Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 5 (1) (2021): 40-52 DOI: https://doi.org/10.24114/gondang.v5i1.20964

Gondang: Jurnal Seni dan Budaya

Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/GDG

Menghidupkan Identitas Kepulauan Melalui Seni Tari Tradisional

To Bring Identity to Life Through Traditional Dance

Nur Sekreningsih Marsan 1) & Mia Juliana Siregar 2* 1)Program Studi Seni Tari, Fakultas Seni, Universitas Universal, 2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Universal, Indonesia

Diterima: 28 November 2020; Direview: 11 Januari 2021; Disetujui: 21 Februari 2021 Abstrak Artikel ini dibuat dengan tujuan melihat sejauh mana identitas Kepulauan Riau melalui seni tarian yang dikenal di masyarakat dan mencoba menghidupkan identitas tarian tradisional melalui dokumentasi gerak tarian itu sendiri. Sehingga, masalah pada penelitian ini difokuskan pada gerak tarian tradisional yang memang menjadi identitas pengenal Kepulauan Riau, yaitu gerak tarian melayu. Penelitian ini dilakukan dengan menggali akar tarian tadisi dari pelaku seni secara langsung melalui interview dan mendokumentasikannya. Melalui pengumpulan informasi gerakan tarian kemudian didokumentasikan supaya dapat dilihat atau dibaca oleh semua masyarakat. Sehingga tari tradisional sebagai identitas Kepulauan Riau terdokumentasi dengan baik. Berdasarkan hasil penilaian rersponden, 61% menyatakan mengetahui dan mengenal tarian tradisi Kepulauan Riau, sisanya menyatakan bahwa kurang mengetahui tari tradisi. Pertunjukkan seni hanya dapat dinikmati pada acara-acara tertentu. Untuk mengatasi hal ini, salah satu cara untuk menghidupkan identitas tarian tradisi adalah mengumpulkan informasi terkait tarian tradisi dan mendokumentasikannya baik berupa foto, video dan buku, memperbanyak frekuensi pertunjukkan tarian. Kata Kunci: Tarian, Tradisi; Kepulauan Riau.

Abstract This article was created with the aim of seeing the extent of the identity of Riau Islands through the art of dance known in the community and trying to revive the identity of traditional dance through documentation of the dance movement itself. Thus, the problem in this research is focused on traditional dance movements that are indeed the identity of Riau Islands identifiers, namely malay dance movements. This research was conducted by exploring the roots of the dance from art actors directly through interviews and documenting them. Through the collection of dance movement information is then documented so that it can be seen or read by all people. So that traditional dance as the identity of Riau Islands is well documented. Based on the results of the rersponden assessment, 61% stated that knowing and knowing the traditional dance of Riau Islands, the rest stated that less knowing the traditional dance. Art performances can only be enjoyed on certain occasions. To overcome this, one way to bring traditional dance identity to life is to gather information related to traditional dances and document them in the form of photos, videos and books, increasing the frequency of dance performances. Keywords: Dance; Tradition; Riau Islands.

How to Cite: Marsan, N. S, Siregar, M. J. (2021). Menghidupkan Identitas Kepulauan Riau Melalui Seni Tari Tradisional Bagi Generasi Muda. Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 5 (1): 40-52. *Corresponding author: ISSN 2549-1660 (Print) E-mail: [email protected] ISSN 2550-1305 (Online)

40 Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 5 (1) (2021): 40-52

PENDAHULUAN Kepulauan Riau sebagai salah satu Indonesia merupakan salah satu Provinsi dengan banyak pesona yang negara besar yang memiliki keragaman memikat. Apalagi Provinsi ini dikenal suku, adat, agama, budaya, Bahasa, dan sebagai akar lahirnya budaya Melayu di lainnya. Salah satu kebudayaan Indonesia Indonesia. Tarian tradisional di Kepulauan paling terkenal dan banyak jenisnya adalah ini juga menjadi identitas bagi masing – seni Tari-tarian Tradisional. Hampir setiap masing daerah yang tergabung dalam daerah di wilayah Indonesia setidaknya wilayah Kepulauan Riau. Beberapa memiliki tarian tradisionalnya sendiri, diantaranya; Tari Gobang dari Kepulauan seperti Aceh yang terkenal dengan tari Anambas, Tari Kak Long dari Pulau Seudati, Tari Piring yang berasal dari Moro, Tari Joget Karimun dari Pulau Sumatera Barat, Tari Tandak dari Riau, Tari Karimun, Tari Joget Makcik Normah dari dari Kepri, Tari Bedaya yang bersal Batam, Tari Joget Pantai Nongsa, Tari dari Yogyakarta, dan masih banyak lain. Laksemane Bentan, Tari Marwah Gonggong Bahkan setiap provinsi memiliki beragam dari Tanjungpinang, Tari Persembahan, tarian daerah tergantung wilayahnya Tari Sekapur Sirih, Tari Semah Kajang, Tari masing-masing. Begitu banyaknya Zapin Penyengat, Tari Zapin Pesisir, Tari kekayaan kita sebagai bangsa Indonesia, Zapin Pulau Tujuh. Setiap tarian yang lahir kita wajib melestarikan dan menjaganya dari masing-masing daerah memiliki ciri sebagai salah satu identitas bangsa kita khasnya, sehingga memberikan keindahan agar dapat diwariskan ke generasi tersendiri. berikutnya. Menurut Diansah (2020) salah Tari memiliki pengertian sebagai seorang seniman yang berdomisili di Batam salah satu bentuk kesenian yang memiliki bahwa tarian- tarian yang ada di Kepulauan media ataupun substansi gerak yang Riau berkembang dari tujuh jenis gerak berbentuk ekspresif. Dikatakan gerak dasar yaitu Langgam atau patah sembilan, ekspresif karena tarian-tarian tersebut Inang, Joget, Zapin, Silat, Jogi dan Gerak- menunjukkan gerakan yang dapat gerak suku pedalaman (suku laut Talang mengungkapkan perasaan seorang pelaku Mamak). gerak/penari sehingga menggerakan Melihat kondisi yang terjadi saat ini, perasaan manusia lainnya sebagai gerakan dasar tersebut mulai tergeser penikmat gerakan tersebut (Prastiawan & dengan pengaruh tarian tarian modern dan Suharyanto, 2014). kepopuleran tarian dari negara lain, Gerakan tarian tradisional sehingga pakem dan kekhasan gerak itu memberikan keindahan tersendiri dan sendiri perlahan lahan terkikis tanpa memiliki makna yang dituangkan dalam disadari bahkan oleh generasi muda yang media gerak tersebut, Tari daerah atau tari mencoba mengembangkan tarian tarian di tradisional merupakan salah satu adat Kepulauan Riau menjadi tarian kreasi baru istiadat yang turun temurun dari satu yang bahkan tidak dirasakan lagi generasi ke generasi berikutnya dan keMelayuannya oleh seniman pelaku seni dilakukan berulang-ulang serta yang telah menekuni tarian selama mengandung nilai-nilai atau norma-norma setengah abad. Tarian Tradisional mulai yang mengikat masyarakatnya. Jadi, dapat redup dari pandangan generasi muda disimpulkan tarian tradisional merupakan bahkan generasi old yang pernah hidup di tarian yang tumbuh dan berkembang dalam kejayaan tarian daerah Kepulauan Riau. suatu daerah atau komunitas yang Kondisi yang memprihatinkan ini menciptakan identitas budaya dari terjadi karena mulai masuknya budaya masyrakat yang bersangkutan di daerah asing yang lebih kuat daya tariknya bagi tersebut. generasi muda sekarang. Salah satu daya

41 Nur Sekreningsih Marsan & Mia Juliana Siregar, Menghidupkan Identitas Kepulauan Riau Melalui Seni pemikat adalah tontonan di TV dan media Kebudayaan merupakan salah satu sosial, seperti Youtube, Instagram. keseluruhan cara hidup yang dijalankan Tarian daerah hanya mampu dilihat oleh sekelompok masyarakat (mulai dari melalui pertunjukan seni dan budaya yang cara bertindak, berkelakuan, dan berfikir dilakukan dalam jangka waktu yang dapat serta segala hasil kegiatan dalam dihitung, yaitu setiap dilakukan penciptaan benda atau kerohanian pernikahan, acara penting daerah, maupun masyarakat, peradaban, kemajuan (akal kontes budaya. Tarian tradisional budi). Kebudayaan itu sangat kompleks dikalahkan oleh gerakan tarian pop yang yang terdiri daripada pengetahuan, dibawa oleh asing, seperti Korea Selatan. kepercayaan, kesenian, akhlak, peraturan, Kondisi ini sudah terlalu banyak adat istiadat dan tingkah laku yang dimiliki dikeluhkan oleh para puak/tetua daerah oleh seseorang yang menjadi anggota yang merasa kehilangan penikmat seni masyarakat. Sehingga, kebudayaan berupa gerak mereka. suatu set simbol-simbol yang diampu Hal ini diperkuat oleh pernyataan bersama oleh anggota masyarakatnya. seorang Guru Seni dan Budaya Sekolah Kesenian merupakan bagian dari Dasar dan Sekolah Menengah Pertama di budaya dan dijadikan sebagai sarana untuk Batam (Hendra, 2020), menyatakan bahwa, mengekspresikan perasaan dari dalam jiwa anak-anak lebih menyukai tarian modern manusia. Selain mengekspresikan seperti Hip Hop yang banyak mereka lihat perasaan, kesenian juga menjadi norma tampil di Televisi dan melalui media sosial. untuk perilaku yang teratur serta Fakta inilah yang membuat peneliti ingin meneruskan adat dan nilai-nilai mengangkat Kembali gerak tarian melayu kebudayaan secara umum, dan kesenian Kepulauan Riau, sehingga diharapkan juga mempererat ikatan solidaritas suatu mampu menghidupkan identitas masyarakat (Cuciyanti, 2016). Kebudayaan Melayu melalui gerak tarian Seni pertunjukan Indonesia sangat melayu di Kepulauan Riau. istimewa, karena sifatnya yang sangat Beberapa persoalan di Kepulauan lentur dan “cair‟. Hal tersebut karena Riau mengenai seni tarian daerah dan lingkungan masyarakatnya yang selalu pariwisata, adalah: (1) Belum berada dalam kondisi yang terus berubah- berkembangnya recourses development ubah (Darsiharjo, Rustiyantiand, & Sumiati, sebagai perilaku stakeholders dalam 2009). Setiap zaman, etnis, setiap proses rekasaya produk seni dan lingkungan masyarakat, serta setiap bentuk pariwisata; (2) Belum tersedianya seni pertunjukan memiliki fungsi primer informasi yang menyajikan jenis tarian dan sekunder yang berbeda (Soedarsono, tradisional Kepulauan Riau (Zen, 2020). 2002). Kelemahan perkembangan seni tari di Perjalanan sejarah kesenian dapat Kepulauan Riau yaitu dari segi literaturnya dikatakan bagaikan “mati tak mau dan sehingga informasi tentang tarian tarian hidup pun enggan” (Hariyono, 2016). Hal yang ada belum banyak dijumpai melalui ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara tulisan seperti buku ataupun jurnal lain; (1) tidak ada peran serta kaum muda Oleh sebab itu, penelitian ini sebagai generasi penerus dalam dilakukan untuk menghidupkan identitas menggalakan kesenian tradisional; dan (2) tarian budaya melayu di Kepulauan Riau kurangnya perhatian dari berbagai pihak, melalui penyajian informasi gerakan tarian terutama perhatian dari pihak pemerintah kepada semua orang. Sehingga tarian setempat (Kuntowijoyo, 1987). Kesenian tradisional melayu di Kepulauan Riau akan tradisional sangatlah ditentukan oleh tetap terjaga kelestariannya dan masyarakat selaku wadah pendukungnya. identitasnya di tanah melayu. Apresiasi masyarakat merupakan salah

42 Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 5 (1) (2021): 40-52 satu faktor utama bagi kesenian untuk mampu mengubah suatu sikap dari anggota dapat bertahan di tengah-tengah aktivitas tubuh. Tari adalah ekspresi jiwa yang masyarakat (Hariyono, 2016). Menurunnya media ungkapnya gerak tubuh. Gerak yang bahkan hilangnya, apresiasi masyarakat digunakan untuk mengekspresikan isi hati terhadap seni pertunjukan tidak terlepas merupakan gerak yang sudah diolah dari banyaknya alternatif-alternatif sehingga sesuai dengan tema, maksud dan hiburan lain, yang dapat dinikmati dengan tujuan atau isi tarian. Melihat gerak sebagai lebih mudah (Cuciyanti, 2016). media ungkap dalam menari berarti dapat Proses globalisasi yang berlangsung dikatakan bahwa setiap orang yang bisa lewat media teknologi informasi dan bergerak pasti bisa menari (Program Studi komunikasi mulai terjadi awal tahun 1990- Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia an, dan berdampak kepada segala aspek Dini, 2016). Tidak semua gerak dapat kehidupan, terutama pada aspek dikatakan bahan penyusunan tari atau kehidupan seni. Proses ini menyebabkan merupakan gerak tari. Setiap gerak dapat minat masyarakat terhadap kesenian diubah atau digarap menjadi gerak tari tradisional mulai menurun. Proses dengan melakukan idealisasi globalisasi tersebut ditandai dengan (pengindahan) atau distorsi (perubahan) munculnya sarana-sarana media informasi dari bentuknya yang biasa (Murgiyanto, melalui saluran televisi, internet, dan VCD 1986). (Video Compact Disc), termasuk organ Sebuah tarian akan terasa lebih hidup tunggal yang seringkali dijadikan sebagai jika beringan dengan alunan musik. Musik alternatif hiburan dalam mengisi suatu iringan dalam tari adalah sarana acara (Nihardja, 2015). Keadaan seperti pendukung yang tidak dapat dipisahkan memungkinkan terjadinya perubahan dengan yang lainnya karena keduanya terhadap masyarakat, karena perubahan berasal dari sumber yang sama. Fungsi sosial berlangsung terus menerus dengan musik iringan dalam tari sebagai berikut: 1) kecepatan yang tidak sama. Namun, yang sebagai pengiring tari maksudnya dalam jelas, setiap masyarakat sepanjang musik yang dapat berperan untuk hidupnya akan mengalami perubahan mengiringi suatu tarian saja sehingga tidak (Sulasman & Gumilar, 2013). banyak menentukan atau lebih Seni tari merupakan salah satu mengutamakan isi tari, 2) sebagai pemberi kesenian pertunjukan yang paling banyak suasana tari seperti suasana sedih, dilakukan di Indonesia. Hampir semua gembira, tegang, bingung dan sebagainya, media saluran televisi menampilkan 3) sebagai ilustrasi atau pengantar tari pertunjukan seni tarian ini. Seni tari maksudnya memberi suasana pada saat merupaka ungkapan rasa adalah keinginan tertentu jika dibutuhkan pada suatu dari dalam diri seorang yang melimpahkan garapan (Jazuli, 1989). atau menujukan rasa dan emosional Selain musik iringan, tata busana tari seorang tersebut. Sedangkan gerakan juga mendukung tema atau isi tarian dan ritmis yang indah adalah gerakan tubuh untuk memperjelas peranan-peranan yang disesuaikan dengan irama nada yang dalam suatu pementasan tari. Busana mengiringinya, sehingga menciptakan daya bukan hanya untuk menutup tubuh saja pesona yang memikat bagi yang melihatnya tetapi juga sebaiknya mendukung desain (Soedarsono, 2002). ruang bagi penari yang sedang menari Gerak adalah yang menjadi unsur (Jazuli, 1989). Dalam pementasan tari tata utama dalam tari yang mengandung aspek rias sangatlah membantu mewujudkan tenaga, ruang dan waktu. Maksudnya ekspresi muka penari. Tata rias busana adalah untuk menghasilkan sebuah tidak sekedar bertujuan untuk gerakan harus memiliki kekuatan dan mempercantik diri atau ganteng, tetapi

43 Nur Sekreningsih Marsan & Mia Juliana Siregar, Menghidupkan Identitas Kepulauan Riau Melalui Seni betul-betul disesuaikan dengan peranan Identitas sendiri merupakan yang akan dibawakan oleh penari. Tujuan seperangkat makna yang mendefinisikan tata rias adalah membuat penampilan individu dalam peran tertentu dalam penari berbeda dengan penampilan sehari- masyarakat (misalnya, identitas peran harinya, apalagi jika penari akan orang tua, pekerja, pasangan, atau guru), membawakan penampilan yang berbeda sebagai anggota kelompok tertentu dalam atau berkarakter, yaitu tegas, anggun, lebih masyarakat (misalnya, gereja, klub buku, elegan, atau menggambarkan karakter atau identitas kelompok softball), dan binatang. Fungsi lain dari tata rias adalah sebagai orang yang memiliki karakteristik untuk mengubah karakter wajah asli khusus yang membuatnya unik dari orang menjadi karakter wajah tokoh-tokoh lain (misalnya, identitas seorang atletik tertentu dan disesuaikan dengan konsep atau artistik) (Stets & Serpe, 2013). koreografi seni tari tradisional (Jazuli, Menurut secara etimologis, kata identitas 1989), (Islamiyah, Budiardjo, & Yurisma, berasal dari kata Identity, yang berarti 2016). kondisi tentang sesuatu yang sama atau Tari tradisional adalah representasi fakta yang menggambarkan tentang dari kearifan lokal setiap daerah. Di dalam sesuatu yang sama diantara dua orang atau tarian tradisional terkandung nilai-nilai dua kelompok atau benda (Darmastuti, budaya kerakyatan yang positif. Rasa cinta 2013). kepada alam, semangat gotong royong, Identitas budaya sendiri adalah pendidikan keimanan, dan sumber pemahaman tentang sesuatu yang identik perekonomian rakyat digambarkan secara yang terkait dengan budaya (Darmastuti, dinamis melalui perpaduan gerak dan 2013), yang terbentuk dalam kehidupan musik yang khas (Iskandar, 2013). masyarakat dan akan mempengaruhi Seni tari tradisional sangat penilaian dan persepsi diri dari setiap berpengaruh dalam segi adat, budaya, dan anggota masyarakatnya, seperti bagaimana juga pariwisata yang ada disebuah daerah. masyarakat itu memandang diri mereka Seiring dengan perkembangan jaman, seni sendiri, bagaimana akan bersikap dan tari tradisional sudah banyak mengalami bertingkah laku. Semuanya itu akan perubahan. Makin banyaknya bermunculan dipengaruhi oleh identitas budaya yang jenis tarian baru yang terpengaruh dengan melekat pada diri masyarakat. modernisasi seperti Tari Kreasi, Tari Penelitian ini bertujuan untuk Kontemporer dan sebagainya. Namun tari melakukan dokumentasi gerak tarian yang tradisional masih memiliki daya tarik menjadi identitas Kepulauan Riau. Selama khusus untuk dinikmati meskipun berada ini, dokumentasi yang kurang di tengah-tengah tari-tari kerasi baru yang menyebabkan masyarakat hampir tidak semakin canggih dan memanfaatkan mengenali bahkan mengetahui identitas berbagai teknologi (Sumiari & Setyarini, daerahnya sendiri melalui seni tarian. Hal 2015). ini tentu menjadi pemicu hilangnya rasa Membaca identitas di Kepulauan Riau bangga akan budaya dan identitas diri melalui tari masih sulit karena yang paling dalam masyarakat. Dengan penelitian ini, banyak dikenal adalah Zapin sementara masyarakat dapat mengetahui dan zapin juga tidak hanya menjadi penciri mengenal tarian tradisinya sebagai untuk Kepulauan Riau tetapi juga dimiliki identitas mereka di Kepulauan Riau. Seni oleh pulau , Riau dan negara tradisional di Kepulauan Riau adalah unsur tetangga yaitu , demikian kesenian yang menjadi bagian hidup disampaikan melalui wawancara (Gusta, masyarakat dalam kaum/puak masing – 2020). masing. Selain itu setelah masyarakat mengetahui tarian tradisinya diharapkan

44 Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 5 (1) (2021): 40-52 mereka dapat mencintai sampai akhirnya dalam Tari Lenggang Patah Sembilan, dan seni tradisional ini juga menjadi pemikat Tari Cecah . Pada gerakan Lenggang, sebagai alasan wisatawan berkunjung ke kaki melangkah ditempat, tangan diayun Provinsi Kepulauan Riau. Dengan begitu empat hitungan kemudian hitungan kelima tari tradisi sebagai identitas Kepulauan kaki dibuka bersamaan dengan tangan menjadi terus hidup dan lestari. bersiap diputar. Hitungan ke enam telapak tangan diputar bersamaan salah satu kaki METODE PENELITIAN menutup. Hitungan ketujuh dan delapan Penelitian ini menggunakan metode dilakukan kembali dengan tangan dan kaki analisis kualitatif dengan tujuan sebelahnya. Gerakan Lenggang dapat development research ilmu yang sudah ada dilihat pada Gambar 1. dalam hal ini gerak tarian. Penafsiran data yang dilakukan dengan penalaran yang berdasarkan pada data yang telah terkumpul. Data diperoleh melalui wawancara proses tanya jawab secara lisan kepada narasumber yang memiliki kompetensi dalam tarian, seperti pelaku tari, seniman, Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten, Kota dan Provinsi. Gambar 1. Gerakan Lenggang Peneliti mendatangi langsung para Sumber : Foto Pribadi, 2020 seniman tradisi di Kepulauan Riau kemudian melakukan wawancara sembari Tempo Inang. Gerakan Tempo Inang mencatat dan merekam dengan audio dan sedikit lebih cepat dibanding Lenggang. video. Peneliti juga mempelajari langsung Gerakan ini terdapat dalam Tari Melemang gerak gerak dasar melalui pelaku gerak dan Tari Merawai dapat dilihat pada tarian yang masih tersisa di Kepulauan Riau Gambar 2. sehingga peneliti dapat mempraktekan alur gerak pada setiap gerakan gerakan tersebut dengan benar. Penelitian ini juga menggunakan alat bantu seperti kuisioner dalam memperoleh data dari responden. Analisis data yang digunakan mengacu pada analisis secara serempak mulai dari proses pengumpulan data, mendeskripsikan, menyimpulkan dan menginterpretasikan semua informasi Gambar 2. Gerakan Tempo Inang Sumber : Foto Pribadi, 2020 secara selektif. Joget. Gerak Joget dapat kita temui HASIL DAN PEMBAHASAN dalam tari Jogi dan juga dilakukan oleh Jenis-Jenis Gerak Dasar Tarian Di pemain dalam teater makyong Kepulauan Riau ataupun dilakukan oleh mak joget dan anak Kepulauan Riau memiliki tarian tarian joget bersama kelompok musik Dangkong. yang berasal dari 7 gerakan dasar yaitu Gerakan Joget dapat dilihat pada Gambar 3. (Diansah, 2020) (Aziah, 2020): Lenggang. Gerakan Lenggang dilakukan dengan ketukan sedang yang setiap gerakannya dilakukan dalam satu hitungan. Gerakan Lenggang terdapat

45 Nur Sekreningsih Marsan & Mia Juliana Siregar, Menghidupkan Identitas Kepulauan Riau Melalui Seni

Gambar 3. Gerakan Joget Sumber : Foto Pribadi, 2020 Gambar 5. Gerakan Alif Sumber : Foto Pribadi Jingket. Jingket seperti yang ada dalam tari Jogi. Pada gerakan Jingket kaki Silat. Gerakan tari yang diilhami dari sedikit ditekuk kemudian salah satu kaki gerakan silat biasanya dilakukan oleh jinjit bahu digerakkan kedepan dan penari laki-laki seperti pada Tari Cecah Inai belakang secara bergantian kiri dan kanan. dan Pulau Kampai. Gerakan Silat Gerakan Jingket dapat dilihat pada Gambar dapat dilihat pada Gambar 6. 4.

Gambar 6. Gerakan Silat Sumber : Foto Pribadi Gambar 4. Gerakan Jingket Sumber : Foto Pribadi, 2020 Gerak - gerak suku pedalaman

(suku laut Talang Mamak). Suku Talang Alif. Gerakan Alif selalu ada dalam Mamak tadinya masih satu provinsi, akan tarian Zapin seperti pada Zapin Penyengat. tetapi setelah pemekaran Kepulauan Riau Pada gerakan ini salah satu tangan seperti menjadi provinsi suku pedalaman tidak menyerok dengan tangan dikepal dan ikut dan tetap menjadi bagian dari provinsi jempol diacungkan satu kaki dilangkahkan Riau. Oleh karena itu gerakan ini tidak kedepan secara diagonal. Kemudian dibahas secara lanjut dalam tulisan ini memutar setengah lingkaran lalu karena penelitian ini dibatasi di Kepulauan melangkah dua kali. Beberapa penari tidak Riau. menggunakan titik dan beberapa lagi menggunakan titik pada langkah kakinya. Tari Tradisi Di Kepulauan Riau Besar kecilnya pergerakan tangan dan kaki Tari Persembahan. Tari terjadi seiring perkembangan jaman. Mak Pesembahan (tari makan sirih) adalah Agus penari Zapin generasi ke tiga dari tarian yang biasa ditarikan pada acara- Pulau Penyengat selalu menjaga acara penyambutan, pernikahan, dan pergerakan tangan untuk tidak terlalu acara-acara besar lainnya di Kepulauan membuka lebar (Tampubolon, 2020). Riau (Parman & Syafruddin, 2010) (Ibnu, Gerakan Alif dapat dilihat pada Gambar 5. 2020). Tari persembahan dibawakan oleh 46 Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 5 (1) (2021): 40-52 tujuh orang peenari perempuan boleh (Hendra & Marsan, Membangkitkan kurang atau lebih dengan jumlah tetap Kembali Tari Melemang Yang Tenggelam ganjil. Masa, 2020). Baju yang digunakan juga Ragam gerak tari Persembahan ada sangat sederhana, biasanya menggunakan sebanyak 11 gerak, yaitu (Parman & set kebaya laboh atau set kurung melayu Syafruddin, 2010) ragam junjung tepak, teluk belanga dengan ditambah kain ragam tapak sapudi, ragam salam buka, sampan serta rambut disanggul rapi dihiasi ragam meracik pinang, ragam puteri, ragam beberapa bunga untuk memperindah. langkah simpang, ragam sauk, ragam petik Dahulu tari Melemang ditarikan untuk kembar, ragam pagar negeri, ragam seri upacara-upacara di kerajaan dan beni dan salam tutup. difungsikan sebagai sarana memeriahkan Tari Jogi. Tari Jogi yang berada di dan menobatkan adanya raja ditengah Kota Batam dilestarikan oleh seorang masyarakat, serta ditampilkan untuk maestro yang biasa disapa Mak Norma atau menyambut tamu yang sedang berkunjung juga sering dipanggil Nek Norma. Tari dikerajaan. Pada masa lampau tempat tradisi ini berada tepatnya di Pulau menampilkannya hanya boleh dilakukan Panjang. Tari Jogi merupakan tari hiburan didalam istana saja karena hanya raja saat menyambut nelayan usai menangkap sajalah yang mempunyai suguhan menarik ikan yang biasanya ditarikan oleh para dara menghibur tamu di kerajaan ataupun untuk atau gadis melayu (Qudshi, et al., 2000). dia pribadi. Musik tari Jogi dapat dibagi menjadi Riuh Gerak-gerak pokok Tari Melemang dan Rancak. Beberapa motif dan ragam adalah sebagai berikut (Hendra & Marsan, gerak tari Joggi yaitu (Suryana, 2020) Membangkitkan Kembali Tari Melemang salam, lesung pipi, tegak pinggang, merias, Yang Tenggelam Masa, 2020) gerak joget, mencuci, sentak bahu dan layang-layang. gerak inang, step, gerak zapin, gerak Tari Melemang. Tari melemang melemang, gerak melemang melantai, berasal dari desa penaga di kabupaten gerak melemang menggapai, gerak Bintan. Tari yang cukup menarik karena melemang menggigit. sudah ada pada zaman kerajaan. Tari ini Tari Cecah Inai. Tari Cecah inai Cecah cukup berkembang di kabupaten Bintan Inai Anambas memakai properti piring dan masih dilestarikan oleh Bapak Edi kecil dan cincin dengan diiringi musik dari selaku pewaris. Pada zaman dahulu tari gendang siantang. Tarian ini biasanya melemang disajikan untuk menyambut ditarikan pada acara perkawinan. Tari ini para tamu raja. Tari ini juga sangat unik akan disuguhkan disaat malai berinai atau karena memiki gerak yang cukup khas, Cecah inai. Tari ini ditarikan oleh seorang yaitu melemang atau melenting atau pria, dengan gerak silat dan memiliki kayang, yang mana melenting dilakukan makna agar calon mempelai tidak saat para penari mendapatkan saweran mendapatkan bala atau tari ini bisa dari para tetamu yang hadir, kemudian disimpulkan sebagai tari tolak bala (Afrian, saweran tersebut diambil saat kayang 2020). menggunakan mulut atau dijepit dengan Tari Cecah Inai masih berkembang mulut. sampai sekarang. Khususnya pada malam Menurut Ibu Rokiah yang merupakan perkawinan. Tari ini akan disuguhkan seorang penari Melemang yang sudah disaat malam berinai atau Cecah inai. Tari sepuh bahwa tari Melemang ditarikan ini ditarikan oleh seorang pria, dengan dengan formasi 14 penari perempuan. Tari gerak silat dan memiliki makna agar calon ini disajikan sangat sederhana, dengan alat mempelai tidak mendapatkan bala atau tari music yang tidak banyak, cukup dengan ini bisa disimpulkan sebagai tari tolak bala. biola, gendang panjang/babano, dan gong

47 Nur Sekreningsih Marsan & Mia Juliana Siregar, Menghidupkan Identitas Kepulauan Riau Melalui Seni

Namun pada perkembangan zaman Tarian Dalam Pertunjukan Kelompok sekarang tari cecah inai juga ditarikan oleh Musik Dan Teater Rakyat wanita sebagai hiburan. Beberapa daerah Beberapa tari yang ada dalam menggunakan cawan sebagai perlengkapan pertunjukan teater dan sudah direfitalisasi untuk tari cecah inai dan ini disajikan oleh dan dikreasikan antara lain ada di dalam pnari pria, sedangkan sajian yang ditarikan pertunjukan teater dan musik: perempuan biasanya membawa tempat Mak Yong. Mak Yong merupakan lilin dengan tatakan 5 bentuk yang artinya salah satu pertunjukan teater tradisi sebagai rukun islam (Afrian, 2020). Melayu yang masih sering dipertunjukkan Tari Zapin Penyengat. Tari Zapin hingga ke forum Internasional. Mak Yong merupakan tarian yang bernafaskan Islam. sendiri dahulu sering dipertunjukkan oleh Tari ini lahir dan berkembang di Pulau masyarakat desa pada saat selesai panen. Penyengat sekitar tahun 1811. Pada Mak Yong dibawakan oleh pemain/penari mulanya tari Zapin ini berasal dari dengan memakai topeng. Mak Yong . Tari ini diciptakan oleh Encik mengandung unsur musik, nyanyian, dan Muhammad Ripin yang berasal dari Sambas dialog (Evawarni, 2006). Kalimantan. Mak Yong dahulu dipertunjukkan Tari Zapin Penyengat adalah tarian dengan mempraktekan karakter dayang yang mengutamakan gerak dan langkah Raja, Puteri, Penjahat, dan digunakan juga kaki. Kata Zapin sendiri memiliki makna untuk merawat orang sakit. Pelakon utama gerakan kaki. Tari ini diciptakan atas dasar disebut awang. Orang yang terakhir kehidupan dan kegiatan masyarakat Pulau mempertunjukkan Mak Yong untuk Penyengat yang sangat aktif dan apresiasi merawat orang sakit adalah Tuk Atan di terhadap kesenian Melayu. Penduduk Bintan dan Pak Basri di Batam, keduanya Pulau Penyengat paling banyak bermata telah meninggal dunia. Praktisi Mak Yong pencaharian sebagai seorang nelayan, yang tersisa adalah generasi ketiga dan sehingga ragam gerak tari Zapin Penyengat telah ada hampir 150 tahun. berawal dari gerak nelayan yang sedang Gobang. Gobang atau gubang adalah bekerja (Arman, 2018). Motif gerak Zapin seni tari dan musik tradisional yang Penyengat yaitu salam, langkah satu, berkembang pada ruang lingkup langkah dua, langkat bunga, titi batang, masyarakat kecamatan jemaja kabupaten aayak-ayak, pusar belanak dan tahtoo kepulauan anambas. Seni tradisi ini (penutup gerak zapin). biasanya disajikan pada acara-acara Tari Zapin Neknang. Tari ini masih pernikaham dan kini sebagai seni hiburan. belum banyak orang yang mengetahuinya. Pada dasarnya, budayawan di kabupaten Tari Zapin Neknang berasal dari Pulau Pian kepulaua anambas meyakini bahwa Pasir, Kepulauan Anambas. Menurut salah kesenian gobang ini berasal dari kesenian satu seniman tari di Kabupaten Kepulauan suku laut yang memiliki kisah atau cerita di Anambas (Afrian, 2020), tari Zapin dalam nya. Gobang sendiri sebenarnya Neknang selalu dipertunjukan dalam acara- lebih identik dengan nyanyian atau syair acara besar. Bentuk sajian tari ini pada yang dilantunkan namun memiliki tarian di umumnya sama dengan motif dasar Tari dalamnya. Zapin. Keunikan tari ini, yaitu Syair-syair yang dilantukan pun berisi menggunakan media tali yang dibentuk dari kisah atau cerita, nasehat kehidupan menjadi sarang laba-laba. Tari ini juga untuk masyarakat anambas sendiri. Gerak harus dibawakan oleh banyak penari agar tari pada pertunjukan Gobang sangat membentuk jarring atau sarang laba-laba sederhana dan monoton, yang mana gerak tersebut. tangan dan kaki bergerak dengan arah yang

48 Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 5 (1) (2021): 40-52 sama. Seperti kaki kiri dan tangan kiri, kaki 37% merupakan masyarakat Kota Batam. kanan dan tangan kanan. Sementara 9% lagi merupakan bukanlah Dangkong. Nama Dangkong penduduk Batam atau Kepulauan Riau. merupakan pembentukan kata mengikuti Hampir seluruh responden atau bunyi yang keluar dari hentakan alat musik sebanyak 99% responden setuju bahwa Gendang dan Gong. Dang dari bunyi Kesenian termasuk dalam Identitas sebuah “Gendang” dan Kong dari bunyi “Gong”. Daerah/Provinsi dan tarian daerah Bunyi Dang dan Kong merupakan suara termasuk dalam sebuah Identitas Daerah yang sangat dominan dalam kesenian ini tersebut. (Direktur Internalisasi Nilai dan Diplomasi Dari hasil kuisioner terlihat sebanyak Budaya, 2015). Dalam tari ini ada yang 76% dari 174 responden menyatakan lebih dinamakan Mak Joget atau Mak Andam menyukai Tarian Tradisi. Akan tetapi tarian sebagai pemandu dalam tarian ini. Mak daerah tidak mendapat perhatian yang joget akan mempersilahkan para pejoget begitu serius, sehingga masyarakat hanya (penari) untuk menjemput para penonton dapat melihat pertunjukkan tarian yang ingin joget bersama. daerah/tradisi sebanyak 1x setahun yang Jika kita membahas tentang identitas diakui oleh sebanyak 41% responden budaya, akan muncul pertanyaan apakah diacara-acara tertentu seperti masih perlu kita menyelidiki atau penyambutan tamu penting, selain itu mengidentifikasi budaya sendiri atau orang tarian tradisi tidak ditarikan di tempat lain? Tampaknya kita masih perlu dimana masyarakat dapat melihat dengan menyeldiki hal tersebut, terutama ketika bebas tarian tradisi. Sehingga kesempatan kita berkomunikasi dengan orang lain atau untuk menonton tarian tradisi sangat sulit sesama masyarakat kita yang berasal dari dijumpai. daerah yang sama. Jenis tarian yang banyak diketahui Dengan mengetahui identitas orang oleh responden dapat dilihat pada Diagram lain kita akan mengenali sekelompok orang 1. secara utuh, dapat melihat orang lain 7% Tarian Tradisi di Kepulauan sekurang-kurangnya melalui tampilan Riau 6% individual yang unik, seperti bahasam 36% gerak-gerik anggota tubuh waktu menari 13% 26% dan berpakain. Karena identitas budaya 11% merupakan pusat penampilan kepribadian. Kita akan menjadi lebih sadar tentang identitas budaya sendiri ketika kita hidup Tari Persembahan Tari Joggi berdampingan dan melakukan interaksi Tari Zapin Penyengat dengan beberapa orang dari kebudayaan yang berbeda. Gambar 1. Diagram tarian daerah Untuk menilai bahwa tarian daerah Dari diagram 1, sebanyak 36% masuk dalam identitas daerah maka responden mengetahui tari tradisi yaitu penelitian ini menggunakan kuisioner Tari Persembahan. Selanjutnya diikuti oleh sebagai alat bantu yang disebarkan kepada 26% mengetahui Tari Zapin Penyengat. 174 responden. Kedua tarian ini sangat khas dikenal Dari 174 responden sebanyak 56% sebagai Tarian Tradisi Kepulauan Riau. berjenis kelamin wanita dan 44% berjenis Sementara tarian tradisi yang lainnya kelamin pria, berusia 17-22 tahun dan hanyak sekitar 13% (Tari Cecah Inai);11% masuk dalam generasi muda. (Tari Jogi); 7% (Tari Zapin Neknang); dan Para responden sebanyak 54% 6% (Tari Melemang). merupakan penduduk Kepulauan Riau dan

49 Nur Sekreningsih Marsan & Mia Juliana Siregar, Menghidupkan Identitas Kepulauan Riau Melalui Seni

Responden juga menyatakan sebuah buku dapat menghidupkan kembali mengetahui tarian tradisi karena identitas tarian tradisi. Dengan merupakan pelaku seni sebanyak 32% dan mendokumentasikan gerakan dan tarian 24% mengetahui/melihat tarian daerah dalam sebuah Buku, maka masyarakat hanya dari internet. Pertunjukkan seni dapat dengan mudah melihat kembali dan yang diadakan daerah hanya sekitar 1%. akan dengan baik tersimpan hingga Hal ini menunjukkan memang keseriusan generasi ke generasi. terhadap kemajuan dan pengembangan SIMPULAN tarian tradisi sangatlah tidak menjadi Dari hasil penelitian dapat prioritas daerah. disimpulkan bahwa, tarian tradisi Dari hasil kuisoner juga menunjukkan merupakan sebuah identitas daerah yang sebuah fenomena perubahan minat menjadi nilai dan daya tarik daerah masyarakat terhadap kesukaan tarian. tersebut. Kepulauan Riau memiliki Sebanyak 68% responden menyatakan beragam tarian tradisi yang menjadi menyukai tarian Modern/Pop/K Pop. Dan identitasnya. Akan tetapi, identitas ini sebanyak 44% menyatakan dapat dengan mulai tak dikenali/diketahui oleh banyak mudah mengaskes Tarian Modern/Pop/ K masyarakat. Berdasarkan hasil penilaian Pop dari media sosial. Hal ini disebabkan rersponden menyatakan 61% mengetahui karena frekuensi tontonan yang mudah dan mengenal tarian tradisi Kepulauan diakses dan dilihat oleh masyarakat. Hal ini Riau dan 33% menyatakan bahwa tarian ini dinyatakan oleh 54% responden. hanya dikenal dan diketahui oleh kalangan Jika melihat pengenalan responden tertentu seperti seniman. Hal ini terhadap tarian tradisi di Kepulauan Riau, disebabkan oleh frekuensi pertunjukkan sebanyak 61% menyatakan bahwa seni yang sangat kurang diprioritaskan dan sebenarnya responden mengetahui dan media informasi yang sangat minim untuk mengenal tarian tradisi Kepulauan Riau dibagikan kepada masyarakat, dan dan 33% menyatakan bahwa tarian ini kurangnya pelaku tarian tradisi. hanya dikenal dan diketahui oleh kalangan Dan menurut penilaian responden, tertentu seperti seniman. salah satu cara untuk menghidupkan Tarian tradisi merupakan salah satu identitas tarian tradisi adalah bagian dari identitas daerah. Dikatakan mengumpulkan informasi terkait tarian sebagai identitas karena ketika orang lain tradisi dan mendokumentasikannya baik melihat tarian dipertunjukkan dapat berupa foto, video dan buku, dinyatakan bahwa tarian tradisi yang memperbanyak frekuensi pertunjukkan sedang dipertunjukkan adalah berasal dari tarian yang tidak hanya dipertunjukkan Kepulauan Riau. Hal ini juga dinyatakan pada acara – acara penting saja, sehingga oleh (Syafaruddin, 2020) (Irwanto, 2020) masyarakat luas dapat melihat dan bahwa tarian itu adalah identitas suatu menikmatinya. Selain itu, diperlukan daerah. dukungan kepada para pelaku seni dalam Tari Persembahan, Tari Cecah Inai, melestarikan tarian tradisi Kepulauan Riau. Tari Jogi, Tari Zapin Penyengat, Tari Zapin Neknang, dan Tari Melemang yang UCAPAN TERIMAKASIH (Optional) merupakan tari tradisi dari Kepulauan Riau merupakan salah satu identitas Kepulauan Peneliti ingin mengucapkan terima Riau dapat terus dilestarikan dengan kasih sebesar-besarnya kepada mendokumentasikannya dalam sebuah narasumber yang telah banyak membantu Buku/Ensiklopedia. peneliti dalam mengumpulkan inforamasi Menurut 83% responden, yang diperlukan dan masukan – masukan mendokumentasikan tarian tradisi dalam yang membangun sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dan tulisan ini.

50 Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 5 (1) (2021): 40-52

Ucapan terima kasih diberikan Bandung: Direktorat Jenderal Pendidikan kepada; Kak Aziah, S.Pd, Bpk. Said Qasim al Tinggi. Depaterment Pendidikan Nasional. Diansah. (2020). Interview of “Gerak Dasar Tarian di Qudsi (Seniman Kepulauan Riau), S.Pd, Bpk. Kepulauan Riau”. Diansyah, Suryana, S.Sn, Bpk. Galang Afrian, Direktur Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya. Bpk. Ruki Daryudi (Seniman Tanjung (2015). Jejak Langkah Joget Dangkong Pinang), Bpk. Irwanto SKM (Kasie Seni Pulau Moro. : Direktorat Pertunjukkan Dinas Kebudayaan Prov. Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya. Evawarni, N. (2006). Kesenian Tradisional Kepulauan Riau), Ibu Nurainah S.Sos (Kabid Masyarakat Kepulauan Riau. Tanjung Kesenian Disbud Kepri), Bpk Syafaruddin Pinang: Departemen Kebudayaan dan S.Sn., MM (Sekretaris Disbud Pariwisata Pariwisata Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tanjung Pinang), Ibu Ratna S.E. (Kabid Tradisional . Ekraf Tanjung Pinang), Bpk Ardinata Gusta, H. (2020). Interview of “Melihat Perkembangan Tarian Tradisional Asli Caesar, S.Sos (Kasie Pengembangan SDM Kepulauan Riau”. Parekraf Tanjung Pinang), Mak Agus Hariyono, A. H. (2016). Ateng Japar: Sang Legenda (Penari Generasi Ke 3 Zapin Penyengat), Seni Pertunjukan Longser dan Peranannya Rines Onyxi Tampubolon M.Sn. (Seniman). di Kabupaten Bandung, Tahun 1975 – 2002. Bapak Doni Febri Hendra M.Sn., Bpk. Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan, 1 (1), 87-101. Huda Agusta M.Sn., Bpk Muhammad Arham Hendra, D. F. (2020). Interview of “Popularitas Tari Aryadi M.Sn., Bpk. Muhammad Zen (Kabid Hip Hop dan Daerah”. Disbud Pariwisata Batam), Bpk. Arison Hendra, D. F., & Marsan, N. S. (2020). Interview of Ibnur (Seniman Tari), Bpk. Ardiwinata “Membangkitkan Kembali Tari Melemang (Kadis Disbud Pariwisata Batam), Clarita Yang Tenggelam Masa. Dance and Theatre Review”. Aurelia Chandra S.Sn, Rohil Aditia, Mak Ibnu, A. (2020). Interview of “Tari Persembahan di Dare (Maestro Joget Dangkong), Bpk Heru Kepulauan Riau”. Untung Leksono. Irwanto. (2020). Interview of “Seni Pertunjukkan di Dan peneliti juga ingin mengucapkan Kepulauan Riau”. terimakasih kepada semua pihak kepada Iskandar, T. N. (2013). Seni Tari Tradisional. Bandung: Fakultas Ilmu Budaya, beberapa orang yang tidak dapat Universitas Diponegoro. disebutkan satu persatu. Islamiyah, A., Budiardjo, H., & Yurisma, D. Y. (2016). Perancangan Buku Referensi Karakteristik DAFTAR PUSTAKA Tata Rias Tari Surabaya Dengan Teknik Fotografi Sebagai Sarana Informasi Afrian, G. (2020). Interview of “Tarian di Anambas”. Masyarakat Surabaya. Surabaya: Institut Ardiwinata, K. K. (2020). Interview of “Gerakan Seni Bisnis dan Informatika STIKOM Surabaya. Tarian di Kepulauan Riau”. Jazuli. (1989). Seni Tari. Semarang: IKIP Semarang. Arman, D. (2018). Kementrian Pendidikan dan Kuntowijoyo. (1987). Tema Islam dalam Kebudayaan. Direktorat Jendral pertunjukan Rakyat Jawa: Kajian Aspek Kebudayaan. Balai Pelestarian Nilai Budaya Sosial, Keagamaan, dan Kesenian. Kepulauan Riau. Retrieved July 2019, from Yogyakarta: Direktorat Jenderal https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpn Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan bkepri/mengenal-zapin-penyengat/ Kebudayaan. Aziah. (2020). Interview of “Ragam Gerak Tarian Murgiyanto, S. (1986). Komposisi Tari dalam Tradisi”. Pengetahuan Dasar Tari dan Beberapa Cuciyanti. (2016). Kesenian Tari Topeng. Masalah Tari. Jakarta. Indramayu: Universitas Wiralodra Nihardja, K. (2015). Retrieved August 2019, from Indramayu. "Pengaruh Modernisasi pada Seni Darmastuti, R. (2013). Identitas Budaya. In Pertunjukan Teater di Indonesia," [Online]. Mindfulness dalam Komunikasi Antar Available: Budaya. Yogyakarta: Buku Litera http://kinihardja.blogspotco.id/2015/01/ Yogyakarta. pengaruh-modernisasi- padaseni_14.html Darsiharjo, E., Rustiyantiand, S., & Sumiati, L. (2009). Parman, S., & Syafruddin. (2010). Buku Panduan Tari Pengembangan Potensi Seni Tradisi Di Jawa Persembahan Adat Melayu Kepulauan RIau. Barat Melalui Pembinaan Sentra-Sentra Kepulauan Riau: Lembaga Adat Melayu. Budaya Industri Seni Dan Pariwisata.

51 Nur Sekreningsih Marsan & Mia Juliana Siregar, Menghidupkan Identitas Kepulauan Riau Melalui Seni

Prastiawan, I. & Suharyanto, A., (2014), : 62). USA: Springer Science+Business Media UNIMED PRESS. Dordrecht . Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Sulasman, & Gumilar, S. (2013). Teori-teori Usia Dini. (2016). Panduan Praktikum Kebudayaan: Dari Teori hingga Aplikasi. Pengenalan Gerak Tari Anak Usia Dini Bandung: CV Pustaka Setia. Pendidikan Seni Tari Pendidikan Anak Usia Sumiari, N. K., & Setyarini, P. (2015). Perancangan Dini. Padang: Universitas Sriwijaya. Media Publikasi Kesenian Tari Bali Berbasis Qudshi, S. K., Muhammad, M., Fauziah, S., Diska, R. R., Web. Konferensi Nasional Sistem & Kamaliah, Iskandar, & Zen, M. (2000). Informatika 2015. STMIK STIKOM Bali. Interview of “Teori dan Ragam Tari Jogi. Suryana. (2020). Interview of “Tari Jogi”. Batam: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan”. Syafaruddin. (2020). Interview of “Tari sebagai Soedarsono, R. M. (2002). Seni Pertunjukan Identitas Kepulauan Riau”. Indonesia di Era Globalisasi, Yogyakarta: Tampubolon, R. O. (2020). Interview of “Zapin Gadjah Mada University Press. Penyengat”. Stets, J., & Serpe, R. T. (2013). Identity Theory. In Zen, M. (2020). Interview of “Perkembangan Tarian Handbook of Social Psychology, Handbooks Tradisional Kepualaun Riau”. of Sociology and Social Research (pp. 31 -

52