Tekmapro : Journal of Industrial Engineering and Management Vol. 15, No. 02, Tahun 2020, 85- 93 e-ISSN 2656-6109. URL: http://tekmapro.upnjatim.ac.id/index.php/tekmapro

ANALISIS ERGONOMI PROSES PEMBUATAN SATE BANDENG DENGAN POSTURE EVALUATION INDEX DALAM VIRTUAL ENVIRONMENT

Nurfajriah 1), Mohammad Rachman Waluyo 2) 1, 2) Program Studi Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jl. RS. Fatmawati No. 1 Pondok Labu Jakarta Selatan e-mail: [email protected] 1) , [email protected] 2)

ABSTRAK Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Faktor yang dapat meningkatkan timbulnya gangguan musculoskeletal, yaitu: postur kerja yang salah, tenaga yang berlebihan, pen- gulangan dengan waktu kerja yang lama berpotensi menimbulkan kelelahan kerja. Postur kerja yang tidak baik ini seringkali diakibatkan oleh desain fasilitas kerja yang kurang memperhatikan kesesuaian dengan penggunanya. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi fasilitas kerja yang ditinjau dari aspek ergonomi serta mengindentikasi mengidentifikasi dan menganalisis factor mus- culoskeletal dari karyawan pembuatan sate bandeng dan mengetahui perbedaan tingkat kelelahan sebelum dan sesudah penggunaan perancangan alat kerja berbasis ergonomic dengan Metode Posture Evaluation Index dengan Virtual Environmet (VE). Stasiun Kerja Proses penghalusan ikan menunjukkan hasil Low Back Pain pekerja a dan b berada dalam kondisi yang dapat diterima karena nilainya kurang dari 3400 N, sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerja pada proses penghalusan ikan tidak beresiko tinggi mengalami cidera pada tulang punggungnya, sedangkan OWAS memiliki nilai 3 yang menandakan bahwa harus ada perbaikan. Untuk pengujian RULA pekerja a dan b memiliki resiko cidera musculoskeletal dan harus dilakukan perbaikan yang me- nyeluruh. Proses memasukkan ikan ke dalam kulit ikan menunjukan Lower Back Pain masih dapat diterima sedangkan hasil OWAS postur kerja pada stasiun kerja ini harus segera diperbaiki kemudian hasil RULA bahwa stasiun kerja ini memiliki nilai 4 yang menunjukkan ada resiko yang harus diinvestigasi lebih lanjut. Perhitungan nilai PEI pada pekerja pembakaran sate ikan bandeng memiliki nilai LBA berada di bawah standar NIOSH yaitu 3400N yang artinya masih dapat diterima sedangkan OWAS pada stasiun kerja ini memberikan rasa sakit dan memerlukan langkah perbaikan. kemudian untuk RULA stasiun kerja ini relatif lebih ergonomis karena nilainya 4 yang berarti terdapat resiko yang harus diinvestigasi lebih lanjut. Kata Kunci : Low Back Pain, OWAS, RULA, Musculoskeletal

ABSTRACT Work posture forms the posture at work. Factors that can increase the incidence of musculoskeletal disorders, namely: wrong work posture, excessive energy, repetition with a long work time, in- creasing. This bad work posture was acquired by the design of work facilities that did not pay at- tention to the suitability of its users. The purpose of this study is to study the work facilities in terms of ergonomic aspects as well as analyze the contribution and analyze the framework of the making company and study the advanced relationship before and increase the use of ergonomic work tools per application with the Posture Index Evaluation Method with Virtual En- vironmet (VE) . Work Station The fish removal process displays the results of the worker Low Back Pain and b can be in an acceptable condition because it is rated less than 3400 N, it is unde- niable that the worker in the fish refinement process cannot be removed, injury to his backbone, because OWAS has a value of 3 which indicates there must be improvement. To test RULA work- ers a and b have a risk of musculoskeletal injury and complete repair must be done. The process of inserting fish into fish shows that Lower Back Pain can still be accepted when the results of OWAS work posture at this work station must be corrected immediately then RULA results at the work station have a value of 4 indicating what needs to be further investigated. Assessing the PEI value of milkfish satay burners workers has an LBA value depending under the NIOSH standard of 3400N which can still be accepted by OWAS at this work station to provide pain and seek cor- rective measures. then for RULA this work station is relatively more ergonomic because its value is 4 which means it needs to be further investigated. Keywords : Low Back Pain, OWAS, RULA, Musculoskeletal

85

Nurfajriah, Mohammad Rachman Waluyo / Tekmapro Vol.15, No.02, Tahun 2020, 85- 93

I. PENDAHULUAN Ergonomi ialah suatu ilmu yang mempelajari interaksi manusia dengan lingkungan dan alat kerja yang dipakai sehingga dapat berperan untuk menyelesaikan masalah ketid- akserasian manusia dengan peralatan yang dipakai. Dalam ergonomi, manusia merupakan komponen yang paling utama yang harus diperhatikan dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, karena manusia dalam hal ini yang menjadi operator dari pekerjaannya (Bridger, 2003). Postur dan pergerakan yang terjadi selama manusia bekerja ini akan melibatkan sistem musculoskeletal (otot, ligamen maupun persambungannya). Postur ker- ja yang buruk selama bekerja akan berakibat pada pembebanan yang berlebih pada sistem musculoskeletal (Cohen, 1997). Hal ini apabila dilakukan secara berulang dan dalam jangka waktu yang lama akan berakibat gangguan sistem musculoskeletal tersebut seperti inflamasi, kondisi degenaratif yang mempengaruhi otot, syaraf, tendon, ligamen, sendi dan tulang belakang manusia (Punnet et al, 2004). Sate bandeng merupakan makanan khas dan banyak ditemui di daerah Serang. Pada proses pembuatannya, posisi kerja adalah duduk tanpa menggunakan kursi dan meja yang menopang tubuh dengan baik, tingkat pengulangan kerja pada satu jenis otot. Per- maslahan ergonomi di industry pembuatan sate bandeng terutama terkait dengan postur tubuh dan pergelangan tangan dan kaki yang tidak baik dan harus melakukan pekerjaan yang berulang-ulang sehingga sangat berpotensi menimbulkan gangguan musculoskeletal (MSDs) (Cohen, 1997). Proses pembuatan sate bandeng dapat dilihat pada Gambar 1.

(a)

(a) (b) (c) (d) Gambar 1. (A dan B). Proses Menghaluskan Duri Ikan, (C). Proses Memasukkan Ikan Ke Dalam Kulit Ikan Bandeng, (D) Proses Pembakaran Sate Bandeng

Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang sering dil- akukan oleh manusia dalam melakukan pekerjaan antara lain berdiri, membungkuk, jong- kok, berjalan (Bridger, 1995). Posisi kaki dalam kondisi diam, dimana sendi, dan lutut tidak bergerak/bergeser dalam jangka waktu yang lama serta memanfaatkan tenaga yang sedikit, merupakan sikap kerja yang tidak alamiah MSDs ( Musculoskeletal Disorders ) adalah sekumpulan gejala yang berkaitan dengan jaringan otot, tendon, ligament, karti- lago, sistem saraf, struktur tulang, dan pembulu darah (Tarwaka et al, 2004). Keluhan musculoskeletal ialah keluhan yang timbul pada bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan ringan sampai sangat fatal (Grandjean, 1998). Sikap kerja yang salah, canggung dan di luar kebiasaan akan menambah resiko cedera pada bagian musculoskeletal (Bridger, 1995). Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan tim- bulnya gangguan musculoskeletal, yaitu: postur yang tidak alamiah, tenaga yang berlebi- han, pengulangan berkali-kali, dan lamanya waktu kerja. Munculnya keluhan musculo- skeletal akan mengganggu konsentrasi dalam bekerja, menimbulkan kelelahan dan akhirnya dapat menurunkan produktivitas kerja (Hagberg et al, 1997). Penciptaan sistem kerja yang memperhatikan kaidah ergonomi sudah terbukti mampu memberikan manfaat, baik bagi pekerjanya secara langsung maupun bagi perusahaan (Adiputra et al, 2006). Sistem kerja tersebut dapat menurunkan keluhan akibat gangguan muskuloskeletal, kele-

86

Nurfajriah, Mohammad Rachman Waluyo / Tekmapro Vol.15, No.02, Tahun 2020, 85- 93

lahan, beban kerja, dan risiko cedera yang dialami oleh pekerja. Selain itu, produktivitas dan pendapatan pekerja dapat ditingkatkan. yang pada akhirnya akan meningkatkan keun- tungan perusahaan.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Virtual Environment Salah satu cara untuk menganalisis apakah suatu kondisi kerja telah ergonomis atau belum adalah dengan pendekatan virtual environment (VE) . Virtual environment adalah suatu representasi yang memungkinkan penggunanya dapat berinteraksi dengan ling- kungan sintesis sesuai dengan keadaan lingkungan nyata (R. Kalawsky, 1993). VE te- lah digunakan sebagai alat kajian ergonomi, meliputi kajian terhadap teknik umpan ba- lik pendengaran untuk membantu material handling (Pham et al, 2006). Perbandingan pergerakan rotasi di dunia nyata dengan pergerakan di VE menggunakan persepsi dan respon manusia terhadap landscape (Bishop, 2001). Jack adalah Human Simulation and Ergonomic Software yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai ergonomis dari produk maupun metode kerja. Software ini memungkinkan penggunanya untuk mem- posisikan model biomekanikal manusia secara akurat, dalam berbagai ukuran antro- pometri tubuh manusia di dalam sebuah VE (UGS The PLM Company, 2004).

B. Posture Evaluation Index (PEI) Posture Evaluation Index (PEI) merupakan suatu pendekatan berupa indeks yang dikembangkan sebagai alat ukur penilaian postur tubuh saat bekerja pada Virtual human di virtual environment pada software Jack 7.1 8.2. Tujuan dari PEI adalah untuk menetapkan optimasi secara ergonomis pada sebuah operasi yang berada disebuah area kerja (Caputo et al, 2006). Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan yang optimal maka harus meminimalisir terbentuknya postur yang kritis ( critical posture ) selama operasi kerja berlangsung, dimana critical posture ini merupakan postur tubuh saat bekerja yang memicu timbulnya musculoskeletal disorders (MSDs) dan pada kenyataanya hal ini sangatlah sulit untuk dideteksi (Baek, et al, 2015). Dengan menggunakan PEI dari suatu postur tunggal dapat diukur dan secara otomatis dapat mendeteksi critical posture . Ana- lisis suatu lingkungan kerja dapat dilakukan dengan menghitung nilai PEI dengan faktor SSP (Static Strength Prediction ) dimana pada tahapan ini akan dinilai apakah pekerjaan yang dilakukan data dipertimbangkan dalam analisis selanjutnya. Pengukuran SSP dil- akukan untuk mengetahui apakah pekerjaan yang dilakukan memang benar-benar memungkinkan untuk manusia dengan kondisi tersebut.

C. Low Back Analysis (LBA) Faktor selanjutnya adalah LBA (Low Back Analisys ), analisis ini mengevaluasi secara real time beban yang diterima bagian tulang belakang. Dalam perhitungan PEI, nilai LBA yang digunakan ialah nilai pada critical posture (NIOSH, 1998). Nilai tekanan yang diperoleh dari output LBA kemudian dibandingkan dengan batsan tekanan yang ada pada standart NIOSH sebesar 3400 Newton.

D. OWAS (Ovako Working Posture Analysis System) Evaluasi tingkat kenyamanan pekerja ketika melakukan suatu pekerjaan. OWAS juga memberikan rekomedasi apakah hal yang dianalisa memerlukan perbaikan atau tidak. Indeks tingkat kenyamanan yang dihasilkan kemudian dibandingkan indeks maksimal yang ada pada OWAS sebesar 4 poin (Karwowski, 2001)

87

Nurfajriah, Mohammad Rachman Waluyo / Tekmapro Vol.15, No.02, Tahun 2020, 85- 93

E. RULA (Rapid Upper Limb Assessment ) Mengevaluasi kualitas postur tubuh bagian atas serta proses identifikasi resiko kerusa- kan atua gangguan pada tubuh bagian atas dengan menggabungkan berbagai bagian tubuh yang disatukan untuk memperoleh sebuah nilai total (McAtamney, 1993). Nilai total tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai total maksimum RULA sebesar 7 poin. Evaluasi PEI mengintegarsikan hasil analisis dari LBA, OWAS dan RULA. Se- makin kecil nilai PEI maka semakin tinggi tingkat kenyamanan dan semakin rendah pu- la resiko pekerja dalam terserang ganguan kesehatan. Sebaliknya, semakin tinggi nilai PEI maka semakin rendah tingkat kenyamanan dan semakin tinggi nilai PEI maka se- makin rendah tingkat kenyamanan dan semakin tinggi resiko dari para pekerja untuk terserang gangguan Kesehatan (Openshaw, 2006) Adapun nilai minimum dari PEI sebe- sar 0,47 yang menyatakan kondisi dari pekerja yang tidak mendapat beban sama sekali, sedangkan nilai maksimum PEI adalah 3,42.

Penelitian ini berupaya mengkaji, dalam lingkungan virtual, aspek ergonomi dari tiga sta- siun kerja (SK) yang ada pada Industri Sate Bandeng yaitu SK penghalusan daging ikan, memasukkan ikan ke kulit, dan pembakaran sate bandeng. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi fasilitas kerja yang tersedia saat ini ditinjau dari aspek ergonomi dan me- menuhi daftar kebutuhan fitur yang teridentifikasi dan mengetahui serta menganalisis fac- tor – factor musculoskeletal dari karyawan pembuatan sate bandeng serta mengetahui perbedaan tingkat kelelahan sebelum dan sesudah penggunaan perancangan alat kerja berbasis ergonomic dengan Metode Posture Evaluation Index dengan Virtual Environmet.

III. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, kegiatan yang ada pada industry sate bandeng dimodelkan dengan software Jack 7.1, kemudian dianalisis dengan pendekatan Posture Evaluatin In- dex (PEI). Penelitian dilakukan melalui observasi langsung ke rumah industri sate bandeng dengan jumlah pekerja 15 orang. Langkah pertama adalah Pengumpulann data yang akan digunakan untuk membuat VE. VE akan merepresentasikan kondisi tempat kerja seperti didunia nyata sehingga dibutuhkan data bentuk dan ukuran mesin dan alat (Muslim et al, 2011). Pengumpulan data ini dilakukan dengan pengukuran langsung dan pengambilan foto-foto dari observasi lapangan dan tahapan selanjutnya membuat mesin dan alat ke dalam software AutoCAD yang selanjutnya akan disambungkan ke Software Jack 7.1 untuk mensimulasikan. Langkah selanjutnya adalah memasukkan model manusia digital ke dalam VE. Model manusia digital ini bertindak sebagai operator. Ukuran manu- sia digital yang dimasukkan dalam VE dapat merepresentasikan ukuran manusia yang sesungguhnya dan model manusia digital yang telah dimasukkan dalam VE akan diberi- kan tugas bekerja seperti operator sesungguhnya.

88

Nurfajriah, Mohammad Rachman Waluyo / Tekmapro Vol.15, No.02, Tahun 2020, 85- 93

Gambar 2. Diagram alir Metode Penelitian

89

Nurfajriah, Mohammad Rachman Waluyo / Tekmapro Vol.15, No.02, Tahun 2020, 85- 93

Gambar 3 merupakan tampilan VE pada stasiun kerja pembakaran sate bandeng yang dibuat dalam Software Jack 7.1 .

Gambar 3. Virtual Environment SK. Pembakaran Sate Bandeng

Tahap selanjutnya dilakukan perhitungan Posture Evaluatin Index (PEI), yang dida- lamnya meliputi analisis Statisc Strength Prediction (SSP), Low Back Analysis (LBA), Ovako Working Analysis System (OWAS), dan Rapid Upper Limb Assessment (RULA). Postur paling ergonomis adalah postur dengan nilai PEI paling rendah dan sebaliknya, postur dengan nilai PSI tertinggi adalah postur paling tidak ergonomis.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Stasiun Kerja Proses Penghalusan Ikan Pada proses identifikasi langsung di lapangan yang sudah dilakukan langkah selanjutnya adalah mensimulasikan dengan menunjukkan hasil perhitungan nilai PEI pada proses penghalusan ikan seperti Gambar 4.

(a) (b) Gambar 4. VE Proses Penghalusan Ikan

Terdapat dua operator pada proses penghalusan ikan dengan postur kerja yang berbeda seperti terlihat pada Gambar (a) dan (b). pada pekerja (a) posisi kerja dengan jongkok sedangkan operator kedua (b) posisi kerja duduk dengan satu kaki tertekuk. Berikut hasil perhitungan nilai PEI pada proses menghaluskan ikan.

TABEL I PERHITUNGAN NILAI PEI PROSES PENGHALUSAN IKAN Operator Perhitungan Nilai LBA OWAS RULA PEI (Newton) A 1671 3 7 2,661 B 1612 3 6 2,441

Hasil analisis Low Back Pain (LBA) menunjukkan bahwa postur tulang belakang yang terbentuk pada pekerja a dan b berada dalam kondisi yang dapat diterima, yaitu menerima

90

Nurfajriah, Mohammad Rachman Waluyo / Tekmapro Vol.15, No.02, Tahun 2020, 85- 93

tekanan dibawah 3400 N. sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerja pada proses penghalusan ikan tidak beresiko tinggi mengalami cidera pada tulang punggungnya aki- bat tekanan yang diterima. Berdasarkan analisis OWAS, memiliki nilai sebesar 3. Nilai ini menandakan bahwa postur yang terbentuk memberikan rasa sakit dan langkah perbai- kan harus dilakukan sesegera mungkin. Kemudian hasil analisis RULA menunjukkan bahwa pada tubuh bagian atas pekerja a dan b memiliki resiko cidera musculoskeletal yang harus diinvestigasi lebih lanjut dan harus dilakukan perbaikan yang menyeluruh didalamnya. Dari hasi PEI menunjukkan bahwan stasiun kerja penghalusan ikan tidak ergonomis.

B. Stasiun Kerja Memasukkan Daging Ikan Ke Dalam Kulit Ikan Gambar 5 menunjukkan perhitungan nilai PEI pada pekerja memasukkan daging ikan ke dalam kulit ikan.

Gambar 5. VE proses memasukkan ikan ke dalam kulit ikan

Pada proses memasukkan ikan yang sudah dihaluskan dan sudah diberi ke da- lam kulit ikan, postur kerja seperti pada gambar 5. Dapat dilihat bahwa postur kerja dengan kaki tertekuk dan tanpa menggunakan meja dalam proses nya.

TABEL II PERHITUNGAN PEI PROSES MEMASUKKAN IKAN KE DALAM KULIT IKAN Operator Perhitungan Nilai LBA (New- OWAS RULA PEI ton) A 731 3 4 1,776

Tabel II menunjukkan bahwa nilai LBA pada pekerja memasukkan ikan yang sudah diha- luskan dan di beri bumbu ke dalam kulit ikan berada di bawah standar NIOSH. Hal ini mengindikasikan bahwa tekanan yang dirasakan oleh tulang belakang pekerja masih dapat diterima. Dari hasil OWAS, dapat di simpulkan bahwa postur kerja pada stasiun kerja ini memberikan rasa sakit pada pekerja dan memerlukan langkah koreksi sesegera mungkin. Berdasarkan hasil RULA menunjukkan bahwa stasiun kerja ini relative lebih ergonomis dibandingkan stasiun kerja penghalusan ikan. Angka 4 dalam penilaian RULA menunjukkan bahwa terdapat resiko yang harus diinvestigasi lebih lanjut. Dari perhiut- ngan nilai PEI dapat disimpulkan, stasiun kerja memasukkan ikan kedalam kulit ikan ada- lah stasiun kerja yang ergonomis karena memiliki nilai PEI yang kecil.

C.Stasiun Kerja Pembakaran Sate Ikan Tabel III menunjukkan perhitungan nilai PEI pada pekerja pembakaran sate ikan bandeng.

91

Nurfajriah, Mohammad Rachman Waluyo / Tekmapro Vol.15, No.02, Tahun 2020, 85- 93

Gambar 5. VE Proses Pembakaran Sate Ikan Bandeng

TABEL III PERHITUNGAN PEI PROSES PEMBAKARAN SATE IKAN BANDENG Operator Perhitungan Nilai LBA (New- OWAS RULA PEI ton) A 807 3 4 1,79

Tabel III menunjukkan bahwa nilai LBA pada pekerja pembakaran sate ikan bandeng berada di bawah standar NIOSH yaitu 3400N. Hal ini mengindikasikan bahwa tekanan yang dirasakan oleh tulang belakang pekerja masih dapat diterima. Dari hasil OWAS, dapat dikatakan bahwa postur kerja pada stasiun kerja ini memberikan rasa sakit pada pekerja dan memerlukan langkah koreksi sesegera mungkin. Berdasarkan hasil RULA menunjukkan bahwa stasiun kerja ini relatif lebih ergonomis dibandingkan stasiun kerja penghalusan ikan. Angka 4 dalam penilaian RULA menunjukkan bahwa terdapat resiko yang harus diinvestigasi lebih lanjut. Dari perhitungan nilai PEI dapat disimpulkan, stasiun kerja pembakaran sate ikan bandeng adalah stasiun kerja yang ergonomis karena memiliki nilai PEI yang kecil.

V. KESIMPULAN Hasil dari penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Ditinjau dari PEI hasil nilai desain actual meja kursi untuk pengerajin penghalus ikan bandeng saat ini memiliki pengujian dengan LBA sebesar 1671. LBA ini menujukan bahwa desain tersebut cukup aman dan memberikan resiko cidera tu- lang belakang yang cukup kecil berdasarkan standar NIOSH 3400 N. Sedangkan pengujian penghalusan ikan bandeng dengan OWAS pada desain actual yakni 3. Hal ini menunjukan bahwa desain ini cukup membahayakan system musculoskel- etal orang pengerjain penghalus ikan bandeng. dan membutuhkan evaluasi dalam design yang ada. Selanjutnya nilai RULA nya menunjukan nilai 7. Ini merupakan nilai maksimal dari RULA. Nilai 7 menyatakan bahwa resiko harus segera di- investigasi lebih lanjut terhadap kemungkinan resiko cidera. Perbaikan desain dapat mengurangi kemungkinan resiko cidera yang terjadi. Sehingga telah dikalkulasi nilai PEI untuk desain actual yaitu sebesar 2,661. 2. Ditinjau dari PEI hasil nilai desain actual meja kursi untuk pengerajin penghalus ikan bandeng 2 saat ini memiliki pengujian dengan LBA sebesar 1612. LBA ini menujukan bahwa desain tersebut cukup aman dan memberikan resiko cidera tu- lang belakang yang cukup kecil berdasarkan standar NIOSH 3400 N. Sedangkan pengujian penghalusan ikan bandeng 2 dengan OWAS pada desain actual yakni 3. Hal ini menunjukan bahwa desain ini cukup membahayakan system musculo- skeletal orang pengerjain penghalus ikan bandeng. dan membutuhkan evaluasi

92

Nurfajriah, Mohammad Rachman Waluyo / Tekmapro Vol.15, No.02, Tahun 2020, 85- 93

dalam design yang ada. Selanjutnya nilai RULA nya menunjukan nilai 6. Nilai 6 menyatakan bahwa resiko harus segera diinvestigasi lebih lanjut terhadap kemungkinan resiko cidera. Perbaikan desain dapat mengurangi kemungkinan resiko cidera yang terjadi. Sehingga telah dikalkulasi nilai PEI untuk desain actu- al yaitu sebesar 2,441. 3. Ditinjau dari PEI hasil nilai desain actual meja kursi untuk proses pembuatan sate bandeng saat ini memiliki pengujian dengan LBA sebesar 731. LBA ini menujukan bahwa desain tersebut aman dan memberikan resiko cidera tulang belakang yang sangat kecil berdasarkan standar NIOSH 3400 N. Sedangkan pen- gujian proses pembuatan sate dengan OWAS pada desain actual yakni 3. Hal ini menunjukan bahwa desain ini cukup membahayakan system musculoskeletal orang pembuatan sate dan membutuhkan evaluasi dalam design yang ada. Selan- jutnya nilai RULA nya menunjukan nilai 4. Nilai 4 menyatakan bahwa resiko ha- rus diinvestigasi karena guna menanggulangi / meminimalisir kemungkinan resi- ko cidera. Perbaikan desain dapat mengurangi kemungkinan resiko cidera yang terjadi. Sehingga telah dikalkulasi nilai PEI untuk desain actual yaitu sebesar 1,776. 4. Ditinjau dari PEI hasil nilai desain actual meja kursi untuk pembakaran sate bandeng saat ini memiliki pengujian dengan LBA sebesar 807. LBA ini menujukan bahwa desain tersebut aman dan kecil sekali menimbulkan cidera berdasarkan standar NIOSH 3400 N. Sedangkan pengujian proses pembuatan sate dengan OWAS pada desain actual yakni 3. Hal ini menunjukan bahwa desain ini cukup membahayakan orang yang melakukan aktifitas pembakaran sate bandeng. Selanjutnya nilai RULA nya menunjukan nilai 4. Nilai 4 menyatakan bahwa resi- ko harus diinvestigasi karena guna menanggulangi / meminimalisir kemungkinan resiko cidera. Perbaikan desain dapat mengurangi kemungkinan resiko cidera yang terjadi. Sehingga telah dikalkulasi nilai PEI untuk desain actual yaitu sebe- sar 1,79.

DAFTAR PUSTAKA

Baek JH, Kim YS, Yi KH. Relationship between Comorbid Health Problems and Musculoskeletal Disorders Resulting in Musculoskeletal Complaints and Musculoskeletal Sickness Absence among Employees in Korea . Safety and Health at Work. 2015;6:1 Bridger, R.S. (1995). Introduction To Ergonomic . Singapore: McGraw-Hill Bookco. Cohen, Alexander et al. (1997). Element of Egronomic Program. A Primer Based onWorkplace Evaluation of Musculoskel- etal Disorders . USA: Departmen of Health and Human Service NIOSH. D.T. Pham, A. Ghanbarzadeh, E. Koc, S. Otri, M. Zaidi, 2nd I*PROMS Virtual International Conference 3/14 (2006) 425. F. Caputo, G.D. Gironimo, A. Marzano, Acta Polytechnica 46 (2006) Grandjean, E. 1998. Accuracy Influences Working Against Productivity . London: Taylor & Francis. I.D. Bishop, J.R. Wherrett, Landscape and Urban Planning 52 (2001) 225 Kalawsky, R. 1993. The Science of Virtual Reality and Virtual Environments. Gambridge: Addison-Wesley L. McAtamney, N. Corlett, Appl. Ergonomics. 1993, p.91. L. Punnet, Wegman, H. David. J. Electromyography and Kinesiology 14 (2004) 13. M. Hagberg, P. Buckle, L. Fine, A. Franzblau, Å. Kilbom, E. Menckel, L. Punnett, H. Riihimäki, B. Silverstein, E.V. Jun- tura, In:P. Seppälä, T. Luopajärvi, H. Nygård, M. Mattila, (Eds.), WMSDs: A Reference Book for Prevention, Taylor & Francis, London, 1997, p.6. Muslim, E., Nurtjahyo, B., Ardi, R. 2011. Analisis Ergonomi Industri Garmen dengan Posture Evaluation Index pada Vir- tual Environment. Makara Teknologi Vol 15. N. Adiputra, A. Manuaba, H. Purnomo, ejournal.unud.ac.id/abstrak/e_journal_hari_purnomo.doc, 2006. NIOSH. 1998. NIOSH Document, Application Manual for Revised NIOSH Lifting Equation , NIOSH Publication Number 94-110. Openshaw, A. S. 2006. Ergonomic and Design A Reference Guide. Allsteel Inc. R.S. Bridger, Introduction to Ergonomics, 2nd ed., Taylor & Francis, New York, 2003, p.548. Tarwaka, Sholichul, Lilik Sudiajeng, 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : UNIBA PRESS. UGS The PLM Company, E-Factory JACK 2004, http://www.plm.automation.siemens.com/en_us/about_us/newsroom/press/press_release.cfm?Component=25686 &ComponentTemplate=822,2009. W. Karwowski, International Encyclopedia of Ergonomics and Human Factor, Taylor and Francis, New York, 2001, p.3299.

93