View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE

provided by UIN (Universitas Negeri) , Yogyakarta: E-Journal Fakultas...

, Vol 17, No. 1, April 2016 ISSN: 1411-3775 E-ISSN: 2548-4729 http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/esensia

SUFISME-PERSIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP EKSPRESI BUDAYA ISLAM

Fahruddin Faiz UIN Sunan Kalijaga [email protected]

Abstract There are numerous religious and cultural ethnic groups worldwide, many of which have mutual interactions with each other. For hundreds of years, Persian as well as Shi‘a communities have been known as minority groups with considerable influence on some Eastern and Western societies. The following article try to uncover modes of Indonesian , which have influenced by Persian , along with its Syi’ah tendencies. The purpose of this essay is to display the influence of Persian Sufism in the cultural expressions of Moslems in in early Islam era. With this purpose in mind, a comprehensive bibliography of works published related to the issues is presented. An attempt is also made to present the influence of Persian Sufism figures and elements on the historical and modern Indonesian Islam. Keywords: Persia, Syi’ah, Sufism, Archipelago.

Abstrak Terdapat beragam kelompok religius dan etnis yang tersebar di berbagai belahan dunia yang memiliki interaksi timbal balik satu sama lain. Selama ratusan tahun, Bangsa Persia, sebagaimana halnya komunitas Syi’ah, telah dikenal sebagai kelompok minoritas yang memiliki pengaruh yang patut diperhitungkan bagi masyarakat dunia, baik di belahan Barat maupun Timur. Artikel berikut ini mencoba untuk mengungkap modus budaya Islam Indonesia yang telah terpengaruh oleh sufisme Persia bersamaan dengan kecenderungan Syi’ah. Tujuan tulisan ini adalah menampilkan pengaruh sufisme Persia dalam ekspresi kultural umat Islam Indonesia di masa awal. Dengan demikian, karya-karya bibliografi komprehensif terkait hal tersebut akan disajikan. Sebuah upaya juga dibuat untuk menyajikan pengaruh dari figur-figur sufi Persia dan beberapa unsur historis dan modern dalam Islam Indonesia. Kata kunci: Persia, Syi’ah, Sufisme, Nusantara.

Pendahuluan pengalaman hidup bermasyarakat selama ribuan Membicarakan Persia dapat dikatakan tahun. membincang satu variabel tak tergantikan dalam Peradaban Persia dikenal sebagai peradaban sejarah peradaban manusia. Wilayah Persia secara tertua di dunia dan juga telah menyumbangkan geografs memang sangat strategis karena berada berbagai prestasi peradaban, mulai dari ilmu- di satu jalan silang utama yang menghubungkan pengetahuan, filsafat, hingga seni dan arsitektur. antara Negara-negara Eropa dan Timur Tengah. Dari sisi agama saja, Persia –sebelum Islam— Secara kultural Persia termasuk satu dikenal telah memperkenalkan tiga agama utama wilayah tempat pembibitan peradaban manusia yaitu Zoroastrianisme, Manikeanisme, dan Bahā’ī. yang permulaan. Dari wilayah ini dapat digali Saat ini mayoritas orang Persia beragama Islam, kebijaksanaan dan wawasan mengenai berbagai meskipun masih ada pula kelompok minoritas beragama Zoroastrianisme, Kristen, Yahudi dan

1 SUFISME-PERSIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP EKSPRESI BUDAYA

Bahā’i, bahkan ada pula kelompok ateis dan Indonesia, tidak sulit untuk ditemukan dan agnostik. Bagi umat Islam, peran sejarah bangsa kenyataan ini telah menjadi obyek kajian banyak Persia dalam membangun dan mengembangkan ilmuwan, muslim maupun non-muslim. Dalam peradaban dan kebudayaan Islam adalah sesuatu konteks indonesia, berbagi ekspresi budaya, yang tidak dapat dipungkiri. Bahkan menurut beragama dan bahkan berbahasa menunjukkan Ibnu Khaldūn, Mas’ūdī dan George Zeydan, tiga pengaruh dari Persia ini. Bahkan hingga saat ini, sejarawan kenamaan dalam Islam, sebagian besar meskipun belakangan muncul kalangan yang ilmuan dunia Islam berasal dari negeri Persia.1 “anti-pati” dengan “segala yang berbau Persia” atas Di antara kontribusi Persia terhadap peradaban dasar prejudice kesyi’ahan, berbagai ekspresi yang Islam, sufisme Persia dapat dikatakan merupakan dimaksud masih berjalan. salah satu yang terbesar. Telah dimaklumi bersama Dari dunia ilmiah-akademik pun pengaruh ini bahwa sufisme dalam Islam berkembang pesat masih dapat terdeteksi berjalan, dan bahkan masih dari wilayah ini. Asumsi ini didukung fakta berproses. Kitab-kitab karya ulama besar Persia konvensional bahwa, diakui atau tidak diakui, atau Iran mendapat sambutan hangat dari banyak para tokoh sufi terkemuka dalam sejarah Islam cendekiawan muslim Indonesia. Tafsir “al-Mīzān”, sebagian besar dari wilayah ini, sehingga karya- misalnya, kerap menjadi rujukan bagi Quraisy karya tasawwuf pun lebih banyak tersusun melalui Syihab dalam menulis tafsir fenomenalnya, “Al- bahasa kawasan ini: Persia. Misbah”. Demikian pula dengan karya-karya Kajian tentang sufisme Persia memiliki urgensi dari Murthada Muthahari dan Ali Syariati yang yang khas. Sufisme Persia memiliki ciri sendiri: sangat mempengaruhi pola pikir muslim progresif keagungan, keunikan dan intensitas yang luar di Tanah Air. Belum lagi para cendekiawan biasa, sehingga bisa dimaklumi jika efek dan kontemporer seperti Seyyed Hossein Nasr atau pengaruhnya menyebar ke banyak ruang, seperti Abdul karim Soroush. Indonesia (nusantara) dan menjelajah waktu Tulisan berikut akan mencoba mengungkap hingga masa kini, seperti kata Seyyed Hossein Nasr: modus-modus budaya Islam, khususnya dalam “Sufisme Persia mungkin bisa digambarkan sebagai dunia tasawwuf, yang berkembang di Indonesia sebuah pohon yang sangat besar dengan akar-akar yang asal-usulnya dapat ditelusuri berhubungan dan dahan-dahan yang merentang jauh dari Albania dengan bangsa Persia --yang mayoritas menganut sampai Malaysia, dan menghamparkan bayangan di ajaran Syi’ah--, baik wadah maupun isinya. Tema tanah-tanah ini. Akan tetapi, daratan tempat asal ini sebenarnya telah banyak dibahas oleh banyak 2 pohon ini tumbuh adalah tanah Persia.” pengamat dan sejarawan seperti Abubakar Aceh, Di bagian lain tulisannya Nasr juga menyatakan: A. Hasyimi, Agus Sunyoto, Azmi Jamil, juga S.Q. “Tanpa melimpah-ruahnya kemunculan orang- Fatimi, sehingga hakikatnya tulisan ini adalah orang bijak dan pujangga Persia, Islam tidak akan sebuah survey pustaka untuk memetakan ulang pernah menyebar ke wilayah-wilayah seperti , isu ini secara lebih tegas. asia tengah atau asia tenggara, seluas sakarang ini.”3

Pengaruh sufisme Persia ke berbagai penjuru Persia: Sufisme, Sastra dan Wacana dunia, tidak hanya dunia Islam, termasuk Alternatif Kajian Islam 1 “Iran dan Budaya Islam”, dalam http://indonesian.irib.ir/ Bagi muslim Indonesia hari ini, secara umum, en/kultur/-/asset_publisher/Kd7k/content/id/4883481. kata “Persia” mungkin tidak terlalu akrab didengar, 2 Javad Nurbaksh & Seyyed Hossein Nasr, Sufisme Persia Awal, terj. Gafna Raizha Wahyudi (Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003) , 46. dan seandainya pernah mendengar mungkin 3 Javad Nurbaksh & Seyyed Hossein Nasr, Sufisme, 60. konotasinya adalah Iran, dan Iran bagi muslim

2 , Vol 17, No. 1, April 2016 Fahruddin Faiz

Indonesia hari ini setidaknya memiliki dua bahasa Persia masih belum mengkristal utuh seperti konotasi yang agak “kontradiktif” yaitu Syi’ah (yang sekarang, sehingga masih terbuka untuk mendapat secara umum cenderung dipandang negatif) dan pengaruh dari luar. Bahasa Persia seperti dikenal “musuh Amerika” (yang secara umum cenderung hari ini, dilahirkan sekitar abad 13 M di Khurasān dipandang positif). dan Transoxiana dan berbasis di Persia Tengah Tidak banyak orang di Indonesia yang dan diperkaya juga dengan banyak kosa kata Arab memahami bahwa Muslim Persia pada suatu ketika yang memiliki orientasi religius yang kuat yang adalah orang-orang pertama yang memperkenalkan secara mendalam diipengaruhi al-Qur’an. Selama mereka kepada Islam. Ada banyak sebab yang pembentukan ini pengaruh sufisme begitu kuat melatari kondisi ini, namun secara umum harus sehingga jauh lebih mudah bagi sufisme untuk dikatakan bahwa “gairah ilmiah” umat Islam, meninggalkan jejaknya pada kebudayaan sastra khususnya di Indonesia, untuk memahami dirinya dan bahasa Persia, daripada bahasa Arab yang sendiri dan juga “saudara-saudaranya” di berbagai juga telah begitu pesat mengembangkan tradisi belahan dunia lain, tergolong rendah. persajakan dan puisi.5 Ada sangat banyak variabel budaya yang Sufisme adalah salah satu karakteristik dalam hidup di kalangan umat Islam Indonesia yang sastra Persia. Di Persia Tasawuf tumbuh subur pada merupakan “serapan” dari budaya luar, termasuk abad 10 M yang nampak awal dalam karya Abū Persia, mungkin juga India, Arab dan bahkan Ḥasan al-Kharqani dan Abū Yazīd al-Busṭāmī, Jawa atau Melayu, namun tidak banyak orang akan tetapi tasawuf dalam bentuk puisi dan syair yang mengenali dan bahkan tidak banyak ilmuwan mulai berkembang dan disempurnakan pada yang tertarik dalam bidang ini. Untuk kasus Persia abad 11 oleh penyair Abū Sa’īd Aba al-Khair di misalnya, tidak banyak orang yang memahami kota Khurasān, propinsi bagian timur laut Iran bahwa Imam Ghazali atau Syakh Jamaluddin al- sekarang. Sastra sufistik ini kemudian berkembang Kubra yang menurunkan para wali songo berasal pesat melalui tangan penyair-penyair Persia dari Persia. selanjutnya seperti Sanai, ‘Aṭṭār dan Jalāluddīn Perkembangan budaya Persia hingga merambah Rūmī yang mengantarkan sastra mistik Persia Indonesia, khususnya Islam yang bercorak sufistik, ke puncaknya melalui karya besarnya Matsnawi sebenarnya bukan sesuatu yang aneh dan luar Ma’nawi. biasa, karena di abad-abad pertama, semua Di Indonesia sendiri sastra sufi baru dikenal perkembangan penting dalam dunia tasawwuf pada abad 16, yang—menurut Abdul Hadi W.M.- secara geografis berkaitan dengan Persia. Apalagi - dikenalkan oleh para penyair melayu seperti jika dilihat ternyata sebagian besar tokoh besar yang hidup di pertengahan abad sufisme adalah “orang Persia”.4 16 sampai awal abad 17 M dan oleh beberapa orang Menarik untuk dicermati bahwa dalam ihwal muridnya seperti Abdul Jamal, Abdurrahman dunia sufisme, sufisme Persia tidak bisa dilepaskan Singkel dan Samsuddin Pasai. Karya-karya mereka dari dunia sastra, khususnya puisi. Mode ini juga seperti yang disimpulkan oleh para ilmuwan yang nantinya berpengaruh di Indonesia, seperti banyak sekali pengaruh dari sastra sufistik Persia. tampak dalam puisi-puisi sufistik Hamzah Fansuri. Sastra sufistik Persia dapat dikatakan memuat Sufisme Persia sejak awal memang terkait dengan puisi mistik paling kaya di dunia. Bahkan dapat puisi; alasannya adalah karena bahasa Persia dan dikatakan lebih kaya daripada puisi Arab, sufisme Persia bertemu pada suatu waktu ketika meskipun untuk puisi non-mistik Arab sangatlah

4 Javad Nurbaksh & Seyyed Hossein Nasr, Sufisme, 47. 5 Javad Nurbaksh & Seyyed Hossein Nasr, Sufisme, 60-61.

, Vol 17, No. 1, April 2016 3 SUFISME-PERSIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP EKSPRESI BUDAYA ISLAM NUSANTARA kaya dan dalam banyak hal lebih kaya dari pada para sufi sunni, sebab masalah tersebut, menurut puisi Persia. Semua puisi sufi awal berbahasa arab— ibnu khaldun, merupakan sesuatu yang tidak dapat kecuali Rabī’ah—berasal dari Persia.6 ditolak oleh siapapun. Tidak hanya dalam aspek “wadah”-nya yang Kedua, iluminasi atau hakikat yang tersingkap bercorak sastra, tasawwuf Persia juga melahirkan dari alam gaib, seperti sifat-sifat rabbānī, ‘arsy, ide-ide sufistik yang khas dan menawarkan mode- kursi, malaikat, wahyu, kenabian, roh, hakikat mode sufistik original yang membawa pengaruh realitas segala yang wujud, yang gaib maupun yang besar tidak hanya di dunia Islam, namun juga tampak, dan susunan kosmos, terutama tentang mengagumkan bagi mereka di dunia luar Islam. penciptanya serta pencipatannya. Sebagai gambaran bisa disebut misalnya salah Ketiga, peristiwa-peristiwa dalam alam maupun seorang sufi besar Persia, Jalāluddīn Rūmī. Reynald kosmos yang berpengaruh dalam berbagai bentuk A. Nicholson mengatakan “Dialah penyair mistik kekeramatan atau keluarbiasaan. terbesar sepanjang zaman”; Gandhi mengutip Keempat, penciptaan ungkapan-ungkapan yang kata-katanya dalam berbagai ceramah; Rembrandt pengertiannya sepintas samar-samar (syaṭaḥiyyat) mengabadikannya di kanvas; Paus Yohanes yang dalam hal ini telah melahirkan reaksi XXIII pada 1958 menuliskan pesan khusus: masyarakat berupa mengingkarinya, menyetujui, “Atas nama dunia Katolik, saya menundukkan ataupun menginterprestasikannya dengan kepala penuh hormat mengenang Rūmī”; Tahun interprestasi yang berbeda-beda. 2007 ditetapkan UNESCO (United Nations Lebih jauh menurut al-Taftazani, para sufi- Educational Scientific and Cultural Organization) filosof ini melebihi para sufi sunni. Hal ini sebagai ‘Tahun Rūmī’ untuk menandai 800 tahun disebabkan oleh berapa hal: Pertama, mereka kelahiran pujangga, sang sufi dan filsuf besar Persia adalah para teoritisi yang baik tentang wujud, ini, Syekh Maulana Jalāluddīn Rūmī. sebagaimana terlihat dalam karya-karya atau puisi- Dari aspek ide dan mode-mode baru dalam puisi mereka. Untuk yang satu ini, mereka tidak tasawwuf, Tasawwuf Persia memberikan kontribusi menggunakan ungkapan-ungkapan syaṭaḥiyyat. besar dalam ranah yang kemudian dikenal sebagai Kedua, kepandaian mereka menggunakan simbo- ‘irfān teoritis atau kadang disebut juga Taṣawwuf simbol sehingga ajarannya tidak begitu saja dapat Falsafī. Para Sufi besar Persia secara umum tidak di pahami orang lain di luar mereka. Ketiga, hanya ahli sulūk dan Riyāḍah, namun juga ahli kesiapan mereka yang sungguh-sungguh terhadap sastra dan filsafat. Dalam hal ini, Ibnu Khaldūn, diri sendiri ataupun ilmunya.8 sebagaimana yang dikutip oleh al-Taftazānī,7 dalam Taṣawwuf Falsafī dapat dikatakan juga memiliki karyanya al-Muqaddimah menyimpulkan bahwa ada sumbangan yang besar dalam pengembangan empat objek utama yang menjadi perhatian para filsafat Islam, khususnya metafisika, yang mencakup sufi filosof yang menjadi ciri khas sufisme Persia: konsep-konsep ontologis, teologis, kosmologis, dan Pertama, latihan rohaniah dengan rasa, instusi antropologis. Konsep utama tasawwuf yang besar serta intropeksi diri yang timbul darinya. Mengenai sumbangannya bagi metafisika adalah waḥdatul latihan rohaniah dengan tahapan (maqām) wujūd (kesatuan wujud). Waḥdatul wujūd adalah maupun keadaan (ḥāl) rohaniah serta rasa (żauq), doktrin bahwa tidak ada sesuatu pun dalam wujud para sufi filosof cenderung sependapat dengan kecuali Tuhan; hanya ada Satu Wujud Hakiki, yaitu Tuhan, yang oleh Ibn ‘Arabi sering disebut al-Ḥaqq. 6 Javad Nurbaksh & Seyyed Hossein Nasr, Sufisme, 60. Segala sesuatu selain Tuhan tidak ada pada dirinya 7 Abu Al-wafa’ Al-Ghanimi At-Taftazani, Sufi dari Zaman ke Zaman, terj. Ahmad Rofi’ Usmani (Bandung: Pustaka, 1985), 188. 8 At-Taftazani, Sufi dari Zaman ke Zaman, 193.

4 , Vol 17, No. 1, April 2016 Fahruddin Faiz sendiri; ia hanya ada sejauh memanifestasikan terkenal ini, Masnawi, yang disebut oleh Jami Wujud Tuhan. Alam adalah lokus penampakan sebagai “al-Qur’an dalam bahasa Persia”, telah diri Tuhan. Manusia sempurna (al-insān al-kāmil) menginspirasi dan diadaptasi ke dalam berbagai adalah mikrokosmos, yang merupakan lokus bahasa seluruh dunia. Reynold A. Nicholson, penampakan diri Tuhan yang paling sempurna. Di yang menghabiskan seluruh hidupnya untuk dalam sistem Ibn ‘Arabi penampakan diri (tajallī) menerjemahkan seluruh karya Rūmī dalam Tuhan merupakan salah satu ajaran sentral. Alam bahasa Inggris, menyebut Rumi adalah penyair tidak mempunyai wujud sendiri kecuali wujud sufi terbesar yang pernah hidup. Bait-bait awal pinjaman, wujud yang berasal, “melimpah” atau pembukaan Masnawi mengungkapkan tema karya “memancar”, dari Tuhan. terbesarnya itu dalam bahasa simbolik. Di sisi lain, sebagaimana disinggung di atas, Dengarlah nyanyi Seruling Bambu dapat dikatakan bahwa di antara para ulama Mendesah selalu, sejuk direnggut Islam, para sufi adalah kelompok yang paling Dari rumpunnya yang dulu, alunan menghargai dan paling besar perhatiannya Lagu pedih dan cinta membara. “Rahasia nyanyianku, meski dekat, terhadap seni dan sastra. Cinta, penghargaan, dan Tak seorang pun bisa mendengar dan melihat perhatian para sufi terhadap seni dan sastra telah Oh, andai ada teman tahu isyarat mendorong mereka menciptakan karya-karya seni Mendekap segenap jiwanya dengan jiwaku ! dan sastra yang tidak ternilai harganya. Kreativitas Ini nyala Cinta yang membakarku, mereka ini telah menempatkan tasawuf sebagai Ini anggur Cinta mengilhamiku. unsur yang memperkaya peradaban Islam dalam Sudilah pahami betapa para pecinta terluka, bidang seni dan sastra. Dalam bidang sastra yang Dengar, dengarkanlah rintihan seruling!” dikembangkan para sastrawan sufi, khususnya para “Nyanyian” seruling yang berasal Rumi ini penyair sufi, sebagai ekspresi pengalaman spiritual adalah kerinduan jiwa manusia yang terpisah dari dan sekaligus sebagai media untuk menyampaikan sumbernya. Bait-bait ini membimbing jiwa untuk pesan moral sufi, syair adalah bentuk yang lebih kembali ke Tempat Asal, tempat yang selalu ia menonjol dan lebih dikenal daripada prosa. Syair rindukan dan kepadanyalah pada akhirnya ia sufi telah diubah dalam berbagai bahasa, termasuk akan kembali. Nada seruling yang juga menjadi Indonesia. ciri khas musik tarekat Maulawiyah memunculkan Sebagai gambaran dapat dicontohkan misalnya kenangan akan kampung halaman asal, sebuah syair-syair al-Ḥallāj yang cerdas dan penuh gairah kenangan paling dalam yang dirasakan oleh orang- serta memiliki daya pesonanya yang kuat. Beberapa orang yang didorong oleh daya tarik surga dalam syairnya memaknai cinta sebagai penyatuan diri kehidupan ini dan orang-rang yang tetap mendapat 9 dengan Tuhan, seperti dalam ucapannya: bimbingan utama Rumi. Aku adalah Dia yang kucintai, Sumbangan lain tasawuf bagi peradaban Islam dan Dia yang kucintai adalah Aku, adalah musik dan tarian, misalnya Konser musik kami adalah dua roh yang bertempat dalam satu spiritual yang disertai pembacaan syair, pujian tubuh atau doa yang disebut Sama’ (yang secara harfiah jika engkau melihat aku, engkau melihat-Nya, berarti “pendengaran”). Pada akhir abad ke-9 M, jika engkau melihat-Nya, engkau melihat kami Sama’ telah menjadi praktek yang dilakukan oleh Tidak bisa dilupakan pula nama Jalāludīn Rūmī. Ia adalah penulis korpus syair sufi terbesar 9 Ada banyak buku yang berisi kumpulan puisi Rumi yang beredar di Indonesia, satu di antaranya adalah karya Annemarie dalam sastra Persia, Diwan-i Syams-i Tabriz dan Schimmel; lihat Annemarie Schimmel, Akulah Angin Engkaulah epik mistis, Masnawi. Karya Rumi yang paling Api: Hidup dan Karya Jalaluddin Rumi (Bandung: Mizan, 2005).

, Vol 17, No. 1, April 2016 5 SUFISME-PERSIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP EKSPRESI BUDAYA ISLAM NUSANTARA sebagian para sufi, dan secara tipikal disertai oleh Islam, khususnya Filsafat Islam, yang populer tarian. Sebagian besar ahli fiqih dan sebagaian dengan istilah al-Ḥikmah al-Isyrāqiyyah dan al-Ḥikmah para sufi memandang musik dan tarian sebagai al-Muta’āliyah. Al-Ḥikmah al-Isyrāqiyyah dikenal praktik yang diharamkan leh hukum syari’at. karena memperkenalkan bentuk epistemologi Sebaliknya, para sufi yang mempraktikkan Sama’ alternatif yang berbeda dengan tawaran dari mode juga memberikan berbagai argumen syari’at untuk yang populer sebelumnya, yaitu Peripatetik. Dengan membuktikan keabsahannya. Meskipun demikian, dimotori oleh Sang Syaikh al-Isyrāq, Suhrāwardi alasan dasar keabsahan praktik Sama’ bagi para al-Maqtūl, model bernalar dan analisis ontologis sufi adalah “membangkitkan zikir kepada Allah model Isyrāqiyyah selain mengkritik epistemologi dalam hati”. Ada sesuatu dalam musik, menuntut peripatetik, membagi cara memperoleh pengetahuan mereka, yang bisa membawa manusia kedalam dengan dua cara, yaitu dengan jalan huṣūlī dan alam yang tidak dapat dilihat, kepada asal mereka ḥuḍūri. Suhrāwardi mengkritik epistemologi sendiri dalam “ketiadaan”, kedalam alam tempat peripatetik yang hanya memusatkan pada pencarian Allah masih mengatakan kata azali-Nya kepada pengetahuan dengan jalan huṣūlī. Bagi Suhrāwardi mereka. perolehan pengetahuan dengan jalan hushuli hanya Apabila diteliti, di banyak wilayah dunia Islam, akan mendapatkan pengetahuan tidak sempurna. para sufi mengembangkan musik dengan warna Sementara itu upaya Mullā Ṣadrā dengan al- masing-masing yang berbeda, yang dipengaruhi ḥikmah muta’āliyah-nya dapat dikatakan merupakan oleh warna masing-masing musik dari berbagi sumbangan besar dalam perkembangan filsafat wilayah dan lokal. Di Turki misalnya, musik Islam pasca al-Kindi dan Ibnu Rusyd, karena spiritual dari jenis musik klasik mewarisi tidak setelah kedua tokoh tersebut, seakan tidak terlihat hanya mode-mode melodi Arab, Byzantium, lagi dinamika filsafat dan juga teologi Islam. dan Persia, tetapi juga mengambil suara-suara Ajaran-ajaran al-ḥikmah muta’āliyah menjadi luar dan ritme-ritme yang berasal dari padang-padang biasa, khususnya karena kemampuannya untuk rumput Asia dan banyak menyerap hal-hal yang melakukan sintesis terhadap pemikiran-pemikiran berhubungan dengan dunia mistikal. yang muncul rentang waktu yang panjang dalam Di India bagian utara, unsur Hindu dan unsur sejarah Islamic-Studies sebelumnya; yaitu dari aliran Islam telah menjadi satu sintesis penting dalam seni pemikiran Masyā’iyyah (Peripatetik), Isyrāqiyyah musik yang di mulai sejak perkembangan Islam di (iluminatif) dan Ilmu Kalam. India pada abad ke-12 dan ke-13. Tradisi musik sufi India dan Pakistan yang paling penting terkenal Gaya-Persia dalam Budaya Islam Indonesia adalah musik tarekat Chistiyah. Musik tarekat ini lebih dikenal dengan sebutan Qawwālī (dari kata Tesis paling dasar untuk membuktikan bahwa arab qawwāl yang berarti “yang banyak berkata”). ada pengaruh Persia dalam budaya Islam Indonesia Biasanya penampilan Qawwali merupakan ritual adalah pandangan bahwa masuknya Islam ke yang sangat terstruktur, yang dilaksanakan di Indonesia adalah melalui Persia, atau dari Gujarat ribāṭ-ribāṭ sufi pada peringatan wafatnya para wali India yang sudah terpengaruh oleh Persia. Teori terkenal atau pada perayaan besar hari keagamaan ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia lain. abad 13 M dan pembawanya berasal dari Persia. Dasar teori ini adalah beberapa kesamaan budaya Kontribusi lain dari tradisi Persia yang tidak Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia. mungkin diingkari, khususnya para pengkaji Islamic Pendukung teori ini antara lain adalah P. A. Studies adalah lahirnya orientasi baru dalam kajian Hoessein Djajadiningrat.

6 , Vol 17, No. 1, April 2016 Fahruddin Faiz

Menurut Hoesein Djajadiningrat, Islam -pesantren. Ada wirid-wirid tertentu yang masuk ke Indonesia berasal dari Persia. yang jelas menyebutkan lima keturunan Ahlul Djajadiningrat beralasan, peringatan 10 Muharram Bait. Kemudian juga ada tradisi ziarah kubur, lalu atau hari Asyura sebagai hari kematian Ḥusain bin membuat kubah pada kuburan. Menurut beliau, ‘Ali bin Abi Ṭālib yang ada di Indonesia berasal itu semua tradisi Syi’ah. Tradisi itu lahir di sini dari perayaan kaum Syi’ah di Persia. Peringatan dalam bentuk Mazhab Syafi’i. Jadi, di luarnya Syafi 10 Muharram itu lebih dikenal sebagai perayaan ’i, di dalamnya Syiah.13 Hari Karbala.10 Di antara argumen lain ada pula versi yang Di sisi lain, Djajadiningrat yakin dengan menyatakan bahwa pada abad ke-10 Masehi, pendapat ini, karena keberadaan pengaruh bahasa terdapat migrasi suku-suku dari Persia ke Indonesia Persia di beberapa tempat di Indonesia. Selain itu, yaitu suku Lor, Yawani dan Sabangkara. Orang- keberadaan Syeikh Siti Jenar dan Hamzah Fansuri orang Lor mendirikan pemukiman-pemukiman dalam sejarah Indonesia menandakan adanya di pantai utara Pulau Jawa yang disebut Loram pengaruh ajaran waḥdatul wujūd al-Ḥallāj. Menurut dan Leran. Ditemukannya makam Fatimah binti teori ini, dahulu para pengikut Syi’ah dari Persia Maimun bin Hibatallah di Leran, Gresik, yang yang dikejar-kejar oleh penguasa ‘Abbāsiyyah lari kronogram di batu nisannya menunjuk angka dari Timur Tengah sebelah utara, yang sekarang tahun 475 H/ 1082 M, adalah petunjuk yang mungkin daerah Irak, ke sebelah selatan –dibawah mengarah kepada kebenaran berita kehadiran suku pimpinan seorang yang bernama Ahmad Muhājir– Lor tersebut.14 sampai ke Yaman. Kemudian mereka semua secara Persinggungan antara para pedagang yang lahir menganut mazhab Syafi’i. Mereka ber-taqiyyah kebanyakan dari Persia dengan penduduk sebagai pengikut mazhab Syafi’i di daerah Yaman, Nusantara semenjak abad ke-7, dapat diasumsikan Ḥaḍramaut. Dari Ḥaḍramaut inilah menyebar mengakibatkan terjadinya proses saling pengaruh para penyebar Islam yang pertama, khususnya dalam aspek ekonomi, sosial, budaya, religi, dan kaum ‘Alawiyy, orang-orang keturunan Sayyid, terutama bahasa di antara keduanya. Dalam atau yang mengklaim sebagai keturunan Sayyid. konteks bahasa, pengaruh Persia di Nusantara Mereka datang ke Indonesia dan menyebarkan cukup signifikan karena tidak saja sejumlah kata Islam11 Tidak mengherankan apabila kemudian Persia diserap menjadi kosa kata Nusantara, Abubakar Atjeh menyebut bahwa mazhab awal melainkan pola peminjaman kata Arab pun dicapai Islam Indonesia adalah Syafi’i-Syi’ah.12 melalui bahasa Persia. Beberapa contoh yang paling Dalam konteks ini lebih jauh K.H. Abdurahman dikenal dalam hal ini adalah kata kanduri (kenduri), Wahid pernah menyatakan bahwa NU secara astana (istana), bandar (pelabuhan), bedebah, biadab, kultural adalah Syiah. Hal itu karena tradisi Syafi bius, diwan (dewan), gandum, jadah (anak haram), ’i di Indonesia—berbeda dengan tradisi Syafi lasykar, nakhoda, tamasya, saudagar, pasar, syahbandar, ’i di negeri-negeri lain—sangat kental diwarnai pahlawan, kismis, anggur, takhta, medan, firman, dan tradisi-tradisi Syiah. Ada beberapa shalawat khas lain sebagainya.15 Syiah yang sampai sekarang masih dijalankan di

13 Yayan Sopyani Al-Hadi, “Kutip Gus Dur, NU Disebut 10 P.A. Hoesein Djajadiningrat, “Islam di Indonesia” dalam Syiah Tanpa Imamah”, dalam http://www.rakyatmerdeka.co.id/ Dari Sini Ia Bersemi (Banda Aceh: Panitia Penyelenggara MTQ ke- news/2010/01/01/85823/Kutip-Gus-Dur,-NU-Disebut-Syiah- 12, 1981). Minus-Imamah. 11 P.A. Hoesein Djajadiningrat, “Islam di Indonesia”. 14 Agus Sunyoto, “Pengaruh Persia pada Sastra dan Seni Islam 12 Lihat Aboebakar Aceh, Sekitar Masuknya Islam ke Indonesia Nusantara”, dalam Jurnal Al-Qurba, vol.1, no. 1, 2010 , 130. (Solo: Ramadhani, 1985) , 43 . 15 Agus Sunyoto, Pengaruh Persia, 131-132.

, Vol 17, No. 1, April 2016 7 SUFISME-PERSIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP EKSPRESI BUDAYA ISLAM NUSANTARA

Pengaruh Persia yang kuat dalam kebahasaan Bayan Budiman), Keratako wa Damanakala (Hikayat di Nusantara, yang berhubungan dengan Islamisasi Kalilah dan Daminah), dan lain sebagainya. adalah sistem pengajaran membaca Al-Qur’an Serat Menak – yang merupakan naskah yang menggunakan istilah-istilah berbahasa Persia terjemahan -- di Jawa berkembang dengan berbagai untuk menyebut ḥarakat (vokal) dalam bahasa Arab jenis lakon-lakonnya seperti Menak Sarehas, Menak seperti istilah Jabar untuk fatkhah, Jer (Zher) untuk Lare, Menak Sulub, Menak Serandhil, Menak Kuristan, kasroh dan Pes (Fyes) untuk dommah. Menak Kanjun, Menak Kandhabumi, Menak Jobin, Menurut Nurcholis Madjid, bahasa Indonesia Menak Ngambarkustup, Menak Kalakodrat, Menak banyak sekali mengandung kata-kata pinjaman Kuwari, Menak Cina, Menak Malebari, Menak dari bahasa Persia. Hampir semua kata Arab dalam Purwakandha, Menak Sorangan, Menak Jaminambar, bahasa Indonesia dipinjam dari dan melalui bahasa Menak Lakat, dan lain sebagainya. Meski berbeda- Persia. Ini bisa dibuktikan dari kasus ta’ marbuṭah beda judul, namun intisari cerita Menak berpijak (huruf “t”, yang kalau berhenti, berubah bacaannya pada kisah tokoh utama bernama Amir Ambyah menjadi seperti “h”, dan kalau disambung dengan putera Abdul Mutalib, seorang bangsawan di huruf hidup tetap berbunyi “t” – ta’ maftūḥah). Makkah. Amir Ambyah ditampilkan sebagai Hampir semua kata Arab dalam bahasa Indonesia pahlawan Islam yang berperang dari satu negeri dengan akhiran ta’ marbūṭah dibaca (dalam waqaf) ke negeri lain untuk menyebarkan Islam. Cerita sebagai “t” seperti: , berkat, dawat, hajat, Menak Amir Ambyah bersumber dari Hikayat jemaat, kalimat, masyarakat, niat, rahmat, sifat, Amir Hamzah berbahasa Melayu, di mana tobat, warkat, zakat, dan lain sebagainya.16 Hikayat Amir Hamzah berbahasa Melayu sendiri Masuknya kosa kata Persia dalam bahasa merupakan naskah terjemahan sastera Persia Nusantara itu secara berangsur-angsur diikuti berjudul Qissa-i Emir Hamza, sebuah epos Persia masuknya beberapa karya sastra terjemahan yang meriwayatkan tokoh Amir Hamzah.17 dari bahasa Persia dan India seperti Qiṣṣah Bagi kebanyakan orang, ada anggapan bahwa Insyiqāq al-Qamar (Hikayat Bulan Terbelah, yang sebagian adat kebiasaan dan tradisi keagamaan mengisahkan mukjizat Nabi Muhammad Saw), yang di lakukan kalangan muslim tradisional, Rauḍat al-Aḥbāb (Hikayat Nur Muhammad, yang khususnya di Jawa, adalah pencampur-adukan mengisahkan cahaya kenabian yang mulamula antara ajaran Hindu-Buddha dengan Islam. dicipta Allah dari cahaya-Nya), Wafat Nameh Sebagai contoh, tradisi keagamaan tentang (Hikayat Nabi Wafat), Qiṣṣah Waṣṣiyah al-Muṣtāfā kenduri dan memperingati orang mati pada hari li Imam ‘Ali (Hikayat Nabi Mengajar Imam ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, dan ke 1000, padahal Ali), Qiṣṣah Amīr al-Mu’minin Ḥasan wa Ḥusain dalam agama Hindu dan Buddha tidak dikenal (Hikayat Amir al-Mukminin Hasan dan Husain), kenduri peringatan orang mati pada hari ke-3, Qiṣṣah-i Ali Hanafiah (Hikayat Muhammad ke-7, ke-40, ke-100, dan ke-1000. Menurut Agus Hanafiah, mengisahkan kepahlawanan putra Ali Sunyoto, apabila ditelusuri dari fakta sosio- bin Abi Thalib dengan perempuan dari kabilah kultural religius pada masyarakat Jawa pasca Hanafiyah), Qiṣṣa-i Emir Hamza (Hikayat Amir Majapahit, ternyata upacara peringatan orang mati Hamzah, mengisahkan kepahlawanan Hamzah pada hari ke 3, ke 7, ke 40, ke 100, dan ke 1000 bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad termasuk haul adalah tradisi khas Campa yang Saw), Qiṣaṣ al-Anbiyā’ (Hikayat Nabi-nabi), Qissa-i terpengaruh faham Syi’ah.18

Bakhtiar (Hikayat Bakhtiar), Tutinameh (Hikayat 17 Agus Sunyoto, Pengaruh Persia pada, 134. 18 Agus Sunyoto, Raja Surabaya (Surabaya: 16 Agus Sunyoto, Pengaruh Persia, 132. Diantama, 2004) , 84-86.

8 , Vol 17, No. 1, April 2016 Fahruddin Faiz

Sebagai contoh lain, kebiasaan orang Jawa Meski disanggah oleh dan sejumlah yang lebih menganggap Muharram sebagai bulan penulis lainnya, pengaruh Syi’ah di daerah pesisir nahas merupakan pengaruh dari Syiah-Persia yang Sumatera seperti di dan Bengkulu juga menganggap Muharram sebagai bulan nahas sukar untuk dibantah, misalnya pada perayaan dengan tewasnya Sayyidina Husain. Karenanya, Hoyak (Tabut) atau Hoyak Husain, yang orang-orang Jawa berpantang menggelar perayaan dirayakan untuk mengenang syahidnya Imam nikah atau membangun rumah pada bulan “Suro” Husain, salah seorang cucu Nabi Muhammad atau Muharram. SAW. Upacara Hoyak Tabuik atau mengarak Di daerah Sunda, pada bulan Muharram usungan (tabut) yang dilambangkan sebagai dikenal tradisi mengadakan bubur “beureum- keranda jenazah Imam Husain yang gugur di bodas” (merah-putih), dan dikenal dengan Padang Karbala. Perayaan ini dimulai pada hari istilah bubur Suro. Konon, “merah” pada bubur pertama bulan Muharram hingga hari kesepuluh.20 perlambang darah syahid Sayyidina Husain, dan Di , Sumatera Barat, pada tanggal 1 putih perlambang kesucian nurani Sayyidina Muharram, perayaan dimulai dengan mengambil Husain. Demikian pula dengan cerita-cerita lumpur dari sungai di tengah malam. Para dan istilah seperti “Tongkat Ali” dan “rumput pengambil lumpur harus berpakaian putih. Fatimah” yang beredar di tengah masyarakat, jelas Lumpur dikumpulkan ke dalam periuk yang lebih menunjukkan pengaruh Syiah ketimbang ditutup kain putih, kemudian dibawa ke sebuah Sunni. tempat yang disebut Daraga yang besamya 3 x 3 Apabila diteliti lebih jauh, ternyata budaya- meter yang juga ditutup kain putih.21 budaya lokal yang menunjukkan Persian-expresions Pengambilan lumpur melambangkan yang kental dengan tradisi Syi’ahnya, tidak hanya pengumpulan bagian-bagian tubuh Imam Husain terdapat di Jawa. Di Sumatera Barat dimulai yang terpotong. Daraga melambangkan makam sekitar abad ke-17 misalnya, Syekh Burhanuddin suci Imam Husain, sedangkan kain putih adalah Ulakan memperkenalkan tradisi “tabut” (perayaan perlambang kesucian Imam Husain. Pada tangga Asyura) dan “basapa” (berjalan safar). Sementara 15 Muharram mereka menebang batang pisang Syekh Jalaluddin al-Aidid memperkenalkan dengan pedang yang sangat tajam. Batang pisang tradisi “maudu lompoa” (Maulid Nabi yang Agung) itu harus tumbang sekali tebas. Penebangan di daerah Makasar (kini di Cikoang, Takalar). batang pisang ini melambangkan kehebatan Perayaan “tabut”, “basapa” dan “maudu lompoa” putra Imam Husain, Qāsim, yang bertempur semuanya menunjukkan karakter Islam Syi’ah. bersenjatakan pedang di tanah Karbala. Pada Tradisi ini diperkenalkan sebagai instrumen tanggal 7 Muharram, di tengah hari, panja penyebaran agama Islam di Nusantara. Syekh atau potongan jari-jari Imam Husain yang sudah yang dikenal sebagai dibuat sebelumnya dibawa ke jalan-jalan dalam penyebar Islam pertama di daerah Minangkabau sebuah belanga bersama dengan Daraga. dan Bengkulu, sementara Syekh Jalaluddin al- Biasanya orang menangis penuh kesedihan Aidid salah seorang tokoh penyebar Islam di karena teringat tragedi Karbala yang mengenaskan. daerah Sulawesi Selatan.19 Pada hari kesembilan Muharram sorban atau penutup kepala wama putih yang melambangkan serban Imam Ḥusain diarak di jalan-jalan untuk 19 Ahmad Baso, “Asyura dan Karakter Islam Nusantara” dalam http: //konspirasi.com/peristiwa/asyura-dan-karakter-Islam- 20 Ahmad Baso, “Asyura dan Karakter. nusantara. 21 Ahmad Baso, “Asyura dan Karakter.

, Vol 17, No. 1, April 2016 9 SUFISME-PERSIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP EKSPRESI BUDAYA ISLAM NUSANTARA menunjukkan betapa hebatnya Imam Ḥusain menyebarkan Islam lebih suka dan cenderung dalam membela Islam. Dan pada tanggal 10 untuk menggunakan bahasa Arab, sehingga Muharram ritual Tabuik mencapai puncaknya. masyarakat memahaminya sebagai orang Arab. Di pagi hari Tabut yang sudah dipersiapkan Ketiga, secara fisik orang-orang Persia sangat mirip sebelumnya, Daraga, Panja dan serban diarak dengan orang Arab. Keempat, mereka yang punya keliling kota dalam suatu pawai besar yang status sosial tinggi di masyarakat, seperti; raja, disaksikan oleh ribuan bahkan puluhan ribu ilmuwan-intelektual, sejarawan, dan pemimpin penonton yang datang dari berbagai penjuru. agama mempunyai kontribusi yang kuat untuk Orang-orang pun berkabung dan berteriak “Hoyak semakin menegaskan persepsi tersebut dengan Tabuik, Hoyak Ḥusain”. Sore hari menjelang taken for granted, tanpa melakukan penelitian secara matahari terbenam saat arak-arakan selesai, semua akurat dan mendalam.24 benda-benda di atas diarak ke laut kemudian Sebagai contoh, jarang orang yang mengetahui dibuang di tengah laut, lalu mereka pulang sambil bahwa Sayyid Jamaluddīn Ḥusain al-Kubrā, yang melantunkan seruan “Ali Bidaya… Ali Bidaya, Ya Ali, dalam lidah orang Jawa kadang disebut sebagai Ya Ali, dan Ya Husain”.22 Syaikh Jumadil Kubro, yang merupakan kakek Sementara di Bengkulu, perayaan Asyura dari para wali songo, adalah Ulama besar dari ini dinamakan “Tabot” dan sering juga dikenal Persia. Menurut Martin Van Bruinessen anak-anak dengan nama “Tabut”. Istilah “Tabot” berasal Syah Ahmad Jamaluddīn dan saudara-saudaranya, dari kata Arab (tabut) yang secara harfiah berarti mengembara ke Asia Tenggara. Jamaluddīn, pada “kotak kayu” atau “peti”. Perayaan ini berlangsung awalnya, menginjakan kaki di Kamboja terus ke selama sepuluh hari. Pada hari terakhir, pada 10 Aceh. Setelah itu, ia berlayar ke Semarang dan Muharram, digelar tabot tebuang (tabot terbuang). menghabiskan bertahun-tahun waktunya di pulau Seluruh tabot berkumpul di lapangan diarak Jawa. Akhirnya, ia melanjutkan perjalanan ke menuju Padang Jati, dan berakhir di kompleks Pulau Sulawesi dan tinggal di sana sampai wafat.25 pemakaman umum Karabela. Tempat ini menjadi Menurut riwayat lain ia menyebarkan Islam lokasi acara ritual tabot tebuang karena di sini ke Indonesia dengan kafilah keluarganya. Ketika dimakamkan Imam Senggolo (sebutan untuk ia menuju ke Pulau Jawa, anaknya Sayyid Ibrahim Syekh Burhanuddin Ulakan), perintis upacara (Maulana ) tetap di Aceh untuk tabot di Bengkulu. Kemudian bangunan tabot mendidik rakyat tentang Islam. Sayyid Jamaluddīn dibuang ke -rawa yang berdampingan dengan Ḥusain al-Kubrā tiba di Pulau Jawa pada masa makam, yang menandai berakhirnya segenap Imperium Majapahit. Beberapa tahun tinggal di rangkaian upacara tabot.23 bawah pemerintahan Majapahit, lalu menuju ke Bagi muslim Indonesia sendiri pada saat itu, negeri Bugis, dan ia meninggal di Wajo (Sulawesi pengaruh budaya Islam lain di Indonesia yang Selatan).26 “bukan Arab”, seperti Islam versi Persia, jarang diketahui apalagi dikenal oleh masyarakat pada umumnya. Kenyataan ini muncul dipengaruhi oleh beberapa faktor; pertama, pandangan eklusif sebagian umat Islam yang menganggap Islam sama dengan Arab. Kedua, Ulama Persia, dalam 24 Supa Atha’na, “Jejak Ajaran Syiah (Persia) di Sulawesi: Studi Awal Kasus Suku Bugis, Makassar dan Mandar” dalam Jurnal Qurba, Vol. 1, No.1, 2010 , 83. 22 Ahmad Baso, “Asyura dan Karakter. 25 Supa Atha’na, “Jejak Ajaran”, 83-84. 23 Ahmad Baso, “Asyura dan Karakter. 26 Supa Atha’na, “Jejak Ajaran”, 84.

10 , Vol 17, No. 1, April 2016 Fahruddin Faiz

Warna Persia dalam Tasawwuf Nusantara karena syair-syairnya yang bersifat sufistik dan Sebagaimana dijelaskan di atas, variabel paling melambangkan hubungan manusia dan Tuhannya. penting yang disumbangkan oleh peradaban Syair-syairnya menunjukkan pengaruh Persia yang Islam Persia terhadap peradaban Islam secara kuat, baik dalam bentuk maupun isi.29 Karya-karya umum adalah tasawwuf, khususnya tasawwuf Hamzah Fansuri sebenarnya tidak hanya dalam falsafy atau ‘Irfān Naẓari. Dalam konteks Islam bentuk Syair, namun beberapa juga dalam bentuk Nusantara, tasawwuf merupaka salah satu unsur prosa. Karya yang berbentuk syair antara lain Islamisasi yang penting. Tasawwuf termasuk adalah Syair Perahu, Syair Dagang dan Syair Burung kategori yang berfungsi membentuk kehidupan Pingai.30 Sementara karyanya dalam bentuk prosa sosial suatu bangsa. Kemungkinan besar yang adalah Syaqirab al-‘Āsyiqīn, Asrār al-‘Ārifin fi Bayān pertama kali mengenal paham tasawwuf adalah ‘Ilm al-Sulūk wa al-Tauhid, serta Al-Muntahi.31 daerah Sumatera Utara, yaitu tempat datangnya Meskipun menurut beberapa kalangan biografi agama Islam yang pertama. Kedatangan para ahli tentang Hamzah Fansuri ini agak kabur, namun tasawwuf ke Melayu diperkirakan terutama sejak mode ekspresi sufistik yang tampak dalam karya- abad ke-13 M, yaitu pada masa perkembangan karyanya jelas menunjukkan eksistensinya dan dan penyebaran ahli-ahli tasawwuf dari Persia dan sekaligus keterpengaruhannya oleh tradisi sufisme India.27 Tidak mengherankan apabila kemudian Persia.32 Bagi Abdul Hadi W. M., Hamzah Fansuri ajaran tasawwuf yang tersebar di tanah Melayu adalah tokoh penting yang memberi warna pada memiliki warna kebudayaan Persia dan juga India. khasanah kesustraan melayu. Selain seorang Bukti paling nyata dari pengaruh sufisme sastrawan, Hamzah Fansuri juga adalah seorang Persia ini adalah munculnya ide-ide sufistik sufi yang berpengaruh di zamannya. Karya-karya Persia—seperti wujūdiyyah-- di kalangan para sufi Hamzah Fansuri-pun kental dengan unsur-unsur awal di nusantara. Ide wujudiyah ini terkenal kesufian yang pembahasannya tidak akan jauh dipopulerkan oleh Ibn ‘Araby. Kecenderungan dari pembahasan Tuhan, cinta, dan asketisisme. wujūdiyyah yang bercorak pantheistik tampak Tema-tema ini menandai bahwa Hamzah Fansuri berkembang di Sumatera utara dan Jawa di sekitar memang mewarisi tradisi sastra sufi, baik yang akhir abad ke-13. Dalam pandangan wujūdiyyah, bercorak Arab maupun Parsi. Selain itu beberapa semua yang ada dalam keseluruhannya adalah sajak Hamzah Fansuri kerap merujuk pada tokoh- Tuhan dan Tuhan adalah semua yang ada dalam tokoh sastra sufi, misalnya Fariduddin ‘Attar, keseluruhan.28 Karena Tuhan adalah keseluruhan Jalaludin Rumi, dan Ghazali.33 kosmos ini dalam keseluruhannya dan karena Adapun Syamsuddin Sumatrani dikenal benda-benda adalah bagian dari Tuhan, maka sebagai guru Sultan Iskandar Muda. Karya-karya Tuhan itu dekat sekali dengan alam. Tuhan 29 R.O. Winstedt, “Some Malay Mystics, heretical and adalah immanen dalam alam, dan tidak berada di Ortodox” dalam JIMBRAS, vol. 1, April, 1923. luar alam. Tokoh-tokoh tasawwuf wujūdiyyah yang 30 Liaw Yock Fang, Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik (Singapura: Pustaka Nasional, 1982) , 189. dikenal di nusantara adalah Hamzah Fansuri dan 31 Syed Muhammad Naquib al-Attas, The Mysticism of Hamzah Syamsuddin Sumatrani. Fansuri (Kuala Lumpur: University of Malaya Press, 1970) , xiii. 32 Bukti Pengaruh Persia pada syair-syair Hamzah Fansuri ini Hamzah Fansuri adalah tokoh tasawwuf yang dapat dilihat antara lain dalam Syarifuddin, “Pengaruh Persia Dalam termasuk dalam Tarekat Qadariyah. Ia dikenal Syair Sufi Syaikh Hamzah Fansuri” dalam jurnal Media Syari’ah, vol. XV, no. 1, Januari-Juni, 2013, 111-121. 27 Sartono Kartodirdjo, dkk., Sejarah Nasional Indonesia III, 33 Lebih jauh tentang pandangan Abdul Hadi W.M. terhadap (Jakarta: Grafitas, 1975) , 138 . Hamzah Fansuri bida dilihat antara lain dalam Abdul Hadi W.M., 28 , Filsafat dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Hermeneutika, Estetika Dan Religiusitas (Yogyakarta: Matahari, 2004), Bulan-Bintang, 1979) , 41-42. 101-135.

, Vol 17, No. 1, April 2016 11 SUFISME-PERSIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP EKSPRESI BUDAYA ISLAM NUSANTARA

Syamsuddin Sumatrani antara lain adalah Mir’atul Di antara karya-karya Abdurrauf as-Singkili Mu’minīn dan Mir’ātul Muḥaqqiqīn.34 Mir’ātul adalah Daqā’iq al-Ḥurūf, Mir’āt al-Ṭullāb, ‘Umdat Mu’minīn ditulis sekitar tahun 1601 M dan berisi al-Muḥtājīn ilā Sulūk Maslak al-Mufradīn.35 Ada pula tentang ilmu-ilmu agama yang pokok dalam Islam, cerita yang berhubungan dengan Nabi Muhammad, sementara Mir’ātul Muḥaqqiqīn berbicara tentang yaitu Hikayat Nur Muhammad, Hikayat Nabi Makrifat, hakikat Tuhan, zikir dan ilmu rahasia. Wafat dan Hikayat Bulan Terbelah. Dalam cerita- Dalam Mir’ātul Muḥaqqiqīn dijelaskan bahwa cerita itu dikisahkan tentang Nabi Muhammad yang nyata ada hanyalah Allah, sementara semua dan keluarganya, serta dengan jelas Ali sangat makhluk adalah bayangan-Nya. ditonjolkan keunggulannya, kepahlawannya dan Selain dua orang sufi di atas, dikenal pula kesaktiannya. Sebagai contoh dalam Hikayat Nur dua orang tokoh tasawwuf lainnya yang memiliki Muhammad diceritakan bahwa Allah menciptakan pandangan wujudiyah, namun dengan konotasi Nur Muhammad seumpama burung; kepala yang agak berbeda, yaitu Nuruddin ar-Raniri dan burung itu adalah Ali, matanya Hasan dan Husein, Abdurrauf As-Singkili. Kedua tokoh ini sering lehernya Fatimah, dan seterusnya.36 Sementara isi disebut mengajarkan wujudiyyah yang bercorak Hikayat Bulan terbelah berdasarkan Al-Qur’an muwaḥḥidah. yang menunjukkan ketika nabi Muhammad diberi Nuruddin ar-Raniri berasal dari Ranir, Gujarat, Allah mu’jizat dapat membelah bulan dan Hikayat India. Ia pergi ke nusantara untuk mengikuti jejak Nabi wafat diadaptasi dari Wafat Nama, sebuah 37 pamannya. Ia mengajarkan paham wujūdiyyah cerita dari Persia. yang berdeda; menurutnya manusia memang Di belahan Nusantara yang lain, yaitu Jawa, dapat berhubungan dan dekat dengan Tuhan, pengaruh sufisme Persia ini tampak dalam namun tidak mungkin bersatu. Pada waktu Aceh berkembangnya paham manunggaling kawulo gusti. diperintah oleh Sultan Iskandar Sani, Nuruddin Paham ini kadang disebut juga sebagai pamoring ar-Ranīri datang ke Aceh dan mendapat sambutan kawulo gusti, jumbuhing kawulo gusti, curiga manjing yang baik. Di antara karya-karya Nuruddin ar- warangka, warangka manjing curiga.38 Tegas sekali Ranīri adalah Ṣirāṭ al-Mustaqīm, al-Tibyān fi Ma’rifat paham ini menampakkan pengaruh Al-Hallaj al-Adyān, Ḥill al-Zill, Syifā’ al-Qulūb, Ḥujjatus Ṣiddiq dengan ajaran hulul-nya. Tokoh sufi Jawa yang li Daf’ al-Zindīq dan Asrār al-Insān fi Ma’rifat al-Rūḥ sering dianggap sebagai penyebar ajaran ini adalah wa al-Raḥmān. Syekh Siti jenar. Adapun Abdurrauf As-Singkili adalah seorang Dalam berbagai kisah yang beredar Syekh Siti tokoh tasawwuf Aceh yang berasal dari tarekat Jenar yang juga akrab dipanggil Syekh Lemah Syaṭṭāriyyah. Sejak tahun 1661 M, Abdurrauf Abang adalah seorang wali dari wali sembilan mulai mengajar di Aceh selama tiga puluh tahun di tanah Jawa, tetapi dia mempunyai pandangan sehingga muridnya banyak sekali datang dari yang berseberangan dengan pendapat wali pada seluruh penjuru nusantara. Orang-orang Jawa umumnya pada saat itu. Ia dianggap murtad dan orang dari seluruh nusantara yang pergi haji dan keluar dari Islam. Sebuah riwayat bahkan ke mekkah biasanya singgah dahulu di Aceh. menyatakan bahwa Syekh Siti Jenar memiliki Mungkin dari sinilah dapat ditemukan jawaban 35 Liaw Yock Fang, Sejarah Kesusastraan, 178. mengapa banyak orang Jawa yang menganut 36 Edwar Djamaris, Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik tarekat Syattariyah. (Sastra Indonesia Lama) (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984) , 107. 37 Edwar Djamaris, Menggali Khazanah, 105-107. 38 Sudirman Tebba, Syekh Siti Jenar, Pengaruh Tasawwuf al-Hallaj 34 Liaw Yock Fang, Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik, 191. di Jawa (Jakarta: Pustaka Irvan, 2008), 91.

12 , Vol 17, No. 1, April 2016 Fahruddin Faiz nama asli Sayyid Ḥasan ‘Ali al-Ḥusaini yang lahir Siti Jenar” yang dikisahkan dalam bait syair oleh di Persia tahun 1404. Ia adalah seorang Sayyid Aryawijaya disebutkan sebagai berikut (transliterasi atau Habib keturunan Rasulullah dan saat dewasa dari bahasa jawa). mendapat gelar Syekh Abdul Jal l. Saat berdakwah ī Hakikat ilmu yang sejati ke wilayah Caruban, sebelah tenggara Cirebon, ia Terletak pada cipta pribadi mendapat gelar Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Maksud dan tujuannya Abang atau Syekh Lemah Brit. Disatukan adanya Syekh Siti Jenar dianggap berdosa Lahirnya ilmu unggul Dalam keadaan sunyi, jernih.40 karena menyebarkan faham wihdatul wujud (manunggaling kawula gusti) kepada masyarakat Ada yang mengatakan bahwa Syekh Siti yang waktu itu masih tergolong awam. Lebih fatal Jenar itu tidak ada, ia hanyalah tokoh fiktif yang lagi adalah ucapannya Ana al-ḥaqq (Akulah al-haq) diciptakan untuk menyebarkan ajaran manunggaling -- sebuah pernyataan yang sama yang menyebabkan kawulo gusti. Paham ini memerlukan tokoh sebagai al-Ḥallāj dihukum mati. Karena alasan inilah maka pembawanya, sehingga dimunculkanlah Syekh Siti DH Kraemar menjulukinya Al-Hallaj dari Jawa; dan Jenar sebagai tokohnya. Namun terlepas pernah tentang Syekh Siti jenar ini, para penulis Belanda ada atau tidaknya syekh siti jenar, yang pasti ialah seperti Rinkes dan Zoetmolder – menyebut Siti ajaran manunggaling kawulo gusti itu ada dan jika Jenar sebagai penganut Syi’ah, beraliran Jabariah dilihat dari isinya, ajaran ini tidak berbeda dengan serta pengikut tarekat Rifaiyah.39 teori ḥulūl al-Ḥallāj. Menarik untuk dicermati Siti jenar mengganggap “dunia ini alam ternyata dalam berbagai versi cerita yang beredar kematian” karena hidup sejati menurutnya tak tentang Syakh siti jenar, nasibnya tidak jauh tersentuh kematian. Menurutnya kehidupan dengan al-Ḥallāj, yaitu: a) menyebarkan ajaran sekarang ini bukan kehidupan sejati karena masih tentang menyatunya manusia dengan Tuhan dan dihinggapi kematian. Adapun tentang bersatunya ajaran ini dianggap sesat; 2) keduanya dituduh hamba dengan tuhan atau yang biasa disebut melawan pemerintah yang berkuasa; 3) keduanya dalam bahasa Jawa manunggaling kawulo gusti adalah dihukum mati.41 ajaran yang memandang hidup sebagai tekanan pribadi, hidup adalah wujud pribadi, merdeka dari Simpulan belenggu gangguan dan godaan sekitar. Masuklah engkau sebagai hamba-hambaku! Masuklah engkau Hakikatnya Persia dan nusantara telah akrab ke dalam taman-ku (Q.S 89:29-30) Siti Jenar “bergaul” sejak lebih dari seribu tahun yang lalu. berpendapat melalui ayat di atas bahwasanya hanya Masyarakat di tanah nusantara dan Persia ternyata diri pribadi yang ada, tuhan tidak butuh tempat telah menjalin kerjasama emosional dan fungsional tinggal. Taman-Nya merupakan tempat kembali sejak 10 abad lalu. Keakraban Indonesia-Persia hamba-hambanya yang beriman. Tetapi Dia tidak 10 abad yang lalu tersebut tampak dilakukan ada di dalam maupun luar taman-Nya. Hamba secara damai dan saling mendukung, sehingga menyatu dengan tuhan, hidup hamba tidak tak melahirkan ekspresi-ekspresi budaya yang unik terpisah dari Tuhan. Diri pribadilah yang ada, itu dan khas, misalnya bagaimana sebagian muslim jika hamba betul-betul hidup. Di dalam “Serat Indonesia yang secara fiqih bercorak Syafi’i,

39 Walid Syaikhun, “Menimbang Kembali Kasus Syekh Siti Jenar (I)” dalam http://www.republika.co.id/berita/dunia-Islam/ 40 Achmad Chodjim, Syeikh Siti Jenar; Makna Kematian khazanah/12/03/09/m0m8uf-menimbang-kembali-kasus-syekh- (Jakarta: Serambi, 2009), 120. siti-jenar-i 41 Sudirman Tebba, Syekh Siti Jenar, 179-180.

, Vol 17, No. 1, April 2016 13 SUFISME-PERSIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP EKSPRESI BUDAYA ISLAM NUSANTARA namun beberapa aktifitas budayanya bergaya Persia Aceh, Aboebakar. Sekitar Masuknya Islam ke yang menunjukkan pengaruh Syi’ah. Indonesia. Solo: Ramadhani, 1985. Perlu pula untuk digarisbawahi apabila dilihat Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. The Mysticism dari jenis-jenis pengaruh yang masuk, mode budaya of Hamzah Fansuri. Kuala Lumpur: University dan agama yang dijadikan media kontak antara of Malaya Press, 1970 Persia dan nusantara adalah sufisme dan sastra, Al-Hadi, Yayan Sopyani, “Kutip Gus Dur, atau lebih definitif lagi: sastra sufistik. Kenyataan NU Disebut Syiah Tanpa Imamah”, dalam inilah kiranya yang membuat pergaulan antara dua http://www.rakyatmerdeka.co.id/ peradaban yang berbeda tersebut berjalan secar news/2010/01/01/85823/Kutip-Gus-Dur,- harmonis dan mudah dalam menjalin komunikasi, NU-Disebut-Syiah-Minus-Imamah. sesuai dengan karakter-karakter utama yang al-Taftazāni, Abu al-Wafā’ al-Ghānimi. Sufi dari dimiliki oleh dunia tasawwuf dan dunia sastra. Zaman ke Zaman, terj. Ahmad Rofi’ Usmani. Fakta indah yang lahir di awal pertemuan Persia Pustaka: Bandung, 1985. dengan Islam sebagaimana dijelaskan di atas –tanpa Atha’na, Supa. “Jejak Ajaran Syiah (Persia) di kekerasan, lewat jalur estetika-kultural-- selayaknya Sulawesi: Studi Awal Kasus Suku Bugis, dijadikan semacam prototype dan modus pergaulan Makassar dan Mandar”. Dalam Jurnal Qurba, antar umat Islam di tengah segala perbedaan yang Vol. 1, No.1, 2010. muncul saat ini, khususnya dalam hal harmoni, Baso, Ahmad. “Asyura dan Karakter Islam saling memahami dan saling menghargai. Tidak Nusantara”. Dalam http://konspirasi.com/ dapat dipungkiri, keadaan ukhuwwah di antara peristiwa/asyura-dan-karakter-Islam-nusantara/ kaum muslimin saat ini berkembang ke arah diakses. yang lebih tertutup, kaku, formal, saling klaim kebenaran sendiri, mengedepankan prejudice dan Chodjim, Ahmad. Syeikh Siti Jenar; Makna Kematian. kecurigaan kepada yang lain, mencari sebanyak Jakarta: Serambi, 2009. mungkin kesalahan “yang lain” serta menutup Djamaris, Edwar. Menggali Khazanah Sastra diri dari segala wawasan dan pengetahuan baru Melayu Klasik (Sastra Indonesia Lama). Jakarta: apapun yang dianggap mengancam kemapanan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, ideologisnya. Al-Qur’an memperingatkan: “Dan 1984. janganlah kalian menyerupai orang-orang yang Hoesein Djajadiningrat, P.A. “Islam di Indonesia” bercerai-berai dan berselisih sesudah datang dalam Dari Sini Ia Bersemi. Banda Aceh: Panitia kepada mereka keterangan yang jelas kepada Penyelenggara MTQ ke-12, 1981. mereka. Mereka itulah orang-orang yang akan Kartodirdjo, Sartono, dkk. Sejarah Nasional mendapat siksa yang amat berat.” (Ali ‘Imrān: 105) Indonesia III. Jakarta: Grafitas, 1975. “Dan janganlah kalian berbantah-bantah, yang Nasution, Harun. Filsafat dan Mistisisme dalam menyebabkan kalian gagal dan hilang kekuatan.” Islam. Jakarta: Bulan-Bintang, 1979. (al-Anfāl: 46) Nurbaksh, Javad & Nasr, Seyyed Hossein. Sufisme Persia Awal, terj. Gafna Raizha Wahyudi. DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003. “Iran dan Budaya Islam” dalam http://indonesian. Schimmel, Annemarie. Akulah Angin Engkaulah irib.ir/en/kultur/-/asset_publisher/ Kd7k/ Api: Hidup dan Karya Jalaluddin Rumi. Bandung: content/id/4883481 Mizan, 2005.

14 , Vol 17, No. 1, April 2016 Fahruddin Faiz

Sunyoto, Agus. Pengaruh Persia pada Sastra dan Seni Tebba, Sudirman. Syekh Siti Jenar, Pengaruh Islam Nusantara dalam Jurnal Al-Qurba Vol.1, Tasawwuf al-Hallaj di Jawa. Jakarta: Pustaka No. 1, 2010. Irvan, 2008. Sunyoto, Agus. Sunan Ampel Raja Surabaya. W.M., Abdul Hadi. Hermeneutika, Estetika dan Surabaya: Diantama, 2004 Religiusitas. Yogyakarta: Matahari, 2004. Syaikhun, Walid. “Menimbang Kembali Winstedt, R.O. “Some Malay Mystics, heretical and Kasus Syekh Siti Jenar (I)” dalam http:// Ortodox” dalam JIMBRAS, Vol. 1, April, 1923. www.republika.co.id/berita/dunia-Islam/ Yock Fang, Liaw. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. khazanah/12/03/09/m0m8uf- menimbang- Singapura: Pustaka Nasional, 1982. kembali-kasus-syekh-siti-jenar-i Syarifuddin, “Pengaruh Persia Dalam Syair Sufi Syaikh Hamzah Fansuri” dalam jurnal Media Syari’ah, Vol. XV, no. 1, Januari-Juni, 2013

, Vol 17, No. 1, April 2016 15