GENEALOGI SPRITUAL TAREKAT NAQSYABANDIYAH KHALIDIYAH DI MINANGKABAU BERDASARKAN NASKAH IJAZAH SERTA KARAKTERISTIK IJAZAHNYA

Chairullah (Alumni Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol Padang. Email: [email protected]

Abstract Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah merupakan salah satu tarekat muktabarah yang memiliki banyak pengikutnya di Indonesia. Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah juga merupakan tarekat yang mendominasi wilayah Minangkabau. Dalam pandangan sejarawan dan peneliti seperti Schrieke dan Martin van Bruinessen tarekat Naqsyabandiyah mulai berkembang di Minangkabau pada pertengahan abad ke 19 yaitu tahun 1850 M oleh Syekh Ismail Simabur. Berbeda dengan Schrieke dan Bruinessen, Azra dan Dobbin berpendapat bahwa tarekat Naqsyabandiyah telah berkembang di Minangkabau pada pertengahan abad ke 17 M oleh Jamaluddin. Namun berdasarkan sumber lokal yang ditemukan berupa Naskah Ijazah dan Silsilah ditemukan fakta lain yaitu tarekat Naqsyabandiyah telah berkembang di Minangkabau pada awal abad ke 19. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan genealogi Spritual tarekat Naqsyabandiyah di Minangkabau berdasarkan naskah ijazah, serta melihat karakteristik dari ijazah tarekat Naqsyabandiyah yang berkembang di Minangkabau. Kata Kunci: Genealogi, Tarekat Naqsyabandiyah, Naskah Ijazah,

PENDAHULUAN Faqi, Aden, Harmayn, Mesir dan India. Dalam perjalanan pulangnya ia berhenti di Aceh sebelum Sejarah masuk dan berkembangnya tarekat melanjutkannya ke Sumatera Barat. Di Aceh Naqsyabandiyah di Minangkabau masih menjadi ia aktif mengajarkan dan menyebarkan tarekat perbedaan pendapat di kalangan ahli sejarah dan Naqsyabandiyah. Jamaluddin juga memiliki peneliti seperti Martin van Bruinessen, Schrieke, sebuah karya yang berjudul Lubab al-Hidayah, Christine Dobbin dan . Menurut karya ini disandarkan kepada ajaran-ajaran Ahmad pendapat Bruinessen, tarekat Naqsyabandiyah ‘Ibnu ‘Alan al-Shiddiqi al-Naqsyabandiyah (Azra, telah berkembang di Minangkabau pada tahun 2007). 1850 M oleh Syekh Ismail (Bruinessen, 1992). Pendapat Schireke dan Bruinessen di Pendapat yang sama juga dijelaskan oleh Schrieke, atas didukung oleh penelitian tebaru tentang bahwa tarekat Naqsyabandiyah berkembang di Naqsyabandiyah Khalidiyah di Minangkabu Minangkabau pada tahun 1850 M dan mursyid yang ditulis oleh Syofyan Hadi. Ia berpendapat pertamanya di Minangkabau ialah Syekh Ismail bahwa tarekat Naqsyabandiyah berkembang (Schrieke, 1973). Sedangkan menurut Azra pada awal abad 19 M melalui kawasan Pantai dan Dobbin bahwa, tarekat Naqsyabandiyah Timur Sumatera Barat atas pengaruh dan jasa telah berkembang di Minangkabau pada Syeikh Ismail. Pendapat ini bersumber dari hasil pertengahan abad ke-17 M yang dikembangkan penelitiannya terhadap naskah al-Manhal al- oleh Jamaluddin. Ia mula-mula belajar di Pasai ‘adhb li-dhikir al-qalb yang ia anggap karya Syekh dan kemudian melanjutkannya ke Bayt al- Ismail yang ditulis di Riau pada tahun 1829 M. yang mangkat pada 17 Juni 1844 M (Abdullah, Berdasarkan temuannya itu, Hadi berkesimpulan 1985), sehingga hal ini tidak mungkin Syekh bahwa Syekh Ismail telah berada di Riau dan Ismail berada di Riau pada tahun 1829 M. mengembangkan ajaran tarekat Naqsyabandiyah Jika dipelajari lebih dalam perbedaan di sana pada tahun 1829 M (Hadi, 2011). Jika pendapat di atas antara Schrieke, Bruinessen merujuk kepada naskah al-Manhal al-‘adhb dengan Azra dan Dobbin, dapat diketahui li-dhikir al-qalb ” tidak akan ditemukan angka perbedaan pendapat itu terjadi karena objek tahun penulisannya, akan tetapi tahun itu yang berbeda. Meskipun objeknya adalah tarekat disembunyikan dalam bait nazam yang ditulis Naqsyabandiyah, namun kenyataannya tarekat yaitu : Naqsyabandiyah sangatlah banyak. Pada awalnya tarekat ini bernama Siddiqiyah yang dinisbahkan kepada Abu Bakar as-Shiddiq, kemudian ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺎ ﺣﻔﻈﺎ وﻓﻬﻤﺎ ﻤﺔ * وﺗﺮﳜﻬﺎ ﻣﻐﲏ penamaannya berubah menjadi Thaifuriyah,setelah وﻣﻌﲔ ﳌﻦ ﺗﻼ Lazimkan olehmu dengan dia itu mempahamkan itu Khaujakaniyah, setelah itu Naqsyabandiyah, dengan himmah * dan tarikhnya itu mengikuti setelah itu Naqsyabandiyah Ahrariyah, setelah itu lagi menolong bagi siapa-siapa membaca akan dia Naqsyabandiyah Mujaddidiyah dan Muzhahiriyah, dan terakhir pada masa Syekh Khalid Kurdi ﺑﻴﻮم ﺛﻠﻮث أﻃﻴﺐ اﻟﻌﻴﺪ ﰲ رﻳﻮ * ﺑﻴﺖ ﺳﻠﻮك dinamai dengan Naqsyabandiyah Khalidiyah yang dinisbahkan kepada Syekh Khalid Kurdi ﻧﻈﻤﻬﺎ ﻗﺪ ﺗﻜﻤﻼ Pada hari selasa sebaik-baik hari ia fitrah (Dausari, 1306H: 84). Sangat terlihat jelas di dalam negeri Riau bahwa Naqsyabandiyah yang dimaksud Azra dan * di dalam rumah suluk nazamnya sungguhnya telah sempurna (Hadi, 2011). Dobbin adalah Naqsyabandiyah Mujaddidiyah. Bukan Naqsyabandiyah Khalidiyah seperti yang Meskipun demikian, pendapat ini perlu dimaksud oleh Schrieke dan Dobbin, karena dikritisi berdasarkan dua hal. Pertama, pada nazam Naqsyabandiyah Khalidiyah baru ada pada awal di atas terdapat kalimat yang merupakan .abad 19 M ﻣﻐﲏ وﻣﻌﲔ simbol dari angka tahun penulisan naskah, Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, jika kita hitung dengan menggunakan metode pertama filologi untuk membaca sumber-sumber Hisab al-Jumal maka huruf itu berjumlah 1276 manuskrip yang nantinya akan disunting dengan (Dipodjojo, 1996). Jadi, naskah ini sebenarnya menggunakan edisi kritis, yaitu hasil olah ditulis pada tahun 1276 /1858 M setahun setelah penyunting yang menginginkan terbentuknya Syekh Ismail wafat. Kedua, Syekh Ismail pertama sebuah teks dengan kualitas bacaan terbaik kali diundang ke Riau untuk mengajarkan ilmu (Fathurahman, 2011). Kedua pendekatan historis agama oleh Raja Ali bin Yamatuan Muda Raja untuk menganalisi dan mengkontektualisasikan Ja’far yang ketika itu menjadi Yamatuan Muda naskah ijazah yang akan digunakan sebagai Riau VIII menggantikan saudara kandungnya sumber utama penelitian ini. Raja Abdurrahman Yamatuan Muda Riau VII

22 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2016 MEMBACA GENEALOGI TAREKAT perkembangan tarekat Naqsyabandiyah yang ia NAQSYABANDIYAH KHALIDIYAH DI kembangkan di Minangkabau. Syekh Jalaluddin MINANGKABAU memiliki banyak murid-murid, di antaranya Tarekat Naqsyabandiyah telah masuk ke yang cukup terkenal ialah Syekh Daud Sunur. Minangkabau pada akhir abad ke 18 M. Pada Syekh Daud Sunur adalah seorang muda akhir abad 18 M ini, muncul beberapa nama yang begitu gigih menuntut ilmu. Setelah belajar tokoh ulama di Minangkabau yang dianggap dengan Syekh Cangkiang, ia mendakwahkan penganut tarekat Naqsyabandiyah, diantaranya: sesuatu yang baru di Sunur kampung halamannya, Syekh Jalaluddin Cangkiang, Syekh Daud Sunur sehingga ia memiliki banyak pengikut dan dan Syekh Sa’ad Padang Bubuih. Syekh Jalaluddin diberi panggilan Syekh. Namun aktifitasnya itu sebelum menganut Naqsyabandi, adalah seorang dihalangai oleh salah seorang ulama Syattariyah ulama penganut Syattariyah. Syekh Jalaluddin terkemuka di Lubuk Ipuah, ia dikenal dengan adalah murid terbaik dari Tuanku nan Tuo, Syekh Lubuk Ipuah. Hingga, pada tahun 1820 seorang guru tarekat Shattariyah yang memiliki M Syekh Daud dan Syekh Lubuk Ipuah berdebat pengaruh besar di daerah Koto Tuo Ampek hebat, Syekh Daud pun menerima kekalahan dari Angkek (Dobbin, 2008). Tidak ada keterangan di perdebatan itu dan dipermalukan di depan orang mana dan dari siapa Syekh Jalaludin membai’at banyak. Karena merasa malu, ia meninggalkan masuk tarekat Naqsyabandiyah, namun di kampung halamannya dan pergi ke Mekkah Cangking ia mengajarkan tarekat Naqsyabandiyah (Suryadi, 2005). Ketika di Mekkah, Syekh Daud bukan Syattariyah. Hal ini dapat dilihat dalam bertemu dengan Syekh Ismail Simabur dan keterangan yang diberikan oleh Imam Maulana memandu Syekh Ismail dalam beberapa hal. ‘Abdul Manaf: Beberapa lama setelah itu tepatnya tahun 1830 M Syekh Ismail membantu mengedit syair yang “Waktu itu seluruh Minangkabau satu mazhab yaitu mazhab Imam Syafi’I, satu i’tikad yaitu i’tikad ditulis Syekh Daud, syair itu ditujukan untuk ahlulsunah waljama’ah, satu tasawuf yaitu atas tarekat menentang ajaran Syekh Lubuak Ipuah (Laffan, Syattariah dan satu bilangan bulan yaitu hisab taqwim dan satu cara memasuki puasa yaitu dengan ru’yah al- 2002). Setelah beberapa lama bermukim di hilal. Artinya melihat bulan di malam ketiga puluh Mekkah Syekh Daud melanjutkan perjalanannya tidak ada pertikaiannya. Kemudian pada tahun 1207 Hijriah duduklah mengajar di Kampung Cangkiang ke Trumo Aceh dan menjadi guru Raja Bujang Koto Tuo Canduang Empat Angkat Bukittinggi hingga Syekh Daud wafat di sana(Suryadi, 2005). seorang ulama yang dimasyhurkan orang dengan Tuan Syaikh Koto Tuo (Tuan Syaikh Cangkiang) Tarekat Naqsyabandiyah baru mencapai yang mengajarkan agama Islam yang bermazhab Imam Syafi’i dan beri’tikad ahlussunah waljama’ah. masa kejayaannya di Minangkabau pada Tetapi dalam tasawuf atas tarekat Naqsyabandi dan awal abad 19 M yang dikembangkan oleh untuk memasuki puasa memakai bilangan lima tidak memakai rukyah. Hanya melihat bintang pagi diakhir Syekh Ibrahim Kumpulan dan murid-murid bulan.” (manuskrip Taqwim as-Shiyam) Syekh Ismail Minangkabawi setelah pulang dari Mekkah. Tarekat ini memiliki banyak Meskipun demikian, tidak ada keterangan pengikut di Minangkabau. Bahkan, pada abad yang jelas dan lengkap tentang kesinambungan 19 M tarekat Naqsyabandiyah lebih dominan

Genealogi Spritual Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Minangkabau... 23 di Minangkabau dibanding tarekat Syattariyah. (Mulyati, 2004). Pada masa Syekh Mahmud Tarekat ini berkembang pesat ke berbagai pelosok al-Anjiri Faghnawi hingga zaman Sayyid Kulal di Minangkabau. Begitu banyak ulama-ulama yang mereka semua mengamalkan zikir Jahr ketika menganut dan mengajarkan tarekat ini, namun berhimpun bersama dan ketika dalam keadaan yang sangat berjasa dalam perkembangannya di sendiri-sendiri mereka mengamalkan zikir Khafi. Minangkabau adalah Syekh Ibrahim Kumpulan, Ketika Syekh Baha’ al-Din bertalaqi dengan Syekh Ismail al-Minangkabawi lewat muridnya tarekat ini ia menyederhanakannya dengan Syekh Muhammad Thaher Barulak dan Syekh hanya mengamalkan zikir khafi (Amin al-Kurdi, Abdurrahman. Berkat jasa dan pengaruh mereka 1996). Syekh Baha’ al-Din mengangkat tiga inilah tarekat Naqsyabandiyah berkembang pesat orang khalifah utama yaitu Ya’qub al-Jarkhi (W. dan memiliki banyak pengikut di Minangkabau. 838 H /1434 M), ‘Ala al-Din ‘Atthar (W.802 H Mengenai transmisi intelektual tarekat /1400 M) dan Muhammad Parsa. Dari Ya’qub Naqsyabandiyah Khalidiyah di Minangkabau al-Jarkhi sendiri mengangkat seorang khalifah masih menjadi suatu hal yang belum tuntas yaitu ‘Ubaydillah al-Ahrar (w.1490) yang telah dikalangan peneliti. Banyak dari para peneliti menetapkan pola hubungan akrab dengan yang berbeda dalam menguraikan genealogi istana, yang kemudian hari diikuti Syekh-Syekh tarekat Naqsyabandiyah di Minangkabau, hal Naqsyabandi. Syekh ‘Ubaydillah sangat dekat ini disebabkan dari data yang mereka peroleh dengan penguasa Dinasti Timurid di Heart, sehingga terjadi misleading. Sejauh ini, genealogi Afghanistan yaitu Abu Sa’id. Berkat hubungannya yang dipaparkan oleh para peneliti hanya ini Naqsyabandiyah berkembang ke luar Asia berdasarkan informasi lisan atau reformulasi Tengah, antara lain ke Qazwin, Isfahan, dan dari data peneliti sebelumnya. Hal ini mungkin Tabriz di Iran, dan ke Istanbul (Tim UIN Syarif disebabkan tidak ditemukannya titik dari sentra Hidayatullah, 2008). tarekat Naqsyabandiyah di Minangkabau. Ajaran tarekat Naqsyabandiyah juga Penamaan tarekat Naqsyabandiyah mulai menyebar ke India setelah Negri itu ditaklukan dikenal pada masa Syekh Muhammad ibn Baha’ oleh Babur, pendiri kekaisaran Mughol, pada al-Din al-Uwaisi al-ukhari atau yang dikenal 1526 M. Di antara Syekh Naqsyabandi yang dengan sebutan Shah Naqsyabandi (717-791 H/ datang ke India adalah Muhammad Baqi Billah 1318-1389 M). Ketika berusia 18 tahun Syekh (W. 1014 H) dan tinggal di sana selama empat Baha’ al-Din mempelajari tasawuf kepada Baba tahun. Selama empat tahun di Delhi Muhammad al-Sammasi, kemudian melanjutkan pelajarannya Baqi Billah mengangkat empat orang khalifah, kepada khalifah dari Syekh Baba al-Simmasi dua diantaranya adalah Ahmad al-Faruqi Sirhindi seorang kutub di Nafs yaitu Amir Sayyid Kulal (W. 1034 H) dan Taj al-Din Zakariya. Namun (772 H/1371) (al-Nabhani, 1978). Dari Sayyid yang dianggap sebagai penerus resmi Muhammad Kulal inilah ia belajar dasar-dasar tarekat yang Baqi Billah pada khanaqanya adalah Ahmad kemudian ia dirikan yaitu Naqsyabandiyah al-Faruqi (Bruinessen, 1992). Ahmad al-Faruqi Sirhindi mendapat gelar Mujaddid Alf al-Tsani

24 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2016 karena ia dikenal sebagai sosok ulama pembaharu terhadap wahdah al-wujud meskipun para pada zamannya. Ia seorang sufi yang gigih ulama Naqsyabandiyah dari Asia Tengah, seperti dalam memperjuangkan syari’at dan kembali kebanyakan kaum sufi pada masa itu mendukung memurnikan setiap paham yang melenceng wahdah al-wujud. Hal ini membuat Tajudin di zamannya seperti mengkritik kaum kafir, Zakariya seorang khalifah Baqi Billah lainnya yang bid’ah dan berbagai doktrin yang salah, serta mendukung wahdah al-wujud dengan kecewa mengukuhkan kembali Nubuwwah yang pada meninggalkan Delhi dan berpindah ke Makah masanya tidak diakui sebahagian besar orang dan menetap di sana (Bruinessen, 1922). Sirhindi (Ansari, 1986). Sebelum membai’at masuk kemudian mengangkat putranya Muhammad kedalam tarekat Naqsyabandiyah, ia terlebih Ma’shum (1007 H-1099 H) menjadi khalifahnya, dahulu telah membai’at tarekat Qadiriyah dan kemudian Muhammad Ma’shum juga menunjuk Jistiyah dari ayahnya Syekh ‘Abd al-Ahad dan putranya yaitu Syekh Muhammad Sayf al-Din mendapat ijazah kedua tarekat ini (Murad, 2002). al-Faruqi (1055 H) untuk menggantikannya, Setelah ayahnya wafat pada tahun 1597 kemudian Syekh Muhammad Syaf al-Din M, Sirhindi menunaikan Ibadah haji. Dalam mengangkat seorang khalifah yang bernama Syekh perjalanannya, di Delhi ia bertemu dengan Baqi Muhammad al-Badwani (W. 1135 H), kemudian Billah yang merupakan ulama Naqsyabandiyah Syekh Muhammad al-Badwani mengangkat pertama yang baru tiba di India. Baqi Billah seorang khalifah yang bernama Syekh Shamsudin namanya sudah cukup terkenal setelah baru Jan Janan (113 H), kemudian Syekh Shamsudn beberapa bulan tinggal. Ia meminta Sirhindi untuk mengangkat seorang khalifah yang bernama Syekh meluangkan waktunya beberapa hari saja, dalam ‘Abdullah Dahlawi, kemudian Syekh ‘Abdullah perkenalan beberapa hari itu Sirhindi merasa al-Dahlawi menganggkat seorang khalifah yaitu tertarik dan membai’at masuk kedalam tarekat Syekh Diya’ al-Din yang dikenal dengan Maulana Naqsyabandiyah. Dalam waktu dua bulan setengah Khalid Kurdi. Dimasa Syekh Khalid inilah tarekat Sirhindi mendapat nisbah Naqsyabandiyah. Naqsyabandiyah berkembang pesat ke berbagai Baqi Billah sangat terkejut dengan prestasi luar penjuru. biasa yang dicapai oleh Sirhindi, ketakjuban itu Syekh Khalid membai’at masuk tarekat diutarakan Baqi Billah lewat sebuah surat kepada Naqsyabandiyah dan menjalankan spritualnya sahabatnya (Hasan, 1333). Setelah wafatnya Baqi di Delhi dibawah bimbingan Syekh ‘Abdullah Billah, Sirhindi mengemban amanah yang berat Dahlawi, pertemuannya dengan Syekh ‘Abdullah sebagai seorang pengganti Baqi Billah. Tugas tidak terjadi begitu saja, Syekh Khalid sebelumnya pertama yang dibebankan oleh dirinya sendiri telah mendapat isarat dari seseorang yang ia adalah mempopulerkan tarekat Naqsyabandiyah temui ketika melaksanakan Haji di Mekkah (Ansari, 1986). Pada masa inilah ia mulai gigih (al-Damsyiqi, 1993). Ketika Syekh Khalid untuk melakukan pembaharuan, khususnya dibawah bimbingan Syekh ‘Abdullah, tidak hanya beberapa bagian tertentu dalam tarekat, yang tarekat Naqsyabandiyah yang ia pelajari, ia juga paling kontriversial adalah penolakannya membai’at masuk kedalam empat tarekat lainnya

Genealogi Spritual Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Minangkabau... 25 dan mendapat ijazah yaitu tarekat Qadiriyah, terhadap murid-murid asal Turki dan Nusantara. Sahruwardiyah, Kubrawiyah, dan Jistiyah. Setelah Pada masanya Syekh Sulayman Zuhdi banyak mendapat ijazah dari Syekh ‘Abdullah sebagai mengeluarkan ijazah-ijazah bagi para murid asal khalifahnya untuk daerah Kurdistan dan Irak, Indonesia (Bruinessen, 1995). Buktinya banyak Syekh Khalid dikirim pulang ke negerinya. Syekh sekali ulama-ulama tarekat Naqsyabandiyah di Khalid mengajarkan tarekat Naqsyabandiyah Minangkabau yang juga mendapatkan ijazah selama enam belas tahun. Ia juga dikenal sebagai dari Syekh Sulayman Zuhdi. Syekh Sulayman seorang mujadid dalam tarekat Naqsyabandiyah, Zuhdi juga memainkan peranan yang besar karena menambahkan metode suluk dalam tarekat atas perkembangan tarekat Naqsyabandiyah di ini yang sebelumnya tidak mengenal suluk (Amin Minangkabau setelah pertengahan hingga akhir al-Kurdi, t.th). Sebagai seorang Syekh tarekat, abad ke 19 M. Syekh Khalid memiliki tujuan dan cita-cita yang tinggi untuk menyadarkan orang-orang muslim MENGUAK KARAKTERISTIK NASKAH IJAZAH yang terjebak dengan dunia dan mengabaikan DAN SILSILAH TAREKAT NAQSYABANDIYAH DI MINANGKABAU akhiratnya kepada jalan yang lurus, hal ini yang membuat dirinya menjadi sosok ulama Naskah menjadi salah satu sumber primer kharismatik (Foley, 2008). yang otentik dan dapat mendekati jarak antara Salah seorang khalifahnya yang ia utus masa lalu dan masa sekarang (Fathurahman, ke Mekah adalah ‘Abdullah Afandy. ‘Abdullah 2011). Oleh sebab itu naskah menjadi sumber Afandy kemudian mendirikan Zawiyah di Jabal yang sangat penting untuk kajian sejarah, seperti Abi Qubais, dari sanalah kemudian tarekat Naskah Ijazah dan Silsilah yang berisikan tentang Naqsyabandiyah menyebar ke Nusantara yang pemberian ijazah seorang mursyid (guru spritual) dibawa oleh ulama-ulama Jawi yang belajar di kepada seorang murid yang dianggap teleh layak Mekah. Diantara khalifah Syekh ‘Abdullah Afandy, untuk meneruskan pengajran yang diberikan oleh ada dua orang yang berasal dari Minangkabau sang mursyid kepada orang lain. إﺟﺎزة yaitu Syekh Ismail dan Syekh ‘Abd al-Wahab Istilah ijazah berasal dari bahasa arab yang أﺟﺎز bin Fahati atau yang lebih dikenal dengan Syekh yang berbentuk mashdar, dari lafaz yang berarti ﺟﺎز Ibrahim Kumpulan. Untuk menggantikan berasal dari fi‘il madi mujarrad أﻓﻌﻞ posisinya di Jabal Qubais Syekh ‘Abd Allah Afandy boleh. Kemudian dialihkan ke wazan kemudian mengangkat Sulayman al-Qarimi dengan menambahkan hamzah yang berfungsi sebagai khalifahnya. Syekh Sulayman al-Qarimi menjadikan fi‘il lazim menjadi muta‘addi. Jadi, kemudian mengangkat seorang khalifah untuk ijȃzah mempunyai arti memperbolehkan atau menggantikannya yaitu Syekh Sulayman Zuhdi. memberi izin. Dalam dunia , ijazah Selama menjadi mursyid tarekat diartikan sebagai pemberian izin oleh guru yang Naqsyabandiyah di Jabal Abi Qubais, Syekh telah memiliki sanad sampai pada musannif Sulayman Zuhdi memeiliki pengaruh besar sebuah kitab atau wirid dan amalan tertentu

26 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2016 kepada seorang murid untuk meriwayatkan dan ajaran tarekat Naqsyabandiyah tetapi tidak mengamalkannya (Forum Karya Ilmiyah (FKI) memiliki izin mengajarkannya dalam bentuk TAHTA Lirboyo, 2013). ijazah, biasanya ajaran orang tersebut tidak diakui Secara mendasar tidak ada perbedaan fungsi dan akan diketahui dan dikritik oleh mursyid ijazah dalam tradisi tarekat Naqsyabandiyah tarekat yang sah yang memiliki ijazah. Keberadaan dengan ijazah-ijazah dalam dunia pesantren, ijazah dalam tarekat Naqsyabandiyah memiliki yaitu sebagai bukti bahwa seorang murid boleh peranan yang sangat penting, yaitu sebagai legalitas menyampaikan dan mengamalkan apa yang telah bagi seorang mursyid yang akan mengajarkan dipelajarinya dari guru yang memberikannya tarekat. Hal ini bertujuan untuk menghindari ijazah. Bedanya, dalam tarekat Naqsyabandiyah klaim-klaim dari seseorang yang mengaku telah para murid yang menjalankan spritualnya dengan berhak mengajarkan tarekat Naqsyabandiyah dan cara bersuluk belum tentu akan mencapai maqam menyesatkan para jama’ah yang mengikutinya. irsyȃd. Sampai atau tidaknya sang murid kepada Bukti sebuah ijazah memainkan peranan penting maqam irsyȃd hanya diketahui oleh mursyid yang dalam tarekat Naqsyabandiyah adalah munculnya membimbingnya. Mursyid akan selalu memantau para agen penjual ijazah palsu dan orang- dan memperhatikan setiap kejadian yang dilalui orang yang mengaku sebagai mursyid tarekat hari ketika suluk, Naqsyabandiyah. Kasus ini pernah terjadi di ٤٠ oleh murid-muridnya selama dan bagi murid yang telah mencapai makam irsyȃd, Minangkabau seperti: Barangkali saudara ada maka ia akan diberikan ijazah. Ketika seorang mendengar kejadian di Tanjung Alam Tabek murid telah mendapatkan ijazah, secara tidak Patah. Yaitu ada datang kesana seorang guru langsung murid telah berhak untuk mengajarkan tarekat, menurut dakwanya dia ada membawa teknik spritual yang dipelajarinya kepada orang surat ijazah dan gambar dirinya sendiri, kemudian lain. Melihat dinamika perkembangan tarekat dipaksanya seorang penduduk Tanjung Alam di Minangkabau, terdapat beberapa tarekat tersebut untuk membeli surat ijazah itu dengan yang pernah berkembang dan menancapkan harga Rp 30 dan gambar guru itu sendiri seharga pengaruhnya di Minangkabau seperti: Syattariyah, Rp 1 akan tetapi orang yang dipaksakan itu Naqsyabandiyah Khalidiyah, Syaziliyah, Qadiriyah meminta janji karena tidak ada punya uang dan Samaniyah. Sejauh penelitian yang dilakukan, dan bagaimana kesudahannya sampai sekarang hanya tarekat Naqsyabandiyah yang memiliki tidaklah diketahui lagi wallȃhu a’lam bi al-shawȃb. tradisi pengijazahan secara tertulis. Sedangkan Ada juga kami bertemu dengan seorang agen surat tarekat lainnya hanya dijumpai silsilahnya saja, itu ijazah berjalan keliling kian kemari menawar- pun ditulis pada pertengahan abad 20 M. nawarkan siapa yang akan membawa surat ijazah, Ijazah dalam tarekat Naqsyabandiyah maka disini kami percaya bahasa surat ijazah itu merupakan sebuah bentuk legalitas bagi seorang penting bagi orang yang hendak uang, sekali lagi mursyid untuk mengajarkan ajaran tarekat hendak uang, dan memang tidak penting bagi Naqsyabandiyah. Jika seseorang yang mengajarkan orang yang hendak pahala akhirat (ar-Rasuly, 1954).

Genealogi Spritual Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Minangkabau... 27 Berdasarkan naskah ijazah yang ditemui اﻟﻄﺮﻳﻘﺔ اﻟﻌﻠﻴﺔ واﻟﺴﻨﺔ اﻟﺴﻨﻴﺔ وأوﺻﻴﻪ ﺑﺎﻟﺘﻤﺴﻚ dibeberapa skriptorium di Minangkabau, maka ﺑﺎﻟﻜﺘﺎب و اﻟﺴﻨﺔ وآ ﺧﺮﻩ ﺑﺘﺼﺤﻴﺢ اﻟﻌﻘﺎﺋﺪﻩ akan dijumpai tiga karakteristik ijazah dalam ﲟﻘﺘﻀﻰ اراء أﻫﻞ اﻟﺴﻨﺔ اﻟﺬﻳﻦ ﻫﻢ اﻟﻔﺮق اﻟﻨﺎﺟﻴﺔ tarekat Naqsyabandia; pertama, ijazah yang hanya berisikan nama pemberi ijazah dan orang yang ﻋﻠﻰ ﻣﺎأﻃﺒﻖ ﻋﻠﻴﻪ أﺋﻤﺔ اﻟﻜﺸﻒ واﻟﻮﺟﺪان memberikan ijazah diiringi dengan wasiat tanpa وأوﺻﻴﻪ ﺑﺘﻮﻗﲑ اﻟﻔﻘﻬﺎء واﻟﻔﻘﺮآء وﲪﻠﺔ اﻟﻘﺮآن .menyebutkan sanad atau silsilah tarekatnya وﺑﺴﻼﻣﺔ اﻟﺼﺪر وﲰﺎﺣﺔ اﻟﻨﻔﺲ وﺳﺨﺎوة اﻟﻴﺪ : Seperti وﻟﺒﺸﺴﺔ اﻟﻮﺟﻪ ﺑﺬل اﻟﻨﺪى واﻟﺼﻔﺢ ﻋﻦ ﻋﺜﺮات ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﲪﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ اﻹﺧﻮان وﻧﺼﻴﺤﺔ ﻟﻸﺻﺎﻏﺮ واﻷﻛﺎﺑﺮ وﺗﺮك اﳊﻤﺪ ﷲ ﲪﺪا ﻳﺮﺗﻀﻴﻪ ﳉﻨﺎﺑﻪ واﻟﺼﻠﻮة واﻟﺴﻼم اﳋﺼﻮﻣﺎت وﺗﺮك اﻟﻄﻤﻊ واﻹﻋﺘﻤﺎد ﰲ ﻗﻀﺎء ﻋﻠﻰ أﺟﻞ ﻣﻦ اﺻﻄﻔﻰ ﻟﻮﺣﻴﻪ وﺧﻄﺎﺑﻪ ﺧﻠﻴﻔﺔ اﳊﻮاﺋﺞ إﱃ اﷲ ّﺟﻞ ّﺟﻼﻟﻪ ﻓﺈﻧﻪ ﻻﻳﻀﻴﻊ ﻣﻦ اﷲ ﰲ ﺧﻠﻴﻔﺘﻪ ﳏﻤﺪ وﻋﻠﻰ آﻟﻪ واﺻﺤﺎﺑﻪ وﺑﻌﺪ ﻋﻮل ﻋﻠﻴﻪ وأن ﻻﻳﺮﺟﻮ اﻟﻨﺠﺎة إﻻ ﰲ اﻟﺼﺪق وﻻ ﻓﺄﻧﺎ اﻟﻔﻘﲑ ﻋﺒﺪاﻟﺮﲪﻦ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ اﳋﺎﻟﺪي اﻟﻮﺻﻮل إﱃ اﷲ ﺗﻌﺎﱃ إﻻ ﰲ اﺗﺒﺎع ﳏﻤﺪ ﺻﻠﻰ اﻟﻨﻘﺸﺒﻨﺪي اﳌﻘﻴﻢ ﰲ ﺣﺠﺮ اﳌﻔﺮش ﻗﺪ أﺟﺰت اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ وﻋﻠﻰ آﻟﻪ وأﺻﺤﺎﺑﻪ وان ﻻﻳﻈﻦ وﻟﺪي ﰲ اﷲ واﶈﺐ ﻟﻮﺟﻪ اﷲ اﻟﺴﺎﻟﻚ إﱃ اﷲ أﻧﻪ أﻓﻀﻞ ﻣﻦ أﺣﺪ ﺑﻞ ﻻﻳﺮى ﻟﻨﻔﺴﻪ وﺟﻮد أو أﻋﲎ ﺑﻪ اﳊﺎج ﳏﻤﺪ راﺷﺪﻳﻦ ﺑﻦ ﻣﻮﻟﻨﺎ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﲪﻦ ﻛﻞ ﻣﻦ ﻳﺘﻄﺎول ﻋﻠﻴﻪ ﺑﺎﻟﻨﻤﻴﻤﺔ واﳊﺴﺪ ﻳﻔﻮض اﳉﺎوي اﻟﺒﺎة ﳘﻔﺎري وﻓﻘﻪ اﷲ ﺗﻌﺎﱃ ﳛﺒﻪ وﻳﺮﺿﺎﻩ أﻣﺮﻩ إﱃ اﷲ وﻻﻳﺘﻜﻠﻒ ﰲ دﻓﻊ ﺷ ﺮﻩ ﺑﺎﳍﻤﺔ ﻓﺈن وأﺳﺒﻎ ﻋﻠﻰ اﳌﺆﻣﻨﲔ ﻓﻴﻮﺿﻪ وﻧﻮاﻟﻪ ﺑﺘﻠﻘﲔ اﻟﺬﻛﺮ ﻣﻦ ﻣﺸﺎﻳﺦ ﻫﺬﻩ اﻟﻄﺮﻳﻘﺔ اﻟﻌﻠﻴﺔ رﺟﺎﻻ ﻳﺘﺪﻛﺪك واﻟﺘﻮﺟﻪ اﳌﻌﻬﻮدة ﰲ اﻟﻄﺮﻳﻘﺔ اﻟﻌﻠﻴﺔ اﻟﻨﻘﺸﺒﻨﺪﻳﺔ ﻤﻤﻬﻢ اﳉﺒﺎل ﻓﺈن ﺷﺎﺋﻮا ﻗﻠﻌﻮا ّﻣﺎدة اﻟﻔﺴﺎد اﺠﻤﻟﺪددﻳﺔ اﳌﻨﺴﻮﺑﺔ إﱃ ﻣﻈﻬﺮ اﻟﻌﺠﺎﺋﺐ وﻣﻨﺒﻊ ﺑﻘﺪرة اﷲ ﺗﻌﺎﱃ ﰲ أ ﺳ ﺮع ﻣﺎﻳﻜﻮن ﺻﻠﻰ اﷲ ّ اﻷﺳﺮار واﳌﻌﺎﱐ ﺷﻴﺦ اﳌﺸﺎﺋﺦ اﻟﺸﻴﺦ أﲪﺪ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﱯ اﻷﻣﻲ وﻋﻠﻰ آﻟﻪ وﺻﺤﺒﻪ ﻋﺪد ﺧﻠﻘﻪ اﻟﻔﺎروﻗﻲ اﻟﺴﺮﻫﻨﺪي اﳌﻌﺮوف ﺑﺎﻹﻣﺎم اﻟﺮﺑﺎﱐ رﺿﻰ ﻧﻔﺴﻪ و زﻧﺔ ﻋﺮﺷﻪ و ﻣﺪاد ﻛﻠﻤﺎﺗﻪ وﺳﻠﻢ . اﺠﻤﻟﺪد اﻷﻟﻒ اﻟﺜﺎﱐ ّﻗﺪس ّﺳﺮﻩ وﺟﻌﻠﺖ ﻳﺪﻩ ﻳﺪي ﺗﺴﻠﻴﻤﺎ ﻛﺬﻟﻚ واﳊﻤﺪﷲ رب اﻟﻌﺎﳌﲔ ّﺣﺮر ﰲ وﻗﺒﻮﻟﻪ ﻗﺒﻮﱄ ﻓﺎﺿﻤﻦ ﻟﻜﻞ ﻣﻦ ﻳﻼزم ﻃﺮﻳﻘﺔ أن اﻟﻴﻮم اﻟﺜﺎﻟﺚ واﻟﻌﺸﺮﻳﻦ ﻣﻦ ﺷﻬﺮ اﳌﺒﺎرك رﻣﻀﺎن ﻳﻨﺎل ﻣﺎ ﻻ ﳛﻴﻂ ﺑﻪ ﻋﻘﻞ اﻟﻌﻘﻶء وﻳﻘﺼﺮ ﻋﻨﻪ ﻣﻦ ﺳﻨﺔ ﺳﺘﺔ وﺛﻠﺜﻤﺎﺋﺔ وأﻟﻒ ﻋﻠﻢ اﻟﻌﻠﻤﺎء وﻣﺎ أﺟﺰت ﻣﻮﻻﻧﺎ اﳌﺬﻛﻮر إﻻﺑﻌﺪ اﻹ ﺳﺘﺠﺎزة ﻣﻦ اﻟﺴﺎدات اﳌﺸﻬﻮرة اﳌﺬﻛﻮرة أﺳﺎﻣﻴﻬﻢ ﰲ اﻟﺴﻠﺴﻠﺔ اﻟﻌﻠﻴﺔ اﺠﻤﻟﺪدﻳﺔ واﻹﺳﺘﺨﺎرة اﻟﺸﺮﻋﻴﺔ اﻟﻨﺒﻮﻳﺔ ﻓﻠﻴﻐﺘﻨﻢ ﺻﺤﺒﺘﻪ ﻣﻦ ﻳﺮﻳﺪ اﻟﺘﺜﺒﺖ ﺬﻩ

28 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2016 (Syekh Abdurrahman ibn al-Marhum ‘Abd disebutkan nama-nama mereka pada silsilah yang Allah al-Khalidi al-Naqshabandy Batu Hampari tinggi dan dengan istikharah sesuai syari’at Nabi. 1295 H) Maka hendaklah orang yang ingin tetap dengan tarekat yang tinggi dan sunnah sunniyah ini agar “Segala puji bagi Allah dengan pujian yang Ia bergaul dengannya. Dan aku berwasiat kepadanya ridhai untuk kesucian zatNya, serta shalawat dan untuk berpegang teguh kepada al-Qur’an dan al- salam semoga tercurahkan atas orang pilihanNya Sunnah, selanjutnya meluruskan akidah sesuai yang mulia untuk diberikan wahyu dan khitab dengan paham Ahl al-Sunnah yang mana mereka Nya, khalifa Allah untuk segala khalifahNya yakni itu adalah golongan yang selamat berdasarkan Sayyidina Muhammad, dan semoga tercurahkan sesuatu yang telah di terapkan para Imam kasyaf juga kepada Keluarga dan sahabatnya. Setelah itu dan wijdan dan aku berwasiat kepadanya dengan maka saya Abdurrahmȃn bin ‘Abdullȃh al-Khȃlidȋ memuliakan para fuqaha dan fuqara dan para al-Naqsyabandi yang bermukim di Batu Hampar, penghafal qur’an dan aku wasiatkan juga dengan sungguh telah aku ijazahkan anakku pada jalan Allah berlapang dada dan ringan jiwa dan ringan tangan dan yang dia itu mencintai karena Allah lagi menuju dan bermanis wajah dan pemurah dan menahan kepada Allah yaitu Haji Muhammad Rȃsyidȋn bin segala yang menyakitkan dan memaafkan kesalahan Maulaȃna ‘Abdurrahmȃn al-Jȃwi Batu Hampar Taulan serta memberi nasehat kepada yang kecil- -mudah-mudahan Allah memberinya taufiq dan kecil dan yang besar-besar dan meninggalkan mencintainya dan meridhainya dan kesempurnaan berbantah-bantah, meninggalkan rakus, dan atas sekalian orang Mukmin, lalu memberi limpahan berpegang teguh kepada Allah azza wa jalla dalam Allah kepadanya- dengan mengajarkan zikir dan menunaikan segala hajat, karena sesungguhnya dia tawajuh yang telah ditetapkan dalam tarekat yang tidak akan mensia-siakan orang yang memohonkan tinggi yaitu Naqsyabandiyah al-Mujaddidiyah pertolongan kepadanya. Dan aku wasiatkan agar yang dinisbahkan kepada tempat zahirnya segala dia tidak mengharapkan keselamatan kecuali keajaiban dan sumber segala rahasia-rahasia dan dalam kebenaran dan juga tidak mengharapkan makna-makna yaitu guru dari para Syekh yaitu sampai kepada Allah melainkan dalam mengikuti Syekh Ahmad al-Fȃrûqȋ al-Sirhindȋ yang dikenal Nabi Muhammad semoga tercurahkan shalawat dengan Imam Rabbȃni sang pembaharu pada seribu kepadanya, keluarga dan sahabatnya. Dan tahun yang kedua semoga disucikan rahasianya dan janganlah dirinya sekali-kali mengira lebih baik aku jadikan tangannya tanganku dan qabulnya dari seseorang, akan tetapi dia tidak meliat dirinya qabulku, maka aku menjamin bagi orang yang itu ada. dan setiap orang yang menyakitinya melazimkan akan tarekat ini bahwa memperoleh dengan namimah dan hasad maka hendaklah dia ia akan sesuatu yang tidak meliputi dengannya akal menyerahkan urusannya kepada Allah dan tidak segala orang yang berakal dan tak tergapai oleh ilmu perlu memberatkan diri dalam menolak keburukan segala Ulama, dan tidak hamba beri ijazah orang orang itu dengan himah. Maka sesungguhnya tersebut kecuali setelah memintak ijazah daripada sebahagian dari guru-guru tarekat yang tinggi ini sekalian orang-orang yang termasyhur yang telah ada orang-orang yang dengan himmah mereka saja

Genealogi Spritual Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Minangkabau... 29 berlobanglah pegunungan, jika mau mereka mampu Kabir al-Mukaram Maulana Dhiya’al-Dȋn al-Syekh al-Khalidy qaddasa sirrahu dan beliau itu mengambil memindahkan benda yang rusak dengan takdir ijazah daripada Syekh Kabir al-Mukaram al-Syekh Allah secepat mungkin. Semoga Allah melimpahkan ‘Abdullah al-Dah[la]wi qaddasa Allȃhu sirrrahu dan beliau itu mengambil ijazah daripada Syekh kesejahteraan dan keselamatan kepada Nabi yang Kabir al-Mukaram Syekh Samsudin qaddasa Allȃhu ummi, keluarga, dan sahabatnya sebanyak bilangan sirrahu dan beliau mengambil ijazah daripada Syekh Kabir al-Mukaram Sayyidi Syekh Nur al-Badwani makhluk, sekehendaknya, seindah ‘arsynya sepanjang qaddasa Allȃhu sirrahu dan beliau itu mengambil waktu. Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta ijazah daripada Syekh Kabir al-Mukaram Maulana Syekh Muhammad Ma’shum qaddasa Allȃhu sirrahu Alam. Selesai pada hari dua puluh tiga dari bulah dan beliau mengambil ijazah daripada Syekh Kabir Ramadhan yang diberkahi pada tahun 1306” al-Mukaram al-Syekh Ahmad al-Faruqi qaddasa Allȃhu sirrahu dan beliau itu mengambil ijazah daripada Syekh Kabir al-Mukaram Mu’yidin al- Naskah di atas merupakan ijazah yang Syekh Muhammad al-Baqi qaddasa Allah sirrahu diberikan kepada Syekh Abdurrahman Batu dan beliau itu mengambil ijazah daripada Syekh Kabir al-Mukaram Maulana Syekh Khawajakan al- Hampa kepada anaknya Syekh Arsyad Batu Amkan al-Samarqandi qaddasa Allȃhu sirrahu dan hampa pada tahun 1301 H/ 1884 M. Dalam beliau itu mengambil ijazah daripada Syekh Kabir al-Mukaram Maulana Syekh Muhammad Darwis ijazah ini jelas dinyatakan bahwa salah satu qaddasa Allȃhu sirrahu dan beliau itu mengambil ajaran zikir dan tawajuh yang diamalkan pada ijazah daripada Syekh Kabir al-Mukaram Syekh al-Masyayikh Maulana Syekh Muhammad Zahidi tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah adalah ajaran qaddasa Allȃhu sirrahu dan beliau itu mengambil zikir dan tawajuh yang diadopsi dari tarekat ijazah daripada Syekh Kabir al-Mukaram al-Masyrab al-Naqsyabandi al-Ma’ruf bikhawajihi Ahrari al-Syekh Naqsyabandiyah Mujaddidiyah yang dinisbahkan ‘Abd Allah al-Sumarqandi qaddasa Allȃhu sirrahu kepada Syekh Ahmad al-Faruqi Sirhindi. dan beliau itu mengambil ijazah daripada Syekh Kabir al-Mukaram Maulana al-Syekh Muhammad Kedua, naskah ijazah berbasa melayu dan Ya’qub al-Jarkhi al-H{as}ari qaddasa Allȃhu sirrahu aksara arab melayu yang berisikan nama orang dan beliau itu mengambil ijazah daripada Syekh Kabir al-Mukaram Qatib al-Aqthab al-Syekh Muh} yang diijazahkan tanpa sanad atau silsilah dan ammad Bukhari qaddasa Allȃhu sirrahu dan beliau itu nama orang yang diijazahkan beserta dengan mengambil ijazah daripada Syekh Kabir al-Mukaram Daulah Imam al-Thariqah wa Ghauth al-Khalifah sanad atau silsilah tarekat, seperti di bawah ini : al-Faidh al-Jadi wa al-Nur al-asrar al-Ma’ruf Bishah al-Naqsyabandi Syekh Baha’ al-Din Muhammad al- “Bismi Allȃh al-Rahmȃn al-Rahȋm Adapun silsilah Ausi al-Bukhari qaddasa Allȃhu sirrahu dan beliau itu Tharȋqah Naqsyabandiyah Khȃlidiyah maka hamba mengambil ijazah daripada Syekh Kabir al-Mukaram Allah yang hina faqir al-haqir al-Haj Muhammad Jaulatu Mani’ al-Ma’araf al-Kamal Sayyid al-Sadat Syarif di dalam Pasaman daerah Sungai Talang al-Syekh Sayyid Kilal qaddasa Allȃhu sirrahu dan mengambil ijazah daripada akhȋnȃ Maulanȃ Sayyidi beliau itu mengambil ijazah daripada Syekh Kabir Syekh ‘Abdurrahman ibn al-Marhum Sayyid Husain al-Mukaram qatib al-Auliya’ al-Syekh Baba al-Samasi al-Khalidi Kuran al-Qȃ’imȋn fȋ maqȃm Maulana qaddasa Allȃhu sirrahu dan beliau itu mengambil Sayyid Syekh Ibrahim al-Khalidi Naqsyabandiyah ijazah daripada Syekh Kabir al-Mukaram al-Ma’rudh Mujaddidiyah dȃrr al-amȃn bilȃd al-Kumpulan ‘an al-Dunyawi wa al-Ukhrawi Syekh al-Masha’ikh daerah Koto Tuo, dia mengambil ijazah daripada Muhammad al-Anjiri Fanawi qaddasa Allȃhu sirrahu Niniknya Maulana Sayyid Syekh Kabir al-Mukaram dan beliau itu mengambil ijazah daripada Syekh Syekhuna wa Murshidina Sayyid Syekh Ibrahim Kabir al-Mukaram Qatib al-Auliya’ al-Syekh al-‘Arif al-Khalidi Naqsyabandi Kumpulan dan beliau itu al-Riyawukri qaddasa Allȃhu sirrahu dan beliau itu mengambil ijazah daripada Syekh Kabir al-Mukaram mengambil ijazah daripada Syekh Kabir al-Mukaram yaitu Sayyidi Syekh Abdullah Sulayman Afandi al- Qatib al-Rabbani al-Syekh ‘Abd al-Khaliqi Fajwani Khalidi al-Ash’ari Naqsyabandi qaddasa Allȃh sirrahu qaddasa Allȃhu sirrahu dan beliau itu mengambil dan beliau itu mengambil ijazah daripada Syekh ijazah daripada Syekh Kabir al-Mukaram Quwwatu

30 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2016 al-Ghauthi al-Shamadani al-Syekh Yusuf al-Hamdani barang yang tiada meliputi dengan dia itu oleh akal qaddasa Allȃhu sirrahu dan beliau itu mengambil segala mereka yang berakal dan pendek daripadanya daripada Syekh Kabir al-Mukaram Qatib al-Aqthab ilmu segala Ulama dan tiada hamba beri ijazah Syekh Abi ‘Ali al faramidi qaddasa Allȃhu sirrahu dan akan al-Haj Muhammad Syarif yang tersebut itu beliau itu mengambil ijazah daripada Syekh Kabir melainkan kemudian daripada memintak ijazah al-Mukaram Sulthan al-‘Arifin al-Syekh al-Ghauth daripada segala Auliya yang masyhur-masyhur yang al-Washilin al-Syekh Ibn al-Kharqani qaddasa tersebut nama mereka itu semu[h]anya di dalam do’a Allȃhu sirrahu dan beliau itu mengambil daripada silsilah dan kemudian daripada hamba istikharah Syekh Kabir al-Mukaram Sulthan al-‘Arifin Yazid syar’iyah maka hendaklah berpegang dengan dia siapa- al-Bisthami qaddasa Allȃhu sirrahu dan beliau itu siapa yang berkehendak bergantung kepada tarekat mengambil ijazah daripada Syekh Kabir al-Mukaram Naqsyabandiyah ini dan hamba pesan akan dia itu Syekh Imam Ja’far Ibn Muhammad al-Shadiq Radhi dengan berpegang dengan Kitȃbullȃh dan Sunnah Allȃhu hu ‘Anhuma dan beliau itu mengambil ijazah Rasulullah Shalallah ‘Alaihi wa Sallam dan hamba daripada Syekh Kabir al-Mukaram Syekh Qasim Ibn suruh akan dia dengan mehasilkan segala ‘aqȃ’idah Abi Bakr al-Shiddiq Radhi Allȃhu ‘Anhuma dan beliau al-imȃn dengan mazhab Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah itu mengambil ijazah daripada (daripada) Syekh Kabir karena mereka itu mempunyai keluasan daripada al-Mukaram Syekh Salman al-Farisi Radhiy Allȃhu sesuatu seperti barang yang telah dilihat di dalam ‘Anhu dan beliau itu mengambil ijazah daripada kasyaf yang sahih oleh segala Aulia Allah ta’ala dan lagi Ashhabah Rasulullah Shalallah ‘Alaihi Wasallam usiat akan dia dengan memuliakan segala Ulama dan Sayyina Abi Bakar Shiddiq Radhi Allah ‘Anhu dan segala Fuqaha dan segala orang yang Hafizh Qur’an beliau itu mengambil ijazah daripada al-‘Ulama’ wa dan dengan suci hati daripada dengki dan kianat dan al-Mursalin al-Mahbub Rab al-‘Alamin Sayyidina dengan murah tangan pada segala harta dan manis Muhammadan al-Musthafa Shalallah ‘Alaihi Wasallam muka dan murah nafas pada segala jalan kebajikan dan ia mengambil daripada Sayyidina Jibra’il ‘Alaihi dan sabar atas kesakitan dan memaafkan segala Salam yang ia mengambil daripada Tuhan Rab al- kesalahan taulan dan memuliakan segala mereka yang ‘Alamin wa Shalallah Kathir Muhammad wa Alihi tuha-tuha dan kasihan kepada segala mereka yang ‘Adada Khalkihi wa Sallam Tasliman Mithlu Dzalik.” muda-muda dan meninggalkan bertambah-tambah pada sekalian perkara istimewa pula cara i’tiqad dan menjauhkan tamak pada harta dan hendaklah Bismillȃhirrahmȃnirrahȋm berpegang pada menyampaikan barang mana hajah Al-hamdulillȃh hamdan yartadhȋhi lijanȃ bihi kepada Allah ta’ala dan janganlah harap akan sampai wa al-shalȃt wa al-sallȃm ‘alȃ ajalli man ishthafȃ kepada Allah Ta’ala melainkan pada jalan yang benar liwahyihi wa khithaȃbihi khalifah Allȃh fi khalȋfatihi dan pada mengikuti syari’at Rasulullah Shalallah Muhammad wa ‘alȃ ‘ȃlihi wa ashhȃbihi. Adapun ‘Alayhi Wasallam pada zahir dan batin dan janganlah kemudian daripada itu maka berkatalah hamba sekali-kali disangkanya dirinya itu afdhal daripada seorang yang Faqir ilȃ Allah ta’ala bahwasanya telah seorang jua daripada makhluk hanyalah hendaklah di hamba beri ijazah akan seorang saudara akhi pada i’tiqatkannya dirinya itu (tiada) maujud dan barang jalan kepada Allah yaitu al-Mukaram al-Muhtaram siapa menyakiti akan dia dengan hasad atau namȋmah yaitu al-Haj Muhammad Syarif di dalam Negri atau barang sebagainya maka hendaklah diserahkan Pasaman Kampung Sungai Talang mudah-mudahan pekerjaannya itu kepada Allah Ta’ala jua inilah usiat memberi Allah akan dia itu taufik bagi mengerjakan Ninik hamba Sayyidi Syekh Ibrahim al-Khalidi barang yang dikeridhai Allah ta’ala mudah-mudahan Naqsyabandi Kumpulan dan hamba usiatkan pula memberi limpah Allah ta’ala atas sekalian mukminin seperti demikian kepada orang yang memakai surat akan segala fayd-Nya dan berkatnya hamba ijazahkan ini yang tersebut dahulu itu hendaklah diamalkan akan dia pada mengerjakan zikir dan pada tawajjuh usiat hamba itu dan usiatkan pula kepada siapa-siapa yang telah teradat pada tarekat Naqhabandiyah mengikuti dia demikianlah adanya. Mujadidiyah Khalidiyah yang dibangsakan kepada Muhararu fi yaumi sabt 28 Sawal sanah 1334 Imam yang menzahirkan segala yang ajaib-ajaib dan likitȃbatihi al-Syekh ‘Abd al-Rahman Ibn al- tempat terbit segala rahasia yaitu Syekh sekalilan Syekh Marhum Syekh Muhammad Husain al-Khalidi Ahmad al-Faruqi al-Sirhindi yang telah dimasyhurkan Kumpulan Kampung Padang dengan namanya Imam al-Rabbani yang membaharui Agama pada seribu tahun yang kedua hamba jadikan tangannya seperti tangan hamba dan qabulnya itu seperti qabul hamba sungguhpun bagi barang siapa melazimkan akan tarekat ini bahwa mendapat akan

Genealogi Spritual Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Minangkabau... 31 (‘Abd al-Rahman bin Syekh Muhammad Naqsyabandiyah baru masuk pada tahun 1850 M Husain Kumpulan, 1328) oleh Syekh Ismail dapat terbantahkan. Ketiga, Naskah Ijazah berbahasa Arab Pada ijazah ini jelas terlihat bahwa Syekh yang berisikan nama orang yang diijazahkan Abdurrahman yang merupakan khalifah dari serta silsilah tarekat Naqsyabandiyah milik Syekh Ibrahim Kumpulan memberikan ijazah mursyid yang memberi ijazah. Ijazah ini terdiri kepada Muhammas Syarif melalui sanad dari dua macam, yaitu: 1) Ijazah yang hanya atau silsilah Syekh Ibrahim Kumpulan yang menuliskan nama orang yang mengijazahkan mengambil tarekat kepada Syekh Abdullah dan yang menerima ijazah beserta wasiat dan Afandy seorang khalif dari Syekh Khalid Kurdi. silsilah tarekatnya; 2) Ijazah yang berisikan nama Ini sekaligus menjadi bukti bahwa tarekat penerima ijazah dan pemberi ijazah serta wasiat Naqsyabandiyah telah dikembangkan oleh Syekh dan silsilah tarekat, kemudian terdapa juga do’a Ibrahim Kumpulan sepulang dari Mekah dengan khatam khawajakan pada ijazah tersebut. Contoh membawa ijazah mursyidnya. Hingga pernyataan dari naskah ketiga ini dapat dilihat pada gambar Martin dan Schrieke yang mengatakan tarekat berikut:

Foto Naskah dengan stempel Ali Ridha dan do’a khatam khawajakan

32 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2016 KESIMPULAN Berdasarkan ini dapat dikatakan bahwa telah terjadi perubahan bentuk ijazah pada tarekat Tarekat Naqsyabandiyah sebagai tarekat yang Naqsyabandiyah, dan dengan ini juga dapat mendominasi di Minangkabau bersumber dan kita kategorisasikan bahwa ijazah milik Syekh berpusat di Jabal Abi Qubais berdasarkan Naskah Abdurrahman Batu Hampa dan Syekh Ibrahim Ijazha. Umumnya ijazah tarekat Naqsyabandiyah Kumpulan adalah bentuk ijazah awal atau tertua di Minangkabau untuk melalui genealogi Timur di Minangkabau. Ketika tarekat ini pertama Tingah bersumber kepada Abdullah Afandy kali berkembang bentuk ijazah inilah yang sebagai Khalifah Syekh Khalid dan Syekh Sulaiman digunakam. Sedangkan bentuk ijazah milik Syekh Zuhdi sebagai khalifah dari Syekh Sulaiman Muhammad Bashir Lubuk Landur adalah bentuk al-Qarimi yang merupakan khalifah dari Syekh ijazah yang telah dirubah formatnya ketika masa Abdullah Afandi. Sedangkan untuk genealogi di Syekh Sulaiman Zuhdi dan inilah yang digunakan Minangkabau awal bersumber dari Syekh Ibrahim setelah pertengahn abad ke 20 dimana tarekat Kumpulan dan Syekh Ismail al-Minangkabawi. Naqsyabandiyah telah tersebar luas. Selain itu, Kedua ulama ini mendapat ijazah dari Syekh setiap ijazah diperkuat dengan stempel mursyid Abdullah Afandi. Syekh Ismail ketika berada yang mengijazahkannya sebagai bukti bahwa di Makkah memberikan ijazah kepada Syekh ijazah ini original. Sehingga tidak gampang bagi Abdurrahman dan Syekh Thaher Barulak yang orang lain untuk memalsukan ijazah. kemudian sangat berjasa dalam perkembangan tarekat Naqsyabandiyah di Minangkabau. DAFTAR PUSTAKA Setiap ijazah yang digunakan oleh Syekh Ibrahim dan Syekh Abdurrahman Batu Hampa Abdullah, Muhammad Shagir. (1985). Syekh memiliki format dan isi yang sama, yang Ismail al-Minangkabawi Penyiar Tarekat membedakannya hanyalah bahasa, untuk ijazah Naqsyabandiyah Khalidiyah. Solo: Syekh Abdurrahman berbahasa Arab dan untuk Ramadhani. Ijazah Syekh Ibrahim berbahasa Melayu yang Ansari Muhammad, Abdul Haq. (1986). bisa dikatakan terjemahan dari ijazah berbahasa and Shari’ah: A Study of Shaykh Ahmad Arab. Ijazah ini tidak memiliki silsilah, hanya Sirhindi’s Effort to Reform Sufism.Islamic berisi nama pengijazah dan nama penerima ijazah Fondation. beserta wasiat-wasiat. Sedangkan ijazah dari jalur Azra, Azyumardi. (2007). Jaringan Ulama Timur Sulayman Zuhdi dan Ali Ridha milik Syekh Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII Muhammad Bashir Lubuk Landur memiliki dan XVIII. Jakarta: Kencana. format dan isi yang berbeda. Pada ijazah ini tidak saja mengandung nama pemberi dan penerima Bruinessen, Martin van. Tarekat Naqsyabandiyah ijazah namun juga terdapat silsilah tarekat dan di Indonesia. Bandung: Mizan, 1992. doa khatam khawajakan.

Genealogi Spritual Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Minangkabau... 33 ______. (1995). , Pesantren dan Hadi, Syofyan. (2011). Naskah al-Manhal Tarekat, Tradisi-tradisi Islam di Indonesia. al-adhb li-Dhikiral-Qalb: Kajian atas Bandung: Mizan. Dinamika Perkembangan Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Minangkabau. Chambert-Loir, Henri. (2013). Naik Haji di Masa Lembaga Studi Islam Progresif (LSIP). Silam, Kisah-kisah Orang Indonesia Naik Haji 1482-1964, jilid I. Jakarta: Kepustakaan Hasan. (1333). Maqȃmȃt Imȃm Rabbȃnȋ, Populer Gramedia (KPG). Mujaddid Alf Tsȃnȋ. Shahi Press.

Dipodjojo, S Asdi. (1996). Memperkirakan Ismail, Taufiq. (1978). Sejarah dan Masyarakat. Titimangsa Suatu Naskah. Yogyakarta: Jakarta: Pustaka Firdaus. Lukman Ofset Yogyakarta. al-Kurdi, Muhammad Amin. (1996). al-Mawȃhib Dobbin, Christine. (1992). Kebangkitan Islam al-Sarmadiyyah. Damsiq: Dar Hira. Dalam Ekonomi Petani Yang Sedang ______. (t.th). Tanwȋr al-Qulûb fi Mu’ȃmalah Berubah,Sumatera Tengah, 1784-1847. al-‘Allȃm al-Ghuyûb. Damsiq: Dar Ihya’ al- Jakarta: INIS. Kutub al-‘Arabiyyah. al-Dausari, Husein Ibnu Ahmad al Bishri al Laffan, Michael. (2011).The Makings of Indonesian Khalidi. (1306). Rahmatul Habithah fi Islam: Orientalis and the Narration of a Sufi Zikri Ismu Dzat wa ar Rabithah. Makkah: Past. Princeton University Press. al Muhamiyah. Mulyati, Sri. (2004). Mengenal dan Memahami al-Damshiqi al-Baythar , ‘Abd al-Razaq. (1993). Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia. Hilyah al-Bashar fi ȃT rikh al-Qarn al-Tsalits Jakarta: Prenada Media. ‘Ashr. Beirut: Dar Shadir. al-Nabhani Ismail, Yusuf bin. (1978). Jȃmi’ Fathurahman, Oman. (2011). Filologi dan Karȃmati al-Awliyȃ’ (cet. III). Beirut: Islam Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur Maktabah al-Syabi’ah. Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI. ar-Rasuly, Sulaiman. (1954). Tablȋgh al-Ãmanȃt fi Izalati al-Munkarȃt wa al-Syubhȃt. Forum Karya Ilmiyah (FKI) TAHTA Lirboyo. Bukittinggi: Nusantara. (2013). Kajian Pesantren Tradisi dan Menjawab Vonis Bid’ah. Kediri: Gerbang Schrieke. (1973). Pergolakan Agama di Sumatera Lama. Barat: Sebuah Sumbangan Bibliografi. Jakarta: Bhatara. Foley, Sean. (2008). The Naqshabandiyya- Khalidiyya, Islamic Sainthood, and Religion in Modern Times. Journal of World History, Vol. 19, No. 4.

34 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2016