Studi Terhadap Peran Sentral Syekh Burhanuddin Ulakan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Indonesian Journal of Islamic History and Culture Vol. 1, No. 2 (2020). 122-136 P-ISSN: 2722-8940; E-ISSN: 2722-8934 SEJARAH ISLAMISASI MINANGKABAU: STUDI TERHADAP PERAN SENTRAL SYEKH BURHANUDDIN ULAKAN Ridwan Arif Universitas Paramadina, Jakarta Email: [email protected] Abstract Sheikh Burhanuddin is known as a prominent Minangkabau scholar. The Islamization of Minangkabau is commonly associated with him. He is seen as a scholar succeeded in islamizing the Minang community. This study examines the role of Sheikh Burhanuddin in the process Islamization of Minangkabau. It examined the approaches and methods applied by Sheikh Burhanuddin in his efforts to Islamization. This study is a qualitative research, namely library research using the document analysis method. The results indicate that Syekh Burhanuddin was successful in his efforts to Islamize Minangkabau because he used the Sufism approach in his preaching, namely da'wah bi al-hikmah. This approach is implemented in the da'wah method, namely being tolerant of, and adopting local culture (Minangkabau customs and culture). Even further, Sheikh Burhanuddin succeeded in integrating Minangkabau customs with Islamic teachings. Keywords: Syekh Burhanuddin; da'wah; Islamization of the Minangkabau Abstrak Syekh Burhanuddin dikenal sebagai seorang ulama besar Minangkabau. Islamisasi Minangkabau sering dikaitkan dengan dirinya. Ini karena ia dipandang sebagai ulama yang sukses mengislamkan masyarakat Minang. Studi ini mengkaji peran Syekh Burhanuddin dalam islamisasi menangkabau. Ia meneliti pendekatan dan metode-metode yang digunakan Syekh Burhanuddin dalam upaya islamisasi. Kajian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian kepustakaan yang menggunakan metode dokumen analisis. Hasil kajian ini menunjukkan Syekh Burhanuddin berhasil dalam upaya islamisasi Minangkabau karena menggunakan pendekatan tasawuf dalam dakwahnya yaitu da’wah bi al-hikmah. Pendekatan ini diimplementasikan dalam metode dakwahnya yaitu bersikap toleran terhadap, dan mengadopsi budaya lokal (adat dan budaya Minangkabau). Bahkan lebih jauh Syekh Burhanuddin berhasil memadukan adat Minangkabau dengan ajaran Islam. Kata Kunci: Syekh Burhanuddin; dakwah; islamisasi Minangkabau Pendahuluan Syekh Burhanuddin adalah seorang Minangkabau. Kendati bukan ulama tokoh ulama legendaris Minangkabau. pertama yang menyebarkan Islam di Tidak diragukan lagi, ulama ini telah minangkabau, tetapi ia dipandang memberikan kontribusi yang signifikan sebagai ulama yang berhasil bagi perkembangan Islam di mengislamkan masyarakat Minangkabau Copyright © 2020 Indonesian Journal of Islamic History and Culture | 122 Ridwan Arif secara merata dan menyeluruh. Selain Minangkabau. Dalam artikel ini menyebarkan Islam secara umum, didedahkan pendekatan-pendekatan Burhanuddin juga dikenal sebagai ulama yang digunakan Burhanuddin dalam sufi pertama yang membawa Tarekat mengislamkan masyarakat dan adat Syaththāriyyah ke Ranah Minang. Minangkabau. Dengan demikian ia adalah murshīd Biografi Ringkas Syekh Burhanuddin utama Tarekat Syaththāriyyah di Burhanuddin berasal Guguak Minangkabau. Kebesaran nama Sikaladi, Pariangan Padang Panjang, Burhanuddin belum pudar hingga saat Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. ini. Ini dapat dilihat dari acara peringatan Ia berasal dari keluarga bangsawan. tahunan hari wafatnya (haul) -yang Ayahnya Pampak Sati Karimun Merah, dikenal dengan istilah “Basapa (bersafar) dikenal sebagai seorang petapa sakti ke Ulakan- dihadiri oleh ribuan yang juga dikenal sebagai “Datu” pengunjung dari berbagai pelosok (pemberi obat). Ibunya seorang “puteri” Minangkabau dan beberapa provinsi di yang dipanggil dengan Puteri Cukuik Indonesia. Tidak hanya di bulan Safar, di Bilang Pandai. Dalam tradisi hari-hari biasa pun makamnya ramai Minangkabau yang dikenal dengan dikunjungi oleh penziarah dari berbagai sistem matrilineal, Burhanuddin berasal daerah di Indonesia. dari suku Guci (Samad 2003). “Adat basandi syarak, syarak Tidak ada informasi yang pasti basandi kitabullah” (agama Islam harus mengenai tahun kelahirannya. menjadi dasar bagi adat) yang Sejarahwan memperkirakan ia merupakan falsafah hidup masyarakat dilahirkan pada paruh pertama abad ke- Minang dan masih dipegang teguh 17. Azyumardi Azra misalnya menulis hingga kini adalah buah dari upaya besar masa hidup Syekh Burhanuddin hidup Burhanuddin dalam islamisasi yaitu 1056-1104 H/ 1646-1692. Ada Minangkabau. Keberhasilan beberapa pendapat tentang nama kecil Burhanuddin dalam mengislamkan Burhanuddin (Azra 1988). Pendapat masyarakat Minang secara merata tanpa pertama, namanya ialah “Buyuang mendapatkan perlawanan berarti Panuah” (anak laki-laki yang sudah menarik untuk dikaji. Karena itu tulisan penuh, cukup, atau sudah mapan). Kedua, ini membahas peran sentral Syekh Burhanuddin memiliki nama kecil Burhanuddin dalam islamisasi “Buyuang Pono” yang merupakan Indonesian Journal of Islamic History and Culture - Volume 1, No 2, 2020 | 123 Sejarah Islamisasi Minangkabau: Studi Terhadap Peran Sentral Syekh Burhanuddin Ulakan singkatan dari “Samparono” (sempurna). Sedangkan Mahmud Yunus menyatakan Ketiga, Imam Maulana dalam bukunya Burhān al-Dīn berguru dengan ‘Abd al- Muballighul Islam menyebut nama kecil Ra’ūf selama 21 tahun dan kembali ke Burhanuddin ialah “Qanun”. Minangkabau pada 1680. Tamar jaya, Sebagaimana lazimnya anak-anak sebagaimana dikutip oleh Samad, Minangkabau, sejak usia dini menyatakan, sebelum hari Burhanuddin telah meneriman kepulangannya ke Minangkabau Pono pendidikan akhlak dan budi pekerti dari diberi nama baru oleh ‘Abd al-Ra’uf kedua orang tuanya. Setelah meningkat dengan “Burhanuddin”. Sejak saat itu remaja, ia mempelajari ilmu-ilmu resmilah Pono memakai nama barunya keislaman dari seorang syekh asal yaitu Burhanuddin. Burhanuddin dilepas Mekkah, Syekh ‘Abd Allāh ‘Ᾱrif (w. pulang ke Minangkabau oleh gurunya 1039/1619). Syekh yang dikenali dengan disaksikan oleh teman-temannya dan “Tuanku Madīnah” ini menetap di beberapa pembesar Kesultanan Aceh Tapakis Ulakan. Setelah wafatnya (Samad 2003). Sesampainya di Tuanku Madinah, atas saran sang guru Minangkabau, Burhanuddin memilih (sewaktu ia masih hidup), Burhān al-Dīn Ulakan sebagai tempat menetap. Di melanjutkan pendidikannya ke Aceh, daerah inilah Burhanuddin memulai dengan Syekh ‘Abd al-Ra’ūf al-Fanshūri upaya islamisasi Minangkabau bersama (w. 1105/1693).1 Tidak ada informasi para sahabat dan murid-muridnya pasti tentang lama pendidikan dengan mendirikan surau di Tanjung Burhanuddin dengan ‘Abd al-Ra’ūf. M. Medan, Ulakan. Letter misalnya, menyatakan Sayangnya kita tidak dapat Burhanuddin belajar selama tiga puluh menyelidiki pemikiran keagamaan tahun, yakni dua tahun di Singkil dan dua Burhanuddin secara pasti sebab ia tidak puluh delapan tahun di Banda Aceh yaitu meninggalkan karangan yang sejak ‘Abd al-Ra’ūf dilantik oleh Sultanah merefleksikan ajaran dan pemikirannya. Shāfiyatuddīn Shah (m. 1641-1675) Meskipun ia meninggalkan kitab yang sebagai Qādhī Mālik al-‘Adil atau Muftī. berjudul Kitāb al-Taḥqiq,2 tetapi kitab ini _______ 1 Syekh ‘Abd al-Ra’ūf ini lebih dikenal bukunya yang berjudul Syekh Burhanuddin, dengan nama Syekh ‘Abd al-Ra’ūf al-Sinkili atau manuskrip tersebut berada di tangan khalifah ke-42 Singkil. Syekh Burhanuddin, Syahril Luthan Tuanku Kuning di Surau Burhanuddin, Tanjung Medan, Ulakan. 2 Manuskrip ini ditulis oleh Syekh Manuskrip tersebut ditulis dalam bahasa Arab Burhanuddin sendiri. Saat Duski Samad menulis dengan menggunakan kertas lama berwarna kuning 124 | Indonesian Journal of Islamic History and Culture - Volume 1, No 2, 2020 Ridwan Arif hanya berbentuk ringkasan sejumlah Syekh Burhanuddin bukanlah karya tasawuf (Samad 2003). ulama pertama yang melakukan upaya Berdasarkan pemahaman keagamaan islamisasi Minangkabau. Sejarah gurunya, Syekh ‘Abd al-Ra’ūf, dapat mencatat, setidaknya ada dua orang dipastikan bahwa Burhanuddin ulama yang mendahului Burhanuddin mengikuti Ahl Sunnah wa al-Jama’ah dalam usaha islamisasi. Ulama pertama (Asy’ariyah) dalam i’tiqad, Mazhab Syafi’i yang tercatat merintis usaha islamisasi dalam fiqh dan Tarekat Syaththāriyyah minangkabau ialah Syekh Burhanuddin dalam tasawuf. (yang hidup di abad ke-12 hingga awal Burhanuddin wafat di surau-nya, di abad ke-13 M). Ulama ini merupakan Tanjung Medan, Ulakan dan sahabat Syekh ‘Abd Allāh ‘Ārif,3 seorang dimakamkan di Ulakan. Sampai saat ini ulama pendakwah asal Arab yang datang makamnya ramai diziarahi oleh berdakwah ke Aceh pada abad ke-12,4 pengunjung dari berbagai provinsi di tepatnya pada akhir era kesultanan Indonesia. Untuk mengenang jasanya, Peurlak (Arnold 1913, Mahyudin 2001, nama Burhanuddin diabadikan untuk Al-Attas 1966, 2011, Abdullah 1990). nama sebuah perguruan tinggi di ‘Abd Allāh ‘Ᾱrif datang mendakwahkan Pariaman yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Islam di kesultanan Semudra yang Tarbiyah Syekh Burhanuddin. kemudian diperintah oleh Maharaja Nūr al-Dīn (1155-1210 M). Dari akhir nama Upaya-upaya Islamisasi Syekh dan karyanya yang berjudul Bahr al- Burhanuddin Lāhūt5 kita dapat mengidentifikasi _______ yang lebih tebal dibanding kertas zaman ini dengan belajar kepada Shaykh ‘Abd Qādir al-Jīlānī (1079- menggunakan tinta kanji. Pada bagian Bab 1166 M.), pendiri tarekat Qādiriyyah. ‘Abd Allāh pendahuluan, pengarang dengan jelas menyatakan ‘Ᾱrif memulai pengembaraannya pada tahun 1177 bahwa “Buku ini adalah ringkasan dari 20 kitab M. populer tasawuf yang dipakai secara luas dalam lingkungan madzhab ahl sunnah wa al-jama’ah”. 4 Menurut Arnold, ‘Abd Allāh ‘Ᾱrif datang Kemudian pengarang membuat daftar