BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan Industri Baik Produk Maupun Jasa Di Indonesia Semakin Bertumbu

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan Industri Baik Produk Maupun Jasa Di Indonesia Semakin Bertumbu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan industri baik produk maupun jasa di Indonesia semakin bertumbuh dengan cepat seiring dengan munculnya pesaing – pesaing baru dengan modal besar memasuki pasar dan bisnis. Salah satunya yaitu di sektor transportasi khususnya jasa udara karena transportasi udara yang paling umum digunakan adalah dengan menggunakan pesawat terbang. Perusahaan atau organisasi yang menyediakan jasa penerbangan bagi penumpang ataupun barang disebut dengan Maskapai Penerbangan. Terdapat berbagai jenis maskapai penerbangan yang beroperasi di Indonesia, diantaranya adalah Maskapai Penerbangan Niaga Berjadwal, Niaga Kargo Berjadwal, Niaga Tidak Berjadwal, Niaga Kargo Tidak berjadwal dan juga Maskapai Penerbangan Non Niaga. (Dickson, 2014). Berikut ini adalah gambaran umum maskapai penerbangan yang akan digunakan sebagai objek penelitian, yaitu Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air, Air Asia dan Citilink: PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Gambar 1.1 Logo PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Sumber: Garuda Indonesia, 2015 Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan nasional Indonesia yang terbang ke lebih dari 40 tujuan domestik dan 36 tujuan Internasional. Garuda Indonesia meraih penghargaan sebagai maskapai penerbangan regional terbaik di dunia yang diberikan oleh Skytrax dan terbang untuk pertama kalinya pada tahun 1949. Kantor pusat Garuda Indonesia beralamat di Jl. M1, Area Perkantoran Gedung 1 Garuda City Center Soekarno-Hatta International Airport Cengkareng 19120 – Indonesia. (GarudaIndonesia, 2015). Website yang digunakan Garuda Indonesia adalah https://www.garuda-indonesia.com PT Lion Mentari Airlines Gambar 1.2 Logo PT Lion Mentari Airlines Sumber: Lion Air, 2015 Lion Air mulai mengangkasa dari Indonesia pada tahun 2000 dengan satu buah pesawat dalam armadanya. Selama delapan tahun beroperasi, Lion Air kini terbang ke lebih dari 36 kota di Indonesia dan banyak tujuan-tujuan penerbangan lainnya, seperti Singapura, Malaysia dan Vietnam dengan armada Boeing 737-900ER yang baru. Sebagai perusahaan transportasi swasta yang terbesar di Indonesia, bukan hanya menawarkan harga yang terjangkau kepada penumpang, namun juga perjalanan udara yang aman, menyenangkan, dapat diandalkan dan nyaman. Kantor pusat Lion Air beralamat di Lion Air Tower Jl. Gajah Mada No.7, Jakarta Pusat. (Lion Air, 2015). Website yang digunakan Lion Air adalah https://www.lionair.co.id PT Sriwijaya Air Gambar 1.3 Logo PT Sriwijaya Air Sumber: Sriwijaya Air, 2015 2 Sriwijaya Air adalah salah satu maskapai terbesar di Indonesia yang menerbangkan lebih dari 800.000 penumpang setiap bulannya. Merambah 43 destinasi termasuk tiga negara di tingkat regional dan daerah – daerah tujuan wisata popular lainnya di seluruh Indonesia. Sriwijaya Air berkonsentrasi pada bisnis penerbangan penumpang dan layanan pengiriman barang, dengan jangkauan nasional maupun regional. Kantor pusat Sriwijaya Air beralamat di kawasan M1 bandara Soekarno - Hatta Jl. Marsekal Suryadarma No. 1, Bandara Soekarno-Hatta, M I. Neglasari - Tangerang, Indonesia (Sriwijaya Air, 2015). Website yang digunakan Sriwijaya Air adalah https://www.sriwijayaair.co.id PT Indonesia Air Asia Gambar 1.4 Logo PT Indonesia Air Asia Sumber: AirAsia, 2015 Air Asia Indonesia dengan kode penerbangan QZ didirikan pada tanggal 8 Desember 2004, melalui kerjasama ventura antara AirAsia International Ltd. dengan PT. Awair Internasional, dengan cabang di Jakarta, Bandung, Bali, Surabaya dan Medan. AirAsia saat ini adalah maskapai penerbangan bertarif rendah terkemuka dan terbesar di Asia dan telah menerbangkan lebih dari 230 juta penumpang dan mengoperasikan armada kebanggaannya yang terdiri dari 160 pesawat Airbus A320. Air Asia adalah maskapai penerbangan bertarif rendah terbaik sedunia dalam survei Maskapai 3 Penerbangan dunia menurut Skytrax selama enam tahun berturut-turut dari 2009-2014. Kantor pusat AirAsia beralamat di JL. Panglima polim raya no. 105B Jakarta Selatan (AirAsia, 2015) Website yang digunakan AirAsia adalah www.airasia.com PT Citilink Indonesia Gambar 1.5 Logo PT Citilink Indonesia Sumber: Citilink, 2015 PT Citilink Indonesia adalah anak perusahaan Garuda Indonesia yang didirikan tanggal 6 Januari 2009. Penerbangan Citilink pada awalnya merupakan penerbangan yang dikelola oleh SBU Citilink milik Garuda Indonesia yang beroperasi dengan AOC Garuda dan dengan menggunakan nomor penerbangan Garuda sejak Mei 2011. Citilink bersaing pada segment budget traveler atau bertarif rendah. Kantor pusat Citilink beralamat di Menara Citicon, Lantai 16Jl. S. Parman Kav. 72 Slipi Jakarta Barat 11410 (Citilink, 2015) Website yang digunakan Citilink adalah https://www.citilink.co.id 1.2 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia yang notabene memiliki jumlah penduduk yang tidak sedikit yaitu 250 juta dan merupakan negara kepulauan yang wilayahnya tersebar sekitar 17.000 pulau membentang sepanjang 5.200 km dari timur ke barat dan 2.000 km dari utara dan selatan membutuhkan transportasi udara. Hal ini karena transportasi udara yang memberikan penawaran kecepatan, jangkauan dan efisien dalam segi waktu menjadi salah satu pilihan terbaik untuk melakukan perjalanan dari satu daerah ke daerah lain antar pulau di Indonesia. (Nurmayanti, 2015) Potensi pasar transportasi udara di Indonesia yang berkembang secara pesat menarik para pengusaha dan investor dunia untuk membangun industri 4 penerbangan dengan mendirikan maskapai penerbangan yang hingga kini terlahir sekitar 203 rute yang tersedia ke 101 kota tujuan. Saat ini industri penerbangan nasional memiliki 61 maskapai penerbangan niaga yang beroperasi terjadwal dan tidak terjadwal dengan populasi pesawat pada tahun 2014 sebanyak 750 pesawat dan diperkirakan akan melonjak hingga 1030 pesawat pada 2017. Adapun permintaan pasar penerbangan domestik dipengaruhi beberapa hal yaitu pertumbuhan PDB yang diatas 5% per tahun antara 2009 sampai 2014 (Economic Intelligence Unit), peningkatan pengeluaran dari pertumbuhan belanja dan investasi sektor swasta, pertumbuhan transportasi udara yang berkembang tidak hanya ke kota bisnis dan wisata tetapi sudah mulai merambah ke wilayah bagian timur Indonesia, pertumbuhan sektor pariwisata dengan peningkatan turis asing dari 7 juta jiwa pada tahun 2010 menjadi 9,4 juta jiwa pada tahun 2014. (Lisliyanto, 2015) Gambar 1.6 Lalu Lintas Penumpanng Angkutan Udara (2009 – 2015) (Sumber: Kemenhub, 2015) Dapat dilihat dari Gambar 1.6 bahwa lalu lintas penumpang pada tahun 2009 sampai dengan 2014 akhir mengalami kenaikan meskipun pada tahun 2013 sempat mengalami penurunan. Dalam Gambar 1.6 jumlah penumpang yang berangkat (garis merah) pada tahun 2009 sebesar 33.356.493, pada tahun 2010 sebesar 42.690.966, pada tahun 2011 sebesar 53.313.682, pada tahun 2012 sebesar 57.063.087, pada tahun 2013 sebesar 56.554.457 dan pada tahun 2014 sebesar 71.182.715 sedangkan untuk lalu lintas penumpang datang pada tahun 2009 sebesar 33.985.165, pada tahun 2010 sebesar 43.762.981, pada tahun 2011 sebesar 5 57.889.752, pada tahun 2012 sebesar 60.910.833, pada tahun 2013 sebesar 59.287.919, dan pada tahun 2014 sebesar 87.009.188. Pada Gambar 1.6 dapat dilihat pula terdapat penurunan lalu lintas penumpang yang terjadi pada tahun 2013. Penurunan lalu lintas penumpang berangkat sebesar 508.630 sedangkan untuk lalu lintas penumpang datang sebesar 1.622.914. Menurut direktur angkatan udara ditjen perhubungan Djoko Muratmodjjo penurunan angka lalu lintas penumpang pada tahun 2013 – 2014 disebabkan oleh kondisi perekonomian dan daya beli masyarakat pada masa itu turun drastis sehingga maskapai penerbangan mulai merestrukturasi rute dan mencari peluang rute lain. Faktor lain penurunan lalu lintas penumpang pada tahun 2013 – 2014 adalah terjadinya pengurangan subsidi dengan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang juga menyebabkan bahan pokok juga ikut naik. (Kemenhub, 2014) Gambar 1.7 Pangsa Penumpang Angkutan Udara Domestik Tahun 2013 (Sumber: Jibi, 2015) Dapat dilihat pada Gambar 1.7 bahwa pemain pangsa pasar angkutan udara domestik sebanyak 17 maskapai penerbangan antara lain Lion Air sebagai maskapai dengan pangsa pasar penumpang terbanyak pada tahun 2013 sebesar 43%, maskapai Garuda Indonesia menyusul dengan tempat kedua sebesar 23%, di tempat ketiga terdapat maskapai Sriwijaya Air dengan presentase pangsa pasar sebesar 11,36%, disusul tempat keempat maskapai Citilink sebesar 7,05%, maskapai AirAsia Indonesia sebesar 3,99%, maskapai Merpati Nusantara sebesar 1,79%, maskapai TigerAir Mandala sebesar 1,05%, maskapai Trigana Air sebesar 6 1,06%, maskapai Batik Air sebesar 1,02%, maskapai Express Air sebesar 0,89%, maskapai Kalstar sebesar 0,83%, maskapai Sky Aviaton sebesar 0,46%, maskapai Susi Air sebesar 0,29%, maskapai Transnusa sebesar 0.25%, maskapai IAT sebesar 0,08%, maskapai Pelita Air sebesar 0,01% dan maskapai Travira Air sebesar 0,00%. Dapat dilihat pula bahwa lima besar pemain pangsa pasar penumpang di tahun 2013 adalah Lion Air, Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Citilink dan AirAsia Indonesia. Dilihat dari segi keselamatan menurut Hery Bhakti S Gumay Direktur Jenderal Perhubungan Udara KemenHub memaparkan bahwa jumlah kecelakaan pada tahun 2007 sebanyak enam kecelakaan. Turun menjadi tiga kecelakaan pada 2008 dan 2009 dan pada tahun 2010 sampai 2012 tercatat dua kecelakaan. Penurunan jumlah angka kecelakaan dalam tingkat keselamatan menunjukkan cukup baik. Namun Menteri Perhubungan EE menegaskan bahwa walaupun terjadi penurunan kecelakaan tetapi safety tetap hal utama yang harus dipikirkan. (Lampost, 2013)
Recommended publications
  • Bab Ii Sejarah Dan Perkembangan Garuda
    BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN GARUDA INDONESIA Pada bab dunia penulis akan menguaraikan ataupun membahas tentang kondisi dunia penerbangan indonesia serta penulis mengambil studi kasus dari salah satu maskapai penerbangan Indonesia yaitu PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Dan pada bab ini penulis akan membagi menjadi dua sub bab utama yaitu : Gambaran banyak tentang Garuda Indonesia dan perkembangan dari Garuda Indonesia. A. Sejarah Garuda Indonesia Garuda Indonesia adalah perusahaan penerbangan nasional yang dimiliki oleh indonesia serta maskapai pertama dan terbesar yang ada di Indonesia, Dengan tujuan serta pendekatan yang berorientasi untuk “melayani” serta Garuda Indonesia juga mempunyai slogan yaitu “The Airline Of Indonesia”. Garuda ini sendiri diambil dari nama burung, yaitu burung dari dewa Wisnu dalam legenda pewayangan. Sejarah perkembangan penerbangan dilakukan sejak dulu pada saat Indonesia sedang mempertahankan kemerdekaanya. Penerbangan komersial pertama yang dilakukan oleh Indonesia menggunakan pesawat DC-3 Dakota dengan registrasi RI 001 dari Calcutta ke Rangoon dan diberi nama “Indonesian Airways” dilakukan pada 26 Januari 1949 yang sekaligus juga menjadi hari jadi dari Garuda Indonesia.19 Serta di tahun yang sama yaitu pada tanggal 28 Desember 1949 pertama kalinya pesawat 19 Garuda Indonesia, Tentang Garuda Indonesia, https://www.garuda-indonesia.com/id/id/corporate- partners/company-profile/about/index.page?, di akses tanggal 09 Des. 16 Pukul 16:11 WIB 18 Garuda di cat dengan logo “Garuda Indonesian Airways” pesawat tipe Douglas DC- 3 dengan nomor registrasi PK-DPD, yang pada saat itu terbang dari Jakarta menuju Yogyakarta untuk menjemput presiden pertama yaitu Presiden Soekarno. Dan itulah penerbangan Garuda yang pertama dengan logo “Garuda Indonesian Airways” serta nama tersebut di berikan oleh Presiden Soekarno dan nama itu di perolehnya dari penyair terkenal “Noto Soeroto”.
    [Show full text]
  • ABSTRAK Perkembangan Industri Penerbangan Serta Semakin
    ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK Perkembangan industri penerbangan serta semakin tingginya persaingan di bidang tersebut, memaksa perusahaan menemukan cara baru untuk dapat bersentuhan langsung dengan pelanggan. Perusahaan memanfaatkan teknologi sosial media yang memiliki kemampuan berinteraksi secara real-time. Twitter adalah sosial media yang digunakan oleh perusahaan penerbangan untuk melakukan proses komunikasi dengan pelanggan. Proses komunikasi yang dilakukan perusahaan melalui Twitter adalah mengirimkan pesan kepada pelanggan, selanjutnya pelanggan memberikan tanggapan kepada perusahaan. Percakapan yang terjadi tersebut menjadi bagian penting ketika perusahaan memutuskan untuk membina hubungan dengan pelanggan melalui Twitter. Analisis isi digunakan untuk mengetahui isi dari tweet yang diposting oleh perusahaan dan feedback yang diberikan oleh follower. Subyek dalam penelitian ini Garuda Indonesia, AirAsia Indonesia, Merpati Nusantara Airlines, dan Tigerair Mandala. Waktu pelaksanaan penelitian ini bulan Juni-Agustus 2013. Dalam penelitian ini, diketahui pemanfaatan Twitter dalam melakukan proses komunikasi antara perusahaan penerbangan dengan follower paling banyak digunakan untuk penyelesaian masalah, melakukan promosi, serta memberikan informasi seputar perusahaan. Kata kunci: proses komunikasi, sosial media, Twitter, penerbangan, pelanggan ABSTRACT The development of the aviation industry and the increasing competition in the field, forcing the company to find new ways to be in direct contact with customers. One method that are used is to utilize social media technologies that have ability to interact in real-time. Twitter is a social media that is used by airlines to conduct communication process with customers. Communication process by company on Twitter is sending a message to the customers, then the customers provide feedback to the company. This conversation is becoming an important part when company decides to build relationships with customers through Twitter.
    [Show full text]
  • 1 Tanggung Jawab Pengangkut Terhadap Penumpang Yang Tidak Terdaftar Dalam Manifes (Studi Kasus Jatuhnya Pesawat Lion Air Jt
    Abimanyu Faiz Prajogo & H. K. Martono TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT TERHADAP PENUMPANG YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM MANIFES (STUDI KASUS JATUHNYA PESAWAT LION AIR JT 610 DI KARAWANG) Volume 2 Nomor 2, Desember 2019 E-ISSN : 2655-7347 TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT TERHADAP PENUMPANG YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM MANIFES (STUDI KASUS JATUHNYA PESAWAT LION AIR JT 610 DI KARAWANG) Abimanyu Faiz Prajogo (Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara) [email protected] Prof. Dr. H.K. Martono, S.H., L.L.M. (Corresponding Author) (Dosen Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara, Meraih Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Universitas Indonesia) (E-mail: [email protected]) Abstract Lion Air with fligh code JT-610 route Jakarta to Pangkal Pinang on October 29th, 2028 which crashed in Karawang Waters carrying 178 passengers, one child passenger, 2 babies, and 7 cabin crew. On the plane there are passengers who are not on the ticket or not registered. Issues issued are how the responsibility of the carrier in an aircraft accident that is not listed in the passenger manifest. The research method used in this thesis research is normative legal research. The results of the research prove that passengers who are not in the manifest may receive compensation, but only compensate for voluntary purchases. It may be possible to request ex gratia or voluntarily to buy a passenger ticket that cannot be ordered in the passenger manifest. However, based on information compiled from PT Jasa Raharja, checking the heirs or families of victims of the crash of the Lion Air JT 610 aircraft which were not equipped in the manifest of the aircraft could still receive compensation.
    [Show full text]
  • Laws and Regulations: Air Transportation of Persons with Disabilities (PWD) and Others in Indonesia
    International Journal of Humanities and Social Science Invention ISSN (Online): 2319 – 7722, ISSN (Print): 2319 – 7714 www.ijhssi.org ||Volume 6 Issue 11||November. 2017 || PP.50-63 Laws and Regulations: Air Transportation of Persons with Disabilities (PWD) and Others in Indonesia Christine K,1 Frans Kurniawan,2 and Martono3 Abstract: This article purported to explore laws and regulations on air transportation of persons with disabilities (PWD) and others in Indonesia. It consist of three chapter namely chapter one regarding legal ground such as the United Nations (UN), Act No. 13 Year 1998, Act No. 39 Year 1999, high light of Act No. 39 Year 1999, PWD related to Chicago Convention of 1944, PWD in the ICAO Doc.9984, legal ground of PWD in the Civil Aviation Act of 2009; chapter two regarding air transportation of PWD and others provides Citilink’s COC includes the use of electronic ticket, cancellation and refund of E-ticket, legal liability, carrying PWD; Garuda Indonesia’s COC includes the right to refuse carriage, special assistance, passenger with illnesses and PWD, travel with a companion, special assistance for prisoners; Indonesian AirAsia’s COC includes PWD, passenger with a companion, passengers with a medical condition /illnesses, unaccompanied child, pregnant women, infants 8 days and/or below, the right to refuse and others; Lion Air’s COC includes PWD, the right to refuse; Sriwijaya Air’s COC includes the right to deny carriage and other; chapter three conclusion and recommendation. Keywords: persons with disabilities. air transportation, condition of carriage ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------- Date of Submission: 18-11-2017 Date of acceptance: 30-11-2017 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- I.
    [Show full text]
  • Airline Review
    Sort By Name Sort By Country Sort By Rating Ariana Afghan Airlines Afghanistan Class 4 (Inadequate) Kam Air Afghanistan Class 4 (Inadequate) Safi Airways Afghanistan Class 3 (Questionable) Air Algerie Algeria Class 3 (Questionable) Tassili Airlines Algeria Class 3 (Questionable) TAAG Angola Airlines Angola Class 4 (Inadequate) LIAT Antigua Class 2 (Adequate) Aerolineas Argentinas Argentina Class 2 (Adequate) Airnorth Australia Class 2 (Adequate) Jetstar Airways Australia Class 2 (Adequate) Qantas Australia Class 2 (Adequate) rex (Regional Express) Australia Class 2 (Adequate) Skywest Australia Class 1 (Good) Virgin Australia Australia Class 1 (Good) Austrian Airlines (Tyrolean) Austria Class 1 (Good) InterSky Austria Class 1 (Good) Niki Austria Class 1 (Good) Azerbaijan Airlines Azerbaijan Class 2 (Adequate) Turan Air Azerbaijan Class 3 (Questionable) Gulf Air Bahrain Class 2 (Adequate) Biman Bangladesh Airlines Bangladesh Class 4 (Inadequate) United Airways (BD) Bangladesh Class 3 (Questionable) Belavia Belarusian Airlines Belarus Class 2 (Adequate) Brussels Airlines Belgium Class 1 (Good) Tropic Air Belize Insufficient Information Druk Air (Royal Bhutan Airlines) Bhutan Class 2 (Adequate) BH Airlines (Air Bosna) Bosnia & Herzegovinia Class 2 (Adequate) Air Botswana Botswana Class 2 (Adequate) Avianca Brasil (OceanAir) Brazil Class 2 (Adequate) Azul Linhas Aereas Brasileiras Brazil Class 2 (Adequate) GOL Linhas A閞eas Inteligentes Brazil Class 2 (Adequate) Passaredo Transportes Aereos Brazil Class 2 (Adequate) TAM Linhas Aereas Brazil
    [Show full text]
  • Remote ID NPRM Maps out UAS Airspace Integration Plans by Charles Alcock
    PUBLICATIONS Vol.49 | No.2 $9.00 FEBRUARY 2020 | ainonline.com « Joby Aviation’s S4 eVTOL aircraft took a leap forward in the race to launch commercial service with a January 15 announcement of $590 million in new investment from a group led by Japanese car maker Toyota. Joby says it will have the piloted S4 flying as part of the Uber Air air taxi network in early adopter cities before the end of 2023, but it will surely take far longer to get clearance for autonomous eVTOL operations. (Full story on page 8) People HAI’s new president takes the reins page 14 Safety 2019 was a bad year for Part 91 page 12 Part 135 FAA has stern words for BlackBird page 22 Remote ID NPRM maps out UAS airspace integration plans by Charles Alcock Stakeholders have until March 2 to com- in planned urban air mobility applications. Read Our SPECIAL REPORT ment on proposed rules intended to provide The final rule resulting from NPRM FAA- a framework for integrating unmanned air- 2019-100 is expected to require remote craft systems (UAS) into the U.S. National identification for the majority of UAS, with Airspace System. On New Year’s Eve, the exceptions to be made for some amateur- EFB Hardware Federal Aviation Administration (FAA) pub- built UAS, aircraft operated by the U.S. gov- When it comes to electronic flight lished its long-awaited notice of proposed ernment, and UAS weighing less than 0.55 bags, (EFBs), most attention focuses on rulemaking (NPRM) for remote identifica- pounds.
    [Show full text]
  • Operation Management Is a Functional Field of Business with Clear Line Management Responsibilities
    7 CHAPTER II LITERATURE REVIEW 2.1 Operations Management Operations Management is defined as the design, operation, and improvement of the systems that create and deliver the firm’s primary products and services. Like marketing and finance, operation management is a functional field of business with clear line management responsibilities. This point is important because operations management is frequently confused with operation research and management science and industrial engineering (Chase, 2001, pp.6-7). Operations management decisions at the strategic level impact the company’s long-range effectiveness in terms of how it can address its customer’s needs. Thus, for the firm to succeed, these decisions must be in alignment with the corporate strategy. Decisions made at the strategic level become the fixed conditions or operating constrains under which the term must operate in both the intermediate and short term. At the next level in the decision-making process, tactical planning primarily addresses how to efficiently schedule material and labor within the constraints of previously made strategic decisions. Issues on which Operation Management concentrates on this level include: How many workers do we need? When do we need them? Should we work overtime or put on a second shift? When should we have material delivered? Should we have a finished goods inventory? These tactical 8 decisions, in turn, become the operating constraints under which operational planning and control decisions are made (Chase, 2001, p8). 2.2 Achieving Competitive Advantage through Operations Competitive advantage implies the creation of a system that has a unique advantage over its competitors. The idea is to create customer value in an efficient and sustainable way.
    [Show full text]
  • Lion Air Group Terms of Use As of 15 July, 2020 Terms of Use for Website And/Or Application
    Lion Air Group Terms of Use as of 15 July, 2020 Terms of Use for Website and/or Application Thank you for visiting lionair.co.id (the “Website”) or downloading the Lion Air application (“Application”). These terms of use (together with its amendments, supplements and/or modification shall be referred to as “Terms of Use”) constitute as an agreement between Users (“You”, “Your”, or “Yourself”) and Lion Air Group (including Batik Air, Lion Air, Wings Air, Malindo Air and Thai Lion Air, “We”, “Us” or “Our”). This Website is owned and operated by PT Lion Mentari (“Lion Air”), a limited liability company duly established and legally operating under the laws of the Republic of Indonesia and domiciled in DKI Jakarta, Indonesia. These Terms of Use govern Your access to or use of the Website and/or Application. Please read these Terms of Use and the Privacy Policy carefully as these contain important information about Your rights and obligations. We reserve the right to change, modify, add and/or delete any provision of these Terms of Use and the Privacy Policy, at any time, at Our sole discretion and without any prior notice to You. Changed provisions will become effective once posted on the Website and it is Your responsibility to read these Terms of Use and the Privacy Policy periodically. Your continued access to or use of the Website and/or Application after any change means You have accepted the changed provisions. If, at any time, You do not agree to any part of these Terms of Use and the Privacy Policy, please immediately cease to access or use the Website and/or Application.
    [Show full text]
  • Star Rating Airline Country
    STAR RATING AIRLINE COUNTRY *** Adria Airways Slovenia *** Aegean Airlines Greece **** Aer Lingus Ireland **** Aeroflot Russian Airlines Russia *** Aerolineas Argentinas Argentina *** Aeromexico Mexico NR Afriqiyah Airways Libya *** Air Algerie Algeria *** Air Arabia UAE *** AirAsia Malaysia *** AirAsiaX Malaysia **** Air Astana Kazakhstan *** Air Austral Réunion *** Air Bagan Myanmar *** Air Baltic Latvia *** Air Berlin Germany *** Aircalin New Caledonia **** Air Canada Canada *** Air Caraibes French Caribbean *** Air China China **** Air Dolomiti Italy *** Air Europa Spain **** Air France France *** Air India India ** Air Italy Italy * Air Koryo North Korea *** Air Macau Macau *** Air Malta Malta **** Air Mauritius Mauritius *** Air Namibia Namibia **** Air New Zealand New Zealand *** Air Niugini Papua New Guinea *** Air Nostrum Spain *** Air Serbia Serbia **** Air Seychelles Seychelles *** Air Tahiti Nui Tahiti *** Air Transat Canada *** Alaska Airlines USA *** Alitalia Italy ***** ANA All Nippon Airways Japan *** Allegiant Air USA *** American Airlines USA *** Arik Air Nigeria *** Arkefly Netherlands ***** Asiana Airlines South Korea **** Austrian Airlines Austria *** Avianca Colombia **** Azerbaijan Airlines Azerbaijan NR Azul Brazilian Airlines Brazil ** Bahamasair Bahamas **** Bangkok Airways Thailand ** Biman Bangladesh Bangladesh **** British Airways UK *** Brussels Airlines Belgium ** Bulgaria Air Bulgaria ***** Cathay Pacific Airways Hong Kong *** Caribbean Airlines Trinidad & Tobago *** Cebu Pacific Philippines NR Chengdu Airlines
    [Show full text]
  • Managementinnovation Strategy to Face the Competition of Domesticcommercial Flight Business in Indonesia Case Study: Garuda Indonesia Airline
    MANAGEMENTINNOVATION STRATEGY TO FACE THE COMPETITION OF DOMESTICCOMMERCIAL FLIGHT BUSINESS IN INDONESIA CASE STUDY: GARUDA INDONESIA AIRLINE S. RENDY ARDIANSYAH Department of Engineering Management, University of Birmingham, Birmingham, United Kingdom E-mail: [email protected] Abstract- Innovation is an essential part to be done bycompanies in order to survive for the tight competition in business industry. Being innovative does not just creating new product using the expertise of market researchers, and product developers. It also involves using capabilities of everyone in organisation to achieve the process that help new product to reach the market effectively and efficiently. Garuda Indonesiabecomes one of many companies that successfully innovate in their core business. They do a good innovation in their marketing strategy as well as in the company's management structure. In thispaper, a review of selected innovation strategy has been undertaken by Garuda Indonesia that can provide a competitive advantage and sustainability in the global market. Based on the literature review, a framework has been developed with key factors/enablers that determine the resilience and competitiveness of innovation strategy of Garuda Indonesia. This framework has been empirically studied by collecting data from annual report, and data from company. It involves a sample of competitor and provides further insight into the key characteristics associated with resilience and competitiveness of Garuda Indonesia airline that are influenced by advances
    [Show full text]
  • ASTRI ARICO PUNCE NIM. 150106122 Mahasiswa Fakultas Syari’Ah Dan Hukum Prodi Ilmu Hukum
    PERTANGGUNG JAWABAN PT. LION AIR TERHADAP PENUMPANG YANG MENGALAMI PENUNDAAN KEBERANGKATAN (DELAY) DITINJAU DARI UU NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SKRIPSI Diajukan Oleh : ASTRI ARICO PUNCE NIM. 150106122 Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum Prodi Ilmu Hukum FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH 2019 M/1441 H PERTANGGUNGJAWABAN PT. LION AIR TERHADAP PENUMPANG YANG MENGALAMI PENUNDAAN KEBERANGKATAN (DELAY) DITINJAU DARI UU NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh Sebagai Salah Satu Beban Studi Program Sarjana (S1) Dalam Ilmu Hukum Oleh: ASTRI ARICO PUNCE Mahsiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum Prodi Ilmu Hukum NIM 150106122 Disetujui untuk Dimunaqasyahkan oleh: Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Ali Abubakar, M. Ag Iskandar, SH,. M.H NIP. 197101011996031003 NIP. 19720808200541001 ii PERTANGGUNGJAWABAN PT. LION AIR TERHADAP PENUMPANG YANG MENGALAMI PENUNDAAN KEBERANGKATAN (DELAY) DITINJAU DARI UU NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SKRIPSI Telah Diuji oleh Panitia Ujian Munaqasyah Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry dan Dinyatakan Lulus Serta Diterima Sebagai Salah Satu Beban Studi Program Sarjana (S-1) dalam Ilmu Hukum Pada Hari/ Tanggal: Selasa, 03 Desember 2019 M 06 Rabi’ul Akhir 1441 H di Darussalam, Banda Aceh Panitia Ujian Munaqasyah Skripsi: Ketua, Sekretaris, Dr. Ali Abubakar, M. Ag Iskandar, SH,. M.H NIP. 197101011996031003 NIP. 19720808200541001 Penguji I, Penguji II, Arifin Abdullah, S.HI., M.H Dr. Jamhir, S. Ag, M.Ag NIP. 198203212009121005 NIP. 197804212014111001 iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Astri Arico Punce NIM : 150106122 Prodi : Ilmu Hukum Fakultas : Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry Dengan ini menyatakan bahwa dalam menulis skripsi ini, saya: 1.
    [Show full text]
  • Global Volatility Steadies the Climb
    WORLD AIRLINER CENSUS Global volatility steadies the climb Cirium Fleet Forecast’s latest outlook sees heady growth settling down to trend levels, with economic slowdown, rising oil prices and production rate challenges as factors Narrowbodies including A321neo will dominate deliveries over 2019-2038 Airbus DAN THISDELL & CHRIS SEYMOUR LONDON commercial jets and turboprops across most spiking above $100/barrel in mid-2014, the sectors has come down from a run of heady Brent Crude benchmark declined rapidly to a nybody who has been watching growth years, slowdown in this context should January 2016 low in the mid-$30s; the subse- the news for the past year cannot be read as a return to longer-term averages. In quent upturn peaked in the $80s a year ago. have missed some recurring head- other words, in commercial aviation, slow- Following a long dip during the second half Alines. In no particular order: US- down is still a long way from downturn. of 2018, oil has this year recovered to the China trade war, potential US-Iran hot war, And, Cirium observes, “a slowdown in high-$60s prevailing in July. US-Mexico trade tension, US-Europe trade growth rates should not be a surprise”. Eco- tension, interest rates rising, Chinese growth nomic indicators are showing “consistent de- RECESSION WORRIES stumbling, Europe facing populist backlash, cline” in all major regions, and the World What comes next is anybody’s guess, but it is longest economic recovery in history, US- Trade Organization’s global trade outlook is at worth noting that the sharp drop in prices that Canada commerce friction, bond and equity its weakest since 2010.
    [Show full text]