Sejarah Munculnya Pemikiran Islam Liberal Di Indonesia 1970-2015 the Birth of Liberal Islamic Thought in Indonesia 1970 - 2015

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Sejarah Munculnya Pemikiran Islam Liberal Di Indonesia 1970-2015 the Birth of Liberal Islamic Thought in Indonesia 1970 - 2015 Sejarah Munculnya Pemikiran Islam Liberal…(Samsudin dan Nina Herlina Lubis) 483 SEJARAH MUNCULNYA PEMIKIRAN ISLAM LIBERAL DI INDONESIA 1970-2015 THE BIRTH OF LIBERAL ISLAMIC THOUGHT IN INDONESIA 1970 - 2015 Samsudin dan Nina Herlina Lubis Universitas Padjajaran, Indonesia E-mail: [email protected], [email protected] Naskah Diterima: 15 April 2019 Naskah Direvisi: 20 September 2019 Naskah Disetujui : 28 September 2019 DOI: 10.30959/patanjala.v11i3.522 Abstrak Kemajuan yang dicapai oleh negara Barat dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan ekonomi, berakar pada trilogi liberalisme, pluralisme, dan sekularisme. Atas dasar itulah, beberapa tokoh Islam Indonesia ingin memajukan umatnya dengan trilogi tersebut. Dalam perjalanannya, tokoh Islam seperti Nurcholish Madjid dan Ulil Abshar menuai kritik dari Rasjidi dan Atiyan Ali. Puncaknya adalah ketika MUI mengeluarkan fatwa mengharamkan Islam liberal. Bagaimana gambaran sejarah masuk Islam liberal di Indonesia? Mengapa terjadi polemik Islam liberal di Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, metode yang digunakan adalah metode sejarah, meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Berdasarkan hasil penelitian, sejarah Islam liberal di Indonesia terbagi ke dalam empat tahap, yaitu: Tahap awal ketika masih menyatu dengan pemikiran neo-modernisme. Kedua, pembentukan enam paradigma Islam liberal. Ketiga adanya kritik dan evaluasi pemikiran Islam liberal. Kemudian sebab terjadinya polemk pemikiran Islam liberal disebabkan oleh perbedaan paradigma berfikir dan metodologi memahami ajaran Islam dalam melihat realitas yang terjadi di masyarakat pada masa kontemporer. Kata kunci: Islam liberal, sejarah, tokoh liberal, polemik. Abstract The progress achieved by Western countries in the fields of science, technology and economics is rooted in liberalism, pluralism and secularism. For this reason, some Indonesian Muslim intellectuals want to reform their people accordingly. However, in working with these modern ideas, the polemics arose as those Muslim scholars such as Nurcholish Madjid and Ulil Abshar were criticized by Rasyidi and Atiyan Ali. This caused the MUI to issued a fatwa forbidding Liberal Islam. This study addressed two questions: How did liberal Islam come to Indonesia? Why did liberal Islam polemic occur in Indonesia? The method employed in this study is historical method which is comprised of heuristics, criticism or analysis, interpretation, and historiography. The result of the study shows that the history of liberal Islam in Indonesia was developed into four stages. First, when the thought of liberal Islam was still integrated with neo- modernism. Second, the establishment of six liberal Islam paradigms. Third, the emergence of criticism and evaluation toward it. Fourth, the polemic of liberal Islamic thought was caused by different paradigms and methodology in understanding the teaching of Islam that is compatible with the needs of contemporary society. Keywords: liberal Islam, history, liberal Islamic scholar, polemic. Patanjala, ISSN 2085-9937 (print), ISSN: 2598-1242 (online) 484 Patanjala Vol. 11 No. 3 September 2019: 483 - 498 A. PENDAHULUAN Selain tersebar ke Eropa dan Secara etimologi, Nata ”liEeral‘ Amerika Serikat, gagasan liberalisme juga berasal dari kata liberte dalam bahasa menyebar ke Mesir melalui ekspedisi Prancis dan liberty dalam bahasa Inggris Napoleon Bonaparte. Mesir menjadi titik yang berarti kebebasan atau kemerdekaan. temu pemikiran Islam dengan liberalisme. Secara epistemology, liberalisme adalah Kemudian muncullah sebutan Islam paham yang berusaha memperbesar liberal. wilayah kebebasan individu dan Islam liberal berarti paham Islam mendorong kemajuan sosial. Manusia yang akomodatif terhadap ide kebebasan memiliki kebebasan dalam landasan individu untuk mendorong kemajuan pemikirannya dan mampu untuk bertindak sosial. Menurut Kurzman (2003:xxxiii), sesuai dengan apa yang diinginkannya. Islam liberal adalah gaya berfikir yang Tetapi kebebasan yang dimaksud yaitu merupakan perkawinan paripurna antara kebebasan yang bertanggungjawab karena trio filsafat kritik dialektis Socrates (470- tanpa adanya sikap tanggungjawab, tatanan 400M) dengan rasionalitas Descartes masyarakat liberal tak akan pernah (1596-1650) dan dipadukan dengan terwujud (Rachman, 2018:321-322; pemikiran Muktazilah (Rachman, 2018: Echols dan Shadily, 1987:356). 41). Istilah Islam liberal juga seringkali Selanjutnya gagasan liberalisme digunakan oleh para penulis Barat untuk diilhami oleh ilmuwan Prancis, yaitu: menganalisis perkembangan para tokoh Voltaire, Montesquieu, dan J.J. Rousseau. Islam yang mendukung ide kebebasan dan Semula liberalisme merupakan gerakan kemajuan. Beberapa tokoh yang terkenal di pemikiran yang kemudian berkembang Indonesia adalah Leonard Binder dan menjadi gerakan politik saat meletusnya Charles Kurzman. Revolusi Perancis pada 1789 yang Dawam Raharjo1 menganggap terkenal dengan semboyan; liberte bahwa negara-negara Barat yang berakar (kebebasan), egalite (keseteraan), dan pada trilogi liberalisme, pluralisme, dan fraternite (persaudaraan). Pasca revolusi, sekularisme, berperan dalam paham liberal disebarluaskan ke negara- perkembangan ilmu pengetahuan, negara Eropa, Amerika, dan Afrika teknologi, dan ekonomi. Atas dasar itulah (terutama Mesir) (Nasution, 1975: 28; ia dan beberapa tokoh Islam liberal lainnya Azra, 1986: 27). ingin membangkitkan semangat umat Pada 1886 patung liberty dijadikan Islam untuk mencapai kemajuan dengan simbol kebebasan masyarakat di Amerika mengangkat pemikiran tersebut. Tetapi Serikat. Menurut Azyumardi Azra, itu dalam perjalanannya, ia mendapat kritikan adalah hadiah Prancis untuk Masyarakat tajam yang menimbulkan polemik Amerika Serikat dan juga mengukuhkan (Rachman: 2018: xv), seperti yang dialami persahabatan kedua negara. Akarnya dapat oleh Nurcholish Madjid dan Harun dilihat dari sejarah perjuangan masyarakat Nasution yang dikritik H.M Rasjidi, serta New England (Amerika Serikat) untuk tokoh muda Ulil Abshar Abdalla dan Budi membebaskan diri dari Inggris. Saat itu, Munawar Rachman yang dikritik oleh Prancis yang membantu para pejuang Atiyan Ali M. Dai dan Adian Husaini. kemerdekaan menggunakan Liberty Puncaknya keluarlah fatwa MUI yang dengan patung obor pembebasan sebagai mengharamkan liberalisme. simbol kebebasan. Simbol tersebut mengandung arti sebagai harapan bagi para imigran yang tiba di pelabuhan di New 1 Dawam Raharjo adalah salah satu tokoh York agar terbebas dari tekanan hidup di senior Islam liberal yang menjadi inspirator tanah asalnya sehingga dapat mewujudkan tokoh muda Islam Liberal di Indonesia the American Dream (Azra, 1986:27). (Rahman, 2010: 28). Patanjala, ISSN 2085-9937 (print), ISSN: 2598-1242 (online) Sejarah Munculnya Pemikiran Islam Liberal…(Samsudin dan Nina Herlina Lubis) 485 Berdasarkan persoalan tersebut Islam Liberal (JIL)2. Zuly lebih banyak maka muncullah pertanyaan bagaimana menggunakan pendekatan sosiologi untuk gambaran sejarah masuknya Islam liberal memotret gerakan pemikiran di kalangan di Indonesia dan mengapa terjadi polemik umat Islam di Indonesia. Fokus kajian Islam liberal di Indonesia? karya penelitian dengan perspektif Kriteria tokoh Islam liberal yang sosiologi tampaknya kurang lengkap, dibahas dalam tulisan ini adalah para tokoh karena untuk mengetahui sejarah yang memiliki karya ilmiah mengenai pemikiran liberal perlu dibuka dengan Islam liberal dan dipublikasikan dalam berbagai perspektif. Seperti yang jurnal atau buku tentang paham tersebut. dilakukan penulis yang menggunakan Kedua, memiliki kedalaman ilmu dan perspektif sejarah, antropologi, sosiologi, wawasan tentang Islam Liberal. Ketiga, dan psikologi. mendukung sebagian besar paradigma Selanjutnya karya Adian Husaini Islam Liberal. Keempat, memiliki (2002), yang berjudul: Islam Liberal: pengaruh besar terhadap masyarakat baik Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan, dan pro maupun kontra terhadap Islam Liberal. Jawabannya. Dalam buku itu, ia Kelima, mewakili latar belakang paham menguraikan alasan mengapa Islam liberal keagamaan, pendidikan, geografis, dan patut diwaspadai dan ditentang. Dari berbagai generasi. uraiannya cenderung menghakimi. Hal ini Beberapa karya yang dijadikan terlihat dari penggunaan kalimat rujukan dalam penulisan karya ini adalah —penyimpangan“. Isinya sendiri adalah karya Greg Barton dan Zuly Qodir, yang kumpulan kritik terhadap keberadaan mendukung Islam liberal. Lalu karya tokoh-tokoh Islam liberal dan perguruan Adian Husaini dan Fauzan Al-Anshari, tinggi Islam. Sedangkan penulis yang menolak Islam liberal di Indonesia. menghindari kalimat-kalimat yang Greg Barton menulis Gagasan Islam cenderung menghakimi. Tetapi Liberal di Indonesia (Pemikiran neo- kontribusinya dibutuhkan untuk Modernisme Nurcholish Madjid, Djohan mengimbangi pemikiran yang menolak Efendi, Ahamad Wahib, dan Abdurahman Islam liberal. Wahid) pada 1999. Fokus tulisannya pada Selanjutnya hasil penelitian Fauzan keempat tokoh yang menjadi kontributor Al-Anshari (2003), Pengurus Majelis utama Islam liberal. Semua peristiwanya Mujahidin Indonesia (MMI), dengan judul terjadi pada 1960-1990an dan tokoh Melawan Konspirasi JIL (Jaringan Islam tersebut lahir dari neo-Modernis. Liberal). Ia menulis kritik atas Islam Selain tokoh yang diteliti oleh Greg liberal yang menjadi anggota organisasi Barton, ada beberapa tokoh utama Islam JIL. Menurut hasil penelitiannya, Jaringan liberal lainnya, seperti Harun Nasution, Islam Liberal (JIL) adalah organisasi yang Dawam Raharjo, Mukti Ali, dan Syafii menggunakan jargon
Recommended publications
  • Peran Teungku Muhammad Daud Beureueh Dalam Pemberontakan Di Aceh 1953-1962
    PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM PEMBERONTAKAN DI ACEH 1953-1962 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum.) Disusun Oleh: Muhammad Illham NIM: 1111022000012 K O N S E N T R A S I A S I A T E N G G A R A JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M ABSTRAK Muhammad Illham Peran Teungku Muhammad Daud Beureueh Dalam Pemberontakan di Aceh 1953-1962. Masa awal kemerdekaan di Aceh tahun 1953-1962 menjadi awal meletusnya peristiwa berdarah yang dipimpin oleh Teungku Muhammad Daud Beureueh dalam menegakkan Syariat Islam di Aceh. Perjuangan yang dianggap suatu pemberontakan timbul akibat kekecewaan rakyat Aceh terhadap Pemerintah Pusat akibat dari janji-janji semu yang di ucapkan oleh Soekarno yang menjabat Presiden saat itu tidak kunjung terwujud. Rakyat Aceh yang sebelumnya berjuang mempertahankan kedaulatan RI dengan seluruh jiwa raganya, sangat geram karena salah satu keinginan untuk mendirikan negara yang berlandaskan Syariat Islam tidak kunjung tercapai, dan berujung pada pemberontakan rakyat Aceh dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pasca kemerdekaan, konflik terjadi antar kedua belah pihak yaitu pemerintah pusat dan rakyat aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh bertikai mempertahankan ideologinya untuk dijadikan sebuah landasan suatu negara. Sesuatu hal yang sangat menarik, dan dalam kajian ini penulis ingin mengetahui bagaimana latar belakang pemberontakan serta usaha dan upaya yang dilakukan pihak Daud Beureueh dalam memperjuangkan dan mempertahankan ideologi Islam yang menjadi cita-cita rakyat Aceh. i KATA PENGANTAR Alhamdulilahi robbi al‟alamin, segala puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagaimana mestinya.
    [Show full text]
  • Muhammadiyah Cosmopolitan from Teo- Anthropocentris Toward World Citizenship
    JOURNAL OF CRITICAL REVIEWS ISSN- 2394-5125 VOL 7, ISSUE 05, 2020 Muhammadiyah Cosmopolitan From Teo- Anthropocentris Toward World Citizenship Isa Anshori, Muhammad, Arfan Mu’ammar Universita Muhammadiyah Surabaya, Indonesia Corresponding email: [email protected] Received: 28 February 2020 Revised and Accepted: 06 March 2020 Abstract Muhammadiyah as a social-religious movement in Indonesia has been was over century and has many faces like Nakamura saids. A lot of activities that have been carried out by Muhammadiyah as a socio- religious movement based on tauhid ( aqidah Islamiyah) through Islamic purification (tajrid) and in the other sides through modernity (tajdid) that’s puts forward enjoining whats is right and forbidding whats is wrong (amar ma’ruf nahi mungkar) as a theological bases (teologi al-ma’un). Have a lot of evidences shown in Muhammadiyah socio- religious movement in Indonesia, but the biggest challages is the ability to maintain the existence of and answered a range of challenges that are local and global (relations between islam and democration), pluralism, human rights and the marginals. Through tajdid Muhammadiyah has proven ability in respond of Islamic problems in Indonesia since before the independence of up to the twenty-first century.in a way to do interpretation of his base theologious through a shift paradigm in theologies and socio- religious movement (Thomas Kuhn). In fact, Muhammadiyah move forward with transformation of theological bases from theocentris to antrophocentris (Hasan Hanafi).Thus various issues on religious movement,political like nation-state wich is local or global had answered by Muhammadiyah with his theological bases and the charity efforts like educations, hospitals and the orphanage.
    [Show full text]
  • AKAL DAN WAHYU DALAM PEMIKIRAN M. QURAISH SHIHAB Yuhaswita*
    AKAL DAN WAHYU DALAM PEMIKIRAN M. QURAISH SHIHAB Yuhaswita* Abstract Reason according to M. Quraish Shihab sense is the thinking power contained in man and is a manipation of the human soul. Reason is not understood materially but reason is understood in the abstract so that sense is interpreted a thinking power contained in the human soul, with this power man is able to gain knowledge and be able to distinguish between good and evil. Revelation according to M. Quraish Shihab, is the delivery of God’s Word to His chosen people to be passed on to human beings to be the guidance of life. God’s revelation contains issues of aqidah, law, morals, and history. Furthermore, M. Quraish Shihab reveals that human reason is very limited in understanding the content of Allah’s revelation, because in Allah’s revelation there are things unseen like doomsday problems, death and so forth. The function of revelation provides information to the sense that God is not only reachable by reason but also heart. Kata Kunci: problematika, nikah siri, rumah tangga Pendahuluan M. Quraish Shihab adalah seorang yang tidak baik untuk dikerjakan oleh ulama dan juga pemikir dalam ilmu al Qur’an manusia. dan tafsir, M. Quraish Shihab termasuk Ketika M. Quraish Shihab seorang pemikir yang aktif melahirkan karya- membahas tentang wahyu, sebagai seorang karya yang bernuansa religious, disamping itu mufasir tentunya tidak sembarangan M. Quraish Shihab juga aktif berkarya di memberikan menafsirkan ayat-ayat al berbagai media massa baik media cetak Qur’an yang dibacanya, Wahyu adalah kalam maupun elektronik, M.Quraish Shihab sering Allah yang berisikan anjuran dan larangan tampil di televise Metro TV memberikan yang harus dipatuhi oleh hamba-hamba-Nya.
    [Show full text]
  • The Formation of Liberal and Anti-Liberal Islamic Legal Thinking in Indonesia Akh
    Akh. Muzakki IS EDUCATION DETERMINANT? The Formation of Liberal and Anti-liberal Islamic Legal Thinking in Indonesia Akh. Muzakki The University of Queensland, Australia Abstract: Liberalism and anti-liberalism are two increasing- ly prominent but staunchly opposing streams of Islamic legal thinking in Indonesia. This article analyses the formation of each of the two through an examination of the role of formal education. It focuses on organic intellectuals during two periods, the New Order and the reformasi. Challenging the strongly-held thesis of the determinant role of education, this article argues that both liberal and anti-liberal Islamic legal thinking in Indonesia is a result of not only the intellectual formation in the sense of academic training and access to education and knowledge, but also the sociological background and exposure in building a new epistemic community in an urban context. As a theoretical understanding of sociolo- gical background and exposure, the concept of epistemic community deserves to be taken as an analytical framework in addition to education for the analysis of the formation of the two contesting bents of Islamic legal thinking in Indonesia. Keywords: Liberalism, anti-liberalism, Islamic legal think- ing, education, epistemic community. Introduction In his controversial speech entitled “The Necessity of Islamic Renewal Thinking and the Problem of the Integration of the Ummah” on 2 January 1970, Madjid argued for a dynamic approach to Islam which requires reinterpretation of Islamic teachings in context with place and time. In more elaborate ways, he further argued that Islamic values move in line with the spirit of humanitarianism which promotes 280 JOURNAL OF INDONESIAN ISLAM Volume 01, Number 02, December 2007 Is Education Determinant? the dignity of Mankind.
    [Show full text]
  • Surat Pencatatan Ciptaan
    REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA SURAT PENCATATAN CIPTAAN Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yaitu Undang-Undang tentang pelindungan ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra (tidak melindungi hak kekayaan intelektual lainnya), dengan ini menerangkan bahwa hal-hal tersebut di bawah ini telah tercatat dalam Daftar Umum Ciptaan: I. Nomor dan tanggal permohonan : EC00201706504, 12 Desember 2017 II. Pencipta Nama : Dr. Katarina Indah Sulastuti, S.Sn., M.Sn Alamat : Menggeh Anyar RT. 002 RW. 013, Lalung, Karanganyar, Jawa Tengah, Karanganyar, Jawa Tengah, 57751 Kewarganegaraan : Indonesia III. Pemegang Hak Cipta Nama : Dr. Katarina Indah Sulastuti, S.Sn., M.Sn Alamat : Menggeh Anyar RT. 002 RW. 013, Lalung, Karanganyar, Jawa Tengah, Karanganyar, Jawa Tengah, 57751 Kewarganegaraan : Indonesia IV. Jenis Ciptaan : Karya Tulis (Disertasi) V. Judul Ciptaan : Tari Bedhaya Ela-Ela Karya Agus Tasman: Representasi Rasa Dalam Budaya Jawa VI. Tanggal dan tempat diumumkan : 26 Mei 2017, di Yogyakarta untuk pertama kali di wilayah Indonesia atau di luar wilayah Indonesia VII. Jangka waktu pelindungan : Berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya. VIII. Nomor pencatatan : 05782 Pencatatan Ciptaan atau produk Hak Terkait dalam Daftar Umum Ciptaan bukan merupakan pengesahan atas isi, arti, maksud, atau bentuk dari Ciptaan atau produk Hak Terkait yang dicatat. Menteri tidak bertanggung jawab atas isi, arti, maksud, atau bentuk dari Ciptaan atau produk Hak Terkait yang terdaftar. (Pasal 72 dan Penjelasan Pasal 72 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta) a.n.
    [Show full text]
  • Wacana Islam Islam Liberal: Analisis Artikel Di Media Online Jaringan Islam Liberal (
    Agus Riyanto Wacana Islam Liberal : Analisis artikel Di Media On-line Jaringan Islam Liberal (www.islamlib.com) WACANA ISLAM ISLAM LIBERAL: ANALISIS ARTIKEL DI MEDIA ONLINE JARINGAN ISLAM LIBERAL (www.islamlib.com) Agus Riyanto Kepala Program Studi Ilmu Politik Unwahas, Lulusan S2 Ilmu Politik UGM 2007 Abstract Islamic Liberal Discources is one of Islamic movement which has shared on Reformation era besides the other Islamic types like Radical Islam. Both of them are usually in discources conflict because the difference religion concern. The article will describe how Islamic Liberal Network, construct discource on on line media, www.Islamlib.com Key words : Islamic Liberal discources, Islamic construction. A. Pendahuluan tunya. Mereka juga mengusung Bergulirnya era reformasi tahun tema-te-ma seperti pemberlakuan 1998, telah membawa Indonesia memasu- syariat Islam (integralisme agama ki masa transisi demokrasi. Di tengah arus dan negara), peno-lakan presiden transisi tersebut, wacana politik diwarnai perempuan, penolakan de-mokrasi fenomena kebangkitan gerakan Islam dan ideologi negara (Pancasila)2. yang ditandai oleh dua tipe: yakni radikal Sementara gerakan Islam dan liberal. Tipe pertama seperti Front tipe li-beral dimarakkan dengan Pembela Islam (FPI), Forum Komunikasi kemunculan Ja-ringan Islam Liberal Ahlussunah Waljamaah (FKASW) atau po- (JIL), komunitas pe-mikiran anak puler dengan Laskar Jihad, Majelis Mu- muda Islam yang dimotori Ulil jahidin Indonesia (MMI), Ikhwanul Mus- Abshar Abdala. Kelompok ini men- limun, Hizbut Tahrir, dan HAMMAS. coba mengimbangi wacana Ormas-ormas ini diidentifikasikan Kha- pemikiran Is-lam radikal dengan mami Zada memiliki 3 (tiga) ciri khas yai- mensosialisasikan perlunya tu: formalistik, militan, dan radikal1. Mu- kembali ‘liberalisasi’ pemaha-man suh utama gerakan ini adalah kapitalisme, keagamaan.
    [Show full text]
  • Download Article
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 302 2nd International Conference on Culture and Language in Southeast Asia (ICCLAS 2018) The Social History of Intellectual Struggle among Syarif Hidayatullah State Islamic University Community Post-Reformation Parlindungan Siregar Amrizal Siagian Muhammad Dwi Fajri Islmamic History and Civilization Universitas Pamulang The University of Muhammadiyah Syarif Hidayatullah State Islamic University Tengerang Selatan, Indonesia Prof. Dr. Hamka Jakarta, Indonesia [email protected] Jakarta, Indonesia [email protected] [email protected] Abstract— This research was aimed at exploring the influence various lines. The period brought about figures at the national of intellectual communities in the development of intellectuals in a level and even at the level international. Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta. To get the historical data of the student’s involvement on intellectual The intellectual community that was previously built by the activities inside and outside the campus, we collected the premier previous generation generated a new spirit, which made Syarif and secondary data from the library and conducted informal Hidayatullah State Islamic University of Jakarta an international interview with some influential figures. The study reveals that the campus. In addition, many intellectuals graduated from this intellectuals’ influence flows from generation to generation alma mater after the reformation occupied political positions. evidenced by the growth of discussion activities handled by the For example, the chairman of the House of Representatives, the internal and external organizations in the campus of Syarif Minister of Religion, and the chairpersons of the national and Hidayatullah State Islamic University of Jakarta. In the 1970s the international non-governmental organizations.
    [Show full text]
  • Another Look at the Jakarta Charter Controversy of 1945
    Another Look at the Jakarta Charter Controversy of 1945 R. E. Elson* On the morning of August 18, 1945, three days after the Japanese surrender and just a day after Indonesia's proclamation of independence, Mohammad Hatta, soon to be elected as vice-president of the infant republic, prevailed upon delegates at the first meeting of the Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI, Committee for the Preparation of Indonesian Independence) to adjust key aspects of the republic's draft constitution, notably its preamble. The changes enjoined by Hatta on members of the Preparation Committee, charged with finalizing and promulgating the constitution, were made quickly and with little dispute. Their effect, however, particularly the removal of seven words stipulating that all Muslims should observe Islamic law, was significantly to reduce the proposed formal role of Islam in Indonesian political and social life. Episodically thereafter, the actions of the PPKI that day came to be castigated by some Muslims as catastrophic for Islam in Indonesia—indeed, as an act of treason* 1—and efforts were put in train to restore the seven words to the constitution.2 In retracing the history of the drafting of the Jakarta Charter in June 1945, * This research was supported under the Australian Research Council's Discovery Projects funding scheme. I am grateful for the helpful comments on and assistance with an earlier draft of this article that I received from John Butcher, Ananda B. Kusuma, Gerry van Klinken, Tomoko Aoyama, Akh Muzakki, and especially an anonymous reviewer. 1 Anonymous, "Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945: Pengkhianatan Pertama terhadap Piagam Jakarta?," Suara Hidayatullah 13,5 (2000): 13-14.
    [Show full text]
  • Pemikiran Abdurrahman Wahid Tentang Islam Dan Pluralitas
    PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID TENTANG ISLAM DAN PLURALITAS Zainal Abidin Jurusan Psikologi, Faculty of Humanities, BINUS University Jln. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan - Palmerah, Jakarta Barat 11480 ABSTRACT This article clarifies a research that concerned with Wahid’s thoughts and actions that saw Islam from its basic value, not merely as a symbol. Therefore, Wahid presented Islam from democratic and cultural sides. To present the phylosophical analysis of Wahid’s thoughts, the research applies hermeneutics approach and library research, especially reading Wahid’s books as the primary sources, and others’ books related to Wahid’s thoughts as the secondary sources. It can be concluded that Islam presented by Wahid is the Islam that relates to softness, adoring loves, defending the weakness and minority, sustaining to lead the justice, having faith and honesty, tolerance, inclusive, and showing plualities. Keywords: Islam, Islam basic value, plurality ABSTRAK Artikel ini menjelaskan penelitian tentang pemikiran dan tindakan Wahid yang lebih menekankan keislaman pada nilai dasar Islam, bukan pada simbol belaka. Karena itu, Wahid menampilkan Islam pada wajah demokrasi dan kebudayaan. Sebagai suatu analisis filosofis terhadap pemikiran Wahid, secara metodologis, penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutik (hermeneutics approach) dan dalam pencarian data menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dengan cara membaca buku karya Wahid sebagai data primer, dan buku karya pengarang lain yang berhubungan dengan telaah ini sebagai data sekunder. Disimpulkan bahwa Islam yang ditampilkan oleh Wahid adalah Islam yang penuh dengan kelembutan, Islam yang diliputi oleh cinta-kasih, Islam yang membela kaum yang lemah dan minoritas, Islam yang senantiasa menegakan keadilan, Islam yang setia pada kejujuran, dan Islam yang toleran, inklusif dan pluralis.
    [Show full text]
  • Dakwah, Competition for Authority, and Development
    Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde Vol. 167, no. 2-3 (2011), pp. 236-269 URL: http://www.kitlv-journals.nl/index.php/btlv URN:NBN:NL:UI:10-1-101389 Copyright: content is licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 License ISSN: 0006-2294 JOHAN MEULEMAN Dakwah, competition for authority, and development Introduction The Arabic word da`wah – literally call or invitation – is a general term which denotes propagation of the Islamic religion. The Malay/Indonesian term, de- rived from the Arabic, is dakwah.1 Although the concept includes efforts to convert non-Muslims to Islam, da`wah primarily refers to activities aiming at strengthening and deepening the faith of Muslims and helping them lead their daily lives in conformity with Islamic principles. Since the birth of Islam, da`wah has been an important aspect of this religion and da`wah activities have always been highly appreciated in Muslim societies. However, in the course of the twentieth century, da`wah activities and organizations have grown par- ticularly strong all over the Muslim world and have adopted new forms and new aims. This phenomenon is related to two major developments which were partly contradictory: a renewed aspiration for international unity of all Muslims, on the one hand, and the formation of modern nation-states with their different religious traditions and – more importantly – their conflicting political interests, on the other hand. Additional factors include the develop- ment of modern means of transport and communication as well as Christian missionary activities.2 Although often associated with revivalism, competi- tion with other religions, or opposition to a secular political establishment, da`wah, understood more generally as organized efforts to strengthen the Is- lamic faith and its practice, is not limited to movements characterized by such associations.
    [Show full text]
  • The Rise of Islamic Religious-Political
    Hamid Fahmy Zarkasyi THE RISE OF ISLAMIC RELIGIOUS-POLITICAL MOVEMENTS IN INDONESIA The Background, Present Situation and Future1 Hamid Fahmy Zarkasyi The Institute for Islamic Studies of Darussalam, Gontor Ponorogo, Indonesia Abstract: This paper traces the roots of the emergence of Islamic religious and political movements in Indonesia especially during and after their depoliticization during the New Order regime. There were two important impacts of the depoliticization, first, the emergence of various study groups and student organizations in university campuses. Second, the emergence of Islamic political parties after the fall of Suharto. In addition, political freedom after long oppression also helped create religious groups both radical on the one hand and liberal on the other. These radical and liberal groups were not only intellectual movements but also social and political in nature. Although the present confrontation between liberal and moderate Muslims could lead to serious conflict in the future, and would put the democratic atmosphere at risk, the role of the majority of the moderates remains decisive in determining the course of Islam and politics in Indonesia. Keywords: Islamic religious-political movement, liberal Islam, non-liberal Indonesian Muslims. Introduction The rise of Islamic political parties and Islamic religious movements after the fall of Suharto was not abrupt in manner. The process was gradual, involving numbers of national and global factors. 1 The earlier version of this paper was presented at the conference “Islam and Asia: Revisiting the Socio-Political Dimension of Islam,” jointly organized by Japan Institute of International Affairs (JIIA) and Institute of Islamic Understanding Malaysia (IKIM), 15-16 October, Tokyo.
    [Show full text]
  • Potret Pemikiran Radikal Jaringan Islam Liberal (Jil) Indonesia
    POTRET PEMIKIRAN RADIKAL JARINGAN ISLAM LIBERAL (JIL) INDONESIA Muh. Idris STAIN Manado [email protected] Abstrak Jaringan Islam Liberal adalah salah satu lokomotif yang menggerakan tata nilai pemikiran keagamaan yang menekankan pada pemahaman Islam yang terbuka, toleran, inklusif dan kontekstual. Di Indonesia penyebaran Islam liberal telah berlangsung sejak awal tahun 70-an dan sejak tahun 2001, sejumlah aktivis dan intelektual muda Islam memulai penyebaran gagasan Islam liberal secara lebih terorganisir. Jaringan Islam Liberal mencoba membangun dan mengembangkan suasana beragama yang transformatif dan inklusif, menampakkan signifikansinya untuk selalu “dilirik” oleh komunitas umat. Melalui pemahaman keagamaan yang holistik dan pola keagamaan yang inklusif, umat Islam diharapkan dapat menyelesaikan krisis kemanusiaan, serta menjadikan modernitas sebagai proses yang memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi manusia. Abstract THE PORTRAIT OF THE LIBERAL ISLAMIC NETWORK (JIL)’S RADICAL THOUGHTS OF OF INDONESIA. The Liberal Islam Network (JIL) is one of the intelectual communites generating the values of religious thoughts that emphasize on the open, tolerant, inclusive and contextual understandings of Islam. The spread of liberal Islam has been going on In Indonesia since the early 1970s as a number of activists and Muslim intellectuals began to deploy more organized liberal Islamic ideas. The Liberal Islam Network has been trying to build and to develop such a transformative, inclusive, religious atmosphere and showing its significance to attract Muslim community. Through a holistic, inclusive religious understanding, Muslims are expected to resolve humanitarian crises, and view modernity as a process that provides maximum benefits to the life of all humankind. Kata Kunci : Radikal; Jaringan Islam Liberal dan Liberal Volume 8, Nomor 2, Desember 2014 367 Muh.
    [Show full text]