TRADISI DI KOTA

Oleh; Maezan Kahlil Gibran/1101136090 [email protected] Pembimbing; Drs. Syamsul Bahri, M.Si Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan ilmu Politik Universitas Riau Kampus Bina Widya , Jl. H.r Soebrantas km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293- Telp/Fax0761-63277

ABSTRAK Kebudayaan adalah kompleks yang mencangkup, pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, -istiadat, dan lain kemampuan serta kebiasaan oleh manusia anggota masyarakat. Tradisi adalah kebiasaan sosial yang diturunkan dari suatu generasi ke generasi lainnya melalui proses sosialisasi. Tradisi menentukan nilai-nilai dan moral masyarakat, karena tradisi merupakan aturan-aturan tentang hal apa yang benar dan hal apa yang salah menurut warga masyarakat. Tabuik adalah suatu warisan budaya berbentuk ritual upacara yang berkembang di Pariaman sejak sekitar dua abad yang lalu. Tabuik merupakan upacara atau perayaan mengenang kematian Husain, tetapi kemudian berkembang menjadi pertunjukan budaya khas Pariaman setelah masuknya unsur-unsur budaya . Bagi masyarakat Pariaman upacara ini tidak menjadi akidah (kepercayaan yang menyangkut dengan ketuhanan atau yang dipuja), pelaksanaannya hanya semata-mata merupakan upacara memperingati kematian Husain. Bagian yang dianggap penting dari perayaan tabuik adalah pelaksanaan pestanya yang oleh masyarakat Pariaman disebut batabuik atau mahoyak tabuik. Perayaan tabuik terdiri atas ritus-ritus atau rangkaian upacara yang dimulai dari ritus maambiak tanah ke sungai, maambiak/manabang batang pisang, maatam, marandai, maarak jari-jari, maarak saroban, tabuik naiak pangkek, maoyak tabuik, hingga ditutup dengan ritus mambuang tabuik ke laut. Ritus-ritus itu diwujudkan dalam bentuk prosesi-prosesi (arakan). Rentang waktu yang digunakan untuk prosesi-prosesi itu berkisar antara 10 hingga 14 hari pada awal bulan Muharram, bahkan dapat saja terjadi lebih dari itu. Dalam pelaksanaan tradisi tabuik sejak pertama dilaksanakan hingga sekarang telah mengalami perubahan dari segi kesakralan dan spiritual masyarakat Pariaman dalam menjalani prosesi tabuik, adapaun perubahan-perubahan dalam tradisi tabuik adalah sebagai berikut; Kepala Burak, Auang Tuo Tabuik, Bahan pada Kerangka Tabuik, Pembuangan Tabuik, dan Hoyak Tabuik. Pada zaman awal dilaksanakannya tabuik, tabuik memang dilaksanakan sebagian upacara yang sakral dan mengandung nilai agama yang tinggi, bagi para pelaku tabuik mempersiapkan acara tabuik sebagaimana merayakan hari besar agama. Namun pelaksanaan tabuik sekarang lebih kepada memperlihatkan nilai hiburan atau pariwisata Kota Pariaman. Kata kunci; Tradisi, Perubahan, Tabuik

JOM FISIP Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 Page 1

The Tradition of Tabuik in the City of Pariaman.

By; Maezan Kahlil Gibran/1101136090 [email protected] Counsellor; Drs. Syamsul Bahri, M.Si Sociology Major The Faculty Of Social Sciences And Sciences Political Riau University, Pekanbaru, Campus Bina Widya At HR Soebrantas Street Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293 Telp/Fax 0761 œ 63272 ABSTRACT Culture is complex that includes knowledge, art, moral, legal, customs and other skills and habits by human members of society. The tradition is a habit of social derived from a generation to generation other through the process of socialization. The tradition of determining the values and moral society, because tradition are the rules about what is right and what is wrong according to residents. Tabuik is a cultural heritage in the form of ritual ceremony, which is growing in Pariaman since about two centuries ago. Tabuik is a ceremony or the celebration commemorating the death of Husain, but then develop into a culture of Pariaman as in the elements of culture Minangkabau. For the Pariaman ceremony is not a faith (the trust concerned with the divined or the revered), the implementation of the just for the ceremony to commemorate the death of Husain. The important thing of the celebration of tabuik is the implementation of the party who by the Pariaman called batabuik or mahoyak tabuik. The celebration tabuik of ritus-ritus or a series of the ceremony begins from the rite maambiak tanah into the river, maambiak/manabang batang pisang, maatam, marandai, maarak jari-jari, maarak saroban, tabuik naiak pangkek, maoyak tabuik, to be closed with a rite mambuang tabuik into the sea. Ritus-ritus embodied in the form of the procession. Range of time used to it procession between 10 to 14 days at the beginning of Muharram, can even more than that. In the implementation of the tradition tabuik since the first will be conducted until now had a change in terms of kesakralan and spiritual communities in Pariaman in the procession tabuik, as for changes in the tradition tabuik is as follows; Kepala Burak, Auang Tuo Tabuik, The In Kerangka Tabuik, Pembungan Tabuik, and Hoyak Tabuik. At the dawn of the implementation of tabuik, tabuik is carried out some of the ceremony is sacred and contains the value of the high, for the perpetrators tabuik of preparing the show tabuik as celebrate religious holidays. But the implementation of the tabuik now more to show the entertainment value or tourism of the Pariaman. The key word: Tradition, Change, Tabuik.

JOM FISIP Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 Page 2

PENDAHULUAN Setiap memasuki bulan Muharram atau tahun baru Hijriyah, Tradisi adalah kebiasaan yang masyarakat Kota Pariaman menggelar turun-menurun yang mencerminkan perayaan tabuik yang disebut keberadapan para pendukungnya. masyarakat setempat perayaan Hoyak Tradisi memperlihatkan bagaimana Tabuik. Perayaan membuat dan anggota masyarakat bertingkah laku membuang ke laut, keranda yang baik dalam kehidupan bersifat duniawi dihiasi menyerupai burak (sejenis maupun gaib serta kehidupan burung yang membawa nabi keagamaan. Tradisi mengatur Muhammad S.A.W dalam perjalanan bagaimana manusia berhubungan Isra‘ Mi‘raj), ini menjadi acara dengan manusia lainnya, atau satu tahunan Pemerintah Kota Pariaman kelompok dengan kelompok lainnya, yang disaksikan beramai-ramai oleh tradisi juga menyarankan bagaimana masyarakat dari berbagai daerah, hendaknya manusia memperlakukan bahkan ada yang datang dari luar lingkungannya. Ia berkembang negeri. menjadi suatu sistem yang memiliki norma yang sekaligus juga mengatur Pembuatan dan pembinaan sanksi dan ancaman terhadap tabuik di Pariaman dikembangkan oleh pelanggaran dan penyimpangan Mak Sakarana dan Mak Sakaujana. terhadapnya, menurut Garna (1996: Merekalah yang mempelopori Tabuik 166) (Amran Umar, 10-16 :2013). Pasar dan Tabuik Kampung Jawa. Tabuik Pasar melahirkan Tabuik Tradisi adalah kebiasaan sosial Cimparuh, Bato, dan Karan Aur, yang diturunkan dari suatu generasi ke sedangkan Tabuik Kampung Jawa generasi lainnya melalui proses melahirkan Tabuik Pauh, Jati, Sungai sosialisasi. Tradisi menentukan nilai- Rotan. Pada masa kolonial Belanda nilai dan moral masyarakat, karena perayaan tabuik digalakkan sehingga tradisi merupakan aturan-aturan tabuik yang tampil sampai 12 buah. tentang hal apa yang benar dan hal apa Setelah kemerdekaan Republik yang salah menurut warga masyarakat. Indonesia, tabuik masih rutin Konsep tradisi itu meliputi pandangan dilaksanakan. Hanya saja pada tahun dunia (world view) yang menyangkut 1969 sampai dengan 1980 kepercayaan mengenai masalah perayaan tabuik terhenti, hal ini kehidupan dan kematian serta disebabkan situasi yang tidak peristiwa alam dan makhluknya atau memungkinkan untuk diadakan, konsep tradisi itu berkaitan dengan disamping tidak adanya keinginan sistem kepercayaan, nilai-nilai, dan masyarakat untuk melaksanakan, pola serta cara berfikir masyarakat.

JOM FISIP Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 Page 3

karena adanya perkelahian masal yang dan karenanya terjadilah perubahan menggangu ketentraman kota. masyarakat (Sztompka Piotr 2004: 7).

Berdasarkan uraian latar b. Faktor yang Mempengaruhi belakang penelitian, masalah Jalannya Proses Perubahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Dalam konsepsinya tentang kekuatan yang mempengaruhi 1. Apa saja nilai-nilai adat dan perubahan berasal dari segala aspek norma yang terkandung dalam situasi yang merangsang kemauan tradisi tabuik? untuk melakukan perubahan. 2. Adakah perubahan dalam Perubahan itu bersumber dari : tradisi tabuik? 1. Ketidakpuasan terhadap situasi Tujuan dalam penelitian ini yang ada, karena itu ada adalah : keinginan untuk situasi yang lain. 1. Untuk mengetahui perubahan 2. Adanya pengetahuan tentang tradisi tabuik dan yang telah perbedaan antara yang ada dan mengalami perubahan akibat seharusnya bisa ada. perkembangan zaman. 3. Adanya tekanan dari luar 2. Untuk memahami hubungan seperti kompetensi, keharusan nilai-nilai dan norma dengan menyesuaikan diri dengan kepercayaan agama yang lainnya. ada dalam tradisi tabuik. Kebutuhan dalam untuk TINJAUAN PUSTAKA mencapai efisiensi dan peningkatan. a. Teori Perubahan Sosial c. Perubahan dan Banyak penyebab perubahan Perkembangan Budaya masyarakat, yaitu antara lain; Kalau perubahan dalam pengetahuan (mental manusia), masyarakat telah meliputi aspek-aspek kemajuan teknologi serta struktur, nilai, dan norma atau kaidah, penggunaannya oleh masyarakat, lembaga-lembaga atau industri dan komunikasi dan transportasi, telah didukung oleh sebagian besar urbanisasi, perubahan/peningkatan anggota masyarakat, maka pada harapan, dan tuntutan manusia. Semua masyarakat telah terjadi perubahan ini mempengaruhi dan mempunyai atau perkembangan kebudayaan itu akibat terhadap masyarakat, yaitu menurut Hartomo dan Arnicun Aziz, perubahan masyarakat melalui kejutan

JOM FISIP Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 Page 4

terjadi karena adanya faktor dari dalam masyarakat untuk mencapai dan dari luar. prestasi tinggi demi kemajuan. V Faktor dari Luar V Faktor dari Dalam a) Akulturasi Terjadinya pembaharuan Yang dimaksud dengan sebagai faktor pengembangan yang akulturasi adalah proses sosial yang berasal dari dalam masyarakat timbul bila suatu kelompok manusia didukung oleh hal-hal sebagai berikut : dengan suatu kebudayaan tertentu a) Adanya kesadaran anggota- dihadapakan dengan unsur-unsur dari anggota masyarakat terhadap suatu kebudayaan asing yang berbeda ketinggalan oleh kemajuan sedemikian rupa sehingga unsur-unsur yang dialami masyarakat lain. kebudayaan itu lambat laun diterima Individu-individu yang dan diolah kedalam kebudayaannya memiliki rasa tidak puas sendiri. terhadap apa yang telah b) Asimilasi dicapainya biasanya terdorong untuk mencapai prestasi yang Dengan adanya mobilitas sosial lebih baik. Ini tentu saja penduduk, maka manusia baik secara mampu menciptakan individual maupun kelompok akan perkembangan kebudayaan bercampur satu sama lain. Akibat yang pesat. percampuran manusia dari berbagai b) Adanya kualitas anggota- kebudayaan, maka unsur-unsur anggota masyarakat yang kebudayaan yang terbawa oleh mereka kreatif. Ini akan mempengaruhi tercampur pula. Dari proses kemajuan/perkembangan percampuran unsur-unsur ini maka kebudayaan masyarakat yang terbentuk unsur kebudayaan baru yang bersangkutan. tidak dirasakan asing dan canggung c) Adanya suatu kebiasaan yang oleh masyarakat pendukungnya. memberikan penghargaan atau

inisiatif dari masyarakat c) Difusi kepada anggota-anggota yang Difusi adalah proses berprestasi. Hal ini dapat penyebaran unsur-unsur kebudayaan menjadi memotivasi anggota dari suatu daerah ke daerah lain atau lain demi kemajuan dari Negara ke Negara lain. Akibat masyarakat. adanya kemajuan dibidang teknologi

d) Adanya suasana persaingan komunikasi dan transportasi, telah sehat diantara anggota-anggota mempercepat difusi. Penyebarannya unsur-unsur kebudayaan melalui surat

JOM FISIP Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 Page 5

kabar, majalah, radio, tv, dan —konkret“ yang tidak dapat mereka elektronika lain yang makin meningkat artikan sendiri. Dalam kasus semacam menyebabkan peristiwa-peristiwa ini, istilah itu tidak cukup membantu disuatu daerah atau Negara dapat dan selulu menggambaran disatukan ke daerah atau Negara lain. kesombongan pengamat, arogansimisi, dan dogmatisme yang menganggap d. Sinkretisme diri sendiri selalu benar. Concise Oxford Menurut Istilah sinkretisme menunjuk Dictionary, sinkretisme adalah upaya pada pencampuran dan perpaduan untuk menenggelamkan berbagai yang merupakan akibat umum dari perbedaan dan menghasilkan kesatuan persinggungan atau kontak diantara berbagai sekte atau aliran kebudayaan. Karena konsep filsafat. Dengan kata lain, upaya sinkretisme sesunguhnya tidak menghasilkan kesatuan itu merupakan membantu manyatakan sesuatu yang tujuan tertinggi dan demi hal itu cukup beharga, kiranya lebih baik dianggap pantas untuk mengorbankan membuangnya dan mencoba untuk prinsip dan dogma. Dalam antropologi menemukan agama dan pemikiran dan teologi modern, istilah sinkretisme Asia Tenggara dengan menggali itu paling sering dipakai untuk gagasan yang lebih bermanfaat, yaitu menggambarkan upaya memadukan gagasan mengenai lokalisasi. Konsep berbagai unsur yang terdapat didalam ini menyoroti inisiatif dan sumbangan bermacam pembicaraan sehubungan masyarakat-masyarakat lokal sebagai dengan masalah keagamaan, tanpa jawaban dan penanggung jawab atas memecahkan berbagai perbedaan dasar hasil-hasil pertemuan budaya. dari prinsip-prinsip yang ada didalamnya. Dalam proses lokalisasi, unsur- unsur asing perlu menemukan akar- Sepintas lalu, tampaknya tidak akar lokal, atau cabang asli daerah ada sesuatu yang salah sehubungan tersebut, dimana unsur-unsur asing itu dengan istilah sinkretisme yang dapat dicangkokan. Baru kemudian, dengan tepat menggambarkan melalui peresapan oleh getah budaya pencampuran itu, tetapi asli itu, cangkokan itu akan penggunaannya sering kali bernada berkembang dan berbuah (Wolters, menghina atau merendahkan. 1951). Kalau kedua unsur itu tidak Kemudian, sering juga terkesan bahwa saling berinteraksi secara demikian itu, orang Asia Tenggara tidak mengetahui berbagai gagasan dan pengaruh asing prinsip, bahwa praktek dan pemikiran boleh jadi akan tetap menjadi sesuatu keagamaan mereka amat heterodoks, yang berada dipinggiran budaya. dan merupakan contoh bagi pemikiran

JOM FISIP Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 Page 6

e. Fungsionalisme terus dijalankan oleh ekuivalen- ekuivalen fungsional dari agama. Dalam sosiologi abad ke-20, tak diragukan tokoh terkemuka (dari Kesetian kepada gagasan tahun 1930-an hingga akhir 1950-an) komunis dan dipertahankannya ritual adalah fungsionalis Amerika Talcott seperti parade Mei di bekas Uni Soviet Parsons (1902-79), selain tokoh yang dikatakan sebagai ekuivalen dengan lain seperti R.K Merton (1910) dan agama. Ritual ini dianggap memenuhi Kingley Davis (1908-97) juga penting. kebutuhan akan nilai-nilai bersama dan Hingga tahun 1960-an Amerika ritual-ritual kolektif yang dipenuhi mendominasi sosiologi, sedangkan oleh keyakinan dan praktik agama antropologi sosial mendominasi ilmu yang lebih ortodoks pada masyarakat sosial Inggris. Jadi, dari tahun-tahun lain. awal 1920-an dan akhir 1950-an, meski perspektif teoritis lain juga ada namun tidak memberikan dampak METODE PENELITIAN yang berarti. Dunia teori didominasi 1. Lokasi Penelitian oleh versi fungsionalis dari teori struktural-konsensus. Lokasi penelitian adalah tempat dimana sipeneliti mengambil Meski pada masa sesudah itu data dari permasalahan yang pengaruhnya jauh berkurang dalam ditelitinya guna pembenaran dalam teori sosiologi, khususnya diluar kenyataan penelitiannya. Adapun Amerika Serikat, pemahaman lokasi penelitian yang penulis pilih mengenai alternatif teoritis adalah di Kota Pariaman, Sumatera kontemporer dalam sosiologi harus Barat. dimulai dari fungsionalisme. 2. Jenis dan Sumber Data Lebih ke masa kini, fungsionalisme dihadapkan dengan Jenis dan sumber data adalah masalah yang agak menjebak tentang mengenai darimana data diperoleh, bagaimana agama, yang mereka apakah data diperoleh dari sumber pandang esensial bagi langsung (data primer) atau data keberlangsungan masyarakat, mungkin diperoleh dari sumber tidak langsung menjadi tidak lagi begitu penting. (data sekunder). Sebagian fungsionalis berpendapat bahwa meskipun agama nampaknya kehilangan arti penting dalam banyak masyarakat (suatu proses yang dikenal sebagai sekularisasi), fungsi integrasi

JOM FISIP Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 Page 7

PARIAMAN KOTA TABUIK 2. Kondisi Demogrfis Laju pertumbuhan penduduk 1. Kondisi Geografis Kota Pariaman selama 4 tahun terakhir Kota Pariaman merupakan mencapai rata-rata 0,27%. Mengacu salah satu Kota di Provinsi Sumatera pada buku Kota Pariaman tahun 2010, Barat, Indonesia. Berdasarkan brosur jumlah penduduk Kota Pariaman Dinas Kebudayaan Pariwisata Kota tercatat sebanyak 77.006 jiwa, yang Pariaman, kota ini berjarak sekitar 56 terdiri dari 37.446 laki-laki dan 39.560 km dari Kota Padang atau 25 km dari perempuan. Pada tahun 2014 jumlah Bandara Internasional Minangkabau penduduk Kota Pariaman laki laki (BIM). Kota Pariaman merupakan sebanyak 37.138 orang dan perempuan hamparan dataran rendah dengan luas berjumlah 40.063 orang. Sedangkan 73,36 km2, berhawa panas, dan rata-rata tingkat kepadatan penduduk memiliki panjang garis pantai lebih terhitung sebesar 1.049 jiwa/km². kurang 12,7 km. Disamping dataran Jumlah terbanyak adalah Kecamatan terdapat 6 pulau kecil non urban yakni Kota Pariaman Tengah yakni 32.308 Pulau Angso, Kasiak, Tangah, Ujuang, jiwa. Bando, dan Gosong beserta gugusan karang. Secara geografis terletak pada 3. Sejarah Tabuik 0,61667o lintang selatan dan 100,1167o Tabuik, adalah suatu warisan bujur timur, berbatas disebelah utara budaya berbentuk ritual upacara yang dengan kecamatan V Koto Kampung berkembang di Pariaman sejak sekitar Dalam dan V Koto Timur, timur dua abad yang lalu. Tabuik merupakan dengan Kecamatan VII Koto Sungai upacara atau perayaan mengenang Sariak, selatan dengan Kecamatan Nan kematian Husain, tetapi kemudian Sabaris dan Ulakan Tapakis, yang berkembang menjadi pertunjukan semuanya dalam wilayah Kabupaten budaya khas Pariaman setelah Padang Pariaman Kota Pariaman, dan masuknya unsur-unsur budaya sebelah barat dengan Samudera Minangkabau. Hindia. Beriklim tropis basah yang Bagi masyarakat Pariaman sangat dipengaruhi oleh angin barat upacara ini tidak menjadi akidah dan memiliki bulan kering yang sangat (kepercayaan yang menyangkut pendek. Curah hujan pertahun dengan ketuhanan atau yang dipuja), mencapai angka sekitar 4.055 mm pelaksanaanya hanya semata-mata (2013) dengan lama hari hujan 198 merupakan upacara memperingati hari. Suhu rata-rata 25,34 °C dengan kematian Husain (Navis, 1986: 277). kelembaban udara rata-rata 85,25 dan Bahkan, Tabuik sudah dijadikan kecepatan angin rata-rata 1,80 km/jam.

JOM FISIP Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 Page 8

sebagai peristiwa budaya dan pesta 1. Tokoh agama/Alim . budaya Anak Piaman 2. Auang tuo tabuik pasa (Pak (Pariaman). Uban atau Nyiak). Masyarakat Pariaman adalah 3. Auang tuo tabuik subarang penganut Islam Sunni. Bagi penganut (Syafruddin). Sunni, mencintai keluarga Rasulullah NILAI-NILAI ADAT DAN bukan saja menjadi hak para penganut NORMA YANG TERKANDUNG Syi‘ah, tetapi juga berlaku bagi semua DALAM TABUIK umat Islam, tanpa kecuali, hanya saja 1. Nilai-nilai Adat yang Ada cara untuk melakukannya tidak sama. Pada Tabuik Dengan demikian, masyarakat Unsur-unsur utama tabuik, Pariaman tidak mempermasalahkan seperti; bungo salapan, tonggak atam, mengenai asal muasal Tabuik Piaman tonggak serak, jantuang-jantuang, dari kalangan Islam Syi‘ah. Yang pasu-pasu, dan ula gerang yang penting bagi mereka adalah bagaimana berjumlah delapan merupakan Tabuik dijaga dan dilestarikan sebagai gambaran perpaduan antara adat dan warisan budaya. agama, sehingga nilai-nilai adat yang Tradisi ritual ini sudah diwarisi terkandung dalam tabuik tidak jauh secara turun menurun oleh masyarakat dari nilai-nilai agama. Adapun Pariaman sejak sekitar dua abad yang kaitannya dengan ajaran agama Islam lalu. Perayaan atau pesta Tabuik nilai-nilai adat yang ada pada tabuik dilakukan secara meriah dan kolosal yaitu, aturan adat nanampek yang melibatkan ratusan bahkan ribuan mencakup perilaku bertutur kata dalam orang. Kemegahan upacara ini seperti masyarakat yang sangat dijunjung menghipnotis dan menjadi daya tarik tinggi masyarakat Pariaman seperti; tersendiri bagi para pengunjung untuk kato mandata, kato mandaki, kato menyaksikannya. Para pengunjung malereang, dan kato manurun. Oleh datang dari berbagai daerah di karena itu, dalam setiap pelaksanaan Sumatera Barat dan luar Sumatera pesta tabuik unsur-unsur yang terlibat Barat, dan tentu saja tidak ketinggalan dalam upacara ninik mamak, alim pula masyarakat Pariaman di ulama, cadiak pandai (cerdik pandai), perantauan. Dalam setiap pelaksanaan unsur tokoh masyarakat lainnya, pesta budaya Tabuik selalu dikunjungi pemuda, urang sumando, dan anak- oleh puluhan hingga ratusan ribu anak sehingga diperlukan orang. mempedomani kato nan ampek. 4. Identitas Informan Kata yang empat (kato nan Dalam penelitian ini, peneliti ampek) dimaksud pada agama dapat mengambil tiga informan yang terdiri dikaitkan dengan beberapa hal yaitu dari : berpedoman pada dasar hukum yang

JOM FISIP Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 Page 9

empat; Al-Qur‘an, Hadist, Ijma‘, dan saja karena norma-norma tersebut Qias (wajib, sunat, mubah, dan berkaitan dengan kehidupan sosial makruh). Bahkan bisa dikaitkan tetapi juga kerena norma-norma dengan empat pemimpin umat Islam tersebut adalah pada dasarnya setelah Nabi Muhammad S.A.W, yang merupakan hasil dari kehidupan disebut dengan Khulafaurrasyidin bermasyarakat. Norma-norma adalah yaitu; Abu Bakar Siddiq, Umar bin bagian dari masyarakat. Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Ia tumbuh dari proses Abi Thalib. Kemudian empat mazhab kemasyarakatan, ia menentukan imam yaitu, Hanafi, Hanbali, Syafi‘i, batasan-batasan dari perilaku dalam dan Maliki. Selain prinsip-prinsip kehidupan masyarakat. Individu diatas, adalagi prinsip yang ditekankan dilahirkan dalam suatu masyarakat dan alam beribadah yaitu syari‘at, tarikat, disosialisasikan untuk menerima hakikat, dan makrifat. aturan-aturan dari masyarakat yang A.A. Navis (dalam Asril sudah ada sebelumnya. Individu Mukhtar 2014: 68) menyebutkan, menginternalisasikan aturan-aturan, bahwa orang Minangkabau adalah menerima aturan-aturan itu sebagai suku bangsa yang masih setia kepada standar tingkah laku yang benar dan adat-istiadat nenek moyangnya. yang salah dan ia dikendalikan oleh Kesetiaan mereka pada adat norma-norma itu tidak saja melalui diungkapkan dalam mamangan; rasa takut untuk merugikan sesamanya —Hiduik dikanduang adaik, mati tetapi juga dengan melalui perasaan dikanduang tanah“ (Hidup dalam bersalah bila melanggar norma kandungan adat, mati berada dalam tersebut. kandungan tanah). PERUBAHAN DALAM TRADISI 2. Norma-Norma yang Ada Pada TABUIK Tabuik 1. Kepala Burak Perspektif —masyarakat“ telah Kepala burak pada kerangka mengarahkan perhatian kita pada tabuik telah mengalami perubahan norma-norma sosial; karena dalam bentuk dari masa tabuik itu terbentuk bentuk norma itulah —masyarakat“ hingga sekarang ini, dahulunya kepala berhadapan dengan individu sebagai burak pada kerangka tabuik hanya unsur luar dan unsur yang membatasi patung berbentuk manusia tetapi perilaku mereka. semenjak tabuik menjadi aset Norma-norma, aturan prosedural pariwisata Kota Pariaman kerangka dan aturan perilaku dalam kehidupan kepala burak pun mengalami sosial pada hakekatnya adalah bersifat perubahan bentuk. Kepala burak yang kemasyarakatan. Yang dimaksud dulu tidak sama dengan kepala burak bersifat kemasyarakatan adalah bukan yang sekarang. Kepala burak yang

JOM FISIP Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 Page 10

dulu hanya berbentuk patung saja atau dari besi tersebut juga tidak menjadi hanya sebagai simbol. Sedangkan proses ritual yang panjang seperti dulu kepala burak yang sekarang ada yang lagi. Tabuik yang dibuat dengan berbentuk kepala wanita memakai kerangka besi dimaksudkan agar jilbab serta didandani dan ada juga tabuik yang dihasilkan menjadi tahan yang berbentuk kepala lelaki yang lama dan pada bagian sayap tabuik dipakaikan topi dan diberi hiasan bisa berkepak seperti burung. Hal ini kumis dan jenggot serta dengan wajah yang membuat tabuik menjadi lebih yang dilukis menyerupai manusia. Hal hidup dan membuat penonton atau ini sebenarnya tidak sesuai dengan masyarakat yang menyaksikan ajaran Islam, namun dilaksanakan menjadi lebih bergairah atau menjadi untuk membuat tabuik menjadi lebih lebih meriah karena bentuk tabuiknya meriah serta menarik perhatian yang indah. masyarakat yang menyaksikan prosesi Ukuran bentuk tabuik sekarang tabuik. pun berbeda dari tabuik dahulu. 2. Bahan Pada Kerangka Tabuik Tabuik sekarang tidak sebesar tabuik Bahan pada kerangka tabuik dahulu. Karena dulu masyarakat begitu telah mengalami perubahan, dahulunya mengagungkan tabuik dan kerangka tabuik terbuat dari bambu mensakralkan tabuik oleh karena itu yang mana bambu tersebut harus masyarakat Kota Pariaman membuat melalui proses yang panjang sebelum tabuik menjadi acara tabuik yang dijadikan kerangka tabuik, proses benar-benar megah dan sakral. Namun tersebut terdiri dari proses siraman air, sekarang karena tabuik telah didanai jampi-jampi, motong ayam, dan pemerintah oleh karena pembuatan diletakkan didalam rumah tabuik tabuik pun dananya terbatas sehingga berbentuk sangkar sebelum acara pembuatan tabuik tidak sebesar dulu. tabuik dimulai bambu tersebut Bahan pembuatan tabuik pun berbeda menjalani proses ritual yang panjang dari yang dahulu karena material terlebih dahulu. Didalam bambu yang tabuik sekarang dapat digunakan untuk dijampi-jampi dimasukkan arwah atau tabuik selanjutnya. roh dalam tubuh tabuik itu oleh auang 3. Auang Tuo Tabuik tuo adat yang berperan sebagai . Auang tuo tabuik adalah orang Tetapi pada masa sekarang bahan dari yang dipercaya dalam memimpin kerangka tabuik tidak seutuhnya lagi prosesi tabuik, Auang tuo tabuik terbuat dari bambu melainkan dipilih secara turun-menurun. Pada sekarang kerangkanya terbuat dari besi masa tabuik masih dilaksanakan dan sehingga besi tersebut juga bisa dibiayai oleh masyarakat Kota digunakan pada acara tabuik Pariaman, dari dana yang dikumpulkan selanjutnya, selain itu kerangka tabuik secara sukarela dan sumbangan yang

JOM FISIP Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 Page 11

diberikan oleh masyarakat Kota melainkan hanya sebagai icon Pariaman. Namun sekarang tidak pariwisata bagi Kota Pariaman. seperti itu lagi, yang menjalankan 5. Hoyak Tabuik prosesi adat tabuik tidak harus warga yang turun temurun atau dari generasi Pelaksanaan hoyak tabuik ke generasi. Semenjak tabuik dipegang antara dua tabuik pada zaman dulu oleh pemerintah tradisi tabuik tidak sebelum tabuik dijadikan sebagai ikon sepenuhnya dijalankan oleh auang tuo pariwisata tabuik yang di hoyak itu tabuik tapi dilaksanakan oleh harus diadu sampai hancur, atau masyarakat Kota Pariaman. Hal ini minimal ada salah satu tabuik yang seperti menjadi hilang tingkat hancur. Tabuik yang menang akan kesakralannya dalam tabuik karena mendapatkan strata yang lebih tinggi. tujuan tabuik menjadi icon wisata Kota Misalnya saja pada saat menghoyak Pariaman bukan sebagai adat budaya tabuik antara tabuik subarang dan yang sakral seperti pada awal tabuik tabuik pasa yang menang adalah dilaksanakan. tabuik pasa maka strata yang lebih 4. Pembuangan Tabuik tinggi adalah orang-orang dari pembuat tabuik pasa. Begitu juga Tabuik setelah di hoyak lalu sebaliknya. Namun sekarang tabuik akan dilarung ke laut atau dibuang yang menang atau kalah statusnya kelaut. Pada masa pelaksanaan tabuik sama aja karena hanya merupakan dahulu, tabuik yang dibuang kelaut simbol. Tabuik yang menang atau bagian kerangka akan diambil oleh kalah tidak mendapat status sosial masyarakat, gunanya untuk dijadikan yang lebih tinggi atau rendah lagi jimat dan obat-obatan. Masyarakat dimata masyarakat. berbondong-bondong turun kelaut Pada pelaksanaan hoyak tabuik untuk mengambil sisa-sisa dari pada saat tabuik masih menjadi salah kerangka tabuik tersebut. Begitulah satu ikon adat, tabuik yang diadu itu sangat respect-nya masyarakat harus sampai ada yan memakan terhadap tradisi tabuik sehingga korban karena untuk mendramatisir masyarakat percaya akan nilai perjuangan Husein pada masa itu. kesakralan yang terkandung dalam Namun sekarang tidak seperti itu, tradisi tabuik tersebut sehingga bisa pelaksanaan tabuik mengutamakan untuk dijadikan obat-obatan. Namun keselamatan orang-orang yang turut tradisi tabuik sekarang, setelah tabuik dalam acara hoyak tabuik sehingga di larung ke laut tidak lagi diambil tidak harus sampai memakan korban, oleh masyarakat dikarenakan memang asalkan tabuik telah hancur salah masyarakat tidak merasakan adanya satunya maka dianggap telah kalah nilai kesakralan dalam tabuik itu lagi satunya.

JOM FISIP Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 Page 12

KESIMPULAN DAN SARAN hanyalah tradisi adat yang 1. Kesimpulan harus dijaga kelestariannya. a. Dari penelitian yang telah b. Tabuik dulu dikelola oleh dilakukan oleh peneliti maka masyarakat Pariaman itu peneliti dapat menyimpulkan sendiri, mulai dari biaya hingga bahwa telah terjadi perubahan kepelaksanaanya. Namun atau pergeseran nilai dalam sekarang tabuik dikelola oleh tabuik. Pada zaman awal pemerintah setempat, karna dilaksanakannya tabuik, tabuik tabuik berpotensi sabagai memang dilaksanakan sebagai income pendapatan dari upacara yang sakral dan pariwisata Kota Pariaman. mengandung nilai agama yang Tabuik yang dikelola tinggi, bagi para pelaku tabuik pemerintah, lebih dikonsepkan mempersiapkan acara tabuik sebagai hiburan sehingga sebagaimana merayakan hari memudarlah nilai-nilai besar agama. Namun kesakralannya dalam prosesi pelaksanaan tabuik sekarang tabuik. lebih kepada memperlihatkan c. Dalam prosesi auang tuo nilai hiburan atau pariwisata. tabuik ternyata juga mengalami Tabuik sekarang dijadikan beberapa perubahan. Mulai dari sebagai icon wisata Kota prosesi pembuatan tabuik, yang Pariaman, selain itu dulunya memakai bambu pelaksanaan tabuik yang seutuhya untuk kerangka. dijadikan sebagai icon Kota Sekarang setelah dikelola Pariaman memudarkan tingkat pemerintah, kerangka tabuik kesakralan dalam prosesi sebagian menggunakan besi. tabuik. Hal ini juga Selain itu karna tabuik dibuat dipengaruhi oleh perubahan sebagai acara hiburan jadi dalam tingkat rasionalitas tampilan tabuik sekarang lebih masyarakat Kota Pariaman. menarik untuk dinikmati Masyarakat Kota Pariaman masyarakat, mulai dari kepala dulu menganggap tabuik burak yang dihiasi sebagai ritual dalam ajaran menggunakan penutup kepala agama Syi‘ah yang mendoakan dan kerudung, dulunya kepala jasadnya Husain cucu burak hanya biasa-biasa saja. Rasulullah, namun karna Sebelum tabuik dikelola rasionalitas masyarakat yang pemerintah, acara basalisiah berkembang kemudian dalam tabuik itu dilakukan menganggap tabuik ini sehingga terjadi perkelahian

JOM FISIP Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 Page 13

dari kedua pendukung tabuik, DAFTAR PUSTAKA sejak dikelola pemerintah acara Asril Muchtar. 2014. Sejarah Tabuik. basalisiah tidak sampai Dinas Kebudayaan dan berkelahi, hanya saja sampai beradu bunyian gandang tasa Pariwisata Kota Pariaman. untuk hiburan saja karna diawasi supaya tidak Adiwidjaja, RI. 1951. Adegan Basa merugikan atau lebih tepatnya Sunda. JB. Wolters. Jakarta: melukai kedua kubu Gronigen. pendukung tabuik dan warga sekitar tugu tabuik. Garna, Judistira K. 1996. Ilmu-ilmu d. Perubahan lain dalam tabuik Sosial; Dasar, Konsep, Posisi. dapat dilihat dari yang Bandung: Program Pascasarjana memimpin prosesi acara Unpad. (auangtuo) yang dulunya pempinan tabuik itu Niels Mulder. 1999. Agama, Hidup berdasakan regenerasi, namun Sehari-Hari dan Perubahan sekarang yang memimpin acara Budaya. PT. Gramedia Pustaka tabuik bisa siapa saja, asalkan Utama. urang Piaman atau yang Sztompka Piotr. 2004. Sosiologi mengerti tentang tabuik. Perubahan Sosial. Prenada: 2. Saran Jakarta. Tabuik yang dilakukan masyarakat Pariaman sebaiknya tetap dijaga kelestariannya agar tidak punah dan jangan dikaitkan dengan ajaran Islam. Walaupun tabuik sekarang dikelola pemerintah tetapi tabuik lebih menjadi terkenal dan menjadi simbol Kota Pariaman. Pelaksanaan tabuik diharapkan tidak membawa-bawa ajaran Islam yang itu adalah notabene agama masyarakat urang Piaman, semua pelaksanaan dalam prosesi tabuik hanyalah ritual adat dan tidak pernah ada dalam ajaran Islam agar masyarakat tidak salah kiprah tentang —TRADISI TABUIK DI KOTA PARIAMAN“.

JOM FISIP Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 Page 14