Masjid Harakatul Jannah Gadog-Bogor: Simbol Karakteristik Kebudayaan Minangkabau Di Ranah Rantau

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Masjid Harakatul Jannah Gadog-Bogor: Simbol Karakteristik Kebudayaan Minangkabau Di Ranah Rantau MASJID HARAKATUL JANNAH GADOG-BOGOR: SIMBOL KARAKTERISTIK KEBUDAYAAN MINANGKABAU DI RANAH RANTAU Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.) Oleh Yulia Kartika NIM: 1113022000094 PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2017 M ABSTRAK Tradisi merantau masyarakat Minangkabau mulai intensif berlangsung pada abad ke-15, dengan berbagai faktor keadaan Minangkabau saat itu semakin mempermudah pergerakan masyarakatnya ke wilayah di luar daerah Sumatera Barat. Dalam skripsi ini, penulis menjadikan Masjid Harakatul Jannah di Gadog- Bogor sebagai instrumen dari keberadaan pamangku adat Minangkabau di rantau, dengan eksistensinya yang memiliki karakteristik kebudayaan Minangkabau di Bogor. Penulisan penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan perspektif sejarah, dan ilmu bantu antropologi untuk mengetahui sejarah berdirinya masjid Harakatul Jannah, bagaimana elemen kebudayaan Minangkabau yang diaplikasikan pada masjid Harakatul Jannah, dan bagaimana kontribusi masjid kepada masyarakat. Teknik pengumpulan data skripsi ini dilakukan dengan observasi dan wawancara pribadi, kepada pendiri masjid, dan penggiat masjid. Hasil penelitian pada skripsi ini, menunjukkan bahwa karakteristik kebudayaan Minangkabau yang identik dengan adat, diaplikasikan pada bagian elemen-elemen Masjid Harakatul Jannah, seperti Gerbang Bundo Kanduang, Hajjah Tower, dan Majelis Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang memiliki filosofi dengan masyarakat Minangkabau yang beradat. Upaya dalam menghidupkan masjid turut dilakukan oleh penggiat masjid yang merupakan para perantau dari Minangkabau, dengan dilangsungkannya beberapa pertemuan sebagai bentuk silaturahmi antar perantau. Keberadaan santri binaan Masjid Harakatul Jannah, turut memberikan gambaran atas kebudayaan Minangkabau yang hidup di dalam masjid. Aktivitas para santri di masjid, khususnya di Majelis Syekh Ahmad Khatib Al- Minangkabawi, menunjukkan kemiripan dengan tradisi intelektual Islam yang telah menempatkan surau pada posisi penting pendidikan Islam pada abad ke 19 di Minangkabau. Walaupun Masjid Harakatul Jannah dikenal dengan kekayaan arsitektur Eropa dan Timur Tengah yang megah, kebudayaan dengan karakter Minangkabau telah menjadi ekspresi kebudayaan yang eksklusif pada bagian elemen masjid maupun pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung di Masjid Harakatul jannah. Kata kunci: Tradisi Merantau, Masjid Harakatul Jannah, Kebudayaan Minangkabau iv KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji dan syukur kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan kasih-Nya, semoga rahmat dan hidayah-Nya selalu menyertai kita dalam segala upaya. Shalawat serta salam senantiasa kita persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat, dan pengikutnya. Rasa syukur penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Masjid Harakatul Jannah Gadog-Bogor: Kajian mengenai Karakteristik kebudayaan Minangkabau”. Meskipun penulis sadar betul atas kekurangan pada skripsi ini, penulis berharap dapat memberikan gambaran mengenai Masyarakat Minangkabau kontemporer, khususnya mengenai kontribusi perantau Minangkabau di wilayah Bogor pada khususnya. Tidak dapat dipungkiri terdapat orang-orang yang rela meluangkan waktu dan dukungannya atas penyelesaian skripsi ini, untuk itu penulis tuturkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A. selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora. 3. Nurhasan, M.A. selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam. 4. Solikhatus Sa‟diyah, M.Pd. selaku sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam. 5. Dr. Tarmidzy Idris M.A selaku dosen Penasehat Akademik penulis. 6. Dr. H. Abdul Wahid Hasyim M.A. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan berdedikasi tinggi dalam membimbing penulis selama proses penulisan skripsi ini. 7. Dr. Jajat Burhanuddin M.A. terimakasih telah memberikan arahan untuk pertama kalinya kepada penulis atas temuan bangunan masjid di Gadog- Bogor dengan wawasan sejarah merantau masyarakat Minangkabau. 8. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim M.A. terimakasih atas arahan kepada penulis serta atas nilai kejujuran yang telah ditanamkan. v 9. Dr. Awalia Rahma M.A. terimakasih telah memberikan nasehat dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. Khairul Anwar dan Sawiyah Saragih selaku orang tua penulis. Terimakasih atas cinta, kepercayaan, motivasi dan pengorbanan tiada pamrih kepada penulis. 11. Hari Rahman dan Ikhsanuddin Muhammad selaku adik-adik penulis yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. 12. Khoeria Rosa, Rahmawati Rahayu, Diah Mawardi dan Puji Astuti, selaku sahabat penulis yang tidak henti-hentinya memberikan semangat dan doa 13. Mahbub Haikal Muhammad selaku sahabat penulis, terimakasih atas dukungan dan motivasi yang tidak henti-hentinya. 14. Rekan-rekan Komunitas Anak Panah yang merupakan kawan seperjuangan di Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam 2013, terimakasih atas semangat dan dukungan yang selalu menginspirasi penulis. Ciputat, 2 Desember 2017 Yulia Kartika vi DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii ABSTRAK ............................................................................................................ iv KATA PENGANTAR ........................................................................................... v DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 7 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................... 8 D. Kerangka Tujuan................................................................................... 8 E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 9 F. Kajian Pustakaka Terdahulu ................................................................. 9 G. Kerangka Teori ................................................................................... 11 H. Metode Penelitian ............................................................................... 12 I. Sistematika Penulisan ......................................................................... 15 BAB II KARAKTERISTIK KEBUDAYAAN MINANGKABAU ................. 15 A. Tradisi Merantau ................................................................................. 15 B. Sistem Kekerabatan Minangkabau ..................................................... 17 C. Prototipe Bangunan............................................................................. 19 D. Islam di Minangkabau ........................................................................ 21 BAB III MASJID HARAKATUL JANNAH .................................................... 24 A. Makna Masjid Harakatul Jannah ........................................................ 24 B. Letak Keberadaan Masjid ................................................................... 25 C. Aktifitas di Masjid Harakatul Jannah ................................................. 26 D. Elemen-elemen Masjid ....................................................................... 28 BAB IV KARAKTERISTIK KEBUDAYAAN MINANGKABAU PADA MASJID AGUNG HARAKATUL JANNAH ................................................... 34 A. Prototipe Bangunan Khas Minangkabau ............................................ 34 vii B. Pendiri ................................................................................................. 39 C. Respon Masyarakat ............................................................................. 41 BAB V PENUTUP ............................................................................................... 44 A. Kesimpulan ......................................................................................... 44 B. Saran ................................................................................................... 45 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 46 LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 49 viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terlepas dari Kaba1 mengenai kemenangan kerajaan kecil yang digambarkan dengan kerbau kecil atas kerajaan besar yang digambarkan dengan kerbau besar (menang kerbau) Minangkabau merupakan salah satu suku yang dikenal sangat mempertahankan adat istiadatnya.2 Sepanjang sejarah Minangkabau, permasalahan kerapkali menyinggung persoalan adat yang telah menimbulkan dinamika budaya masyarakatnya. Jika ditinjau ke belakang, Minangkabau memiliki akar historis panjang yang dapat menunjang berbagai alasan adat istiadat itu selalu dipertahankan. Tradisi masyarakat Minangkabau yang juga menjadi karakter dari setiap pemangku adat Minangkabau ialah tradisi merantau.3 Fenomena pergerakan merantau suku Minangkabau yang kemudian berdiaspora selalu disandingkan dengan
Recommended publications
  • Studi Terhadap Peran Sentral Syekh Burhanuddin Ulakan
    Indonesian Journal of Islamic History and Culture Vol. 1, No. 2 (2020). 122-136 P-ISSN: 2722-8940; E-ISSN: 2722-8934 SEJARAH ISLAMISASI MINANGKABAU: STUDI TERHADAP PERAN SENTRAL SYEKH BURHANUDDIN ULAKAN Ridwan Arif Universitas Paramadina, Jakarta Email: [email protected] Abstract Sheikh Burhanuddin is known as a prominent Minangkabau scholar. The Islamization of Minangkabau is commonly associated with him. He is seen as a scholar succeeded in islamizing the Minang community. This study examines the role of Sheikh Burhanuddin in the process Islamization of Minangkabau. It examined the approaches and methods applied by Sheikh Burhanuddin in his efforts to Islamization. This study is a qualitative research, namely library research using the document analysis method. The results indicate that Syekh Burhanuddin was successful in his efforts to Islamize Minangkabau because he used the Sufism approach in his preaching, namely da'wah bi al-hikmah. This approach is implemented in the da'wah method, namely being tolerant of, and adopting local culture (Minangkabau customs and culture). Even further, Sheikh Burhanuddin succeeded in integrating Minangkabau customs with Islamic teachings. Keywords: Syekh Burhanuddin; da'wah; Islamization of the Minangkabau Abstrak Syekh Burhanuddin dikenal sebagai seorang ulama besar Minangkabau. Islamisasi Minangkabau sering dikaitkan dengan dirinya. Ini karena ia dipandang sebagai ulama yang sukses mengislamkan masyarakat Minang. Studi ini mengkaji peran Syekh Burhanuddin dalam islamisasi menangkabau. Ia meneliti pendekatan dan metode-metode yang digunakan Syekh Burhanuddin dalam upaya islamisasi. Kajian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian kepustakaan yang menggunakan metode dokumen analisis. Hasil kajian ini menunjukkan Syekh Burhanuddin berhasil dalam upaya islamisasi Minangkabau karena menggunakan pendekatan tasawuf dalam dakwahnya yaitu da’wah bi al-hikmah.
    [Show full text]
  • AS{HA<B AL-JAWIYYIN DI HARAMAIN: Aktivisme Sosiso-Religius Islam Nusantara Pada Abad 17 Dan 18
    Asha{ b< al-Jawiyyin di Haramain M. Fazlurrahman H. – UMS Surabaya ASHA{ B< AL-JAWIYYIN DI HARAMAIN: Aktivisme Sosiso-Religius Islam Nusantara pada Abad 17 dan 18 M. Fazlurrahman H. University of Muhammadiyah Surabaya, East Java, Indonesia [email protected] Abstraks: Berangkat dari pernyataan, penyebaran Islam merupakan proses yang sangat penting dalam sejarah Indonesia, tetapi juga yang paling tidak jelas. Maka merasa perlu untuk mengkaji kembali diskursus yang selalu meresahkan para sejarawan, yaitu dibawa oleh para wirausahawan atau para guru-guru tasawuf; wilayah mana di antara nusantara yang luas, sebagai daerah pertama yang menerima ajaran Islam; jaringan ulama’ dengan pusat Islam di Makkah dan Madinah; lalu korelasi seperti apa yang terjadi antara religi-intelektualisme Islam dengan pembaharuan Islam Nusantara di abad ke- 17 dan 18. Sehingga dari makalah ini diharapkan dapat menekankan sejarah-sosial serta intelektual yang kemudian dapat mereformulasi tradisi, sehingga tak lagi terabaikan seperti studi- studi terdahulu tentang peran para ulama’ di Nusantara untuk menjaga NKRI. Kajian ini merupakan pengkajian pustaka (library research), menggunakan jenis kualitatif dengan model historis faktual. Dari diskursus ini ditemukan, bahwa ulama’ atau kaum cendekiawan Muslim dianggap sebagai pihak yang bertanggung jawab, karena meletakkan dasar agama bagi sentimen anti-kolonial yang kemudian ditransformasi menjadi sebuah ideologi jihad yang berada dibalik pemberontakan melawan kolonial. Akhirnya dapat ditarik sebuah konklusi, yaitu para pelajar yang kembali dari Haramain tampaknya ada dua jenis, yakni mereka yang menentang ide-ide para reformis-Muslim dan mereka yang mendukung. Kata Kunci: al-Jawi, Haramain, Sosio-Religius dan Aktivisme. PENDAHULUAN Suatu paradigma yang memandang pengetahuan manusia (human sciences) sebagai gerak berkemajuan tak lepas dari ajaran subyek yang otonom, yaitu Renaissance.
    [Show full text]
  • Hadharah: Jurnal Keislaman Dan Peradaban ISSN: 0216-5945 DOI
    Available online: at https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/hadharah Hadharah: Jurnal Keislaman dan Peradaban ISSN: 0216-5945 DOI: https://doi.org/10.15548/hadharah DINAMIKA PERKEMBANGAN TAREKAT SYATTARIYAH DAN TAREKAT NAQSYABANDIYAH DI MINANGKABAU Chairullah Ahmad Suluah Community1 [email protected] Abstrak Artikel ini mendiskusikan problematika perkembangan dua tarekat yang populer di Minangakabu, Tarekat Syattariyah dan Tarekat Naqsyabandiyah. Sumber data dari penelitian ini menggunakan sejumlah naskah yang berisi ajaran kedua tarekat, dan naskah-naskah ijazah dari kedua tarekat. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan sejarah sosial intelektual. Sedangkan untuk mengungkap kandungan naskah menggunakan metode Filologi dan Kodikologi. Berdasarkan penelaahan mendalam dari sumber-sumber dimaksud diperoleh temuan bahwa dari aspek kajian dan ajaran-ajarn, kedua tarekat ini pada dasarnya tidak memiliki banyak perbedaan. Perubahan pada ajaran tarekat Naqsyabandiyah terutama sedikit terlihat pada akhir abad IX. Kata kunci: Tarekat, Naqsyabandiyah, Syattariyah, Minangkabau. Abstract This article discusses the problematic of dynamic of two popular orders in Minangakabu, the Syattariyah and the Naqsyabandiyah. The data source of this research is a number of texts containing the teachings material of both tarekat, and degree documents from both tarekat. The research method uses qualitative methods with intellectual social history approach. Meanwhile, to explore the contents of the text, this research use the philology and kodikologi. Based on an in-depth study of the sources referred to, it was found that from the aspect of study and teachings, both of tarekat, basically did not have much differences. Changes to the teachings of the Naqshbandiyah order were particularly slight in the late IX century.
    [Show full text]
  • The Development of Qur'anic Interpretation in the Era of Reformation in Indonesia
    IOSR Journal Of Humanities And Social Science (IOSR-JHSS) Volume 20, Issue 6, Ver. II (Jun. 2015), PP 08-16 e-ISSN: 2279-0837, p-ISSN: 2279-0845. www.iosrjournals.org The Development of Qur’anic Interpretation in the Era of Reformation in Indonesia Dr. Muhammad Sofyan, Lc, MA1, Dr. Muhammad Arifin, M.Hum2, Drs. Supardi, M.Ag3, Drs. Milhan,MA4 Faculty of Ushuluddin, State Institute for Islamic Studies of North Sumatera (IAIN/UIN), Medan, Indonesia Faculty of Law, Muhammadiyah University of North Sumatera (UMSU), Medan, Indonesia Faculty of Dakwah, State Institute for Islamic Studies of North Sumatera (IAIN/UIN), Medan, Indonesia Faculty of Syari’ah, State Institute for Islamic Studies of North Sumatera (IAIN/UIN), Medan, Indonesia Abstract: By exploring some works of Tafsir those were published in 2000s until the present, the writer concludes that the development of Qur’anic interpretation in the reformation era is a continuation of the paradigm in the 1990s. There are some features regarding of this, both method and technique that should be noted here: First, on the method, most of the works of Tafsir in that time can be regarded as a method of Tafsir al-Ijtima’I for the characteristic of interpretation is a contextualization of Qur’anic verses as a reading of the reality of what happened in Indonesia. There is also a work that written in the method of Tafsir ‘Ilm. Not only by employing general model of Tafsir that have been used by previous Moslem scholars, but also some works import the western method of hermeneutic, that in fact yields controversial conclusion.
    [Show full text]
  • 1 Surau Jembatan Besi
    SURAU JEMBATAN BESI: CIKAL BAKAL LAHIRNYA PENDIDIKAN ISLAM MODERN DI PADANGPANJANG Oleh Witrianto1 Pendidikan adalah usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan. Batasan ini berlaku baik untuk pendidikan formal maupun non formal. Kegiatan mendidik atau pendidikan bisa terjadi di tempat-tempat yang memang disediakan untuk itu, seperti sekolah dengan guru sebagai pendidiknya, atau di rumah dengan orangtua yang dengan kata, sikap, dan perilakunya berusaha untuk membentuk sikap, pandangan hidup anak-anaknya. Saudara atau teman dapat juga menjadi pendidik, karena penolakan atau penerimaan mereka terhadap perilaku seseorang menentukan seseorang itu untuk dapat mempertahankan sikap atau mengharuskan mengubah sikap atau perilaku. Dalam masyarakat sederhana, pada awalnya pendidikan dimaksudkan untuk mengajarkan budaya, yaitu mengajar anak untuk mengetahui dan mengamalkan nilai- nilai dan tatacara yang berlaku dalam masyarakat. Proses ini berjalan secara informal, anak belajar melalui pengamatan pada lingkungannya dan orang-orang yang terdekat dengan dia. Sikap yang harus dilakukan dalam menghadapi situasi tertentu diketahui dalam pengamatan atau pengalaman. Jadi dalam masyarakat sederhana, semua orang yang lebih tua dan berpengalaman adalah pendidik, begitu pula alam sekitarnya. Namun, dalam masyarakat yang lebih kompleks, makin banyak yang harus diketahui anak untuk bisa hidup dalam lingkungan masyarakatnya dengan baik, karena itu anak tidak dapat lagi belajar “dengan sendirinya”. Seseorang memerlukan cara yang lebih efisien untuk dapat menerima transmisi budaya dan pengetahuan yang begitu banyak. Untuk itu diperlukan adanya pendidikan yang formal dengan guru sebagai pendidik dan terbagi dalam berbagai jenjang dan kekhususan. 1 Penulis adalah staf pengajar Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Andalas, saat ini sedang menempuh pendidikan di Program S-3 Program Studi Pembangunan Pertanian Universitas Andalas Padang.
    [Show full text]
  • The Genealogy of Muslim Radicalism in Indonesia A
    The Genealogy of Muslim Radicalism in Indonesia THE GENEALOGY OF MUSLIM RADICALISM IN INDONESIA A Study of the Roots and Characteristics of the Padri Movement Abd A’la IAIN Sunan Ampel Surabaya, Indonesia Abstract: This paper will trace the roots of religious radicalism in Indonesia with the Padri movement as the case in point. It argues that the history of the Padri movement is complex and multifaceted. Nevertheless, it seems to be clear that the Padri movement was in many ways a reincarnation of its counterpart in the Arabian Peninsula, the Wahhabi> > movement, even though it was not a perfect replica of the latter. While the two shared some similarities, they were also quite different in other respects. The historical passage of the Padris was therefore not the same as that of the Wahhabi> s.> Each movement had its own dimensions and peculiarities according to its particular context and setting. Despite these differences, both were united by the same objective; they were radical in their determination to establish what they considered the purest version of Islam, and both manipulated religious symbols in pursuit of their political agendas. Keywords: Padri movement, fundamentalism, radicalism, Minangkabau, Wahhabism.> Introduction Almost all historians agree that Islam in the Malay Archipelago – a large part of which subsequently became known as Indonesia – was disseminated in a peaceful process. The people of the archipelago accepted the religion of Islam wholeheartedly without any pressure or compulsion. To a certain extent, these people even treated Islam as belonging to their own culture, seeing striking similarities between the new religion and existing local traditions.
    [Show full text]
  • Ave At: SEJARAH KONFLIK KEBANGKITAN ISLAM DI MINANGKABAU
    CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk Provided by Rumah jurnal Fakultas Adab dan Humaniora UIN IB Ave at: Available online at: https://ejournal.fah.uinib.ac.id/index.php/khazanah Khazanah: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam ISSN: 2339-207X (print) ISSN: 2614-3798 (online) DOI: https://doi.org/10.15548/khazanah.v0i0. 13 SEJARAH KONFLIK KEBANGKITAN ISLAM DI MINANGKABAU: Sebuah Tinjauan Awal Terhadap Proses Kemunculannya Ihsan Sanusi Peradaban Islam Melayu Pascasarjana Universitan Islam Negeri Raden Fatah Palembang email: [email protected] Abstract This article in principle wants to examine the history of the emergence of the conflict of Islamic revival in Minangkabau starting from the Paderi Movement to the Youth in Minangkabau. Especially in the initial period, namely the Padri movement, there was a tragedy of violence (radicalism) that accompanied it. This study becomes important, because after all the reformation of Islam began to be realized by reforming human life in the world. Both in terms of thought with the effort to restore the correct understanding of religion as it should, from the side of the practice of religion, namely by reforming deviant practices and adapted to the instructions of the religious texts (al- Qur'an and sunnah), and also from the side of strengthening power religion. In this case the research will be directed to the efforts of renewal by the Padri to the Youth towards the Islamic community in Minangkabau. To discuss this problem used historical research methods. Through this method, it is tested and analyzed critically the records and relics of the past.
    [Show full text]
  • NASKAH MAWA<HIB RABB AL-FALAQ
    NASKAH IJAZAH DAN SILSILAH TAREKAT: Kajian Terhadap Transmisi Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Minangkabau Tesis Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Agama Dalam Bidang Humaniora Oleh : Chairullah 12.2.00.1.20.01.0002 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Oman Fathurahman, M. Hum Sekolah Pascasarjana UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/ 2014 M LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul “Naskah Ijazah dan Silsilah: Transmisi Tarekat Naqshabandiyah Khalidiyah di Minangkabau,” yang ditulis oleh Chairullah, NIM: 12.2.00.1.20.01.0002, telah melalui proses bimbingan dan bisa diajukan untuk ujian pendahuluan. Ciputat, 22 Mei 2014 Dosen Pembibing Prof. Dr. Oman Fathurahman, M. Hum ix ABSTRAK Tesis ini bertujuan untuk mengungkap transmisi ajaran tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Minangkabau. Tesis ini ingin membuktikan bahwa tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah telah masuk dan berkembang di Minangkabau pada awal abad ke 19 M atas jasa Syekh Ibrahim Kumpulan, kemudian Syekh Ismail melalui murid- muridnya yang berasal dari Minangkabau yang telah diijazahkannya sebagai mursyid. Kesimpulan tesis ini akan membantah beberapa peneliti seperti Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, Survei Historis, Geografis, dan Sosiologis. Bandung: Mizan, 1988, Bruinessen mengatakan bahwa tarekat Naqsyabandiyah berkembang di Minangkabau pada pertengahan abad 19 M (1850) yang disebarkan oleh Syekh Ismail al-Khalidi. Selain itu, Bruinessen juga berpendapat bahwasanya Syekh Ibrahim Kumpulan merupakan khalifah dari Syekh Sulaiman Zuhdi. Sependapat dengan hal ini BJO Schrieke. Pergolakan Agama di Sumatera Barat; Sebuah Sumbangan Bibliografi. Jakarta: Bhatara, 1973, Schrieke berpendapat bahwa tarekat Naqsyabandiyah masuk ke Minangkabau pada tahun 1850 M yang dibawa oleh Syekh Ismail sebagai mursyid pertamanya. Selanjutnya pendapat Syofyan Hadi, Naskah al-Manhal al- ‘Adhb li-Dhikir al-Qalb: Kajian Atas Dinamika Perkembangan Ajaran Tarekat Naqshabandiyah Khalidiyah di Minangkabau.
    [Show full text]
  • SKRIPSI Pengaruh Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi Terhadap
    SKRIPSI Pengaruh Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi Terhadap Dinamika Intelektual Islam Di Indonesia 1900-1947 M. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam Oleh: Anis Bahtiyar NIM: A02215002 Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019 viii ABSTRAK Skripsi yang ditulis dengan judul ―Pengaruh Syekh Ahmad Khatib al- Minangkabawi Terhadap Dinamika Intelektual Islam Di Indonesia 1900-1947 M.‖. ini berfokus kepada permasalahan 1. Apa yang membuktikan bahwa al- Minangkabawi punya andil besar terhadap dinamika Intelektual Islam di Indonesia. 2. Bagaimana pengaruh al-Minangkabawi terhadap dinamika Intelektual Islam di Indonesia khususnya yang disalurkan oleh Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy‘ari. Skripsi ini merupakan kajian literasi yang diteliti menggunakan pendekatan intelektual dan sejarah. Ditulis menggunakan teori pengaruh dari Louis Gottschalk. Menurut saya sejak akhir abad ke 19 M terdapat kecenderungan intelektual Islam di Indonesia untuk menuju pemikiran modern. Kebanyakan sarjana menyebut pengaruh modern itu berasal dari Muhammad Abduh di Mesir. Tetapi perlu diketahui bahwa orang-orang Indonesia tidak semuanya bertemu langsung dengan Abduh. Lalu bagaimana pemikiran Abduh tersebut dapat masuk dan terkenal di Indonesia, disamping tokoh-tokoh tradisionalis yang tetap bertahan di tengah arus modernisasi itu. Setelah melakukan penelitian literasi, saya dapat menyimpulkan jawaban dari permasalahan diatas. Pertama, meskipun tidak semua orang Indonesia bertemu Abduh, tetapi al-Minangkabawi telah berjasa besar menjadi perantara dari kedua belah pihak. al-Minangkabawi adalah ulama Jawi pertama yang mengajak ulama generasi setelahnya ke pemikiran modern Abduh. Namun di samping itu al-Minangkabawi juga menghimbau kepada para muridnya untuk tetap mempertahankan tradisi bermazhab fikih yang pada saat itu ditolak keberadaannya oleh Abduh.
    [Show full text]
  • Genealogi Spritual Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Di Minangkabau Berdasarkan Naskah Ijazah Serta Karakteristik Ijazahnya
    GENEALOGI SPRITUAL TAREKAT NAQSYABANDIYAH KHALIDIYAH DI MINANGKABAU BERDASARKAN NASKAH IJAZAH SERTA KARAKTERISTIK IJAZAHNYA Chairullah (Alumni Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol Padang. Email: [email protected] Abstract Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah merupakan salah satu tarekat muktabarah yang memiliki banyak pengikutnya di Indonesia. Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah juga merupakan tarekat yang mendominasi wilayah Minangkabau. Dalam pandangan sejarawan dan peneliti seperti Schrieke dan Martin van Bruinessen tarekat Naqsyabandiyah mulai berkembang di Minangkabau pada pertengahan abad ke 19 yaitu tahun 1850 M oleh Syekh Ismail Simabur. Berbeda dengan Schrieke dan Bruinessen, Azra dan Dobbin berpendapat bahwa tarekat Naqsyabandiyah telah berkembang di Minangkabau pada pertengahan abad ke 17 M oleh Jamaluddin. Namun berdasarkan sumber lokal yang ditemukan berupa Naskah Ijazah dan Silsilah ditemukan fakta lain yaitu tarekat Naqsyabandiyah telah berkembang di Minangkabau pada awal abad ke 19. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan genealogi Spritual tarekat Naqsyabandiyah di Minangkabau berdasarkan naskah ijazah, serta melihat karakteristik dari ijazah tarekat Naqsyabandiyah yang berkembang di Minangkabau. Kata Kunci: Genealogi, Tarekat Naqsyabandiyah, Naskah Ijazah, PENDAHULUAN Faqi, Aden, Harmayn, Mesir dan India. Dalam perjalanan pulangnya ia berhenti di Aceh sebelum Sejarah masuk dan berkembangnya tarekat melanjutkannya ke Sumatera Barat. Di Aceh Naqsyabandiyah di Minangkabau masih menjadi ia aktif mengajarkan dan menyebarkan tarekat perbedaan pendapat di kalangan ahli sejarah dan Naqsyabandiyah. Jamaluddin juga memiliki peneliti seperti Martin van Bruinessen, Schrieke, sebuah karya yang berjudul Lubab al-Hidayah, Christine Dobbin dan Azyumardi Azra. Menurut karya ini disandarkan kepada ajaran-ajaran Ahmad pendapat Bruinessen, tarekat Naqsyabandiyah ‘Ibnu ‘Alan al-Shiddiqi al-Naqsyabandiyah (Azra, telah berkembang di Minangkabau pada tahun 2007). 1850 M oleh Syekh Ismail (Bruinessen, 1992).
    [Show full text]
  • SUMATRA THAWALIB Latar Belakang Sejarah Kelahirannya Oleh: Bahrum Subagiya Universitas Ibn Khaldun Bogor [email protected]
    SUMATRA THAWALIB Latar Belakang Sejarah Kelahirannya Oleh: Bahrum Subagiya Universitas Ibn Khaldun Bogor [email protected] Pendahuluan Sumatra Thawalib merupakan bagian dari gerakan pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, khususnya Sumatra Barat. Deliar Noer dalam bukunya Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 memasukan Sumatra Thawalib sebagai awal-awal gerakan pendidikan dan sosial di Indonesia. Tentunya, gerakan ini tidak bisa dilepaskan dari pengaruh gerakan pembaharuan yang terjadi di Timur Tengah. Gerakan pertama yang mempengaruhi pembaharuan di Indonesia adalah gerakan Ibn Abdul Wahab yang melancarkan pembaharuan Islam di Negeri Arab. Ia memusatkan pemikirannya kepada ajaran tauhid dan berusaha sekuat tenaga membersihkan tauhid dari segala unsur yang menodainya di Jazirah Arab. Selanjutnya, paham dan gerakan Abdul Wahab tersebar luas dan mempengaruhi sebagian besar dunia Islam terutama melalui jalur perhajian. Kesadaran Islam dari kemundurannya dan kebangkitan gerakan pemikiran Islam modern yang masa-masa selanjutnya semakin digencarkan diperluas oleh tokoh-tokoh berikutnya seperti Muhammad Jamaluddin la-Afgani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridha.1 Ketiga tokoh inilah yang banyak mempengaruhi pembaharu-pembaharu di Sumatra Utara khususnya, dan Indonesia umumnya. Muhammad Jamaluddin la-Afgani (1839-1897) di samping giat mengajarkan paham keagamaan seperti yang disampaikan Ibn Abdul Wahab, berusaha keras menyadarkan dunia Islam dari kemunduran, keterbelakangan dan kelemahannya. Murid utama dan rekan seperjuangan Jamaluddin adalah Muhammad Abduh (1849-1905). Berbeda dengan gurunya (Jamaluddin) yang mengutamakan perjuangan politik untuk mencapai tujuan gerakannya, Abduh mengutamakan bidang pendidikan. Dengan pendidikan, ia berusaha mencerdaskan umat, memurnikan Islam dari segala pengaruh dan praktek yang menodainya, mereformasikan ajaran-ajaran Islam dalam sinar pikiran modern, membela serta mempertahanan Islam dari pengaruh Eropa dan serangan kristen.
    [Show full text]
  • 2021, Jentera, 10 (1), 73—93 REPRESENTASI ATAS PADRI
    Dedi Arsa REPRESENTASI ATAS PADRI & SUARA-SUARA MUSLIM MODERAT: TELAAH ATAS EMPAT NASKAH SANDIWARA Representation of The Padri & Moderate Muslim Voices: A Study of Four Plays Dedi Arsa Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi [email protected] Naskah diterima: 24 Juni 2020; direvisi: 11 Juni 2021; disetujui: 19 Juni 2021 doi: https://doi.org/10.26499/jentera.v10i1.2613 Abstra k Artikel ini menelaah empat lakon sandiwara tentang Perang Padri karya Wisran Hadi. Empat lakon ini ("Perguruan", "Perburuan", "Pengakuan" dan "Penyeberangan") berbicara tentang suatu periode penting (lagi krisis) dalam sejarah Minangkabau, ketika pertentangan adat, agama, dan kolonialisme barat berkecamuk hebat. Menggunakan pendekatan neo-historisisme, artikel ini melihat gagasan-gagasan Islam moderat yang diusung pengarangnya dalam representasi tentang tokoh-tokoh Padri yang ditampilkan pada keempat lakon tersebut dan faktor-faktor yang membuat berbagai representasi itu mengemuka. Menjawabnya sekaligus akan memperlihatkan wacana keislaman yang diketengahkan penulisnya sekaligus dapat menemukan relasi antara teks sastra dan ruang penciptaannya. Dari hasil pengkajian ditemukan bahwa keempat lakon merupakan representasi Wisran atas empat tokoh utama Padri: Tuanku nan Tuo, Tuanku nan Renceh, Tuanku Imam Bonjol, dan Tuanku Sembahyang. Representasi Wisran atas mereka tampak punya garis yang sewarna: representasi Padri yang korektif dan evaluatif atas keradikalan gerakan yang dicetuskan dari dan oleh kalangan mereka sendiri. Di tengah bangkitnya radikalisme agama dan kekerasan atas nama Tuhan, Wisran memenangkan akal- sehat, kewajaran, dan kepatutan sebagai puncak dari praktik menuju kebenaran. Yang dimenangkannya, dalam konteks ini, adalah suara tokoh-tokoh Padri yang moderat dalam menawarkan jalan-jalan akomodatif untuk mengubah masyarakat, sementara suara-suara yang menginginkan perubahan cepat dengan gerakan kekerasan sebagai pilihan dibuatnya acap tidak berdaya di hadapan suara-suara yang pertama.
    [Show full text]