BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan Industri Baik Produk Maupun Jasa Di Indonesia Semakin Bertumbu
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan industri baik produk maupun jasa di Indonesia semakin bertumbuh dengan cepat seiring dengan munculnya pesaing – pesaing baru dengan modal besar memasuki pasar dan bisnis. Salah satunya yaitu di sektor transportasi khususnya jasa udara karena transportasi udara yang paling umum digunakan adalah dengan menggunakan pesawat terbang. Perusahaan atau organisasi yang menyediakan jasa penerbangan bagi penumpang ataupun barang disebut dengan Maskapai Penerbangan. Terdapat berbagai jenis maskapai penerbangan yang beroperasi di Indonesia, diantaranya adalah Maskapai Penerbangan Niaga Berjadwal, Niaga Kargo Berjadwal, Niaga Tidak Berjadwal, Niaga Kargo Tidak berjadwal dan juga Maskapai Penerbangan Non Niaga. (Dickson, 2014). Berikut ini adalah gambaran umum maskapai penerbangan yang akan digunakan sebagai objek penelitian, yaitu Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air, Air Asia dan Citilink: PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Gambar 1.1 Logo PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Sumber: Garuda Indonesia, 2015 Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan nasional Indonesia yang terbang ke lebih dari 40 tujuan domestik dan 36 tujuan Internasional. Garuda Indonesia meraih penghargaan sebagai maskapai penerbangan regional terbaik di dunia yang diberikan oleh Skytrax dan terbang untuk pertama kalinya pada tahun 1949. Kantor pusat Garuda Indonesia beralamat di Jl. M1, Area Perkantoran Gedung 1 Garuda City Center Soekarno-Hatta International Airport Cengkareng 19120 – Indonesia. (GarudaIndonesia, 2015). Website yang digunakan Garuda Indonesia adalah https://www.garuda-indonesia.com PT Lion Mentari Airlines Gambar 1.2 Logo PT Lion Mentari Airlines Sumber: Lion Air, 2015 Lion Air mulai mengangkasa dari Indonesia pada tahun 2000 dengan satu buah pesawat dalam armadanya. Selama delapan tahun beroperasi, Lion Air kini terbang ke lebih dari 36 kota di Indonesia dan banyak tujuan-tujuan penerbangan lainnya, seperti Singapura, Malaysia dan Vietnam dengan armada Boeing 737-900ER yang baru. Sebagai perusahaan transportasi swasta yang terbesar di Indonesia, bukan hanya menawarkan harga yang terjangkau kepada penumpang, namun juga perjalanan udara yang aman, menyenangkan, dapat diandalkan dan nyaman. Kantor pusat Lion Air beralamat di Lion Air Tower Jl. Gajah Mada No.7, Jakarta Pusat. (Lion Air, 2015). Website yang digunakan Lion Air adalah https://www.lionair.co.id PT Sriwijaya Air Gambar 1.3 Logo PT Sriwijaya Air Sumber: Sriwijaya Air, 2015 2 Sriwijaya Air adalah salah satu maskapai terbesar di Indonesia yang menerbangkan lebih dari 800.000 penumpang setiap bulannya. Merambah 43 destinasi termasuk tiga negara di tingkat regional dan daerah – daerah tujuan wisata popular lainnya di seluruh Indonesia. Sriwijaya Air berkonsentrasi pada bisnis penerbangan penumpang dan layanan pengiriman barang, dengan jangkauan nasional maupun regional. Kantor pusat Sriwijaya Air beralamat di kawasan M1 bandara Soekarno - Hatta Jl. Marsekal Suryadarma No. 1, Bandara Soekarno-Hatta, M I. Neglasari - Tangerang, Indonesia (Sriwijaya Air, 2015). Website yang digunakan Sriwijaya Air adalah https://www.sriwijayaair.co.id PT Indonesia Air Asia Gambar 1.4 Logo PT Indonesia Air Asia Sumber: AirAsia, 2015 Air Asia Indonesia dengan kode penerbangan QZ didirikan pada tanggal 8 Desember 2004, melalui kerjasama ventura antara AirAsia International Ltd. dengan PT. Awair Internasional, dengan cabang di Jakarta, Bandung, Bali, Surabaya dan Medan. AirAsia saat ini adalah maskapai penerbangan bertarif rendah terkemuka dan terbesar di Asia dan telah menerbangkan lebih dari 230 juta penumpang dan mengoperasikan armada kebanggaannya yang terdiri dari 160 pesawat Airbus A320. Air Asia adalah maskapai penerbangan bertarif rendah terbaik sedunia dalam survei Maskapai 3 Penerbangan dunia menurut Skytrax selama enam tahun berturut-turut dari 2009-2014. Kantor pusat AirAsia beralamat di JL. Panglima polim raya no. 105B Jakarta Selatan (AirAsia, 2015) Website yang digunakan AirAsia adalah www.airasia.com PT Citilink Indonesia Gambar 1.5 Logo PT Citilink Indonesia Sumber: Citilink, 2015 PT Citilink Indonesia adalah anak perusahaan Garuda Indonesia yang didirikan tanggal 6 Januari 2009. Penerbangan Citilink pada awalnya merupakan penerbangan yang dikelola oleh SBU Citilink milik Garuda Indonesia yang beroperasi dengan AOC Garuda dan dengan menggunakan nomor penerbangan Garuda sejak Mei 2011. Citilink bersaing pada segment budget traveler atau bertarif rendah. Kantor pusat Citilink beralamat di Menara Citicon, Lantai 16Jl. S. Parman Kav. 72 Slipi Jakarta Barat 11410 (Citilink, 2015) Website yang digunakan Citilink adalah https://www.citilink.co.id 1.2 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia yang notabene memiliki jumlah penduduk yang tidak sedikit yaitu 250 juta dan merupakan negara kepulauan yang wilayahnya tersebar sekitar 17.000 pulau membentang sepanjang 5.200 km dari timur ke barat dan 2.000 km dari utara dan selatan membutuhkan transportasi udara. Hal ini karena transportasi udara yang memberikan penawaran kecepatan, jangkauan dan efisien dalam segi waktu menjadi salah satu pilihan terbaik untuk melakukan perjalanan dari satu daerah ke daerah lain antar pulau di Indonesia. (Nurmayanti, 2015) Potensi pasar transportasi udara di Indonesia yang berkembang secara pesat menarik para pengusaha dan investor dunia untuk membangun industri 4 penerbangan dengan mendirikan maskapai penerbangan yang hingga kini terlahir sekitar 203 rute yang tersedia ke 101 kota tujuan. Saat ini industri penerbangan nasional memiliki 61 maskapai penerbangan niaga yang beroperasi terjadwal dan tidak terjadwal dengan populasi pesawat pada tahun 2014 sebanyak 750 pesawat dan diperkirakan akan melonjak hingga 1030 pesawat pada 2017. Adapun permintaan pasar penerbangan domestik dipengaruhi beberapa hal yaitu pertumbuhan PDB yang diatas 5% per tahun antara 2009 sampai 2014 (Economic Intelligence Unit), peningkatan pengeluaran dari pertumbuhan belanja dan investasi sektor swasta, pertumbuhan transportasi udara yang berkembang tidak hanya ke kota bisnis dan wisata tetapi sudah mulai merambah ke wilayah bagian timur Indonesia, pertumbuhan sektor pariwisata dengan peningkatan turis asing dari 7 juta jiwa pada tahun 2010 menjadi 9,4 juta jiwa pada tahun 2014. (Lisliyanto, 2015) Gambar 1.6 Lalu Lintas Penumpanng Angkutan Udara (2009 – 2015) (Sumber: Kemenhub, 2015) Dapat dilihat dari Gambar 1.6 bahwa lalu lintas penumpang pada tahun 2009 sampai dengan 2014 akhir mengalami kenaikan meskipun pada tahun 2013 sempat mengalami penurunan. Dalam Gambar 1.6 jumlah penumpang yang berangkat (garis merah) pada tahun 2009 sebesar 33.356.493, pada tahun 2010 sebesar 42.690.966, pada tahun 2011 sebesar 53.313.682, pada tahun 2012 sebesar 57.063.087, pada tahun 2013 sebesar 56.554.457 dan pada tahun 2014 sebesar 71.182.715 sedangkan untuk lalu lintas penumpang datang pada tahun 2009 sebesar 33.985.165, pada tahun 2010 sebesar 43.762.981, pada tahun 2011 sebesar 5 57.889.752, pada tahun 2012 sebesar 60.910.833, pada tahun 2013 sebesar 59.287.919, dan pada tahun 2014 sebesar 87.009.188. Pada Gambar 1.6 dapat dilihat pula terdapat penurunan lalu lintas penumpang yang terjadi pada tahun 2013. Penurunan lalu lintas penumpang berangkat sebesar 508.630 sedangkan untuk lalu lintas penumpang datang sebesar 1.622.914. Menurut direktur angkatan udara ditjen perhubungan Djoko Muratmodjjo penurunan angka lalu lintas penumpang pada tahun 2013 – 2014 disebabkan oleh kondisi perekonomian dan daya beli masyarakat pada masa itu turun drastis sehingga maskapai penerbangan mulai merestrukturasi rute dan mencari peluang rute lain. Faktor lain penurunan lalu lintas penumpang pada tahun 2013 – 2014 adalah terjadinya pengurangan subsidi dengan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang juga menyebabkan bahan pokok juga ikut naik. (Kemenhub, 2014) Gambar 1.7 Pangsa Penumpang Angkutan Udara Domestik Tahun 2013 (Sumber: Jibi, 2015) Dapat dilihat pada Gambar 1.7 bahwa pemain pangsa pasar angkutan udara domestik sebanyak 17 maskapai penerbangan antara lain Lion Air sebagai maskapai dengan pangsa pasar penumpang terbanyak pada tahun 2013 sebesar 43%, maskapai Garuda Indonesia menyusul dengan tempat kedua sebesar 23%, di tempat ketiga terdapat maskapai Sriwijaya Air dengan presentase pangsa pasar sebesar 11,36%, disusul tempat keempat maskapai Citilink sebesar 7,05%, maskapai AirAsia Indonesia sebesar 3,99%, maskapai Merpati Nusantara sebesar 1,79%, maskapai TigerAir Mandala sebesar 1,05%, maskapai Trigana Air sebesar 6 1,06%, maskapai Batik Air sebesar 1,02%, maskapai Express Air sebesar 0,89%, maskapai Kalstar sebesar 0,83%, maskapai Sky Aviaton sebesar 0,46%, maskapai Susi Air sebesar 0,29%, maskapai Transnusa sebesar 0.25%, maskapai IAT sebesar 0,08%, maskapai Pelita Air sebesar 0,01% dan maskapai Travira Air sebesar 0,00%. Dapat dilihat pula bahwa lima besar pemain pangsa pasar penumpang di tahun 2013 adalah Lion Air, Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Citilink dan AirAsia Indonesia. Dilihat dari segi keselamatan menurut Hery Bhakti S Gumay Direktur Jenderal Perhubungan Udara KemenHub memaparkan bahwa jumlah kecelakaan pada tahun 2007 sebanyak enam kecelakaan. Turun menjadi tiga kecelakaan pada 2008 dan 2009 dan pada tahun 2010 sampai 2012 tercatat dua kecelakaan. Penurunan jumlah angka kecelakaan dalam tingkat keselamatan menunjukkan cukup baik. Namun Menteri Perhubungan EE menegaskan bahwa walaupun terjadi penurunan kecelakaan tetapi safety tetap hal utama yang harus dipikirkan. (Lampost, 2013)