Analisis Ergonomi Proses Pembuatan Sate Bandeng Dengan Posture Evaluation Index Dalam Virtual Environment
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Tekmapro : Journal of Industrial Engineering and Management Vol. 15, No. 02, Tahun 2020, 85- 93 e-ISSN 2656-6109. URL: http://tekmapro.upnjatim.ac.id/index.php/tekmapro ANALISIS ERGONOMI PROSES PEMBUATAN SATE BANDENG DENGAN POSTURE EVALUATION INDEX DALAM VIRTUAL ENVIRONMENT Nurfajriah 1), Mohammad Rachman Waluyo 2) 1, 2) Program Studi Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Jl. RS. Fatmawati No. 1 Pondok Labu Jakarta Selatan e-mail: [email protected] 1) , [email protected] 2) ABSTRAK Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Faktor yang dapat meningkatkan timbulnya gangguan musculoskeletal, yaitu: postur kerja yang salah, tenaga yang berlebihan, pen- gulangan dengan waktu kerja yang lama berpotensi menimbulkan kelelahan kerja. Postur kerja yang tidak baik ini seringkali diakibatkan oleh desain fasilitas kerja yang kurang memperhatikan kesesuaian dengan penggunanya. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi fasilitas kerja yang ditinjau dari aspek ergonomi serta mengindentikasi mengidentifikasi dan menganalisis factor mus- culoskeletal dari karyawan pembuatan sate bandeng dan mengetahui perbedaan tingkat kelelahan sebelum dan sesudah penggunaan perancangan alat kerja berbasis ergonomic dengan Metode Posture Evaluation Index dengan Virtual Environmet (VE). Stasiun Kerja Proses penghalusan ikan menunjukkan hasil Low Back Pain pekerja a dan b berada dalam kondisi yang dapat diterima karena nilainya kurang dari 3400 N, sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerja pada proses penghalusan ikan tidak beresiko tinggi mengalami cidera pada tulang punggungnya, sedangkan OWAS memiliki nilai 3 yang menandakan bahwa harus ada perbaikan. Untuk pengujian RULA pekerja a dan b memiliki resiko cidera musculoskeletal dan harus dilakukan perbaikan yang me- nyeluruh. Proses memasukkan ikan ke dalam kulit ikan menunjukan Lower Back Pain masih dapat diterima sedangkan hasil OWAS postur kerja pada stasiun kerja ini harus segera diperbaiki kemudian hasil RULA bahwa stasiun kerja ini memiliki nilai 4 yang menunjukkan ada resiko yang harus diinvestigasi lebih lanjut. Perhitungan nilai PEI pada pekerja pembakaran sate ikan bandeng memiliki nilai LBA berada di bawah standar NIOSH yaitu 3400N yang artinya masih dapat diterima sedangkan OWAS pada stasiun kerja ini memberikan rasa sakit dan memerlukan langkah perbaikan. kemudian untuk RULA stasiun kerja ini relatif lebih ergonomis karena nilainya 4 yang berarti terdapat resiko yang harus diinvestigasi lebih lanjut. Kata Kunci : Low Back Pain, OWAS, RULA, Musculoskeletal ABSTRACT Work posture forms the posture at work. Factors that can increase the incidence of musculoskeletal disorders, namely: wrong work posture, excessive energy, repetition with a long work time, in- creasing. This bad work posture was acquired by the design of work facilities that did not pay at- tention to the suitability of its users. The purpose of this study is to study the work facilities in terms of ergonomic aspects as well as analyze the contribution and analyze the framework of the milkfish satay making company and study the advanced relationship before and increase the use of ergonomic work tools per application with the Posture Index Evaluation Method with Virtual En- vironmet (VE) . Work Station The fish removal process displays the results of the worker Low Back Pain and b can be in an acceptable condition because it is rated less than 3400 N, it is unde- niable that the worker in the fish refinement process cannot be removed, injury to his backbone, because OWAS has a value of 3 which indicates there must be improvement. To test RULA work- ers a and b have a risk of musculoskeletal injury and complete repair must be done. The process of inserting fish into fish shows that Lower Back Pain can still be accepted when the results of OWAS work posture at this work station must be corrected immediately then RULA results at the work station have a value of 4 indicating what needs to be further investigated. Assessing the PEI value of milkfish satay burners workers has an LBA value depending under the NIOSH standard of 3400N which can still be accepted by OWAS at this work station to provide pain and seek cor- rective measures. then for RULA this work station is relatively more ergonomic because its value is 4 which means it needs to be further investigated. Keywords : Low Back Pain, OWAS, RULA, Musculoskeletal 85 Nurfajriah, Mohammad Rachman Waluyo / Tekmapro Vol.15, No.02, Tahun 2020, 85- 93 I. PENDAHULUAN Ergonomi ialah suatu ilmu yang mempelajari interaksi manusia dengan lingkungan dan alat kerja yang dipakai sehingga dapat berperan untuk menyelesaikan masalah ketid- akserasian manusia dengan peralatan yang dipakai. Dalam ergonomi, manusia merupakan komponen yang paling utama yang harus diperhatikan dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, karena manusia dalam hal ini yang menjadi operator dari pekerjaannya (Bridger, 2003). Postur dan pergerakan yang terjadi selama manusia bekerja ini akan melibatkan sistem musculoskeletal (otot, ligamen maupun persambungannya). Postur ker- ja yang buruk selama bekerja akan berakibat pada pembebanan yang berlebih pada sistem musculoskeletal (Cohen, 1997). Hal ini apabila dilakukan secara berulang dan dalam jangka waktu yang lama akan berakibat gangguan sistem musculoskeletal tersebut seperti inflamasi, kondisi degenaratif yang mempengaruhi otot, syaraf, tendon, ligamen, sendi dan tulang belakang manusia (Punnet et al, 2004). Sate bandeng merupakan makanan khas Banten dan banyak ditemui di daerah Serang. Pada proses pembuatannya, posisi kerja adalah duduk tanpa menggunakan kursi dan meja yang menopang tubuh dengan baik, tingkat pengulangan kerja pada satu jenis otot. Per- maslahan ergonomi di industry pembuatan sate bandeng terutama terkait dengan postur tubuh dan pergelangan tangan dan kaki yang tidak baik dan harus melakukan pekerjaan yang berulang-ulang sehingga sangat berpotensi menimbulkan gangguan musculoskeletal (MSDs) (Cohen, 1997). Proses pembuatan sate bandeng dapat dilihat pada Gambar 1. (a) (a) (b) (c) (d) Gambar 1. (A dan B). Proses Menghaluskan Duri Ikan, (C). Proses Memasukkan Ikan Ke Dalam Kulit Ikan Bandeng, (D) Proses Pembakaran Sate Bandeng Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang sering dil- akukan oleh manusia dalam melakukan pekerjaan antara lain berdiri, membungkuk, jong- kok, berjalan (Bridger, 1995). Posisi kaki dalam kondisi diam, dimana sendi, dan lutut tidak bergerak/bergeser dalam jangka waktu yang lama serta memanfaatkan tenaga yang sedikit, merupakan sikap kerja yang tidak alamiah MSDs ( Musculoskeletal Disorders ) adalah sekumpulan gejala yang berkaitan dengan jaringan otot, tendon, ligament, karti- lago, sistem saraf, struktur tulang, dan pembulu darah (Tarwaka et al, 2004). Keluhan musculoskeletal ialah keluhan yang timbul pada bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan ringan sampai sangat fatal (Grandjean, 1998). Sikap kerja yang salah, canggung dan di luar kebiasaan akan menambah resiko cedera pada bagian musculoskeletal (Bridger, 1995). Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan tim- bulnya gangguan musculoskeletal, yaitu: postur yang tidak alamiah, tenaga yang berlebi- han, pengulangan berkali-kali, dan lamanya waktu kerja. Munculnya keluhan musculo- skeletal akan mengganggu konsentrasi dalam bekerja, menimbulkan kelelahan dan akhirnya dapat menurunkan produktivitas kerja (Hagberg et al, 1997). Penciptaan sistem kerja yang memperhatikan kaidah ergonomi sudah terbukti mampu memberikan manfaat, baik bagi pekerjanya secara langsung maupun bagi perusahaan (Adiputra et al, 2006). Sistem kerja tersebut dapat menurunkan keluhan akibat gangguan muskuloskeletal, kele- 86 Nurfajriah, Mohammad Rachman Waluyo / Tekmapro Vol.15, No.02, Tahun 2020, 85- 93 lahan, beban kerja, dan risiko cedera yang dialami oleh pekerja. Selain itu, produktivitas dan pendapatan pekerja dapat ditingkatkan. yang pada akhirnya akan meningkatkan keun- tungan perusahaan. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Virtual Environment Salah satu cara untuk menganalisis apakah suatu kondisi kerja telah ergonomis atau belum adalah dengan pendekatan virtual environment (VE) . Virtual environment adalah suatu representasi yang memungkinkan penggunanya dapat berinteraksi dengan ling- kungan sintesis sesuai dengan keadaan lingkungan nyata (R. Kalawsky, 1993). VE te- lah digunakan sebagai alat kajian ergonomi, meliputi kajian terhadap teknik umpan ba- lik pendengaran untuk membantu material handling (Pham et al, 2006). Perbandingan pergerakan rotasi di dunia nyata dengan pergerakan di VE menggunakan persepsi dan respon manusia terhadap landscape (Bishop, 2001). Jack adalah Human Simulation and Ergonomic Software yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai ergonomis dari produk maupun metode kerja. Software ini memungkinkan penggunanya untuk mem- posisikan model biomekanikal manusia secara akurat, dalam berbagai ukuran antro- pometri tubuh manusia di dalam sebuah VE (UGS The PLM Company, 2004). B. Posture Evaluation Index (PEI) Posture Evaluation Index (PEI) merupakan suatu pendekatan berupa indeks yang dikembangkan sebagai alat ukur penilaian postur tubuh saat bekerja pada Virtual human di virtual environment pada software Jack 7.1 8.2. Tujuan dari PEI adalah untuk menetapkan optimasi secara ergonomis pada sebuah operasi yang berada disebuah area kerja (Caputo et al, 2006). Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan yang optimal maka harus meminimalisir terbentuknya postur yang kritis ( critical posture )