri Riau 9. Rokan Riau 10. Kuantan Sumatera Barat 11. Kampar Kanan Sumatera Barat 12. Batanghari Sumatera Barat dan Jambi *) 13. Manna-Padang Guci Lampung 14. Musi Lampung 15. Way Seputih Jawa Barat 16. Way Sekampung Jawa Barat 17. Citarum Jawa Barat 18. Cimanuk Jawa Barat 19. Jawa Barat dan Jakarta *) 20. Citanduy Jawa Barat 21. Cipunegara Jawa Barat 22. Ciujung Jawa Barat 23. K. Garang Jawa Tengah 24. K. Bodri Jawa Tengah 25. K. Serayu Jawa Tengah 26. Bribin Daerah Istimewa Yogyakarta

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 185

Lampiran 10. Daftar DAS Iritis Super Prioritas

No. Nama DAS Propinsi

27. Pasiraman Jawa Timur 28. Rejoso Jawa Timur 29. Brantas Jawa Timur 30. Sampean Jawa Timur 31. Bengawan Solo Jawa Timur dan Jawa Tengah *) 32. Grindulu Jawa Timur 33. Saroka Jawa Timur 34. Tukad Unda Bali 35. Dodokan NTB 36. Benain NTT 37. Noelmina NTT 38. Aisissa NTT 39. Kambaheru NTT 40. Lois NTT 41. Sambas Kalimantan Barat 42. Tunan-Manggar Kalimantan Timur 43. Kota Waringin Kalimantan Tengah 44. Barito Kalimantan Tengah – Kalimantan Selatan *) 45. Jeneberang-Klara Sulawesi Selatan 46. Walanae Sulawesi Selatan 47. Billa Sulawesi Selatan 48. Saddang Sulawesi Selatan 49. Bau-Bau – Wanca Sulawesi Utara 50. Lasolo Sulawesi Utara 51. Poso Sulawesi Tengah 52. Lamboru Sulawesi Tengah 53. Palu Sulawesi Tengah 54. Limboto Sulawesi Utara

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 186 di Perairan Daratan

Lampiran 10. Daftar DAS Kritis Super Prioritas

No. Nama DAS Propinsi

55. Tondano Sulawesi Utara 56. Dumoga Sulawesi Utara 57. Batu Merah Maluku 58. Hatu Tengah Maluku 59. Baliem Papua 60. Marauke – Bulaka Papua 61. Memberamo Papua 62. Sentani Papua

Sumber : Departemen Kehutanan dan Kimpraswil, 2003 dalam Strategi Nasional dan Rencana Aksi Pengelolaan Lahan Basah Indonesia (2004) Keterangan: (*)) adalah Lintas Propinsi

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 187

Lampiran 10. Daftar DAS Iritis Super Prioritas

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 188 di Perairan Daratan

Lampiran 11. Daftar Nama Beberapa Waduk Besar di Indonesia

DAFTAR NAMA BEBERAPA WADUK BESAR DI INDONESIA

Nama Waduk Tahun Pengelola Nama Sungai Fungsi dan Dibangun Manfaat SUMATERA

1. Way Jepara 1975-1978 PU Pengairan Way Jepara Irigasi 6.651 ha 2. Way Rarem 1980-1984 Proyek Irigasi Way Rarem Irigasi 22.000 Way Rarem ha 3. Tangga 1978-1983 PT Inalum Asahan Listrik 2.054G WH/th 4. Sigura-gura 1978-1981 PT Inalum Asahan Listrik 1.868G WH/th 5. Siruar tad PT Inalum Asalah

JAWA 6. Cipanunjang 1927-1930 PT PLN sekto Cisangkuy Suplesi ke situ Saguling Cileunca 7. Pulo 1919-1924 PT PLN sekto Cileunca Listrik 5,5 (Cileunca) Saguling MWH/thn 8. Darma 1959-1962 Dinas PU Cisanggarung Irigasi 22.316 Pengairan Jawa ha dan air Barat baku 0,026 m2/dtk. 9. Juanda 1957-1967 Perum Otorita Citarum Irigasi 240.000 Jatiluhur ha, Listrik 350.000 MWH/thn, air baku 11m3/detik 10. Saguling 1985 tad Citarum 11. Cirata 1988 PT PLN Citarum Listrik 1.426juta KWH/thn 12. Cengklik 1923-1931 Dinas PU tad Irigasi 1.578 Pengairan Jawa ha Tengah

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 189

Lampiran 11. Daftar Nama Beberapa Waduk Besar di Indonesia

Nama Waduk Tahun Pengelola Nama Sungai Fungsi dan Dibangun Manfaat 13. Cacaban 1952-1958 Dinas PU Cacaban Irigasi 17.481 Pengairan Jawa Wetan ha Tengah 14. Wonogiri 1976-1982 Proyek Bengawan Irigasi 23.600 Bengawan Solo Solo ha , Listrik 28.200 MWH/thn 15. Delingan 1920-1923 Dinas PU Bengawan Irigasi Pengairan Jawa Solo Tengah 16. Garung 1978-1983 PT PLN Serayu Listrik 48 (Persero) GWH/thn 17. Gembong 1930-1933 Dinas PU Sani Irigasi 3.855 Pengairan Jawa ha Tengah 18. Greneng 1919 Dinas PU Gowak Irigasi 251 ha Pengairan Jawa Tengah 19. Gunung 1918-1925 Dinas PU Gunung Rawa Irigasi 6.052 Rowo Pengairan Jawa ha Tengah 20. Ketro 1975-1984 Dinas PU Bengawan Irigasi 400 ha Pengairan Jawa Solo Tengah 21. Krisak 1943 Dinas PU Bengawan Irigasi 274 ha Pengairan Jawa Solo Tengah 22. Malahayu 1935-1940 Dinas PU Kabuyutan Irigasi 18.456 Pengairan Jawa ha Barat 23. Mrica 1984-1989 PT PLN Serayu Listrik 580 (Persero) GWH/thn 24. Nawangan 1974-1976 Dinas PU Bengawan Irigasi 3,354 Pengairan Jawa Solo ha Tengah 25. Ngancar 1944-1946 Dinas Pu Jarak Irigasi 1.300 Pengairan Jawa ha Tengah 26. Parangjoho 1973-1980 PPWS Bengawan Irigasi 650 ha Bengawan Solo Solo

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 190 di Perairan Daratan

Lampiran 11. Daftar Nama Beberapa Waduk Besar di Indonesia

Nama Waduk Tahun Pengelola Nama Sungai Fungsi dan Dibangun Manfaat 27. Penjalin 1930-1934 Dinas PU Pemali Irigasi 29.000 Pengairan Jawa ha Tengah 28. Plumbon 1918-1982 Dinas PU Bengawan Irigasi 1.045 Pengairan Jawa Solo ha Tengah 29. Sutami 1975-1977 Perum Jasa Brantas Irigasi 34.000 Tirta ha , listrik 488 juta KWH/thn 30. Selorejo 1963-1970 Perum Jasa Brantas Irigasi 5.700 Tirta ha, Listrik 49 juta KWH/thn 31. Wonogiri 1976-1982 Proyek Bengawan Irigasi 23.600 Bengawan Solo Solo ha , Listrik 28.200 MWH/thn 32. Wlingi 1975-1977 Perum Jasa Brantas Irigasi 13.600 Tirta ha, Listrik 188 juta KWH/thn 33. Widas/ 1977-1984 Perum Jasa Bening Irigasi 8.600 Bening Tirta ha 34. Gondang 1976-1986 Proyek PWS Gondang Irigasi 10.500 Bengwan Solo Ha 35. Klampis 1974-1976 Dinas pengairan Klampis Irigasi 2.080 Jatim ha 36. Lahor 1973-1975 Perum Jasa Lahar Pemasok air Tirta ke Bendungan Sutami (Karangkates) 37. Pacal 1927-1933 Sub Dinas PU Pacal Irigasi 16.600 Pengairan ha Bojonegoro 38. Pondok 1993-1995 PPWS Madiun Irigasi 3.600 Bengawan Solo ha , Listrik 0,6 MWH/thn 39. Prijaten 1910-1916 Sub Dinas PU Prijaten Irigasi 4.600 Pengairan Jatim ha” 40. Sampean 1973-1983 Dinas PU Sampean Irigasi 9.800 Baru Pengairan Jatim ha 41. Sengguruh 1982-1988 Perum Jasa Brantas Listrik 98,5 Tirta juta KWH/thn

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 191

Lampiran 11. Daftar Nama Beberapa Waduk Besar di Indonesia

Nama Waduk Tahun Pengelola Nama Sungai Fungsi dan Dibangun Manfaat 42. Sermo 1994-1996 Proyek Irigasi Serang Irigasi 3.550 Kali Progo ha 43. Tlogo Ngebel 1930 Sub Dinas PU Jeram dan Irigasi 10.000 Pengairan Jatim Talum ha , Listrik 2,25 MWH/thn

BALI dan NUSA TENGGARA 44. Palasari 1989-1991 PU Pengairan Sagiang Gede Irigasi 1.300 Bali ha 45. Grokgak 1994 Proyek Irigasi Grokgak Irigasi 1.700 Bali ha 46. Batujai 1977-1982 PU Pengairan Panunjak Irigasi 3.350 NTB ha 47. Mamak 1990-1992 Proyek PKSA Mamak Irigasi 5.428 Sumbawa ha, listrik 550 KW

KALIMANTAN 48. Riam Kanan 1963-1973 PLN Wil. VI- Barito dan Irigasi 30.000 Kalsel Riam Kanan ha, Listrik 136 juta KW/th, Air baku 1,25 m3/ dtk 49. Samboja 1959-1979 PU Pengairan Serayu Irigasi 1.000 Kaltim ha 50. Manggar 1978-1980 PDAM Kodya Manggar Air baku 0,4 Balikpapan Besar m3/dtk

SULAWESI 51. Larona 1976-1978 PT INCO Larona Listrik 1.224.600 MWH 52. Kalola 1992-1995 Proyek Irigasi Kalola, Bila Irigasi 6.803 Bila ha, Listrik 300800 KWH/thn, Air baku 14,219 m3/dtk

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 192 di Perairan Daratan

Lampiran 11. Daftar Nama Beberapa Waduk Besar di Indonesia

Nama Waduk Tahun Pengelola Nama Sungai Fungsi dan Dibangun Manfaat 53. Bili-Bili 1991-1999 PIPW sungai Jeneberang Irigasi 24.585 Jeneberang ha , Listrik Sulsel 16,30 MWH/thn, Air baku 33 m3/dtk 54. Bakaru 1976-1990 PT PLN Wil VIII Sadang, Listrik 612 Sulsel Mamasa juta KWH/thn

Sumber: Ditjen Pengairan-Departemen Pekerjaan Umum, 1995 dalam Strategi Nasional dan Rencana Aksi Pengelolaan Lahan Basah Indonesia (2004)

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 193

Lampiran 11. Daftar Nama Beberapa Waduk Besar di Indonesia

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 194 di Perairan Daratan

Lampiran 12. Beberapa Strategi Pengelolaan Lingkungan Spesifik yang Telah Ada di Indonesia Beberapa Strategi Pengelolaan Lingkungan Spesifik yang Telah Ada di Indonesia

Tahun No. Nama Keterangan Pembuatan 1. Indonesia Biodiversity IBSAP ini merupakan strategi 2003 Strategy and Action Plan dan program aksi nasional (IBSAP) 2003-2020 mengenai pengelolaan keanekaragam hayati di Indonesia. Strategi ini bertujuan untuk memfasilitasi pelaksanaan upaya pemanfaatan dan konservasi keanekaragaman hayati. Strategi ini disusun oleh berbagai pihak dibawah koordinasi BAPPENAS.

2. Strategi Nasional Strategi ini merupakan panduan 1999 Pengelolaan Mangrove di bagi berbagai pemangku Indonesia kepentingan dalam mengelola dan memanfaatkan ekosistem mangrove di Indonesia. Penyusunan strategi ini diprakarsai oleh Yayasan Mangrove, bekerja sama dengan Menteri LH, Dephut, LIPI, dan Depdagri

3. Strategi Nasional Strategi ini ditujukan untuk 2003 Pengelolaan Ekosistem pengelolaan wilayah diatas 200 Pegunungan meter dari permukaan laut. “Gunung adalah menara air” merupakan salah satu dasar pengelolaan terhadap ekosistem pegunungan. Penyusunan strategi ini di fasilitasi oleh KLH.

4. Konsep Kebijakan dan Strategi ini merupakan dokumen 2000 Strategi Nasional ilmiah yang dapat digunakan Pengelolaan Terumbu sebgai acuan bagi para pembuat Karang Indonesia kebijakan dan pengambil keputusan dalam melakukan tugas dan kewenangannya dalam mengelola sumberdaya terumbu

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 195

Lampiran 12. Beberapa Strategi Pengelolaan Lingkungan Spesifik yang Telah Ada di Indonesia

Tahun No. Nama Keterangan Pembuatan karang secara berkelanjutan. Penyusunan strategi ini merupakan hasil kerjasama antara Pusat Kajian dan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) – Intitut Pertanian Bogor dengan COREMAP - LIPI

5. Kebijakan Pendidikan Kebijakan yang diprakarsai oleh 2004 Lingkungan Hidup KLH ini berisi landasan kebijakan, kebijakan umum, strategi pelaksanaan dan program-program pendidikan lingkungan hidup. Kebijakan ini dikeluarkan agar efektifitas pengembangan pendidikan lingkungan hidup menjadi lebih terencana, konsisten, dan terstruktur. Hal ini dilakukan karena pendidikan lingkungan hidup sangat penting sebagai upaya untuk menyebarluaskan dan meningkatkan pengetahuan serta menyadarkan masyarakat tentang lingkungan hidup.

6. National Forest Program National Forest Program (NFP) dalam proses ini merupakan kerangka kerja penyusunan yang sedang disusun oleh Departemen Kehutanan sebagai acuan bagi pengelolaan hutan lestari, konservasi hutan, dan pembangunan seluruh tipe hutan. Penyusunan NFP ini diharapkan dapat menjadi proses yang efektif dalam menangani permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini, dan juga sebagai upaya untuk mencapai pengelolaan hutan secara lestari dalam mendukung pembangunan secara berkelanjutan.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 196 di Perairan Daratan

Lampiran 12. Beberapa Strategi Pengelolaan Lingkungan Spesifik yang Telah Ada di Indonesia

Tahun No. Nama Keterangan Pembuatan 7. Strategi dan Rancang Penyusunan dokumen ini 2003 Tindak Pengelolaan difasilitasi oleh Indonesian Lamun Indonesia Seagrass Committee. Dokumen ini ditujukan untuk memberikan panduan pengelolaan padang lamun agar keberadaan dan fungsinya bisa optimal dalam mendukung kesejahteraan rakyat, kini dan mendatang. 8. Rencana Kegiatan Kegiatan ini bertujuan untuk 2000/2001 Pengelolaan Citarum memadukan kegiatan Hulu – Jawa Barat pengelolaan dan pemanfaatan DAS Citarum hulu. Salah satu kegiatan yang tercantum di dalamnya adalah pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di Propinsi dan Kebupaten/Kota yang diformalkan dalam SK Gubernur/Bupati/Walikota. 9. Rencana Strategis Rencana strategis (renstra) ini 2002 Pengelolaan Terpadu merupakan hasil kerjasama dari Teluk Balikpapan para pemangku kepentingan, khususnya antara Pemkab. Pasir/Penajam Paser Utara, Pemkot Balikpapan, Pemkab.Kutai Kartanegara, dan Pemprov. Kalimantan. Renstra Pengelolaan Teluk Terpadu ini bertujuan untuk memaksimalkan manfaat yang diberikan oleh kawasan teluk serta meminimalkan konflik dan dampak buruk dari satu dan/atau kegiatan lainnya.

Sumber: Strategi Nasional dan Rencana Aksi Pengelolaan Lahan Basah Indonesia (2004)

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 197

Lampiran 12. Beberapa Strategi Pengelolaan Lingkungan Spesifik yang Telah Ada di Indonesia

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 198 di Perairan Daratan

Lampiran 13. Daftar Resolusi dan Rekomendasi CoP Ramsar yang Berkaitan Langsung dengan Pengelolaan Lahan Basah Nasional Daftar Resolusi dan Rekomendasi CoP Ramsar yang Berkaitan Langsung dengan Pengelolaan Lahan Basah Nasional

Resolutions of Ramsar COP8 (no recommendation)

Document Number Document Title Resolution VIII.1 Guidelines for the allocation and management of water for maintaining the ecological functions of wetlands Resolution VIII.2 The Report of the World Commission on Dams (WCD) and its relevance to the Ramsar Convention Resolution VIII.3 Climate change and wetlands: impacts, adaptation, and mitigation Resolution VIII.4 Principles and guidelines for incorporating wetland issues into Integrated Coastal Zone Management (ICZM) Resolution VIII.5 Partnerships and synergies with Multilateral Environmental Agreements and other institutions Resolution VIII.6 A Ramsar Framework for Wetland Inventory Resolution VIII.7 Gaps in and harmonization of Ramsar guidance on wetland ecological character, inventory, assessment, and monitoring Resolution VIII.8 Assessing and reporting the status and trends of wetlands, and the implementation of Article 3.2 of the Convention Resolution VIII.9 ‘Guidelines for incorporating biodiversity-related issues into environmental impact assessment legislation and/or processes and in strategic environmental assess- ment’ adopted by the Convention on Biological Diversity (CBD), and their relevance to the Ramsar Convention Resolution VIII.10 Improving implementation of the Strategic Framework and Vision for the List of Wetlands of International Importance Resolution VIII.11 Additional guidance for identifying and designating under-represented wetland types as Wetlands of International Importance Resolution VIII.12 Enhancing the wise use and conservation of mountain wetlands Resolution VIII.13 Enhancing the information on Wetlands of International Importance (Ramsar sites) Resolution VIII.14 New Guidelines for management planning for Ramsar sites and other wetlands

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 199

Lampiran 13. Daftar Resolusi dan Rekomendasi CoP Ramsar yang Berkaitan Langsung dengan Pengelolaan Lahan Basah di Indonesia

Resolutions of Ramsar COP8 (no recommendation)

Document Number Document Title Resolution VIII.15 The ‘San José Record’ for the promotion of wetland management Resolution VIII.16 Principles and guidelines for wetland restoration

Resolution VIII.17 Guidelines for Global Action on Peatlands

Resolution VIII.18 Invasive species and wetlands

Resolution VIII.19 Guiding principles for taking into account the cultural values of wetlands for the effective management of sites

Resolution VIII.20 General guidance for interpreting “urgent national interests” under Article 2.5 of the Convention and considering compensation under Article 4.2 Resolution VIII.21 Defining Ramsar site boundaries more accurately in Ramsar Information Sheets Resolution VIII.22 Issues concerning Ramsar sites that cease to fulfill or never fulfilled the Criteria for designation as Wetlands of International Importance Resolution VIII.23 Incentive measures as tools for achieving the wise use of wetlands Resolution VIII.24 UNEP’s Guidelines for enhancing compliance with multilateral environmental agreements, and Guidelines for national enforcement, and international cooperation in combating violations, of laws implementing multilateral environmental agreements Resolution VIII.25 The Ramsar Strategic Plan 2003-2008 Resolution VIII.26 The implementation of the Strategic Plan 2003-2008 during the triennium 20032005 and National Reports for Ramsar COP9 Resolution VIII.31 The Convention’s Programme on communication, education and public awareness (CEPA) 2003-2008 Resolution VIII.32 Conservation, integrated management, and sustainable use of mangrove ecosystems and their resources Resolution VIII.33 Guidance for identifying, sustainably managing, and designating temporary pools as Wetlands of International Importance Resolution VIII.34 Agriculture, wetlands and water resource management Resolution VIII.35 The impact of natural disasters, particularly drought, on wetland ecosystems

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 200 di Perairan Daratan

Lampiran 13. Daftar Resolusi dan Rekomendasi CoP Ramsar yang Berkaitan Langsung dengan Pengelolaan Lahan Basah Nasional

Resolutions of Ramsar COP8 (no recommendation)

Document Number Document Title Resolution VIII.36 Participatory Environmental Management (PEM) as a tool for management and wise use of wetlands Resolution VIII.37 International cooperation on conservation of migratory waterbirds and their habitats in the Asia-Pacific region Resolution VIII.38 Waterbird population estimates and the identification and designation of Wetlands of International Importance Resolution VIII.40 Guidelines for rendering the use of groundwater compatible with the conservation of wetlands

Resolutions dan Recommendations of Ramsar COP7

Document Number Document Title Resolution VII.4 Partnerships and cooperation with other Conventions, including harmonized information management infrastructures Resolution VII.6 Guidelines for developing and implementing National Wetland Policies Resolution VII.7 Guidelines for reviewing laws and institutions to promote the conservation and wise use of wetlands Resolution VII.8 Guidelines for establishing and strengthening local communities’ and indigenous people’s participation in the management of wetlands Resolution VII.10 Wetland Risk Assessment Framework Resolution VII.11 Strategic Framework and guidelines for the future development of the List of Wetlands of International Importance Resolution VII.12 Sites in the Ramsar List of Wetlands of International Importance: official descriptions, conservation status, and management plans, including the situation of particular sites in the territories of specific Contracting Parties Resolution VII.13 Guidelines for identifying and designating karst and other subterranean hydrological systems as Wetlands of International Importance Resolution VII.14 Invasive species and wetlands Resolution VII.15 Incentive measures to encourage the application of the wise use principle

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 201

Lampiran 13. Daftar Resolusi dan Rekomendasi CoP Ramsar yang Berkaitan Langsung dengan Pengelolaan Lahan Basah di Indonesia

Resolutions dan Recommendations of Ramsar COP7

Document Number Document Title Resolution VII.16 The Ramsar Convention and impact assessment: strategic, environmental and social Resolution VII.17 Restoration as an element of national planning for wetland conservation and wise use Resolution VII.18 Guidelines for integrating wetland conservation and wise use into river basin management Resolution VII.19 Guidelines for international cooperation under the Resolution VII.20 Ramsar Convention Priorities for wetland inventory

Resolution VII.21 Enhancing the conservation and wise use of intertidal wetlands Resolution VII.24 Compensation for lost wetland habitats and other functions Resolution VII.25 Measuring environmental quality in wetlands Recommendation 7.1 A global action plan for the wise use and management of peatlands Recommendation 7.2 Small Island Developing States, island wetland ecosystems, and the Ramsar Convention Recommendation 7.3 Multilateral cooperation on the conservation of migratory waterbirds in the Asia-Pacific region Recommendation 7.4 The Wetlands for the Future Initiative

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 202 di Perairan Daratan

Lampiran 13. Daftar Resolusi dan Rekomendasi CoP Ramsar yang Berkaitan Langsung dengan Pengelolaan Lahan Basah Nasional

Resolutions dan Recommendations of Ramsar COP6

Document Number Document Title Resolution VI.1 Working definitions of ecological character, guidelines for describing and maintaining the ecological character of listed sites, and guidelines for operation of the Montreux Record Resolution VI.2 Adoption of specific criteria based on fish for identifying Wetlands of International Importance Resolution VI.3 Review of the Ramsar Criteria for identifying Wetlands of International Importance and the accompanying guidelines Resolution VI.4 Adoption of population estimates for operation of the specific criteria based on waterfowl Resolution VI.5 Inclusion of subterranean karst wetlands as a wetland type under the Ramsar Classification System Resolution VI.9 Cooperation with the Convention on Biological Diversity Resolution VI.10 Cooperation with the Global Environment Facility (GEF) and its implementing agencies: the World Bank, UNDP and UNEP Resolution VI.12 National Wetland Inventories and candidate sites for listing Resolution VI.13 Submission of information on sites designated for the Ramsar List of Wetlands of International Importance

Resolution VI.14 The Ramsar 25th Anniversary Statement, the Strategic Plan 1997-2002, and the Bureau Work Programme 1997-1999 Resolution VI.19 Education and public awareness Resolution VI.21 Assessment and reporting on the status of wetlands Resolution VI.23 Ramsar and water

Recommendation 6.1 Conservation of peatlands Recommendation 6.2 Environmental Impact Assessment Recommendation 6.3 Involving local and indigenous people in the management of Ramsar wetlands Recommendation 6.4 The “Brisbane Initiative” on the establishment of a network of listed sites along the East Asian- Australasian Flyway

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 203

Lampiran 13. Daftar Resolusi dan Rekomendasi CoP Ramsar yang Berkaitan Langsung dengan Pengelolaan Lahan Basah di Indonesia

Resolutions dan Recommendations of Ramsar COP6

Document Number Document Title Recommendation 6.5 Establishment of further wetland manager training programmes Recommendation 6.7 Conservation and wise use of coral reefs and associated ecosystems Recommendation 6.8 Strategic planning in coastal zones Recommendation 6.9 Framework for National Wetland Policy development and implementation Recommendation 6.10 Promotion of cooperation on the economic valuation of wetlands Recommendation 6.12 Conservation and wise use in private and public funded activities

Recommendation 6.13 Guidelines on management planning for Ramsar sites and other wetlands Recommendation 6.14 Toxic chemicals Recommendation 6.15 Restoration of wetlands Recommendation 6.16 Conservation and wise use of wetlands in bilateral and multilateral development cooperation programmes

Sumber : Strategi Nasional dan Rencana Aksi Pengelolaan Lahan Basah Indonesia (2004)

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 204 di Perairan Daratan

Lampiran 14. Daftar Instansi/Lembaga yang Terkait dengan Pengelolaan Lahan Basah

Daftar Instansi/Lembaga yang Terkait dengan Pengelolaan Lahan Basah

No. Nama Instansi/Lembaga Alamat Instansi Pemerintah Jl. D.I. Panjaitan Kav. 24 Lt. 4 Kebon 1. Kementerian Lingkungan Hidup Nanas – Jakarta Timur 13410 Gd. Manggala Wanabakti, Jl. Gatot 2. Departemen Kehutanan Subroto, Senayan – Jakarta Departemen Kelautan dan Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 3. Perikanan Jakarta 10110 Departemen Permukiman dan Jl. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru, 4. Prasarana Wilayah Jakarta Selatan 12110 Jl. Harsono RM No.3, Gedung D-Lantai 5. Departemen Pertanian 4, Ragunan – Jakarta 12550 Gedung BPPT II, 2nd Floor, Jl. MH. 6. Kementerian Riset dan Teknologi Thamrin 8, Jakarta 10340 Kementerian Parawisata dan Jl. Medan Merdeka Barat 17, Jakarta 7. Kebudayaan 10110 Jl. H. R. Rasuna Said Blok X - 5, Kav 4 8. Departemen Kesehatan – 9, Jakarta 12950 Jl. Sisingamangaraja No. 2 Kebayoran 9. Badan Pertanahan Nasional Baru, Jakarta Selatan Badan Koordinasi, Survei, dan Jl. Raya Jakarta - Bogor Km.46, 10. Pemetaan Nasional Cibinong 16911, Bogor Wisma Danamon Aetna Life, Lantai 15, Badan Perencanaan Pembangunan 11. Jl. Jenderal Sudirman kav. 45 – 46, Nadional Jakarta 12930 Kementerian Percepatan Menara Saidah, 18th floor. Jl. MT 12. Pembangunan Kawasan Timur Haryono Kav. 29-30 Jakarta Indonesia Jl. Jend. Sudirman Pintu 1, Senayan, 13. Departemen Pendidikan Nasional Jakarta 10002 Departemen Pertambangan dan Jl. Prof Dr. Supomo, SH No.10 Jakarta 14. Energi 12870 Lembaga Ilmu Pengetahuan Jl. Raya Jakarta - Bogor Km.46, 15. Indonesia (LIPI) Cibinong 16911, Bogor 16. Departemen Dalam Negeri Jl. Merdeka Utara No. 7 Jakarta 10110

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 205

Lampiran 14. Daftar Instansi/Lembaga yang Terkait dengan Pengelolaan Lahan Basah

No. Nama Instansi/Lembaga Alamat

Lembaga Swadaya Masyarakat Alain Compost Wanamedia Lestari 1. PO Box 303/BOO, Bogor 16001 Foundation Aliansi Masyarakat Adat Nasional Jl. Pisang No. 17 Komp. Hortikultura, 2. (AMAN) Ps. Minggu, Jakarta Selatan Biodiversity Conservation Indonesia Jl.Sirnasari II No.2 Sindang Barang, 3. (BCI) Bogor 16610 4. BIOFORUM Jl. Sempur No. 55, Bogor 16154 5. Birdlife International – IP Jl. Dadali No. 3 Bogor 16161 6. Care International Jl. Kemang Utara 34 Jakarta 12730 Center for International Forestry Jl. CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang, 7. Research (CIFOR) Bogor 16680 Gd. Garuda Indonesia, 8th floor. Jl. Center for Policy and 8. Medan Merdeka Selatan No.13 Jakarta Implementation Studies 10110 Jl. Kebon Sirih IX no. 34, Jakarta 9. CIDES 10340 Jl. Taman Margasatwa 61 Jakarta 10. Conservation International – IP 12540 11. CSIS Jl. Tanah Abang III/24, Jakarta Pusat Jl. Raya Rambe 115 Driyorejo, Gresik 12. ECOTON 61177 Jl. Bangbarung Raya blok III Kav.11 13. Flora Fauna International (FFI) - IP Bantarjati, Bogor 16151 Institut Hukum Sumberdaya Alam Jl. Intan I No. 40 Cilandak Barat, 14. (IHSA) Jakarta Selatan 12430 International Council of Jl. Dempo II no.21, Kebayoran Baru, 15. Environmental Law (ICEL) Jakarta Selatan 12120 Jl. Taweuran Raya No. 1 RT 03/09, Kel. 16. Jaring Pantau Tegal Gundil, Bogor 16152 Kelompok Anak Lingkungan Jl. Pajajaran Indah V No. 96 Bogor 17. (KENALI) 16143 Desa Karangsong RT 04/02 Blok Kelompok Masyarakat Pelestari 18. Wanasari, Kec. Indramayu, Kabupaten Lingkungan (KELOPAK) Indramayu, Jawa Barat Jl. Mampang Prapatan IV Gg. Sungai 19. Klub Indonesia Hijau Jakarta Ladi Rt. 15/02, No. 50, Jakarta 12790

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 206 di Perairan Daratan

Lampiran 14. Daftar Instansi/Lembaga yang Terkait dengan Pengelolaan Lahan Basah

No. Nama Instansi/Lembaga Alamat Jl. Kelapa Hijau No. 99 Jagakarsa, 20. KONPHALINDO Jakarta Selatan 12620 Gang Parkit No. 31 RT 02/RW 05. Desa 21. Lembaga Alam Tropika Indonesia Situ Gede, Sindang Barang Jero Bogor 16115 22. Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) Jl. Taman Malabar No. 18, Bogor 16150 Lembaga Pengkajian & Multipiranti Graha Lt. 3 Jl. Radin 23. Pengembangan Mangrove (Yayasan Inten II/2, Buaran Jakarta 13440 Mangrove) Lembaga Pengkajian dan Jl. Merkurius Blok C No. 4 Kompleks 24. Pengembangan Mangrove (LPP IPB. Sindang Barang, Bogor Mangrove) Masyarakat Pelestari Hidupan Liar 25. Jl. Ir. H. Juanda No. 18 Bogor (MPHI) Gd. Manggala Wanabakti Blok IV Wing 26. Masyarakat Perhutanan Indonesia B, lt. 9 Jl. Gatot Subroto, Jakarta 10270 Natural Resources Management Gd. Ratu Plaza lt. 17 Jl. Jend. 27. Program (NRMP) Sudirman No. 9, Jakarta 10270 Jl. Utan Kayu No. 20 A, Jakarta Timur 28. NECTAR Indonesia 13120 Paguyuban Keanekaragaman 9. Jl. Imam Bonjol No. 62 Salatiga 50714 Hayati (Pakerti) 30. PEDULI INDONESIA Jl. Bratajaya VII/II-15 Surabaya 60284 Perhimpunan Kelompok Pelestari Jl. Antanila I Blok F 9 Komplek 31. Hutan (POKLAN) Perumahan Antarbaru II Bandung Jl. Anggrek Merpati I No. 96 Komplek 32. PLASMA Batu Alam Permai Samarinda 75124 Pusat Informasi Lingkungan Jl. Pajajaran Indah V No. 6, Bogor 33. Indonesia (PILI) 16143 Pusat Studi Kewilayahan dan Jl. Tegallega RT 05/RW 01 No. 16 34. Lingkungan Tegallega, Bogor 16144 Kompleks Liga Mas Indah Blok E-1 No. 35. SKEPHI 3 Duren Tiga, Pancoran, Jakarta 12760 Jl. Pakali Raya No. 56 A Kukusan, 36. Symbiose Birdwacthers Club Depok 164250 37. The Indonesian Wildlife Fund Jl. H. Batong Raya no. 3 Jakarta 12430 Jl. Hang Tuah Raya no. 42 Lantai 2, 38. The Nature Conservacy (TNC) Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 207

Lampiran 14. Daftar Instansi/Lembaga yang Terkait dengan Pengelolaan Lahan Basah

No. Nama Instansi/Lembaga Alamat Jl. Tegal Parang Utara 14, Jakarta 39. WALHI 12790 Jl. Teuku Umar 24 Bangko, PO Box. 40. WARSI 28/BKO Jambi 37312 Jl. Ahmad Yani No. 53 Bogor 16161. PO 41. Wetlands International – IP Box 254/BOO, Bogor 16002 Wildlife Conservation Society (WCS) 42. Jl Pangrango No. 8 Bogor – IP Jl Terusan Hang Lekir I No. 14C 43. VSO Indonesia Simprug, Kebayoran Baru, Jakarta 12120 Kantor Taman A9, Unit A-1 Jl. Mega Kuningan LOT 8-9/A9 Kawasan Mega 44. WWF Indonesia Kuningan PO Box 29 JKSKM Jakarta 12950 Perumahan Griya Katulampa Blok 45. YAHI D3/No.4, Bogor 16710 Yayasan Alam Mitra Indonesia 46. Jl. H. Samali 10 H Jakarta 12740 (Alami) Jl. Raya Simpang Cipatujah Kampung Yayasan Anak Peduli Lingkungan Cijalu, RT 01/RW 01, Bantar Kalong, 47. (APEL) Kecamatan Cipatujah. PO Box 2 BTK Tasik Malaya 46187 Yayasan Bina Lingkungan Gunung Jl. Kapten Yusuf No.977 Rt01-Rw08 48. Salak Pasir Eurih, Ciomas, Bogor 16610 Yayasan Bina Sains Hayati 49. Jl. Nusantara Raya 174 Depok 16421 Indonesia (YABSHI) Gedung Patra Jasa Lt.2 Jl. Gatot 50. Yayasan KEHATI Subroto Kav. 32-34. Jakarta 12950 Perkantoran Ratu Plaza Lt. 17 Jl. Jend. 51. Yayasan KEMALA Sudirman No. 9 Jakarta 10270 Jl. Anggrek no. 58 Blok G Sawangan 52. Yayasan Kencana Mandiri Cinere 16154, Jakarta Sekretariat: Perumahan Bukit Asri Yayasan Kerabat Alam Indonesia 53. Ciomas Indah. Jl. Cendana V Blok B VI (KASIA) No. 5-6, Bogor Jl. Mars Barat No. 8B Margahayu 54. Yayasan Konus Raya, Bandung 40286

55. Yayasan Laut Lestari Indonesia Jl. Talaud No.4, Cideng. Jakarta 10150

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 208 di Perairan Daratan

Lampiran 14. Daftar Instansi/Lembaga yang Terkait dengan Pengelolaan Lahan Basah

No. Nama Instansi/Lembaga Alamat

56. Yayasan Lestari Jl. 18 Jakarta Utara Jl. Sukasenang I No. 12, Bandung 57. Yayasan Mandiri 40124 Ged. PKA Departemen Kehutanan dan 58. Yayasan MITRA RHINO Perkebunan. Jl. Ir. H. Juanda 15, Bogor Gedung Balai Samudera Lt.2 Jl. Pasir 59. Yayasan Nasional Bina Samudera Putih I/3, Jakarta Utara Jl. Danau Tondano A4 Pejompongan. 60. Yayasan PELANGI Jakarta 10210 Yayasan Pembangunan 61. Jl. Tebet Raya no. 88 Jakarta 12820 Berkelanjutan Bank Pacific Building 16th Suite 1602 62. Yayasan Pengembangan Wallacea Jl. Jend. Sudirman Kav. 7-8 Jakarta 10220 Yayasan Pribumi Alam Lestari Jl. Paledang No. 19 Cibeureum 63. (YPAL) Bandung 40184 Yayasan Pusaka Alam Nusantara Jl. Hang Tuah Raya No. 42 Lt. 64. (YPAN) 1,Kebayoran Baru, Jakarta 12120 Permata Cimanggu Blok A No. 4 Rt 65. Yayasan PUTER 008/Rw 007, Desa Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sareal Bogor 16710 66. Yayasan Sylvalestari Indonesia Jl. Rasamala 4 Darmaga, Bogor 67. Yayasan Telapak Indonesia Jl. Sempur Kaler No. 16, Bogor 16154

Lembaga Donor Street: 9 – 10 17th, NW 600, 1. American Forest Foundation Washington, DC 20006PO Box 2000, Washington, DC 20013, USA Jl. Jenderal Sudirman, Gd. BRI II 2. Asian Development Bank (ADB) Jakarta,PO Box 99 JKSA Development Cooperation Section, 3. AUS-AID Australian Embassy Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C 15-16, Kuningan, Jakarta Jl. Darmawangsa Raya 50 Keb. Baru, 4. Asia Foundation – Indonesia, The Jakarta Selatan C/o World Wildlife Fund 1250, 24th Biodiversity Support Programme 5. Street, NW, Washington DC, 20037, (BSP) USA

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 209

Lampiran 14. Daftar Instansi/Lembaga yang Terkait dengan Pengelolaan Lahan Basah

No. Nama Instansi/Lembaga Alamat

Kuningan Plaza, South Tower Suite 401 6. British Petroleum – Indonesia (BP) Jl. H.R. Rasuna Said Jakarta 12940 S. Widjojo Center Building, 10th Floor 7. British Council Jl. Jend. Sudirman 71, Jakarta 12190 Wisma Metropolitan I, 8th Floor Jl. 8. Canada Fund Jend. Sudirman Kav. 29 Jakarta Selatan 12920 World Trade Center Lt. 6, Jl. Jend. 9. CIDA Sudirman Kav. 29 Jakarta 12920 Pusat Niaga Duta Mas, Blok B1 No. 12 10. Dana Mitra Lingkungan Jl. RS Fatmawati, Jakarta 12150 Jl. Gatot Subroto, Gd. Manggala DFID (Departement For 11. Wanabakti, Blok VII Lt. 6. PO Box 95, International Development) JKPWB Belsyre Court, 57 Woodstock Road, 12. Eartwatch Europe Oxford OX2 6 HU, England Departement of Biology; Sinshemer Ecological Society of America (ESA) 13. Laboratories; University of California – – Library and Membership Grant Santa Cruz, CA 95064, USA 14. Environment Australia GPO Box 636, Canberra ACT, Australia Wisma Darmala Sakti 16th FloorJl. 15. European Commission Jend. Sudirman 32; PO Box 6454 JKPDS PO Box 9517, 2300 RA Leiden, 16. Fauna Malesiana Netherlands Room G6 – 105, The World Bank, 1818 GEF (Global Environment 17. H Street N.W, Washington DC 20043, Foundation) USA 18. Gibbon Foundation P.O.Box 7610 JKP, Jakarta 10076 Wetlands International, PO Box 19. GPI (Global Peatland Initiative) 4716700 AL Wageningen, The Netherlands IAC (International Agriculture P.O. Box 88, NL 6700 AB Wageningen, 20. Center) Netherlands Plaza Tower II Lt. 27, Jl. M.H. Thamrin 21. JICA No. 51Jakarta 10350 Kedutaan Belanda (Bagian Agriculture, 22. KNIP – Netherlands Nature, and Quality) Jl. H.R. Rasuna Said Kav. S-3, Kuningan Jakarta 12950

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 210 di Perairan Daratan

Lampiran 14. Daftar Instansi/Lembaga yang Terkait dengan Pengelolaan Lahan Basah

No. Nama Instansi/Lembaga Alamat PO Box, 1790 AB Den Burg, Landsdiep NIOZ (Netherlands Institute for Sea 23. 4, 1797 SZ’T; Horntje, Texel, Research) Netherlands Rue Mauverney 28, CH-1196 Gland, 24. Ramsar Small Grant Program Switzerland 437 Madison Avenue, 37th floor, New 25. RBF (Rockefeller Brother Fund) York, New York 10022-7001, USA Toyota Foundation – International Shinjuku Mitsui Building 37 F; 2-1-1 26. Grant Programme, The Nishi-Shinjuku-ku, Tokyo 163, Japan UNEP Regional Office for Asia and the UNEP (United Nation Environment Pasific:United Nation Buliding, 9th 27. Program) Floor Block A, Rajdamnern Nok Avenue, Bangkok 10200, Thailand UNESCO (United Nation Jl. Galuh II No. 5 Kebayoran Baru, 28. Educational Scientific and Cultural Jakarta Selatan 12110. PO Box 1273 Organization) JKT

American Embassy Jl. Medan Merdeka 29. USAID Selatan No. 3, Jakarta Pusat 10110

Sudirman Central Business District 30. World Bank (SCBD) Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190 Jl. Hang Lekir VI No.1 Kebayoran Baru 31. Yayasan Bina Usaha Lingkungan Jakarta Selatan 12120 Indonesia

Swasta 1. PT. Barito Baru Jl. Guntur No. 86 Manggarai, Jakarta Gd. Manggala Wanabhakti Blok IV Lt. 2. PT. Bina Lestari 3, Jl. Gatot Subroto, Jakarta 10270 Gd. Arka Lt. I Jl. K.H. Wahid Hasyim 3. PT. Bina Daya Tetra No. 84-86, Jakarta Pusat PT. Himpunan Pengusahaan Hutan 4. Jl. Orpa No. 23 B Lt. 2, Jakarta Barat Jambi (HPH Jambi) Jl. Harsono R.M. No. 54, Pasar Minggu. 5. PT. I.T.C.I Jakarta 12550 6. PT. Narindu Jl. Kapt. Jumhana 582, Medan

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 211

Lampiran 14. Daftar Instansi/Lembaga yang Terkait dengan Pengelolaan Lahan Basah

No. Nama Instansi/Lembaga Alamat

B.W.K. Building Lt. V, Jl. Asemka No. 7. PT. Overseas Timber 24-26, Jakarta Jl. Dr. Sahardjo No. 191, Jakarta 8. PT. Padi Traktor Selatan Wisma Barito Pasific Timber 5th Floor, 9. PT. Barito Pasific Lumber Jl. S. Parman Kav. 62-63 Slipi, Jakarta 11410 10. PT. Mitra Wana Lestari Jl. Kartini Raya 41-A, Jakarta 10750 BNI Building Lt. 20 Jl. Jend. Sudirman 11. PT. Overseas Lumber Kav. 1 Jakarta Pusat 12. PT. Sylva Bina Timber Jl. K.H. Hasyim Ashari No. 2, Jakarta Jl. Pulo Lentut No.3, Kawasan Industri 13. PT Tirta Investama Aqua group Pulo Gadung, Jakarta 13920

Sumber: Strategi Nasional dan Rencana Aksi Pengelolaan Lahan Basah Indonesia (2004)

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 212 di Perairan Daratan

Lampiran 15. Daftar Beberapa Situs dabn Forum Diskusi (mailing list) Pengelolaan Lahan Basah di Internet

Daftar Beberapa Situs dan Forum Diskusi (mailing list) Lahan Basah di Internet

No. Alamat Keterangan

Situs Situs bagi kampanye internasional untuk 1 http://dte.gn.apc.org/ lingkungan hidup di Indonesia. 2 www.aphi-pusat.com Situs Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia. Situs Proyek Konservasi Terpadu Lahan 3 www.bsp.or.id Basah Pesisir Berbak-Sembilang. Situs CIFOR (Center for International Forest 4 www.cifor.cgiar.org Research). Situs Conservation International-Indonesia 5 www.conservation.or.id Programme. Situs COREMAP (Program Rehabilitasi dan 6 www.coremap.or.id Pengelolaan Terumbu Karang). Situs Direktorat Jenderal Perlindungan 7 www.ditjenphka.go.id Hutan dan Konservasi Alam-Departemen Kehutanan. Situs Earth Island Institut yang berisi 8 www.earthisland.org tentang konservasi, preservasi, dan restorasi. Situs Ecological Observation And Wetlands 9 www.ecoton.or.id Conservation (Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah) Situs Imred (Institute of Mangrove Research 10 www.imred.org and Development/ Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove). Situs Jaringan Pendidikan Lingkungan 11 www.jpl.or.id Hidup. Situs Departemen Pemukiman dan 12 www.kimpraswil.go.id Prasarana Wilayah. Situs Laboratorium Pembangunan dan 13 www.lablink.or.id Lingkungan di Indonesia. Situs LEAD Indonesia (Leadership for 14 www.lead.or.id Environment and Development). 15 www.limnologi.lipi.go.id Situs Pusat Penelitian Limnologi – LIPI. Situs Living Lakes. Suatu jaringan dan kemitraan internasional yang bergerak di 16 www.livinglakes.org bidang perlindungan, restorasi, dan rehabilitasi danau, lahan basah, dan perairan darat lainnya.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 213

Lampiran 15. Daftar Beberapa Situs dabn Forum Diskusi (mailing list) Pengelolaan Lahan Basah di Internet

No. Alamat Keterangan Situs Kantor Menteri Negara Lingkungan 17 www.menlh.go.id Hidup. Situs Mitra Simpang Tilu. Sebuah jaringan yang beranggotakan LSM, KSM, Perguruan Tinggi, Swasta, dan Instansi Pemerintah, 18 www.mst.or.id untuk melakukan pengelolaan secara kolaboratif terhadap kawasan Cagar Alam Gunung Simpang dan Gunung Tilu, Jawa Barat. Situs informasi basis data The Indonesian 19 www.nature-conservation.or.id Nature Conservation. Situs National Biodiversity Information 20 www.nbin.org Network (Jaringan Informasi Keanekaragaman Hayati). Situs mengenai gambut, yang digunakan 21 www.peat-portal.net oleh para anggotanya untuk berkomunikasi dan berbagi informasi mengenai gambut. Situs Pusat Informasi Lingkungan Hidup 22 www.pili.or.id Indonesia. Situs resmi Konvensi Ramsar (Konvensi 23 www.ramsar.org Mengenai Lahan Basah). Situs mengenai lingkungan hidup dan 24 www.terranet.or.id pembangunan berkelanjutan. Situs URDI (Urban and Regional 25 www.urdi.org Development Institute). 26 www.walhi.or.id Situs Wahana Lingkungan Hidup Indonesia. 27 www.warsi.or.id Situs Conservation Information Forum. Situs Wetlands International-Indonesia 28 www.wetlands.or.id Programme. Situs World Wildlife Fund for Nature di 29 www.wwf.or.id Indonesia. 30 www.ysl.or.id Situs Yayasan Sahabat Lingkungan.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 214 di Perairan Daratan

Lampiran 15. Daftar Beberapa Situs dabn Forum Diskusi (mailing list) Pengelolaan Lahan Basah di Internet

Mailing List Milis yang menyajikan berita-berita 1 [email protected] mengenai lingkungan hidup. Milis Conserve Papua merupakan wahana bertukar informasi 2 [email protected] mengenai permasalahan konservasi yang ada di Papua. Milis untuk berdebat seputar 3 [email protected] masalah lingkungan. Milis untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, dan juga problem 4 [email protected] dalam upaya menjaga kelestarian terumbu karang. Milis bagi para pemerhati lingkungan. Pada milis ini 5 [email protected] diharapkan masyarakat aktif memberikan laporan mengenai lingkungan. Milis yang dikelola oleh Terangi (The Indonesian Coral Reef Foundation) yang bertujuan untuk 6 [email protected] memfasilitasi anggotanya dalam mendukung konservasi dan manajemen berkelanjutan penyu di Indonesia. Milis untuk berdiskusi mengenai 7 [email protected] gambut Indonesia. Milis ini bermaksud untuk menggalang dan mendukung 8 [email protected] kerjasama kehutanan multipihak di Indonesia. Milis Jaringan Pendidikan Lingkungan, yaitu LSM Indonesia 9 [email protected] yang bergerak dalam bidang pendidikan lingkungan hidup. Milis Kebun Petani ini dikelola oleh RACA Institute. Topik utama Milis ini adalah tentang TASDAL (Tanah, Air, dan Sumber Daya 10 [email protected] Alam Lainnya), baik informasi, kebijakan, konflik, pemanfaatan, dan pengelolaannya.

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya di Perairan Daratan 215

Lampiran 15. Daftar Beberapa Situs dabn Forum Diskusi (mailing list) Pengelolaan Lahan Basah di Internet

Milis untuk berkomunikasi dan berbagi informasi informasi antar 11 [email protected] pihak yang beraktivitas dalam pengelolaan lahan basah . Milis yang digunakan sebagai 12 [email protected] tempat berdiskusi segala masalah mengenai lingkungan. Milis bagi siapa saja (individu atau lembaga) yang peduli terhadap 13 [email protected] peningkatan Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia. Milis resmi Ramsar bagi para 14 [email protected] pemerhati lingkungan lahan basah. Milis Jaringan Pemantau Karang 15 [email protected] Indonesia. Milis ini merupakan media komunikasi bagi rimbawan dan 16 [email protected] pecinta hutan Indonesia yang masih peduli pada masa depan hutan dan kehutanan di Indonesia. Milis bagi para penggiat sistem 17 [email protected] hutan kerakyatan. Milis ini merupakan sarana untuk berkomunikasi di antara seluruh stake holders yang peduli akan pencegahan kebakaran hutan dan lahan seluruh Indonesia. Sebagai 18 [email protected] anggota milis ini, secara berkala akan menerima data hotspot yang terdeteksi oleh stasiun bumi satelit NOAA Departemen Kehutanan yang ada di Bogor. Milis ini dikelola oleh Divisi Informasi Eksekutif Nasional Walhi 19 [email protected] dan berisi tentang informasi- informasi lingkungan. Milis ini merupakan forum bagi 20 [email protected] yang concern terhadap satwa liar dan habitatnya.

Sumber: Strategi Nasional dan Rencana Aksi Pengelolaan Lahan Basah Indonesia (2004)

Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya 216 di Perairan Daratan