Tradisi Lisan Malam Berinai Pada Masyarakat Melayu Tanjung Balai
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
TRADISI LISAN MALAM BERINAI PADA MASYARAKAT MELAYU TANJUNG BALAI DISERTASI Oleh LELA ERWANY NIM: 108107015 PROGRAM DOKTOR (S3) LINGUISTIK FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TRADISI LISAN MALAM BERINAI PADA MASYARAKAT MELAYU TANJUNG BALAI DISERTASI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dalam Program Doktor Linguistik pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara di bawah pimpinan Rektor Sumatera Utara Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum. untuk dipertahankan dihadapan sidang Terbuka Senat Universitas Sumatera Utara Oleh LELA ERWANY NIM: 108107015 Program Doktor (S3) Linguistik FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Judul Disertasi : TRADISI LISAN MALAM BERINAI PADA MASYARAKAT MELAYU TANJUNG BALAI Nama Mahasiswa : Lela Erwany Nomor Pokok : 108107015 Program Studi : Doktor (S3) Linguistik Menyetujui Komisi Pembimbing (Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si.) Promotor (Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S.) (Dr. Muhammad Takari, M.Hum.) Co-Promotor Co-Promotor Ketua Program Studi Dekan (Prof.T. Silvana Sinar, M.A.,Ph.D.) (Dr. Budi Agustono, M.S.) Tanggal Lulus: UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Diuji pada Ujian Disertasi Terbuka (Promosi) Tanggal: PANITIA PENGUJI DISERTASI Pemimpin Sidang: Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum. (Rektor USU) Ketua : Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. (USU Medan) Anggota : Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. (USU Medan) Dr. Muhammad Takari, M.Hum. (USU Medan) Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. (USU Medan) Dr. Rahimah, M.Ag. (USU Medan) Dr. Asmyta Surbakti, M.Si. (USU Medan) Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. (USU Medan) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TIM PROMOTOR Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. Dr. Muhammad Takari, M.Hum. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TIM PENGUJI LUAR KOMISI Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. Dr. Rahimah, M.Ag. Dr. Asmyta Surbakti, M.Si. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERNYATAAN Judul Disertasi TRADISI LISAN MALAM BERINAI PADA MASYARAKAT MELAYU TANJUNG BALAI Dengan ini penulis nyatakan bahwa disertasi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Doktor Linguistik pada Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri. Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan disertasi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah. Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian disertasi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian- bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Medan, April 2016 Penulis, Lela Erwany UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TRADISI LISAN MALAM BERINAI PADA MASYARAKAT MELAYU TANJUNG BALAI ABSTRAK Penelitian ini berjudul ―Tradisi Lisan Malam Berinai pada Masyarakat Melayu Tanjung Balai‖. Penelitian ini mengkaji performansi, kearifan lokal, dan model revitalisasi upacara malam berinai, serta citra arketipe Melayu dalam sinandong. Tradisi malam berinai di Tanjung Balai merupakan upacara pemberian inai kepada calon pengantin yang dilakukan sebelum pengantin disandingkan di pelaminan pada keesokan harinya. Malam berinai biasanya dilaksanakan pada malam hari setelah selesai sholat Isya. Malam berinai menjadi bagian yang sangat penting dalam acara memberi tanda kepada pengantin yang digunakan oleh masyarakat tanjung balai sebagai bagian dari upacara adat istiadat perkawinan Melayu. Penelitian ini penting dilakukan karena masyarakat sudah jarang melakukan upacara malam berinai sehingga banyak orang yang tidak mengetahuinya lagi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan performansi, kearifan lokal, model revitalisasi malam berinai dan mendeskripsikan citra arketipe masyarakat Melayu dalam sinandong. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dengan metode deskriptif analitik. Penelitian ini menggunakan pendekatan performansi pemikiran Finnegan dan Vansina, pendekatan kearifan lokal dengan teori kulit bawang, pendekatan model revitalisasi dari pemikiran Vansina dan RUU 3 April 2013, teori Semiotik C.S. Pierce dan teori arketipe C.G. Jung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Performansi tradisi malam berinai adalah serangkaian upacara yang dilaksanakan pada malam hari sebelum pengantin duduk bersading. Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan adalah barzanzi, marhaban, tari gubang, tepung tawar, berinai besar, kasidah, dan sinandong. Kegiatan ini berlangsung sampai tengah malam. Tradisi upacara malam berinai ini tidak terlepas dari teks, konteks, dan ko-teks. Teks dalam tradisi ini difokuskan pada teks Sinandong Didong yang diiringi oleh tari Gubang yang berfungsi sebagai penanda malam berinai. Sedangkan konteks dalam tradisi ini berhubungan dengan konteks budaya, sosial, situasi, dan idiologi. Analisis ko-teks tradisi ini meliputi gerak dan peralatan yang digunakan dalam tradisi ini. Kearifan lokal tradisi malam berinai meliputi lapisan makna dan fungsi, lapisan nilai dan norma, dan kearifan lokal. Kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi malam berinai ini meliputi rasa syukur, sopan santun, gotong royong, kesetiakawanan sosial, dan peduli lingkungan. Model revitalisasi tradisi malam berinai pada masyarakat Melayu Tanjung Balai dapat dikelompokkan menjadi tiga komponen yaitu, mengaktifkan, mengelolah, dan mewariskan. Mengaktifkan tradisi malam berinai dapat dilakukan dengan mensosialisasikan kepada masyarakat, memungsikan kembali malam berinai sebagai ajang untuk bersilaturrahmi, dan membentuk arisan keluarga untuk menanggulangi biaya penyelenggaraan upacara tersebut. Mengelolah tradisi malam berinai berkaitan dengan mengelolah waktu pelaksanaan, mengadakan pelatihan untuk pewara, dan mempromosikan tradisi tersebut. Mewariskan tradisi Malam berinai ini bukan hanya menyangkut masalah penyederhanaan acara, tetapi juga menginventarisasi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dan memuplikasikan tradisi ini. Sedangkan Model revitalisasi sinandong dapat dilakukan dengan refungsionalisasi, representas, reformasi, reinterpretasi, dan reorientasi. Melalui sinandong dapat dilihat citra arketipe antara lain, makanan tradisional Melayu, asal-usul Melayu, mendoakan orang yang sudah meninggal dunia, dan kampung halaman. Kata kunci: Tradisi Malam Berinai, Masyarakat Melayu Tanjungbalai, Sinandong, Kearifan Lokal, Revitalisasi, dan Citra Arketipe. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ORAL TRADITION IN MALAM BERINAI CEREMONY IN TANJUNG BALAI MALAY SOCIETY ABSTRACT The title of this study is ―Oral Tradition in Malam Berinai Ceremony in TanjungBalai Malay Society‖. This study discusses performances, local wisdom, revitalization model in Malam Berinai, and symbols of Malay archetype in Sinandong. Malam berinai tradition is the ceremony performed on night before the wedding ceremony by putting henna to the brides and grooms. Malam berinai is usually performed at night after Isya prayer. This becomes an important part in giving symbol to the brides by the Malay society as one part of Malay Wedding ceremonies. This is a significant study since nowadays many Malay people don‘t perform it anymore so it is not popular among them. The purposes of this study are to describe the performances, local wisdom, revitalization model of Malam Berinai, and symbols of Malay archetype in Sinandong. This study applies constructivism pardigm. The method in this study is descriptive analytic. This study also applies some approaches like performances by Finnegan and Vansina, local wisdom, revitalization model by Vansina and RUU 3 April 2013, semiotic by C.S. Pierce, and archetype by C.G. Jung. The results of the study show that performances in malam berinai are the series of ceremonies performed at night before the wedding ceremony. The activities are barzanzi, marhaban, gubang dance, tepung tawar, main berinai, kasidah, and sinandong. These activities are performed until midnight. This ceremony s included in text, context, and co-text. Text in this tradition is focused on Sinandong Didong and followed by Gubang dance which functions as the sign of malam berinai. The context in this tradition related to culture, situation, and ideology. The co-text analysis in this tradition includes the movement and tools used in the ceremony. Local wisdom in malam berinai includes the meaning and function layer, and norms and values. The local wisdoms found in this ceremony are thankfulness, politeness, working together, loyalty, and neighborhood careness. The revitalization model can be grouped into three components, they are reactivating, managing, and inheriting. Reactivating malam berinai can be done by making this tradition familiar to the society, refunctioning this tradition as the time for meeting up among the family, and collecting fund for performing this tradition. Managing this tradition is related to the time management, training for the master ceremony, and promoting ths tradition. Inheriting this tradition is not about simplifying the ceremony, but also making list and publishing this tradition. Revitalization model of sinandong can be done by refunctioning, representing, reforming, reinterprating, and reorientating. Archetype symbol can be seen through sinandong like malay traditional food, the origin of Malay, praying the spirits of the deaths, and going hometown. Keywords: