Bab I. Pendahuluan 1.1

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Bab I. Pendahuluan 1.1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dengan diberlakukannya Undang-undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, menuntut Daerah untuk mampu melakukan perencanaan dan penganggaran sesuai dengan potensi sumber daya yang dimiliki. Amanah undang-undang tersebut mewajibkan untuk semua pimpinan PD Daerah menyiapkan Rancangan Renstra sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman kepada Rancangan Awal RPJMN/RPJMD dan menetapkan Renstra setelah disesuaikan dengan RPJMN/RPJMD. Oleh karena itu, setiap PD Daerah berkewajiban untuk menyusun Rencana Strategis yang merupakan penjabaran dari visi dan misi dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional/daerah secara menyeluruh. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 1 - 1 Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016 - 2021 Sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah diantaranya bertanggung jawab dalam penyelenggaraan fungsi pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah. Di sisi lain, dinas daerah atau PD diantaranya bertugas menyelenggarakan fungsi perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya. Sesuai dengan peraturan peraturan perundang-undangan tersebut, Rancangan Renstra digunakan sebagai bahan penyusunan Rancangan RPJMD yang dalam prosesnya didahului dengan penelaahan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda). Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025 menjadi panduan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMD) dan telah disahkan dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009. Penyusunan RPJMD mengacu kepada RPJPD 2005-2025, visi, misi dan program prioritas Gubernur terpilih. RPJMD merupakan prioritas dari Gubernur terpilih yang akan dilaksanakan oleh PD Daerah melalui program dan kegiatan yang dituangkan dalam Rencana Strategis dari PD Daerah (Renstra- PD). Rancangan RPJMD disusun oleh Bappeda, sedangkan rancangan Renstra-PD disusun oleh pimpinan masing-masing PD Daerah. Rancangan Renstra-KPD ditelaah oleh Bappeda agar konsisten dengan sasaran program prioritas Gubernur. Oleh karena itu diperlukan suatu Rancangan Renstra PD yang memuat ruang lingkup arah kebijakan, sasaran, dan program dalam rancangan Renstra-PD sebagai bahan pendahuluan untuk menyusun RPJMD. Renstra Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau disusun sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang 2017 tentangTata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang DaerahDan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, SertaTata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah merupakan dokumen perencanaan Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan untuk periode 5 (lima) tahun dari tahun 2016 sampai dengan 2021. Renstra ini memuat telaah, tujuan, strategi, kebijakan,program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Dinas yangdisusun dengan berpedoman pada RPJM Daerah dan bersifat indikatif. Adapun tahapan penyusunan rancangan Renstra PD dapat RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 1 - 2 Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016 - 2021 digambarkan dalam bagan alir sebagaimana Gambar 1.1, sedangkan tahapan sampai dengan penetapan Renstra PD terlihat pada Gambar 1.2 dibawah ini. Gambar 1.1. Bagan alir Penyusunan Rancangan Renstra PD Provinsi Gambar 1.2. Bagan Alir Penyusunan Renstra PD Provinsi Penyusunan Renstra Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 ini, disamping berdasarkan pada tugas dan fungsi PD, juga berlandaskan pada pemetaankondisi lingkungan serta isu-isu strategis yang terus berkembang RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 1 - 3 Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016 - 2021 serta mengacupada arah kebijakan yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kepulauan Riau (RPJMD) 2016-2021, RencanaPembangunan Jangka Menengah(RPJM)Nasional (RPJMN) melalui RPJMKementerian terkait.Berdasarkan hal-hal diatas, mandat dan tanggung jawab Gubernur dijabarkandalam RPJMD, sedangkan mandat dan tanggungjawab Kepala PD dijabarkandalam Renstra PD. Muatan dari rencana pembangunan disesuaikan denganmandat dan tanggung jawab masing-masing. Gambar 1.3. dan Gambar 1.4.menunjukkan hubungan antara RPJMD dan Renstra PD. Gambar 1.3. Hubungan antara RPJMD dengan Renstra PD Gambar 1.4. Hubungan Muatan RPJMD dan Renstra PD RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 1 - 4 Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016 - 2021 Dengan mengingat bahwa program pembangunan harus sinergis, dan terkoordinasi, RPJMD tidak bisa bisa lepas dari RPJM Nasional. Keterkaitan antaraRPJM Nasional, RPJMD dan Renstra Dinas bisa dilihat pada Gambar Gambar 1.5 Gambar 1.5. Hubungan antara RPJM Nasional, RPJMD Provinsi dan Renstra PD Dalam hal ini, Pemerintah Kabupaten/Kota menyusun RPJM Daerah sejalandengan arah pembangunan yang telah ditetapkan melalui RPJM Nasional, danRPJM Provinsi. 1.2. LANDASAN HUKUM Penyusunan rancangan Renstra Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 dilandasi berbagai peraturan perundanganyang berlaku antara lain : 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355; 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 1 - 5 Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016 - 2021 5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan; 6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang; 7. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Kepentingan Umum; 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Penyelenggaraan Jasa Konstruksi; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang; 13. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 Tentang RPJMN ( Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional); 14. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025; 15. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Kepentingan Umum; 16. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2025 17. Draft Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kepulauan Riau tahun 2016-2021; 18. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 7 tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah 19. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 603/PRT/M/2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendalian Manajemen Penyelenggaraan Pembangunan Prasarana dan Sarana Bidang Pekerjaan Umum; 20. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.11.A/PRT/M/2006 tentangKriteria dan Penetapan Wilayah Sungai; RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 1 - 6 Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016 - 2021 21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik IndonesiaNomor 86 Tahun 2017TentangTata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan EvaluasiPembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan PeraturanDaerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang DaerahDan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, SertaTata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka PanjangDaerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, DanRencana Kerja Pemerintah Daerah; 22. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2011, tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang merupakan Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri; 23. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 14 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi; 24. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 02 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang; 25. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi; 1.3. MAKSUD DAN TUJUAN 1.3.1. Maksud Maksud penyusunan Renstra Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016 -2021 adalahsebagai arah dan pedoman perencanaan dalam penyelenggaraan pembangunaninfrastruktur urusan bidang Pekerjaan
Recommended publications
  • Konsep Jejaring Destinasi Pariwisata Metropolitan Kepulauan Di Batam, Bintan, Dan Karimun
    KONSEP JEJARING DESTINASI PARIWISATA METROPOLITAN KEPULAUAN DI BATAM, BINTAN, DAN KARIMUN Nurul Nadjmi, Wiendu Nuryanti, Budi Prayitno, Nindyo Soewarno Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2 Kampus UGM , Yogyakarta 55281 e-mail: [email protected] Kondisi makro perairan Indonesia yang merupakan Negara kepulauan (Archipelagic State) yang terbesar di dunia. Dengan jumlah pulau yang mencapai 17.508 buah, serta garis pantai terpanjang kedua yaitu sepanjang 81.000 km. Berdasarkan paradigma perancangan, tata ruang berbasis kepulauan "archipelascape", maka model arsitektur penataan ruang publik tepian air diarahkan pada pemograman spasial dan kegiatan yang mendukung sistem jejaring lintas pulau (trans-island network) serta dalam keterkaitan hulu hilir perkotaan setempat (urban ecoscape linkages). Sehingga apapun kegiatan yang melingkupi serta yang akan dikembangkan dalam ruang publik tepian air perkotaan harus ditempatkan pada posisi dan sistem tersebut secara tepat. Kawasan ini memiliki potensi wisata terutama wisata metropolitan kepulauan. Gugusan kepulauan dalam hal ini Pulau Batam, Pulau Bintan dan Pulau Karimun (BBK) memiliki karakteristik yang berbeda-beda untuk dijadikan kawasan destinasi pariwisata, diantaranya wisata alam atau bahari, wisata religi, wisata belanja, wisata agro, wisata MICE, wisata kuliner, wisata olahraga,dan wisata sejarah. Penelitian ini difokuskan pada konsep jejaring yang tepat dalam pengembangan destinasi pariwisata metropolitan kepulauan dalam hal ini Batam, Bintan dan Karimun. Sebagai lokasi amatan adalah Kawasan BBK sebagai kawasan destinasi pariwisata metropolitan kepulauan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep jejaring yang tepat dalam pengembangan destinasi pariwisata metropolitan kepulauan dalam hal ini Batam, Bintan dan Karimun sehingga bisa menjadi pariwisata metropolitan kepulauan yang dapat di jadikan percontohan dalam pengembangan daerah kepulauan di Indonesia.
    [Show full text]
  • Nitrate Levels in the Surface Waters Collected in 2005 from Intertidal and Urban Drainages of the West Part of Peninsular Malaysia
    International Journal of Hydrology Research Article Open Access Nitrate levels in the surface waters collected in 2005 from intertidal and urban drainages of the west part of Peninsular Malaysia Abstract Volume 4 Issue 2 - 2020 The intertidal and urban waters of west Peninsular Malaysia are interesting area for ecotoxicological studies because they receive wastes due to agricultural, municipal and Chee Kong Yap,1 Wan Hee Cheng,2 Bin Huan industrial wastes along the west coast of Peninsular Malaysia. Surface water samplings Pang,1 Fairuz Md Suptian,1 Shih Hao Tony were conducted from the intertidal coastal waters and from urban rivers/drainages from Peng,3 Mohd Hafiz Ibrahim,1 Chee Wah Yap,4 northern to southern parts of the west coastal areas of Peninsular Malaysia between January Moslem Sharifinia,5 Alireza Riyahi Bakhtiari,6 and April 2005. These nitrate levels in the south western part ranged from 0.33-0.56mg/L Salman Abdo Al-Shami,7 Chee Seng Leow,8 while those in the north western part ranged from 0.11 to 1.91mg/L. These nitrate levels Mohamad Saupi Ismail9 in these intertidal waters were much lower than those found for urban drainages (0.45 to 1 2.27mg/L) of Peninsular Malaysia. Overall, the mean values for the nitrate concentrations Department of Biology, Faculty of Science, Universiti Putra Malaysia, Malaysia (mg/L) follow: Urban drainages (1.04)>north western intertidal (0.79)>south western 2Inti International University, Persiaran Perdana BBN, Malaysia intertidal (0.43). The results showed the occurrence of nitrate contamination in the urban 3All Cosmos Bio-Tech Holding Corporation, Malaysia area due to human-induced activities such as domestic wastes.
    [Show full text]
  • Perkembangan Pendidikan Di Kabupaten Natuna Pasca Pemekaran (2006-2013)
    1 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN NATUNA PASCA PEMEKARAN (2006-2013) Musdar Halifah *, Tugiman **, Marwoto Saiman E-mail : [email protected] Telp/No. HP: 085272621116 Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Abstrak : Natuna district education office has the arduous task in advancing education in the District Natuna after the split, after the division of the education department autonomously take care of the quality of education and the development of education in its own country, because after the expansion of education in the Natuna has not reached the desired target by the community and local government. Achievement of the National Examination in the 2010-2011 school year. Department of Education District Natuna need accurate measures and hard work. By carrying out the qualifications of teachers in the District Natuna and will provide tutoring outside of school to students. The purpose of the study was to (1) determine the expansion history of the area in Riau Islands District Natuna Regency, especially in the years 2006-2013. (2) determine the development of education in post-Proliferation Natuna Regency 2006-2013. (3) determine the barriers faced by the District Education Office Natuna 2006-2013. This type of research is descriptive qualitative approach that aims to provide a systematic overview of the state of the ongoing research on the object. Where research is Natuna. When the study is planned for 4 months. Data collection techniques in this study included three observation
    [Show full text]
  • Introduction MYANMAR MAP 1.1 INDONESIA and RIAU ISLANDS PROVINCE
    Introduction MYANMAR MAP 1.1 INDONESIA AND RIAU ISLANDS PROVINCE THAILAND National Border LAOS Province Border Ja Administrative Capital South China Sea CAMBODIA PHILIPPINES Philippine Sea VIETNAM MICRONESIA PALAU ACEH BRUNEI MALAYSIA NORTH NORTH KALIMANTAN GORONTALO SULAWESI NORTH SUMATRA SINGAPORE MALAYSIA RIAU ISLANDS Pacific RIAU EAST PROVINCE KALIMANTAN Ocean WEST KALIMANTAN New National Capital CENTRAL Kutai / Penajam SULAWESI NORTH WEST MALUKU SUMATRA CENTRAL WEST JAMBI BANGKA KALIMANTAN PAPUA BELITUNG WEST SULAWESI SOUTH SOUTH MALUKU SUMATRA KALIMANTAN SOUTHEAST SULAWESI PAPUA BENGKULU INDONESIA SOUTH SULAWESI LAMPUNG JAKARTA Jakarta WEST JAVA BANTEN CENTRAL JAVA EAST JAVA BALI YOG- YAKARTA EAST EAST NUSA WEST NUSA TIMOR TENGGARA TENGGARA AUSTRALIA AUSTRALIA Timor Sea Indian Ocean AUSTRALIA 0 100 200km 1 SITUATING THE RIAU ISLANDS Francis E. Hutchinson and Siwage Dharma Negara INTRODUCTION To Singapore’s immediate south, the Province of the Riau Islands has a population of 2.2 million, and a land area of 8,200 square kilometres scattered across some 2,000 islands in 240,000 square kilometres of water. The better-known island groups include: Batam, the province’s economic motor; Bintan, its cultural heartland and the site of the provincial capital, Tanjungpinang; and Karimun, a fishing and shipping hub near the Straits of Malacca. These island groups are more outwardly oriented and multiethnic, but the province also includes another three other island groups, namely Natuna, Anambas and Lingga, which are more isolated, rural, and homogeneous. Within Indonesia, the Province of the Riau Islands1 (PRI) is relatively small in demographic terms, and very remote from the centre of power. Logistics connections between PRI and major population centres in Java and Sumatra are underdeveloped and overpriced, effectively barring significant commercial and cultural exchange between the “centre” of the country and this far-off province.
    [Show full text]
  • Bangka Tin, and the Collapse of the State Power
    GSTF Journal of Law and Social Sciences (JLSS) DOI 10.7603/s40741-016-0001-9 DOI: 10.5176/2251-2853_5.1.190 PrintI SSN: 2251-2853,E-periodical: 2251-2861 ; Volume 5, Issue 1; 2016 pp 1-7 © The Author(s) 2016. This article is published with open access by the GSTF. BANGKA TIN, AND THE COLLAPSE OF THE STATE POWER Ibrahim Department of Political Science Faculty of Politics and Social Sciences, University of Bangka Belitung Republic of Indonesia [email protected] Abstract - Bangka Belitung Islands is a region with the most Bangka Island has been indeed the biggest tin producer victorious tin route in the world. This tin wealth spans from in South East Asia and now it even becomes the only area Singkep to Belitung islands. Since Malaysia and Thailand producing tin in this region since Malaysia and Thailand closed their production and followed by Singkep on the late closed their production in 1990’s (Sujitno, 2007:5-7; of 90’s, Bangka Belitung islands have become the only Erman, 2010:3). region producing tin in Indonesia and South East Asia. Interestingly, since reformation rolling, tin that initially under full control of government has turned to be free Tin has been such a problematic matter, not only because commodity without clear management. Tin has entered the of its high price as an un-replaceable industrial whirlpool playing in all arenas, i.e. politics, law, ecology, component, but tin in Bangka Island also dealt with such social, up to the very complicated economy domain. How complicated management with very long management can the state loss its control over this nonrenewable journey.
    [Show full text]
  • Studi Geologi Awal Untuk Calon Tapak PLTN Di Pulau Singkep Dan Lingga, Kepulauan Riau
    Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 21, No. 1, (2019) 35-44 Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Laman Jurnal: jurnal.batan.go.id/index.php/jpen Studi Geologi Awal untuk Calon Tapak PLTN di Pulau Singkep dan Lingga, Kepulauan Riau Frederikus Dian Indrastomo*1, Heri Syaeful1, Kurnia Anzhar2, June Mellawati3 1Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir, BATAN, Jalan Lebak Bulus raya No. 9 Ps. Jumat, Jakarta, Indonesia 2Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir, BATAN, Jalan Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta, Indonesia. 3Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, BATAN, Jalan Lebak Bulus raya No.49 Ps. Jumat, Jakarta, Indonesia INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK Riwayat Artikel: STUDI GEOLOGI AWAL UNTUK CALON TAPAK PLTN DI PULAU SINGKEP DAN LINGGA, Diterima: KEPULAUAN RIAU. Pulau Singkep dan Lingga adalah bagian dari Kepulauan Riau, seperti Pulau 27 Juni 2019 Batam, Bintan, Karimun, terletak pada daerah strategis yang dapat menjadi lokasi Diterima dalam bentuk revisi: dikembangkannya perdagangan dan perindustrian. Guna memenuhi kebutuhan teknologi dan 01 Juli 2019 listriknya, PLTN merupakan salah satu alternatif pilihan. Berdasarkan hal ini telah dilakukan studi Disetujui: geologi awal guna mengetahui keberadaan daerah interes untuk lokasi PLTN di Kepulauan Riau. 15 Juli 2019 Tujuan penelitian untuk mengetahui kelayakan Pulau Singkep dan Lingga dari aspek geologi sebagai daerah interes untuk ditindaklanjuti sebagai calon tapak PLTN. Metodologi penelitian meliputi studi geologi regional melalui pengumpulan data sekunder, dan survei lapangan untuk verifikasi data sekunder. Verifikasi data lapangan meliputi pengamatan batuan untuk menentukan jenis dan karakteristiknya, pengukuran struktur geologi untuk mengetahui potensi sesar dan Kata kunci: gempa, pendataan sumber air panas untuk mengetahui aktivitas magmatisme. Pengamatan Lingga dilakukan di wilayah pesisir Pulau Singkep dan Lingga.
    [Show full text]
  • Annu Al Report 2019
    ANNUAL REPORT 2019 ANNUAL 1 ANNUAL REPORT 2019 Building on the initiatives of previous years, Telkomsel continued to expand and to enrich its digital business to shape the future through internal collaboration, synergies, and partnerships within the digital ecosystem at large. Telkomsel continued to expand and to enrich its digital business At the same time, Telkomsel strove to improve customer experience and satisfaction as key drivers of long-term success. (in billion rupiah) (in million) DIGITAL BUSINESS DATA USERS REVENUE 58,237 110.3 23.1% 3.5% DATA 50,550 LTE USERS 88.3 22.3% (in million) 61.3% DIGITAL SERVICES 7,687 29.0% 2019 63.9% DIGITAL 2018 BUSINESS 53.0% CONTRIBUTION 2 PT TELEKOMUNIKASI SELULAR IMPROVED MOMENTUM Telkomsel has successfully delivered growth and revenue from data supported by solid digital products and services offerings, as shown by TOTAL BTS improved momentum in 2019. 212,235 (in gigabyte) 12.2% CONSUMPTION/ 2019 DATA USER 3G/4G BTS 54.7% 5.2 161,938 16.7% 2018 3.4 (in terabyte) PAYLOAD 6,715,227 53.6% 3 ANNUAL REPORT 2019 Highlights of the Year 6 Key Performance Company 8 Financial Highlights at a Glance 9 Operational Highlights 10 2019 Event Highlights 52 Telkomsel in Brief 18 Awards & Accolades 53 Share Ownership History 23 ISO Certification 54 Organization Structure 54 Key Products & Services 56 Milestones Business Review Remarks from 60 Vision and Mission the Management 61 Corporate Strategy in Brief 62 Transformation Program 65 Marketing 26 Remarks from the President Commissioner 72 Digital Services 30
    [Show full text]
  • INDO 20 0 1107105566 1 57.Pdf (5.476Mb)
    J f < r Pahang Channel ....... ,Ci' p p ' rw \ * 0 xv# t‘ p'r; Ua/ S' f - \jg , f t ’ 1 1 « « * 1 * « f 1 * *, M m v t 1 * * * a g % * * *«ii f»i i 1 1 1 n > fc 1 1 ? ' Old Channel Western Channel Eastern Channel Old Channel Map 1 LANDFALL ON THE PALEMBANG COAST IN MEDIEVAL TIMES O. W. Wolters The Palembang Coast during the Fourteenth and Fifteenth Centuries I had always supposed that the metropolitan centers of Srivijaya, though probably dispersed according to their royal, social, commercial, or food-supplying functions, were in the neighborhood o f modern Palem­ bang city. I was among those influenced by the presence there of seventh century inscriptions, and I also assumed that the area where Bukit Seguntang stood had long ago possessed relig iou s prestige among Malays and contributed to the fame of the Palembang area. I did not believe that the capital of Srivijaya had always been in the Palembang area. Palembang enjoyed this status from the seventh century until the second half of the eleventh, when the Malay overlord*s center was moved to the Jambi area where it remained until turbulent events in the second half of the fourteenth century set in train the foundation of the Malay maritime empire of Malacca by a Palembang prince. After the shift in political hegemony from Palembang to Jambi, perhaps only officials in the Chinese court anachronistically continued to use the expression "San-fo-ch*iM ("Srivijaya") to identify the prominent polit­ ica l center on the southeastern coast of Sumatra.
    [Show full text]
  • Hansard200820november202016
    DEWAN NEGERI SELANGOR YANG KETIGA BELAS PENGGAL KEEMPAT MESYUARAT KETIGA SHAH ALAM, 02 NOVEMBER 2016 (RABU) Mesyuarat dimulakan pada jam 10.00 pagi YANG HADIR Y.B. Puan Hannah Yeoh Tseow Suan (Subang Jaya) (Tuan Speaker) Y.A.B. Dato’ Seri Mohamed Azmin Bin Ali, S.P.M.S. (Bukit Antarabangsa) (Dato’ Menteri Besar Selangor) Y.B. Dato’ Teng Chang Khim, D.P.M.S. (Sungai Pinang) Y.B. Dato’ Iskandar Bin Abdul Samad, D.P.M.S. (Chempaka) Y.B. Puan Elizabeth Wong Keat Ping (Bukit Lanjan) Y.B. Tuan Ean Yong Hian Wah (Seri Kembangan) Y.B. Dato’ Dr. Ahmad Yunus Bin Hairi, D.P.M.S. (Sijangkang) Y.B. Puan Dr. Daroyah Binti Alwi (Sementa) Y.B. Tuan Ganabatirau A/l Veraman (Kota Alam Shah) Y.B. Tuan Nik Nazmi Bin Nik Ahmad (Seri Setia) Y.B. Tuan Amirudin Bin Shari (Batu Caves) 1 Y.B. Tuan Zaidy Bin Abdul Talib (Taman Templer) Y.B. Tuan Mohd Shafie Bin Ngah (Bangi) (Timbalan Speaker) Y.B. Datuk Seri Dr. Wan Azizah Binti Wan Ismail, D.P.P.N. (Kajang) Y.B. Puan Hajah Rodziah Binti Ismail (Batu Tiga) Y.B. Puan Dr. Halimah Binti Ali (Selat Klang) Y.B. Tuan Ng Suee Lim (Sekinchan) Y.B. Tuan Dr. Abd Rani Bin Osman (Meru) Y.B. Tuan Dr. Yaakob Bin Sapari (Kota Anggerik) Y.B. Tuan Dr. Xavier Jayakumar A/l Arulanandam (Seri Andalas) Y.B. Puan Haniza Binti Mohamed Talha (Taman Medan) Y.B. Tuan Lau Weng San (Kampung Tunku) Y.B. Tuan Haji Saari Bin Sungib (Hulu Kelang) Y.B Tuan Mat Shuhaimi Bin Haji Shafiei (Sri Muda) Y.B.
    [Show full text]
  • Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan ( KPM PKH) Kabupaten Paser TAHAP 1 TAHUN 2021
    DAFTAR PENERIMA BANTUAN SOSIAL COVID-19 Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan ( KPM PKH) Kabupaten Paser TAHAP 1 TAHUN 2021 NO NOMOR PESERTA NAMA PENGURUS ALAMAT NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN 1 640102116051XXXX TETI RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 2 640102116051XXXX TAYANG RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 3 640102116051XXXX SENEN RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 4 640102116051XXXX GAYA RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 5 640102116051XXXX JAHANI RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 6 640102116051XXXX TOGUL RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 7 640102116051XXXX JAHARING RT 003 BATU ENGAU BAI JAYA 8 640102116051XXXX NURYATI RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 9 640102116051XXXX SURYATI RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 10 640102116051XXXX SARINI RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 11 640102116051XXXX SALBIAH RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 12 640102116051XXXX NURHAYATI RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 13 640102116051XXXX ARYANI RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 14 640102116051XXXX BALAS RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 15 640102116051XXXX TITIK ANISA RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 16 640102116051XXXX SUSANTI RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 17 640102116051XXXX LAYA RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 18 640102116051XXXX YATENI RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 19 640102116051XXXX MARYATUN RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 20 640102116051XXXX KAMSIAH RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 21 640102116051XXXX SALA NURISAH RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 22 640102120000XXXX SAMANIYAH JL BUNTET SUNGAI TATAH LABAN NO 016 RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 23 640102120000XXXX YULIATI JL SYEKH MUHAMMAD ARSTAD AL BANJARI RT 001 BATU ENGAU BAI JAYA 24 640102120000XXXX MULIA RT 001
    [Show full text]
  • Contesting Boundaries in the Riau Archipelago
    CAROLE FAUCHER Contesting boundaries in the Riau Archipelago The fall of the New Order and the implementation of the regional autonomy laws have provided fresh opportunities for the local elite to promote and consolidate their own sphere of influence. As has already been the case in a number of provinces and districts, instances of conflict have spread, often in the context of power struggles and highly complex social and political restructurings (H. Schulte Nordholt 2002). In many cases, these conflicts are popularly articulated through the language of ethnic and religious identity politics. Similarly, ethnic and religious sensitivities which were consciously repressed during the period of the New Order, are now exposed. The Riau Archipelago (or Kepri from Kepulauan Riau) had been so far largely spared from acute tensions and mounting violence. However, among the urban middle class and between generations ideological polarization has taken place. The different attempts to conceptualize ‘Masyarakat Kepri’ – the society of Kepulauan Riau – by politicians and public intellectuals seems to demonstrate how an increasing emphasis on regional identity has gradually superseded a more general concern with the nation. The discussion about the character of the newly formed province of Kepri has oscillated over the past years between the aristocrats’ ideal of reverting to the era of the sultanate, and an image of an industrial oriented pluralistic society, advocated by business people, which is strong and autonomous enough to compete economically with Singapore and Malaysia. The proximity to Malaysia and Singapore has created an interesting para- dox. On one hand, Singapore and Malaysia have been a source of identity for the Malays in the Riau Archipelago as important economic and cultural power bases.
    [Show full text]
  • Planmalaysia DRAF RANCANGAN TEMPATAN MAJLIS PERBANDARAN
    DRAF RANCANGAN TEMPATAN MAJLIS PERBANDARAN KLANG 2035 (PENGGANTIAN) PENGURUSAN & JILID 3 PENILAIAN KEMAMPANAN PLANMalaysia ( JABATAN PERANCANGAN BANDAR DAN DESA SEMENANJUNG MALAYSIA ) 2 DRAF RANCANGAN TEMPATAN MAJLIS PERBANDARAN KLANG 2035 (PENGGANTIAN) JILID 3 PENGURUSAN DAN PELAKSANAAN MAJLIS PERBANDARAN KLANG JABATAN PERANCANGAN BANDAR DAN DESA SEMENANJUNG MALAYSIA DRAF RANCANGAN TEMPATAN MAJLIS PERBANDARAN KLANG 2035 (PENGGANTIAN) INI DISEDIAKAN SELARAS DENGAN PERUNTUKAN SUBSEKSYEN 16 AKTA PERANCANGAN BANDAR DAN DESA 1976 (AKTA 172) JANUARI 2019 Akses Laluan masuk Aksesibiliti Tahap kemudahsampaian B40 Isi rumah yang berpendapatan purata bulanan dibawah RM 3,860.00 sebulan Badan Air Kawasan tadahan atau tampungan air yang besar Bandar Selamat Bandar yang bebas dari ancaman fizikal, sosial dan mental Bollard Tonggak jalan yang kebiasaannya digunakan sebagai pemisah antara pejalan kaki dan kenderaan bermotor Brownfield Kawasan brownfield adalah kawasan yang telah dibangunkan tetapi ditinggalkan atau terbiar atau mempunyai struktur pembangunan yang usang atau kawasan pembangunan yang tidak siap sepenuhnya dan terbengkalai. Istilah brownfield juga meliputi bangunan yang telah lama terbengkalai atau bangunan yang telah siap tetapi tidak terjual. Tafsiran ini juga merujuk kepada projek-projek terbengkalai yang tidak siap dalam tempoh pelaksanaan pembangunan melebihi 10 tahun Catalyst Pemangkin atau faktor mangkin Containerisation Aktiviti yang melibatkan sebarang bentuk pengkontenaan Controlled Merupakan satu pendekatan teknologi yang digunakan
    [Show full text]