<<

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

I BAB 2 I GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gambaran Umum kondisi daerah Kabupaten Lingga memberikan gambaran awal tentang kondisi daerah dan capaian pembangunan Kabupaten Lingga secara umum. Gambaran umum tersebut menjadi pijakan awal penyusunan rencana pembangunan 5 (lima) tahun kedepan melalui pemetaan secara objektif kondisi daerah dari aspek geografi dan demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Sebagaimana kita ketahui bersama, Kabupaten Lingga telah dikenal beberapa abad silam sebagai Kerajaan Melayu Lingga dan mendapat julukan “Negeri Bunda Tanah Melayu”. Pada kurun waktu 1722-1911, terdapat dua Kerajaan Melayu yang berkuasa dan berdaulat yaitu Kerajaan Riau Lingga yang pusat kerajaan dan Kerajaan Melayu Riau di Pulau Bintan. Sebelum ditandatanganinya Treaty of London, maka kedua Kerajaan Melayu tersebut dilebur menjadi satu sehingga kerajaan tersebut menjadi semakin kuat. Wilayah kekuasaannya pun tidak hanya terbatas di Kepulauan Riau saja, tetapi telah meliputi daerah Johor dan Malaka (Malaysia), Singapura, dan sebagian kecil wilayah Indragiri Hilir. Pusat kerajaan terletak di wilayah Pulau Penyengat dan menjadi terkenal di seluruh wilayah nusantara dan juga kawasan Sepenanjung Malaka. Setelah Sultan Riau meninggal pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda menempatkan amir-amirnya sebagai Districh Thoarden untuk daerah yang besar dan Onder Districh Thoarden untuk daerah yang agak kecil. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menyatukan wilayah Riau Lingga dengan Indragiri untuk dijadikan sebuah karesidenan yaitu: Afdelling yang meliputi Kepulauan Riau-Lingga, Indragiri Hilir, dan Kateman yang kedudukannya berada di wilayah Tanjungpinang dan sebagai penguasanya ditunjuk seorang Residen. Berdasarkan Surat Keputusan dari delegasi Republik (RI) maka Provinsi Sumatera Tengah pada tanggal 18 Mei 1950 menggabungkan diri ke dalam Republik Indonesia dan Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom Tingkat II yang dikepalai oleh Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi empat daerah kewedanan sebagai berikut:

II.1

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

1. Kewedanan Tanjungpinang meliputi wilayah Kecamatan Bintan Selatan (termasuk Kecamatan Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat, dan Tanjungpinang Timur sekarang). 2. Kewedanan Karimun meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur, dan Moro. 3. Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Kecamatan Singkep, dan Kecamatan Senayang. 4. Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2000, Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi 3 kabupaten yang terdiri dari: Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun dan Kabupaten Natuna. Wilayah Kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi 9 kecamatan saja,meliputi: Kecamatan Singkep, Kecamatan Lingga, Kecamatan Senayang, Kecamatan Teluk Bintan, Kecamatan Bintan Utara, Kecamatan Bintan Timur, Kecamatan Tambelan, Kecamatan Tanjungpinang Barat, dan Kecamatan Tanjungpinang Timur. Kemudian dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 5 tahun 2001, maka Kota Administratif Tanjungpinang berubah menjadi Kota Tanjungpinang yang mana statusnya sama dengan kabupaten yang membawahi Kecamatan Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur. Dengan demikian, maka Kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi Kecamatan Singkep, Lingga, Senayang, Teluk Bintan, Bintan Utara, Bintan Timur dan Tambelan.Pada akhir tahun 2003 dibentuklah Kabupaten Lingga sesuai dengan Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003, yang mana memiliki wilayah Kecamatan Singkep, Singkep Barat, Lingga, Lingga Utara dan Senayang.

2.1. Aspek Geografis dan Demografi Aspek geografi dan demografi merupakan salah satu aspek kondisi kewilayahan yang mutlak diperhatikan sebagai ruang dan subyek pembangunan. Aspek geografi memberikan gambaran mengenai karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah. Sedangkan gambaran kondisi demografi, antara lain mencakup perubahan penduduk, komposisi dan populasi masyarakat secara keseluruhan atau kelompok dalam waktu tertentu. Dari uraian ini diharapkan dapat terpetakan potensi dan permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan Kabupaten Lingga lima tahun kedepan.

II.2

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah Karateristik lokasi dan wilayah pada sub bab ini menjelaskan tentang luas dan batas wilayah serta letak dan kondisi geografis Kabupaten Lingga.

2.1.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau, Kabupaten Lingga mempunyai luas wilayah daratan dan lautan mencapai 211,772 km2 dengan luas daratan 2.117,72 km2 (1 %) dan lautan 209,654 km2 (99%). Kabupaten Lingga secara administrasi berbatasan dengan: Sebelah Utara : Kota dan laut Cina Selatan. Sebelah Selatan : Laut Bangka dan Selat Berhala. Sebelah Barat : Laut Indragiri Hilir. Sebelah Timur : Laut Cina Selatan.

Gambar. G-II.1 Peta Wilayah Kabupaten Lingga

II.3

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.1. Pembagian Dan Luas Wilayah Kabupaten Lingga

Banyaknya Luas Daratan No Kecamatan Kelurahan Desa Km2

1 Singkep Barat 1 11 337,10 2 Singkep 3 3 242,80 3 Singkep Selatan 0 3 138,80 4 Singkep Pesisir 0 6 110,30 5 Lingga 1 10 383,45 6 Selayar 0 4 84,86 7 Lingga Timur 0 6 141,20 8 Lingga Utara 1 11 283,21 9 Senayang 1 18 396,00 10 Posek 0 3 * Jumlah 7 75 2.177,72 Sumber : Lingga Dalam Angka 2015, Hasil Analisis ket :* data belum tersedia

Gambar. G-II.2 Luas Daratan Menurut Kecamatan di Kabupaten Lingga

Singkep Barat, Posek Singkep Singkep Selatan Singkep Pesisir Lingga Selayar Lingga Timur Lingga Utara Senayang

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2015

II.4

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Dari Kecamatan yang ada di Kabupaten Lingga, terluas adalah Kecamatan Senayang yaitu 396,00 km2 (18.7 % dari total luas daratan) yang terdiri dari 18 Desa dan 1 Kelurahan, kemudian Kecamatan Lingga yaitu 383,45 km2 (23% dari total luas daratan) yang terdiri dari 10 Desa dan 1 Kelurahan. Tabel. T-II.2. berikut ini menunjukkan jumlah Desa/Kelurahan yang ada dimasing-masing Kecamatan. Tabel. T-II.2. Desa/Kelurahan Yang Ada di Kabupaten Lingga

No Kecamatan Desa/Kelurahan 1 Singkep Barat Marok Tua Sungai Buluh Kuala Raya Bakong Tinjul Sungai Harapan Jagoh Sungai Raya Kel. Raya Bukit Belah Tanjung Irat Langkap 2 Singkep Dabo Batu Berdaun Dabo Lama Batu Kacang Tanjung Harapan Kel. Sungai Lumpur 3 Singkep Selatan Marok Kecil Berhala Resang 4 Singkep Pesisir Berindat Persing Sedamai Lanjut Kote Pelakak 5 Lingga Pekajang Kelumu Mepar Kelombok Merawang Daik Panggak Darat Panggak Laut Musai Mentuda Nerekeh 6 Selayar Selayar Penuba Pantai Harapan Penuba Timur 7 Lingga Timur Bukit Langkap Kerandin

II.5

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Kecamatan Desa/Kelurahan Pekaka Keton 8 Lingga Utara Sekanah Duara Resun Limbung Bukit Harapan Teluk Linau Pancur Rantau Panjang Sungai Besar Rusun Pesisir Belungkur 9 Senayang Mamut Senayang Rejai Pasir Panjang Temiang Pulau Medang Tanjung Kelit Batu Belubang Pulau Batang Mensanak Benan Tanjung Lipat Pena’ah Laboh Baran Cempa Tajur Biru Pulau Duyung Pulau Bukit 10 Kepulauan Posek Busung Panjang Suak Buaya Posek

Sumber: Bag. Pemerintahan, 2016

2.1.1.2. Letak dan Kondisi Geografis Secara Geografis Kabupaten Lingga terletak di antara 0° 00’ - 1° 00’ Lintang Selatan dan 103° 30’ - 105°00’ Bujur Timur. Berdasarkan RTRW Kabupaten Lingga 2011-2031, luas wilayah daratan dan lautan mencapai 45.667,56 km persegi dengan luas daratan 2.235,48 km persegi dan lautan 43.432,08 km persegi. Wilayahnya terdiri dari 604 buah pulau besar dan kecil. Tidak kurang dari 86 buah diantaranya sudah dihuni, sedangkan sisanya 518 buah walaupun belum berpenghuni sebagiannya sudah dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas kegiatan pertanian, khususnya pada usaha perkebunan.

II.6

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1.1.3. Topografi Jika dilihat dari topografinya, sebagian besar daerah di Kabupaten Lingga adalah berbukit-bukit. Berdasarkan data dari Badan Pertanahan Nasional (BPN), terdapat 73.947 ha yang berupa daerah berbukit-bukit, sementara daerah datarnya hanya sekitar 11.015 ha. Pada dasarnya, wilayah Kebupaten Lingga memiliki kemiringan yang ideal untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan, karena hampir mencapai 65 %, wilayah Kabupaten Lingga berada dalam kemiringan 0-2 %, disusul oleh wilayah dengan kemiringan di atas 40 % yaitu mencapai hampir 17 %.

Tabel. T-II.3. Tinggi Rata-Rata Dari Permukaan Laut Menurut Kecamatan Induk No Kecamatan Tinggi (m dpl)

1. Singkep Barat 0-415 2. Singkep 0-519 3. Lingga 0-1.272 4. Lingga Utara 0-800 5. Senayang 0-200

Sumber: Lingga Dalam Angka Tahun 2015.

Berdasarkan bentuk bentang alam dan sudut lerengnya, daerah penyelidikan dapat dibagi menjadi 6 (enam) satuan morfologi, yaitu: 1) Dataran Merupakan daerah dataran aluvial sungai dengan kemiringan lereng medan antara 0-5% (0-30), ketinggian wilayah antara 18-45 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi sangat rendah. Penyebaran satuan ini adalah di bagian timur daerah pemetaan, yaitu sekitar Kecamatan Senayang, Kecamatan Lingga Utara, dan sebagian di Kecamatan Singkep Barat. 2) Perbukitan berelief halus Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5-15% (3-80), ketinggian wilayah antara 45-144 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk ke dalam satuan morfologi ini mempunyai

II.7

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

tingkat erosi rendah. Penyebaran satuan ini antara lain menempati daerah sebagian di Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan Singkep. 3) Perbukitan berelief sedang Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sedang dengan kemiringan lereng medan 15-30% (8-170) dengan ketinggian wilayah 150-400 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah sampai menengah. Penyebaran satuan ini antara lain di daerah sekitar sebagian di Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan Singkep serta sebagian di Kecamatan Lingga. 4) Perbukitan berelief agak kasar Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang agak kasar dengan kemiringan lereng 30-50% (17-270), dengan ketinggian wilayah 200-550 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi menengah. Penyebaran satuan ini antara lain di daerah sekitar Kecamatan Singkep, dan sebagian kesil terdapat di Kecamatan Singkep Barat, Kecamatan Lingga dan Kecamatan Lingga Utara. 5) Perbukitan berelief kasar Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang kasar dengan kemiringan lereng 50-70% (27-360), dengan ketinggian wilayah 225-644 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi tinggi. Penyebaran satuan ini antara lain sebagian besar di Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara serta sebagian kecil di sekitar Kecamatan Singkep. 6) Perbukitan berelief sangat kasar sampai hampir tegak Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sangat kasar dengan kemiringan lereng lebih besar dari 70% (>360), dengan ketinggian wilayah 262-815 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi sangat tinggi, terutama erosi vertikalnya. Penyebaran satuan ini antara lain terdapat di sekitar di Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara serta sebagian kecil di sekitar Kecamatan Singkep.

II.8

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.4. Kelas Lereng Dengan Luas Penyebaran Di Kabupaten Lingga

0 - 2% 2 - 15% 15 - 40% > 40% Jumlah (Ha) No Kecamatan Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % 1 Singkep Barat 13,810.34 40.97 4,790.96 14.20 11,203.17 33.18 3,905.53 11.56 33,798.34 100 2 Singkep 31,250.60 63.53 13,696.30 27.81 3,726.88 7.56 516.22 1.05 49,288.90 100 3 Lingga 35,281.80 57.89 1,421.89 2.33 3,354.13 5.50 20,893.18 34.24 61,016.71 100 4 Lingga Utara 16,571.13 58.51 - - 1,478.35 5.21 10,271.52 36.19 28,384.72 100 5 Senayang 39,247.41 99.11 - - 352.59 0.89 - - 39,700.00 100 Jumlah 136,161.28 64.30 19,909.15 9.39 20,115.12 9.48 35,586.45 16.77 212,188.68 100 Sumber: Bakosurtanal dan Hasil Analisis, 2014

2.1.1.4. Geologi Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Lingga pada umumnya adalah podsolik merah kuning, litosol, dan organosol. Adapun lapisan tanahnya berstruktur remah sampai gumpal. Sedangkan lapisan bawahnya berselaput liat dan teguh. Sementara untuk jenis batu- batuannya, batuan Pluton Asam (Acid Pluton) yang berupa batuan sejenis granit tersebar pada kawasan Gunung Daik di bagian barat Pulau Lingga, selain itu terdapat juga batuan endapan dari Zaman Prateseiser yang tersebar di seluruh Pulau Lingga.

2.1.1.5. Hidrologi Pada umumnya sungai–sungai yang terdapat di Kabupaten Lingga yang berbukit- bukit, sehingga sangat banyak ditutupi oleh vegetasi hutan. Kedalaman dari permukaan air pada kawasan datar berkisar 2-3 meter. Sedangkan pada tempat yang berbukit-bukit antara 3 - 7 meter.

2.1.1.6. Klimatologi Kabupaten Lingga mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan rata- rata 146,4 mm sepanjang tahun 2014. Setiap bulannya curah hujan cenderung bervariasi. Sementara pada bulan desember merupakan bulan dengan curah hujan paling banyak. Berdasarkan data-data yang ada maka dapat diketahui bahwa iklim di daerah Lingga mempunyai sifat-sifat yaitu suhu rata-rata 26,8 ⁰C; kelembaban relatif rata-rata 84%; Kecepatan angin rata-rata 5 knot; tekanan udara rata-rata 1009,4 millibar; jumlah curah hujan rata-rata 13,5 mm/hari. Kabupaten Lingga dialiri oleh sungai-sungai yang menjadi

II.9

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH potensi sumber air bagi pemenuhan kebutuhan air baik bagi pertanian ataupun kegiatan yang lainnnya. Kabupaten Lingga mempunyai potensi air yang surplus sepanjang tahun, dengan jumlah curah hujan yang berkisar antara 2000-3500 mm/thn dengan kondisi air surplus maka potensi sumber daya air cukup besar yang dapat dimanfaatkan, berikut merupakan uraian potensi ketersediaan air lahan.

Tabel. T-II.5. Potensi Ketersediaan Air Lahan Di Pulau Kabupaten Lingga

Curah Hujan Air Tersedia Kondisi Air (mm/th) Nama Pulau (mm/th) (mm) Defisit Surplus Lingga 2600,7 64 0 968 Singkep 2600,7 82,2 0 968 Senayang 2600,7 62,7 0 968 Sumber: Hasil Analisis, 2014

2.1.1.7. Penggunaan Lahan Faktor-faktor yang merupakan daya dukung Kabupaten Lingga, dan yang menjadi potensi bagi pengembangannya telah diakomodasi kedalam dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031. Dokumen tersebut menjadi landasan bagi pengembangan wilayah Kabupaten Lingga, dimana, pengembangan daerah diarahkan untuk bisa lebih merata kesemua wilayah kabupaten. Potensi Pengembangan Kabupaten Lingga sebagaimana terdapat dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Lingga, pada bagian rencana pola ruang di Kabupaten Lingga terdiri dari rencana pola ruang darat dan pola ruang laut. Dengan memperhatikan ketentuan penyusunan pola ruang, kebijakan pola ruang nasional dan provinsi, kebijakan pembangunan daerah, kondisi objektif wilayah, daya tampung dan kebutuhan ruang untuk masa mendatang serta, perkembangan tata guna lahan dan kesesuaian lahan, maka dapat dirumuskan rencana pola ruang untuk Kabupaten Lingga sebagaimana diuraikan berikut ini:

1) Rencana Pola Ruang Darat a. Kawasan Lindung Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

II.10

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung yang akan dimantapkan di wilayah Kabupaten Lingga yang dinyatakan sebagai kawasan non-budidaya adalah kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, yaitu daerah-daerah yang memiliki kendala fisik tertentu seperti lereng curam, rawan banjir, rawan longsor dan erosi, kawasan bergambut, dan kedalaman efektif agak dangkal hingga dangkal. 1. Kawasan Hutan Lindung Kawasan hutan lindung adalah kawasan yang merupakan bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah . Kawasan hutan lindung di Kabupaten Lingga ditetapkan di: . kawasan hutan lindung Gunung Daik terletak di Kecamatan Lingga dengan luas kurang lebih 18.640 Ha . kawasan hutan lindung Gunung Muncung terletak di Kecamatan Singkep dengan luas kurang lebih 2.120 Ha. . kawasan hutan lindung sebagian Gunung Lanjut terletak di Kecamatan Singkep Pesisir dengan luas kurang lebih 3.190 Ha. . kawasan hutan lindung di Kecamatan Singkep Selatan dengan luas kurang lebih 430 Ha. . kawasan hutan lindung di Kecamatan Lingga Utara dengan luas kurang lebih 220 Ha. Total keseluruhan kawasan hutan lindung Kabupaten Lingga adalah kurang lebih 28.950 Ha.

2. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di Kabupaten Lingga berupa kawasan resapan air. Berdasarkan hasil analisis lahan maka rencana pengembangan kawasan resapan air kurang lebih seluas 5.520 Ha, dengan rincian sebagai berikut: . Kawasan resapan air di Kecamatan Lingga seluas kurang lebih 1.540 Ha.

II.11

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

. Kawasan resapan air di Kecamatan Lingga Utara seluas kurang lebih 250 Ha meliputi kawasan resapan air Bukit Raja dan Bukit Meninjau. . Kawasan resapan air Gunung Muncung di Kecamatan Singkep seluas kurang lebih 1.300 Ha. . Kawasan resapan air sebagian Gunung Lanjut seluas kurang lebih 890 Ha. . Kawasan resapan air di Kecamatan Singkep Selatan seluas kurang lebih 100 Ha. dan . Kawasan resapan air di Kecamatan Singkep Barat seluas kurang lebih 1.330 Ha meliputi kawasan resapan air Gunung Lanjut, Gunung Dadelang, dan Gunung Maninjang. . Kawasan resapan air di Kecamatan Selayar seluas kurang lebih 110.

3. Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Lingga meliputi kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan sungai, kawasan sepadan kolong, kawasan sekitar mata air, kawasan hutan kota, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan. Kawasan sempadan pantai : Kabupaten Lingga terdiri dari pulau-pulau kecil dan pantai. Garis pantai yang ada harus dipertahankan kondisinya terutama pada daerah-daerah rawan abrasi yang berhadapan langsung ke laut lepas atau kerusakan lingkungan akibat kegiatan manusia sehingga penetapan sempadan pantai menjadi sangat penting bagi kelestarian ekonsistem pantai dan laut. Sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi pantai, memiliki kriteria tertentu. Kawasan sempadan sungai : Kabupaten Lingga memiliki 25 sungai yang tersebar di 2 pulau yakni di Lingga dan Singkep. Sungai-sungai pada pulau-pulau tersebut perlu dilindungi dengan pembentukan sempadan sungai yang sesuai dengan kondisi fisiknya masing-masing. Berdasarkan Sistem DAS, Kabupaten Lingga terbagi menjadi DAS Daik, DAS Nerekeh, DAS Panggak, DAS Tanda, DAS Keton, DAS Sungai Pinang.

II.12

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Kawasan sepadan kolong : Penetapan kawasan sempadan kolong bertujuan untuk melindungi sumber air baku dari kegiatan manusia yang mengganggu dan merusak kualitas air, kondisi fisik pinggir kolong dan dasar kolong. Di Pulau Singkep terdapat banyak kolong yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber air baku bagi pelayanan kebutuhan air minum. Kawasan sekitar mata air : Tujuan penetapan ruang sempadan mata air adalah untuk melindungi mata air atau sumber air baku dari kegiatan manusia yang mengganggu dan merusak kualitas air, kondisi fisik mata air di Kabupaten Lingga terdapat sumber mata air yang menjadi air baku bagi kebutuhan air bersih yang terdapat di: . Kecamatan Singkep Pesisir di Desa Kote. . Kecamatan Singkep Selatan di Desa Marok Kecil. . Kecamatan Lingga di Desa Merawang. . Kecamatan Lingga Barat di Desa Penuba. . Kecamatan Lingga Timur di Desa Keton, Desa Sungai Pinang, dan Desa Kudung. . Kecamatan Lingga Utara di Desa Bukit Harapan, Desa Resun, Desa Limbung, dan Desa Teluk. Kawasan hutan kota : Kawasan hutan Kota di Kabupaten Lingga akan dikembangkan sebagai Kebun Raya Kabupaten Lingga. Kebun Raya ini akan dikembangkan di Kecamatan Lingga di sekitar kawasan pusat pemerintahan Kabupetan Lingga dan Hutan Lindung Gunung Daik dengan luas 1.010 Ha. Selain itu, hutan kota juga akan dikembangkan di Kecamatan Singkep dengan luas kurang lebih 80 Ha dan Kecamatan Singkep Pesisir dengan luas kurang lebih 230 Ha. Total luas kawasan Hutan kota yang akan dikembangkan di Kabupaten Lingga direncanakan seluas 1.320 Ha. Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan: Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan dikembangkan sebagaimana tertuang dalam amanat Undang-undang penataan ruang bahwa 30 % dari luas kawasan permukiman perkotaan akan dikembangkan sebagai RTH yang terdiri dari 20 % RTH Publik dan 10% RTH privat.

II.13

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

4. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Lingga meliputi Kawasan Pantai Berhutan Bakau dan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan. Kawasan Pantai Berhutan Bakau: Ekosistem hutan bakau merupakan salah satu ekosistem yang dominan dan memiliki peranan yang penting mengingat fungsinya sebagai penjaga kestabilan sumberdaya hayati di wilayah peisisir. Kawasan ini berperan dalam pengasuhan dan pemijahan aneka biota laut, melindungi pantai dari sedimentasi, dan penyerap bahan tercemar. Sebagian dari hutan bakau di Kabupaten Lingga tersebut diarahkan untuk dimasukkan dalam kategori Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas dan fungsi pariwisata alam. Alokasi hutan bakau yang ada di Kabupaten Lingga adalah:  Pulau Lingga: (a) Pesisir Barat Tanjung Menagun Kecamatan Lingga. Fungsi dan pemanfaatan: hutan konservasi dan pariwisata, (b) Teluk Pancur, Kecamatan Lingga Utara. Fungsi dan pemanfaatan: hutan konservasi, perlindungan setempat lokasi bendungan, dan pariwisata, dan (c) Teluk Tengkis, Kecamatan Lingga dan Lingga Utara. Fungsi dan pemanfaatan: hutan konservasi dan pariwisata.  Pulau Singkep: (a) Pesisir Barat Selat Sebayur Kecamatan Singkep Barat. Fungsi dan pemanfaatan: hutan konservasi, perlindungan setempat lokasi bendungan, dan pariwisata, (b) Pesisir Barat Genting-Panggak-Ponok Kecamatan Singkep Barat. Fungsi dan pemanfaatan: hutan konservasi, perlindungan setempat lokasi bendungan, dan pariwisata, (c) Pesisir Teluk Baruk Kecamatan Singkep Barat. Fungsi dan pemanfaatan: hutan konservasi, perlindungan setempat lokasi bendungan, dan pariwisata, dan (d) Hutan bakau yang terdapat di Pulau Singkep merupakan Hutan Tanaman Rakyat.  Pulau-pulau lainnya: (a) Pulau Bakung Kecamatan Senayang. Fungsi dan pemanfaatan: hutan konservasi, perlindungan setempat lokasi bendungan, dan pariwisata, (b) Pesisir Pulau Sebangka Kecamatan Senayang. Fungsi dan pemanfaatan: hutan konservasi, perlindungan setempat lokasi bendungan dan pariwisata, dan (c) Pulau-Pulau kecil lainnya fungsi dan pemanfaatan hutan konservasi, perlindungan setempat lokasi bendungan dan pariwisata.

II.14

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Kawasan cagar alam budaya dan ilmu pengetahuan adalah kawasan dimana lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas. Tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Termasuk dalam kawasan ini adalah kawasan peninggalan sejarah dan budaya serta perkampungan tua, antara lain kawasan sejarah Melayu di Daik Lingga. Berdasarkan kondisi eksisting terdapat situs peninggalan sejarah yang ditetapkan sebagai kawasan lindung cagar budaya adalah: (1) Kawasan Damnah Kecamatan Lingga seluas kurang lebih 126 Ha dan (2) Kawasan Pulau Mepar Kecamatan Lingga seluas kurang lebih 7 Ha. Selain itu juga, di Kabupaten Lingga terdapat kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang lainnya, yaitu kawasan lindung budaya Komunitas Adat Terpencil (KAT). Komunitas Adat Terpencil (KAT) ini terdapat di: (a) KAT di Kecamatan Senayang meliputi Kelurahan Senayang (Pulau Akat, Pulau Kongki, Pulau Buluh, Dusun Ponggok, Pulau Mensemut, dan Ujung Beting) Desa Temiang (Dusun Lemoi, Pulau Senang, dan Pasir Gajah), Desa Tanjung Kelit (Dusun Linau, Dusun Air Batu, Pulau Mengkuang, dan Dusun Kerakap), Desa Pulau Medang (Dusun Terikeh), Desa Pasir Panjang. (b) KAT di Kecamatan Lingga Utara di Kelurahan Pancur, Desa Teluk, dan Desa Limbung, (c) KAT di Kecamatan Selayar terdapat di Desa Penuba (Pulau Lipan), (d) KAT di Kecamatan Lingga terdapat di Desa Kelumu dan Desa Mentuda dan (e) KAT di Kecamatan Singkep Barat terdapat di Desa Sungai Buluh.

5. Kawasan Rawan Bencana Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi geoligi dan morfologi ruang, kawasan rawan bencana di Kabupaten Lingga meliputi:  Kawasan Rawan Bencana Gerakan Tanah dan Tanah Longsor. Kawasan rawan bencana gerakan tanah dan longsor yang teridentifikasi di Kabupaten Lingga adalah : (a) Kecamatan Lingga di sekitar Desa Kelumu, Desa Mentuda, Desa Panggak Darat, Desa Mepar, Desa Merawang, dan Kelurahan

II.15

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Daik, (b) Kecamatan Lingga Timur di sekitar Desa Pekaka, (c) Kecamatan Lingga Utara di sekitar Desa Bukit Harapan, Desa Resun, Desa Linau, dan Desa Limbung, dan (d) Kecamatan Senayang di sekitar Desa Cempa, Desa Laboh, dan Kelurahan Senayang.  Kawasan Rawan Bencana Banjir Kawasan rawan bencana banjir yang teridentifikasi di Kabupaten Lingga adalah (a) Kawasan rawan bencana banjir Kelurahan Daik, Desa Merawang, Desa Nerekeh, Desa Panggak Laut, dan Desa Musai terletak di Kecamatan Lingga, (b) Kawasan rawan bencana banjir Kelurahan Dabo dan Kelurahan Dabo Lama terletak di Kecamatan Singkep, (c) Kawasan rawan bencana banjir Resun, Sungai Besar dan sekitarnya terletak di Kecamatan Lingga Utara, dan (d) Kawasan rawan bencana banjir Desa Sungai Raya terletak di Kecamatan Singkep Barat.  Kawasan Rawan Bencana Gelombang Pasang dan Abrasi Kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi pantai yang teridentifikasi di Kabupaten Lingga adalah (a) Kawasan pesisir dan sepanjang pantai Desa Tanjung Harapan – Dabo Lama – Desa Batu Berdaun, (b) Kawasan pesisir dan sepanjang pantai Desa Berindat – Desa Persing - Desa Lanjut – Desa Sedamai – Desa Kote – Desa Pelakak terletak di Kecamatan Singkep Pesisir , (c) Kawasan pesisir dan sepanjang pantai di Kecamatan Senayang dan (d) Kawasan pesisir dan sepanjang pantai di kecamatan Lingga Utara ( pesisir dan sepanjang pantai desa Teregeh, Sasah, Tanjung Awak dan Sungai Nona).

6. Kawasan Lindung Lainnya Kawasan lindung lainnya sebagaimana arahan dalam RTRW Provinsi Kepulauan Riau, antara lain kawasan terumbu karang dan pulau-pulau yang memiliki luas sangat kecil. Kawasan lindung pulau-pulau kecil direncanakan di Kabupaten Lingga seluas lebih kurang 950 Ha.

II.16

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH b. Kawasan Budidaya 1. Kawasan Hutan Produksi Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan memiliki fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Kawasan ini di Kabupaten Lingga terdiri dari Hutan produksi terbatas dan Hutan produksi terbatas yang dapat dikonversi. Areal hutan produksi terbatas di Kabupaten Lingga direncanakan seluas kurang lebih 18.340 Ha dengan rincian sebagai berikut:  Kecamatan Singkep dengan luas kurang lebih 1.130 ha,  Kecamatan Singkep Pesisir dengan luas + 580 ha,  Kecamatan Singkep Selatan dengan luas + 250 ha,  Kecamatan Lingga dengan luas + 1.770 ha,  Kecamatan Lingga Timur dengan luas + 20 ha,  Kecamatan Selayar dengan luas + 20 ha,  Kecamatan Lingga Utara dengan luas + 4.690 ha,  Kecamatan Senayang dengan luas + 8.880 ha.  Kecamatan Singkep Barat dengan luas + 1.000 ha. Sedangkan areal hutan produksi yang dapat dikonversi di Kabupaten Lingga, direncanakan seluas kurang lebih 4.120 Ha dengan rincian sebagai berikut:  Kecamatan Lingga Timur dengan luas + 860 Ha  Kecamatan Lingga Utara dengan luas + 2.830 Ha,  Kecamatan Senayang dengan luas + 430 Ha.

2. Kawasan Hutan Rakyat Kawasan hutan rakyat berfungsi dalam menanggulangi lahan kritis, konservasi lahan, perlindungan hutan, juga sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan dengan memperdayakan masyarakat setempat. Berdasarkan usulan paduserasi Provinsi Kepulauan Riau dan hasil analisis kesesuaian lahan, Hutan Rakyat (HTR) di Kabupaten Lingga akan dikembangkan dengan luas kurang lebih 9.320 Ha dengan rincian penyebaran sebagai berikut:  Kecamatan Lingga dengan luas + 1.420 Ha;  Kecamatan Lingga Timur dengan luas + 1.120 Ha;

II.17

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

 Kecamatan Selayar dengan luas + 50 Ha;  Kecamatan Lingga Utara dengan luas + 390 Ha;  Kecamatan Senayang dengan luas + 2.500 Ha;  Kecamatan Singkep Selatan dengan luas + 160 Ha;  Kecamatan Singkep Barat dengan luas + 3.680 Ha.

3. Kawasan Peruntukan Pertanian (a) Kawasan Peruntukan Pertanian Tanaman Pangan Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Lingga direncanakan seluas 6.250 Ha, meliputi:  Kecamatan Lingga seluas + 1.390 Ha.  Kecamatan Lingga Timur seluas + 1.790 Ha  Kecamatan Lingga Utara seluas + 710 Ha  Kecamatan Singkep Barat seluas + 2.360 Ha (b) Kawasan Peruntukan Hortikultura Pengembangan kawasan pertanian hortikultura di Kabupaten Lingga direncanakan seluas kurang lebih 1.680 Ha dengan rincian sebagai berikut:  Kecamatan Lingga Utara di Belungkur – Tebing – Sambau – Sungai Nona – Tengkis seluas + 640 Ha.  Kecamatan Lingga seluas + 90 Ha.  Kecamatan Lingga Timur di Kudung- Sungai Pinang seluas + 210 Ha.  Singkep Barat seluas + 740 Ha. (c) Kawasan Peruntukan Perkebunan Rencana pengembangan kawasan perkebunan di Kabupaten Lingga meliputi areal seluas kurang lebih 121.720 Ha yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Prioritas pengembangan kawasan perkebunan di masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut:  Kecamatan Singkep Barat dikembangkan untuk perkebunan dengan komoditas utama adalah Karet, Kelapa, Lada, dan Gaharu dengan luas lahan + 30.390 Ha.

II.18

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

 Kecamatan Singkep dikembangkan untuk perkebunan dengan komoditas utama adalah karet dan kelapa, dengan luas lahan + 5.910 Ha.  Kecamatan Singkep Pesisir dikembangkan untuk perkebunan dengan komoditas utama adalah karet, dengan laus lahan + 3.900 Ha.  Kecamatan Singkep Selatan dikembangkan untuk perkebunan dengan komoditas utama adalah karet dan kelapa seluas + 12.220 Ha.  Kecamatan Lingga dikembangkan untuk perkebunan dengan luas + 9.270 Ha.  Kecamatan Lingga Timur (Kudung – Sungai Pinang) dikembangkan untuk perkebunan dengan komoditas utama adalah karet dan sagu seluas + 6.190 Ha.  Kecamatan Lingga Utara dikembangkan untuk perkebunan dengan komoditas utama adalah karet seluas + 23.170 Ha.  Kecamatan Selayar dikembangkan untuk perkebunan dengan komoditas utama karet seluas + 3.350 Ha.  Kecamatan Senayang (Pulau Sebangka - Pulau Bakung – Pulau Temiang) dikembangkan untuk perkebunan dengan komoditas utama adalah karet dan kelapa dengan luas lahan + 27.320 Ha. (d) Kawasan Peruntukan Peternakan Pengembangan Kawasan peternakan dibagi berdasarkan peruntukan skala agribisnis dan skala peternakan rakyat (backyard farming). Rencana pengembangan kawasan peternakan berskala agribisnis di Kecamatan Senayang (Pulau Buaya dan Pulau Mabong) yang akan didorong sebagai kawasan peternakan terpadu (KUNAK) dan akan dilengkapi dengan sarana- prasarana pendukung pengembangan peternakan. Kawasan peternakan yang dialokasikan di Kabupaten Lingga secara keseluruhan adalah seluas kurang lebih 2.990 Ha dengan pola penyebaran sebagai berikut:  Kecamatan Lingga Utara dikembangkan untuk peternakan seluas + 30 Ha, dengan komoditas ternak sapi dan kambing.  Kecamatan Senayang dikembangkan untuk peternakan seluas + 1.960 Ha, dengan komoditas ternak sapi dan kambing.

II.19

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

 Kecamatan Singkep Barat dikembangkan untuk peternakan seluas + 370 Ha, dengan komoditas sapi, kambing, ayam kampung, dan ayam ras.  Kecamatan Singkep Selatan dikembangkan untuk peternakan seluas + 630 Ha, dengan komoditas sapi, ayam ras, dan kambing.

4. Kawasan Peruntukan Perikanan Kawasan peruntukan perikanan darat di Kabupaten Lingga berupa kawasan peruntukan perikanan budidaya (tambak/air tawar) dan kawasan peruntukan pengembangan pelabuhan perikanan berupa Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). (a) Kawasan Peruntukan Perikanan Budidaya Tambak/Air Tawar Rencana pengembangan kawasan perikanan budidaya tambak/air tawar di Kabupaten Lingga direncanakan seluas kurang lebih 3.130 Ha dengan rincian sebagai berikut:  Kecamatan Lingga Timur seluas + 620 Ha.  Kecamatan Selayar seluas + 170 Ha  Kecamatan Lingga Utara seluas + 90 Ha  Kecamatan Senayang seluas + 50 Ha  Kecamatan Singkep Barat seluas + 1.590 Ha  Kecamatan Singkep Selatan seluas + 610 Ha (b) Kawasan Peruntukan Pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan ( PPI ) Rencana pengembangan pelabuhan perikanan di Kabupaten Lingga berdasarkan arahan dari RTRW Provinsi Kepulauan Riau adalah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) melayani kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT dan menampung 20 buah kapal atau 60 GT kapal perikanan sekaligus. Sesuai dengan arahan Kementerian Kelautan, rencana pengembangan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) terletak di:  Tajur Biru Kecamatan Senayang  Rejai Kecamatan Senayang  Senayang Kecamatan Senayang  Singkep Kecamatan Singkep  Penuba Kecamatan Selayar

II.20

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

 Pulau Mas Kecamatan Singkep Barat  Desa Teluk Kecamatan Lingga Utara

5. Kawasan Peruntukan Industri Pengembangan kawasan industri di Kabupaten Lingga diintegrasikan dengan rencana pengembangan pelabuhan serta mempertimbangkan ketersediaan bahan baku yang ada di Kabupaten Lingga. Rencana pengembangan kawasan industri di Kabupaten Lingga meliputi kawasan industri besar, kawasan industri kecil dan kawasan industri mikro seluas kurang lebih 460 Ha dengan penyebaran sebagai berikut. (a) Kawasan industri besar meliputi :  Kawasan industri Sungai Tenam di Kecamatan Lingga seluas kurang lebih 160 Ha yang terintegrasi dengan pergudangan dan pelabuhan Sungai Tenam.  Kawasan industri Marok Tua Kecamatan Singkep Barat seluas kurang lebih 300 Ha yang terintegrasi dengan pergudangan dan pelabuhan Marok Tua sebagai pintu/gate sumatera (). (b) Kawasan industri kecil berupa industri sagu di Kecamatan Lingga, Kecamatan Lingga Timur, dan Kecamatan Lingga Utara. (c) Kawasan industri mikro berupa industri rumah tangga yang tersebar di lingkungan permukiman di Kecamatan Lingga, Kecamatan Lingga Timur, Kecamatan Selayar, Kecamatan Lingga Utara, Kecamatan Singkep, Kecamatan Singkep Pesisir, Kecamatan Singkep Selatan, Kecamatan Singkep Barat, dan Kecamatan Senayang.

6. Kawasan Peruntukan Pariwisata Luas kawasan pariwisata yang akan dikembangkan untuk mendukung struktur perekonomian Kabupaten Lingga pada masa yang akan datang kurang lebih seluas 3.050 Ha dengan rincian sebagai berikut:  Kecamatan Singkep seluas + 270 Ha  Kecamatan Singkep Pesisir seluas + 220 Ha.  Kecamatan Singkep Barat seluas + 50 Ha

II.21

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

 Kecamatan Singkep Selatan seluas + 30 Ha  Kecamatan Lingga seluas + 750 Ha  Kecamatan Lingga Timur seluas + 50 Ha.  Kecamatan Lingga Utara seluas + 270 Ha  Kecamatan Selayar seluas + 40 Ha  Kecamatan Senayang seluas + 1370 Ha

7. Kawasan Peruntukan Permukiman Kawasan Permukiman merupakan kawasan yang diperuntukan bagi permukiman penduduk diluar kawasan lindung yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal masyarakat yang berada di wilayah perkotaan dan perdesaan. Pengembangan kawasan permukiman direncanakan seluas kurang lebih 14.320 Ha, meliputi: (a) Kawasan Permukiman Perkotaan Pengembangan kawasan permukiman perkotaan di wilayah Kabupaten Lingga sampai dengan akhir tahun perencanaan seluas kurang lebih 7.790 Ha yang tersebar di wilayah Kecamatan Lingga, Lingga Timur, Kecamatan Lingga Utara, Kecamatan Singkep, Kecamatan Singkep Pesisir, Kecamatan Singkep Barat, dan Kecamatan Senayang, dengan rincian sebagai berikut:  Rencana permukiman perkotaan Daik dan Kota Baru Sungai Tenam terletak di Kecamatan Lingga seluas + 3.330 Ha.  Rencana permukiman perkotaan Sungai Pinang terletak di Kecamatan Lingga Timur seluas + 290 Ha.  Rencana permukiman perkotaan Dabo terletak di Kecamatan Singkep seluas + 2.730 Ha.  Rencana permukiman perkotaan Lanjut di Kecamatan Singkep Pesisir seluas + 140 Ha.  Rencana permukiman perkotaan Pancur terletak di Kecamatan Lingga Utara seluas + 410 Ha.  Rencana permukiman perkotaan Senayang dan Rejai terletak di Kecamatan Senayang seluas + 760 Ha.

II.22

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

 Rencana permukiman perkotaan Marok Tua terletak di Kecamatan Singkep Barat seluas + 130 Ha. (b) Kawasan Permukiman Pedesaan Pengembangan permukiman pedesaan di Kabupaten Lingga sampai dengan akhir tahun perencanaan dikembangkan seluas kurang lebih 6.530 Ha yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Penyebaran permukiman pedesaan direncanakan sebagai berikut:  Kecamatan Lingga: Desa Pekajang, Desa Kelumu, Desa Mepar, Desa Mentuda, Desa Kelombok, dan Desa Musai dengan luas + 300 Ha.  Kecamatan Lingga Timur: Desa Kerandin, Desa Pekaka, Desa Keton, Desa Bukit Langkap dan Desa Kudung dengan luas + 640 Ha.  Kecamatan Lingga Utara: Desa Sekanah, Desa Limbung, Desa Resun, Desa Bukit Harapan, Desa Linau dan Desa Teluk dengan luas + 1.270 Ha.  Kecamatan Selayar: Desa Penuba, Desa Selayar, Desa Pantai Harapan dan Desa Penuba Timur dengan luas + 420 Ha.  Kecamatan Singkep: Desa Batu Berdaun dengan luas + 110 Ha.  Kecamatan Singkep Pesisir: Desa Berindat, Desa Persing, Desa Lanjut, Desa Kote, dan Desa Sedamai dengan luas + 490 Ha.  Kecamatan Singkep Selatan: Desa Marok Kecil dan Desa Berhala dengan luas + 400 Ha.  Kecamatan Singkep Barat: Desa Marok Tua, Desa Sungai Buluh, Desa Kuala Raya, Desa Bakong, Desa Posek, Desa Jagoh dan Desa Sungai Raya dengan luas + 1.680 Ha.  Kecamatan Senayang: Desa Mamut, Desa Rejai, Desa Pasir Panjang, Desa Temiang, Desa Pulau Medang, Desa Tanjung Kelit, Desa Batu Belubang, Desa Pulau Batang, Desa Mesanak, dan Desa Benan dengan luas kurang lebih 1.220 Ha.

8. Kawasan Peruntukan Lainnya Kawasan lainnya adalah kawasan yang peruntukan dan pemanfaatan ruangnya disebutkan dalam Permen Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan

II.23

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah berupa: Kawasan Pertahanan dan Kawasan Pusat Pemerintahan. (a) Kawasan Pusat Pemerintahan Pengembangan perkantoran pemerintah di Kabupaten Lingga dikembangkan di Daik dengan luas lahan kurang lebih 121 Ha. Kantor-kantor pemerintah yang saat ini berada tersebar di berbagai lokasi, secara bertahap akan dipindahkan ke Kawasan Perkantoran Pemerintah di bukit Kanti dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat secara terintegrasi, efektif dan efisien. Kantor-kantor pada lokasi di luar Kawasan Perkantoran Pemerintahan masih dimungkinkan karena pertimbangan tertentu, misalnya terkait dengan bidang kelautan dan perikanan, atau bidang- bidang lainnya, sejauh tidak berada pada kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan Lindung dan/atau kawasan rawan bencana. (b) Kawasan Pertahanan dan Keamanan Kawasan militer Lanal merupakan kawasan khusus untuk kepentingan pertahanan dan keamanan karena didalamnya terdapat berbagai instalasi penting. Dengan demikian, maka kawasan ini perlu ditetapkan sebagai kawasan khusus. Adapun kawasan pertahanan negara di Kabupaten Lingga meliputi:  Lanal terletak di Kecamatan Singkep dengan luas lahan kurang lebih 3 Ha;  Polres terletak di Kecamatan Singkep dengan luas kurang lebih 2 Ha; dan  Kodim terletak di Kecamatan Lingga dengan luas kurang lebih 2 Ha. (c) Kawasan Potensi Pertambangan Kawasan potensi tambang merupakan lahan yang diindikasikan memiliki kandungan sumber daya tambang migas, mineral logam , mineral bukan logam dan batuan. Kabupaten Lingga memiliki potensi sumber daya tambang mineral bukan logam dan batuan yang tersebar di setiap kecamatan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bahan bangunan di Kabupaten.

2) Rencana Pola Ruang Laut Pengelolaan wilayah laut tidak disajikan pada bagian ini sebab masih berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang

II.24

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Wilayah Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031, dimana pengelolaan kawasan 0 (nol) sampai dengan 4 (empat) mil laut merupakan wewenang kabupaten/kota, 4 (empat) sampai dengan 12 (dua belas) mil laut menjadi kewenangan provinsi dan diatas 12 (dua belas) mil laut merupakan kewenangan pemerintah pusat. Dengan demikian belum berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa pengelolaan kawasan laut mulai dari 0 sampai 12 mil merupakan kewenangan provinsi dan diatas 12 mil merupakan kewenangan pemerintah pusat.

Berikut ini disajikan peta pola dan struktur ruang Kabupaten Lingga berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031 untuk melengkapi penjelasan rencana pemanfaatan ruang. Gambar. G-II.3 Peta Pola Ruang Kabupaten Lingga

Sumber : RTRW Kab. Lingga, 2011-2031

II.25

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Sedangkan Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Lingga meliputi rencana sistem pusat kegiatan, dan rencana sistem jaringan prasarana wilayah. Rencana pusat kegiatan terdiri dari sistem perkotaan dan sistem perdesaan. Sedangkan sistem jaringan prasarana wilayah terdiri dari (i) Sistem prasarana utama yang meliputi jaringan transportasi darat, laut dan udara; (ii) Sistem prasarana lainnya yang meliputi rencana sistem jaringan energi, rencana sistem jaringan telekomunikasi, rencana sistem jaringan sumber daya air, dan rencana sistem jaringan prasarana lainnya. Adapun peta struktur ruang Kabupaten Lingga terlihat sebagai berikut:

Gambar. G-II.4 Peta Struktur Ruang Kabupaten Lingga

Sumber : RTRW Kab. Lingga 2011-2031

1) Rencana Sistem Pusat Kegiatan Wilayah Kabupaten Lingga 1.1) Rencana Sistem Perkotaan A. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

II.26

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah di Kabupaten Lingga dilakukan dengan merujuk pada rencana sistem perkotaan nasional yang tertuang didalam RTRWN. Dalam sistem perkotaan nasional Daik Lingga dan Dabo Pulau Singkep ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) tahap pengembangan ke II dengan mendorong pengembangan kota-kota sentra produksi. Berkaitan dengan hal tersebut maka peran kedua kawasan perkotaan tersebut diharapkan dapat berperan:  Sebagai simpul kedua kegiatan ekspor–impor yang mendukung PKN di Batam;  Sebagai pusat kegiatan industri dan jasa serta pusat pengolahan/ pengumpulan barang di wilayahkabupaten dan sekitarnya dan/ atau melayani skala Provinsi Kepulauan Riau;  Sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten di sekitarnya.

B. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal merujuk pada sistem perkotaan yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi Kepulauan Riau.Dalam sistem perkotaan wilayah Provinsi Kepulauan Riau, Senayang dan Pancur (Lingga Utara) ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL).Dengan demikian diharapkan kedua kawasan perkotaan tersebut dapat berperan sebagai:  Pusat pelayanan keuangan beberapa kecamatandi wilayah Kabupaten Lingga.  Pusat pengolahan/pengumpulan barang beberapa kecamatandi wilayah Kabupaten Lingga.  Simpul transportasi beberapa kecamatandi wilayah Kabupaten Lingga.  Jasa pemerintahan beberapa kecamatandi wilayah Kabupaten Lingga.

C. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Untuk menetapkan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) diKabupaten Lingga, hal-hal yang mendasari antara lain Mempertimbangkan arahan PKW dan PKL sebagaimana tersebut diatas, sehingga penetapan PPK dapat mendukung pengembangan PKL maupun PKW yang sudah ditetapkan dalam rencana sistem perkotaan Nasional maupun sistem perkotaan di tingkat Provinsi. Dengan memperhatikan arahan PKW dan PKL sebagaimana tertuang didalam RTRWN dan RTRW Provinsi Kepulauan Riau, maka pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan

II.27

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH diharapkan dapat mendukung pengembangan PKL di Senayang dan Pancur.Selain itu, pengembangan PPK khususnya di Pulau Singkep dan Pulau Lingga, diharapkan dapat menjadi pendukung pengembangan PKW di Dabo dan Daik. Berkaitan dengan beberapa hal tersebut diatas, maka Pusat Pelayanan Kawasanmerupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa dan juga mendukung pengembangan Pusat Kegiatan Lokal direncanakan sebagai berikut: 1. PPK Pulau Rejai (Kecamatan Senayang) Pengembangan Pulau Rejai diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan di bagian utara wilayah Kabupaten Lingga khususnya pada pusat pengembangan pulau-pulau kecil yang berbasis pada kelautan (wisata bahari, perikanan, pertanian). 2. PPK Sungai Tenam (Kecamatan Lingga) Keberadaan pelabuhan Sungai Tenam diharapkan dapat menjadi simpul transportasi yang menghubungkan pulau-pulau kecil di bagian utara wilayah Kabupaten Lingga dengan Pulau Lingga maupun Pulau Singkep. Dengan demikian, diharapkan pada simpul transportasi tersebut tumbuh perkotaan yang dapat menjadi Pusat Pelayanan Kawasan di wilayah sekitarnya yang berbasis pada pengembangan perdagangan jasa, pergudangan industri maritim, dan pemukiman baru. 3. PPK Marok Tua (Kecamatan Singkep Barat) Pengembangan Marok Tua sebagai Pusat Pelayanan Kawasan diharapkan dapat memperkecil kesenjangan pengembangan wilayah barat dan wilayah timur Pulau Singkep. Pengembangan Marok Tua diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kawasan dengan basis pengembangan sektor perkebunan, pertambangan, dan perikanan. Selain itu, pengembangan MarokTua juga dipersiapkan untuk mendorong pengembangan transportasi ke Provinsi Jambi. 4. PPK Sungai Pinang (Kecamatan Lingga Timur) Pengembangan Sungai Pinang sebagai Pusat Pelayanan Kawasan diharapkan dapat memperkecil kesenjangan pengembangan wilayah timur Pulau Lingga. Pengembangan Sungai Pinang diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kawasan dengan basis pengembangan sektor perkebunan dan perikanan.

II.28

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

1.2) Rencana Sistem Perdesaan Rencana sistem perdesaan di wilayah Kabupaten Lingga merupakan penetapan Pusat Pelayanan Lingkungan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) dikembangkan untuk mendukung pengembangan PPK yang ada di Kabupaten Lingga. 1) Pusat Pelayanan Lingkungan yang mendukung pengembangan PPK Pulau Rejai adalah sebagai berikut:

a. PPL Cempaterletak di Kecamatan Senayang.

b. PPL Tajur Biru (PulauTemiang) terletak diKecamatan Senayang.

c. PPL Pulau Benan (pendukung pelayanan wisata) terletak di Kecamatan Senayang.

2) Pusat Pelayanan Lingkungan yang akan dikembangkan untuk mendukung pengembangan PPK Sungai Tenam adalah: a. PPL Penarik terletak di Kecamatan Lingga.

b. PPL Centeng (pelayanan wisata,agropolitan) terletak di Kecamatan Lingga Utara.

c. PPL Penuba (pelayanan perikanan)terletak di KecamatanSelayar. 3) Pusat Pelayanan Lingkungan yang akan dikembangkan untuk mendukung pengembangan PPK Marok Tua adalah: a. PPL Kuala Rayaterletak di Kecamatan Singkep Barat.

b. PPL Jagoh terletak di Kecamatan Singkep Barat.

c. PPL Resang terletak di Kecamatan Singkep Selatan.

d. PPL Pulau Mas terletak di Kecamatan Singkep Barat.

e. PPL Lanjut terletak di Kecamatan Singkep Pesisir. 4) Pusat Pelayanan Lingkungan yang akan dikembangkan untuk mendukung pengembangan PPK Sungai Pinang adalah PPL Centeng di Kecamatan Lingga Utara.

2) Rencana Sistem Pusat Kegiatan Wilayah Kabupaten Lingga 2.1) Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama Sistem jaringan prasarana utama merupakan pengembangan jaringan transportasiyeng meliputi sistem jaringan transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara. Pengembangan jaringan transportasi di Kabupaten Lingga menjadi sangat penting dalam

II.29

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH upaya untuk mengembangkan wilayah kepulauan yang terdiri dari lautan dan daratan berupa pulau-pulau kecil dengan daya dukung terbatas. Faktor yang memegang peranan penting dalam perencanaan transportasi adalah unsur yang mempengaruhi pola pergerakan penduduk yaitu sistem kegiatan penduduk. Pengembangan sistem jaringan transportasi diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas penduduk, pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi terhadap pusat-pusat kegiatan dan pusat-pusat pelayanan, baik yang berada di dalam maupun di luar wilayah Kabupaten Lingga yang dilakukan dengan cara meningkatkan dan mengembangkan prasarana dan sarana transportasi darat, laut, dan udara. Sistem jaringan transportasi Kabupaten Lingga yang direncanakan mencakup Sistem Jaringan Transportasi Darat, Sistem Jaringan Transportasi Udara dan Sistem Jaringan Transportasi Laut. Ketiga sistem jaringan tersebut akan menentukan struktur ruang wilayah Kabupaten Lingga sampai tahun 2030, karena faktor yang paling menentukan dalam pembentukan struktur wilayah Kabupaten Lingga yang berupa kepulauan adalah jaringan transportasi, khususnya jaringan transportasi laut dan transportasi darat. Secara mendetail sistem jaringan transportasi dapat dilihat pada bab 3 RTRW Kabupaten Lingga pada Struktur Ruang.

2.2) Rencana Sistem Prasarana Lainnya A. Rencana Sistem Jaringan Energi Pengembangan sistem penyediaan energi di Kabupaten Lingga meliputi jaringan minyak bumi dan gas; jaringan transmisi tenaga listrik; dan pembangkit tenaga listrik. Pengembangan sistem penyediaan energi di Kabupaten Lingga bertujuan : 1. Menyediakan tenaga listrik yang terjamin keandalan dan kesinambungan penyediaannya dalan rangka penunjang kegiatan di seluruh wilayah kabupaten Lingga. 2. Melaksanakan pemanfaatan energi gas maupun minyak untuk kebutuhan rumah tangga, industri,dan transportasi.

I. Rencana Jaringan Minyak Bumi dan Gas Rencana fasilitas stasiun pengisian bahan bakar gas untuk kebutuhan rumah tangga akan dikembangkan di Sungai Tenam (Kecamatan Lingga) dan Dabo (Kecamatan Singkep). Sedangkan Rencana pengisian bahan bakar untuk transportasi akan

II.30

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH dikembangkan di Dusun Penarik Desa Kelumu (Kecamatan Lingga), Desa Sungai Buluh (Kecamatan Singkep Barat), dan Pulau Sebangka (Kecamatan Senayang). II. Rencana Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Kebutuhan listrik di Kabupaten Lingga diperhitungkan berdasarkan kebutuhan listrik untuk rumah tangga, sarana pelayanan umum, dan penerangan jalan. Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan listrik sampai dengan tahun perencanaan 2031 adalah 162.368 kw yang meliputi listrik untuk rumah tangga sebesar 116,170 KW, listrik untuk sarana pelayanan umum sebesar 29,043 KW dan listrik untuk penerangan jalan sebesar 17,426 KW. Kondisi geografis Kabupaten Lingga yang berupa kepulauan menuntut perencanaan sistem pembangkit listrik yang efisien. Kebutuhan listrik di pulau-pulau kecil untuk menunjang pengembangan kegiatan yang direncanakan pada pulau tersebut akan dipenuhi dengan pola pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel(PLTD). Berdasarkan perhitungan kebutuhan listrik sebagaimanatersebut diatas, maka untuk pembangkit listrik direncanakan sebagai berikut: 1. Pulau Lingga akan menggunakan PLTD dengan kapasitas 10 MW sejumlah 7 unit yang akan ditempatkan di Desa Sungai Pinang, Kelurahan Daik, Desa Limbung, Sungai TenamDesa Mentuda, Desa Penuba, Desa Kerandin, dan Kelurahan Pancur. Di Pulau Lingga terdapat potensi sumber airyang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sistem Pembangkit Tenaga Listrik Min Hidro (PLMNH) di Sungai Jelutung dengan kapasitas 1,5 Mw. 2. Pulau Singkep diperlukan 10 unit PLTD dengan kapasitas masing-masing pembangkit 10 MW. yang akan ditempatkan di Kelurahan Dabo, Desa Marok tua, Desa Marok Kecil, dan Desa Bakong. Selain itu, di Pulau Singkep (Desa Jagoh-Kecamatan Singkep Barat) juga akan dikembangkan Pembangit Listrik Tenaga Gasifikasi Batubara (PLTGB) dengan kapasitas 2 x 3 Mw. 3. Pulau Sebangka diperlukan 3 unit PLTD dengan kapasitas masing-masing pembangkit 10 Mw yang akan ditempatkan di Pulau Senayang. 4. Pada pulau-pulau kecil yang akan dikembangkan untuk kawasan permukiman dan wisata yang meliputi Pulau Benan, Pulau Bakung, dan Pulau Cempa masing-masing akan dilayani oleh 2 unit PLTD dengan kapasitas 5 Mw. Selain itu juga akan dikembangkan pembangkit listrik alternatif tenaga surya dengan skala kecil untuk

II.31

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

kebutuhan penerangan rumah tangga, penerangan jalan, dan energi untuk menara telekomunikasi serta kebutuhan kebutuhan skala kecil lainnya.

B. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi

1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Kabel Pengembangan jaringan telepon kabel, harus dikembangkan secara bertahap dan ekonomis sesuai dengan kebutuhan serta arah pengembangan wilayah terutama kawasan yang di tetapkan sebagai pusat kegiatan wilayah (PKW) dan pusat kegiatan lokal (PKL) serta pusat pelayanan kawasan (PPK). Pada tahun akhir perencanaan (tahun 2031) kebutuhan mencapai 6.936 sambungan dengan kebutuhan 116 Rumah Kabel dan 9 unit STO. 2. Pengembangan Sistem Jaringan Nirkabel Pengembangan jaringan telekomunikasi di pulau-pulau kecil akan dikembangkan dengan jaringan telepon nirkabel melalui pengembangan menara BTS yang tersebar dan menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Lingga.Rencana pengembangan BTS di Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut: a. Pengembangan BTS di Kecamatan Lingga meliputi Daik sebanyak 3 (tiga) BTS, Musai sebanyak 2 (dua) BTS, Panggak Darat sebanyak 2 (dua) BTS, Mepar sebanyak 2 (dua) BTS, Mentuda sebanyak 2 (dua) BTS), Pekajang, dan Kelumu. b. Pengembangan BTS di Kecamatan Lingga Utara meliputi Bukit Harapan sebanyak 2 (dua) BTS, Pancur sebanyak 3 (tiga) BTS, Resun, Sungai Besar, Teluk, dan Limbung. c. Pengembangan BTS di Kecamatan Lingga Timur berada di Sungai Pinang dan Kudung. d. Pengembangan BTS di Kecamatan Selayar berada di Pulau Selayar. e. Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep meliputi Dabo sebanyak 4 (empat) BTS dan Batu Berdaun sebanyak 3 (tiga) BTS. f. Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep Barat meliputi Jagoh sebanyak 3 (tiga) BTS, Raya sebanyak 3 (tiga) BTS, Marok Tua sebanyak 3 (tiga) BTS, Sungai Harapan sebanyak 2 (dua) BTS, Sungai Buluh, Tinjul, dan Posek. g. Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep Pesisir meliputi Persing sebanyak 2 (dua) BTS dan Kote. h. Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep Selatan berada di Berhala dan Marok Kecil (Resang).

II.32

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH i. Pengembangan BTS di Kecamatan Senayang meliputi Pulau Senayang sebanyak 2 (dua) BTS, Penaah sebanyak 2 (dua) BTS berada di Pulau Buluh dan Pulau Kongki Besar, Cempa, Rejai, Benan, Mensanak, Pulau Bukit, Tajur Biru, Pulau Kentar, Pasir Panjang, Mamut, Batu Berlobang, Baran, Pulau Batang, dan Temiang.

C. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air Rencana sistem jaringan sumber daya air dikembangkan yang terdiri atas: Daerah Aliran Sungai (DAS), Prasarana Air Baku untuk Air Bersih, dan Sistem Pengendalian B. I. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah aliran sungai yang terdapat di wilayah Kabupaten Lingga terdiri dari DAS Bakung, DAS Cikasim, DAS Daik, DAS Jelutung, DAS Kelumu, DAS Keton, DAS Langkap, DAS Limas, DAS Marok Tua, DAS Mengkuding, DAS Mentuda, DAS Nerekeh, DAS Pancur, DAS Panggak Darat, DAS Petengah, DAS Resun, DAS Selayar, DAS Senayang, DAS Serak, DAS Sergang, DAS Sungai Besar, DAS Sungai Pinang, DAS Tanda, dan DAS Temiang.

II. Prasarana Air Baku Untuk Air Bersih Pada saat ini pelayanan kebutuhan air minum perpipaan didapat dari sumber mata air yang terdapat di Pulau Lingga dan Pulau Singkep. Untuk memenuhi kebutuhan air minum yang lebih besar sampai dengan akhir tahun perencanaan maka akan di kembangkan sistem pengolahan air bersih dengan memanfaatkan air sungai Daik dan sumber air baku dari kolong yang banyak terdapat di Pulau Singkep. Berdasarkan hasil inventarisasi di lapangan, sumber mata air yang terdapat di Wilayah Kabupaten Lingga umumnya dijumpai di sekitar kaki, lereng dan bagian atas perbukitan dan mempunyai penyebaran tidak merata. Sumber mata air di wilayah Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut: Gunung Muncung Kecamatan Singkep; Cenot Kecamatan Lingga; Bukit Raja Kecamatan Lingga Utara; Limbung Kecamatan Lingga Utara; Sungai Kerandin Kecamatan Lingga Timur; Kudung Kecamatan Lingga Timur; Sungai Pinang Kecamatan Lingga Timur; Tebing Kecamatan Lingga Utara; Sumber Mata Air Gunung Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir; Gunung Daik Kecamatan Lingga; mata air terjun Ciklatip Kecamatan Singkep Barat; mata air terjun Resun Kecamatan Lingga Utara; Tanjung Keriting Kecamatan Lingga Timur; Gunung Tunggal Kecamatan Singkep Barat; Gemuruh Kecamatan Singkep; Sungai Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir; Sungai Ulu Medap Kecamatan Lingga Utara; Sungai Tanjung Gantung

II.33

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Kecamatan Senayang; Tanah Tinggi Kecamatan Selayar; dan Bukit Selayar Kecamatan Selayar; kolong Berindat di Kecamatan Singkep Pesisir; kolong Pasir Kuning di Kecamatan Singkep; kolong Serayak di Kecamatan Singkep Selatan; kolong Sungai Kerekel di Kecamatan Singkep Selatan; kolong Marok Tua di Kecamatan Singkep Barat; dan kolong Tanah Sejuk terletak di Kecamatan Singkep.

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah Kabupaten Lingga memiliki sejumlah potensi yang perlu dikembangkan demi kesejahteraan masyarakat serta kemajuan pembangunan Kabupaten Lingga itu sendiri, salah satunya adalah potensi sektor pertanian. Luas wilayah daratan Kab. Lingga yang mencapai 2.117,72 KM² (211.772 Ha) meskipun hanya sekitar 1% dari total luas Kab. Lingga, namun merupakan lahan yang cukup subur dan potensial yang sangat prospektif untuk dikembangkan menjadi wilayah sentra produksi bagi produk pangan dan pertanian.

Dari data yang ada diketahui bahwa lahan yang dapat digunakan sebagai area pertanian, perkebunan dan penggembalaan ternak tidak kurang dari 80.000 – 100.000 Ha, sedangkan yang telah dimanfaatkan (tradisional) kurang dari 25 % (21.610 Ha). Potensi lahan pertanian terdiri potensi lahan sawah seluas 2.250 ha, potensi lahan bukan sawah (lahan kering) perkebunan seluas 46.112 ha dan potensi lahan pertanian seluas 29.870 ha. Untuk pertanian tanaman pangan yang terdiri dari tanaman palawija dan hortikultura, telah dikembangkan oleh masyarakat untuk keperluan pasar lokal maupun dipasarkan keluar daerah Kabupaten Lingga. Untuk tanaman pangan jenis komoditi ubi kayu merupakan unggulan daerah dengan luas tanam 200,50 ha dan produksi sebanyak 4.253,69 ton. Kemudian diikuti oleh jagung seluas 150,5 ha dengan produksi sebanyak 743,96 ton dan ubi jalar seluas 82,6 ha dengan produksi sebanyak 779,73 ton. Pada sektor komoditas sayur-sayuran, luas tanam sayur-sayuran pada tahun 2015 seluas 160 ha dengan rata-rata produksi sebanyak 1.615,3 ton/ha. Rata-rata produksi sayur- sayuran terbesar adalah Kangkung dengan luas tanam 39 ha dan rata-rata produksi sebanyak 510,3 ton/ha. Kedua adalah Bayam dengan luas tanam 39 ha dan rata-rata produksi sebanyak 304,9 ton/ha. Dan ketiga adalah Petai/Sawi dengan luas tanam 20 ha dan rata-rata produksi sebanyak 240,9 ton/ha. Sebaliknya produksi terendah adalah terung yaitu 22 ton. Beberapa kendala yang dihadapi para petani selain disebabkan kendala produksi adalah

II.34

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH karena sulitnya pemasaran produk hasil pertanian. Meskipun demikian upaya peningkatan dan pengembangan produktivitas sayur-mayur di Kabupaten Lingga terus dilaksanakan. Beberapa produksi buah-buahan di Kabupaten Lingga mempunyai potensi untuk dikembangkan di masa mendatang yaitu Pada tahun 2015, produksi buah pisang mencapai 1.216 ton/tahun. Komoditas buah-buahan yang cukup berkembang adalah buah Durian, Pisang dan Nenas. Buah Durian mampu menghasilkan 1108 ton/tahun dan Pisang mampu menghasilkan 324 ton/tahun. Potensi perkebunan di Kabupaten Lingga didominasi oleh komoditas karet yang luas lahannya mencapai 10.199,50 Ha dengan produksi yang dihasilkan seluruhnya adalah 4.127 Ton pada tahun 2015. Potensi perkebunan lainnya yang menjadi unggulan yaitu Sagu dengan luas lahan perkebunan mencapai 3.449 Ha dengan hasil produksi perkebunan seluruhnya sebanyak 2.618 Ton/ Tahun. Kemudian Kelapa dengan luas lahan perkebunan mencapai 2.694 Ha dengan hasil produksi perkebunan kelapa sebanyak 1.290,6 Ton.. Pada tahun 2013 pemerintah Kabupaten Lingga juga mulai mengembangkan tanaman Lada. Luas lahan yang telah digunakan sampai tahun 2015 seluas 148,5 Ha dan telah berproduksi sebesar 43,8 ton/ tahun. Tanaman lada terutama lada hitam saat ini menjadi primadona di Kabupaten Lingga mengingat nilai jual nya yang tinggi beriksar antara Rp. 150.000 – Rp. 190.000/ Kg. Dan saampai sekarang kebanyakan lahan milik masyarakat telah berubah fungsi menjadi perkebunan lada hitam (sahang). Potensi peternakan juga memiliki peluang pengembangan yang cukup besar di Kabupaten Lingga. Pada tahun 2015, populasi ternak sapi dan kambing telah dihasilkan 1.958 ekor sapi dan 896 ekor kambing dan telah tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Lingga. Untuk jenis ternak kecil/unggas yaitu ayam kampung, ayam buras dan itik, populasinya menyebar diseluruh kecamatan dengan rincian populasi ayam kampung sebanyak 116.682 ekor, ayam buras dan itik sebanyak 1.548 ekor itik, sedangkan ayam ras pedaging populasinya sebanyak 35.850 ekor, ayam ras petelur sebanyak 6.500 ekor. Untuk potensi Potensi perikanan di Kabupaten Lingga didominasi oleh perikanan laut, baik itu penangkapan maupun budidaya laut (keramba jaring apung). Sektor perikanan laut merupakan sektor andalan di Kabupaten Lingga. Pada tahun 2012 sebesar 32.100 ton meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi 33.214. Tahun 2014, produksi Penangkapan sebanyak 33.396 ton. Nilai produksi pada tahun 2011 sebesar Rp 466.846.708 dan meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp 963.000.000 meningkat lagi pada tahun 2013

II.35

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH menjadi Rp. 996.420.000. pada tahun 2014 kembali meningkat menjadi RP. 1.001.880.000,-. Untuk budidaya laut volume produksi tahun 2011 sebanyak 251 ton, meningkat pada tahun 2012 menjadi 330 ton dan pada tahun 2013 menjadi 292,72 ton dengan nilai produksi pada tahun 2011 sebesar Rp 26.384.523.000 dan meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp 34.311.000.000 menurun pada tahun 2013 menjadi Rp. 1.895.475.670 dan tahun 2014 meningkat menjadi 58,503 Ton dengan nilai produksi Rp. 9.484.696.800,-. Secara keseluruhan, volume produksi maupun nilai produksi perikanan di Kabupaten Lingga mengalami peningkatan pada tahun 2013. Meningkatnya hasil produksi perikanan di Kabupaten Lingga tidak bisa terlepas dari usaha Pemerintah Kabupaten Lingga dalam meningkatkan sarana dan prasarana sektor perikanan. Pada tahun 2013, jumlah armada kapal/perahu penangkapan ikan mencapai 6.128 unit, terdiri dari perahu tanpa motor sebanyak 2.630 unit, perahu bermotor sebanyak 283 unit, dan perahu tempel sebanyak 3.215 unit.Untuk jumlah alat penangkap ikan mencapai 8.820 unit terdiri dari lampara dasar sebanyak 14 unit, jaring insang sebanyak 1.459, jaring udang sebanyak 740, pancing ulur sebanyak 1.723, kelong bilis sebanyak 655, bubu sebanyak 1.305, jaring tamban sebanyak 285, dan lainnya sebanyak 1.076 unit. Untuk pengembangan pariwisata dan panorama alam, Kabupaten Lingga mempunyai tempat-tempat peninggalan sejarah yang layak untuk pengembangan pariwisata dan panorama alam yang indah yang berbukit dan terjal. Daerah ini mempunyai nilai-nilai budaya sebagai inti peradaban masyarakat yang kuat yang dapat dijadikan objek wisata. Objek wisata di Kabupaten Lingga seluruhnya ada 95 objek wisata yang terdapat di Kecamatan Singkep 10 objek wisata, Singkep Barat 7 objek wisata, Lingga 35 objek wisata, Lingga Utara 3 objek wisata, Senayang 17 objek wisata, Singkep Selatan 2 objek wisata, Singkep Pesisir 8 objek wisata dan Lingga Timur 7 objek wisata. Selain potensi sumber daya alam Kabupaten Lingga tersebut, potensi pengembangan wilayah juga menjelaskan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Lingga yang merupakan peruntukan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten Lingga untuk melaksanakan cita-cita pembangunan, yang meliputi peruntukkan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukkan ruang untuk fungsi budidaya.

II.36

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel T.II-6 Rencana Pola Ruang Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031

RINCIAN LUASAN TIAP KECAMATAN (Ha) No POLA RUANG LINGGA LINGGA SINGKEP SINGKEP SINGKEP TOTAL (Ha) LINGGA SENAYANG SELAYAR SINGKEP TIMUR UTARA BARAT SELATAN PESISIR I KAWASAN LINDUNG 38.047 Hutan Lindung 18.640 220 3430 2.120 920 430 3190 28.950

Resapan Air 1.540 250 - 110 1.300 1.330 100 890 5.520

Hutan Kota 1.010 - - 80 - 230 1.320

Kawasan Lindung Lainnya 90 10 10 690 40 10 80 10 10 950

II KAWASAN BUDIDAYA 185.501

Hutan Produksi Terbatas 1.770 20 4.690 8.880 20 1.130 1.000 250 580 18.340

Hutan Produksi Konversi 860 2.830 430 4.120

Hutan Tanaman Rakyat 1.420 1.120 390 2.500 50 3.680 160 9.320

Industri 160 300 460

Pusat Pemerintah 121 121

Pemukiman Perkotaan 3.330 290 410 760 2.730 130 140 7.790

Pemukiman Pedesaan 300 640 1.270 1.220 420 110 1.680 400 490 6.530

Perkebunan 9.270 6.190 23.170 27.320 3.350 12.220 81.520

Perikanan 620 90 50 170 1.590 610 3.130

Tanaman Pangan 1.390 1.790 710 2.360 6.250

Hortikultura 90 210 640 740 1.680

Peternakan 30 1.960 370 630 2.990

Pariwisata 750 50 270 1370 40 270 50 30 220 3.050

TOTAL KAWASAN 223.548

II.37

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana Di beberapa wilayah Kabupaten Lingga yang meliputi Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara serta Kecamatan Singkep, terindikasi termasuk wilayah rawan bencana, terutama wilayah yang memiliki kemiringan lereng lebih besar dari 70% (>360), ketinggian wilayah 262-815 meter di atas permukaan laut, dan tingkat erosi sangat tinggi terutama erosi vertikalnya. Dengan rasio luas daratan 2.117,72 km2 (1 %) dan lautan 209,654 km2 (99%), dapat dipastikan ancaman abrasi laut didukung dengan perubahan cuaca yang ekstrim dapat saja terjadi. Aktivitas penambangan timah, pembabatan hutan dan pembangunan yang terus meningkat, akan menuntut dibukanya jaringan jalan lintas wilayah perkotaan pedesaan dan fasilitas publik lainnya, sehingga dapat dipastikan jika tidak dilakukan pengendalian secara baik maka akan mempercepat kerusakan ekosistem lingkungan hidup. Kerusakan ekosistem dengan mengeksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali akan cenderung menimbulkan bencana longsor dan banjir. Bencana gempa bumi, air pasang, angin ribut walaupun tidak dapat diprediksi kejadiannya juga masih menjadi tantangan di masa 20 tahun mendatang, sehingga upaya- upaya penanggulangan bencana dan penyadaran masyarakat bahwa wilayah Kabupaten Lingga merupakan daerah yang rawan bencana harus terus dilakukan.

2.1.4. Demografi Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari suatu pembangunan. Pembangunan yang dilaksanakan adalah dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Untuk itu, maka pemerintah pusat telah melaksanakan berbagai usaha dalam rangka untuk memecahkan masalah kependudukan. Masalah kependudukan apabila tidak diantisipasi secara dini maka akan menjadi bumerang bagi pemerintah Indonesia, khususnya Kabupaten Lingga. Berdasarkan data penduduk Tahun 2010, penduduk Kabupaten Lingga berjumlah 100.395 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 51.825 jiwa (51,62 %) dan jenis kelamin perempuan 48.570 jiwa (48,38 %). Pada tahun 2011, penduduk Kabupaten Lingga berjumlah 101.323 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 52.232 jiwa (51,55 %) dan jenis kelamin perempuan 49.091 jiwa (48,45 %). Data penduduk tahun 2012, penduduk Kabupaten Lingga

II.38

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH berjumlah 103.679 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 53.421 jiwa (51,52 %) dan jenis kelamin perempuan 50.258 jiwa (48,48 %). Sedangkan menurut data penduduk tahun 2013 mengalami penurunan. Penduduk Kabupaten Lingga berjumlah 100.732 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 52.010 jiwa (51,63 %) dan jenis kelamin perempuan 48.722 jiwa (48,37 %). Tahun 2014 penduduk Kabupaten Lingga mengalami penurunan disbanding tahun sebelumnya, dengan jumlah penduduknya berjumlah 100.320 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 51.787 jiwa (51,63 %) dan jenis kelamin perempuan 48.533 jiwa (48,37 %). Untuk lebih jelas jumlah penduduk Kabupaten Lingga tahun 2010 - 2014 menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel. T-II.7. Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Lingga Tahun 2010 - 2014

Tahun Perempuan Laki - Laki Jumlah 2010 48.570 51.825 100.395 2011 49.091 52.232 101.323 2012 50.258 53.421 103.679 2013 48.722 52.010 100.732 2014 48.533 51.787 100.320 Sumber: LKPJ AMJ Bupati Lingga 2010-2015

Berdasarkan struktur penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Lingga sebagaimana disajikan di Tabel. T-II.8. terlihat bahwa antara tahun 2010 - 2014 struktur penduduk didominasi oleh penduduk usia 30 - 34 tahun sebanyak 49.516 jiwa, kemudian usia 5 -9 tahun sebanyak 47.790 jiwa dan selanjutnya usia 25 - 29 tahun sebanyak 47.300 jiwa. Adapun kelompok terendah adalah usia 70 -75 tahun sebanyak 8.639 jiwa. Untuk lebih jelas penduduk Kabupaten Lingga tahun 2010 - 2014 menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

II.39

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.8. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Lingga Tahun 2010 – 2014 Kelompok Umur Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 0 - 4 6.118 5.953 5.964 5.800 5.627 5 – 9 9.970 9.918 9.694 9.232 8.968 10 – 14 8.457 8.866 9.399 9.388 9.847 15 – 19 8.192 8.390 8.408 8.039 8.168 20 – 24 8.588 8.217 8.190 7.863 7.873 25 – 29 10.157 9.893 9.769 8.933 8.548 30 – 34 9.457 10.085 10.476 9.808 9.690 35 – 39 7.933 8.221 8.432 8.116 8.728 40 – 44 6.577 7.106 7.336 7.172 7.539 45 – 49 5.761 5.660 5.864 5.813 6.183 50 – 54 5.111 5.335 5.376 5.373 5.347 55 – 59 4.432 4.455 4.674 4.611 4.938 60 – 64 3.032 3.270 3.513 3.519 3.763 65 – 69 2.380 2.290 2.333 2.306 2.568 70 - 75 1.503 1.658 1.815 1.722 1.941 >75 1.634 1.722 1.888 1.788 2.226 Sumber: LKPJ AMJ Bupati Lingga 2010-2015

Jumlah Penduduk Kabupaten Lingga berdasarkan jenis pekerjaan ditunjukkan dalam Tabel. T-II.9. Jenis pekerjaan yang terbanyak dijalankan oleh penduduk dari tahun 2010 - 2014 adalah Nelayan/perikanan yaitu sebanyak 31.921 jiwa , kemudian diikuti oleh jenis pekerjaan sebagai buruh harian lepas sebanyak 24.360 jiwa dan jenis pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 22.533 jiwa dari keseluruhan jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lingga.

Tabel. T-II.9. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Kabupaten Lingga Tahun 2010 - 2014 (penduduk usia kerja/ usia 15 tahun ke atas)

Tahun No Jenis Pekerjaan 2010 2011 2012 2013 2014 1 Wiraswasta 2.221 5.409 5.508 4.314 5.081 2 Buruh/Nelayan Perikanan 153 3.013 2.974 2.750 2.752 3 Nelayan/Perikanan 405 7.984 8.186 7.297 8.049

II.40

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tahun No Jenis Pekerjaan 2010 2011 2012 2013 2014 4 Buruh Harian Lepas 3.005 5.938 5.878 4.138 5.401 5 Karyawan Swasta 2.404 5.125 5.171 3.443 4.533 6 Pegawai Negeri Sipil 923 2.098 2.225 1.805 2.202 7 Guru 262 629 633 508 587 8 Karyawan Honorer 477 1.176 1.197 944 1.171 9 Petani/ Pekebun 486 1.860 1.874 1.610 1.740 10 Pembantu Rumah Tangga 113 317 273 179 211 10.449 33.549 33.919 26.988 31.727 Sumber : LKPJ AMJ Bupati Lingga 2010-2015

Struktur sosial budaya masyarakat Kabupaten Lingga yang mendiami wilayah Kabupaten Lingga berasal dari berbagai suku bangsa, kebudayaan, dan golongan sosial. Umumnya masyarakat Kabupaten Lingga berasal dari Suku Melayu yang masih kental budayanya dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seperti: bahasa melayu, agama Islam dan berbagai adat istiadat berkenaan dengan lingkaran hidupnya. Karakteristik masyarakat Melayu dikenal sebagai masyarakat yang identik dengan tradisi Islam, ramah, mementingkan hidup secara kekeluargaan, dan secara ekonomi tidak agresif atau rakus. Secara tradisional masyarakat melayu yang ada di Kabupaten Lingga umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan, buruh/ harian lepas, wiraswasta, pedagang, petani/ pekebun serta pegawai negeri sipil. Berdasarkan data Tahun 2014, penduduk Lingga yang memeluk agama Islam sebanyak 91.684 orang, Kristen Protestan sabanyak 1.789 orang, Katolik sebanyak 1,086 orang, Hindu sebanyak 21 orang, Budha sebanyak 6.686 orang dan Konghucu sebanyak 70.

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek kesejahteraan masyarakat menjelaskan tentang perkembangan kesejahteraan Kabupaten Lingga, ditinjau dari sisi kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga.

II.41

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB Gambaran umum ditinjau dari kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi didasarkan atas indikator pertumbuhan ekonomi, PDRB perkapita dan pendapatan perkapita serta penduduk miskin. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator ekonomi makro yang dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi.Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lingga pada tahun 2014 adalah sebesar 6,80%, mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 6,54%.

Gambar. G-II.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga Tahun 2010-2014

6.85 6.8 6.75 6.7 6.65 6.6 6.55 6.5 6.45 6.4 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: BPS Kabupaten Lingga- 2015

Jika dilihat pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha pada tahun 2010-2014 hampir seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif. Bahkan untuk beberapa sektor laju pertumbuhannya mencapai lebih dari 10%. Namun, perlu diperhatikan bahwa walaupun secara persentase, kenaikan laju pertumbuhan beberapa sektor tersebut cukup besar namun secara besaran nominal nilainya masih sangat kecil. Laju pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha untuk 3 sektor tertinggi adalah sektor Industri Pengolahan (14,03%), Transportasi dan Pergudangan (11,47%), dan Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (11,07%). Sedangkan bila ditinjau dari pengelompokan tiga sektor; primer, sekunder, dan tersier, kelompok sektor

II.42

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH sekunder mengalami laju pertumbuhan tertinggi yakni mencapai 9,31 persen, disusul oleh sektor tersier sebesar 8,34 persen, dan terakhir sektor primer sebesar 3,34 persen.

Tabel. T-II.10. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014 (%)

Sektor 2011 2012 2013* 2014** 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 3,23 3,29 3,41 3,48 2. Pertambangan & Penggalian 5,40 5,56 5,80 2,98 3. Industri Pengolahan 7,36 10,75 -5,35 14,03 4. Pengadaan Listrik dan Gas 6,05 12,64 0,01 5,72 5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 7,20 7,25 4,05 6,89 dan Daur Ulang 6. Konstruksi 8,37 8,30 8,71 9,22 7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil 9,84 10,93 11,07 9,75 dan Sepeda Motor 8. Transportasi dan Pergudangan 10,13 10,88 10,48 11,47 9. Penyediaan Akomodasi dan Makanan 7,25 7,04 6,76 7,73 10. Informasi dan Komunikasi 7,12 6,92 5,74 5,43 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 4,18 3,85 3,53 3,17 12. Real Estat 4,91 3,15 4,90 4,39 13. Jasa Perusahaan 5,24 6,35 5,24 1,14 14. Administrasi Pmerintahan, Pertahanan dan 6,73 7,13 731 6,86 Jaminan Sosial Wajib 15. Jasa Pendidikan 10,86 7,97 7,71 6,99 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,02 6,58 7,86 7,09 17. Jasa Lainnya 1,02 11,33 4,37 5,21 PDRB 6,65 6,58 6,54 6,80 Sumber: PDRB Kabupaten Lingga Menurut Lapangan Usaha 2010-2014 (BPS) Keterangan: *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Tabel diatas menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam penciptaan nilai tambah pada perekonomian Kabupaten Lingga dalam kurun waktu empat tahun terakhir, dengan kontribusi diatas 2%, namun memiliki kecenderungan sumbangan yang terus menurun dari 27,37% pada tahun 2010 menjadi 23,36% pada tahun

II.43

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2014. Subsektor yang memegang peranan penting pada sektor ini adalah perikanan. Kemudian kontributor terbesar kedua adalah sector konstruksi yaitu 21,96%. Berbeda dengan sektor Pertanian, sektor ini memiliki kecendrungan yang positif, yaitu 19,19% pada tahun 2010 menjadi 21,96% pada tahun 2014. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor ini disokong oleh pembangunan fisik di daerah dengan adanya proyek-proyek fisik berupa bangunan, jalan, jembatan dan lainnya. Sedangkan sektor yang paling kecil memberikan kontribusi pembentukan PDRB adalah sektor Jasa Perusahaan sebesar 0,00%

Tabel. T-II.11. Kontributor Pembentukan PDRB Kabupaten Lingga Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014 (%)

Sektor 2010 2011 2012 2013* 2014** 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 27,37 24,60 25,60 25,03 23,36 2. Pertambangan & Penggalian 10,41 10,03 10,13 9,21 9,33 3. Industri Pengolahan 0,70 0,71 0,73 0,64 0,69 4. Pengadaan Listrik dan Gas 0,27 0,31 0,34 0,32 0,27 5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 Limbah dan Daur Ulang 6. Konstruksi 19,19 20,57 20,78 21,73 21,96 7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi 14,99 15,46 15,62 15,80 17,05 Mobil dan Sepeda Motor 8. Transportasi dan Pergudangan 1,66 1,66 1,74 1,85 2,05 9. Penyediaan Akomodasi dan Makanan 1,90 1,84 1,83 1,86 1,89 10. Informasi dan Komunikasi 3,32 3,10 3,00 2,88 2,78 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,99 0,95 0,90 0,87 0,83 12. Real Estat 2,95 2,86 2,77 2,68 2,66 13. Jasa Perusahaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 6,89 6,71 6,91 7,42 7,45 dan Jaminan Sosial Wajib 15. Jasa Pendidikan 5,87 5,98 6,24 6,26 6,23 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 272 270 265 270 270 17. Jasa Lainnya 0,74 0,68 0,72 0,72 0,71 PDRB 100 100 100 100 100 Sumber: PDRB Kabupaten Lingga Menurut Lapangan Usaha 2010-2014 (BPS) Keterangan: *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

II.44

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.2.1.2. Laju Inflasi Provinsi Inflasi adalah proses meningkatnya harga dari sekelompok barang dan jasa secara terus menerus yang berkaitan dengan mekanisme pasar. Inflasi diukur sebagai persentase perubahan Indeks Harga Konsumen (indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu), deflektor Produk Domestik Bruto (menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, atau indeks-indeks lain dalam tingkat harga keseluruhan. Inflasi dapat disebabkan antara lain konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau spekulasi, serta akibat adanya ketidaklancaran suplai dan distribusi barang. Jika besarannya tidak terkendali, inflasi akan mempengaruhi kondisi perekenomian masyarakat. Suatu daerah dikatakan memiliki stabilitas yang lebih kecil jika tingkat inflasinya lebih rendah dibandingkan daerah lain dalam kurun waktu tertentu. Inflasi yang tinggi berarti juga terjadinya pelonjakan harga yang tajam, hal ini bisa menunjukkan penurunan daya beli masyarakat. Inflasi Kabupaten Lingga dapat menggunakan pendekatan inflasi Tanjungpinang dan Batam. Laju inflasi tahun kalender (Januari - April) Tahun 2014 di Kota Tanjungpinang tercatat sebesar 1,41 persen, lebih rendah dibanding laju inflasi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,83 persen. Sedangkan laju inflasi 'year on year' (April 2014 dibanding dengan April 2013) di Kota Tanjungpinang sebesar 8,58 persen, lebih tinggi dibandingkan laju inflasi periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar 5,38 persen. Laju inflasi tahun kalender (Januari-Desember) 2014 di Kota Batam tercatat sebesar 7,61 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 108,74 pada Bulan Desember 2013 menjadi 117,01 pada Bulan Desember 2014. Laju inflasi sebesar 7,61 persen pada tahun 2014 masih lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2013. Selama periode 2010-2014, laju inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 7,81 persen dan terendah terjadi pada tahun 2012 dengan laju inflasi sebesar 7,02 persen.

2.2.1.3. PDRB Per Kapita dan Pendapatan Perkapita Peningkatan PDRB dan pendapatan per kapita menjadi salah satu ukuran dalam pencapaian tingkat kemakmuran masyarakat disuatu wilayah jika data tersebut disajikan secara berkala. PDRB Perkapita dan pendapatan perkapita Kabupaten Lingga dari tahun ke

II.45

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH tahun mengalami peningkatan, baik itu atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun 2010. Pada tahun 2011 PDRB perkapita atas dasar harga berlaku sebesar Rp 23.918.023,83,- dan terus mengalami peningkatan sampai dengan posisi Rp. 36.280.000,- pada Tahun 2015. Sedangkan untuk PDRB atas dasar harga konstan, dari Rp. 21.857.873,- pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 28.990.000,-.

Tabel. T-II.12. Pendapatan Regional dan Angka Per Kapita di Kabupaten Lingga, 2011-2014

Harga Konstan Thn Rincian Harga Berlaku 2000 I . PDRB per Kapita 2011 23.918.023,83 21.857.873 2012 26.581.870,74 23.191.202 2013 29.467.258,44 25.604.055 2014* 32.694.393,93 27.217.816 2015** 36.280.000 28.990.000 Sumber: BPS Kabupaten Lingga Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

2.2.1.4. Indeks Gini/Koefiesien Gini Indeks gini adalah ukuran ketimpangan ekonomi dalam pendapatan distribusi yang ditentukan dengan koefisien gini rasio antara 0 – 1 (>0 dan <1), semakin rendah koefisien gini maka pendapatan pada suatu wilayah/daerah semakin merata. Kategori ketimpangan tinggi apabila indeks gini besar dari 0,5 dan kategori rendah dengan indeks gini dibawah 0,5. Dari data BPS, indeks Gini Ratio Kabupaten Lingga Tahun 2011 sebesar 0,312 dan sempat mengalami peningkatan menjadi 0,344 tahun berikutnya. Selanjutnya pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 0,302 dan tahun 2014 cenderung meningkat sedikit menjadi 0,306 dan 0,310 di tahun 2015. Dengan angka indeks Gini Ratio lima tahun terakhir yang berada di bawah 0,5 maka ketimpangan pendapatan di Lingga masuk kategori rendah.

II.46

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.13. Distribusi Pembagian Pengeluaran per Kapita dan Rasio Gini di Kabupaten Lingga Tahun 2011-2014

40 % 40 % 40 % Ratio Tahun Berpengeluaran Berpengeluaran Berpengeluaran Gini Rendah Sedang Tinggi 2014 21,86 37,78 40,36 0,306 2013 21,43 38,86 39,71 0,302 2012 20,50 36,78 42,72 0,344 2011 20,81 38,31 40,88 0,312 Sumber: Diolah dari data Susenas, BPS Kabupaten Lingga

2.2.1.5. Pengeluaran Rumah Tangga Salah satu survei yang diselenggarakan BPS setiap tahun dan sangat dibutuhkan pemerintah sebagai alat monitoring program pembangunan khususnya bidang sosial adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Data yang dicakup pada kegiatan Susenas ini diantaranya adalah pengeluaran rumah tangga dan konsumsi rumah tangga yang dibedakan menjadi konsumsi makanan dan bukan makanan. Data pengeluaran yang dibedakan menurut kelompok makanan dan bukan makanan ini dapat digunakan untuk melihat pola pengeluaran penduduk. Dari data pengeluaran (sebagai proksi dari pendapatan) dapat pula dihitung tingkat ketimpangan pendapatan. Pada kondisi pendapatan terbatas, pemenuhan kebutuhan makanan akan menjadi prioritas utama sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan untuk bukan makanan. Secara umum, pengeluaran rata-rata perkapita di Kabupaten Lingga mengalami kenaikan, yaitu dari Rp 774.469 pada tahun 2014 menjadi Rp 690.410 pada tahun 2013. Dari data 2014 tercatat bahwa penduduk Kabupaten Lingga menghabiskan sekitar 57.27% dari pendapatannya untuk belanja makanan, angka ini cenderung menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar 58.64%. Sedangkan 42,73% sisanya digunakan untuk belanja non makanan yang jika dilihat persentasenya cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun.

II.47

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.2.1.6. Persentase penduduk Miskin Perkembangan tingkat kemiskinan Kabupaten Lingga selama periode lima tahun terakhir yaitu periode 2010-2014 mengalami kecenderungan menurun. Pada Tahun 2010 tingkat kemiskinan berada pada 15,83 persen dan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan kondisi Tahun 2014 yaitu 14,75 persen. Walau demikian, pada Tahun 2012 sedikit mengalami peningkatan dari 12,98 pada Tahun 2011 menjadi 14,20 pada Tahun 2012. Demikian juga dari 2013 ke 2014 mengalami sedikit peningkatan dari 13,55 persen menjadi 14,75 persen. Upaya untuk mengurangi/menurunkan jumlah penduduk miskin didorong dengan berbagai program yang diarahkan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi yang pro-rakyat miskin (pro-poor), memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat, serta meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar.

Tabel. T-II.14. Garis Kemiskinan, Persentase Penduduk Miskin dan Banyaknya Penduduk Miskin di Kabupaten Lingga 2010 – 2014

Persentase Jumlah Penduduk Tahun Garis Kemiskinan Penduduk Miskin Miskin

2014 342.358,73 14,75 13.096 2013 338.049 13,55 12.340 2012 331.881 14,20 12.393 2011 326.239 12,98 12.055 2010 310.489 15,83 13.652 Sumber: Lingga Dalam Angka Tahun 2015

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial Pada fokus kesejahteraan sosial Kabupaten Lingga diukur dengan sejumlah indikator yang terkait dengan pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sosial. Bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi secara langsung terkait dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

2.2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sejak terbentuknya Lingga menjadi Kabupaten pada tahun 2003 dan dikeluarkannya nilai IPM tahun 2014, nilai IPM Kabupaten Lingga mencapai 60,75, yang berarti bahwa pada

II.48

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH tahun 2014 Kabupaten Lingga masih termasuk ke dalam status sedang. Namun, jika dibandingkan dengan wilayah lain di Kepulauan Riau, Kabupaten Lingga memiliki peringkat IPM terendah dan Kota Batam memiliki peringkat IPM tertinggi. Hal ini juga disebabkan oleh rendahnya indikator-indikator yang menyusun IPM. Jika dilihat pada Gambar. G-II.66, nilai IPM Kabupaten Lingga dari tahun 2010 s.d 2014 meningkat dari 71,35 tahun 2010, meningkat sebesar 71,68 tahun 2011, meningkat sebesar 72,09 pada tahun 2012, dan tahun 2013 meningkat sebesar 72,41, serta menurun sebesar 60,75 pada tahun 2014. Hal ini disebabkan oleh masuknya komponen baru dalam perhitungan IPM yaitu Angka Harapan Lama Sekolah. Peningkatan angka IPM yang lambat di Tahun 2010 sampai dengan 2012 yang diduga dipengaruhi oleh meningkatnya penduduk masuk ke Kabupaten Lingga yang berprofesi sebagai pegawai negeri dan tenaga pegawai daerah lainnya, utamanya dibagian pemerintahan, pendidikan dan kesehatan. Selain itu, berbagai program pemerintah yang menyentuh masyarakat sudah mulai digulirkan. Nilai pertumbuhan IPM di Kabupaten Lingga cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan Kepulauan Riau. Pada tahun 2010-2011 bertumbuh sebesar 2 poin. Tahun 2011- 2012 bertumbuh sebesar 1,49 poin. Tahun 2012-2013 bertumbuh sebesar 1,25 poin dan tahun 2013-2014 sebesar 1,03 poin. Semakin tinggi nilai pertumbuhan, maka akan semakin cepat IPM suatu wilayah untuk mencapai nilai maksimalnya. Namun terlihat bahwa nilai pertumbuhan dari tahun ke tahun semakin rendah, hal ini yang patut menjadi sorotan bagi pemerintah untuk terus meningkatkan pembangunan di wilayah kabupaten Lingga.

Gambar. G-II.6 Nilai IPM Kabupaten Lingga Tahun 2010-2014

75

70

65

60

55

50 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2010 s/d 2014

II.49

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Secara persentase, IPM Kabupaten Lingga meningkat dari tahun ke tahun secara perlahan, namun secara peringkat terjadi penurunan. Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 menempatkan Kabupaten Lingga berada pada peringkat lima diantara tujuh Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan pada tahun 2014 dengan IPM sebesar 60,75 turun dua level ke peringkat 7 dari tujuh 11 kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau.

Tabel. T-II.15. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota/Propinsi Se-Kepulauan Riau, dan Indonesia, Serta Peringkatnya Tahun 2014

Angka Pengeluaran per Harapan Lama Rata2 Lama Harapan Kapita Riil Kabupaten/ Sekolah Sekolah Kota/Propinsi Hidup Disesuaikan IPM (tahun) (tahun) (tahun) (Rp 000) Karimun 69,01 11,86 7,73 11,090 68,72 Bintan 69,91 11,80 8,30 13,477 71,65 Natuna 63,24 13,84 8,07 13,414 70,06 Lingga 59,47 11,59 5,53 10,949 60,75 Kep. Anambas 66,23 11,62 6,16 11,182 65,12 Batam 72,80 12,62 10,80 16,375 79,13 Tanjungpinang 71,55 14,03 9,94 14,141 77,29 Prop. Kepri 69,15 12,51 9,64 13,090 73,40 Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2015

2.2.2.2. Pendidikan 2.2.2.2.1. Angka Melek Huruf Kemampuan baca tulis terefleksikan dari angka melek huruf, yang merupakan persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang dapat membaca serta menulis huruf latin dan atau huruf lainnya (arab, china, dan lain-lain). Semakin tinggi angka melek huruf, akan semakin efektif pendidikan dasar yang terlaksana di sebuah daerah. Namun perlu diingat, bahwa angka tersebut hanya angka dasar sehingga untuk ke depannya perlu dihitung ukuran yang lebih dapat merefleksikan pencapaian pendidikan suatu daerah secara keseluruhan, dan bukan hanya pendidikan dasar saja. Angka melek huruf penduduk usia 10 tahun ke atas di Kabupaten Lingga pada tahun 2014 sebesar 89,71. Angka tersebut berarti dari sekitar 100 orang penduduk Kabupaten

II.50

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Lingga berusia 10 tahun ke atas, baru sekitar 89 hingga 90 orang diantaranya yang bebas buta huruf dan sekitar 10 hingga 11 orang yang masih tergolong dalam kategori buta aksara.

Tabel. T-II.16. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf Berdasarkan Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2011-2014 (%)

Kelompok Umur L + P (2011) L + P (2012) L + P (2013) L + P (2014) Laki-Laki Perempuan (Tahun) 10–14 96,50 94,05 97,11 94,99 96,01 93,93 15–34 96,53 94,40 93,27 96,90 98,24 95,40 35–44 94,48 87,87 94,15 91,12 94,12 88,27 45–49 82,76 70,16 84,40 87,41 94,31 80,51 50–54 64,23 68,97 78,04 79,77 90,45 67,65 55 + 75,26 73,03 66,53 73,38 85,77 61,51 10 + 90,73 87,29 88,88 89,71 94,37 84,85 Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga, 2011-2014

Dalam tabel di atas, angka melek huruf memiliki perbedaan yang signifikan jika diklasifikasikan menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Penduduk yang tergolong dalam kelompok usia muda ternyata memiliki tingkat melek huruf yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok usia tua. Sedangkan menurut jenis kelamin, penduduk laki- laki cenderung memiliki angka melek huruf yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penduduk perempuan. Angka melek huruf Kabupaten Lingga yang hanya sebesar 89,71% masih tertinggal dari capaian Provinsi Keori dan nasional. Hal ini memerlukan kerja keras selama lima tahun untuk mengejar selisih capaian angka melek huruf.

Gambar. G-II.7 Perbandingan Angka Melek Huruf Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau dan Indonesia, 2011-2014 (Persen)

120 97.67 97.8 98.07 100 91.79 91.79 91.86 89.71 80 60 40 20 0 0 2011 2012 2013 2014

Kab. Lingga Kepri Indonesia

Sumber : IPM Kab. Lingga, 2015

II.51

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.2.2.2.2. Rata-Rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah Rata-rata lama sekolah digunakan untuk mendapatkan informasi tentang sejauh mana tingkat pendidikan yang dicapai oleh penduduk dengan merujuk kepada rata-rata jenjang pendidikan yang telah diselesaikan oleh penduduk berusia 15 tahun. Pada tahun 2014 rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Lingga adalah 5,53 tahun. Hal ini berarti bahwa rata-rata penduduk Kabupaten Lingga baru mampu menempuh pendidikan sampai dengan kelas 5 SD atau putus sekolah dikelas 6 SD. Rata-rata lama sekolah Kabupaten Lingga yang masih jauh dibawah rata-rata lama sekolah mengindikasikan bahwa pembangunan pendidikan di Kabupaten Lingga masih perlu ditingkatkan, sehingga pencapaian target lima tahun mendatang minimal sama dengan pencapaian rata-rata lama sekolah nasional.

Gambar. G-II.8 Grafik Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Lingga dan Provinsi Kepulauan Riau, 2010-2014 (Tahun)

12

10

8

6

4

2

0 2010 2011 2012 2013 2014

Kepri Lingga

Sumber : IPM Kab. Lingga, 2015

Nilai Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Lingga berada pada rentang 10,73 hingga 11,59 tahun dalam rentang waktu 2010 hingga 2014, yang berarti lamanya sekolah yang dapat diharapkan oleh anak-anak di Kabupaten Lingga pada masa mendatang hanya berkisar 10 hingga 11 tahun, atau maksimal hanya mengeyam pendidikan hingga tingkat SMA. Ini berarti kondisi pembangunan sistem pendidikan di Kabupaten Lingga belum cukup baik yang mungkin disebabkan kurangnya ketersediaan fasilitas sekolah yang ada di wilayah tersebut. Walaupun angka HLS Kabupaten Lingga mengalami kenaikan dibandingkan dengan empat tahun sebelumnya, namun angka tersebut termasuk rendah jika dibandingkan

II.52

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH dengan HLS Kepulauan Riau yang mencapai 12,51 tahun atau diharapkan anak di masa mendatang dapat mengeyam pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi.

Gambar. G-II.9 Grafik Harapan Lama Sekolah Kabupaten Lingga dan Provinsi Kepulauan Riau, 2010-2014 (Tahun) 13 12.5 12 11.5 11 10.5 10 9.5 2010 2011 2012 2013 2014

Kepri Lingga

2.2.2.2.3. Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan proporsi anak sekolah pada satu kelompok umur tertentu yang bersekolah tepat pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya. Menurut definisi, besarnya APM akan selalu lebih kecil daripada APK. Nilai APM yang lebih kecil daripada nilai APKnya dapat menunjukkan komposisi umur penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan.

Gambar. G-II.10 Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2014

Laki+laki

100 Perempuan

Laki-laki + Perempuan 80

60

40

20

0 SD / 7-12 SLTP / 13 -15 SLTA / 16-18 PT / 19-24

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga, 2014

II.53

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Di Kabupaten Lingga capaian APM tahun 2014 untuk SD sebesar 93.63%, berarti selisih dengan APK sebesar 15.52% artinya bahwa diantara murid SD sebanyak 15.52 % nya berumur kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun, sedangkan untuk APM SLTP sebesar 56.77% ada selisih 6.78% terhadap APK, APM-nya SLTA sebesar 55.07% dan APM PT sebesar 6.16%.

Tabel. T-II.17. Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2011 – 2015 No. Jenjang Pendidikan Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015* 1. APM SD/MI 88,03 91,33 93,63 93,63 85,79 2. APM SMP/MTs 52,10 64,71 56,77 56,77 57,65 3. APM SMA/MA/SMK 41,92 34,67 55,07 55,07 57,95 4. Perguruan Tinggi 5,00 3,45 3,45 36,67 Sumber : BPS, Dinas Pendidikan Kab. Lingga, 2016 Ket : *Angka Sementara

APM juga menunjukkan seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Jika nilai APM menunjukkan angka 100 persen, maka berarti seluruh anak usia sekolah telah bersekolah sesuai dengan jenjang pendidikannya dengan tepat waktu. Sehingga, angka APM yang makin mendekati angka 100 menunjukkan semakin baiknya tingkat partisipasi sekolah di suatu daerah. Di Kabupaten Lingga pergerakan APM selaras dengan pergerakan APK-nya untuk setiap tingkat pendidikan. Namundata lapangan pada tahun 2014 menunjukkan bahwa APM Kabupaten Lingga untuk tingkat pendidikan SD belum mencapai 100 persen, baru berkisar di 93 hingga 94 persen. Hal ini berarti di Kabupaten Lingga masih terdapat cukup banyak anak usia sekolah yang tingkat pendidikannya tidak sesuai dengan usianya. Beragam permasalahan yang dapat menyebabkan hal tersebut terjadi, misalnya seorang anak telat masuk sekolah formal atau bahkan terlalu muda; putus sambung bersekolah karena harus membantu orang tua akibat permasalahan ekonomi sehingga sering tinggal kelas; ketiadaan guru untuk kelas tertentu biasanya di daerah marjinal yang menyebabkan proses belajar belajar terhenti, dan lain sebagainya.

II.54

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.2.2.2.4. Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Kasar/APK merupakan indikator untuk mengukur proporsi anak sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak yang sedang/telah menerima pendidikan dasar dan menengah.

Gambar. G-II.11 Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2014

120 Laki+laki Perempuan 100 Laki-laki + Perempuan

80

60

40

20

0 SD / 7-12 SLTP / 13 -15 SLTA / 16-18 PT / 19-24

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga, 2014

Dari data yang ada, hanya nilai APK pada jenjang SD yang memiliki angka diatas seratus sedangkan untuk nilai APK pada jenjang SLTP, SLTA dan PT pada tahun 2014masih dibawah seratus. Hal ini mengindikasikan bahwa hanya sebagian dari anak berusia 13-15 tahun, 16-18 tahun, dan 19-24 tahun sedang bersekolah pada jenjang tersebut dan kemungkinan sisanya sedang sekolah pada jenjang pendidikan di bawahnya/di atasnya atau bahkan mereka tidak sekolah lagi.

Tabel. T-II.18. Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2011 – 2015 No. Jenjang Pendidikan Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 1. APK SD/MI 108,09 100,26 109,15 109,15 101,24 2. APK SMP/MTs 83,95 73,05 63,55 63,55 79,1 3. APK SMA/MA/SMK 68,11 50,00 90,46 90,46 67,59 4. Perguruan Tinggi 10,74 - 9,61 9,61 43,52

II.55

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Pada Tabel diatas, nilai APK untuk jenjang pendidikan SD biasanya masih lebih dari 100 persen, seperti yang terlihat pada grafik di atas nilai APK menunjukkan angka lebih dari 100 persen. Artinya untuk jenjang pendidikan SD di Kabupaten Lingga, masih terdapat anak sekolah baik laki-laki maupun perempuan yang usianya kurang dari atau bahkan melebihi umur sekolah yang seharusnya, yaitu antara 7 hingga 12 tahun. Hal tersebut jugaberarti Kabupaten Lingga dapat menampung penduduk usia sekolah pada jenjang pendidikan SD lebih dari yang seharusnya. Sebaliknya, untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi sangat disayangkan tingkat partisipasi anak sekolah sangat rendah, terutama untuk tingkat SMP dan akademi/universitas.

2.2.2.2.5. Angka Pendidikan yang ditamatkan APT adalah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah disekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan surat tanda tamat belajar/ijazah. Angka pendidikan yang ditamatkan merupakan ukuran kualitas sumber daya manusia yang selanjutnya dapat dijadikan ukuran keberhasilan baik dari sudut sosial maupun ekonomi. APT bermanfaat untuk menunjukkan pencapaian pembangunan pendidikan di suatu daerah, juga berguna untuk melakukan perencanaan penawaran tenaga kerja, terutama untuk melihat kualifikasi pendidikan angkatan kerja disuatu wilayah. APT merupakan persentase jumlah penduduk, baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah lagi, menurut pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan.`

Tabel. T-II.19. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Dan Jenis Kelamin, 2011 - 2014 (%)

Laki- Perem- Tahun Tahun Tahun Pendidikan Tertinggi L + P Laki puan 2012 2013 2014 yang Ditamatkan (2011) 2014 2014 Tidak/belum pernah 10,02 16,16 11,59 13,61 12,06 13,03 bersekolah Tidak/belum tamat SD 23,10 25,53 29,12 28,49 26,94 24,29 SD/MI 30,24 26,45 29,25 27,06 30,01 28,38 SMP/MTs 15,46 13,04 14,13 12,51 13,19 14,27 SMU/MA/SMK 15,99 11,42 11,33 14,26 12,00 13,76 Akademi/universitas 5,18 7,39 4,58 4,06 5,80 6,27 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2014

II.56

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Di Kabupaten Lingga persentase penduduk berusia 15 tahun keatas yang menamatkan hingga ke jenjang SLTP sampai perguruan tinggi hanya sebesar 30,04% di Tahun 2011, meningkat menjadi 30,83 di Tahun 2012, meningkat menjadi 30,99 di Tahun 2013 dan meningkat kembali di Tahun 2014 sebesar 34.3%. Tingkat pendidikan penduduk di dominasi oleh tamatan SD/MI dan SMU/MA/SMK yaitu masing-masing sebesar 28,38% dan 13,76%. Ditahun 2014, jika dipilah berdasarkan jenis kelamin pada semua tingkat pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan, laki-laki memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan walaupun dengan selisih yang tidak terlalu jauh di masing-masing tingkat pendidikan, kecuali untuk tingkat pendidikan Akademi/Universitas. Namun, tingginya persentase perempuan yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum tamat SD jika dibandingkan dengan laki-laki dengan selisih yang cukup signifikan mengindikasikan bahwa secara umum perempuan masih jauh tertinggal dari laki-laki dalam mengenyam pendidikan formal, atau dapat dikatakan bias gender masih terjadi dalam masalah pendidikan di Kabupaten Lingga.

2.2.2.3. Kesehatan 2.2.2.3.1. Angka Kematian Bayi/Angka Kelangsungan Hidup Bayi Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neo-natal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Angka kematian bayi (AKB) menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan AKB untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal

II.57

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program- program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan angka kematian Post-Neo Natal dan angka kematian anak serta kematian balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program- program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehatuntuk anak dibawah usia 5 tahun.

Tabel. T-II.20. Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Tahun 2011 – 2015 No. Jenis Indikator Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 1. AKB 25 12,2 27,2 12 20

Sumber: RKPD Tahun 2016 dan Lampiran Tabel Profil Dinas Kesehatan 2015

Berdasarkan Tabel diatas, AKB di Kabupaten Lingga Tahun 2015 berada pada kisaran 20%. Artinya dari setiap 1000 kelahiran hidup terdapat 20 bayi berumur kurang dari satu tahun yang meninggal. Dimana Tahun 2011 AKB berkisar angka 25%, turun di Tahun 2012 menjadi 12,2%, naik di Tahun 2013 menjadi 27,2%, turun kembali di Tahun 2014 sebesar 12%, dan kembali naik di Tahun 2015 sebesar 20%.

2.2.2.3.2. Angka Kematian Ibu Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, seperti kecelakaan, terjatuh, tenggelam dan lain-lain. Angka Kematian Ibu dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup. Tabel. T-II.21. Perkembangan Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 2011 – 2015 No. Jenis Indikator Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 1. AKI 249 289,4 226 143 142

Sumber: RKPD Tahun 2016 dan Lampiran Tabel Profil Dinas Kesehatan 2015

II.58

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

AKI di Kabupaten Lingga dari tahun 2011–2015 menunjukkan angka yang fluktuatif dengan kecenderungan menurun dari sebesar 249 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 142 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami peningkatan pada Tahun 2012 yaitu 289,4 per 100.000 kelahiran hidup. Namun untuk tahun-tahun berikutnya mengalami penurunan. Walau mengalami kecenderungan penurunan, namun kondisi ini masih dibawah target MDGs (102 kematian per 100.000 kelahiran hidup).

2.2.2.3.3. Angka Usia Harapan Hidup Angka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Gambar. G-II.12 Nilai Angka Usia Harapan Hidup Kabupaten Lingga dan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010-2014

80 68.42 68.63 68.85 69.05 69.15 70 57.57 58.45 59.13 59.47 60 56.49

50

40

30

20

10

0 2010 2011 2012 2013 2014

Kepri Lingga

Sumber : Badan Pusat Statistik, IPM 2010-2014

Berdasarkan Tabel diatas Tahun 2014, Nilai AHH penduduk Kabupaten Lingga pada tahun 2014 sekitar 59,47. Artinya, bayi yang lahir pada tahun 2014 di Kabupaten Lingga diperkirakan akan dapat hidup selama 59 tahun 5 bulan dengan syarat besarnya kematian atau kondisi kesehatan tidak ada yang berubah. Angka ini lebih rendah dari AHH Provinsi Kepri yang besarnya

II.59

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

69,15. Sedangkan di Kabupaten Lingga Sendiri, Nilai AHH dari tahun ke tahun semakin baik, hal ini mengindikasikan secara rata-rata derajat kesehatan di Kabupaten Lingga semakin membaik.

2.2.2.3.4. Status Gizi Balita Kesehatan Balita dapat dilihat dari kecukupan gizi yang diterima oleh balita. Kecukupan gizi akan mendorong pertumbuhan bayi secara optimal, sedangkan kekurangan akan gizi selain dapat menghambat pertumbuhan, juga dapat menimbulkan resiko penyakit. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk. Berdasarkan data Tahun 2015, jumlah balita di Kabupaten Lingga 11.406 orang, balita di Kabupaten Lingga sebagian besar telah mencukupi kriteria gizi baik yaitu 11.275 orang dari total balita atau 98,85%. Sisanya sebesar 1,15% adalah balita yang menderita gizi kurang sebanyak 95 orang dan gizi buruk sebanyak 36 orang. Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita. Kondisi di Lingga dalam beberapa tahun terakhir, persentase balita gizi buruk mengalami fluktuasi. Pada Tahun 2011 berada pada angka 2,24% dan mengalami kecendrungan meningkat sampai dengan tahun 2013 yaitu 3,91%. Namun pada Tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 0,79%.

1.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga Kabupaten Lingga adalah masyarakat melayu sehingga memiliki daya tarik yang kuat terhadap kesenian. Bahkan sampai sekarang banyak yang terus dikembangkan dan dikenalkan, seperti kesusastraan, seni tari rakyat, seni teater dan lainnya. Ada beberapa kesenian yang terdapat di Kabupaten Lingga diantaranya: a) Gurindam Bahasa Gurindam cukup dikenal dan tidak asing lagi bagi telinga masyarakat Melayu Lingga. Bahkan Gema Gurindam menerobos sampai lintas negara dari yang paling dekat sampai yang paling jauh. Gurindam merupakan karya yang berisikan petuah dan nasehat.

II.60

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gurindam 12 ini adalah karya dari Raja Ali Haji, beliau merupakan pujangga Istana masa Kerajaan Lingga-Riau. Konstum yang dikenakan untuk melantunkan Gurindam ini adalah baju kurung melayu, dengan peralatan musiknya berupa serunai, kompang dan gong. Dipentaskan pada saat penyambutan tamu, hari besar nasional dan festival kebudayaan- kesenian. b) Teater Bangsawan Teater Bangsawan adalah salah satu seni pertunjukan tradisional komedi stambul dengan cerita seputar kehidupan istana, keseniaan ini juga dikenal dengan nama wayang Bangsawan. Seni pertunjukan ini adalah kesenian yang menggabungkan musik, lagu, tari dan laga, dengan iringan musik seperti: biola, akordion, gendang, gong dan tambur. c) Joget Joget adalah salah satu tarian tradisional masyarakat Melayu. Joget diantaranya: Joget Tandak atau Joget Lambak, disebut tandak karena penarinya bisa menjadi “ebeng”, dengan laki-lakinya yang membayar disebut “Pandak”. Joget ini dikenal sejak abad 17 dengan iringan musik seperti: drum, violin dan gong dengan lagu dondang sayang dan tarian bertabik. Joget akan ditutup lagu khusus yaitu Cik Milik. d) Zapin Sebenarnya kesenian tari Zapin ini berasal dari Arab yang mentradisi masyarakat Melayu. Kesenian ini dibawa oleh kaum laki-laki karena tarian ini memang bayak mengeluarkan tenaga (energik). Seiring perkembangan jaman tarian ini tidak hanya dimonopoli oleh kaum lelaki tetapi kaum wanita juga ikut menarikannya, bahkan kesenian ini menjadi tarian pergaulan masyarakat Melayu. Selaras dengan asalnya, tarian ini tidak terlepas dari rohnya yang islami, yang tercermin dari konstumnya berupa teluk belanga dan baju kurung yang tidak memperlihatkan aurat. Zapi ini diiringi dengan alat musik gambus. Kreasi tarian zapin terbaru adalah Zapin Tali, Zapin Lambak, Zapin Pedang, Zapin Tepurung, Zapin Bengkalis, Zapin Silang, Zapin Ar-Rajul (Para Lelaki), Zapin Tembong, Zapin Tradisional dan lainnya. Sementara di Masyarakat Daik Lingga Bunda Tanah Melayu di kenal tarian Zapin Damnah yang merupakan tarian dengan diangkat dari kehidupan masyarakat sehari-hari. e) Gazal

II.61

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Kesenian ini juga berasal dari timur tengah. Gazal adalah bahasa Arab yang berarti masuk Kepulaun Riau dan tumbuh subur di Pulau Penyengat. Kesenian Gazal juga merupakan alat dakwah untuk penyebaran agama Islam, namun sekarang ini lebih berfungsi sebagai salah satu hiburan. f) Kompang Kompang adalah kesenian yang menyerupai hadrah dengan para pemain melantunkan syair berbahasa Arab-Parsi yang berisi puji-pujian terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diiringi dengan lantunan rebana. Kesenian ini biasanya diselenggarakan pada pesta perkawinan, khitanan, penyambutan tamu dan lainnya.

Kabupaten Lingga memiliki grup kesenian yang berjumlah 63 buah pada Tahun 2015 yang tersebar di beberapa Kecamatan. Group kesenian ini mengalami peningkatand ari Tahun 2011 yang berjumlah 40 buah. Group kesenian terbanyak terdapat di Kecamatan Singkep. Selain itu, untuk mendukung minat olahraga masyarakat, maka disediakan juga sarana olahraga berupa lapangan olahraga. Berdasarkan data, rasio lapangan olahraga per 1000 penduduk mengalami penurunan dari Tahun 2011 sebesar 2,16 menjadi 2,15 pada tahun 2015.

2.3. Aspek Pelayanan Umum Bagian aspek pelayanan umum berikut ini mejelaskan perkembangan kinerja yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Lingga, baik pada urusan wajib maupun urusan pilihan.

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib Urusan wajib merupakan urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah. 2.3.1.1 Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pembangunan, untuk itu Pemerintah Kabupaten Lingga terus berupaya meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan yang ada serta meningkatkan kualitas tenaga pendidik. Pengembangan sarana pendidikan dilakukan sesuai dengan peningkatan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan

II.62

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH oleh penduduk seoptimal mungkin dan pemerataan penyebaran jumlah penduduk yang akan dilayani dan perkiraan tingkat kebutuhan yang telah ditetapkan.

2.3.1.1.1 Angka Partisipasi Sekolah APS merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama usia muda. Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan seperti pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan perubahanjumlah murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah. Sehingga, naiknya persentasejumlah murid tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi sekolah. Kenaikantersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya infrastruktur sekolah serta peningkatan akses masuk sekolah sehingga partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau malah semakin rendah.

Gambar. G-II.13 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2014

Laki+laki 100 Perempuan 90 Laki-laki + Perempuan 80 70 60 50 40 30 20 10 0 '7-12 13-15 16-18 19-24

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga, 2014

Di Kabupaten Lingga, hanya kelompok umur 7-12 tahun yang mendekati angka 100% sedangkan kelompok umur lainnya masih di bawah 92%, terutama untuk kelompok umur 19- 24 tahun yang hanya 15.23%. Sedangkan jika dilihat berdasarkan jenis kelamin perbedaan yang cukup berarti terjadi pada kelompok umur 16-18 tahun, dimana perempuan sebanyak 71.69% sedangkan laki-laki hanya 81.51%.

II.63

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.22. Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Lingga Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011 – 2014

No. Jenis Tahun Tahun Tahun Tahun Ket Indikator 2011 2012 2013 2014 1. 7-12 Tahun Laki-Laki 92,77 100 96,39 97,17 Perempuan 96,15 98,16 92,21 94,11 Laki-laki dan 94,40 99,03 94,39 95,68 Perempuan 2. 13-15 Tahun Laki-Laki 92,45 91,87 82,80 90,74 Perempuan 94,74 86,52 86,64 93,72 Laki-laki dan 93,68 89,99 84,47 92,07 Perempuan 3. 16-18 Tahun Laki-Laki 50,96 40,99 59,27 71,69 Perempuan 63,48 31,72 79,98 81,51 Laki-laki dan 56,61 36,42 68,61 75,90 Perempuan 4. 19-24 Tahun Laki-Laki 9,51 12,55 14,72 Perempuan 7,05 5,13 15,82 Laki-laki dan 8,12 8,58 15,23 Perempuan Sumber: BPS Kabupaten Lingga 2011-2015

Partisipasi dan peran serta penduduk usia muda Kabupaten Lingga telah menunjukkan angka yang tinggi. Sebagai contoh, pada kelompok umur 7-12 tahun APS total bernilai lebih dari 92 persen. Artinya hampir semua penduduk pada kelompok umur ini masih mengikuti pendidikan pada berbagai jenjang, terutama pendidikan dasar. Jika dilihat menurut jenis kelamin-pun, baik laki-laki maupun perempuan juga menunjukkan angka yang besar yaitu berturut-turut sebesar 92 persen. Namun sangat disayangkan APS Kabupaten Lingga menunjukkan penurunan di setiap peningkatan kelompok umur, baik kelompok 13-15 Tahun, kelompok 16-18 Tahun maupun 19-24 Tahun. Apaslagi APS secara total pada kelompok umur 13-15 tahun yang seharusnya menjadi fokus perhatian serius mengingat

II.64

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH pendidikan harus menjadi prioritas utama mereka yang berada pada kelompok umur tersebut. Apalagi program Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun telah dicanangkan oleh pemerintah sejak era Orde Baru, seharusnya APS pada kelompok umur tersebut setidaknya sama atau hanya memiliki sedikit selisih dengan APS pada kelompok usia 7-12 tahun.

2.3.1.1.2 Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan dasar.

Tabel. T-II.23. Jumlah Sekolah Penduduk Usia Sekolah dan Rasio Sekolah Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Lingga Menurut Jenjang Pendikan Tahun 2011 – 2015

Jumlah Jumlah Ratio Penduduk Jenjang Pendidikan Penduduk Sekolah Sekolah Tahun 2011 SD/MI 7928 127 62:1 SMP/MTs 6854 34 201:1 SMA/MA/SMK 7081 17 416:1 Tahun 2012 SD/MI 8262 136 60:1 SMP/MTs 6121 39 157:1 SMA/MA/SMK 5795 20 290:1 Tahun 2013 SD/MI 8647 137 63:1 SMP/MTs 6065 39 155:1 SMA/MA/SMK 5067 19 266:1 Tahun 2014 SD/MI 8700 138 63: 1 SMP/MTs 6097 42 145: 1 SMA/MA/SMK 5063 22 230: 1 Tahun 2015 SD/MI 121:1 SMP/MTs 72:1 SMA/MA/SMK 39:1 Sumber:BPS Kabupaten Lingga Tahun 2011-2014, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga,2016

2.3.1.1.3 Rasio Murid dan Guru Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar per 1.000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di

II.65

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Rasio murid dan guru menunjukkan beban kerja guru dalam mengajar. Rasio murid dan guru di Lingga untuk SLTP/MTs yaitu 1:16 (1 guru mengajar 16 murid) dan SMU/SMK/MA, yaitu 1:14 (1 guru mengajar 14 murid) sedangkan ratio untuk SD/MI yaitu 1:11 (1 guru mengajar 11 murid).

Tabel. T-II.24. Jumlah Murid, Guru dan Rasio Murid Guru Kabupaten Lingga Menurut Jenjang Pendikan Tahun 2011 - 2015

Jenjang Pendidikan Jumlah Murid Jumlah Guru Ratio Murid Guru Tahun 2011 SD/MI 11192 1117 10 SMP/MTs 3854 303 13 SMA/MA/SMK 2948 242 12 Tahun 2012 SD/MI 11500 1102 10 SMP/MTs 3911 299 13 SMA/MA/SMK 3082 3911 12 Tahun 2013 SD/MI 11.552 1.609 7 : 1 SMP/MTs 3.983 425 9 : 1 SMA/MA/SMK 3.214 338 10 : 1 Tahun 2014 SD/MI 11.782 1.088 11: 1 SMP/MTs 4.668 314 15: 1 SMA/MA/SMK 3.447 255 14: 1 Tahun 2015 SD/MI 11.525 1060 11 : 1 SMP/MTs 4314 278 16 : 1 SMA/MA/SMK 3279 236 14 : 1 Sumber: BPS Kabupaten Lingga Tahun 2011-2014, Dinas pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab. Lingga,2016

2.3.1.1.4 Rasio Murid dan Sekolah Rasio murid-sekolah menunjukkan kemampuan sekolah menampung murid. Rasio murid dan sekolah terbanyak adalah SMU/SMK/MA yaitu 1:173 artinya 1 sekolah menampung 173 murid sedangkan rasio yang paling sedikit adalah di SD/MI yaitu 1:84 (1 sekolah menampung 84 murid).

II.66

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.25. Jumlah Murid, Sekolah dan Rasio Murid Sekolah Kabupaten Lingga Menurut Jenjang Pendikan Tahun 2011-2015

Jumlah Ratio Murid Jenjang Pendidikan Jumlah Murid Sekolah Sekolah Tahun 2011 SD/MI 11192 127 88:1 SMP/MTs 3854 34 113:1 SMA/MA/SMK 2948 17 173:1 Tahun 2012 SD/MI 11500 136 85:1 SMP/MTs 3911 39 100:1 SMA/MA/SMK 3082 20 154:1 Tahun 2013 SD/MI 11.552 137 84:1 SMP/MTs 3.983 39 102:1 SMA/MA/SMK 3.214 19 169:1 Tahun 2014 SD/MI 11.782 138 85: 1 SMP/MTs 4.668 39 111: 1 SMA/MA/SMK 3.447 19 157: 1 Tahun 2015 SD/MI 11.525 138 84 : 1 SMP/MTs 4314 39 111 : 1 SMA/MA/SMK 3279 19 173 : 1 Sumber:BPS Kabupaten Lingga Tahun 2011-2014, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab. Lingga ,2016

Selain itu, terdapat capaian indicator pembangunan pendidikan lainnya sebagai berikut:

Tabel. T-II.26. Capaian Indicator Pembangunan Bidang Kesehatan

No. Uraian satuan 2011 2012 2013 2014 2015 Persentase Pendidikan Anak 1 persen 49,62 51,45 53,27 53,97 38,68 Usia Dini (PAUD) Angka Putus Sekolah (APS) 2 persen 0,91 0,82 0,58 0,28 0,59 SD/MI Angka Putus Sekolah (APS) 3 persen 1 0,9 0,89 0,25 0,65 SMP/MTs Angka Putus Sekolah (APS) 4 persen 1 0,84 0,92 1 0,50 SMA/SMK/MA 5 Angka Kelulusan (AL) SD/MI persen 100 100 100 100 100 6 Angka Kelulusan (AL) persen 82,18 85,52 84,83 98,73 99,92

II.67

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No. Uraian satuan 2011 2012 2013 2014 2015 SMP/MTs Angka Kelulusan (AL) 7 persen 92,45 97,49 98,69 98,91 99,90 SMA/SMK/MA Angka melanjutkan (AM) dari 8 persen 85,79 91,39 95,30 95,93 89,95 SD/MI ke SMP/MTs Angka melanjutkan (AM) dari 9 persen 85,67 89,98 89,78 96,24 91,72 SMP/MTS ke SMA/SMK/MA Guru yang memenuhi 10 orang 47,37 48,09 47,79 53,21 78,64 kualifikasi S1/D-IV Sumber: Dinas Pendidikan Lingga 2.3.1.2 Kesehatan Pembangunan bidang kesehatan di kabupaten Lingga bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara merata dan murah. Pembangunan kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan dengan menciptakan akses pelayanan kesehatan dasar yang didukung oleh sumberdaya yang memadai.

2.3.1.2.1. Sarana Kesehatan Pembangunan tersebut diarahkan kepada peningkatan fasilitas kesehatan dan akses pelayanan kesehatan dasar yang didukung oleh sumber daya yang memadai, seperti rumah sakit, puskesmas, tenaga kesehatan dan ketersediaan obat. Jika dilihat pada Tabel. T-II.274. bahwa pada tahun 2010 jumlah sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Lingga terdiri dari: Rumah Sakit 2 buah, Puskemas sebanyak 8 buah, Puskesmas Pembantu sebanyak 36 buah, Puskesmas Keliling sebanyak 6 buah, dan polindes 64 buah. Satu-satunya Rumah Sakit yang ada Di Kabupaten Lingga terdapat di Kecamatan Singkep dan Kecamatan Lingga, sedangkan untuk Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, serta polindes sudah tersebar di masing-masing Kecamatan.

Tabel. T-II.27. Banyaknya Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Balai Pengobatan/Klinik, Dan Polindes Menurut Kecamatan Tahun 2011-2015

Kecamatan Rumah Puskesmas Puskesmas Puskesmas Balai Polindes Sakit Pembantu Keliling Pengobatan Singkep Barat 0 1 7 1 0 10 Singkep 1 1 0 1 0 1 Singkep Selatan 0 0 3 0 0 1 Singkep Pesisir 0 0 1 0 0 4 Lingga 1 1 6 1 3 9 Selayar 0 1 1 0 0 2 Lingga Timur 0 1 4 0 0 4 Lingga Utara 0 1 6 1 1 6

II.68

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Kecamatan Rumah Puskesmas Puskesmas Puskesmas Balai Polindes Sakit Pembantu Keliling Pengobatan Senayang 0 2 8 2 3 27 Rasio Per Satuan 1 : 44.137 1 : 11.000 1 : 848 1 : 29.424 0 1 : 1.131 Penduduk 2015 2 8 104 3 0 78 2014 2 8 36 6 7 64 2013 2 8 36 3 10 62 2012 2 7 36 2 1 66 2011 2 7 36 2 0 56 Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Lingga, 2015

2.3.1.2.2. Tenaga Kesehatan Untuk menunjang sarana kesehatan yang ada, diperlukan tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhannya, Jumlah tenaga kesehatan dari tahun ke tahun terjadi peningkatan. Hal ini untuk mengakomodir pemenuhan kebutuhan kesehatan yang semakin meningkat, dengan diikuti meningkatnya sarana kesehatan. Tenaga kesehatan tersebut terdiri dari dokter dan paramedis, dokter yang tersedia sebanyak 48 orang, terdiri dari dokter umum 32 orang, dokter gigi sebanyak 10 orang dan spesialis 6 orang, sedangkan paramedis terdiri dari perawat (247 orang), Perawat Gigi (8 orang), AA (1 orang), farmasi (17 orang), kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan (32 orang), dan Bidan (157 orang). Gizi 14 orang dan terapi fisik 2 orang.

Tabel. T-II.28. Banyaknya Dokter Dan Paramedis Menurut Kecamatan Tahun 2011-2015

Dokter Paramedis Kecamatan Perawat Spesialis Umum Gigi Perawat AA Sanitasi Bidan Gigi Singkep Barat 0 3 1 22 0 0 1 17 Singkep 3 8 3 58 3 4 3 46 Lingga 3 5 2 54 3 2 5 30 Lingga Utara 0 1 1 15 1 0 0 8 Senayang 0 2 1 27 1 0 0 35 Selayar 0 2 1 8 0 1 1 5 Lingga Timur 0 1 1 10 0 0 0 6 Rasio Per 1 : 1 : 1 : Satuan 1 : 14.712 1 8.827 1 : 357 1 : 2.758 1 : 562 2.758 11.034 12.610 Penduduk 2015 6 32 10 247 8 7 32 157 2014 0 11 3 129 5 1 4 91 2013 0 17 6 208 8 0 0 144 2012 0 32 11 257 0 0 6 157 2011 0 8 5 171 4 0 6 159 Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2015, Profil Dinas Kesehatan Kab. Lingga 2015

II.69

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Selain itu, terdapat pula capaian kinerja bidang kesehatan yang lain, sebagai berikut: Tabel. T-II.29. Capaian indikator Kinerja Bidang Kesehatan Kabupaten Lingga Tahun 2011-2015

No Indikator satuan 2011 2012 2013 2014 2015 1 Posyandu Aktif rasio 100 100 100 100 100 Cakupan pertolongan persalinan 2 oleh tenaga kesehatan yang rasio 95,42 93,30 96,81 97,07 90,34 memiliki kompetensi kebidanan Cakupan Balita gizi buruk yang 3 persen 100 100 100 100 100 mendapatkan perawatan Cakupan penemuan dan 4 penanganan penderita penyakit persen 85,79 92,17 95,09 47,30 48,27 TBC BTA 5 Angka kesakitan DBD persen 100 100 100 100 100 cakupan pelayanan kesehatan 6 Persen 37,45 34,78 37,79 71,21 2 rujukan pasien masyarakat 7 Cakupan kunjungan bayi persen 50,85 56,66 73,62 78,60 89,7 Cakupan desa/kelurahan 8 persen 20 47,06 77,19 85,33 64,2 Universal Children Immunization

Cakupan komplikasi kebidanan 9 persen 69,59 75,72 79,30 87,65 89,13 yang ditangani Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga

2.3.1.3 Pekerjaan Umum Semakin meningkatnya usaha pembangunan, maka akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke daerah lain. Data panjang jalan tahun 2015 berdasarkan kondisinya disajikan berikut ini.

Tabel. T-II.30. Capaian Kinerja Urusan Pekerjaan Umum Tahun 2015

No. Indikator Panjang Jalan (km) 1 Jalan Negara 70,45 Kondisi Baik 56,73 Kondisi Sedang 5,94 Kondisi Rusak 2,59 Kondisi Rusak Berat 5,19 2 Jalan Provinsi 149,25 Kondisi Baik 37,66 Kondisi Sedang 21,16 Kondisi Rusak 36,17 Kondisi Rusak Berat 55,26 3 Jalan Kabupaten 524,83 Kondisi Baik 225,81 Kondisi Sedang 170,63 Kondisi Rusak 100,04

II.70

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No. Indikator Panjang Jalan (km) Kondisi Rusak Berat 28,35 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lingga,2016

Selain pembangunan/rehabilitasi jalan, maka hal lain yang menjadi indicator kinerja bidang pekerjaan umum berdasarkan Lampiran I Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 yaitu jumlah rumah ibadah. Berikut ini disajikan jumlah rumah ibadah di Kabupaten Lingga.

Tabel. T-II.31. Jumlah Tempat Ibadah Persatuan Penduduk Tahun 2015

Jenis Jumlah Mesjid/ Mushola/ Surau 167 Gereja Protestan 12 Gereja Katholik 12 Vihara 3 Kelenteng 12 Jumlah 206 Rasio per 1000 penduduk 1 : 2,3 Sumber : Bagian Kesejahteraan Rakyat Kab. Lingga, 2016

Beberapa capaian kinerja pembangunan di bidang pekerjaan umum sebagai berikut: Tabel. T-II.32. Capaian Kinerja Pembangunan Di Bidang Pekerjaan Umum

No Urain satuan 2011 2012 2013 2014 2015

Proporsi panjang 1 jaringan jalan dalam persen 58,14 58,71 59,26 60,19 26 kondisi baik Persentase pemukiman 2 persen 72,51 71,95 72,54 72,54 30 bersanitasi baik Rasio Tempat Pembuangan Sampah 3 rasio 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 (TPS) per satuan penduduk 4 Rasio Rumah Layak Huni jumlah 71,72 72,16 72,54 72,63 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lingga

II.71

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.3.1.4 Perumahan Air Bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Rumah Tangga Pengguna Air Bersih dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. T-II.33. Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Tahun 2011 – 2015 No. Jenis Indikator Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 1. Rumah Tangga Pengguna 28.989 29.124 29.303 30.18 Air Bersih 2. Jumlah RumahTangga 35.033 35.372 35.525 35.789 3. Prosentase RT Pengguna 82,75 82,34 82,49 84,35 Air Bersih Sumber: LKPJ AMJ Kabupaten Lingga, 2011-2014

2.3.1.5 Penataan Ruang Penataan ruang di daerah sangat penting untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kota maupun keserasian dengan wilayah disekitarnya. Pengaturan mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lingga sudah ditetapkan dengan Perda Nomor 2 Tahun 2013 yang berlaku selama 20 tahun dari tahun 2011 sampai dengan 2031.

2.3.1.6 Perencanaan Pembangunan Perencanaan Pembangunan ini bertujuan untuk mengembangan pola perencanaan pembangunan daerah yang mampu menjawab prioritas daerah, mengantisipasi perubahan yang ada dengan melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholders) melalui mekanisme musrenbang sebagaimana diatur oleh peraturan perundang-undangan utamanya Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional berikut peraturan turunannya.

II.72

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.34. Capaian Kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan

Tahun No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015 1 Tersedianya dokumen Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia perencanaan RPJPD yang telah ditetapkan dengan Perda 2 Tersedianya Dokumen Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Perencanaan RPJMD yang telah ditetapkan dengan Perda 3 Tersedianya Dokumen Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Perencanaan RKPD dan kelengkaannya yang telah ditetapkan dengan Perkada Sumber: RKPD Kabupaten Lingga Tahun 2016

2.3.1.7 Perhubungan Angkutan laut merupakan sarana perhubungan yang sangat vital dan strategis bagi masyarakat Kabupaten Lingga sebagai daerah kepulauan. Oleh karena itu, maka pembangunan di bidang pelayaran terus ditingkatkan dan diperluas termasuk penyempurnaan manajemen dan dukungan fasilitas pelabuhan. Untuk transportasi laut, data tahun 2015 menunjukkan jumlah pelabuhan sebanyak 84 unit. Armada kapal sebanyak 7 armada yang melayani antar pulau dengan jumlah penumpang yang terlayani sebanyak 17.200 orang. Tabel. T-II.35. Capaian Urusan Perhubungan Tahun 2013 – 2015

Nilai Nama Satuan Ket 2013 2014 2015 I. Perhubungan 1) Angkutan Penyebrangan Dermaga 1 1 1 Unit kapal ferry 1 1 1 Unit Ro-ro jumlah orang melalui Melalui Ro- 7337 27678 orang dermaga ro 2) Jumlah pemasangan 704 704 Unit rambu-rambu II. Transportasi Laut 1) Jumlah Pelabuhan 81 84 84 Unit I. Pelabuhan yang tidak

diusahakan Kapal 5 6 7 Armada Penumpang 12.800 14.500 17.200 Orang III. Transportasi Udara

II.73

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

1) Jumlah Bandara 1 1 1 Unit 2) Jumlah orang melalui 2.640 - 4.300 Orang bandara IV. Jumlah Penumpang

Angkutan Kapal Laut 12.800 14.500 17.200 Orang

Berikut ini disajikan beberapa pelabuhan laut yang ada di wilayah Lingga. Tabel. T-II.36. Nama Pelabuhan Laut Menurut Kelas Dan Peranannya

Pelabuhan Laut Kelas Peranannya

Dabo Singkep Kanpel Kelas IV Umum Sungai Buluh Satuan Kerja Umum Penuba Satuan Kerja Umum Daik Lingga Satuan Kerja Umum Kuala Raya Satuan Kerja Umum Pulau Mas Pos Kerja Umum Senayang Kanpel Kelas V Umum Pancur Satuan Kerja Umum Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2014

Di Pelabuhan Dabo Singkep, angkutan barang luar negeri yang dimuat pada tahun 2014 mencapai 205.600 ton. Berbeda dengan angkutan barang antar pulau, maka pada tahun 2014 barang yang dibongkar pada angkutan antar pulau tercatat sebesar 96.397 ton.

Jumlah Kunjungan Kapal Menurut Bulan Di Pelabuhan Dabo, Daik Dan Senayang Tahun 2014 (Orang)

600 500 400 300 Senayang 200 Daik 100 Dabo 0

Sumber: Data dalam angka Kab. Lingga, 2014

II.74

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gambar. G-II.14 Jumlah Arus Penumpang Domestik Yang Berangkat Dan Datang Menurut Bulan Di Bandara Dabo Singkep, 2014 (Orang)

800 700 600 500 400 Datang 300 200 Berangkat 100 0

Sumber: Data dalam angka Kab. Lingga, 2014

Selain angkutan laut, terdapat juga angkutan udara. Lalu lintas pesawat dan penumpang dari dan ke Kabupaten Lingga melalui Bandara Dabo Singkep Tahun 2014 terlihat cukup berfluktuasi. Jika dilihat selama tahun 2010 lonjakan penumpang yang datang dan berangkat dari Bandara Dabo Singkep terjadi pada bulan Agustus. Untuk bongkar muat bagasi, barang, dan pos paket perkembangannya juga bervariasi. Untuk angkutan darat, Kabupaten Lingga belum memiliki terminal penumpang baik kelas A, B maupun C. Jumlah angkutan umum berupa bus sebanyak 20 unit di tahun 2015 dan mobil barang 360 unit. Jumlah KIR angkutan umum terdata sebanyak 134 unit di tahun 2015. Dengan biaya uji KIR bervariasi antara Rp. 40.000,- sampai dengan Rp. 65.000,-. Fasilitas perlengkapan jalan terdiri dari trotoar 1 unit, jalur sepeda 13 unit, halte 18 unit. Manajemen rekayasa ada 9 unit. Jumlah angkutan penyebrangan Ro-ro sebanyak 2 unit dengan kapal Ro-ro 2 unit. Jumlah rambu-rambu yang terpasang sebanyak 704 unit dari yang seharusnya sebanyak 1456 unit.

II.75

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.37. Data Jumlah Angkutan Umum Tahun 2013 – 2015

Tahun Jenis Satuan 2013 2014 2015

Jumlah Angkutan Umum - Mobil bus - 5 20 Unit - Mobil barang - 360 260 Unit Jumlah Uji KIR - Mobil barang 78 197 134 Unit Lama Uji KIR 1 1 Hari Biaya Uji KIR - Mobil 45.000 45.000 40.000 Rupiah penumpang umum - Bus 45.000 45.000 70.000 Rupiah - Mobil barang 45.000 45.000 65.000 Rupiah

2.3.1.8 Pertanahan Tanah merupakan sumber daya yang penting dan strategis karena menyangkut hajat hidup seluruh masyarakat Indonesia yang sangat mendasar. Pengelolaan pertanahan yang adil dan memperhatikan kearifan lokal diperlukan untuk mendukung keseluruhan elemen pelaksanaan pembangunan wilayah yang berkelanjutan. Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Jumlah luas lahan yang bersertifikat di Kabupaten Lingga pada tahun 2011– 2014 dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:

Tabel. T-II.38. Persentase Luas Lahan bersertifikat Tahun 2011-2014

Indikator 2011 2012 2013 2014 Luas Lahan Bersertifikat 59,15 59,63 59,72 59,72 Sumber LKPJ AMJ Kabupaten Lingga 2010-2015

Penyelesaian kasus tanah negara selama 5 (lima) tahun terakhir disajikan pada tabel dibawah ini.

II.76

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.39. Penyelesaian Kasus Tanah Negara di Kabupaten Lingga Tahun 2011 - 2015 Indikator 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah Kasus 1 1 1 1 1 Kasus Terdaftar 1 1 1 1 1

Penyelesaian KASUS (%) 100 100 100 100 100 Sumber LKPJ AMJ Kabupaten Lingga 2010-2015

Penyelesaian ijin lokasi selama beberapa tahun terakhir disajikan sebagai berikut:

Tabel. T-II.40. Penyelesaian Ijin Lokasi di Kabupaten Lingga Tahun 2011 - 2014 Indikator 2011 2012 2013 2014 Jumlah Ijin 4 3 4 4 Permohonan Ijin 5 5 5 4

Penyelesaian IJIN LOKASI (%) 80 60 80 100 Sumber LKPJ AMJ Kabupaten Lingga 2010-2015

Selain kinerja terkait pertanahan yang telah disajikan diatas, berikut ini disajikan sertifikat hak atas tanah yang diterbitkan berdasarkan jenisnya.

Tabel. T-II.41. Sertifikat Hak Atas Tanah yang Diterbitkan Tahun 2014

Sertifikat Hak Atas Tanah yang No Jumlah Diterbitkan 1 Hak Milik 6301 2 Hak Guna Bangunan 240 3 Hak Guna Usaha 0 4 Hak Pakai 243 5 Hak Pengelolaan 0 6 Wakaf 0 Sumber LKPJ AMJ Kabupaten Lingga 2010-2015

2.3.1.9 Kependudukan dan Catatan Sipil Pembangunan di bidang kependudukan dan catatan sipil dilaksanakan dalam rangka meningkatnya keterpaduan dan sinkronisasi kebijakan penyelenggaraan adminitrasi

II.77

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH kependudukan dan catatan sipil, serta mewujudkan pengelolaan informasi administrasi kependudukan. Kinerja kependudukan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kesadaran penduduk, pentingnya dokumen kependudukan, kemudahan akses, kesederhanaan prosedur dan aspek biaya pengurusan. Sampai dengan tahun 2015, persentase kepemilikan KTP sebanyak 99,48%.

Tabel. T-II.42. Kepemilikan KTP di Kabupaten Lingga Tahun 2011 - 2015 Indikator 2011 2012 2013 2014 2015

Penduduk Ber KTP 38.613 38.979 39.359 64.648 72.588

Penduduk Wajib KTP 66.323 66.515 66.722 72.503 72.961

Persentase Kepemilikan KTP 58,22 58,60 58,99 89,17 99,48

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lingga, 2016

Guna mendukung kebijakan nasional di bidang kependudukan, maka Kabupaten Lingga telah menerapkan KTP nasional berbasis NIK.

Tabel. T-II.43. Penerapan KTP Nasional Berbasis NIK di Kabupaten Lingga Tahun 2011 - 2015 Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 Status Penerapan KTP Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah Nasional Berbasis NIK dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lingga, 2016

Selain persentase penduduk yang ber-KTP, indicator pembangunan di bidang kependudukan dan pencatatan sipil adalah persentase penduduk yang memiliki akta kelahiran. Kondisi 5 (lima) tahun terakhir disajikan sebagai berikut:

II.78

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.44. Persentase capaian kinerja untuk Kepemilikan Akta Kelahiran per 1.000 penduduk Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah penduduk memiliki akta 34.515 34.623 34.950 69.648 35.257 kelahiran Persentase capaian kinerja untuk 0,2 0,3 0,3 0,7 0,3 Kepemilikan Akta Kelahiran per 1.000 penduduk Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lingga, 2016

2.3.1.10 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dalam rangka pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak diperlukan akses seluas-luasnya terhadap perempuan untuk berperan aktif di semua bidang kehidupan dalam rangka pemberdayaan untuk menuju kesetaraan gender. Untuk mengetahui peran aktif perempuan dapat diukur dari partisipasi perempuan di lembaga pemerintah maupun swasta, besarnya angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Tabel. T-II.45. Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah Tahun 2015

NO Uraian Jumlah 1 Pekerja perempuan di pemerintah Tenaga Teknis 332 Tenaga Medis 320 Tenaga Guru 950 2 Jumlah pekerja perempuan 1602 Persentase pekerja perempuan di lembaga 3 53,13% pemerintah Sumber data : BP3AKB Kab. Lingga, 2016

Dapat dilihat persentase perempuan yang bekerja di pemerintah lebih besar daripada laki-laki yaitu sebesar 53,13%. Sebarannya antara lain di tenaga teknis jumlah pekerja perempuan sebesar 332 orang,tenaga medis sebanyak 320 orang dan guru sebanyak 950 orang. Dari total 3015 orang pekerja pemerintah di Kabupaten Lingga sebanyak 1602 orang adalah perempuan.

II.79

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Demikian juga rasio kekerasan dalam rumah tangga di Kabupaten Lingga dapat dikatakan jarang dijumpai selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 2013 angka kekerasan paling tinggi terjadi sebanyak 6 kasus. Untuk selengkapnya dapat disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel. T-II.46. Rasio Kekerasan Dalam Rumah Tangga Kabupaten Lingga Tahun 2011-2015

NO Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 1 Jumlah KDRT 0 1 6 5 2 2 Jumlah Rumah Tangga 22.831 22.950 23.051 23.158 23.310 3 Rasio KDRT 0 0,004 0,026 0,021 0,008 Sumber data : BP3AKB Kab. Lingga,2016

Pekerja anak dibawah umur di Kabupaten Lingga juga menunjukkan angka yang rendah. Hal ini berarti eksploitasi terhadap anak dapat dikatakan rendah. Pada tahun 2014 sebanyak 145 anak didapati bekerja dan angka nya meningkat tahun 2015 menjadi 256 anak.

Tabel. T-II.47. Persentase Tenaga Kerja di Bawah Umur Kabupaten Lingga Tahun 2015

NO Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 1 Pekerja anak usia 5-14 tahun n.a n.a n.a 145 256 Jumlah pekerja usia 5 tahun 2 25505 26408 26098 26202 26920 keatas Persentase jumlah tenaga kerja 3 - - - 0,56% 0,92% dibawah umur Sumber data : BP3AKB Kab. Lingga, 2016

2.3.1.11 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Salah satu indikator keberhasilan keluarga berencana adalah penurunan rata-rata jumlah anak per keluarga. Kabupaten Lingga memiliki jumlah anak yang rendah dengan rata- rata sebesar 1 anak. Hal ini membuktikan program KB berhasil di Kabupaten Lingga.

II.80

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.48. Rata- rata Jumlah Anak per Keluarga Kabupaten Lingga Tahun 2015

NO Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 1 Jumlah anak 27954 27574 27456 27361 27239 2 Jumlah keluarga 26560 26548 26534 26512 26500

3 Rata-rata jumlah anak per 1,05 1,04 1,03 1,03 1,03 keluarga Sumber data : BP3AKB Kab. Lingga,2016

Dengan sedikitnya jumlah anak yang dimiliki per keluarga maka berkaitan erat dengan rasio akseptor KB di Kabupaten Lingga. Pasangan usia subur yang menjadi akseptor KB terdata sebanyak 66,54% di Tahun 2015. Berikut gambarannya :

Tabel. T-II.49. Jumlah Akseptor KB Kabupaten Lingga Tahun 2015

NO Uraian 2011 (2012 2013 2014 2015 1 Jumlah akseptor KB 11162 11067 10974 9278 8326 2 Jumlah pasangan usia subur 17092 16137 16037 13913 12513 3 Rasio akseptor KB 68,58 67,79 68,43 66,69 66,54 Sumber data : BP3AKB Kab. Lingga,2016

2.3.1.12 Sosial Berdasarkan data yang bersumber dari Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang ada di Kabupaten Lingga sebanyak 1.154 orang, terbanyak adalah dewasa cacat yaitu 441 orang, kemudian Tuna Daksa terlantar berjumlah 207 orang, Anak Cacat sebanyak 168 orang, dan 198 orang penyandang tuna Grahita. Berdasarkan sebarannya, Kecamatan Singkep memiliki penyandang masalah kesejahteraan sosial terbanyak yaitu 295 orang, kemudian Kecamatan Singkep Barat sebanyak 264 orang, 155 orang di Kecamatan Senayang, Kecamatan Lingga 127 orang, 118 orang di Kecamatan Singkep Pesisir, 94 orang di Kecamatan Singkep Selatan, 82 orang di Kecamatan Lingga Utara, 13 orang di Kecamatan Lingga Timur dan 6 orang di Kecamatan Selayar.

II.81

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.50. Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Kabupaten Lingga Tahun 2015

Jumlah penyebaran lokasi kecamatan

Jenis PMKS Singkep Singkep Singkep Singkep Lingga Selayar Lingga Lingga Senayang jumlah Barat Selatan Pesisir Timur Utara

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1 Tuna Daksa 62 49 20 29 19 3 25 207

2 Tuna Netra 18 12 4 4 11 8 13 70

3 Tuna 27 13 2 6 6 3 13 70 Rungu/Wicara

4 Tuna Grahita 21 67 8 15 19 6 12 32 18 198

5 Anak Cacat 19 59 5 9 33 1 13 29 168

6 Dewasa Cacat 117 95 55 55 39 23 57 441

Jumlah total 264 295 94 118 127 6 13 82 155 1154

Sumber Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lingga 2010-2015

Sedangkan jumlah PMKS yang mendapatkan bantuan sepanjang lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan yaitu Tahun 2015 sebanyak 61 orang.

Tabel. T-II.51. Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Yang Mendapatkan Bantuan Kabupaten Lingga Tahun 2011 – 2015

Jumlah 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah PMKS yang 0 29 20 34 61 mendapatkan Bantuan Sosial

2.3.1.13 Ketenagakerjaan Tenaga kerja adalah modal dasar bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Angkatan Kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja,

II.82

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH sementara tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Penduduk berumur kurang dari 15 tahun meskipun telah melakukan pekerjaan guna memenuhi suatu kebutuhan hidup tidak dikategorikan sebagai angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan bagian dari aspek demografi penduduk yang mempunyai kecenderungan bertambah atau menurun sejalan dengan perubahan yang dialami oleh penduduk itu sendiri. Hal ini terjadi karena faktor alamiah sepeti kelahiran, kematian maupun perpindahan yang menyebabkan jadi bergesernya pola kependudukan secara keseluruhan.

Tabel. T-II.52. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan di Kabupaten Lingga Tahun 2011 – 2015

Indikator 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah Partisipasi 251 251 279 8.612 Jumlah Angkatan Kerja 742 759 883 25.684 Persentase Tingkat Partisipasi 33,83 33,16 31,60 33,53 32,97 Sumber: LKPJ AMJ Kabupaten Lingga 2010-2015 dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Tingkat pastisipasi angkatan kerja perempuan di Lingga selama beberapa tahun terakhir berkisar di angka 31% sampai 33%. Bila dibandingkan Tahun 2011 sebesar 33,83 maka Tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 32,97%.

Tabel. T-II.53. Pencari Kerja Yang Ditempatkan di Kabupaten Lingga Tahun 2011 – 2015

Indkator 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah Pencari Kerja ditempatkan 313 515 883 176 41 Jumlah Pencari Kerja Terdaftar 757 823 979 193 97 Persentase Pencari Kerja yang 41,35 62,58 90,19 91,19 41,26 ditempatkan Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lingga, 2016

Persentase pencari kerja yang ditempatkan sejak Tahun 2011 terus mengalami peningkatan sampai dengan Tahun 2014, yaitu pada posisi 91,9%. Pada tahun berikutnya mengalami penurunan drastis menjadi 41,26%.

II.83

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.54. Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama Dan Jenis Kelamin Tahun 2014

Uraian Laki - laki Perempuan Lk + Pr 1. Angkatan Kerja 86,03 33,54 60,33 1. Bekerja 82,17 32,47 57,83 2. Mencari Pekerjaan 3,86 1,07 2,50 2. Bukan Angkatan Kerja 13,97 66,45 39,67 1. Sekolah 6,11 5,91 6,01 2. Mengurus Rumah Tangga 5,33 56,91 30,59 3. Lainnya 2,53 3,63 3,07 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2014

Berdasarkan data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik, pada tahun 2014 terdapat 60,33% penduduk angkatan kerja dan 39,67% penduduk bukan angkatan kerja. Bila dibandingkan berdasarkan jenis kelamin, diketahui bahwa penduduk laki-laki yang bekerja sebanyak 82,17% sementara penduduk perempuan yang bekerja sebanyak 32,47%.

Tabel. T-II.55. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Dan Jenis Kelamin Tahun 2014

Lapangan Usaha Laki-Laki Perempuan Lk + Pr 1. Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 52,01 14,63 41,73 2. Pertambangan dan Penggalian 3,96 0,96 3,13 3. Industri Pengolahan 7,79 16,64 10,23 4. Listrik, Gas dan Air Minum 0 0 0 5. Konstruksi 7,74 0,00 5,61 6. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan Dan Hotel 8,27 24,44 12,72 7. Transportasi, Pergudangan dan komunikasi 3,39 0 2,46 Lembaga Keuangan, Real Estate,Usaha Persewaanan Jasa 8. Perusahaan 0,74 0 0,53 9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan 16,11 43,32 23,60 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas, penduduk yang bekerja sebagian besar bekerja di sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan (41,73%) dan sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan (23,60%). Sementara lapangan kerja yang paling sedikit dijadikan mata pencaharian oleh penduduk Lingga yaitu sektor Listrik, gas dan air minum yaitu 0%.

II.84

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.56. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Di Kabupaten Lingga Tahun 2014 (Penduduk Usia Kerja/Usia 15 Tahun Ke Atas)

No Jenis Pekerjaan Jumlah Prosentase 1 Wiraswasta 4.161 8,68 2 Buruh/ Nelayan Perikanan 3.989 8,32 3 Nelayan/ Perikanan 3.687 7,69 4 Buruh Harian Lepas 2.049 4,27 5 Karyawan Swasta 981 2,05 6 Pegawai Negeri Sipil 639 1,33 7 Guru 575 1,20 8 Karyawan Honorer 525 1,10 9 Petani/ Pekebun 437 0,91 10 Pembantu Rumah Tangga 437 0,91 11 Lainnya 30.456 63,53 Jumlah 47.936 100,00 Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2015

Dari jenis pekerjaan yang ada, wiraswasta adalah yang paling banyak dijalankan oleh penduduk. Tabel diatas menunjukkan penduduk yang bekerja sebagaiwiraswasta sebanyak 4.161 jiwa atau 8,68 % dari keseluruhan jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lingga. Kemudian diikuti oleh jenis pekerjaan sebagai buruh/nelayan perikanan sebanyak 3.989 jiwa atau 8,32% dari keseluruhan jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lingga. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Nilaiu TPT di Kabupaten Lingga pada Tahun 2015 sebesar 4,01%. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di angka 4,14%. Tabel. T-II.57. Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Lingga Tahun 2011 – 2015

Jenis Data 2011 2012 2013 2014 2015

Tingkat Pengangguran terbuka 3,55 3,38 2,78 4,14 4,01 Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lingga, 2016

Dibandingkan dengan kabupaten/kota se-Provinsi Kepulauan Riau, tingkat pengangguran terbuka pada Tahun 2014 tertinggi di Kabupaten Bintan, sedangkan terendah di Kabupaten Lingga, seperti terlihat pada gambar berikut ini.

II.85

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gambar. G-II.15 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota di Provinsi Kepri Tahun 2014

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2015

Angka sengketa pengusaha – pekerja dari tahun 2011 sampai 2015 adalah 0 dalam artian tidak ada kejadian konflik sengketa antara pengusaha dengan pekerja.

2.3.1.14 Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Dalam mengembangkan usahanya koperasi menghadapi kendala utama yang bersifat internal yaitu kelemahan dalam permodalan. Sebagaimana diketahui modal secara otonomi adalah sebagai “darah” yang akan mendorong sumber daya ekonomi lainnya dalam kegiatan usaha. Oleh karena itu pengembangan permodalan bagi koperasi harus diprioritaskan, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar koperasi.

Tabel. T-II.58. Data Koperasi Kabupaten Lingga Tahun 2013 – 2015

Tahun 2013 2014 2015 No. Uraian KUD Non KUD KUD Non KUD KUD Non KUD 1. Jumlah Unit Usaha 11 83 11 95 11 95 2. Jumlah Anggota 987 6.190 1.068 6.080 1.068 6.216 Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kab. Lingga

Jumlah koperasi tahun 2015 dan 2014 sebanyak 106 unit, dengan rincian 11 KUD dan 95 Non KUD, sedangkan jumlah anggota koperasi untuk tahun 2015 dan tahun 2014 sebanyak 7.284 orang dan 7.148 orang, dengan rincian untuk KUD 1.068 orang 6.212 orang

II.86

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH dan 6.216 orang dan untuk Non KUD 1068 orang dan 6080 orang. Sedangkan untuk tahun 2013 ada sebanyak 94 unit, dengan rincian 11 KUD dan 83 Non KUD, sedangkan jumlah anggota koperasinya 987 orang dan 6.190 orang.

Gambar. G-II.16 Jumlah Koperasi Menurut Jenis Tahun 2015

KUD 10% Lainnya Perikanan 30% 18%

Serba Usaha 42%

Sumber: Data dalam angka Kab. Lingga, 2015

Perkembangan koperasi dapat dilihat melalui indicator persentase koperasi aktif. Data beberapa tahun terakhir menujukkan koperasi aktif di Lingga mengalami penurunan. Tahun 2011 koperasi aktif sebanyak 62,30%, terus meningkat menjadi 63,20% Tahun 2012, 82% pada Tahun 2013 dan mengalami penurunan Tahun 2014 menjadi 47,50%. Angka ini kembali meningkat menjadi 50% pada tahun 2015. Selain koperasi, di Kabupaten Lingga juga berkembangan usaha kecil dan menengah (UKM). Jumlah UKM selama 4 (empat) tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang menggembirakan dalam arti mengalami peningkatan jumlah.

Tabel. T-II.59. Usaha Mikro dan Kecil di Kabupaten Lingga Tahun 2011 – 2015

Indikator 2011 2012 2013 2014 Jumlah UKM 850 898 979 1.000

Sumber: LKPJ AMJ Kabupaten Lingga 2010-2015

2.3.2.1. Penanaman Modal Jumlah investor yang menanamkan modalnya di Kabupaten Lingga terhitung dari tahun 2011 sampai 2015 hanya 1 investor dalam negeri. Kabupaten Lingga nampaknya

II.87

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH belum dilirik oleh investor disebabkan oleh masalah lahan yang tumpang tindih dan infrastruktur yang belum baik. Ketersediaan pelayanan penunjang pemerintah daerah dalam menarik investor masih kurang. Adapun nilai realisasi PMDN selama beberapa tahun terkahir sebagai berikut: Tabel. T-II.60. Nilai Realisasi PMDN Kabupaten Lingga Tahun 2011-2014

Tahun (Milyar Rupiah)

2011 2012 2013 2014

465,94 3.540,09 3.541 3.654

Sumber: LKPJ AMJ Kabupaten Lingga 2010-2015

2.3.1.15 Kepemudaan dan Olahraga Salah satu indicator yang menunjukkan perhatian pemerintah terhadap pengembangan olaharaga yaitu jumlah lapangan olahraga. Adapun jumlah lapangan olahraga di Lingga selama 5 tahun terakhir tetap sama yaitu 19 buah.

Tabel. T-II.61. Jumlah Lapangan Olahraga Tahun 2011 – 2015

Indikator Kinerja Satuan 2011 2012 2013 2014 2015

Lapangan Olahraga Jumlah 19 19 19 19 19

2.3.1.16 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Dalam mewadahi urusan wajib Kesatuan Bangsa dan Plitik Dalam Negeri maka Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Lingga melaksanakan kegiatan berupa pembinaan terhadap partai politik dan berbagai kegiatan yang terkait dengan kesatuan bangsa. Adapun indikator capaian kesatuan bangsa dan politik dalam negeri sebagai berikut:

II.88

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.62. Indikator Capaian Kesatuan Bangsa Dan Politik Dalam Negeri Tahun 2011 – 2015

No Indikator Kinerja Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah Kegiatan Kegiata 1 Pembinaan 5 5 5 5 0 n terhadap Parpol Tingkat Partipasi Pemilih dalam 2 Persen - - - 80 90 Pileg, Pilbup dan Pilpres

2.3.1.17 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau. Secara administrasi, maka Kabupaten Lingga terdiri dari 9 kecamatan dengan rincian sebanyak 75 desa/kelurahan dan 7 diantaranya adalah berstatus kelurahan. Dan kecamatan yang termasuk wilayah Kabupaten Lingga adalah Singkep Barat, Singkep, Singkep Selatan, Singkep Pesisir, Lingga, Selayar, Lingga Timur, Lingga Utara, dan Senayang. Dengan dijadikannnya Kabupaten Lingga sebagai daerah otonom, maka kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga adalah mencakup seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang Politik Luar Negeri, Pertahanan Keamanan, Yuridis, Moneter dan Fiskal Nasional, Agama, serta kewenangan di bidang lain seperti kebijakan perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan di bidang Sumber Daya Manusia (SDM), pendayagunaan SDM dan Sumber Daya Alam (SDA) serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi dan standarisasi nasional. Jumlah satpol PP (banpol PP) di Kabupaten Lingga pada tahun 2015 tercatat sebanyak 111 orang yang bertugas. Sedang jumlah Linmas yang aktif sebanyak 512 orang. Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 15,63% dan Indeks Kepuasan Masyarakat dari tahun 2011 sampai dengan 2015 belum ada survey.

II.89

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.63. Capaian Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Tahun 2011 – 2015

No Indikator Kinerja Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 1 Rasio Satpol PP per Rasio 1 : 11 1 : 11 1 : 12 1 : 12 1 : 12 10.000 penduduk 2 Jumlah Satlinmas per 10.000 rasio 1 : 71 1 : 72 1 : 72 1 : 98 1 : 58 penduduk 3 Petugas Linmas orang 632 632 632 868 512 4 Pertumbuhan persen 6,65 6,58 6,54 6,80 3,12 ekonomi 5 Kemiskinan Persen 12,98 14,17 13,55 14,75 14,63 6 Indeks kepuasan Ada/tidak tidak tidak tidak Tidak Tidak layanan masyarakat

2.3.1.18 Perpustakaan Pembangunan di bidang perpustakaan diarahkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas perpustakan, meningkatkan layanan informasi perpustakaan berbasis teknologi informasi, meningkatkan minat baca masyarakat dengan mengoptimalkan fungsi Taman Bacaan Masyarakat (TBM), perpustakaan di sekolah, meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana perpustakaan melalui operasionalisasi perpustakan keliling.

Tabel. T-II.64. Capaian Kinerja Urusan Perpustakaan

No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015 1 Jumlah Pengunjung 90.323 90.551 90.641 92.351 4.762 Perpustakaan  Umum 880  Mahasiswa 399  Pelajar 1366  Anak-anak 2117 2 Jumlah Judul Buku 7535 3 Jumlah Buku 10.885 11.338 11.406 11.500 20132 Sumber: RKPD Kabupaten Lingga Tahun 2016, Kantor Perpustakaan dan Arsip 2016

2.3.1.19 Ketahanan Pangan Ketersediaan pangan utama adalah rata-rata ketersediaan beras per 1000 penduduk dalam setahun. Indikator Kinerja ketersediaan pangan utama pada tahun 2011 mencapai 40,9% dan mengalami sedikit peningkatan pada tahun-tahun berikutnya. Tahun 2014

II.90

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH mencapai 41,9%. Berikut adalah tabel ketersediaan pangan utama di Kabupaten Lingga tahun 2011–2014.

Tabel. T-II.65. Ketersediaan Pangan Utama (Ton) Kabupaten Lingga Tahun 2011 – 2014 (%)

Indikator 2011 2012 2013 2014 Ketersediaan Pangan Utama 40,9 41,10 41,28 41,9 Sumber: Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lingga, tahun 2016

2.3.1.20 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa PKK aktif pada tahun 2011 mencapai 100%, kondisi ini bertahan setiap tahunnya sampai dengan tahun 2015 masih tetap 100%. Hal ini berarti selama 5 tahun terakhir, dari semua PKK di Kabupaten Lingga semuanya aktif.

2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan Urusan pilihan merupakan urusan pemerintah yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan yang ada di Kabupaten Lingga.

2.3.2.2. Pertanian Sub sektor tanaman bahan makanan adalah merupakan salah satu sub sektor pada sektor pertanian. Sub sektor tersebut mencakup tanaman ubi kayu dan ubi jalar.Produksi bahan makanan/palawija pada tahun 2013 mencapai 1.191,6 ton. Apabila dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 1.205 ton, maka terjadi penurunan sekitar 1,11%. Sedangkan untuk tahun 2015 dengan jumlah produksi (ton) yaitu 135,48 ton. Dengan didominasi oleh Ubi Kayu dan kedua adalah Jagung dan berikutnya adalah Ubi Jalar. Produksi dari tanaman sayur-sayuran pada tahun 2015 mencapai 1.615,30 Ton. produksi tertinggi didominasi oleh kangkung yakni sebesar 510,3 ton, diikuti bayam sebesar 304,9 ton. Sebaliknya produksi terendah adalah terong yaitu 22 ton dan produksi untuk Kubis dan Buncis 0 Ton.

II.91

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gambar. G-II.17 Jumlah Produksi Palawija Menurut Komoditi Tahun 2015 (Ton)

Ubi Jalar 14% Ubi Kayu 38%

Jagung 48%

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Lingga,2016

Untuk pertanian tanaman pangan yang terdiri dari tanaman palawija dan hortikultura, telah dikembangkan oleh masyarakat untuk keperluan pasar lokal maupun dipasarkan keluar daerah Kabupaten Lingga. Untuk tanaman pangan jenis komoditi ubi kayu merupakan unggulan daerah dengan luas tanam 200,50 ha dan produksi sebanyak 4.253,69 ton. Kemudian diikuti oleh jagung seluas 150,5 ha dengan produksi sebanyak 743,96 ton dan ubi jalar seluas 82,6 ha dengan produksi sebanyak 779,73 ton. Luas tanaman dan potensi lahan palawija tahun 2010 - 2014 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel. T-II.66. Luas Tanam dan Produksi Tanaman Pangan/ Palawija Kabupaten LinggaTahun 2010 – 2015

Luas Tanam (Ha) Produksi (ton) No Jenis Komoditi 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Ubi Kayu 43 34 54 27 25,5 570 980 930 898 810 65,69 2 Jagung 43 40 38 25 4,5 36 174 155 276,6 50 52,36 3 Ubi Jalar 26,6 37 6 3 2 33,3 464 120 17 128 17,43 4 Kacang Tanah 1 10 0 0 0 0 6 0 0 0 0 5 Talas 3 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 Padi 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 118 121 99 55 32 643 1624 1205 1192 988 135,48 Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lingga, 2016

Luas tanam sayur mayur menurut komoditas pada dari tahun 2010 - 2015 mencapai 1,400,47 ha yang mayoritas ditanami dengan kangkung yaitu seluas 305,20 ha diikuti dengan kacang panjang seluas 259,30 ha dan sawi seluas 196,20 ha. Produksi sayur mayur dari tahun 2010 - 2014 sebanyak 59.837,30 ton menurut jenis komoditas Produksi tertinggi

II.92

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH didominasi oleh sawi yakni sebesar 20.834,90 ton, kemudian diikuti kangkung sebesar 15.647,30 ton. Sebaliknya produksi terendah adalah buncis yaitu 55 ton.

Tabel. T-II.67. Luas Tanam dan Produksi Sayur-sayuranTahun 2010 - 2015

Jenis Luas Tanam (Ha) Produksi (ton) No Komoditi 2015 2015 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 240.9 1 Petsai/Sawi 66,2 52 37 10 11 20 162,3 2.676 487 17.256 13,5 198,6 2 K. Panjang 76,3 63 62 18 19 21 97,39 1.436 215 1.380,7 14,83 125,6 3 Cabe 22 38 50 14 17 29 30,33 407 84 238,5 5,16 0 4 Kubis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22 5 Terung 15,8 0 15 1 5 1 97 0 63 0 0,26 0 6 Buncis 1 0 6 0 0 0 0,06 0 55 0 0 213 7 Ketimun 49,97 36 57 15 12 11 292,4 2.544 561 310 12,94 510,3 8 Kangkung 89,2 69 52 30 26 39 596,3 2.466 700 11.342 33,61 304,9 9 Bayam 58 80 28 15 24 39 379,3 2.684 410 11.158,8 18,8 1.615,3 378 338 307 103 114 160 1655 12.213 2575 41.686 99,1 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lingga,2016

Beberapa kendala yang dihadapi para petani selain disebabkan kendala produksi adalah karena sulitnya mendapatkan sarana produksi pertanian salah satunya pupuk dan masalah pemasaran hasil pertanian. Meskipun demikian upaya peningkatan dan pengembangan produktivitas sayur-mayur di Kabupaten Lingga terus dilaksanakan.

Tabel. T-II.68. Realisasi Produksi Buah-buahan Tahun 2010 – 2015

Produksi (ton)/ Tahun No Jenis Komoditi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Durian 1,4 45,99 49 42,9 118,03 1108 2 Pisang 689,65 18,37 167 244,84 36,85 324 3 Cempedak/Nangka 0,3 6,42 3 0 6,34 0 4 Rambutan 0 26,95 16 9 8,15 0 5 Manggis 0 3,4 5 0,1 10,56 0 6 Sukun 9,75 4,99 6 23,8 1,07 0 7 Nenas 158,29 3,61 33 27,5 2,07 47 8 Duku/Langsat 0 2,17 31 5,6 12,47 0 9 Pepaya 48,92 2,09 78 138,55 6,56 4 10 Jeruk 75,99 1,22 0 0,4 0,22 0

II.93

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

11 Mangga 8,35 3,4 2 9,9 9,35 20 12 Salak 10,12 0,08 119 4,42 1,45 11 13 Jambu Air 0,26 0,08 7 1,05 1,98 0 14 Jambu Biji 0,03 6,11 5 4,1 1,94 0 15 Sawo 1,7 2,91 26 0,7 0,01 2 16 Sirsak 1,47 1,61 0 0,3 0,11 0 17 Belimbing 0,02 2,17 0 0,7 0,12 0 1006,3 131,6 547 513,86 217,28 1.216

Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Lingga, 2016

Produksi buah-buahan di Kabupaten Lingga mempunyai potensi yang bagus untuk dikembangkan di masa mendatang. Selama tahun 2010-2015, produksi buah durian mampu menghasilkan 1.226,03 Ton, pisang mencapai 1480,71 ton, buah pepaya mampu menghasilkan 278,12 ton, dan buah nenas mampu menghasilkan 271,47 ton.

2.3.2.3. Perkebunan Potensi perkebunan di Kabupaten Lingga masih didominasi oleh komoditas karet. Pada Tahun 2015, luas lahan yang digunakan untuk perkebunan karet mencapai 10.199,50 ha dengan produksi sebanyak 4.127 ton. Secara umum, seluruh jenis komoditi mengalami peningkatan produksi selama 5 tahun terakhir.

Gambar. G-II.18 Jumlah Produksi Perkebunanan Menurut Komoditi Di Kabupaten Lingga Tahun 2015 (Ton)

Lada 2% Kelapa Dalam 15%

Karet 51% Sagu 32%

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lingga, 2016

II.94

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.69. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Tahun 2010 - 2015

Jenis Luas Tanam (Ha) Produksi (ton) No Komoditi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Sagu 3.391,69 3.447,93 3.455 1.414,50 2970 3.449 12.439,56 0 545 3.218 2.615 2.618 2 Karet 9.275,15 4.696,37 12.194,50 4.868,19 6.105,50 10.199,50 3.118,08 10.207 4.120 4.119,7 4.119 4.127 3 Kelapa Dalam 2.787,46 2.674,91 2.696,75 1.356,40 1.835 2.694 1.160,70 2.841 1.267 1.247 1.275 1.290,6 4 Lada 73,87 100,08 118,89 87,8 109 148,50 31,54 100 36,02 37,95 37 43,8 15528,2 10919,29 18465,14 7726,89 11019,5 16.491 16749,88 13.148 5968 8.623 8046 8.079,40 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lingga,2016

II.95

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.3.2.4. Peternakan Potensi peternakan juga memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan di Kabupaten Lingga. Pada tahun 2015, populasi ternak sapi dan kambing telah dihasilkan 1.958 ekor sapi, 896 ekor kambing yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Lingga. Populasi Ayam Kampung memiliki jumlah terbanyak yaitu sebanyak 116.682 ekor, populasi Ayam Petelur dan Ayam Pedaging masing-masing sebanyak 6.500 dan 35.850 ekor. Dan populasi Itik sebanyak 1548 ekor.

Tabel. T-II.70. Populasi Ternak di Kabupaten LinggaTahun 2010 – 2015

Populasi No Jenis Komoditi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Sapi 1.341 1.756 1.947 1.978 1.978 1958 2 Kambing 748 785 950 896 896 896 3 Ayam Buras 72.131 69.041 69.041 116.684 116.684 116.682 4 Itik 1.611 1.581 1.363 1.936 1.936 1548 5 Ayam Ras Pedaging 32.800 32.850 35.850 35.850 36.350 35.850 6 Ayam Ras Petelur 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 7 Babi 335 - 450 923 115.466 112.513 115.651 164.294 - Sumber: LKPJ AMJ Kabupaten Lingga 2010-2015

Untuk jenis ternak kecil/unggas yaitu ayam buras dan itik, populasinya menyebar diseluruh kecamatan dengan rincian populasi ayam buras sebanyak 116.684 ekor ayam buras dan itik sebanyak 1.936 ekor itik. Sedangkan ayam ras pedaging populasinya sebanyak 36.350 ekor,cayam ras petelur sebanyak 6.500 ekor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

2.3.2.5. Perikanan Potensi perikanan di Kabupaten Lingga didominasi oleh perikanan laut dan sektor perikanan laut masih merupakan sektor andalan di Kabupaten Lingga. Volume produksi perikanan laut selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Penangkapan sebanyak 21.363 ton pada tahun 2010, meningkat menjadi 23.713,671 ton pada tahun 2011, meningkat pada tahun 2012 menjadi 32.100 ton meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi 33.214 ton, dan

II.96

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH pada tahun 2014 meningkat menjadi 33,396 ton. Nilai produksi pada tahun 2010 sebesar Rp. 339.339.014, meningkat pada tahun 2011 menjadi sebesar Rp 466.846.708 dan meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp 963.000.000 meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi Rp. 996.420.000, meningkat lagi pada tahun 2014 sebesar Rp. 1.001.880.000. Untuk budidaya laut volume produksi tahun 2010 sebanyak 183,13 ton, meningkat pada tahun 2011 sebanyak 251 ton, meningkat pada tahun 2012 menjadi 330 ton dan pada tahun 2013 menjadi 292,72 ton serta pada tahun 2014 meningkat menjadi 58.530 ton, dengan nilai produksi pada tahun 2010 sebesar Rp. 12.653.890, meningkat pada tahun 2011 sebesar Rp 26.384.523 dan meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp 34.311.000 meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi Rp. 1.895.475.670 serta pada tahun 2014 meningkat menjadi Rp.9.484.696.800. Secara keseluruhan, volume produksi maupun nilai produksi perikanan di Kabupaten Lingga mengalami peningkatan dari tahun 2010 - 2014. Meningkatnya hasil produksi perikanan di Kabupaten Lingga tidak bisa terlepas dari usaha Pemerintah Kabupaten Lingga dalam meningkatkan sarana dan prasarana sektor perikanan. Pada tahun 2013, jumlah armada kapal/perahu penangkapan ikan mencapai 6.128 unit, terdiri dari perahu tanpa motor sebanyak 2.630 unit, perahu bermotor sebanyak 283 unit, dan perahu tempel sebanyak 3.215 unit.

Tabel. T-II.71. Volume Produksi Perikanan Laut dan Perikanan Darat di Kabupaten Lingga Tahun 2010–2014 (Ton)

No Produksi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Penangkapan 21.363 23.713,67 32.100 33.214 33.396 33.587 2 Budidaya Laut 183,13 251 330 292,74 58,503 90,68 3 Budidaya Air Tawar 6,77 240 5.567 124 3.440 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga

Untuk jumlah alat penangkap ikan mencapai 8.820 unit terdiri dari lampara dasar sebanyak 14 unit, jaring insang sebanyak 1.459, jaring udang sebanyak 740, pancing ulur sebanyak 1.723, kelong bilis sebanyak 655, bubu sebanyak 1.305, jaring tamban sebanyak 285, dan lainnya sebanyak 1.076 unit.

II.97

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Berikut ini disajikan nilai produksi perikanan laut sejak tahun 2010 sampai dengan 2014. Dari darat tersebut diketahui bahwa produksi perikanan tangkap meningkat setiap tahun, sedangkan budidaya laut juga mengalami peningkatan sejak 2010 sampai 2014. Tabel. T-II.72. Nilai Produksi Perikanan Laut di Kabupaten Lingga Tahun 2010 -2014

No Produksi 2010 2011 2012 2013 2014

1 Penangkapan 339.339.014 466.846.708 963.000.000 996.420.000 1.001.880.000

2 Budidaya Laut 12.653.890.000 26.383.523.000 34.311.000.000 1.895.475.670 9.484.696.800

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga

Indikator di bidang kelautan dan perikanan yaitu konsumsi ikan masyarakat. Konsumsi ikan masyarakat Lingga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini ditunjukkan pada Tabel berikut ini. Tabel. T-II.73. Konsumsi Ikan Masyarakat Lingga Tahun 2011-2015 Indikator satuan 2011 2012 2013 2014 2015 Kg/Kapita/ 41,52 41,95 42,10 43,54 Konsumsi ikan 46,59 Tahun Sumber: Dinas Kelautan dan perikana Kabupaten Lingga

2.3.2.6. Kehutanan Berdasarkan SK menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.76/MenLHK-II/2015 Luas dan persentase hutan menurut fungsi di Kabupaten Lingga dapat dilihat pada tabel ini. Tabel. T-II.74. Luas Dan Persentase Hutan Menurut Fungsi Tahun 2015 Fungsi Luas (Ha) Persentase (%) (1) (2) (3) 01. Hutan Lindung 31.937 14,6 Conservation Forest 02. Hutan Suaka Alam - - Natural Conservation Forest 03. Hutan Produksi 66.815 30,5 Production Forest 04. Hutan Produksi Konversi 11.154 5,1

II.98

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Conversion Production Forest Jumlah 109.906,00 50,2 Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lingga, 2016

Capaian kinerja pembangunan bidang kehutanan sebagai berikut: Tabel. T-II.75. Capaian Kinerja Pembangunan Bidang Kehutanan No Indikator satuan 2011 2012 2013 2014 2015 Persentase kerusakan 2.1 persen 6,99 5,59 4,66 5,13 n.a kawasan hutan Luas hutan Jumlah dan lahan 2.2 1.299 1.201 1.104 989 n.a kritis yang direhabilitasi Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lingga, 2016

2.3.2.7. Pariwisata Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada pariwisata yang menggalakkan kegiatan ekonomi, sehingga lapangan pekerjaan, pendapatan masyarakat serta penerimaan devisa akan dapat meningkat melalui upaya pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan. Kabupaten Lingga mempunyai tempat-tempat peninggalan sejarah yang layak untuk pengembangan pariwisata dan panorama alam yang indah yang berbukit dan terjal. Daerah ini mempunyai nilai-nilai budaya sebagai inti peradaban masyarakat yang kuat yang dapat dijadikan objek wisata.

Gambar. G-II.19 Banyaknya Objek Wisata Menurut Kecamatan Di Kabupaten Lingga Tahun 2015

40 35 30 20 17 10 8 10 7 6 7 3 2 0 Singkep Singkep Lingga Lingga Senayang Singkep Singkep Selayar Lingga Barat Utara Selatan Pesisir Timur

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2015

II.99

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Objek wisata di Kabupaten Lingga seluruhnya ada 95 objek wisata yang terdapat di Kecamatan Singkep 10 objek wisata, Singkep Barat 7 objek wisata, Lingga 35 objek wisata, Lingga Utara 3 objek wisata, Senayang 17 objek wisata, Lingga Timur 7 objek wisata, Singkep Pesisir 8 objek wisata, Singkep Selatan 2 objek wisata, serta Selayar 6 objek wisata Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini. Capaian kinerja bidang pariwisata disajikan sebagai berikut: Tabel. T-II.76. Capaian Kinerja Bidang Pariwisata

No Indikator satuan 2011 2012 2013 2014 2015 orang 1 Kunjungan wisata 7715 9196 10703 13262 12021

Kontribusi sektor Jumlah 2 pariwisata terhadap 149.111,13 149.567,18 150.024,93 152.565,13 46.632,70 (jutaan) PDRB Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga

2.3.2.8. Perdagangan Nilai volume perdagangan yang ada di Kabupaten Lingga dapat diketahui dari transaksi ekspor dan impor yang ada, berikut nilai ekspor dan impor yang ada di Kabupaten Lingga. Volume ekspor Kabupaten Lingga tahun 2014 mencapai 259.428.500 kg melalui Pelabuhan Dabo Singkep. Nilainya mencapai 8.815.770US$ yang merupakan total nilai ekspor dari Kabupaten Lingga. Adapun negara yang menjadi tujuan ekspor adalah Cina.

Gambar. G-II.20 Perkembangan Nilai Ekspor Melalui Kabupaten Lingga, 2006-2014 (US$)

Sumber: data dalam angka Kab. Lingga, 2014

II.100

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Pada tahun 2013 Volume impor dari negara Cina ke Kabupaten Lingga mencapai 163.000 kg dengan nilai sebesar 850.000 US Dollar. Barang tersebut dibongkar melalui pelabuhan Dabo Singkep.

Gambar. G-II.21 Perkembangan Nilai Impor Melalui Kabupaten Lingga Tahun 2006-2014 (US$)

Sumber: Data dalam Angka Kab. Lingga, 2015

Tabel. T-II.77. Kontribusi Sektor Perdagangan Terhadap PDRB di Kabupaten Lingga Tahun 2011 – 2014

Uraian 2011 2012 2013 2014 Jumlah Kontribusi (dalam 232.176,10 232.889,13 233.216,08 233.455,88 jutaan) Eksport Bersih (dalam US $) 35.555.189 36.128.889 36.452.374 38.889.551 Sumber: LKPJ AMJ Kabupaten Lingga 2010-2015

2.3.2.9. Perindustrian Pembangunan di sektor industri adalah merupakan upaya dalam meningkatkan nilai tambah, menciptakan lapangan usaha, memperoleh kesempatan kerja, menyediakan barang dan jasa yang bermutu dengan harga yang bersaing di dalam negeri dan luar negeri, meningkatkan ekspor guna menunjang pembangunan daerah dan sektor-sektor pembangunan lainnya serta mengembangkan kemampuan teknologi

II.101

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Industri pengolahan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu industri besar, industri sedang, industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga. Pada tahun 2015 dan 2014 jumlah industri rumah tangga sebanyak 2.050 usaha, lebih sedikit dibandingkan tahun 2013 yang hanya 1.259 usaha. Hal yang sama juga terlihat pada industri kecil terdapat 6 usaha pada tahun 2013 sampai dengan pada tahun 2015. Untuk industri besar sedang juga tidak mengalami peningkatan atau penurunan sebanyak 0 usaha pada tahun 2013 sampai dengan 2015. Belum adanya jumlah usaha di masing-masing kelompok ini tentunya tidak akan berpengaruh positif terhadap peningkatan keterserapan tenaga kerja. Pembangunan industri diharapkan dapat berperan dalam pembangunan selama lima tahun kedepan dengan memaksimalkan sumber daya alam yang ada di Kabupaten Lingga diolah dengan sistem industrilisasi.

Tabel. T-II.78. Data Industri Kabupaten Lingga Tahun 2013-2015 Tahun No. Jenis Industri 2013 2014 2015 Keterangan 1. Industri Kecil 6 6 6 usaha industri yang memiliki tenaga kerja antra 5-19 orang dan memiliki TDI 2. Industri Menengah usaha industri yang memiliki tenaga kerja antara 20-99 orang dan memiliki TDI 3. Industri Besar usaha industri yang memiliki tenaga kerja 100 orang atau lebih dan memiliki TDI 4. Industri Rumah 1259 2050 2050 usaha industri yang memiliki Tangga tenega kerja kurang dari 5 orang dan tidak memiliki TDI Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kab. Lingga

Berikut ini disajikan kontribusi industry terhadaoPDRB tahun 2011 sampai 2015 yang menunjukkan kecenderungan meningkat. Kontribusi yang meningkat dari tahun ke tahun disebabkan semakin meningkatnya pula pertumbuhan indtsri di kabupaten Lingga.

II.102

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.79. Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB di Kabupaten Lingga Tahun 2011 – 2015

Indikator 2011 2012 2013 2014 Jumlah Kontribusi (dalam 100.889,18 101.128,13 101.557,89 102.128,88 jutaan) Pertumbuhan Industri 1.245 1.251 1.259 1.301 Sumber: LKPJ AMJ Kabupaten Lingga 2010-2015

2.4. Aspek Daya Saing Daerah Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Suatu daya saing (competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.

2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Tinjauan terhadap kemampuan ekonomi daerah bertujuan untuk mengetahui kualitas pertumbuhan ekonomi daerah. Semakin baik kualitas pertumbuhan maka semakin tinggi pula daya saing daerah tersebut. Data-data perkembangan PDRB, khususnya sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran menunjukkan daya saing daerah ini pada kedua sektor tersebut. Daya saing ini semakin diperkuat dengan telah mapannya peran industri pengolahan untuk selanjutnya terus dikembangkan guna membangun keterkaitan antar sektor yang lebih kokoh. 2.4.1.1. PDRB Perkapita Peningkatan PDRB dan pendapatan per kapita menjadi salah satu ukuran dalam pencapaian tingkat kemakmuran masyarakat disuatu wilayah jika data tersebut disajikan secara berkala. PDRB Perkapita dan pendapatan perkapita Kabupaten Lingga dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, baik itu atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun 2000.

II.103

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Pada tahun 2010 PDRB perkapita atas dasar harga berlaku sebesar Rp 21.473. 335,91,- meningkat menjadi 32.694.393,93,- pada tahun 2014 (52,25%), sedangkan atas dasar harga konstan, dari Rp. 21.540.312,- meningkat menjadi Rp. 27.217.816,- (126,35%).

Tabel. T-II.80. PDRB Dan Pendapatan Perkapita Tahun 2010-2014 (Juta Rupiah)

Rincian Harga Berlaku Harga Konstan Thn 2010

I . PDRB per Kapita

2010 21 473 335,91 21.540.312

2011 23 918 023,83 21.857.873

2012 26 581 870,74 23.191.202

2013* 29 467 258,44 25.604.055

2014** 32 694 393,93 27.217.816 Sumber: PDRB Kab. Lingga Menurut Lapangan Usaha 2015 Keterangan:*) Angka Sementara **)Angka Sangat Sementara.

2.4.2. Fasilitas Wilayah/Infrastuktur Suatu fasilitas wilayah atau infrastruktur menunjang daya saing daerah dalam hubungannya dengan ketersediaannya (availability) dalam mendukung aktivitas ekonomi daerah di berbagai sektor di daerah dan antar-wilayah. Sarana dan prasarana merupakan aspek yang sangat penting dalam mengelola suatu kawasan perkotaan. Ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan sangat menentukan dalam pengembangan suatu kota. Sarana perkotaan meliputi infrastuktur jalan, jaringan listrik, air bersih, serta jaringan utilitas lainnya. Kondisi sarana dan prasarana di Kabupaten Lingga saat ini masih perlu ditingkatkan untuk meningkatkan daya saing Kabupaten Lingga.

II.104

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.4.2.1. Aksesibilitas daerah 2.4.2.1.1. Infrastuktur Jalan Jalan merupakan salah satu prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan sektor perekonomian. Dengan semakin meningkatnya usaha pembangunan, maka akan pula menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke daerah lain.Panjang jalan Kabupaten di Kabupaten Lingga pada tahun 2015 mencapai 524,835 km. Pada tahun tersebut jalan dalam kondisi baik sebesar 16,64% dari total panjang jalan yang ada.

Tabel. T-II.81. Panjang Jalan Kabupaten di Kabupaten Lingga Tahun 2015

Kondisi Jalan 2015 Panjang Jalan Kondisi Baik 225,81 Km Panjang Jalan Seluruhnya 524,83 Km Prosentase Capaian Kinerja 43,025% Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, 2016

2.4.2.1.2. Listrik Sebagian besar kebutuhan listrik di Kabupaten Lingga dipenuhi oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN). Pada tahun 2013 jumlah mesin ada 33 unit dengan daya terpasangnya sebesar 8.095 kwh dengan produksi listrik yang dihasilkan sebesar 19.675.380 kwh. Kebutuhan listrik Kabupaten Lingga dipenuhi oleh PT. PLN Cabang Tanjungpinang.

Tabel. T-II.82. Banyaknya Mesin, Daya Mampu dan Surplus/ Defisit PT. PLN menurut Unit Lokasi di Kabupaten Lingga, 2015

NO UNIT MESIN DAYA BEBAN SURPLUS KET PEMBANGKIT MAMPU PUNCAK (KW) /DEFISIT (UNIT) (KW) (KW) 8 ( 7 UNIT SEWA, 1 1 DABO SINGKEP 3800 3800 24 JAM UNIT PLN) 2 DAIK LINGGA 3 (SEWA) 1000 1300 300 24 JAM

3 KERANDIN 2 110 80 7 JAM

II.105

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

MASUK 4 LIMBUNG 2 180 130 7 JAM SISTEM DAIK 5 SUNGAI PINANG 1 110 72 7 JAM

6 PANCUR 3 340 350 14 JAM

7 SENAYANG 3 240 214 14 JAM

8 TEMIANG 1 40 38 7 JAM

9 REJAI 2 180 80 7 JAM

10 BAKONG 1 85 55 7 JAM

11 MAROK TUA 1 85 74 7 JAM

12 MAROK KECIL 1 40 34 7 JAM

13 PENUBA 3 400 190 14 JAM

DABO 14 LANJUT MASUK SISTEM RAYON 24 JAM SINGKEP DABO 15 KUALA RAYA MASUK SISTEM RAYON 24 JAM SINGKEP Sumber : PLN Rayon Dabo Singkep, 2015

2.4.2.1.3. Air Minum Ketersediaan air minum yang sehat sangat dibutuhkan masyarakat. Seperti pada tahun sebelumnya, pada tahun 2014 jumlah perusahaan air minum di Kabupaten Lingga mencapai dua perusahaan. Untuk jumlah tenaga kerja yang berkerja di kedua perusahaan tersebut ada sebanyak 32 orang. Seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat akan air minum yang bersih dan sehat, jumlah air minum yang telah di distribusikan tahun 2015 dengan jumlah sambungan 4456 Sambungan Rumah. Dengan rincian di Wilayah Daik sebanyak 1304 SR (10.520 orang), Wilayah Dabo sebanyak 3004 SR (26.585 jiwa) dan Selayar 148 SR (3.458 jiwa). Total pemakaian air per Desember 2015 tercatat sebesar 1.315.216 m3).

II.106

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gambar. G-II.22 Kapasitas Produksi Air Minum Di Perusahaan Air Minum Menurut Bulan Tahun 2014 (M3)

90000 80000 70000 60000 50000 40000 Daik 30000 Dabo 20000 10000 0

Sumber: Data dalam Angka Kab. Lingga, 2015

Dalam memenuhi kebutuhan air minum yang sehat yang dibutuhkan masyarakat. Kabupaten Lingga memiliki dua perusahaan daerah air minum, yaitu Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Dabo Singkep, dengan kapasitas produksi sebanyak 879.583 M3dan Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Daik Lingga dengan kapasitas produksi sebanyak 388.540 M3.

Tabel. T-II.83. Banyaknya Kapasitas Produksi Air Minum Dan Tenaga Kerja Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Daik Lingga Tahun 2013-2014

Jumlah Uraian 2013 2014 01. Kapasitas Produksi (M3) 409.522 M3 388.540 M3 02. Jumlah Tenaga Kerja 12 16 - Pekerja Teknis 3 9 - Pekerja Administrasi 4 7 - Tenaga Keamanan 0 0 Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2013 dan 2014

II.107

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.84. Banyaknya Kapasitas Produksi Air Minum Dan Tenaga Kerja Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Dabo Singkep Tahun 2014

Uraian Jumlah 2014 01. Kapasitas Produksi (M3) 879.583 02. Jumlah Tenaga Kerja 16 - Pekerja Teknis 0 - Pekerja Administrasi 16 - Tenaga Keamanan - Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2014

Seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat atas air minum yang bersih dan sehat, jumlah air minum yang telah didistribusikan tahun 2015 sebanyak 1.315.216 meter kubik dengan pelanggan sebanyak 1.235 orang di PDAM Cabang Daik.

Tabel. T-II.85. Banyaknya Air Minum Yang disalurkan Menurut Kategori Pelanggan Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Daik Lingga Tahun 2013-2015

Jumlah (M3) Kategori Pelanggan 2013 2014 2015 Rumah Tangga (Tempat Tinggal), Instansi/Kantor 01. 289.414 233.575 1.024.806 Pemerintah 02. Hotel/Objek Wisata, Toko, Industri, Perusahaan 113.600 109.808 168.752 03. Badan Sosial, Rumah Sakit, Rumah Ibadah 6.508 35.328 62.227 04. Sarana Umum - - - 05. Hydran Pelabuhan - - - 06. Lainnya - 9.829 - Jumlah 409.552 388.540 1.315.216 Sumber: BPS, Kabupaten Lngga Dalam Angka Tahun 2013 dan 2014, PDAM Kab. Lingga 2016

Sementara di PDAM Cabang Dabo didistribusikan sebanyak 879.583 meter kubik dengan pelanggan sebanyak 2.889 orang pada Tahun 2014.

II.108

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.86. Banyaknya Air Minum Yang Disalurkan Menurut Kategori Pelanggan Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Dabo Singkep Tahun 2013-2014

Kategori Pelanggan Jumlah (M3) 2013 2014 Rumah Tangga (Tempat Tinggal), Instansi/Kantor Pemerintah 58.481 750.878 Hotel/Objek Wisata, Toko, Industri, Perusahaan 5.580 68.579 Badan Sosial, Rumah Sakit, Rumah Ibadah 3.915 12.919 Sarana Umum - - Hydran Pelabuhan - - Lainnya - 47.207 Jumlah 67.976 879.583 Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2013 dan 2014

2.4.2.1.4. Pos dan Telekomunikasi Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa kegiatan pengiriman dan penerimaan benda-benda pos, seperti surat menyurat, paket pos, wesel, giro, dan tabungan, telah didukung dengan keberadaan Kantor Pos. Pada tahun 2014 Surat tercatat yang dikirim sebanyak 487 surat. Surat kilat khusus yang diterima dan dikirim masing-masing sebanyak 5.307 dan 5.771 surat. Sedangkan jumlah paket pos diterima sebanyak 343 paket dan dikirim sebanyak 230 paket.

2.4.2.1.5. Perhotelan dan Pariwisata Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada pariwisata yang menggalakkan kegiatan ekonomi, sehingga lapangan pekerjaan, pendapatan masyarakat serta penerimaan devisa akan dapat meningkat melalui upaya pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan. Jumlah objek wisata di Kabupaten Lingga selama tahun 2014 ada sebanyak 95 buah.

2.4.3. Iklim Berinvestasi Investasi yang akan masuk ke suatu daerah bergantung kepada daya saing investasi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Daya saing investasi suatu daerah tidak terjadi dengan serta merta. Pembentukan daya saing investasi, berlangsung secara terus-menerus dari waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh banyak faktor, beberapa diantaranya adalah

II.109

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH regulasi, perbankkan, kriminalitas hotel dan perijinan. Investor akan tertarik berinvestasi pada suatu daerah jika didukung dengan regulasi yang baik, regulasi tersebut diantaranya adalah adanya kemudahaan perijinan serta pengenaan pajak dan retribusi daerah dengan tingkat biaya yang kompetitif. Kemudahan perijinan adalah proses pengurusan perijinan yang terkait dengan persoalan investasi.

2.4.3.1. Lalu Lintas dan Kriminalitas Jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada tahun 2014 di Kabupaten Lingga adalah sebanyak 7 kasus dengan korban meninggal 5 orang dan kerugian diperkirakan sebesar Rp. 21.000.000. Sementara jumlah dari peristiwa kejahatan yang dilaporkan dalam kurun waktu tahun 2014 adalah sebanyak 79 kasus. Jenis kasus yang terbanyak dilaporkan adalah pencurian sebanyak 31 kasus. Namun angka kriminalitas ini mengalami peningkatan menjadi 87 di Tahun 2015.

Tabel. T-II.87. Angka Kriminalitas di Kabupaten Lingga

Uraian Satuan 2011 2012 2013 2014 2015

Angka Kriminalitas Kasus N/A N/A 79 79 87

2.4.3.2. Pajak dan Retribusi Berdasarkan Perda Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah, maka ditetapkan beberapa jenis pajak yang ada di Kabupaten Lingga. Untuk mengetahui rincian pajak yang dipungut oleh Pemerintah Kabupaten Lingga dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel. T-II.88. Jenis Pajak Daerah di Kabupaten Lingga

No Jenis Pajak Daerah 1 Pajak Hotel 2 Pajak Restoran 3 Pajak Hiburan 4 Pajak Reklame 5 Pajak Penerangan Jalan 6 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 7 Pajak Parkir 8 Pajak Air Tanah 9 Pajak Sarang Burung Walet

II.110

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

10 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 11 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Sumber: Perda Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah

2.4.3.3. Perbankan Sampai dengan akhir tahun 2014, sektor perbankan di wilayah Kabupaten Lingga belum menunjukkan adanya peningkatan yang cukup berarti, baik dari segi kuantitas maupun aktivitasnya. Hal ini terbukti dari jumlah bank di Kabupaten Lingga baru sebanyak 5 (lima) buah sama seperti tahun-tahun sebelumnya.Bank-bank tersebut adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pembantu Dabo Singkep, Bank Riau Cabang Pembantu Dabo Singkep, BRI Unit Daik Lingga, Bank Riau Unit Daik Lingga dan Bank Danamas.

2.4.4. Sumber Daya Manusia Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci keberhasilan pembangunan nasional dan daerah. Hal ini dapat disadari oleh karena manusia sebagai subyek dan obyek dalam pembangunan. Mengingat hal tersebut, maka pembangunan SDM diarahkan agar benar-benar mampu dan memiliki etos kerja yang produktif, terampil, kreatif, disiplin dan profesional. Disamping itu juga mampu memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu dan teknologi yang inovatif dalam rangka memacu pelaksanaan pembangunan nasional. Kualitas sumberdaya manusia juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan daya saing daerah dan perkembangan investasi di daerah. Indikator kualitas sumberdaya manusia dalam rangka peningkatan daya saing daerah dapat dilihat dari kualitas tenaga kerja dan tingkat ketergantungan penduduk untuk melihat sejauh mana beban ketergantungan penduduk.

2.4.4.1. Kualitas tenaga kerja (Rasio lulusan S1/S2/S3) Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam kerangka pembangunan daerah adalah menyangkut kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM ini berkaitan erat dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi kesempatan kerja di dalam negeri dan di luar negeri. Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk

II.111

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga kerja pada suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaikan S1, S2 dan S3. Tabel dibawah menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk yang tamat S1 selama tiga tahun terakhir mulai 2013 sampai dengan 2015, yaitu berada pada angka 1.818 orang. Sementara untuk penduduk yang lulus S2 dan S3 masing-masing mengalami kecenderungan penurunan selama tiga tahun terakhir. Walau demikian, penduduka dengan lulusan S2 mulai mengalami peningkatan sejak Tahujn 2014 menuju ke Tahun 2015 menjadi 54 orang.

Tabel. T-II.89. Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan yang di Tamatkan di Kabupaten Lingga Tahun 2013-2015

No Kategori Tahun 2013 2014 2015 1 Tidak Tamat SD 12.879 11.574 10.915 2 Tamat SD 32,930 30.605 29.199 3 Tamat SMP 8.696 8.524 8.691 4 Tamat SMA 9.290 9.208 9.454 5 Diploma 2.032 1.955 1.918 6 Sarjana S1 1.527 1.582 1.818 7 Sarjana S2 52 50 54 8 Sarjana S3 5 4 2 9 Migrasi Masuk 685 520 563 10 Migrasi Keluar 929 724 930 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Lingga, 2016

2.4.4.2. Tingkat Ketergantungan Tinjauan terhadap tingkat pendidikan sumber daya manusia dalam konteks daya saing daerah menunjukkan bahwa pada saat ini kualitas sumber daya manusia Kabupaten Lingga masih perlu banyxak peningkatan. Beban rasio tanggungan penduduk (Dependensy Ratio) dapat digunakan sebagai indikator daya saing suatu daerah. Tingginya angka beban tanggungan menyimpulkan tingginya juga faktor penghambat pembangunan ekonomi, karena penduduk yang produktif harus menopang kehidupan yang tidak produktif. Usia tidak produktif adalah usia antara 0–14 dan 65 tahun keatas, jumlah penduduk tidak produktif Kabupaten Lingga adalah 30.747 orang (34,83%). Sedangkan usia produktif Kabupaten Lingga adalah 57.527 (15-55

II.112

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH tahun – 65,17%). Rasio ketergantungan diketahui dari umur produktif dibagi dengan usia tidak produktif. Rasio ketergantungan Kabupaten Lingga adalah 53,55%. Artinya dari 100 penduduk Lingga akan menanggung 53,55 orang tidak produktif. Dengan angka beban tanggungan yang cukup rendah ini maka daya saing daerah sebenarnya relatif lebih baik. Penguatan daya saing pada sisi sumber daya manusia adalah dengan mengoptimalkan kualitas penduduk usia produktif melalui program pelatihan dan pendidikan agar lebih siap masuk dalam lapangan kerja yang membutuhkan tingkat keterampilan yang tinggi.

II.113

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.90. Capaian Indikator Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Lingga Tahun 2011-2015

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 1 2 3 4 5 6 7 8 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1.1 Pertumbuhan PDRB % 6,65% 6,58 % 6,54 % 6,80 % 3,12 1.2 PDRB per kapita PDRB per kapita ADHB Juta 23.918.023,83 26.581.870,74 29.467.258,44 32.694.393,93 36.280.000. PDRB per kapita ADHK Juta 21.857.873 23.191.202 25.604.055 27.217.816 28,990.000 1.4 Laju Inflasi % n.a 7,02 7,81 7,61 2,43 1.4 Pendapatan Perkapita Juta 23.918.023,83 26.581.870,74 29.467.258,44 32.694.393,93 36.280.000 ADHB 1.5 Pendapatan Perkapita Juta 21.857.873 23.191.202 25.604.055 27.217.816 28.990.000 ADHK 1.6 Indeks Gini % 0,312 0,344 0,302 0,306 0,310

Fokus Kesejahteran Sosial 1 Pendidikan 1.1 Angka Melek Huruf % 90,73 87,29 88,88 89,71 n.a 1.2 Angka Rata-rata Lama tahun 7,24 7,27 7,31 5,53 5,65 Sekolah 1.3 APM SD % 88,03 91,33 93,63 93,63 85,79 1.4 APM SMP/MTs % 52,10 64,71 56,77 56,77 57,65 APM SMU/MA % 41,92 34,67 55,07 55,07 57,95 APM PT % 5,00 - 3,45 3,45 36,67 1.5 APK SD % 108,09 100,26 109,15 109,15 101,24 1.6 APK SMP % 83,95 73,05 63,55 63,55 79,1 APK SMU/MA % 68,11 50,00 90,46 90,46 67,59

II.114

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 APK PT % 10,74 - 9,61 9,61 43,52 2 Kesehatan 2.1 Angka Kematian Bayi Indeks 25 12,2 27,2 12 20 2.2 Angka Kematian Ibu indeks 249 289,4 226 143 142 2.3 Angka Harapan Hidup Tahun 57.57 58.45 59.13 59,47 n.a 2.5 Prevalensi Gizi Buruk % 2,24 3,91 3,91 0,79 n.a

Fokus Budaya dan Olahraga

1 Kebudayaan 1.1 Jumlah Grup Kesenian Grup 40 57 57 63 63 2 Pemuda dan Olahraga 2.1 Jumlah Lapangan Jumlah 19 19 19 19 19 Olahraga 2.2 Lapangan Olahraga per Jumlah 2,16 2,10 1,89 2,16 2,15 1000 penduduk ASPEK PELAYANAN UMUM

Fokus Layanan Urusan Wajib 1 Pendidikan 1.1 Pendidikan Dasar 1.1.1 Angka partisipasi sekolah Rasio 94,40 99,03 94,39 95,68 94 SD 1.1.2 Rasio ketersediaan Rasio 62:1 60:1 63:1 63:1 1 : 121 sekolah terhadap penduduk usia sekolah dasar 1.1.2 Rasio guru/murid SD/MI Rasio 10:1 10:1 7:1 11:1 11 : 1

1.2 Pendidikan Menengah 1.2.1 Angka partisipasi sekolah Rasio 93,68 89,99 84,87 92,07 74 SMP

II.115

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 1.2.2 Rasio ketersediaan Rasio 201:1 157:1 155:1 145: 1 72 : 1 sekolah terhadap penduduk usia sekolah menengah pertama 1.2.3 Rasio Guru terhadap Rasio 13:1 13:1 9:1 15:11 16 : 1 murid 1.3. Fasilitas Pendidikan

1.3.1 Angka Partisipasi Sekolah Rasio 56,61 36,42 68,61 75,90 63,78 SMA 1.3.2 Rasio ketersediaan Rasio 416:1 290:1 266:1 230: 1 39 : 1 sekolah terhadap penduduk usia sekolah menengah atas 1.3.3 Rasio guru terhadap Rasio 12:1 12:1 10:1 14:1 14 : 1 murid 1.3.4 Angka Partisipasi Sekolah Rasio 8,12 - 8,58 15,23 39,24 PT 1.4 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 1.4.1 Persentase Pendidikan persen 49,62 51,45 53,27 53,97 38,68 Anak Usia Dini (PAUD) 1.5 Angka Putus Sekolah 1.5.1 Angka Putus Sekolah persen 0,91 0,82 0,58 0,28 0,59 (APS) SD/MI 1.5.2 Angka Putus Sekolah persen 1 0,9 0,89 0,25 0,65 (APS) SMP/MTs 1.5.3 Angka Putus Sekolah persen 1 0,84 0,92 1 0,50 (APS) SMA/SMK/MA 1.6 Angka Kelulusan 1.6.1 Angka Kelulusan (AL) persen 100 100 100 100 100 SD/MI 1.6.2 Angka Kelulusan (AL) persen 82,18 85,52 84,83 98,73 99,92 SMP/MTs

II.116

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 1.6.3 Angka Kelulusan (AL) persen 92,45 97,49 98,69 98,91 99,90 SMA/SMK/MA 1.6.4 Angka melanjutkan (AM) persen 85,79 91,39 95,30 95,93 89,95 dari SD/MI ke SMP/MTs 1.6.5 Angka melanjutkan (AM) persen 85,67 89,98 89,78 96,24 91,72 dari SMP/MTS ke SMA/SMK/MA 1.6.6 Guru yang memenuhi orang 47,37 48,09 47,79 53,21 78,64 kualifikasi S1/D-IV 2 Kesehatan 2.1 Posyandu Aktif rasio 100 100 100 100 100 2.2 Cakupan pertolongan rasio 95,42 93,30 96,81 97,07 90,34 persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 2.3 Cakupan Balita gizi buruk persen 100 100 100 100 100 yang mendapatkan perawatan 2.4 Cakupan penemuan dan persen 85,79 92,17 95,09 47,30 48,27 penanganan penderita penyakit TBC BTA 2.5 Angka kesakitan DBD persen 100 100 100 100 100 2.6 cakupan pelayanan Persen 37,45 34,78 37,79 71,21 2 kesehatan rujukan pasien masyarakat 2.7 Cakupan kunjungan bayi persen 50,85 56,66 73,62 78,60 89,7 2.8 Cakupan desa/kelurahan persen 20 47,06 77,19 85,33 64,2 Universal Children Immunization 2.9 Cakupan komplikasi persen 69,59 75,72 79,30 87,65 89,13 kebidanan yang ditangani 3 Pekerjaan Umum

II.117

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 3.1 Proporsi panjang persen 58,14 58,71 59,26 60,19 26 jaringan jalan dalam kondisi baik 3.2 Persentase pemukiman persen 72,51 71,95 72,54 72,54 30 bersanitasi baik 3.3 Rasio Tempat rasio 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Pembuangan Sampah (TPS) per satuan penduduk 3.4 Rasio Rumah Layak Huni jumlah 71,72 72,16 72,54 72,63 n.a 4 Perumahan 4.1 Persentase Rumah persen 82,75 82,34 82,49 84,35 40 Tangga pengguna air bersih 4.2 Rumah tangga persen 72,51 71,95 72,54 72,54 30 bersanitasi 5 Penataan Ruang 5.1 Rasio Ruang Terbuka rasio 92,1 92,5 92,7 92,8 n.a Hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB 6 Perencanan Pembangunan 6.1 Tersedianya dokumen ada/tidak ada ada ada Ada Ada perencanaan RPJPD yang telah ditetapkan dengan Perda 6.2 Tersedianya dokumen ada/tidak ada ada ada Ada Ada perencanaan RPJMD yang telah ditetapkan dengan Perda 6.3 Tersedianya dokumen ada/tidak ada ada ada Ada Ada perencanaan RKPD yang telah ditetapkan dengan Perkada

II.118

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 6.4 Persentase keselarasan persen 95,89 95,98 96,03 96,3 96,5 penjabaran Program RPJMD ke dalam RKPD 7 Perhubungan 7.1 Jumlah Arus Penumpang Orang - - 15.260 14.500 54.120 Angkutan Umum (bukan Plat Kuning) 7.2 Jumlah Uji KIR Angkutan Jumlah - - - 197 134 Umum 7.3. Jumlah Pelabuhan - - 82 85 85 Laut/Udara/Terminal Bis 7.4 Jumlah Angkutan Darat Jumlah 45 50 70 365 370

7.5 Jumlah Penumpang jumlah - - - - 32.620 angkutan darat 8 Lingkungan Hidup 8.1 Persentase jumlah desa persen 0 0 0 1 yang menangani sampah 0 dengan prinsip 3R (%) 8.2 Penegakan hukum persen 100 100 100 100 100 lingkungan (%) 9 Pertanahan 9.1 Penyelesaian Izin Lokasi Persen 80 60 80 0 100 Luas lahan bersertifikat Persen 59,15 59,63 59,72 59,72 59,83 penyelesaian kasus Persen 100 100 100 100 0 tanah Negara 10 Kependudukan dan Catatan Sipil 10.1 Persentase penduduk persen 58,22 58,60 58,99 89,17 99,48 ber KTP per satuan penduduk 10.2 Persentase bayi berakte persen 0,2 0,3 0,2 0,7 0,3 kelahiran

II.119

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 10.3 Penerapan KTP Nasional Sudah/belum sudah Sudah Sudah sudah sudah berbasis NIK 11 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak 11.1 Jumlah pekerja orang 1.323 1.467 1.554 1.691 1.602 Perempuan di lembaga pemerintah 11.2 Persentase partisipasi persen 16,09 17,40 18,04 19,18 32,51 perempuan di lembaga pemerintah dan swasta 11.3 Rasio KDRT Persen 0 0,004 0,026 0,021 0,008

11.4 Persentase jumlah Persen - - - 0,56% 0,92% tenaga kerja dibawah umur 12 Keluarga Berancana dan Keluarga sejahtera

12.1 Cakupan peserta KB aktif persen 68,58 67,79 68,43 66,69 66,54 12.2 PLKB/PKB terhadap Persen 66,67 88,23 110,53 114,67 0 jumlah kelurahan/desa 13 Sosial 13.1 Sarana sosial seperti panti 2 3 3 4 3 panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi 13.2 Penanganan penyandang Persen 0 0 23 31 23 masalah kesejahteraan social 13.3 PMKS yang memperoleh Persen 0 29 20 34 61 bantuan social 14 Ketenagakerjaan 14.1 Tingkat partisipasi Rasio 33,83 33,16 31,60 33,53 32,97 angkatan kerja perempuan

II.120

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 14.2 Angka Sengketa Rasio 0 0 0 0 0 Pengusaha Pekerja tiap tahun 14.3 Persentase Pencari Kerja persen 41,35 62,58 90,19 91,19 41,26 yang ditempatkan 14.4 Tingkat pengangguran persen 3,55 3,38 2,78 4,14 4,01 terbuka 15 Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah 15.1 Persentase koperasi aktif persen 62,30 63,20 82 47,50 50 15.2 Persentase Usaha Mikro persen 100 100 100 100 100 dan kecil 15.3 Jumlah UKM jumlah 850 898 979 1.000 3446 16 Penanaman Modal 16.1 Kenaikan/penurunan miliar rupiah 465,94 3.540,09 3.541 3.654 n.a Nilai Realisasi PMDN (milyar rupiah) 17 Kebudayaan 17.1 Jumlah penyelenggaraan jumlah 6 6 7 6 2 festival seni dan budaya 17.2 Jumlah Sarana jumlah 6 8 9 9 9 Penyelenggaraan Seni dan Budaya 17.3 Benda, situs dan persen 98,96 99,02 99,11 99,12 99,13 Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan 19 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri 19.1 Kegiatan pembinaan jumlah kegiatan 5 5 5 5 0 politik daerah 20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian 20.1 Penduduk miskin persen 12,98 14,20 13,55 14,75 14,63 21 Ketahanan Pangan

II.121

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 21.1 Ketersedian Pangan % 40,9 41,10 41,28 41,9 n.a

22 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

22.1 Persentase PKK aktif persen 100 100 100 100 100 23 Statistik 23.1. Buku Kabupaten Dalam ada/tidak Ada Ada Ada Ada Ada Angka 23.2 Buku PDRB Kabupaten ada/tidak Ada Ada Ada Ada Ada 24 Kearsipan 24.1 Pengelolaan arsip secara Sudah/belum sudah Sudah Sudah Sudah Sudah baku 25 Komunikasi dan Informatika 25.1 Jumlah Wartel Jumlah 0 0 0 0 0 25.2 Jumlah Surat Kabar Jumlah - - 16 22 22 Nasional/ Lokal 25.3 Jumlah Penyiaran TV/ Jumlah - - 5 4 4 Radio Lokal 25.4 Web site milik jumlah Ada Ada Ada Ada Ada pemerintah daerah 25.5 Jumlah pelaksanan Jumlah kali 5 5 5 5 14 pameran/expo 26 Perpustakaan 26.1 Jumlah perpustakaan buah 164 176 192 204 213

26.2 Jumlah pengunjung orang 90.323 90.551 90.641 92.351 4.762 perpustakaan per tahun 26.3 Koleksi buku yang jumlah buku 10.885 11.338 11.406 11.500 20.132 tersedia di perpustakaan daerah Fokus Layanan Urusan Pilihan

II.122

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 1 Pertanian 1.1 Kontribusi sektor Jumlah 24,60 25,60 25,03 23,36 38,90 pertanian terhadap PDRB 1.2 Produksi tanaman padi / Jumlah 0 0 0 0 0 bahan pangan utama 2 Kehutanan 2.1 Persentase kerusakan persen 6,99 5,59 4,66 5,13 n.a kawasan hutan 2.2 Luas hutan dan lahan Jumlah 1.299 1.201 1.104 989 n.a kritis yang direhabilitasi 2.3 Rehabilitasi hutan dan Persen 100 100 100 100 lahan kritis 3 Energi dan Sumber Daya Mineral 3.1 Kontribusi PDRB dari Jumlah 128.515,99 131.181,03 132.080,13 134.151,10 n.a sektor pertambangan 4 Pariwisata 4.1 Kunjungan wisata orang 7715 9196 10703 13262 12021 4.2 Kontribusi sektor Jumlah (jutaan) 149.111,13 149.567,18 150.024,93 152.565,13 46.632,70 pariwisata terhadap PDRB 5 Kelautan dan Perikanan 5.1 Produksi Perikanan ton per tahun 23.713,671 32.100 33.214 33,396 33.587 5.2 Konsumsi ikan Kg/Kapita/Tahun 41,52 41,95 42,10 43,54 46,59 6 Perdagangan 6.1 Kontribusi sektor Jumlah jutaan 232.176,10 232.889,13 233.216,08 233.455,88 492.174,70 perdagangan terhadap PDRB 6.2 Nilai ekspor bersih US$ 35.555.189 36.128.889 36.452.374 38.889.551 7.965.770 perdagangan 7 Perindustrian

II.123

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021 BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 7.1 Kontribusi sektor industri Juta 100.889,18 101.128,13 101.557,89 102.128,88 20.032,50 terhadap PDRB ADHK (tanpa migas) 7.2 Pertumbuhan Industri. persen 1,245 1,251 1,259 1,301 0,570 ASPEK DAYA SAING

Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

1 Pendapatan Perkapita Juta 23.918.023,83 26.581.870,74 29.467.258,44 32.694.393,93 36.280.000 ADHB 2 Pendapatan Perkapita Juta 21.857.873 23.191.202 25.604.055 27.217.816 28.990.000 ADHK Fokus Wilayah/Infrastruktur

1. Banyaknya Air Minum M3 n.a n.a 409.552 388.540 1.315.216 Yang disalurkan Menurut Kategori Pelanggan Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Daik Lingga 2. Banyaknya Air Minum M3 n.a n.a n.a 67.976 879.583 Yang Disalurkan Menurut Kategori Pelanggan Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Dabo Singkep 3. Angka Kriminalitas kasus n.a n.a 79 79 87

Fokus Sumber Daya Manusia

4. Rasio lulusan S1/S2/S3 Orang n.a n.a 1.527/52/5 1.582/50/4 1.818/54/2

II.124